BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan -...

81
49 BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Profil sekolah Sekolah Dasar Negeri I Mangunsari terletak di desa Mangunsari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung. Luas tanah yang dimiliki 14.695 m 2 Sekolah Dasar Negeri I Mangunsari berdiri pada tahun 1951 dengan akreditasi B tahun 2011. Sekolah ini menyelenggarakan pendidikan inklusi pada tahun 2010. Kondisi guru/pegawai 2014/2015 terdiri dari satu kepala sekolah, enam guru kelas, satu guru mapel pendidikan agama, satu guru mapel penjasorkes dan satu tenaga perpustakaan. Kualifikasi pendidikan SI sebanyak delapan guru sedangkan kualifikasi D2 ada satu guru dan satu petugas perpustakaan berijisah D2. Enam orang berstatus PNS dan empat guru berstatus wiyata bakti. Dari tabel 4.1 Prestasi yang pernah dicapai dari tahun 2012-2015. NO Cabang Lomba Juara Tingkat 1 Menyanyi tunggal 1 Kecamatan 2 Atletik Pa dan Pi 1 Kecamatan 3 LCC 2 Kecamatan 4 Tari beregu 3 Kecamatan 5 Membatik 2 Kecamatan 6 Marching band Harapan 1 Kecamatan 7 Pesta siaga 3 Kecamatan

Transcript of BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan -...

Page 1: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

49

BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1 Profil sekolah

Sekolah Dasar Negeri I Mangunsari terletak di

desa Mangunsari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten

Temanggung. Luas tanah yang dimiliki 14.695 m2

Sekolah Dasar Negeri I Mangunsari berdiri pada tahun

1951 dengan akreditasi B tahun 2011. Sekolah ini

menyelenggarakan pendidikan inklusi pada tahun

2010. Kondisi guru/pegawai 2014/2015 terdiri dari

satu kepala sekolah, enam guru kelas, satu guru mapel

pendidikan agama, satu guru mapel penjasorkes dan

satu tenaga perpustakaan. Kualifikasi pendidikan SI

sebanyak delapan guru sedangkan kualifikasi D2 ada

satu guru dan satu petugas perpustakaan berijisah D2.

Enam orang berstatus PNS dan empat guru berstatus

wiyata bakti.

Dari tabel 4.1 Prestasi yang pernah dicapai dari

tahun 2012-2015.

NO Cabang Lomba Juara Tingkat

1 Menyanyi tunggal 1 Kecamatan

2 Atletik Pa dan Pi 1 Kecamatan

3 LCC 2 Kecamatan

4 Tari beregu 3 Kecamatan

5 Membatik 2 Kecamatan

6 Marching band Harapan 1 Kecamatan

7 Pesta siaga 3 Kecamatan

Page 2: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

50

8 Pidato 2 Kecamatan

9 LSS Harapan 1 Kabupaten

10 Cipta puisi 2 Kecamatan

11 Lari Sprint 3 Kecamatan

12 Mapsi Lcc 3 Kecamatan

13 Mapsi Tilawatil

Qur’an Pi

1 Kecamatan

14 Mapsi Tilawatil

Qur’an Pa

2 Kecamatan

15 Mapsi Khat dan

Kaligrafi Pi

3 Kecamatan

Sumber: Dokumen SDN I Mangunsari

4.1.1 Sejarah Inklusi di SDN I Mangunsari

Kondisi awal sekolah dilihat dari segi tenaga

guru belum memadai untuk menyelenggarakan

pendidikan inklusi. Hal ini dikarenakan sekolah belum

memiliki sertifikat keahlian. Keadaan guru belum

semuanya berstatus PNS ada tiga guru kelas berstatus

wiyata bakti. Dari segi sarana dan prasarana

sebelumnya sangat minim sekarang sudah mendekati

lengkap terkait SDN I Mangunsari sebagai sekolah

inklusi.

Sarana dan prasarana di SDN I Mangunsari

belum memadai untuk menyelenggarakan pendidikan

inklusi. Hal ini dapat dilihat dari keadaan alat peraga

sebagai pendukung pembelajaran secara inklusi belum

mencukupi. Buku-buku bacaan khusus ABK belum

tercukupi, alat permainan pendukung kreatifitas ABK

Page 3: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

51

juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

khusus belum tersedia. Namun dengan ditunjuknya

SDN I Mangunsari sebagai penyelenggara inklusi

pemerintah mulai memperhatikan sarana dan

prasarana di sekolah tersebut. Hal tersebut dibuktikan

dengan fasilitas yang mendukung kegiatan guru dan

siswa dalam pendidikan untuk semua. Sarana dan

prasarana pendukung inklusi misalnya beberapa

computer, LCD, peralatan drum band, buku-buku

bacaan ABK, TV, alat permainan anak berkebutuhan

khusus, dan beberapa peralatan olahraga. Daya

dukung sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah

dapat menggali kemampuan siswa sesuai bakat, minat,

dan potensi yang dimiliki.

Dari segi kesiswaan pada tahun 2012/2013

sejumlah 124 siswa dengan ABK sepuluh siswa. Tahun

2013/2014 ada 131 siswa ABK enam siswa sedangkan

tahun 2014 sebanyak 126 dengan tujuh anak

berkebutuhan khusus.

Sejarah penyelenggaraan pendidikan inklusi di

SDN I Mangunsari dirintis sejak tahun 2010 dan

berjalan lima tahun. Selama ini pendidikan inklusi di

SDN I Mangunsari belum pernah meluluskan ABK.

Dasar penyelenggaraan pendidikan inklusi yaitu

pendataan dari Dinas Pendidikan Temanggung

mengenai anak berkelainan khusus. Hasil pendataan

menyatakan jumlah ABK sejumlah enam belas siswa.

Jumlah tersebut menduduki urutan ketiga

sekabupaten Temanggung. Dasar itulah Dinas

Page 4: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

52

pendidikan kabupaten Temanggung menunjuk SDN I

Mangunsari sebagai penyelenggara inklusi.

Proses penyelenggara pendidikan inklusi

berdasarkan Surat Perintah Tugas dari Kepala Dinas

Pendidikan kabupaten Temanggung tertanggal 10 April

2010. Kepala dinas pendidikan Temanggung

menugaskan kepala sekolah SDN I Mangunsari untuk

mengikuti kegiatan fasilitasi pendidikan inklusi se Jawa

Tengah. Diklat diikuti lima peserta yaitu kasi

kurikulum pendidikan dasar dan empat kepala sekolah.

Berikut disajikan tabel peserta diklat fasilitasi

pendidikan inklusi tahun 2010:

Tabel 4.2

NO Nama NIP Jabatan

1. Tri Haryono,

S.Pd

19630413

1982011001

Kasi

kurikulum

2. Purwanto, S.Pd 1960403

1983031019

Kepala SMPN

4 Temanggung

3. Subagio, S.Pd 19620428

1985081002

Kepala SDN I

Mangunsari

4. Muh Rum

Hanafi, S.Pd

19551115

1977011 004

Kepala SDN

Tempuran

5. Chaerudin

Bachri

19530504

1973041 001

Kepala SDN

Tegalrejo

Sumber: Dokumentasi kepala sekolah.

Berdasarkan penugasan tersebut di atas SDN I

Mangunsari berusaha mewujudkan pendidikan inklusi.

Page 5: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

53

Tabel 4.3 Keadaan ABK tahun 2015 SDN I Mangunsari.

NO Nama Kelas Jenis Kelainan

1. Bagus Pratama I Slowleaner

2. Victory NatanaEl III Tuna daksa

Slowleaner

3. Rahmat Yudha IV Slowleaner

4. Mardiyana Rahayu IV Slowleaner

5. Dani Nugraha V ADHD

6. Nurul Latifah V Slowleaner

7. Mardiyanto VI Slowleaner

Sumber: Data SDN I Mangunsari hasil tes psikologi

4.1.2 Visi dan Misi Sekolah

Rumusan visi Sekolah Dasar Negeri I

Mangunsari sebagai imajinasi moral yang dijadikan

dasar atau rujukan dalam menentukan tujuan atau

keadaan yang secara khusus diharapkan sekolah.

Adapun visi SDN I Mangunsari adalah “Unggul dalam

prestasi berdasarkan iman dan taqwa untuk peserta

didik tanpa kecuali”.

Misi SDN I Mangunsari sebagai berikut: a)

memantapkan penghayatan dan pengamalan hidup

beragama sesuai dengan agama dan kepercayaan

masing-masing siswa, b) menanamkan nilai-nilai

aqidah dan budi pekerti luhur dengan maksimal, c)

mengimplementasikan proses pembelajaran dengan

efektif dan maksimal, d) menumbuhkembangkan

prestasi siswa yang cakap dan handal serta mampu

bersaing di dunia pendidikan maupun lingkungan

Page 6: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

54

masyarakat, e) menumbuhkembangkan karakter siswa

yang dapat dipercaya (trustworthiness), mempunyai

rasa hormat dan perhatian (respect), tekun (diligence),

tanggungjawab (responsibility), berani (courage),

integritas (intergrity), peduli (caring), jujur (fairness),

dan kewarganegaraan (citizenship), f) menanamkan

nilai-nilai budaya bangsa sesuai dengan kepribadian

bangsa Indonesia, g) mendorong siswa untuk

memahami dan mengkaji serta menumbuhkembangkan

potensi siswa dengan berbagai ilmu pengetahuan dan

teknologi yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa

melalui proses pembelajaran maupun bimbingan karir.

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan di SDN I Mangunsari

bertujuan untuk mengevaluasi program-program

penyelenggaraan pendidikan inklusi. Menarasikan

pelaksanaan pendidikan inklusi pada aspek

perencanaan program, pelaksanaan program, dan

evaluasi program. Pengumpulan data dengan

menggunakan triangulasi maka hasil penelitian dan

pembahasan dapat dipaparkan dengan model CIPP

(kontek, input, Proses, dan product).

4.2.1 Komponen Kontek

4.2.1.1 Kebutuhan Penyelenggaraan Pendidikan

Inklusi

Pendidikan inklusi di SDN I Mangunsari

sangat dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Alasan

yang mendasar adalah kesadaran masyarakat tentang

Page 7: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

55

pendidikan semakin kuat. Masyarakat tidak

kebingungan dalam mendidik anak terutama orang tua

yang mempunyai anak berkebutuhan khusus. Hal ini

dapat diyakinkan dengan pendapat Kepala Sekolah

sebagai berikut:

Pendapat ini diperkuat oleh Ema guru kelas satu

sebagai berikut:

Pendapat keduanya diperkuat lagi oleh Sutanto sebagai

Komite Sekolah SDN I Mangunsari sebagai berikut:

“ Masyarakat terutama orang tua yang mempunyai anak cacat atau kelainan mulai menyadari pentingnya

pendidikan. Anggapan yang keliru tentang anak yang

mempunyai kelainan mulai memudar. Maka dari itu

mereka berminat menyekolahkan di sekolah ini.

Keyakinan inilah yang mendukung penyelenggaraan

pendidikan inklusi di SDN I Mangunsari”. ( wawancara tanggal 11 April 2015)

“Anak-anak berkelainan mulai mendapat

perhatian dari keluarga. Mereka mulai menarik diri

dengan anggapan yang keliru. Pendidikan tidak hanya

untuk anak normal saja. Anak cacat membutuhkan sentuhan pendidikan agar dapat hidup mandiri sesuai

dengan kemampuannya. Mereka juga punya ha katas

kasih sayang dan pendidikan.” (wawancara tanggal

11 April 2015)

“Awalnya orang tua di Mangunsari kurang

memperhatikan pendidikan untuk anak cacat. Mereka mengabaikannya dan beranggapan untuk apa

menyekolahkan anak cacat. Seiring dengan berjalannya

waktu mereka menyadari pentingnya pendidikan inklusi.

Letak sekolah yang dekat mendukung orang tua yang

mempunyai ABK untuk menyekolahkan anaknya.

Mereka mendapat pendidikan sesuai dengan kebutuhannya. Daripada harus menyekolahkan ke SLB

yang letaknya jauh dari rumah mereka”. (Wawancara

tanggal 19 April 2015)

Page 8: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

56

Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga

nara sumber dapat disimpulkan bahwa pendidikan

inklusi di SDN I Mangunsari memang dibutuhkan di

masyarakat setempat. Kesadaran masyarakat tentang

pendidikan bagi anak cacat mulai meningkat.

Kebutuhan penyelenggaraan pendidikan

inklusi di SDN I Mangunsari diperkuat dengan bukti

dokumen berupa Surat Perintah tugas dari Dinas

Pendidikan kabupaten Temanggung nomor :893.3/

/2010 tentang diklat fasilitasi pendidikan inklusi

seluruh propinsi Jawa Tengah. Diklat dilaksanakan di

BP-Dikjur Propinsi Jawa Tengah JL. Brotojoyo No. 1

Semarang. Dokumen tersebut diperkuat dengan

keluarnya Surat Keputusan Nomor: 420/068/2015

penyelenggara pendidikan inklusi yang dikeluarkan

oleh Dinas Pendidikan Temanggung.

4.2.1.2 Tujuan penyelenggaraan pendidikan inklusi

di SDN I Mangunsari adalah pemberian layanan

pembelajaran dan layanan perilaku bagi anak

berkebutuhan khusus (ABK). Kepala Sekolah

menuturkan sebagai berikut:

“Tujuan pendidikan inklusi untuk menjaring siswa

yang mempunyai kelainan atau ABK agar bersekolah.

Memperoleh pendidikan tanpa harus bersekolah di SDLB atau SLB yang terletak di pusat kota Temanggung. Selain

itu tujuannya adalah membantu dan membekali siswa

agar berkembang sesuai dengan potensinya. Yang lebih

spesifik yaitu mendidik ABK dapat hidup mandiri”.

(wawancara tanggal 11 April 2015)

Page 9: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

57

Demikian juga hasil wawancara dengan Ema

guru kelas satu menguatkan pendapat Kepala Sekolah.

Beliau menuturkan sebagai berikut:

Terkait pernyataan Kepala Sekolah dan Ema,

Komite Sekolah memberi penguatan mengenai tujuan

penyelenggaaran pendidikan inklusi di SDN I

Mangunsari. Berikut beliau menuturkan:

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat

disimpulkan bahwa tujuan pendidikan inklusi di SDN

Mangunsari adalah agar anak berkebutuhan khusus

dapat bersekolah di lingkungan tempat tinggal. Sasaran

pendidikan inklusi membekali siswa dapat berkembang

sesuai dengan potensinya dan dapat hidup mandiri.

Studi dokumentasi yang sesuai dengan tujuan

penyelenggaraan pendidikan inklusi di SDN I

Mangunsari adalah visi SDN I Mangunsari. Bunyi

visinya sebagai berikut: “Unggul dalam prestasi

“ siswa yang memiliki kebutuhan khusus memerlukan

pendidikan agar dapat duduk sejajar dengan anak normal dalam bidang pendidikan. Maka dari itu,

semampu kami memberikan pelayanan khusus kepada

ABK agar dapat hidup mandiri paling tidak dapat

mengurusi dirinya sendiri. Selain itu wali murid yang

mempunyai ABK tidak harus ke SDLB atau SLB

Temanggung yang jaraknya cukup jauh dari

Mangunsari”. (wawancara tanggal 13 April 2015)

“ABK yang ada di desa Mangunsari berhak atas layanan

pendidikan yang layak sebagaimana anak normal.

Terselenggaranya pendidikan inklusi di SDN I

Mangunsari berarti orang tua yang memiliki ABK dapat

menyekolahkan anaknya di desanya sendiri”.

(wawancara tanggal 19 April 2015)

Page 10: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

58

berdasarkan Iman dan Taqwa untuk peserta didik

tanpa kecuali”.

