Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska...

23
26 Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska Daerah Penelitian Fosil yang terdapat dalam batuan Formasi Kaliwangu pada umumnya adalah moluska., yang didominasi oleh Kelas Gastropoda dan Pelecypoda. Fosil-fosil moluska tersebut ditemukan dalam keadaan artikulasi conjoined, disartikulasi, pecahan, lapisan cangkang, beberapa diantaranya dalam kondisi posisi hidup dan moluska masih muda (juvenile) ataupun dewasa. IV.1.1 Lintasan Sungai Cikandung (Desa Sukasari) Lokasi ini berada di daerah Desa Sukasari, tepatnya berada pada koordinat : 06 o 44 07.9 ’’ LS dan 107 o 53 28.3 ’’ Bagian bawah tersusun dari lapisan tebal batulempung masif, konkoidal, umumnya berwarna abu-abu hingga abu-abu kehitaman, konkoidal, dengan framboidal pirit. Lapisan tipis batupasir berwarna abu-abu kehitaman hingga abu-abu terang, berbutir sedang sampai kasar, dengan bioturbasi, burrow, kadang dijumpai clay ball pada lapisan dengan bidang erosional di bawahnya. Lapisan kongkresi berbentuk BT. Singkapan tersebut berada pada sepanjang tebing di tepi Sungai Cikandung. Formasi Kaliwangu secara umum tersusun oleh lapisan batulempung kehijauan yang cukup tebal dan lapisan batupasir (Lampiran C, D). Banyak mengandung fosil moluska. Bagian atas tersusun dari lapisan batulempung tebal, berwarna abu-abu kehitaman, konkoidal, mengandung material karbonan dan sisa tumbuhan. Terdapat lensa serta sisipan tipis batubara muda, lunak, sebagian kecil memiliki kilap terang. Dijumpai pula nodul-nodul septaria (septarian nodules) sejajar lapisan, berbentuk lentikular dan tabular dengan ketebalan diameter 20 - 70 cm. Tersingkap pula lapisan batupasir halus hingga kasar, membundar tanggung hingga menyudut tanggung, terpilah sedang, mengandung mineral terang dan gelap, getas yang berselingan dengan batulempung pasiran hingga kerikilan dan mengandung sisa tumbuhan. Mengandung sedikit fosil moluska, foraminifera bentos, serta ditemukan bioturbasi berukuran 3 – 5 cm, tegak lurus lapisan, dan sedikit material karbonan.

Transcript of Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska...

Page 1: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

26

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

IV.1 Moluska Daerah Penelitian

Fosil yang terdapat dalam batuan Formasi Kaliwangu pada umumnya adalah

moluska., yang didominasi oleh Kelas Gastropoda dan Pelecypoda. Fosil-fosil moluska

tersebut ditemukan dalam keadaan artikulasi conjoined, disartikulasi, pecahan, lapisan

cangkang, beberapa diantaranya dalam kondisi posisi hidup dan moluska masih muda

(juvenile) ataupun dewasa.

IV.1.1 Lintasan Sungai Cikandung (Desa Sukasari)

Lokasi ini berada di daerah Desa Sukasari, tepatnya berada pada koordinat : 06o

44’ 07.9’’ LS dan 107o 53’ 28.3’’

Bagian bawah tersusun dari lapisan tebal batulempung masif, konkoidal,

umumnya berwarna abu-abu hingga abu-abu kehitaman, konkoidal, dengan framboidal

pirit. Lapisan tipis batupasir berwarna abu-abu kehitaman hingga abu-abu terang,

berbutir sedang sampai kasar, dengan bioturbasi, burrow, kadang dijumpai clay ball

pada lapisan dengan bidang erosional di bawahnya. Lapisan kongkresi berbentuk

BT. Singkapan tersebut berada pada sepanjang tebing di

tepi Sungai Cikandung.

Formasi Kaliwangu secara umum tersusun oleh lapisan batulempung kehijauan

yang cukup tebal dan lapisan batupasir (Lampiran C, D). Banyak mengandung fosil

moluska.

Bagian atas tersusun dari lapisan batulempung tebal, berwarna abu-abu

kehitaman, konkoidal, mengandung material karbonan dan sisa tumbuhan. Terdapat

lensa serta sisipan tipis batubara muda, lunak, sebagian kecil memiliki kilap terang.

Dijumpai pula nodul-nodul septaria (septarian nodules) sejajar lapisan, berbentuk

lentikular dan tabular dengan ketebalan diameter 20 - 70 cm. Tersingkap pula lapisan

batupasir halus hingga kasar, membundar tanggung hingga menyudut tanggung, terpilah

sedang, mengandung mineral terang dan gelap, getas yang berselingan dengan

batulempung pasiran hingga kerikilan dan mengandung sisa tumbuhan. Mengandung

sedikit fosil moluska, foraminifera bentos, serta ditemukan bioturbasi berukuran 3 – 5

cm, tegak lurus lapisan, dan sedikit material karbonan.

Page 2: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

27

lentikular, sejajar lapisan, ketebalan antara 5 – 20 cm, kadang tersebar acak dalam

suatu zona kongkresi. Fosil moluska sangat sering dijumpai pada bagian ini.