4.2.1.3 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat

SDN I Mangunsari terletak di sebuah desa

dengan penduduk yang heterogen. Mata pencaharian

sebagian besar bertani. Pandangan masyarakat

terhadap anak kelainan sangat rendah apalagi terhadap

pendidikan. Kondisi tersebut membuat keprihatinan

pak Subagio sebagai kepala sekolah penyelenggara

inklusi. Sesuai hasil wawancara dengan Kepala

Sekolah sebagai berikut:

Pendapat tersebut dikuatkan Toto Sarwito sebagai

berikut:

Pernyataan tersebut diperkuat dengan

pendapat Sutanto selaku komite sekolah. Beliau

menuturkan sebagai berikut:

“Stigma masyarakat terhadap ABK negatif. Mereka

enggan menyekolahkan anaknya yang ABK. Menurut

mereka anak yang memiliki daya pikir rendah atau

lamban tidak dapat sekolah dengan baik. Hal ini akan

membuang-buang waktu dan biaya. Bagi mereka kehidupan anak berkelainan cukup di rumah saja”.

(wawancara tanggal11 April 2015)

“Masyarakat malu mempunyai anak kelainan. Mereka

beranggapan bahwa anak berkelainan tidak perlu

sekolah. Keberadaannya di sekolah akan merepotkan

keluarga karena keluarga harus mengurus segala

kebutuhannya”. (wawancara tanggal 19 April 2015)

“Anak berkebutuhan khusus sangat jarang mendapat

perhatian dari keluarga. Mereka disingkirkan karena dianggap sebagai aib keluarga. Terlepas dari itu

pendidikan jauh dari jangkauan mereka.”

(wawancara tanggal 13 April 2015)

Page 11: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

59

Pada komponen kontek menunjukkan bahwa

kondisi di SDN I Mangunsari sebagai penyelenggaraan

pendidikan inklusi menunjukkan bahwa orang tua

siswa yang mempunyai ABK menolak menyekolahkan

anaknya. Pihak sekolah melakukan pendekatan dengan

orang tua ABK. Seperti pendapat pak Subagio:

Menurut Kepala Sekolah cara menyakinkan

masyarakat terutama orang tua siswa yang anaknya

berkebutuhan khusus dengan pendekatan. Hal ini

dilakukan agar penyelenggaraan pendidikan inklusi

dapat berjalan dengan baik. Beliau menuturkan :

Hal ini diperkuat dengan pendapat Yuli Sariyanto

sebagai berikut:

Penyataan tersebut diperkuat lagi dengan pendapat

Kamsilah guru mata pelajaran penjasorkes. Berikut

hasil wawancara dengan guru tersebut :

“Saya melakuan pendekatan dengan orang tua siswa.

Saya memberi penjelasan mengenai pentingnya pendidikan untuk semua anak tanpa terkecuali. Anak

cacatpun membutuhkan pendidikan agar mereka dapat

mandiri”. (wawancara 11 April 2015)

“Sebagai guru pendidikan Agama saya berusaha agar

anak berlainan dapat bersekolah. Melalui kegiatan

keagamaan saya menemui orang tua yang mempunyai

ABK. Intinya pembicaraan kami memohon kesadarannya

untuk menyekolahkan anaknya. Pada dasarnya anak merupakan amanah dari Tuhan maka dari itu rawatlah

ia sebaik-baiknya”. (wawancara tanggal 15 April 2015)

“Memberikan penjelasan kepada orang tua mengenai

pentingnya pendidikan walaupun anak mempunyai

keterbatasan pasti ada kelebihannya. Dengan kelebihan

dimiliki itu dapat dikembangkan di sekolah. Penanganan di sekolah anak dapat berkembang sesuai potensinya”.

(wawancara tanggal 11 April 2015)

Page 12: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

60

Berdasarkan pendekatan yang dilakukan kepala

sekolah dan guru secara bertahap membawa hasil yang

signifikan. Masyarakat mulai menyadari pentingnya

kesadaran berpendidikan bagi anak yang mengalami

kecacatan atau kelainan. Kebutuhan pendidikan

inklusi di SDN I Mangunsari sangat penting bagi

masyarakat. Anak dengan kebutuhan khusus dapat

bersekolah dengan anak-anak normal. Mereka dapat

berinteraksi dengan orang lain. Mereka belajar di

antara anak-anak dalam situasi belajar tanpa ada

perbedaan. Hal ini didukung dengan bukti dokumen

MOU dengan orang tua ABK. Kerjasama ini berisi

tentang jalinan kerjasama untuk meningkatkan

pelayanan pendidikan bagi ABK. Bukti dokumen

terlampir.

4.2.1.4 Sosialisasi Penyelenggaraan Inklusi

Sebelum penyelenggaraan pendidikan

inklusi Kepala Sekolah melaksanakan sosialisasi

dengan masyarakat dan sekolah lain. Hal ini sesuai

dengan pendapat Kepala Sekolah SDN I Mangunsari

sebagai berikut:

“Setelah dinyatakan sebagai sekolah penyelenggara

inklusi maka saya mengadakan sosialisasi dengan

masyarakat. Tujuannya agar masyarakat menyadari

penunjukkan inklusi di SD kami. Selain itu saya juga

mengadakan sosialisasi dengan sekolah lain. Karena

saya mempunyai keyakinan bahwa setiap sekolah pasti mempunyai siswa yang memerlukan penanganan

khusus”. (wawancara tanggal 23 April 2015)

Page 13: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

61

Hal tersebut di atas dikuatkan Toto Sarwito sebagai

berikut:

Pendapat di atas diperkuat lagi dengan pendapat

Sutanto sebagai Komite Sekolah sebagai berikut:

Hal ini dapat dibuktikan dengan datangnya Kepala

Sekolah dari luar wilayah Ngadirejo minta penjelasan

cara menangani ABK. Hasil observasi di lapangan

berkat sosialisasi ada nilai plus pada penyelenggaraan

pendidikan inklusi di SDN I Mangunsari yaitu di SD

tersebut mempunyai siswa ABK dari luar wilayah

Ngadirejo. Siswa tersebut berkelainan ganda yaitu

tunadaksa dan slowleaner yang berasal dari Kecamatan

Kedu. Biaya yang ditimbulkan dari kegiatan sosialisasi

dibebankan pada dana bantuan siswa ABK dari APBD I.

Hal ini dibuktikan dengan studi dokuemnatsi berupa

notulen rapat.

“Di Sekolah SDN I Mangunsari awal menyelenggarakan

inklusi mengadakan sosialisasi dengan masyarakat sekitar dan sekolah lain. Hal ini dilakukan agar

masyarakat mendukung program tersebut”. (wawancara

tanggal 18 April 2015)

“Inklusi merupakan program baru bagi sekolah kami,

segala sesuatu yang baru pasti ada kendala yang perlu segera diatasi. Setelah melalui pendekatan dengan

masyarakat pihak sekolah juga melakukan sosialisasi

secara umum. Hal ini dilakukan agar masyarakat mau

menerima keberadaan SDN I Mangunsari sebagai sekolah

penyelenggara inklusi. Selain itu berdasar program kerja

sekolah, pihak sekolah juga melakukan sosialisasi dengan

sekolah lain”. (wawancara tanggal 19 April 2015)

Page 14: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

62

4.2.2 Komponen Input

Untuk mendukung keberhasilan program

pendidikan inklusi di SDN I Mangunsari direncanakan

secara sinergis melalui program pengelolaan anak

berkebutuhan khusus.

4.2.2.1 Program Pengelolaan ABK di SDN I Mangunsari

dapat dilukiskan pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Rencana Aksi pengelolaan ABK SDN I Mangunsari

NO Rencana Pelaksana Kerja

sama

Target

1. Pembentukan

Team

pengelola

Sekolah Komite

dan

sekolah

Selama

program

berjalan

2. Identifikasi

ABK

Kepala

sekolah,

guru

RSJ

magelang

Awal

tahun

Pelajaran

3. Workshop

penyelenggara

inklusi

Kepala

sekolah

dan semua

guru

Dinas

terkait

Awal dan

selama

program

berjalan

4. Modifikasi

kurikulum

Kepala

sekolah,

guru,

komite

Komite,to

koh

masyarak

at, bidan

desa

Awal

tahun

pelajaran

5. Pengadaan

Sarana dan

Kepala

sekolah

Guru dan

komite

Selama

program

Page 15: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

63

prasarana dan guru,

komite

sekolah berjalan

6. Pengadaan

GPK

Kepala

sekolah

SLB

Temangg

ung

Selama

program

berjalan

7. Penggalian

Sumber dana

Pemerinta

h,

masyaraka

t

Sekolah

dan

komite

Selama

program

berjalan

8. Pencarian

bakat melalui

kegiatan

ekstra

Semua

guru dan

kepala

sekolah

Orang tua

siswa

Selama

program

berjalan

Sumber: hasil wawancara dengan Kepala Sekolah tanggal 18 April

2015

4.2.2 Komponen Proses

4.2.2.1 Pembentukan Team Pengelola Pendidikan

Inklusi

Pembentukan team pengelola

penyelenggaraan pendidikan inklusi di SDN I

Mangunsari dituntut kinerja yang tinggi. Pengelolaan

pendidikan inklusi secara baik dan benar dapat

meningkatkan produktifitas. Hal ini dimulai dari

perencanaan program yang telah disepakati.

Harapannya semua rencana program dapat

dilaksanakan dengan baik dan dapat menghasilkan out

put yang bermutu. Pengelolaan penyelenggaraan

pendidikan inklusi terdiri dari kepala sekolah, guru

Page 16: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

64

kelas, guru mata pelajaran, orang tua siswa, dan

komite sekolah. Team tersebut saling mengisi dan

bekerjasama agar dapat terwujud pendidikan inklusi di

SDN I Mangunsari.Hal ini sesuai dengan wawancara

Kepala Sekolah sebagai berikut:

Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Ema

Darliyah sebagai berikut:

Komite sekolah memperkuat pendapat Kepala Sekolah

dan Ema sebagai berikut:

“Kami sebuah team saling membantu dan bekerjasama dalam melaksnakan pendidikan inklusi. Terlebih guru

kelas memegang peranan yang penting dalam

penyelenggaraan inklusi karena SDN I Mangunsari

tidak memiliki GPK. Penanganan dan pemberian

layanan khusus dilakukan guru kelas dan saya ikut turun tangan di dalamnya karena ABK dengan

ketunaan ADHD hanya takut kepada saya”.

(wawancara tanggal 23 April 2015).

“Kebersamaan di antara kami sangat mendukung

pelaksanaan pendidikan inklusi. Kami saling mengisi

satu dengan yang lainnya. Tentunya kami semua

mempunyai kekurangan tapi berkat kerjasama yang

baik kekurangan itu tertutup dengan kelebihan teman guru yang lain. Peran kepala sekolah sebagai seorang

manajer membuat penyelenggaraan inklusi dapat

berjalan dengan baik. Untuk administrasi sekolah

inklusi dikerjakan dengan sangat tertib”. (wawancara

tanggal 23 April 2015)

“Hubungan guru dan kepala sekolah sebagai

penyelenggara inklusi sangat harmonis. Hal ini dapat

dirasakan manakala ada kegiatan selalu mengadakan

kerjasama dengan komite sekolah.” (wawancara tanggal

19 April 2015) :

Page 17: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

65

Hasil ketiga nara sumber dapat disimpulkan bahwa

team pengelola pendidikan inklusi di SDN I Mangunsari

saling bekerjasama untuk melaksanakan pendidikan

inklusi dengan sebaik-baiknya. Hasil observasi di

lapangan menunjukan bahwa team pengelola

penyelenggara pendidikan inklusi di SDN I Mangunsari

dapat dilihat dari hasil respoden. Hal ini dapat dilihat

dari jawaban yang hampir sama mengenai pelaksanaan

program pendidikan inklusi. Studi dokumen mengenai

team pengelola penyelenggaraan pendidikan inklusi

berdasarkan pembagian tugas guru (SK KBM).

4.2.2.1.1 Kepala Sekolah

Kepala sekolah mempunyai peran yang

sangat besar pada perencanaan program-program

inklusi. Kepala sekolah hendaknya berusaha

mendayagunakan sumber-sumber daya yang dimiliki

sekolah. Sumber daya manusia terkait dengan

kompetensi guru, sarana dan prasarana sebagai

pendukung dan penunjang penyelenggaraan program

inklusi di SDN I Mangunsari. Selain itu kepala sekolah

dan team work berupaya mengembangkan kurikulum

disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang memiliki

kebutuhan khusus agar semua siswa mendapat

pelayanan pendidikan. Hal ini berprinsip pendidikan

inklusi pada dasarnya merupakan pendidikan untuk

semua dengan harapan kelulusan memiliki

keterampilan sebagai bekal hidup.

Page 18: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

66

Pendapat Yuni Purwaningsih mengenai peran kepala

sekolah sebagai berikut:

Selanjutnya Setyo Yuliani menguatkan pendapat Yuni

Purwaningsih sebagai berikut:

Pendapat Yuni Purwaningsih dan Setyo Yuliani

dikuatkan oleh Budiyono Yakobus sebagai berikut:

Berdasarkan pendapat ketiga nara sumber

dapat diambil kesimpulan bahwa peran kepala sekolah

dalam pembuatan rencana program inklusi sangat

“Pertama kali dicanangkan sebagai sekolah

penyelenggara inklusi kepala sekolah bekerja keras

untuk mewujudkan program tersebut. Kepala sekolah

sebagai pimpinan di sekolah mendapat tugas untuk

mengikuti workshop tentang sekolah inklusi. Hasil dari

workshop tersebut disosialisasikan kepada semua guru. Selanjutnya kami membuat rencana program inklusi.

Tugas ini sangat berat bagi kepala sekolah karena

berhasil dan tidaknya program sekolah tergantung

manajemen kepala sekolah”. (Wawancara tanggal 18

April 2015)

“Rencana program pendidikan inklusi di sekolah kami

dikerjakan secara bersama-sama. Hal terpenting dalam

pemrograman ini didasari rapat dewan guru terlebih dahulu. Kepala sekolah mendapat ilmu tentang inklusi

diterapkan dengan membimbing guru. Kepala sekolah

sebagai manajer dituntut kinerjanya dalam mengelola

potensi guru untuk mewujudkan program inklusi secara

maksimal”. (Wawancara tanggal 18 April 2015)

“Program penyelenggaraan inklusi merupakan hal yang

baru bagi kami. Rencana programnya seperti apa dan

bagaimana cara membuatnya belum ada bayangan

sedikitpun bagi kami. Beruntung kepala sekolah

mendapat ilmu tentang inklusi terlebih dahulu.

Dengan bimbingan beliau kami semua belajar membuat rencana program inklusi”. (Wawancara

tanggal 18 April 2015)

Page 19: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

67

besar. Kepala sekolah mensosialisasikan ilmu yang

didapat dari workshop kemudian membimbing semua

guru. Hal tersebut didukung dengan program kerja

kepala sekolah.

4.2.2.1.2 Guru Kelas

Guru kelas merupakan pendidik pada kelas

tertentu di sekolah inklusi. Guru kelas memberi

pembelajaran kepada siswa normal dan siswa

berkebutuhan khusus dalam situasi yang bersamaan.

Guru kelas yang mengajar di sekolah inklusi

sepantasnya mendapat penghargaan yang setinggi-

tingginya. Guru-guru yang memiliki ketekunan,

kesabaran dan ketulusan, telaten, teliti, dan didasari

rasa iklas yang sanggup memberi layanan kepada anak

berkebutuhan khusus. Pernyataan ini sesuai dengan

pendapat Kepala Sekolah sebagai berikut:

“Awal ditunjuk sebagai sekolah inklusi saya

merencanakan pendekatan secara pribadi. Hal ini saya

lakukan agar semua guru siap mental dalam menghadapi

anak berkebutuhan khusus karena memang sangat sulit untuk memberi pembelajaran keada siswa yang berbeda

tingkat kecerdasannya. Sekolah inklusi menuntut kinerja

guru yang lebih ekstra. Selain mendidik siswa normal

juga memberi layanan khusus kepada anak

berkebutuhan khusus. Sekolah kami memiliki lima siswa slowleaner satu siswa tuna laras atau hiperaktif dan satu

lagi tuna ganda. Berdasar ketunaan ini kami harus

memiliki input pribadi yang tangguh agar dapat

menangani siswa-siswa tersebut. Dasar kami menangani

siswa tersebut adalah kesadaran untuk beribadah.”

(wawancara tanggal 23 April 2015)

Page 20: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

68

Hal ini diperkuat oleh pendapat Toto

Sarwito guru kelas tiga yang memiliki siswa tuna

rangkap. Ketunaan atau kelainan ganda memerlukan

kesabaran dalam memberi pelayanan. Siswa mengalami

ketunaan slowleaner dan tuna daksa. Siswa harus

memakai kursi roda dan masih mengalami

keterlambatan dalam berpikir. Berdasar ketunaan

siswa yang diderita maka guru harus memiliki

kesabaran yang luar biasa. Pendapat Toto Sarwito

sebagai berikut:

Ema Darliyah juga menambahkan pendapat Kepala

Sekolah dan Toto Sarwito sebagai berikut:

“Kesiapan mental saya pertama kali mendengar

penunjukkan sekolah inklusi sangat sulit menerima.

Bagaimana tidak untuk menangani siswa normal saja

memerlukan ketelatenan tersendiri. Karena guru harus memahami karakter siswa satu demi satu. Atas

masukan dan saran dari kepala sekolah kami

menyadari bahwa anak berkebutuhan khusus juga memerlukan pendidikan. Kesadaran inilah yang

membuat saya berencana memberi pelayanan kepada

ABK sebaik mungkin”. (Wawancara tanggal 18 April 2015)

“Rencana awal penyelenggaran inklusi membuat kami

kebingungan. Hal ini karena memang kami tidak

memiliki ilmu tentang pendidikan luar biasa. Rencana-rencana program yang telah direncanakan harus

dilaksanakan sebaik mungkin. Maka dari itu, pak

Subagio sebagai kepala sekolah bertindak bijaksana.

Kami semua diberi pengarahan mengenai dasar

penanganan ABK dengan rasa keiklasan dan dasar

ibadah. Alhamdulillah pengarahan tersebut membuka

hati kami untuk beribadah di bidang pendidikan”

Page 21: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

69

Dari hasil wawancara dari ketiga nara

sumber dapat diambil kesimpulan bahwa persiapan

penyelenggaraan inklusi memerlukan persiapan

mental. Karena pendidikan inklusi merupakan dunia

baru bagi guru SDN I Mangunsari. Secara bijak kepala

sekolah mengambil solusi dengan jalan memberi

masukan dan saran agar segala sesuatu didasari

dengan rasa ikhlas dan dasar ibadah. Studi dokumen

berupa notulen rapat.

4.2.2.1.3 Guru Mata Pelajaran

Guru sebagai tenaga profesional pada jalur

pendidikan formal mulai dari pendidikan anak usia dini

sampai dengan pendidikan menengah. Guru mata

pelajaran termasuk pada kategori pendidik professional

yang mengajar mata pelajaran tertentu sesuai dengan

kualifikasi pendidikan. Setiap jenjang pendidikan guru

mata pelajaran dibutuhkan keberadaannya begitu pula

di sekolah inklusi. Guru tersebut memiliki tugas yang

sama dengan guru kelas yaitu tetap memberi pelayanan

kepada anak berkebutuhan khusus.

“Dasar kami melaksanakan pendidikan inklusi adalah

rasa keiklasan dan rasa syukur yang luar biasa. Saya

tidak bisa membayangkan jika saya mengalami ketunaan seperti mereka. Maka dari itu timbul dalam

benak saya untuk selalu memberi layanan kepada

siswa ABK semampu saya agar mereka dapat duduk

sejajar dengan anak normal. Mereka juga berhak

mendapat pendidikan dan kasih saying”. (wawancara

tanggal 18 April 2015)

Page 22: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

70

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kepala Sekolah:

Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat

Kamsilah sebagai guru penjasorkes sebagai berikut:

Puji Sariyanto sebagai guru pendidikan Agama

menguatkan pendapat kepala sekolah dan bu Kamsilah

sebagai berikut:

Hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan

bahwa kehadiran guru mata pelajaran sangat berperan

dalam mengembangkan bakat yang dimiliki ABK. Hal

ini didukung program kegiatan ekstrakulikuler. Buku

kegiatan ekstrakulikuler terlampir.

“Guru mata pelajaran sangat dibutuhkan

keberadaaanya di sekolah kami karena sekolah kami

menyelenggarakan sekolah inklusi. Guru tersebut rencananya membantu pencarian bakat istimewa yang

dimiliki ABK. Pengembangan bakat menjadi sangat

berarti manaklaa siswa memiliki bakat istimewa agar

dapat berkembang sesuai potensinya. Tujuan yang

terpenting siswa memiliki life skill untuk bekal

hidupnya kelak”. (Wawancara tanggal 23 April 2015)

“Sekolah kami menyelenggarakan pendidikan inklusi

menuntut saya bekerja lebih berhati-hati karena

sebagai guru olahraga saya harus memberi pelayanan

kepada ABK secara sama porsinya dengan siswa

normal. Sesuai dengan rencana program saya harus memprograman pencarian bakat ABK agar dapat

penanganan sesuai dengan bakat yang dimilikinya”.

(Wawancara tanggal 13 April 2015)

“sekolah inklusi di sekolah kami menguatkan iman saya

untuk memberikan pelayanan khusus kepada ABK.

Melalui pendidikan agama saya memprogramkan

pencarian bakat. Kegaitan ini dimaksudkan agar siswa yang memiliki bakat istimewa di bidang agama dapat

dikembangkan secara maksimal”. (Wawancara tanggal

13 April 2015)

Page 23: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

71

4.2.2.1.4 Komite Sekolah

Komite Sekolah merupakan mitra kerja sekolah.

Peran komite sekolah sangat membantu terlaksananya

rencana program pendidikan. Di SDN I Mangunsari

pihak sekolah bekerjasama dengan komite sekolah

dalam menentukan rencana-rencana program inklusi.

Berikut hasil wawancara dengan Komite Sekolah:

Pendapat Komite Sekolah diperkuat dengan pendapat

Kepala Sekolah sebagai berikut:

Pendapat ini diperkuat dengan pendapat Toto Sarwito

sebagai berikut:

“ Saya sebagai komite sekolah berusaha semampu

saya untuk menyumbangkan apa yang dapat

disumbangkan. Perencanaan program sekolah yang dibicarakan selalu melibatkan komite sekolah.

Perencanaan program sehubungan dengan sekolah

inklusi memerlukan sarpras pendukung maka dari itu

saya berencana menambah sarana dengan mencari

dana yang lain. Saya akan berkoordinasi selain dari

masyarakat saya akan melakukan pendekatan dengan pemerintah desa sebagai wujud pertanggungjawaban

pemerintah desa”. (wawancara tanggal 19 April 2015)

“Sekolah melibatkan komite sekolah dalam

menyelenggarakan pendidikan inklusi. Komite sekolah

bersama-sama membuat rencana program sekolah inklusi terutama koordinasi dengan masyarakat desa.

Komite sekolah menampung aspirasi masyarakat dan

menyampaikan pada pihak sekolah. Aspirasi ini

menjadi masukan untuk membuat rencana program

inklusi”. (wawancara tanggal 23 April 2015)

“Rencana program inklusi tidak terlepas dari peran

komite sekolah. Kami sangat terbantu dengan

hadirnya komite di sekolah terutama berhubungan dengan perencanaan sumber dana yang berasal dari

masyarakat untuk mendukung program inklusi”.

(wawancara tanggal 18 April 2015)

Page 24: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

72

Kesimpulan dari wawancara tersebut

adalah peran komite sekolah diperlukan dalam

membuat rencana program inklusi di SDN I

Mangunsari. Dukungan sangat dibutuhkan

sehubungan koordinasi dengan masyarakat desa.

4.2.2.1.5 Orang Tua Siswa

Kerjasama yang harmonis dengan

masyarakat terutama keluarga anak berkebutuhan

khusus sangat diperlukan. Hal ini bertujuan agar ada

komunikasi dan interaksi antara pihak sekolah dengan

keluarga. Pihak sekolah mendapatkan informasi dan

latar belakang anak berkebutuhan khusus secara rinci.

Keadaan anak berkebutuhan khusus juga dapat

diterima di lingkungan masyarakat dan keluarga.

Pendidikan yang diterima siswa selama di

sekolah sekitar lima sampai enam jam selebihnya

berada dalam lingkungan keluarga. Perhatian keluarga

menjadi sangat berarti manakala ikut memperhatikan

masa depan ABK. Hasil wawancara dengan Matius wali

murid dari siswa yang bernama Victory NatanaEl

sebagai beikut:

“Saya sangat mendukung rencana program pendidikan

inklusi di SDN I Mangunsari. Rencana program

membuat saya sebagai wali murid ABK sangat senang.

Sebelum anak saya sekolah di sini saya sangat

kebingungan karena letak SLB sangat jauh dari rumah saya. Setelah mencari informasi akhirnya saya

menyekolahkan anak saya ke sini. Setiap hari saya

mengantarkan ke sekolah agar anak saya mendapat

pendidikan seperti anak normal”. (wawancara tanggal

15 April 2015)

Page 25: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

73

Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat

Dewi wali murid dari Dani Nugroho siswa kelas lima

yang memiliki ketunaan ADHD atau hiperaktif sebagai

berikut:

Pendapat tersebut juga dikuatkan dengan

pendapat Rahmat yang mempunyai anak normal yang

bernama Anita sebagai berikut:

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil

wawancara tersebut di atas adalah wali murid sangat

setuju atas terselenggaranya sekolah inklusi di SDN I

Mangunsari. Hasil observasi di lapangan peneliti

menjumpai seorang lelaki yang sedang menunggu

anaknya yang tuna ganda bersekolah. Lelaki tersebut

bernama Matius seorang pendeta setiap hari rela

mengantarkan dan menunggu anaknya sekolah. Studi

dokumen berupa surat perjanjian kerjasama dengan

wali murid ABK.

“saya tidak tahu apa yang dinamakan sekolah inklusi

yang penting anak saya iktu sekolah. Saya hanya seorang petani tidak athu apa itu prencana program

inklusi. Terpenting bagi saya agar anak saya mdapat

bersekolah daripada di rumah tidak ada yang

mengarahkan. Rasanya sedih sekali dengan keadaan

anak saya karena dia susah diatur dan suka berbuat

seenaknya sendiri. Dengan sekolah mungkin perbuatan anak saya dapat terkendali”. (wawancara

tanggal 15 April 2015)

“saya tidak merasa sungkan dengan keberadaan siswa

yang kurang normal. Pada awalnya saya tidak setuju

dengan sekolah inklusi karena anak saya bersekolah

dengan anak yang mempunyai keterbatasan. Akhirnya

saya menyadari bahwa mereka juga ciptaan Tuhan”.

(wawancara tanggal 15 April 2015)

Page 26: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

74

4.2.2.2 Identifikasi ABK

Siswa yang masuk di sekolah inklusi yaitu

siswa yang mempunyai berkebutuhan khusus dan

siswa normal. Kedua jenis siswa tersebut mengikuti

proses pembelajaran secara bersamaan. Pada dasarnya

penyelenggaraan pendidikan inklusi dibutuhkan proses

identifikasi siswa. Hal ini diartikan screening atau

penjaringan terhadap anak yang mengalami kelainan.

Tujuannya untuk memberi layanan khusus melalui

perencanaan pembelajaran dan pemantauan

perkembangan pembelajaran. Pada komponen input

hasil wawancara Kepala Sekolah menunjukkan bahwa

awal tahun diadakan identifikasi. Kegiatan ini

dilaksanakan untuk menentukan jenis kelainan dan

kebutuhan yang diperlukan.

Identifikasi siswa dilakukan guru dengan

bantuan tenaga ahli agar asesmen memperoleh hasil

yang maksimal. Dalam hal ini sekolah bekerjasama

dengan RSJ Magelang. Biaya tes psikolog tidak sama

antara siswa satu dengan yang lainnya. Untuk jenis

ABK slowleaner sekitar RP 65.000,00. Program

identifikasi ABK dilaksanakan pada awal tahun

pelajaran. Dana yang digunakan untuk program ini

bersumber dari dana siswa ABK yaitu dari APBD I. Hal

ini sesuai hasil wawancara dengan Kepala Sekolah

sebagai berikut:

“Sebagai SD penyelenggara inklusi awal tahun pelajaran

kami mengadakan identifikasi ABK pada kelas satu.

Selanjutnya kami membawanya ke rumah sakit jiwa di

Magelang untuk mengikuti tes psikologi. Identifikasi ini

Page 27: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

75

Hal ini diperkuat dengan pendapat Emi Yuliani sebagai

guru kelas sebagai berikut:

Pendapat tersebut di atas diperkuat oleh

pendapat Komite Sekolah sebagai berikut:

Hasil identifikasi/asesmen yang dilaksanakan

dengan melibatkan dokter RSJ digunakan untuk

menetapkan kemampuan awal sebelum mendapat

pelayanan khusus. Studi dokumen berupa hasil tes

psikologi tiap siswa yang menyatakan bahwa klasifikasi

siswa berdasar tes yang dijalaninya. Hasil tes psikologi

dari rumah sakit jiwa Magelang terlampir.

Hambatannya letak rumah sakit jiwa jauh dari SDN I

Mangunsari. Sehingga memakan waktu satu hari

efektif pembelajaran. Akibatnya guru pengantar tidak

“Awal tahun pelajaran saya dan salah satu guru

mengantar siswa ke RSJ Magelang untuk mengikuti tes

psikologi. Hasil dari tes tersebut untuk mendekteksi

kelainan atau kebutuhan yang diperlukan selanjutnya dijadikan pedoman untuk mengklasifikasikan jenis

kebutuhan khusus”. (Wawancara tanggal 11 April 2015)

“Selaku komite sekolah saya mendapat laporan dari

kepala sekolah bahwa awal tahun pelajaran sekolah

membawa sebagian siswa untuk mengikuti tes psikologi

di RSJ Magelang. Kepala sekolah mengkoordinasi siswa untuk mengikuti tes psikologi di RSJ Magelang. Program

ini dinilai sangat bagus untuk memberi layangan kepada

anak yang mempunyai kebutuhan khusus.”.

(Wawancara tanggal 19 April 2015)

kami mengadakan kerjasama dengan RSJ Magelang agar

mendapatkan hasil optimal. Tujuannya dari identifikasi

adalah untuk menentukan jenis kelainan atau ketunaan

dan pemberian pelayanan kepada ABK”. (wawancara

tanggal 23 April 2015)

Page 28: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

76

melaksanakan tugas mengajar. Hasil tes psikologi

diklasifikasi dua kelainan yang diderita siswa SDN I

Mangunsari seperti tabel 4.5

Tabel 4.5

Hasil Pemeriksaan Psikologis

No Nama Kls Hasil IQ

Jenis Kelainan

Bentuk Layanan

1. Bagus Pratama

I 86-90

Slowleaner

Pengulangan Instruksi, kemampuan

motorik halus

ditingkatkan

2. Victory NatanaEl

III 70-80

Tuna daksa Slowleane

r

Pengulangan instruksi

3. Rahmat

Yudha

IV 70-

80

Slowleane

r

Petunjuk

untuk mendapat respon yang

sesuai

4. Mardiyana

Rahayu

IV 70-

80

Slowleane

r

Pengulanga

instruksi

5. Dani

Nugroho

V 115 ADHD Penerapan

disiplin

6. Nurul

Latifah

V 70-

80

Slowleane

r

Pengulanga

n instruksi

7. Mardiyanto VI 60 Slowleaner

Pengulangan instruksi

dan penguatan

tugas yang diberikan

Sumber: Data SDN I Mangunsari hasil tes psikologi

Page 29: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

77

4.2.2.3 Workshop Penyelenggara Pendidikan Inklusi

Kebijakan pemerintah dalam mewujudkan

sekolah penyelenggara pendidikan inklusi diperlukan

persiapan yang matang. Kebijakan tersebut bertujuan

agar penyelenggaraan pendidikan inklusi berjalan

sesuai peraturan. Salah satu kebijakan adalah

mengadakan workshop bagi sekolah penyelenggara

inklusi. Penyelenggaraan di BP-Diksus Semarang

dengan peserta semua guru penyelenggara inklusi.