Kumpulan fosil moluska yang ditemukan (Lampiran A) yaitu: Zaria angulata

Sowerby (Turritella simplex MARTIN), Placuna placenta Linnaeus, Paphia

(Calliotapes) vandermeermohri Oostingh, Corbula cheribonensis (Oostingh), Anadara

(Anadara) tambacana (MARTIN), Nassarius (Zeuxis) verbeeki (MARTIN) Oliva

(Anazola) gibbosa (MARTIN), Siphonalia paradoxica crassicostata MARTIN, Terebra

sp, Chlamys sp., Natica sp.

IV.1.2 Lintasan Sungai Cipedes (Desa Sukatani)

Lokasi ini berada dekat dengan pertemuan Sungai Cikandung tepatnya terletak

pada koordinat 107o 53’ 16,6’’ BT dan 06o 44’ 24,8’’ LS.

Pada lokasi ini tersusun oleh batulempung abu-abu kebiruan dengan sisipan

batupasir berukuran halus sampai kasar (Lampiran B, C). Selain fosil moluska, juga di

jumpai fosil foraminifera plankton dan bentos.

Bagian bawah Formasi Kaliwangu tersusun dari batulempung, batulempung

pasiran, batupasir lempungan hingga batupasir sedang, secara umum berwarna abu-abu

sampai abu-abu kehijaun, kadang ditemukan konkresi baik yang tersebar secara acak

maupun yang sejajar dengan perlapisan. Pada litologi batupasir kadang dijumpai

struktur sedimen laminasi paralel dan laminasi silang siur Pada bagian ini banyak

mengandung fosil moluska dengan kelimpahan dan keragaman cukup tinggi yang

ditemukan hampir di setiap horison batuan. Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi

batulempung yang tidak mengandung moluska. Selain itu terdapat juga lapisan batubara

muda yang mengandung fosil kayu. Arah kemiringan lapisan 215° E sampai 280° E

dengan besar kemiringan antara 17° sampai 30°.

Bagian atas tersusun dari batulempung, batulempung pasiran, batupasir

lempungan hingga batupasir berukuran halus sampai sedang kadang-kadang dijumpai

fragmen pada batupasir sedang, warna umum abu-abu terang hingga abu-abu

kehitaman. Pada bagian lapisan batupasir mengandung lensa-lensa batupasir kasar

konglomeratan dengan struktur sedimen perlapisan silang siur Fosil moluska dan

konkresi jarang ditemukan di bagian ini.

Page 3: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

28

Kumpulan fosil moluska yang ditemukan (Lampiran A) yaitu: Zaria angulata

Sowerby (Turritella simplex MARTIN), Placuna placenta Linnaeus, Paphia

(Calliotapes) vandermeermohri Oostingh, Paphia cheribonensis Oostingh, Corbula

(Anisocorbula) socialis MARTIN, Anadara (Anadara) tambacana (MARTIN),

Nassarius (Zeuxis) verbeeki (MARTIN), Murex (M.) lebacanus MARTIN, Oliva sp.,

Arca sp.

IV.1.3 Kisaran Umur

Berdasarkan pengamatan di lapangan, kumpulan fosil moluska yang di jumpai di

daerah penelitian cukup bervariasi, dan mendominasi dibandingkan fosil foraminifera

plankton. Fosil foraminifera plankton kurang berkembang dan sulit ditemukan di dalam

Formasi Kaliwangu, hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar apabila diasosiasikan

dengan melimpahnya fosil moluska.

Berdasarkan kumpulan fosil moluska Formasi Kaliwangu ini menghasilkan

kisaran umur tidak lebih tua dari Pliosen Awal (Skwarko dkk, 1994). Sementara itu dari

kumpulan foraminifera plangton yang dijumpai walaupun tidak terdapat fosil penunjuk

namun dari kumpulan fosil (Tabel IV.1) tersebut menunjukkan kisaran umur tidak lebih

muda N18, Blow, 1969.

Berdasarkan Aswan dan Zaim (1998), umur Formasi Kaliwangu dari hasil

analisa foraminifera plankton menunjukkan umur Pliosen Awal (N18 – N19, Blow

1969), yang ditandai oleh pemunculan awal Pullentiana obliquiloculata (N18-Holosen)

dan pemunculan akhir Globigerinoides obliquus (N8-19).

Tabel IV.1 Kisaran Umur Planktonik Formasi Kaliwangu (07 SRIi 86)

Miocene Pliocene Pleistocene HOL

Foraminifera Plankton

M L E M L

N 15

N 16

N 17

N 18

N 19

N 20

N

21

N

22

N 23

` Globigerinoides trilobus immaturus Le Roy Globigerinoides obliquus obliquus Bolli Sphaeroidinella subdehiscens (Blow) Globigerina venezuelana Hedberg Globoquadrina altispira altispira Cushman &

Jarvis Globigerinoides trilobus sacculiferus (Brady) Globigerina nephentes Todd Hastigerina siphonifera (d’Orbigny)

Page 4: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

29

IV.1.4 Lingkungan Pengendapan

Lingkungan pengendapan Formasi Kaliwangu bila ditinjau dari aspek hidup dari

asosiasi moluska, menunjukkan taksa-taksa daerah intertidal – open shallow marine

(Tabel IV.2).