Selain itu workshop juga diadakan di SMPN 4

Temanggung. Tujuannya untuk peningkatan tenaga

pendidik sekolah inklusi. Pelaksanaan workshop pada

tanggal 8 dan 9 Desember 2010. Kepala sekolah

menugaskan semua guru untuk mengikuti workshop

yang diadakan di SMPN 4 Temanggung. Sekolah

menjelaskan tentang keikutsertaan workshop dan

manfaatnya sebagai berikut:

“Berdasarkan kebijakan pemerintah mengenai

penyelenggaraan inklusi di Indonesia, kepala sekolah dan

guru dibekali materi inklusi melalui workshop. Secara

bertahap sekolah inklusi mendapat tugas untuk mengikuti workshop. Dimulai dari kepala sekolah kemudian guru.

Rencanaya semua guru akan dikirim untuk mengikuti

workshop. Tujuannya agar guru sebagai pelaksana

pembelajaran dapat melaksanakan pendidikan secara

benar. Semua guru di SDN I Mangunsari telah mengikuti

workshop inklusi. Workshop tidak hanya dari Dinas tetapi SMPN 4 Temanggung sebagai sekolah penyelenggara

inklusi juga menyelenggarakannya. Ilmu yang diperoleh

diterapkan di sekolah. Walau sedikit yang didapatkan

namun guru tetap berusaha untuk mewujudkan

pendidikan inklusi pendidikan untuk semua”. Biaya yang digunakan untuk workshop mengambil dana dari APBD I

(wawancara tanggal 23 April 2015)

Page 30: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

78

Pernyataan Kepala Sekolah dikuatkan hasil

wawancara dengan Puji Sariyanto guru mata pelajaran

agama sebagai berikut:

Sutanto selaku komite sekolah menguatkan pendapat

kepala sekolah dan guru pendidikan agama.

Berikut hasil wawancara dengan beliau:

Workshop tentang penyelenggaran pendidikan

inklusi di SDN I Mangunsari telah terlaksana dengan

baik. Semua guru mendapat kesempatan mengikuti

workshop di Semarang. Berdasarkan hasil wawancara

ketiga nara sumber tersebut di atas disimpulkan bahwa

dengan adanya kebijakan pemerintah untuk

“Secara bergantian dengan waktu yang berlainan guru SDN I Mangunsari mengikuti workshop untuk

memahami pedoman penyelenggaraan pendidikan

inklusi. Sekolah berencana mengirim semua guru untuk

mengikuti workshop. Bekal ilmu yang diperoleh dari

workshop inklusi akan kami terapkan di sekolah agar

kami tidak salah dalam melaksanakan pendidikan inklusi. Kami mengikuti workshop tidak hanya di BP-

Diksus dan LPMP tetapi juga mengikuti di sekolah lain

yang menyelenggarakan pendidikan inklusi. Kami juga

mengikuti workshop yang diadakan SMPN 4

Temanggung tujuannya untuk peningkatan tenaga pendidik sekolah inklusi khususnya pada kegiatan

belajar mengajar. Biaya yang ditimbulkan diambil dari

dana bantuan ABK (inklusi) dari APBD I”. (wawancara

tanggal 11 April 2015)

“Setelah pendataan siswa kemudian guru-guru secara

bergantian dan bertahap mengikuti workshop di

Semarang. kegiatan diklat yang diikuti kepala sekolah dan

guru sebagai persiapan perwujudan penyelenggaraan

pendidikan inklusi di SDN I Mangunsari”. (wawancara

tanggal 19 April 2015)

Page 31: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

79

menyelenggarakan pendidikan inklusi maka Kepala

Sekolah berencana mengirim semua guru untuk

mengikuti workshop. Hal ini didukung dengan studi

dokumen berupa program kerja tahunan (RKT) dan

sertifikat. Hambatan yang muncul pada program ini

adalah terbatasnya waktu untuk mengikuti program

workshop. Ilmu yang diperoleh belum cukup untuk

memberi layanan pada ABK.

4.2.2.4 Modifikasi Kurikulum

Modifikasi kurikulum dimaksudkan

menyelaraskan kurikulum sesuai dengan kebutuhan

siswa khusus. Tujuannya agar anak berkebutuhan

khusus mendapat pelayanan kebutuhan sesuai potensi

yang dimiliki. Kurikulum yang digunakan di SDN I

Mangunsari yaitu kurikulum hasil modifikasi tujuan,

materi, proses dan evaluasi. Proses modifikasi

kurikulum didahului rapat kerja yang diikuti team

penyusun kurikulum. Modifikasi kurikulum

dilaksanakan pada awal tahun pelajaran. Penyusunan

kurikulum tersebut dibiayai dari APBD I. Team terdiri

dari kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran,

komite sekolah, tokoh masyarakat termasuk bidan

desa.

Struktur kurikulum terdiri dari mata

pelajaran, muatan lokal, pengembangan diri, dan

program khusus. Untuk program khusus dimasukkan

pada awal pengembangan kurikulum dimaksudkan

agar rencana program tersebut dapat direalisasikan

pada pelaksanaan kurikulum. Program khusus

Page 32: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

80

merupakan program layanan yang diberikan pada anak

berkebutuhan khusus sesuai dengan kelainan yang

diderita.Modifikasi kurikulum terdapat pada empat

komponen pokok pembelajaran yaitu: tujuan, materi,

proses dan evaluasi. Implikasinya pada kegiatan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat

tiap guru. Setiap guru mempelajari standar isi, standar

proses, dan standar penilaian.

Modifikasi tujuan mengacu pada tujuan-

tujuan pembelajaran yang ada pada kurikulum standar

nasional diselaraskan dengan kebutuhan siswa ABK.

Untuk itu siswa ABK mempunyai kompetensi sendiri

berbeda dengan siswa normal. Hal tersebut terkait

dengan standar kompetensi lulusan (SKL), standar

kompetensi (SK), kompetensi dasar beserta indikator.

Modifikasi materi dimaksudkan untuk

menyederhanakan materi disesuaikan dengan kondisi

ABK. Dalam hal ini guru harus pandai-pandai

membuat program pembelajaran agar ABK dapat

mengikuti pembelajaran sesuai dengan kebutuhan

kekhususannya. Dasar yang digunakan untuk

memahami kondisi ABK adalah hasil tes psikologi.

Modifikasi proses adalah perbedaan pada

proses pembelajaran antara ABK dengan siswa normal.

Metode, sumber belajar, waktu belajar dan penggunaan

media pembelajaran yang diterapkan pada anak normal

tidak digunakan pada ABK. Proses pembelajaran

disesuaikan dengan kelaina atau ketunaan yang

dimiliki ABK.

Page 33: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

81

Modifikasi evaluasi terletak pada sistem

penilaian. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada

siswa normal dan ABK sama namun untuk bobot soal

yang berbeda. Termasuk dalam modifikasi evaluasi

adalah kriteria kenaikan kelas dan sistem kelulusan.

Pada kurikulum inklusi di SDN I Mangunsari

mencantumkan kriteria kenaikan kelas. ABK yang

tidak menggunakan kurikulum standar (PPI) kenaikan

kelas didasarkan atas umur kalender (dimungkinkan

tinggal kelas jika umur belum mencapai batas

minimal).

Kriteria kelulusan pada kurikulum SDN I

Mangunsari bagi ABK yang tidak menggunakan

kurikulum standar tidak perlu diikutkan ujian akhir

sekolah bertarap nasional, tetapi diikutkan ujian

sekolah (pasal 9, Permendiknas 70/2009) ABK tidak

perlu dinyatakan lulus, namun cukup diberi surat

keterangan tamat, dan berhak menerima surat

keterangan tamat belajar (SKTB).

Kegiatan program khusus juga dirumuskan

pada kurikulum SDN I Mangunsari. Tujuannya untuk

mengurangi dampak negatif pada kelainan atau

ketunaan yang diderita ABK. Memberikan layanan

pendidikan yang lebih bermanfaat dan dapat

mengembankan potensi dirinya. Untuk anak tunadaksa

diberikan program bina gerak, anak ADHD dengan bina

sosial dan bina diri sedangkan slowleaner dengan bina

diri. Hal ini sesuai dengan pendapat Kepala Sekolah

sebagai berikut:

Page 34: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

82

Hal ini dikuatkan oleh Budiyono Yakobus. Beliau

menuturkan:

Komite sekolah menguatkan hal tersebut sebagai

berikut

Berdasarkan hasil studi dokumen sekolah

telah memiliki dokumen kurikulum I dan 2 secara

lengkap. Hal ini dapat dibuktikan adanya dokumen

kurikulum yang dipakai di SD tersebut. Pembuatan

“Awal tahun pelajaran SDN I Mangunsari menyusun

kurikulum dengan melibatkan guru,komite sekolah, dan

tokoh masyarakat. Kurikulum yang digunakan

kurikulum standar nasional tetapi dimodifikasi dengan kebutuhan ABK. Kami juga mencantumkan program

bimbingan khusus ABK.Kurikulum memakai model

modifikasi. Sekolah merubah kurikulum standar nasional

yang berlaku untuk siswa reguler untuk disesuaikan

dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus.

Modifikasi terdiri atas empat komponen yaitu: tujuan, materi, proses dan evaluasi. Rencananya sekolah akan

melibatkan guru kelas, guru mapel, komite sekolah,

bidan desa, wali murid dan tokoh masyarakat”.

(Wawancara tanggal 11 April 2015)

“Proses penyusunan kurikulum berbeda dengan

kurikulum di sekolah umum. Hal ini disesuaikan dengan

kebutuhan ABK yaitu penyederhanaan materi. penyesuaian proses pembelajaran, penyesuaian

penilaian, dan rumusan SK, KD, dan indikator”.

Modifikasi ini merupakan pekerjaan yang memakan

waktu karena guru harus memahami karakter tiap ABK.

Tujuannya agar rencana pengembangan kurikulum dapat

berjalan secara optimal”. (wawancara tanggal 18 April

2015)

“Awal tahun pembelajaran pembuatan kurikulum melibatkan komite sekolah. Hal ini dibuktikan dengan

daftar hadir penyusunan kurikulum”. (wawancara

tanggal 19 April 2015)

Page 35: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

83

kurikulum melibatkan kepala sekolah, guru, dan

komite sekolah. Hal ini dibuktikan dengan daftar hadir

dan SK kepanitiaan penyusunan kurikulum. Hambatan

komite sekolah tidak proaktif dalam kegiatan ini karena

memang komite tidak begitu paham dengan kurikulum.

4.2.2.4 Pengadaan sarana dan prasarana

Pengadaan sarana dan prasarana di SDN I

Mangunsari sebagai sekolah penyelenggara sekolah

inklusi berdasarkan manajemen sarpras. Manajemen

sarana dan prasarana meliputi: perencanaan sarana

pendidikan penentuan kebutuhan, penyimpanan

sarana dan prasarana pendidikan, inventarisasi sarana

prasarana pendidikan, penataan sarana dan prasarana

pendidikan, pengawasan dan pengendalian sarana dan

prasarana pendidikan, pemeliharaan. Sekolah

mengadakan rapat dewan guru untuk membentuk

panitia perencanaan pengadaan perlengkapan dengan

pertimbangan analisa kebutuhan, dana yang dimiliki

dengan mempertimbangkan harga pasar. Hasil rapat

dewan guru memutuskan pak Puji Sariyanto sebagai

pengelola barang.

Dana yang dimiliki sebanyak Rp

50.000.000,00 dari bantuan untuk anak berkebutuhan

khusus (inklusi) dari APBD I. Dana tersebut dikelola

oleh team pengelola berdasarkan analisis kebutuhan

inklusi . Pengadaan sarana dan prasarana yang

berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan inklusi

di SDN I Mangunsari direalisasikan pada awal

penunjukkan. Sarana dan prasarana meliputi

Page 36: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

84

pengadaan kursi roda untuk siswa tuna ganda, alat

music untuk pengembangan bakat vokal, dan alat-alat

olahraga, buku bacaan khusus ABK, ruang bimbingan

khusus, ruang perpustakaan khusus ABK, jalan

permanen untuk anak berkebutuhan khusus dengan

ketunaan rangkap, media pembelajaran, alat peraga,

komputer, LCD, dan televisi.

Penyimpanan sarana dan prasarana

pendidikan dilakukan oleh petugas pengelola barang

yaitu menyimpan barang baik yang sudah tusak

maupun yang masih baru. Dalam penyimpanan barang

petugas pengelola barang tidak hanya menyimpan

tetapi mencatat semua barang yang dimiliki sekolah.

Penerimaan barang yang baru dibeli diteliti secara fisik

maupun administrasi dan membuat berita acara

penerimaan. Begitu juga dengan pembelian barang-

barang yang didatangkan petugas pasti memeriksa

barang, memasukan data pada buku inventaris barang

dan membuat berita acara. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Kepala Sekolah sebagai berikut:

“Pengadaan sarana dan prasarana kami mengacu pada

manajemen sarpras yaitu perencanaan sarana

pendidikan penentuan kebutuhan, penyimpanan sarana

dan prasarana pendidikan, inventarisasi sarana

prasarana pendidikan, penataan sarana dan prasarana pendidikan, pengawasan dan pengendalian sarana dan

prasarana pendidikan, pemeliharaan. Hal ini memang

kami lakukan agar sarpras terkelola dengan baik dan

tidak ada penyimpangan dalam penggunaannya. Sekolah

juga menunjuk petugas pengelola barang sesuai dengan hasil rapat dewan guru”. (wawancara tanggal 23 April

2015)

Page 37: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

85

Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat Budi

Yakobus sebagai berikut:

Pendapat tersebut di atas diperkuat lagi dengan

pendapat Toto Sarwito sebagai berikut:

Inventarisasi sarana prasarana pendidikan

dimaksudkan petugas pengelola barang mencatat

semua sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah.

Setiap ada pembelian petugas mencatat barang yang

masuk dan jika ada barang yang rusak petugas

melaukan pendataan. Tujuannya untuk menghitung

asset sekolah dan pengendalian barang. Sasaran

inventaris barang sebagai analisis kebutuhan,

penyimpanan, pengeluaran, masukan, pemeliharaan

dan rehabilitasi. Berdasarkan catatan pengelola barang

di SDN I Mangunsari selalu mengadakan pengontrolan

barang dan memperhitungkan biaya untuk rehabilitasi.

Penataan sarana dan prasarana pendidikan

di SDN I Mangunsari sebagai penyelenggara inklusi di

sesuaikan dengan kontek siswa. Penataan sarana dan

“Sarpras sangat penting di sekolah kami sebgai

penyelenggara inklusi karena kami sebagai guru

reguler sangat memerlukan sarpras untuk mendukung inklusi terutama alat peraga. Sehubungan dengan itu

sekolah menunjuk petugas pengelola barang agar

barang yang telah dibeli dapat terawatt degan baik

secara fisik maupun administra”. (wawancara tanggal

18 April 2015)

“Sarpras yang dibutuhkan di sekolah inklusi sangat

banyak. Maka sekolah menunjuk petugas pengelola

barang untuk menangani sarpras yang ada agar terawatt dengan baik dan penggunaannya dapat

sesuai dengan sasaran”. (wawancara tanggal 18 April

2015)

Page 38: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

86

prasarana pembelajaran mudah dijangkau, jauh dari

tepat yang berbahaya, dan lingkungan yang aman.

Buku-buku bacaan khusus ABK disimpan di

perputakaan umum. Setiap saat kepala sekolah

mengadakan pengecekan dan memberikan tugas

kepada guru kelas jika barang berada di ruangan kelas.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kepala Sekolah

sebagai berikut:

Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Toto Sarwito

guru kelas tiga yang mempunyai siswa tuna

ganda sebagai berikut:

Pengawasan dan pengendalian sarpras

pendidikan inklusi dilaksanakan oleh kepala sekolah.

Sasarannya menjamin dan meningkatkan pencapaian

tujuan penyelenggaraan pendidikan inklusi.

“Sebagai kepala sekolah saya memberikan tugas kepada

pengelola barang selain itu saya selalu mengecek sarpras

baik barang yang habis pakai, alat peraga, dan sarana

gedung. Tujuannya agar sarpras yang ada dalam keadaan

siap pakai. Untuk barang habis pakai setiap saat dicek agar pemakaian dapat direncanakan sesuai kebutuhan.

Sedangkan untuk alat peraga diletakan di ruang kelas

dengan maksud sewaktu-waktu dibutuhkan mudah

mengambilnya tetapi buku-buku bacaan diletakkan di

ruang perpustakaan umum tetapi diletakkan pad arak

buku khusus ABK.”. (wawancara tanggal 23 April 2015)

“Petugas pengelola barang mencatat sarana dan

prasarana yang ada di sekolah. Pengadaan alat peraga

diletakan di kelas untuk mendukung pembelajaran.

Mengenai alat peraga ditata sesuai dengan kebutuhan

siswa. Di samping itu kepala sekolah mengecek semua

sarana yang ada di sekolah tujuannya untuk memperlancar penyelenggarakan pendidikan inklusi di

SDN I Mangunsari”.

Page 39: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

87

Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah SDN I

Mangunsari sebagai bahan kajian untuk mengoreksi

rencana pengadaan sarana dan prasarana. Selain itu,

diadakan rencana perbaikan serta program

perencanaan mendatang disempurnakan.

Pemeliharaan sarana dan prasarana

merupakan kegiatan merawat barang agar tetap baik

dan siap dipakai. Sekolah menganggarkan

pemeliharaan sarana dan prasarana sesuai dengan

kondisi barang dan kerusakan yang terjadi. Sarana dan

prasarana yang sering dipakai beresiko tinggi

kerusakannya seperti barang-barang elektronik. Sarana

dan prasarana anak berkebutuhan khusus

memerlukan perawatan rutin seperti kursi roda

tujuannya agar kursi roda dalam keadaan baik ketika

digunakan. Selain itu bangunan, tembok, kusen, pintu

dilakukan pengecetan secara berkala. Hal ini sesuai

dengan pendapat Kepala Sekolah sebagai berikut:

Hal tersebut di atas diperkuat dengan pendapat Puji

sariyanto sebagai pengelola barang sebagai berikut:

“Dana yang diterima di SDN I Mangunsari untuk mencukupi kebutuhan sarana dan prasarana termasuk

biaya perawatan. Segala sesuatu yang sering

digunakan pasti akan mengalami kerusakan misalnya

lap top atau komputer, televisi, DVD/VCD dan kursi

roda. Untuk perawatan kursi roda setiap saat

dilakukan karena kursi roda dipakai setiap hari. Hal lain yang bersifat permanen perlu juga perawatan

misalnya kusen-kusen, pintu, tembok, dan komponen

bangunan gedung sekolah. Pengecetan juga

dianggarkan “. (wawancara tanggal 23 April 2015)

Page 40: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

88

Kedua pendapat di atas diperkuat lagi dengan pendapat

Budiyono Yakobus sebagai berikut:

Hambatan pada komponen proses sarana dan sarana

terletak pada penataan buku bacaan khusus ABK

dijadikan satu dengan perpustakaan umum.

4.2.2.5.1 Sarana dan Parasarana yang Belum Ada

Sarpras di SDN I Mangunsari sebagai

sekolah inklusi jauh dari sempurna. Kebutuhan sarpas

sangat mendukung terselenggaranya inklusi. Hasil

wawancara dengan Kepala Sekolah sebagai berikut:

“Kegiatan perawatan sarana dan prasana bertujuan

untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan

sarana dan prasarana tidak bekerja dengan normal. Membantu agar sarana dan prasarana dapat digunakan sesuai dengan fungsinya terutama untuk

sarpras elektronik. Untuk perawatan terencana seperti

perawatan bangunan dapat direncanakan sesuai kurun

waktu pendidriannya. Biaya yang dikenakan untuk kegiatan ini diambilkan dari dana pemerintah”.

(wawancara tanggal tanggal 18 April 2015)

“Sarpras yang digunakan setiap hari tentunya

mengalami kerusakan. Alat-alat elektronik dan buku-

buku bacaan untuk anak berkebutuhan khusus

memerlukan perawatan secara rutin. Komputer dan lap

top perawatannya lebih teliti lagi karena harus

memberi anti virus yang disetting setiap bulan. Hambatan pada perawatan sarana buku-buku bacaan

ABK disimpan menyatu dengan perpustakaan umum

tetapi diletakan di rak buku tersendiri”. (wawancara

tanggal 18 April 2015)

“Awal berdirinya sekolah inklusi sarpras yang ada di

sekolah kami masih sangat memperhatinkan.

Perubahan dari sekolah regular menjadi sekolah inklusi memerlukan waktu untuk berbenah diri terutama

sarpras untuk melayani anak berkebutuhan khusus”.

(wawancara tanggal 23 April 2015)

Page 41: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

89

Pendapat ini dikuatkan oleh Budiyono Yakobus sebagai

berikut:

Pendapat ini juga dikuatkan oleh Catur Priyo

pengelola perpustakaan sebagai berikut:

Berdasarkan wawancara tersebut dapat

disimpulkan bahwa sarpras di SDN I Mangunsari

kurang lengkap terutama ruang bimbingan khusus dan

perpustakaan khusus ABK. Untuk menambahkan

sarpras sebagai daya dukung sekolah inklusi

diprogramkan secara bertahap. Hasil observasi di

lapangan sarpras di SDN I Mangunsari belum memadai

untuk mendukung program inklusi. Berikut tabel

sarpras yang dibutuhkan di SDN I Mangunsari:

Tabel 4.6

Sarpras yang dibutuhkan di SDN I Mangunsari

NO Nama Barang Manfaat

1. Ruang bimbingan khusus

Bimbingan

2. Perpustakaan Khusus ABK

Wacana membaca

3. Komputer/lap top Administrasi inklusi

“Sarpras untuk mendukung inklusi sangat minim

sekali. Sekolah berencana melengkapi sarpras sesuai

dengan kebutuhan inklusi namun hal ini memerlukan

waktu yang cukup lama. Sarpras inklusi tidak tersedia

di sekolah reguler maka dari itu perubahan ini dirasa perlu perencanaan yang matang agar tercapai dengan

maksimal”. (wawancara tanggal 13 April 2015)

“Sebagai petugas perpustakaan saya rasa perlu adanya

perpustaan khusus ABK karena pelayanannya dapat

lebih maksimal. Saya rasa hal ini perlu

dipertimbangkan dalam perecanaan program”. (wawancara tanggal 15 April 2015)

Page 42: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

90

4. Alat peraga KBM

5. Kursi roda Sarana ABK tuna daksa

6. Whitebord KBM

7. Alat music Mengembangkan bakat ABK

8. Alat olahraga Mengembangkan bakat ABK

9. Ruang UKS Layanan kesehatan

10. LCD Proses KBM

11. TV Media belajar

12. Meja Autis Sarana anak autis

13. DVD dan CD pembelajaran

Rak buku khusus ABK

Sumber: Laporan Kepala Sekolah SDN I Mangunsari

4.2.2.6 Pengadaan Guru Pembimbing Khusus

SDN I Mangunsari sebagai sekolah

penyelenggara inklusi tidak memiliki guru pembimbing

khusus (GPK). Kehadiran GPK sangat dibutuhkan di

SDN I Mangunsari karena GPK memberi dukungan

kepada guru kelas dalam menangani anak

berkebutuhan khusus (ABK). Sekolah berusaha

menghadirkan GPK dari SDLBN Temanggung. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Kepala Sekolah sebagai

berikut:

“Berhubung SDN I Mangunsari belum memiliki GPK

maka rencana kami mendatangkan GPK dari SLB

Temanggung. Hal ini dilakukan untuk mendampingi

guru kelas dalam menangani ABK. Rencana biaya yang

ditimbulkan pada kegiatan ini, kami akan mengambil dari beasiswa ABK.

GPK sangat diperlukan di SDN I Mangunsari namun

kehadirannya terbentur dengan biaya. Maka dari itu

keuangan dari beasiswa ABK tidak bisa mencukupi untuk sementara GPK dihentikan mungkin kalau ada

dana akan dihadirkan kembali”. (wawancara tanggal 23

April 2015)

Page 43: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

91

Hal ini dibenarkan oleh Yuni Purwaningsih dengan

sebagai berikut:

Kedua pendapat tersebut di atas diperkuat dengan

pendapat Komite Sekolah sebagai berikut:

Hasil observasi di lapangan selama penelitian,

peneliti tidak menemukan kehadiran GPK. Kehadiran

GPK di SDN I Mangunsari sebanyak dua kali satu kali

datang biaya transport sebesar RP. 75.000,00 per guru.

Setiap kali menghadirkan GPK paling tidak tiga guru

dengan biaya Rp 225.000,00. Biaya yang ditimbulkan

diambil dari bantuan ABK (APBD I). Keadaan ini

menjadi faktor penghambat karena beasiswa ABK tidak

mencukupi untuk program tersebut.

“ Secara umum sekolah penyelenggara inklusi berbeda

dengan sekolah reguler perbedaannya terletak pada

peserta didik. Sekolah reguler mempunyai peserta didik

dengan kemampuan anak normal. Sedangkan sekolah Sekolah inklusi peserta didik terdiri dari dua kategori

yaitu siswa normal dan anak berkebutuhan khusus.

Sehubungan dengan itu SDN I Mangunsari sebagai

penyelenggara inklusi membutuhkankan guru khusus

yang berasal dari sekolah luar biasa. Atas kesepatan bersama GPK didatangkan dari sekolah luar biasa

Temanggung. Sekolah kami tidak memiliki GPK. Sekolah

mengadakan GPK bekerjasama dengan SLB Temanggung.

Hal ini bertujuan untuk membantu kami selaku guru

kelas dalam menangani ABK. Karena memang kami

tidak memiliki keahlian khusus tentang pendidikan luar

biasa”. (wawancara pada tanggal 11 April 2015)

SDN I Mangunsari tidak memiliki GPK. Maka tugas yang seharusnya dilaksanakan GPK dialihkan kepada kami

sebagai guru kelas”. (wawancara tanggal 18 April 2015)

“Dulu SDN I Mangunsari mendatangkan guru dari SLB Temanggung. Kehadirannya di sekolah kami hanya

beberapa kali saja karena hal ini dikarenakan tidak

mencukupinya biaya”. (wawancara tanggal 19 April

2015)

Page 44: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

92

Peran guru pembimbing khusus tidak dapat

berjalan secara maksimal maka perannya digantikan

oleh guru Kelas. Jumlah guru kelas sebanyak enam

guru terdiri dari tiga guru berstatus PNS dan tiga guru

berstatus wiyata bakti. Program pembelajaran

individual dilaksanakan oleh guru kelas dan kepala

sekolah. Proses pembelajaran secara cluster yaitu

penyatuan ABK dengan siswa normal setelah

pembelajaran usia diberikan pelayanan khusus.

Guru sebagai tenaga pendidik di sekolah

penyelenggara inklusi mempunyai rasa tanggungjawab

yang besar. Kemauan, kesabaran, dan kemampuan

dalam mendidik ABK yang mempunyai karakteristik

tersendiri. Implementasinya pada pembelajaran inklusi

guru bertindak proaktif. Membimbing siswa untuk

saling membantu, menghargai, bekerjasama, dan

memahami antara siswa satu dengan lainnya.

Guru kelas membuat rencana

pembelajaran untuk semua siswa sehingga kondisi

kelas terlihat lebih konduksif. Indikator yang

dirumuskan untuk siswa normal dan ABK berbeda. Hal

ini dilakukan karena berpedoman pada modifikasi

kurikulum. Perumusan indikator disesuaikan dengan

ketunaan atau kelainan yang diderita ABK. Begitu pula

pada proses pembelajaran diarahkan kepada semua

siswa tanpa terkecuali. Dalam hal ini ABK mendapat

perhatian lebih dari guru.

Proses pembelajaran sama seperti pada

kelas reguler pada umumnya. Guru melaksanakan

Page 45: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

93

evaluasi setelah akhir pembelajaran. Hasil evaluasi

dianalisa untuk mengetahui pencapaian kriteria

ketuntasan minimal. Selanjutnya guru memperbaiki

pencapaian ketuntasan klasikal bagi semua siswanya.

Hal ini dibuktikan dengan melaksanakan program

remedial bagi siswa yang belum tuntas KKM.

Sedangkan siswa yang sudah tuntas diberi pengayaan.

Proses pembelajaran ABK mendapat perhatian

ekstra dan diperlakukan sama dengan anak normal.

kesulitan yang timbul dari guru kelas dalam proses

pembelajaran yaitu kesulitan dalam penanaman

konsep. Karena kemampuan anak berkebutuhan

khusus dengan siswa berbeda. Anak berkebutuhan

khusus dengan ketunaan ADHD atau hiperaktif

memerlukan kesabaran yang luar biasa.

Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah

tanggal sebagai berikut:

“Berhubung sekolah tidak memiliki GPK maka peran guru kelas sangat besar. Guru kelas melaksanakan

pembelajaran secara reguler setelah itu baru memberi

pembelajaran secara individual. Hal memang dirasa

sangat berat. Maka dari itu sekolah memberi honor pada

program tersebut. Kendala yang sering muncul ketika guru menangani siswa ADHD. Untuk kategori ADHD

memang perlu penanganan khusus yaitu dina sosial dan

bina diri”. (wawancara tanggal 23 April 2015)

Page 46: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

94

Hal ini dikuatkan dengan hasil wawancara dengan guru

kelas lima yaitu Eny maryanti sebagai berikut:

Pernyataan guru kelas ini diperkuat dengan pendapat

Budiyono Yakobus sebagai berikut:

Hasil observasi di lapangan ditemukan

siswa ADHD tidak memiliki kesopanan, suka menyakiti

temannya, berbuat sesuka hati, dan tidak bisa diam

bahkan berani berkelai dengan guru. Guru kelas tidak

memiliki keahlian khusus mengenai penanganan ABK.

Keterbatasan ilmu dan waktu menjadi penghambat

dalam menangani ABK.

4.2.2.7 Pengalian sumber Dana

Pengalian berbagai sumber dana yang akan

digunakan untuk realisasi program adalah pengajuan

proposal ke pemerintah pusat maupun daerah. Hasil

pengajuan proposal dengan cairnya dana dari Propinsi

Jawa tengah lewat BKM anak berkebutuhan khusus

atau inklusi. Dana tersebut digunakan untuk

“Memang berat bagi kami yang hanya memiliki sedikit

ilmu tentang pendidikan luar biasa.anak ADHD menjadi

beban bagi guru reguler karena anak tersebut sulit

dikendalikan dan bertingkah sesuka hati. Tidak satupun guru ditakuti suka menganggu, menyakiti bahkan melukai

teman-temannya. Proses belajarnya tergantung pada mood

saat itu. Timbul mood menulis ia akan terus menulis,

mood berhitung seharian akan berhitung. Kalau tidak ada

mood anak tersebut berkeliaran di kelas membuat

kekacauan. (wawancara tanggal 18 April 2015)

“Seharusnya pemerintah memperhatikan sekolah inklusi

sepenuhnya karena GPK tidak ada di SDN I Mangunsari.

Guru kelas tidak memiliki ilmu pendidikan luar biasa

sehingga kami kesulitan dalam menangani ABK”.

(wawancara tanggal 18 April 2015)

Page 47: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

95

operasional ABK, pengadaan sarpras dan perlengkapan

sekolah ABK. Selain itu bersama Komite Sekolah

merencanakan infaq dari wali murid dan koordinasi

dengan pemerintah desa. Hal ini sesuai hasil

wawancara dengan Kepala Sekolah sebagai berikut:

Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Toto Sarwito

sebagai berikut:

Pendapat tersebut di atas diperkuat lagi dengan

pendapat Sutanto sebagai komite sekolah. Belaiu

menambahkan sumber dana untuk penyelenggaraan

pendidikan inklusi masih mencari sumber dana

lainnya. Tujuannya agar penyelenggaraan pendidikan

inklusi di SDN I Mangunsari dapat terlaksana dengan

baik.