Tabel IV.2 Lingkungan Pengendapan Moluska

No. Moluska

Lingkungan Pengendapan (Okutani, 2000/Abbott dan Dance, 1998)

Intertidal Subtidal Laut Dangkal Terbuka

1. Anadara (Anadara) tambacana (MARTIN)

2. Arca sp.

3. Corbula ( Anisocorbula ) socialis MARTIN

4. Corbula cheribonensis ( Oostingh )

5. Oliva ( Anazola ) gibbosa ( MARTIN )

6. Nassarius ( Zeuxis ) verbeeki ( MARTIN )

7. Terebra sp

8. Placuna placenta Linnaeus 9. Murex (M.) lebacanus MARTIN

10. Zaria angulata Sowerby (Turritella simplex MARTIN)

11. Paphia (Calliotapes) vandermeermohri Oostingh

12. Paphia cheribonensis Oostingh

13. Siphonalia paradoxica crassicostata MARTIN

14. Natica sp

15. Chlamys sp.

Adapun foraminifera bentos yang dijumpai diantaranya: Asterorotalia

multispinosa (Nakamura), Asterorotalia gaimardii (d’Orbigny), Nonion elongatum

(d’Orbigny), Bolivina sp., Elphidium discoidale (d’Orbigny), Elphidium aff.

craticulatum (Fichtel and Moll), Asterorotalia trispinosa (Thalmann), Robulus sp.,

Rotalia sp. A. Le Roy, ostracoda, yang menunjukkan formasi ini diendapkan disekitar

lingkungan intertidal - subtidal

Formasi Kaliwangu tersusun oleh litologi yang kadang mengandung lignit atau

material karbon, diperkirakan lingkungan pengendapan berada pada lingkungan reduktif

dan cenderung dekat ke pantai (rawa-rawa/marsh).

Kemunculan fosil jejak (Gambar IV.1) yang di temukan pada beberapa lapisan,

seperti: Planolites, Skolithos, Ophiomorpha, atau Thalassinoides, dapat menjadi salah

satu indikasi bahwa lingkungan tersebut merupakan lingkungan fluktuasi energi

pengendapan di daerah pasang – surut (Pemberton dkk, 1992).

Page 5: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

30

1 2

3 4

Gambar IV.1 Fosil Jejak : 1. Thalassinoides (lingkaran merah),2. Planolites (lingkaran hijau), 3. Skolithos (lingkaran kuning), 4. Ophiomorpha (lingkaran ungu)

Makin berkurangnya fosil moluska ataupun foraminifera dari taksa subtidal pada

Formasi Kaliwangu bagian atas diperkirakan pada bagian ini diinterpretasikan

merupakan daerah yang makin dangkal, dibandingkan Formasi Kaliwangu bagian

bawah.

Berdasarkan tafonomi dan taksa fosil moluska serta didukung oleh foraminifera

bentos, fosil jejak yang di jumpai, maka Formasi Kaliwangu diinterpretasikan bahwa

lingkungan pengendapannya relatif reduksi, intertidal – open shallow marine dan

dipengaruhi oleh hasil endapan zona pasang-surut.

IV.2 Interpretasi Arsitektur Sikuen Berdasarkan Tafonomi Moluska

Analisis tafonomi Moluska dapat membantu memecahkan masalah arsitektur

sikuen terutama pada lapisan batuan yang masif dan tidak teramati adanya pola

penumpukan sedimen (stacking pattern).

Page 6: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

31

IV.2.1 TST (Transgressive System Tract)

Transgresi dapat diartikan sebagai peningkatan ruang akomodasi yang

disebabkan oleh kenaikan muka air laut. Permukaan dimana muka air mencapai posisi

ke arah darat paling maksimum, dapat disebut sebagai maximum flooding surface

(Posamentier dkk., 1988; Van Wagoner dkk., 1988).

Awal TST (Transgressive Systems Tract) mulai terjadi diatas batas erosional

(ravinement surface) atau batas sikuen (sequence boundary). Ciri – ciri awal TST yang

dapat jelas teramati di lintasan yaitu ditemukannya disartikulasi, terdapatnya

bioturbasi, adanya campuran gravel (sisipan butir – butir kasar sedimen dalam klastik

halus), tingkat fragmentasi moluska cukup tinggi yang diinterpretasikan berasal dari sisa

– sisa sedimen yang terendapkan sebelumnya, dengan posisi tidak beraturan/tanpa

orientasi dari suatu taksa, menandakan tingkat abrasi yang cukup tinggi, umumnya

bergradasi keatas dimana fosil semakin berkurang, kadang di jumpai amber dan adanya

konkresi dengan variasi ukuran dan bentuk yang mengikuti arah perlapisan.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka awal TST (Gambar IV.8 dan Gambar IV.9)

di lintasan Sungai Cikandung (Lampiran B, Gambar IV.2) ditemukan 1, 3, 4, 8, 10, 11,

12, 13, 19, 20, dan di lintasan Sungai Cipedes (Lampiran C, Gambar IV.3, IV.4 dan

IV.5) ditemukan disiklus ke 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 36, 40, 41.

2 16

a1 a2

Gambar IV.2 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cikandung (a1) Nodul septaria pada lapisan batulempung, salah satu ciri E TST pada siklus ke 4, (a2) Individu Zaria angulata, gravely, salah satu ciri E TST diatas siklus 15.

Page 7: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

32

12 19

a1 a2

4 5

a3 a4 7 8

a5 a6

Gambar IV.3 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cipedes: (a1) Pecahan Zaria sp.,

fosil jejak, dan gravel merupakan ciri E TST pada siklus ke 13, (a2) Sisa tumbuhan pada batu pasir sangat halus – halus, salah satu ciri E TST pada siklus ke 19, Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cipedes (a3) Pecahan gastropoda, dan fragmen batuan, ciri dari E TST pada siklus 21, (a4) Fosil jejak pada singkapan batupasir yang merupakan salah satu ciri dari ETST (SB), pada siklus ke 23, (a5) Fosil jejak pada singkapan batupasir, nampak gravel, dan material batubara muda, ciri dari ETST (SB), pada siklus ke 24, (a6). Gravely sandstone, sisa tumbuhuhan, dan material batubara muda, ciri dari ETST (SB), pada siklus ke 25,

Page 8: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

33

9 13

a1 a2 14 15

a3 a4

16 18 a5 a6

Gambar IV.4 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cipedes: (a1) Amber dan gravel yang tersingkap, ciri dari E TST (SB) pada siklus ke 25, (a2) Placuna placenta yang menempel pada konkresi batupasir, salah satu ciri E TST pada siklus ke 29, (a3) Struktur silang siur pada batupasir halus – sedang lapisan batupasir pada siklus 28 (Aries 2008), (a4) Konkresi batupasir pada lapisan batulempung pada siklus ke 30 (Aries 2008), Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cipedes (a5) Fosil jejak yang tegak lurus dengan perlapisan pada batulempung pasiran teroksidasi salah satu ciri E TST (SB) pada siklus 30 (Aries 2008), (a6) Fosil Jejak tegak lurus dengan lapisan salah satu ciri E TST pada siklus 36 (Aries, 2008),

Page 9: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

34

19 21

a1 a2 22 23

a3 a4

Gambar IV.5 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cipedes: (a1) Fosil Jejak, Skolithos,

searah dengan perlapisan pada batupasir berbutir kasar ter-oksidasi pada siklus ke 36 (Aries, 2008), (a2) Fosil Murex sp., salah satu ciri TST yang di temukan pada siklus ke 40, (a3) Ekinoid yang tersingkap di lapisan batulempung pada siklus 40, (a4) Konkresi sepatria sejajar lapisan batulempung.

Pengendapan akhir TST merupakan konsentrasi hiatal yang terjadi karena

kelanjutan dari kenaikan muka air laut dan kondisi lingkungan yang relatif tenang. Ciri

– ciri akhir TST yang dapat jelas teramati di lintasan diantaranya di temukannya

artikulasi (conjoined) dalam kondisi posisi hidupnya dari suatu taksa, menandakan

tingkat abrasi yang cukup rendah, umumnya fosil utuh dan dewasa, terkadang lebih

bervariasi, dan tingkat fragmentasi cukup rendah, serta kadang di temukan lapisan yang

barren.

Berdasarkan ciri tersebut, maka akhir TST (Gambar IV.8 dan Gambar IV.9,) di

Sungai Cikandung (Lampiran B, Gambar IV.6) disiklus ke 11, 13, dan di Sungai

Cipedes (Lampiran C, Gambar IV.7) disiklus ke 20, 25, 26, 27, 28, 29, 35.

Page 10: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

35

16 13

a1 a2 Gambar IV.6 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cikandung (a1) Articulated bivalvia

salah satu ciri dari L TST, pada siklus ke 11, (a2) Zaria angulata relatif utuh, ukuran cukup besar, dan individu, salah satu ciri dari L TST pada siklus ke 13.

2 10

a1 a2 Gambar IV.7 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cipedes (a1) Posisi hidup Zaria

angulata dengan jumlah yang cukup banyak, salah satu ciri L TST di siklus ke 20, (a2) Posisi hidup Zaria angulata (individu posisi hidupnya) salah satu ciri L TST pada siklus ke 27.

Page 11: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

36

SB

SB

SB

SB

SB

SB

E TST

L TST

E HST

L HST

E HST

L HST

E TST

E HST

L TST

E TST

L HST

E TST

L TST

L HST

TST

TST

L TST

HST

L TST

E TSTL TST

E HSTL HST

E TST HST

L TST

E TST

Batas SB pada siklus ke 13 (keterangan Gambar)

Gambar IV.8 Contoh Early dan Late TST pada lintasan Sungai Cikandung

Page 12: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

37

Komposisi& Tekstur

Struktur

PenampangInterpretasi arsitektur

sikuenUnit S

tratigra

fi

Foto

Data

Sin

gkap

an

dan

Pe

rcon

toh

cla

y

silt

v.f.s

.

f.s.

m.s

.

c.s

.

v.c

.s.

pbl.

cb

l.

bld

r.