“Dana yang turun dari APBD I digunakan untuk membeli

sarpras, operasional ABK dan alat-alat sekolah bagi ABK.

Karena memang ABK sebagian dari keluarga miskin. Sebagian kami simpan sebagai modal untuk ABK jika

sudah lulus dari sekolah. Saya sudah menyiapkan dana

sebesar RP 1.050.000 untuk ABK kelas enam.

Rencananya akan saya belikan kambing sebagai modal

kehidupannya. Selain itu sekolah bekerjasama dengan komite sekolah mencari sumber dana lain melalui infaq

wali murid dan koordinasi dengan pemerintah desa

untuk menambah sarana dan prasarana dalam rangka

pelaksanaan pendidikan inklusi”. (wawanncara tanggal

23 April 2015)

Selama ini kami mengandalkan sumber dana dari pemerintah untuk penyelenggaran pendidikan inklusi.

Sumber dana lain akan dibicarakan dengan komite dan

masyarakat. Harapan saya sebagai guru penyelenggara

inklusi ada perhatian lebih dari pemerintah maupun

masyarakat”. (wawancara tanggal 18 April 2015)

Page 48: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

96

Berikut hasil wawancara dengan beliau :

Program kegiatan yang akan dilaksanakan

pada pendidikan inklusi sebagai berikut: identifikasi

ABK, pengadaan GPK, kelengkapan sarana dan

prasarana, kegiatan ekstrakulikuler, biaya

pengembangan kurikulum, dan kegiatan workshop

untuk meningkatkan kompetensi guru inklusi. Dari

hasil ketiga wawancara nara sumber dapat disimpulkan

bahwa sekolah mengajukan dana ke pemerintah dan

mengadakan kegiatan komite sekolah untuk

menggalang dana. Penggalian dana ini dimaksudkan

untuk mendukung pendidikan inklusi di SDN I

Mangunsari. Hal ini didukung studi dokumen berupa

rencana kerja tahunan (RKT). Hambatan masyarakat

kurang pro aktif dalam penggalangan dana.

“Ditunjuknya SDN I Mangunsari sebagai sekolah

penyelenggara inklusi maka saya sebagai komite sekolah

mulai berpikir keras untuk mendapatkan dana. Selama

ini dana untuk sekolah sangatlah minim. Sekolah mengajukan proposal ke pusat dan saya akan mencari

dana lain melalui kegiatan komite sekolah. Proses

penggalian dana melalui masyarakat dilakukan dengan

jalan meningkatkan infaq. Namun hal ini belum dapat

berjalan secara maksimal. Kemudian saya mengadakan

koordinasi dengan pemerintah desa Mangunsari. Berkat kesadaran pemerintah desa sekolah mendapat dana

sebanyak Rp. 1.000.000,00”. (wawancara tanggal 19

April 2015)

Page 49: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

97

4.2.2.7.1 Alokasi Dana

Dana yang diperoleh dari APBD I tahun

2010 sebanyak Rp 50.000.000,00. Hasil wawancara

dengan Kepala Sekolah sebagai berikut:

Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat

Budiyono sebagai berikut:

Kedua pendapat itu diperkuat dengan pendapat Toto

Sarwito sebagai berikut:

Hal tersebut dapat didukung dengan dokumen

anggaran pembiayaan seperti tabel 4.7. Alokasi dana

dari APBD I digunakan untuk melaksanakan program

pendidikan inklusi di SDN I Mangunsari.

“Alokasi data diplotkan dengan rencana program inklusi. Semua rencana kegiatan inklusi yang ditimbulkan tidak

terlepas dari pembiayaan. Maka dari itu awal pelajaran

sekolah membuat rencana kegiatan anggaran sekolah”.

(wawancara tanggal 23 April 2015)

“Alokasi dana inklusi disesuaikan dengan rencana

program kegiatan inklusi. Awal tahun pelajarn diadakan

rapat dewan guru untuk membuat anggaran

pembiayaan”. (wawancara tanggal 18 April 2015

“Dana penggunaannya disesuaikan rencana program

inklusi. Ada berapa rencana program yang akan dilaksanakan dibuat anggaran agar setiap

pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan lancer”. (wawancara tanggal 18 April 2015)

Page 50: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

98

Tabel 4.7

Alokasi Dana

NO Kegiatan Dana Sumber

1. Pendataan ABK RP 250.000 APBD I

2. Sosialisasi sekolah

inklusi

Rp 1.000.000 APBD I

3 Pengadaan GPK RP 2.400.000 APBD I

4 Sarana dan prasarana Rp 38.105.000 APBD I

5 Workshop

penyelenggara inklusi

Rp 1.760.000 APBD I

6 Modifikasi kurikulum Rp 3.350.000 APBD I

7 Team pengelola Rp 2.570.000 APBD I

Sumber: laporan keuangan kepala sekolah

4.2.2.8 Program Pencarian Bakat

Program pencarian bakat melalui kegiatan

ekstrakulikuler di SDN I Mangunsari Siswa yang

mempunyai bakat khusus dikelola dengan baik begitu

juga dengan ABK. Penuturan Kepala Sekolah sebagai

guru les vokal mengatakan:

Hal ini dikuatkan dengan pendapat Eny

Maryanti sesuai dengan hasil wawancara sebagai

berikut:

“Kegiatan ekstra untuk ABK dilaksanakan di luar jam

pembelajaran. Saya sendiri yang mengadakan ekstra

vokal ABK. Prosesnya pelatihannya tidak semudah memberi materi siswa normal perlu kesabaran dalam

pelaksanaannya”. (wawancara tanggal 23 April 2015)

“Kegiatan ekstrakulikuler dilaksanakan dengan tujuan

mengembangkan potensi ABK agar mempunyai

keterampilan hidup”. (wawancara tanggal 11 April 2015)

Page 51: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

99

Hal ini dikuatkan oleh Kamsilah sebagai guru olahraga

sebagai berikut:

Pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler pada

kegiatan vokal terhenti karena siswa ABK yang

memiliki bakat tersebut pindah ke sekolah lain. Begitu

juga dengan ekstra olahraga karena siswa ABK sulit

diberi instruksi, pemberian instruksi perlu

pengulangan beberapa kali. Inilah yang menjadi

penghambat program pencarian bakat untuk ABK.

Berdasarkan hasil wawancara dari

beberapa sumber pada pelaksanaan komponen proses

dapat disimpulkan seperti tabel berikut:

Tabel 4.8

Tabel komponen Proses Penyelenggaraan Inklusi

No Kegiatan Waktu Pengelola Biaya Hambatan

1. Team pengelola

Selama pengelo

laan

Kepalas Sekolah

2.570.000

-

2. Identifikasi ABK

Awal tahun

pelajaran

Guru, kepala

sekolah koordinasi dengan

RSJ Magelang

250.000

tergantung ketun

aan

Letak RSJ

Magelang jauh memaka

n waktu guru

“Berdasar pengamatan selama pembelajaran olahraga,

ABK yang memiliki bakat dikelola dengan baik. Namun

saya sering kewalahan dengan adaya siswa ADHD atau

hiperaktif. Karena siswa tersebut tidak pernah diam selalu

menantang dan berbuat sesuka hati. Instruksi yang saya

berikan tidak langsung direspon.”. (wawancara tanggal 20

April 2015)

Page 52: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

100

tidak melaksa

nakan pembelajaran

3. Workshop penyelengg

ara inklusi

Awal penyele

nggaraan

BP-Diksus,

LPMP, SMPN 4 Temangg

ung

1.760.000

Terbatasnya

waktu

4. Modifikasi

kurikulum

Awal

tahun pelajaran

Team

pengembang

3.350.

000

Komite

kurang proaktif

5. Sarana dan

prasarana

Tahun 2010

Team work

38.105.000

Buku khusus

ABK menyatu

perpust umum

6. Pengadaan

GPK

Selama

pembelajaran

Kerjasam

a dengan SDLBN

Temanggung

2.400.

000

Tidak

terlaksana

7. Pengalian sumber dana

Awal penyelenggara

an

APBD I 50.000.000

Sumber dana dari

masyarakat

belum

maksimal

-

Pemerinta

h desa

1.000.

000

8. Pencarian Selama Kepala - ABK

Page 53: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

101

bakat melalui

kegiatan ekstra

pembelajaran

sekolah, guru

penjasorkes

berbakat pindah

sekolah lain

Sumber: Laporan tertulis Kepala Sekolah

4.2.2.9 Rencana Pelaksananaan Kegiatan Penelitian

Rencana kegiatan penelitian sesuai dengan

surat ijin penelitian yang diterbitkan Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga untuk melakukan

penelitian. Hal ini membuat peneliti segera mengambil

tindakan dengan mengambil subjek dan lokasi

penelitian di SDN I Mangunsari, Kecamatan Ngadirejo,

Kabupaten Temanggung. Peneliti memilih SD tersebut

karena memang peneliti merasa tertarik karena sekolah

tersebut melaksanakan pendidikan inklusi.

Ketertarikan peneliti untuk membuat penelitian di SDN

I Mangunsari karena sebagai sekolah pelaksana

pendidikan inklusi berada di sebuah desa.

Peneliti terjun ke lapangan dengan surat

ijin penelitian di SDN I Mangunsari. Melihat keadaan di

lapangan yang betul-betul melaksanakan pendidikan

inklusi dengan jumlah ABK tujuh anak. Peneliti

mengadakan wawancara dengan Kepala sekolah, guru,

tenaga perpustakaan dan komite sekolah. Tanggal 19

April 2015 peneliti mengadakan wawancara dengan

komite sekolah yang dilaksanakan di rumah komite

sekolah di desa Mangunsari. Pelaksanaan wawancara

berpedoman pada instrumen pengumpulan data.

Page 54: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

102

Wawancara dengan guru dilaksanakan di

sekolah pada waktu istirahat pertama dan istirahat

kedua. Sedangkan wawancara dengan kepala sekolah

dilaksanakan beberapa kali karena disesuaikan dengan

jadwal kegiatan kepala sekolah. Beberapa kali

wawancara untuk mendapatkan data yang lebih

akurat. Selain wawancara peneliti melakukan

pengamatan atau observasi di lapangan. Untuk

mendukung data yang lebih lengkap peneliti

mengadakan studi dokumen yang ada di SDN I

Mangunsari. Dari beberapa teknik pengumpulan data

peneliti mengadakan pengecekan data agar data benar-

benar valid.

Peneliti membuat laporan kegiatan

evaluasi. Ada beberapa data yang dirasa kurang,

peneliti kembali ke lapangan. Data tambahan untuk

melengkapi penelitian. Selanjutnya peneliti membuat

laopran secara lengkap akhirnya laporan penelitian

evaluasi program pendidikan inklusi di SDN I

Mangunsari disusun sesuai prosedur penelitian.

4.2.3 Komponen Produk

4.2.3.1 Pembentukan Team pengelola

Pengelolaan inklusi di SDN I Mangunsari

merupakan sebuah team work dan Kepala sekolah

sebagai penanggungjawab. Team work ini saling

bekerjasama untuk mewujudkan program pendidikan

inklusi di SDN I Mangunsari. Hal ini sesuai dengan

Page 55: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

103

hasil wawancara dengan Kepala Sekolah sebagai

berikut:

Hal ini diperkuat pendapat oleh pendapat Puji

Sariyanto sebagai berikut:

Kedua pendapat tersebut diperkuat lagi oleh Sutanto

sebagai Komite Sekolah sebagai berikut:

Keberhasilan SDN I Mangunsari sebagai

penyelenggara inklusi memberi kesempatan anak

berkebutuhan khusus bersekolah di lingkungan tempat

tinggalnya. Penyatuan anak berkebutuhan khusus dan

siswa normal dalam kondisi pembelajaran dapat

meningkatakn rasa sosial yang tinggi. Hal ini dapat

dibuktikan dengan hasil observasi di lapangan siswa

normal beramai-ramai menjemput temannya yang

menderita tuna daksa dengan mendorong kursi roda

selain itu mereka bersedia mengantar ke kamar kecil.

“Pengelolaan di sekolah kami sebagai penyelenggara

inklusi terdiri dari guru dan kepala sekolah. Untuk memudahkan koordinasi saya menugaskan pak Puji

Sariyanto sebagai petugas pengelola. Tanggungjawab

tetap berada di tangan saya”. (wawancara tanggal 23

April 2015)

“Berdasarkan struktur pengelolaan inklusi saya diberi

tugas untuk mengelola dengan kerjasama dengan semua

guru”. (wawancara tanggal 18 April 2015)

“Pengelolaan penyelenggaraan sekolah inklusi ditugaskan kepada pak Puji Sariyanto dan dukungan kerjasama

dengan guru, kepala sekolah, dan saya sebagai komite

sekolah”. (wawancara tanggal 19 April 2015)

Page 56: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

104

Anak berkebutuhan khusus tersebut mengalami tuna

ganda yaitu tuna daksa dan slowleaner. Perlakuan yang

sedemikian rupa menumbuhkan rasa percaya diri bagi

ABK dan ia merasa dihargai sebagai manusia. Hal ini

terlaksana dengan baik karena program-program

pendidikan inklusi dilaksanakan dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

hasil dari pengelolaan pendidikan inklusi terlihat dari

rasa sosial yang tinggi di antara anak berkebutuhan

khusus dengan siswa normal.

Hasil observasi di lapangan ditemukan struktur

organisasi penyelenggara sekolah inklusi di SDN I

Mangunsari seperti gambar 4.1

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Sekolah Inklusi

Kepala Sekolah

Guru

Pengelola

Puji Sariyanto

Siswa

Komite Sekolah

Page 57: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

105

4.2.3.2 Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Pendataan awal jumlah ABK sejumlah enam

belas siswa. Setelah sekolah mengadakan identifikasi

dengan membawa ABK mengikuti tes psikologi di

rumah sakit jiwa Magelang diidentifikasi ada delapan

siswa ABK. Dari kedelapan siswa tersebut satu siswa

pindah ke sekolah lain di Wonosobo. Anak tersebut

menderita tuna rungu dan tuna wicara. Pihak sekolah

memandang orang tua anak berkebutuhan khusus

tersebut dikategorikan mampu dalam ekonomi. Hal ini

dilakukan sekolah agar anak tersebut mendapat

penanganan yang lebih baik lagi karena di SDN I

Mangunsari tidak dapat memberi pelayanan secara

maksimal. Hal ini sesuai dengan penjelasan Kepala

Sekolah sebagai beikut:

Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Puji Sariyanto

sebagai berikut:

“Kami memberi pengerahan kepada orang tua yang

mampu ekonominya agar memberikan pendidikan yang

lebih kepada anaknya. Hal ini dipahami orang tua

karena ABK yang dimaksudkan karena ketunaan yang

dimiliki tuna ganda yang kami tidak dapat menangani. Hasil tes psikologi terdapat tujuh ABK dengan kategori

lima siswa slowleaner, satu siswa ADHD atau istilahnya

tuna laras, dan satu lagi tuna ganda (tuna daksa dan

slowleaner) (wawancara tanggal 23 April 2015)

“Pendataan ABK semula berjumlah enam belas siswa

dengan pengertian anak yang nilainya jelek kami masukkan jenis ABK. Setelah dites di RSJ Magelang

didapat delapan siswa ABK. Satu ABK tuna ganda

dengan kelainan yang berlebih kami tidak bisa

menangani karena memang kami bukan guru sekolah

luar biasa. Maka kepala sekolah merujuknya ke

Page 58: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

106

Kedua pendapat tersebut diperkuat lagi dengan

pendapat Budiyono Yakobus sebagai berikut:

Berdasarkan temuan dilapangan hasil

wawancara dengan ketiga nara sumber dapat

dibuktikan dengan Studi dokumen berupa hasil tes

psikologi dari rumah sakit jiwa Magelang. Hasil

terlampir.