Fosil

S. Cipedes

SB

SB

SB

SB

E TST

E TST

L TST

E TST

L TST

E HST

E TST

L TST

E HST

L HST

L TST

HST

E TSTL TST

E HSTL HST

E TST HST

Gambar IV.9 Contoh Early dan Late TST pada lintasan Sungai Cipedes

Page 13: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

38

4.2.2. HST (Highstand Systems Tract)

HST (Highstand Systems Tract) terjadi ketika kenaikan muka air laut relatif

secara perlahan dibandingkan dengan TST, sehingga menyebabkan suplai sedimen

relatif sama dengan rata – rata ruang akomodasi. Hal ini menyebabkan transgresi

berakhir dan mulai berlanjut ke arah regresi. Endapan regresi, yang terbentuk ketika

suplai sedimen lebih besar dari ruang akomodasinya, terutama mulai terbentuk saat late

HST (Highstand Systems Tract).

Pada awal HST ditemukan percampuran individu fosil moluska yang masih

muda (juvenile) dan dewasa, dikarenakan mulai turunnya muka air relatif yang

menyebabkan moluska tidak dapat berkembang secara sempurna karena lingkungan

yang mulai pekat oleh larutan sedimen (Parras dan Casadio, 2004), Dalam kondisi ini

umumnya ditemukan fosil moluska yang dewasa umumnya di temukan setempat-

setempat posisi hidupnya (posisi hidup) dan individual artikulasi. Ditemukan fosil

moluska yang masih muda (juvenile) dalam lebih mendominasi, menandakan telah

terjadi proses sedimentasi yang sangat cepat. Cangkang fosil moluska mulai ditemukan

dalam keadaan pecah – pecah (pecahan) dan tidak lengkap.

Berdasarkan hal tersebut, maka awal HST (Gambar IV.15 dan Gambar IV.16)

yang dapat jelas teramati di lintasan Sungai Cikandung (Lampiran B, Gambar IV.10 dan

IV.11) ditemukan disiklus ke 1, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 19, 20, dan di lintasan

Sungai Cipedes (Lampiran C, Gambar IV.12) ditemukan disiklus ke 21, 27, 28, 29, 34,

37, 40, 41.

1 3

a1 a2

Gambar IV.10 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cikandung (a1). Articulated Paphia vandermeermohri , salah satu ciri E HST pada siklus ke 3, (a2) Placuna placenta melimpah dan tersebar pada lapisan batulempung, ciri E HST pada siklus ke 5.

Page 14: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

39

5 4

a1 a2 7 6 a3 a4 9 10 a5 a6 18 a7 Gambar IV.11 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cikandung (a1) artikulasi

conjoined Paphia vandermeermohri (cukup melimpah), salah satu ciri dari E HST pada siklus ke 7, (a2) Conjoined Paphia cheribonensis salah satu ciri dari HST pada siklus ke 8, (a3) Pecalan moluska muda dan dewasa moluska, salah satu ciri EHST pada siklus ke 10 (a4). Individual disarticulated Placuna sp., pecahan dan moluska muda salah satu ciri dari E HST pada siklus ke 9, 11. (a5) Small Anadara sp., salah satu ciri dari E HST pada siklus ke 11, (a6) Nassarius sp, dan fragmented moluska, ciri EHST pada siklus ke 12, (a7 moluska muda dan moluska dewas Zaria angulata, ciri dari E HST pada siklus ke 20

Page 15: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

40

1 6 a1 a2 20 23 a3 a4 Gambar IV.12 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cipedes (a1) Fosil individu life

position Placuna placenta, yang ditemukan di lapisan batulempung, salah satu ciri dari HST, (a2). Fragmented juvenile bivalvia dan gastropoda, pada batulempung, ciri dari E HST pada siklus ke 23, (a3) Posisi hidupZaria angulata, salah satu ciri E HST pada siklus ke 37, (a4) Juvenile dan fragmented moluska salah satu ciri E HST pada siklus 41

Puncak highstand system tract dapat dicirikan dari perulangan suatu peristiwa

berkali – kali (multiple-event concentrations) berupa orientasi cangkang fosil moluska

yang paralel terhadap lapisan dengan lapisan yang relatif tidak mengandung fosil,

umumnya fosil moluska dewasa terdisartikulasi lebih mendominasi. Hal tersebut dapat

mengindikasikan bahwa telah terjadi akresi yang sangat cepat. Kadang dijumpai sisipan

karbon, karena penurunan muka air laut juga umumnya berasosiasi dengan lapisan

karbon atau batubara sebagai sisipan, juga campuran sedimen dengan butir yang kasar

(Aswan, 2006).

Endapan Akhir HST (gambar IV.15 dan Gambar IV 16) yang dapat jelas

teramati di lintasan Sungai Cikandung (Lampiran B, Gambar IV.13) ditemukan disiklus

ke 4, 7, 11, 12, 16, 17, dan di lintasan Sungai Cipedes (Lampiran C, Gambar IV.14)

ditemukan disiklus ke 20, 24, 28, 37.

Page 16: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

41

11 15 a1 a2 17 20 a3 a4

Gambar IV.13 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cikandung (a1) Singkapan batulempung, nampak alternathing Zaria sp., bed, ciri dari L HST pada siklus 13, (a2) Artikulasi Paphia sp., salah satu ciri HST pada siklus ke 20, (a3) Multiple-event consentrations Zaria sp., salah satu ciri L HST pada siklus ke 12

3

a1

Gambar IV.14 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cipedes (a1) Multple-event consentration pecahan moluska salah satu ciri L HST di siklus ke 20

Page 17: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

42

SB

SB

SB

SB

SB

SB

E TST

L TST

E HST

L HST

E HST

L HST

E TST

E HST

L TST

E TST

E TST

L TST

L HST

TST

TST

L TST

HST

L TST

E TSTL TST

E HSTL HST

E TST HST

L HST

E HST

L TST

E TST

L HST

Batas Antara TST dengan HST (keterangan

Gambar)

multiple-event concentrations (keteranga Gambar)

Gambar IV.15 Contoh Early dan Late HST pada lintasan Sungai Cikandung

Page 18: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

43

Komposisi& Tekstur

Struktur

PenampangInterpretasi arsitektur

sikuenUn

it S

tratigra

fi

Foto

Da

ta S

ing

kap

an

dan

Pe

rcon

toh

cla

y

silt

v.f.s.

f.s.

m.s

.

c.s

.

v.c.s

.

pbl.

cb

l.

bld

r.

Fosil

S. Cipedes

SB

SB

SB

L TST

E HST

E TST

L TST

L HST

E HST

E TST

E HST

L TST

E TST

E TSTL TST

E HSTL HST

E TST HST

L HST

E HST

Batas antara E HST dengan L HST (keterangan Gambar)

Gambar IV.16 Contoh Early dan Late HST pada lintasan Sungai Cipedes

4.2.3. LST (Lowstand System Tract)

LST (Lowstand System Tract) terdiri dari endapan-endapan yang paling tua

dalam tipe 1 depositional Sequence, yakni tipe 1 merupakan sikuen pengendapan yang

terbentuk pada saat relative sea level fall di garis pantai tanpa memperhatikan basin

fisiography-nya. Sikuen atas dibatasi oleh bidang ketidak selarasan ke arah daratan pada

saat kondisi lowstand. Dalam suatu cekungan yang dicirikan oleh suatu shelf break.

Page 19: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

44

LST diendapkan selama suatu penurunan relatif permukaan laut dan pada awal suatu

penaikan relatif permukaan laut.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka diperkirakan pada siklus ke 17, 19, di

lintasan Sungai Cikandung (Lampiran B), dan pada siklus ke 36, 37, 38, di lintasan

Sungai Cipedes (Lampiran C), merupakan sedimen pada saat LST.

IV.6 Kandungan Mineral Lempung

Formasi Kaliwangu disusun oleh batulempung yang sangat tebal dan memiliki

kandungan fosil moluska melimpah. Batulempung Merupakan batuan sedimen

(sedimentary rock) yang mempunyai ukuran butir lempung sangat halus, tersusun oleh

mineral-mineral lempung (clay minerals), yang merupakan hasil proses penguraian atau

dekomposit kimia terhadap mineral - mineral silika. Hal tersebut cukup menarik dikaji

lebih lanjut, diantaranya dengan melakukan analisa XRD, untuk mengetahui kandungan

mineral lempung, diperkirakan dapat dihubungkan antara tafonomi, dan

mengindikasikan posisi lingkungan pengendapan kumpulan fosil moluska (Tabel 4.5)

dengan hasil analisis XRD (lampiran D).

Analisa dilakukan pada contoh yang mengandung fosil moluska yang

mendominasi (melimpah) pada beberapa lapisan tertentu. Fosil moluska tersebut yaitu :

Zaria angulata, Murex sp., Placuna placenta dan Paphia vandermeermohri, Murex (M.)

lebacanus MARTIN.

Fosil moluska: Zaria angulata pada contoh 08 SRi 02, Zaria angulata di Sungai

Cipedes berasosiasi dengan mineral lempung: nontronite (Na0.3 Fe2 +3 ( Si , Al )4 O10

( O H )2 !n H2 O). Nontronite termasuk kedalam kelompok smectite. Kelompok ini

cenderung terdapat pada sedimen lingkungan laut, tepatnya di daerah tepi pantai

(nearshore) dan open shallow marine (Eslinger and Pevear, 1988). Pada contoh 07 SRi

76 Zaria angulata di Sungai Cikandung, berasosiasi dengan mineral lempung: nacrite

(Al2 Si2 O5 ( O H )4), dan muscovite (K Al2 Si3 Al O10 ( O H )2) (Tabel 4.5). Nacrite,

termasuk kedalam kelompok kaolin, kelompok yang cenderung terdapat pada sedimen

yang terendapkan di daerah fluviatil (Eslinger and Pevear, 1988). Mineral muscovite

termasuk kedalam kelompok mica, kelompok ini cenderung terdapat pada sedimen di

daerah dekat pantai (nearshore) (Eslinger and Pevear, 1988).