4.2.3.3 Workshop Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi

Out put guru dalam keikutsertaan workshop

guru berkesempatan untuk mengembangkan diri untuk

lebih berkreatif. Ilmu yang diperoleh diterapkan di

sekolah untuk menangani siswa baik siswa normal

maupun anak berkebutuhan khusus. Workshop dapat

diikuti semua baik yang diadakan di Semarang

maupun di sekolah lain maupun di KKG. Hal ini sesuai

dengan pendapat Kepala Sekolah sebgai berikut:

“Menurut hikmat saya yang dinamakan ABK adalah

anak dengan nilai prestasi belajar rendah. Maka kami

mendata ABK berdasarkan nilai akademik karena pada saat itu kami belum mengetahui jenis ABK.

Ternyata setelah dites di Magelang hanya ada delapan

siswa dan satu siswa pindah di Wonosobo.”

(wawancara tanggal 18 April 2015)

“Pada setiap kesempatan workshop yang berkaitan

dengan pelaksanaan pendidikan inklusi saya sebagai

Kepala Sekolah selalu mengikutsertakan guru. Hal ini

bertujuan agar ilmunya dapat diterapkan di sekolah”.

(wawancara tanggal 23 April 2015)

sekolah khusus di Wonosobo. Sedangkan tujuh ABK

dengan kewajaran dapat kami di sekolah ini”.

(wawancara tanggal 18 April 2015)

Page 59: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

107

Hal senada juga disampaikan oleh Puji Sariyanto

sebagai berikut:

Kedua pendapat tersebut dikuatkan lagi dengan

pendapat Ema Darliyah sebagai berikut:

Studi di lapangan ditemukan beberapa

kegiatan guru inklusi untuk mengikuti workshop dalam

rangka mengembangkan karir. Hal ini dibuktikan

dengan sertifikat keikutsertaan kegiatan workshop.

Selanjutnya tabel 4.9 menggambarkan kegiatan

pengembangan karir guru inklusi di SDN I Mangunsari.

“workshop mengenai pendidikan inklusi selalu kami

ikuti dengan maksud agar kami dapat

mengimplementasikan ke dalam proses pembelajaran.

Selai itu kami sebagai guru di sekolah inklusi dapat sharing dengan teman guru yang juga mengajar di

sekolah inklusi”. (wawancara tanggal 18 April 2015)

“Kami sebagai guru pendidikan inklusi selalu

mengembangkan diri dengan mengikuti workshop

selain itu kami juga mengikuti kegiatan KKG”.

(wawancara tanggal 18 April 2015)

Page 60: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

108

Tabel 4.9

Peningkatan Karir Guru Penyelenggara Inklusi

No Peserta Materi Penyelenggara

Bukti Fisik

1. Kepala sekolah

plus guru

Fasilitasi sekolah

inklusi

BP-Dikjur Sertifikat

2.

Kepala

sekolah plus guru

Peningkatan

tenaga pendidik inklusi

SMPN 4

Temanggung

Sertifikat

3. Kepala sekolah

plus guru

Program kerja inklusi

SDN Tegalrejo,

Bulu

Sertifikat

6. Kepala

sekolah

Manajemen

inklusi

LPMP

Semarang

Sertifikat

Sumber: Hasil wawancara dengan Kepala sekolah

4.2.3.4 Modifikasi Kutikulum

Model kurikulum yang digunakan di SDN I

Mangunsari adalah modifikasi kurikulum. Modifikasi

terletak pada komponen utama pembelajaran yakni

tujuan, materi, proses, dan penilaian. Tujuan

modifikasi kurikulum adalah menyelaraskan

kurikulum sesuai dengan kebutuhan ABK agar siswa

dapat mengikuti pelajaran sesuai dengan potensi.

Layanan di sekolah juga diberikan kepada ABK

tertuang pada kurikulum. Hal ini sesuai dengan

pendapat Kepala Sekolah sebagai berikut:

“Model yang kami ambil adalah modifikasi kurikulum

hal ini dilakukan untuk menyelaraskan kebutuhan

ABK. Empat komponen penting dalam pembelajaran

meliputi tujuan, materi, proses dan penilaian. Selain itu

kami memncantumkan program khusus di kurikulum

sesuai ketunaan yang diderita ABK”. (wawancara

tanggal 23 April 2015)

Page 61: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

109

Hal ini diperkuat dengan diperkuat dengan hasil

wawancara dengan Budiyono Yakobus sebagai berikut:

Pendapat kedua nara sumber tersebut diperkuat lagi

oleh Komite Sekolah sebagai berikut:

Berikut tabel program khusus inklusi.

Tabel 4.10

No Jenis ABK Materi

Khusus

Deskripsi

1. Slowleaner Bina Diri

Melalui bina diri keterampilan hidup

sehari-hari diharapkan bermanfaat dalam

membina anak dalam mengembankan daya motoris, sensoris maupun

sensormotoris

2. Tuna

Daksa

Bina

gerak

Mengembangkan anak

tuna daksa baik segi fisik, psikis, emosi dan sosialnya agar anak

mampu menolong dirinya sendiiri, dapatmelakukan

keterampilan hiduo sehari-hari, dapat hidup bermasyarakat.

“Program khusus ABK kami masukan di kurikulum untuk membedakan kurikulum sekolah inklusi dengan

sekolah reguler pada umumnya. Program khusus kami

buat sesuai dengan kelainan yang diderita ABK. Model

kurikulum di SD kami adalah model modifikasi yaitu

memuat empat komponen pokok pembelajaran aliyu

tujuan, materi, proses dan penilaian”. (wawancara

tanggal 18 April 2015)

“Sekolah memasukkan program khusus di kurikulum

inklusi”. (wawancara tanggal 19 April 2015)

Page 62: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

110

3. ADHD Bina diri dan bina

sosial

Agar dapat menguarangi tindakan yang tidak lazim

dan dapat menggangu orang lain, dapat melakukan keterampilan

hidup sehari-hari, dapat hidup bermasyarakat tanpa banayak bantuan

orang lain. Sumber: Kurikulum SDN I Mangunsari

Berdasarkan hasil obeservasi di lapangan ditemukan

hasil mmodifikasi kurikulum yang berupa rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dokumen RPP

terlampir.

4.2.3.5 Pengadaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana SDN I Mangunsari

sebagai penyelenggara inklusi sudah cukup memadai

namun masih perlu penambahan lagi. Hal ini sesuai

dengan pendapat Kepala Sekolah sebagai berikut:

Pendapat Kepala Sekolah diperkuat oleh pendapat Puji

Sariyanto sebagai berikut:

“Dengan turunnya dana dari APBD I kami manfaatkan untuk melengkapi sarana dan prasarana di sekolah kami

namun masih ada beberapa perlu penambahan. Ruang

bimbingan khusus dan ruang perpustakaan khusus ABK

belum ada. Namun buku-buku khusus ABK sudah

tersedia. Pengelolaannya kami tugaskan kepada pak Puji

sariyanto.” (wawancara tanggal 23 April 2015)

“Dana APBD I kami gunakan untuk melengkapi sarpras

di sekolah kami. Tujuannya agar proses pelaksanaan

pendidikan inklusi dapat berjalan dengan baik.”.

(wawancara tanggal 18 April 2015)

Page 63: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

111

Dari hasil observasi mengenai sarana dan

prasarana di SDN I Mangunsari sudah cukup memadai

namun ruang bimbingan khusus dan ruang

perpustaan khusus belum ada. Berikut tabel keadaan

sarana dan prasana:

Tabel 4.11

Sarpras SDN I Mangunsari

NO Nama Barang Ketersediaan

1 Ruang bimbingan khusus -

2 Ruang perpustakaan -

3 Komputer/lap top Tersedia

4 Alat peraga Tersedia

5 Kursi roda Tersedia

6 Whitebord Tersedia

7 Alat music Tersedia

8 Alat olahraga Tersedia

9 Ruang UKS Tersedia

10 LCD Tersedia

11 TV Tersedia

12 Meja Autis Tersedia

13 DVD dan CD pembelajaran Tersedia

14 Rak buku dan almari khusus ABk

Tersedia

15 Buku bacaan ABK Tersedia

16 Alat permainan Tersedia Sumber: Laporan Kepala Sekolah SDN I Mangunsari

4.2.3.6 Pengadaan Guru Pembimbing Khusus

Penyelenggaraan sekolah inklusi tidak

terlepas dari peran guru pembimbing khusus (GPK).

Begitu pula dengan SDN I Mangunsari melaksanakan

kerjasama dengan SDLBN Temanggung. Biaya yang

dianggarkan sebanyak Rp 2.400.000,00 dengan rincian

Page 64: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

112

satu GPK sekali datang dianggarkan RP 75.000,00

sedangkan GPK yang dihadirkan tidak hanya seorang

guru saja. Bisa kehadiran GPK sekali datang tiga

sampai empat guru. Biaya yang ditimbulkan

diambilkan dari dana atau beasiswa ABK. Hal tersebut

dibenarkan dengan pendapat Kepala Sekolah sebagai

berikut:

Hal tersebut dikuatkan pendapat Toto Sarwito sebagai

berikut:

Hal tersebut di atas diperkuat lagi oleh Ema Darliyah

sebagai berikut:

“GPK kehadirannya tergantung dana atau beasiswa ABK maka dari itu kehadirannya tidak secara rutin

sekali datang empat guru dengan dana sebesar Rp

75.000,00 dikalikan empat ketemu Rp 300.000,00.

Cara mengajar sama seperti kita mengajar setiap

harinya berdasarkan temuaannya tersebut kami memutuskan untuk menangani ABK sesuai dengan

kemampuan yang kita miliki. Pelaksanaan

pembelajaran individual kami tangani bersama guru

kelas. Saya juga turun langsung menangani ABK”.

(wawancara tanggal 23 April 2015)

“Sebetulnya kebutuhan GPK pada sekolah kami sangat diharapkan namun harapan itu pupus

sudah karena pendanaan . kami pernah

mendatangkan GPK dari SDLBN Temanggung

namun dirasakan tidak efektif maka dari itu kami

memutuskan untuk memberi pembelajaran individual bersama dengan leh guru dan kepala sekolah”. (wawancara tanggal 18 April 2015)

“Harapan kami sebagai penyelenggara sekolah inklusi

mempunyai GPK sendiri sehubung kami tidak

mempunyai GPK sendiri maka kami mengadakan kerjasama dengan SDLBN Temanggung.

Kehadirannya dirasa tidak efektif maka kami sepakat

Page 65: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

113

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat

disimpulkan bahwa kehadirannya GPK tidak efektif dan

penanganan seperti mengajar biasa. Hasil observasi di

lapangang pembelajaran individual dilaksanakan guru

kelas dan kepala sekolah.

4.2.3.7 Pengalian Sumber Dana

Sumber dana penyelenggara pendidikan

inklusi di SDN I Mangunsari dari APBD I.

Pemanfaatannya untuk melengkapi sarana dan

prasrana sekolah. Selain itu sekolah berkejasama

dengan komite sekolah mencari dana ke pemerintah

desa. Hal ini sesuai dengan pendapat Kepala Sekolah

sebagai berikut:

Hal ini diperkuat dengan pendapat Sutanto sebagai

Komite Sekolah sebagai berikut:

“Dana yang kami dapatkan hanya dari APBD I maka dari

itu untuk melengkapi sarpras kami bekerjasama dengan

komite sekolah. Yang dilakukan komite sekolah

mengadakan koordinasi dengan pemerintah desa. Kami

mendapatkan penambahan dana dari pemerintah desa sebanyak Rp 1.000.000,00. Uang tersebut kami gunakan

untuk menambah anggaran pembelian drum band”.

(wawancara tanggal 23 April 2015)

“Berhubung sunber dana pendidikan inklusi di SDN I

Mangunsari hanya bersumber dari APBD I maka saya

selaku komite sekolah mengadakan koordinasi dengan

pemerintah desa untuk peduli kepada dunia pendidikan

inklusi. Hal ini membuahkan hasil dana yang terkumpul sebanyak Rp. 1.000.000,00. Uang tersebut saya

untuk menangni ABK semampu kami dengan

menerapkan ilmu yang kami dapat dari hasil

workshop”. (wawancara tanggal 18 April 2015)

Page 66: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

114

Hal tersebut di atas diperkuat lagi dengan pendapat

Setyo Yuliani sebagai berikut:

Hasil observasi di lapangan ditemukan alat

drum band yang sebagian dananya dari komite sekolah.

Hal ini diperkuat dengan rencana kegiatan angaran

sekolah. Pada anggaran itu tercantum dana dari

pemerintah desa.

4.2.3.8 Pencarian Bakat

Hasil pelaksanaan program pencaraian

bakat anak berkebutuhan khusus tidak dapat berjalan.

Hal ini siswa yang mempunyai bakat menyanyi pindah

ke Wonosobo sedangkan untuk olahraga juga tidak

dapat berjalan. Penemuan di lapangan kegiatan

pencarian bakat pada kegiatan olahraga terhenti. Hal

ini dikarenakan anak berkebutuhan khusus tidak mau

datang pada kegiatan ekstrakuliker selain itu guru

kesulitan mengkoordinasi ABK karena memang

siswanya hiperaktif cenderung sesuka hati.

Berdasarkan hasil wawancara dari

beberapa sumber pada pelaksanaan komponen produk

dapat disimpulkan seperti tabel berikut:

“Kerjasama yang baik dari pihak sekolah dengan komite

sekolah membuahkan hasil yang harmonis. Hal ini dapat

dibuktikan dengan kinerja komite yang mendukung

penyelenggaraan pendidikan inklusi di SDN I

Mangunsari. Komite berusaha mencari dana untuk

mewujdkan SDN I Mangunsari sebagai penyelenggara

sekolah inklusi”. (wawancara tanggal 18 April 2015)

serahkan ke sekolah yang akan digunakan sebagai tambahan pembelian drum band”. (wawancara tanggal

19 April 2015)

Page 67: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

115

Tabel 4.12

Tabel komponen Produk Penyelenggaraan Inklusi

No Kegiatan Waktu Pengelola Biaya Produk

1. Team

pengelola

Selama

pengelolaan

Kepala

Sekolah

2.570.

000

Sosialisa

si ABK dan Non

ABK terjalin dengan

baik

2. Identifikasi

ABK

Awal

tahun pelajaran

Guru,

kepala sekolah koordinas

i dengan RSJ

Magelang

250.0

00 tergantung

ketunaan

7 anak

berkebutuhan khusus

3. Workshop

penyelenggara inklusi

Awal

penyelenggaraan

BP-

Diksus, LPMP, SMPN 4

Temanggung

1.760.

000

Sertifika

t dan implementasi

pada pembelajaran

4. Modifikasi kurikulum

Awal tahun

pelajaran

Team pengemba

ng

3.350.000

RPP

5. Sarana dan prasarana

Tahun 2010

Team work

38.105.000

Komputer/lap top, alat

peraga, rak

buku, DVD dan CD

pembelaj

Page 68: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

116

aran, LCD.

Buku bacaan ABK,

kursi roda, whitebor

d, alat music,

6. Pengadaan GPK

Selama pembel

ajaran

Kerjasama dengan

SDLBN Temanggung

2.400.000

Tidak terlaksa

na

7. Pengalian sumber

dana

Awal penyele

nggaraan

APBD I 50.000.000

Kegiatan pelaksan

aan sekolah inklusi.

Dan drum

band

Pemerintah desa

1.000.000

8. Pencarian bakat

melalui kegiatan

ekstra

Selama pembel

ajaran

Kepala sekolah,

guru penjasork

es

- Tidak terlaksa

na

Sumber: Laporan tertulis Kepala Sekolah

4.3 Pembahasan

4.3.1 Kontek Program Pendidikan Inklusi

Pendidikan merupakan hak semua warga Negara

baik untuk siswa normal maupun siswa dengan

kebutuhan khusus. Education For All atau pendidikan

untuk semua tanpa diskriminasi menjadi

Page 69: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

117

tanggungjawab Negara. SDN I Mangunsari , Kecamatan

Ngadirejo, Kabupaten Temanggung melaksanakan

pendidikan untuk semua melalui pendidikan inklusi.

Sekolah tersebut sebagai penyelenggara inklusi yang

mana sangat dibutuhkan oleh masyarakat setempat.

Alasan yang mendasar adalah kesadaran masyarakat

tentang pendidikan semakin kuat. Masyarakat tidak

kebingungan dalam mendidik anak terutama orang tua

yang mempunyai anak berkebutuhan khusus.