Page 20: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

45

Fosil moluska Paphia vandermeermohri, pada contoh 08 SRI 07 di Sungai

Cikandung berasosiasi dengan kaolinite (Al2 Si2 O5 ( O H )4). Kaolinite termasuk pada

kelompok kaolin, kelompok ini cenderung terdapat pada sedimen yang terendapkan di

daerah fluviatil (Eslinger and Pevear, 1988). Pada contoh 08 SRI 13 di Sungai Cipedes,

dijumpai mineral lempung: montmorillonite (bentonite) (( Na , Ca )0.3 ( Al , Mg )2 Si4

O10 ( O H )2 !x H2 O) (Tabel 4.5). Montmorillonite (bentonite) termasuk kedalam

kelompok smectite. Kelompok ini cenderung terdapat pada sedimen lingkungan laut,

tepatnya di daerah dekat pantai (nearshore) dan open shallow marine (Eslinger and

Pevear, 1988).

Fosil Placuna placenta, pada contoh 08 SRI-03, dan 08 SRI-10. Spesies ini

berasosiasi dengan montmorillonite (( Na , Ca )0.3 ( Al , Mg )2 Si4 O10 ( O H )2 !x H2

O) dan Illite (K0.5 ( Al , Fe , Mg )3 ( Si , Al )4 O10 ( O H )2) (Tabel 4.5).

Montmorillonite termasuk kedalam kelompok smectite. Montmorillonite dan Illite ini

cenderung terdapat pada sedimen lingkungan laut, tepatnya di daerah dekat pantai

(nearshore) dan laut dangkal terbuka (open shallow marine) (Eslinger and Pevear,

1988).

Fosil Murex (M.) lebacanus MARTIN, ditemukan pada contoh 08 SRI 12 di

Sungai Cikandung. Spesies ini berasosiasi dengan kaolinite (Al2 Si2 O5 ( O H )4) (Tabel

4.5), yang termasuk kedalam kelompok kaolin. Kelompok ini cenderung terdapat pada

sedimen yang terendapkan di daerah fluviatil (Eslinger and Pevear, 1988).

IV.7 Diskusi

Pada hasil penelitian ini Hasil penelitian juga menunjukkan terdapatnya 39

siklus pengendapan dan teridentifikasi sebanyak empat (4) tipe konsentrasi cangkang

yang dapat dibedakan melalui ciri - ciri tafonomi. Empat tipe ini ditemukan di lokasi

penelitian di dalam sikuen pengendapan; sebagai Early TST (Transgressive Systems

Tract), Late TST (Transgressive Systems Tract), Early HST (Highstand Sytems Tract)

dan Late HST (Highstand Sytems Tract). Pada umumnya, setiap sikuen yang ada tidak

terdiri dari seluruh elemen sikuen yang ada (LST, early TST, late TST, early HST dan

late HST) secara lengkap. Hal ini diperkirakan akibat proses erosi yang terjadi pada saat

suatu elemen sikuen tertentu diendapkan yang mengerosi elemen sikuen sebelumnya

yang sudah terendapkan.

Page 21: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

46

Dari hasil pengamatan di daerah penelitian nampak suatu perkembangan

kehidupan yang cukup menarik pada beberapa taksa fosil moluska yang dijumpa, yaitu

spesies: Zaria angulata, Murex sp., Placuna placenta dan Paphia vandermeermohri,

Murex (M.) lebacanus MARTIN. Keempat spesies tersebut dijumpai cukup

mendominasi dibeberapa lapisan tertentu. Hal tersebut diperkirakan dapat dihubungkan

dengan faktor ekologi, dimana moluska sangat tergantung pada kedalaman air, salinitas,

temperatur atau subtrat lingkungan pada saat taksa ini hidup (Beu dan Maxwel, 1990).

Keadaan subtrat lingkungan diantaranya ditentukan oleh mineralogi dari dasar

pembentuknya dimana dalam definisi mineral menyatakan bahwa mineral di cirikan

oleh komposisi kimia. Komposisi tersebut dinyatakan oleh rumus yang memperlihatkan

unsur yang terkandung di dalam suatu mineral. Beberapa unsur tersebut dapat berperan

membantu dalam proses fosilisasi, mempengaruhi faktor ekologi diantaranya pada pH

dan nutrisi.

Selanjutnya mineral lempung dapat berperan sebagai penyangga pH dengan

mempertukarkan ion-ion basa dan menyediakan hara anorganik, organik dan air. Nilai

pH juga menentukan penyebaran spesies, dimana pH lingkungan yang optimum untuk

pertumbuhan masing-masing spesies berbeda-beda.

Dari hasil analisis XRD (lampiran D) pada tiap contoh batuan, mengandung

unsur silika (SiO2), yang diperkirakan hasil erosi dari batuan yang lebih tua atau akibat

dari debu gunungapi. Silika dapat mencirikan banyaknya kandungan oksigen yang

secara umum akan mempengaruhi pada kelimpahan spesies tertentu. Adanya unsur Ca

pada beberapa contoh, menunjukkan adanya pelarutan dari batugamping, sehingga

mempengaruhi pada pembentukan atau perkembangan cangkang moluska, khususnya

spesies Placuna placenta dan Paphia vandermeermohri.

Fosil moluska Zaria angulata umumnya dapat hidup dan berkembang dengan

baik di daerah intertidal hingga open shallow marine (Okutani, 2000). Dari interpretasi

system track berdasarkan tafonomi dan keberadaan spesies Zaria angulata pada contoh

07 Sri 02, yang berasosiasi mineral nontronite (Na0.3 Fe2 +3 ( Si , Al )4 O10 ( O H )2n

H2 O) diinterpretasikan bahwa lapisan batuan ini terendapkan saat air laut pada E HST,

berada di daerah dekat pantai (nearshore). Adanya unsur Na, pada komposisi mineral

tersebut diatas menunjukan bahwa daerah tersebut merupakan endapan dari sedimen

darat. Zaria angulata di Sungai Cikandung, berasosiasi dengan mineral lempung:

Page 22: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

47

nacrite (Al2 Si2 O5 ( O H )4), dan muscovite (K Al2 Si3 Al O10 ( O H )2)

diinterpretasikan saat lapisan batuan ini terendapkan pada L HST (08 SRI 76)

diperkirakan berada di daerah pantai (intertidal). Adanya unsur K pada komposisi

mineral tersebut diatas, menunjukan bahwa daerah tersebut merupakan endapan dari

sedimen darat.

Fosil moluska Paphia vandermeermohri, umumnya dapat hidup dan

berkembang dengan baik di daerah intertidal hingga open shallow marine (Okutani,

2000). Dari interpretasi system track berdasarkan tafonominya, dan adanya mineral

kaolinite (Al2 Si2 O5 ( O H )4) tersebut pada contoh 08 SRI 07 di Sungai Cikandung,

diperkirakan lapisan batuan ini terendapkan saat air laut pada L HST berada di daerah

pantai (intertidal). Sedangkan pada contoh 08 Sri 13, dijumpai montmorillonite

(bentonite) (( Na , Ca )0.3 ( Al , Mg )2 Si4 O10 ( O H )2 !x H2 O)saat lapisan batuan ini

terendapkan pada E HST (08 SRI 13) di Sungai Cipedes diperkirakan berada di daerah

dekat pantai (nearshore). Adanya unsur Ca yang dijumpai pada contoh tersebut

menandakan daerah tersebut merupakan endapan laut (marine).

Fosil Placuna placenta, yang hidup di daerah intertidal hingga subtidal (Abbot

dan Dance, 1998) ditemukan pada contoh 08 SRI-03, dan 08 SRI-10. Dari interpretasi

system track berdasarkan tafonomi dan keberadaan spesies Placuna Placenta yang

berasosiasi dengan mineral montmorillonite (( Na , Ca )0.3 ( Al , Mg )2 Si4 O10 ( O H

)2 !x H2 O) dan Illite (K0.5 ( Al , Fe , Mg )3 ( Si , Al )4 O10 ( O H )2) bahwa lapisan

batuan ini terendapkan saat air laut pada E HST, baik di Sungai Cikandung maupun di

Sungai Cipedes diperkirakan berada di daerah dekat pantai (nearshore). Adanya unsur

Ca yang dijumpai pada contoh tersebut menandakan daerah tersebut merupakan

endapan laut (marine).

Fosil Murex (M.) lebacanus MARTIN, ditemukan pada contoh 08 SRI 12 di

Sungai Cikandung. Spesies ini berasosiasi dengan kaolinite (Al2 Si2 O5 ( O H )4), yang

termasuk kedalam kelompok kaolin. Kelompok ini cenderung terdapat pada sedimen

yang terendapkan di daerah fluviatil (Eslinger and Pevear, 1988). Dari interpretasi

system track berdasarkan tafonomi dan keberadaan spesies Murex (M.) lebacanus

MARTIN yang berasosiasi mineral kaolinite, maka lapisan batuan ini terendapkan saat

air laut pada E HST, diperkirakan berada di daerah pantai (intertidal).

Page 23: Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan IV.1 Moluska …digilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-soniarijan-33534-5... · Fosil jejak kadang ditemukan pada litologi batulempung

48

Tabel IV.3 Kandungan Mineral, Fosil Moluska, Lingkungan Pengendapan dan Tafonomi

No

No Contoh Mineral Lempung

(Hasil XRD) Fosil Moluska

Lingkungan Pengendapan

(Okutani, 2000/Abbott dan Dance, 1998)

Arsitektur

Sikuen Tafonomi

1. 08 SRI-02 Nontronite, Quartz Zaria angulata Dekat pantai (nearshore) E HST Juvenile & Dewasa, pecahan

2. 08 SRI-03 Montmorillonite-chlorite, Quartz Placuna placenta Intertidal – subtidal E HST pecahan, juvenile dan dewasa

3. 07 SRI 76 Muscovite, Quartz, Nacrite Zaria angulata Pantai (intertidal) L HST juvenile, disartikulasi, fragmen alternathing

4. 08 SRI-07 Kaolinite, Quartz Paphia vandermeermohri Pantai (intertidal) L HST Artikulasi conjoined

5. 08 SRI-10 Montmorillonite (bentonite), Quartz Placuna placenta Dekat pantai (nearshore) E HST Disartikulasi individu posisi

hidup (posisi hidup)

6. 08 SRI 12 Quartz, Kaolinit, Zaherite Murex (M.) lebacanus MARTIN Pantai (intertidal) E HST

Juvenile, artikulasi, individu posisi hidup (posisi hidup),

pecahan

7. 08 SRI-13 Montmorillonite (bentonite), Quartz

Paphia vandermeermohri, Dekat pantai (nearshore) E HST Artikulasi, Individu posisi

hidup (posisi hidup), pecahan