Dasar penyelenggaraan Sekolah Inklusi di

Indonesia adalah Surat Dinas tertanggal 20 Januari

2003, Nomor 380/C.C6/MN/2003 tentang kewajiban

setiap kabupaten/kota menyelenggarakan dan

mengembangkan pendidikan inklusif sekurang-

kurangnya empat sekolah yang terdiri dari Sekolah

Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah

Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan. Surat Dinas

tersebut dikeluarkan oleh Dirjen Dikdasmen

ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

atau kota di seluruh Indonesia. SD Negeri I Mangunsari

merupakan salah satu SD di Kabupaten Temanggung

yang menjadi rintisan sekolah inklusi sejak tahun

2010. Tugas sekolah penyelenggara pendidikan inklusi

Kabupaten Temanggung berdasarkan SK Kepala Dinas

Pendidikan Kabupaten Temanggung No. 420/008/2015

sebagai berikut: a) menyelenggarakan pendidikan

inklusi di sekolah masing-masing; b) menyelenggarakan

sekolah yang ramah dan terbuka terhadap anak

berkebutuhan khusus (ABK); c) melaksanakan

Page 70: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

118

kerjasama dengan stake holder pendidikan inklusi

untuk meningkatkan pelayanan pada anak

berkebutuhan khusus (ABK) di sekolahnya; d)

melakukan rujukan instansi yang kompeten bila terjadi

kesulitan dalam proses pemberian layanan

pembelajaran maupun layanan perilaku bagi anak

berkebutuhan khusus (ABK) di sekolahnya. Hal ini

sesuai dengan pendapat Renato Opertti (dalam Suyanto

dan Mudjito:2012:71) sasaran pendidikan inklusi

adalah memberikan layanan pendidikan berkualitas

yang didefinisikan kembali sebagai proses belajar

dengan memperhitungkan kemampuan belajar anak

yang berbeda, mengurangi esklusifitas, dan tidak

mengajarkan pengetahuan akademik yang tinggi

semata. Karena itu, untuk dapat melaksanakan

pendidikan inklusi dibutuhkan sistem pendidikan dan

peran pendidik atau guru yang mampu memanusiakan

anak-anak didik.

Tujuan pendidikan inklusi di SDN I Mangunsari

untuk menjaring siswa yang mempunyai kelainan agar

dapat bersekolah, membantu dan membekali siswa

agar berkembang sesuai dengan potensinya. Yang lebih

spesifik yaitu mendidik anak kelainan dapat hidup

mandiri. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 20

Tahun 2003 yaitu mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi menusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis serta

Page 71: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

119

bertanggungjawab. Penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Lipsky, Dorothy

Kerzner; Gartner, Alan yang berjudul “The Evaluation

of Inclusive Education Programs” meneliti program

inklusi bagi mahasiswa yang mana memberikan

kontribusi terhadap pelaksanaan program pendidikan

inklusi begitu juga penelitian di SDN I Mangunsari

memberi konstribusi terhadap pendidikan inklusi bagi

masyarakat setempat.

Sosialisasi yang dilaksanakan pihak sekolah

untuk mendukung program pendidikan inklusi di SDNI

Mangunsari sesuai dengan pendapat Suyanto dan

Mudjito (2012:13) yaitu connecting dengan keluarga

sangat penting, agar sama-sama memiliki informasi

dan back ground siswanya secara detail . Masyarakat

juga harus memiliki sikap aksesabilitas yang sama

dalam memandang anak-anak berkebutuhan khusus.

Hal ini sangat penting untuk mendukung sikap mandiri

bagi anak yang miliki kebutuhan khusus. Selain itu

mendukung rencana pendidikan inklusi karena pada

akhirnya anak yang memiliki kebutuhan khusus terjun

di masyarakat.

4.3.2 Kontek Input Program Pendidikan Inklusi

Untuk mendukung keberhasilan program

pendidikan inklusi di SDN I Mangunsari direncanakan

secara sinergis melalui program pengelolaan anak

berkebutuhan khusus. Hal ini sesuai dengan pendapat

Arikunto dan Jabar (2014:4) program didefinisikan

sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang

Page 72: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

120

merupakan realisasi atau implementasi dari suatu

kebijakan, berlangsung dalam proses yang terus

menerus, dan terjadi pada organisasi yang melibatkan

sekelompok orang.

Program pendidikan di SDN I Mangunsari dibuat

melalui rapat dewan guru disesaikan dengan anggaran

belanja sekolah. Berikut rencana program pendidikan

inklusi di SDN I Mangunsari.

Tabel 4.13

Rencana program pengelolaan:

NO Rencana Pelaksana Kerja sama

Target

1. Pembentukan Team pengelola

Sekolah Komite dan sekolah

Awal tahun Pelajaran

2. Identifikasi ABK

Kepala sekolah,

guru

RSJ Magelang

Awal tahun

Pelajaran

3. Workshop

penyelenggara inklusi

Kepala

sekolah dan semua guru

Dinas

terkait

Awal dan

selama program berjalan

4. Modifikasi kurikulum

Kepala sekolah,

guru, komite

Komite,tokoh

masyarakat, bidan

desa

Awal tahun

pelajaran

5. Pengadaan Sarana dan

prasarana

Kepala sekolah

dan guru, komite

Guru dan komite

sekolah

Selama program

berjalan

6. Pengadaan GPK

Kepala sekolah

SLB NTemang

gung

Selama program

berjalan

Page 73: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

121

7. Penggalian Sumber

dana

Pemerintah,

masyarakat

Sekolah dan

komite

Awal dan selama

program berjalan

8. Pencarian

bakat melalui

kegiatan ekstra

Semua

guru dan kepala

sekolah

Orang tua

siswa

Selama

program berjalan

Sumber: hasil wawancara dengan Kepala Sekolah tanggal 18 April

2015

Rencana program dalam implementasi membutuhkan

kerjasama dengan pihak lain. Beberapa rencana

program inklusi di SDN I Mangunsari bekerjasama

dengan komite sekolah, RSJ Magelang, tokoh

masyarakat, Kepala Sekolah SLBN Temanggung, orang

tua siswa. Tujuannya agar rencana program dapat

direalisasi dengan baik. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan David Jonah Sowalsky Kieval

: “Program Evaluation Of An Inclusion Program At An

Overnight Summer Camp” (2013) hasil penelitian

disimpulkan: bahwa rencana evaluasi sudah layak,

evaluasi berguna bagi siswa dan stakeholder dan

diadakan pengembangan lanjutan dengan

diimplementasikannya karena dianggap telah berhasil

dilakukan, dan umpan balik dari siswa dan pemangku

kepentingan.

Page 74: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

122

4.3.3. Komponen Proses Program Pendidikan Inklusi

Pada komponen proses pelaksanaan pendidikan

inklusi di SDN I Mangunsari sudah sesuai dengan

pedoman pelaksanaan inklusi. Hal sesuai dengan

pendapat Stainback dan Stainback (dalam Budiyanto

2010:3) mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah

sekolah yang menampung semua siswa di dalam kelas

dengan situasi yang sama. Sekolah tersebut

menyediakan dan memberi pelayanan pendidikan

secara layak, memberi tantangan, tetapi disesuaikan

dengan kebutuhan dan kemampuan setiap diri siswa.

Selebihnya, sekolah secara inklusi merupakan tempat

setiap anak bisa diterima dilingkungan, menjadi bagian

anggota kelas tersebut, dan saling membantu dengan

guru dan teman-temannya, maupun lapisan

masyarakat supaya kebutuhan individualnya dapat

terpenuhi.

Berdasarkan hasil temuan proses pengelolaan

pendidikan inklusi I SDN I Mangunsari Kecamatan

Ngadirejo Kabupaten Temanggung terlaksana secara

baik dan benar dapat meningkatkan produktifitas

potensi anak berkebutuhan khusus. Pengelolaan

penyelenggaraan pendidikan inklusi terdiri dari kepala

sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran, orang tua

siswa, dan komite sekolah. Hasil penelitan ini sudah

sesuai dengan mekanisme pendirian sekolah inklusi

berdasarkan Kemendiknas 2013: 41 yaitu kesiapan

sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan

inklusif ( kepala sekolah, komite sekolah, guru, peserta

Page 75: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

123

didik, dan orang tua). Dilihat dari team pengelola

pendidikan inklusi terdiri dari empat unsur. Pertama

unsur Kepala Sekolah sebagai seorang manajer

pendidikan, guru sebagai unsur ketenagaan,

sedangkan komite sekolah dan orang tua sebagai unsur

peran masyarakat.

Hasil penelitian proses identifikasi ABK dengan

hasil tes psikologi di rumah sakit jiwa Magelang sudah

sesuai dengan pedoman Depdiknas, 2007:1 dalam

penelitan Gusti Nono Haryono menyatakan bahwa

dalam mengidentifikasi ABK fisik , mental, intelektual,

social dan emosi. Jenis kelainan yang ditemukan di

SDN I Mangunsari yaitu slowleaner, ADHD atau

hiperaktif dan tuna ganda (tunadaksa dan slowleaner)

hal tersebut sudah sesuai dengan Kemendikbud

2013:19 yaitu peserta didik di sekolah inklusi terdiri

atas a). peserta didik pada umumnya yaitu peserta

didik yang selama ini dikategorikan “normal/biasa” dan

b) peserta didik dengan kebutuhan khusus yaitu

peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional,

mental, sosial, atau memiliki potensi kecerdasan

dan/bakat istimewa. Peserta didik yang dikategorikan

berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra,

tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, adiktif

lainnya.

Tujuan identifikasi ABK di SDN I Mangunsari

yaitu menetapkan kemampuan awal sebelum mendapat

pelayanan khusus. Hal ini sesuai dengan pendapat

Suyanto dan Mudjito 2012:41 yaitu hasil identifikasi

Page 76: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

124

akan ditemukannya anak-anak berkelainan yang perlu

mendapatkan layanan pendidikan khusus melalui

program iklusi.

Berdasarkan hasil temuan proses workshop

penyelenggara pendidikan inklusi di SDN I Mangunsari

telah terlaksana dengan baik. Semua guru mendapat

kesempatan mengikuti workshop di Semarang maupun

di lain tempat misalnya SMPN 4 Temanggung. Hal ini

sesuai dengan Permendiknas No. 70 Tahun 2009

adalah a) Pemerintah Kabupaten/Kota wajib

meningkatkan kompetensi di bidang pendidikan

khusus bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

pada satuan pendidikan penyelenggaraan pendidikan

inklusi, b) Pemerintah dan Pemerintah Propinsi

membantu meningkatkan kompetensi di bidang

pendidikan pada satuan pendidikan penyelenggara

pendidikan inklusi.

Modifikasi kurikulum terdapat pada empat

komponen pokok pembelajaran yaitu: tujuan, materi,

proses dan evaluasi. Implikasinya pada kegiatan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat

tiap guru. Setiap guru mempelajari standar isi, standar

proses, dan standar penilaian. Implementasi modifikasi

terletak pada empat komponen pokok pembelajaran

yaitu tujuan, materi, proses, dan penilaian.

Penyusunan kurikulum tersebut dibiayai dari APBD I.

Team terdiri dari kepala sekolah, guru kelas, guru mata

pelajaran, komite sekolah, tokoh masyarakat termasuk

bidan desa. Hasil penelitian ini sesuai dengan

Page 77: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

125

penelitian yang dilakukan oleh Fitri Nurcahyani (2013)

SDN Mriyunan Sidayu Gresik dengan hasil modifikasi

kurikulum berdampak pada aspek lain.

Temuan hasil penelitian proses sarana dan

prasarana didukung oleh kinerja komite sekolah

dengan mengadakan koordinasi dengan pemerintah

desa. Untuk memenuhi sarpars penyelenggara inklusi

sekolah mendapat bantuan dari pemerintah desa.

Pemenuhan sarpras melalui kegiatan komite

dimaksudkan untuk mencukupi sarpras. di SDN I

Mangunsari agar sarpas dapat terpenuhi. Sarpras di

sekolah tersebut dalam kriteria cukup berarti masih

perlu penambahan. Hal ini sesuai dengan penelitian

Gusti Nono Haryono yang berjudul “Studi Evaluasi

Program Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan

Khusus di Sekolah Dasar Kabupaten Pontianak yang

menyatakan bahwa sebagai penyelenggara sudah

sesuai dengan kriteria walaupun sebagaian belum

dimiliki. Padahal menurut Depdiknas menyebutkan

bahwa sarpras umum yang dibutuhkan di sekolah

inklusi relative sama dengan sarpras regular pada

umumnya termasuk minimal memiliki ruang

praktikum/ laboratorium, ruang BP/BK, ruang UKS

dan ruang ibadah (Depdiknas 2009:94)

Temuan hasil penelitian proses pengadaan GPK

di SDN I Mangunsari tidak dapat berjalan dengan baik.

GPK yang dihadirkan dari SDLBN Temanggung hanya

dua kali. Untuk pelayanan ABK tidak dapat optimal

maka peran GPK digantikan oleh guru kelas. Hal ini

Page 78: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

126

sesuai dengan kriteria penyelenggaraan inklusi,

sedangkan menurut Depdiknas bahwa sekolah

penyelenggara inklusi diharapkan memiliki guru

pembimbing khusus yang cukup untuk bertugas

mendampingi guru-guru di sekolah inklusif dalam

proses pembelajaran, memberikan pengayaan,

melakukan terapi dan membimbing anak-anak sesuai

kekhususannya (Depdiknas 2007:9).

Temuan penelitian proses pengalian sumber dana

dengan pengajuan proposal ke pemerintah pusat

maupun daerah. Hasil pengajuan proposal dengan

cairnya dana dari Propinsi Jawa tengah lewat BKM

anak berkebutuhan khusus atau inklusi. Hasil ini

dinilai belum memadai untuk menyelenggarakan

pendidikan inklusi, idealnya pendanaan bersumber

pada pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat

PP Nomor 48 tahun 2008 Bab V pasal 51 ayat 2 (dalam

Jurnal Gusti Nono Haryono:2013). Berdasar peraturan

tersebut seharusnya pemerintah, pemerintah daerah,

dan masyarakat memberi konstribusi terhadap

pembiayaan pendidikan inklusi.

efektif.

4.23.4 Komponen produk Program Pendidikan Inklusi

Pelaksanaan program pendidikan inklusi di

SDN I Mangunsari sesuai dengan pendapat Delphie

(2009:70) layanan anak berkebutuhan khusus terdapat

beberapa modifikasi yang sesuai dengan kebutuhan

antara lain kurikulum, lingkungan fisik sekolah, proses

hubungan sosial di kelas, media mengajar, sistem

Page 79: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

127

evaluasi, dan struktur administrasi. Hal ini juga sesuai

dengan pendapat Sukardi (2014:3) bahwa evaluasi

program berkaitan erat dengan suatu program atau

kegiatan pendidikan, termasuk di antaranya tentang

kurikulum, sumber daya manusia, penyelengaraan

program, proyek penelitian dalam suatu lembaga.

Dari hasil komponen produk secara

keseluruhan pelaksanaan program pendidikan inklusi

berjalan dengan baik walaupun masih ada beberapa

yang perlu diperbaiki. Program direncanakan

dilaksanakan dengan baik dan masih ada perbaikan.

Dua komponen program yang perlu diperbaiki yaitu

komponen pengadaan GPK dan pencarian bakat

melalui kegiatan ekstrakulikuler. Pengadaan sarana

dan prasarana perlu ditingkatkan dengan cara

mengadakan pengalian dana baik dari pemerintah

maupun masyarakat. Keberhasilan pelaksanaan

program pendidikan inklusi di SDN I Mangunsari

berkat kerjasama antara kepala sekolah, guru, komite

sekolah, orang tua anak berkebutuhan khusus

maupun orang tua siswa normal. Kebersamaan anak

berkebutuhan khusus dengan siswa normal menjadi

asset pendidikan yang sangat tinggi.

Pernyataan tersebut di atas sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Lipsky, Dorothy

Kerzner; Gartner, Alan dengan judul: “The Evaluation of

Inclusive Education Programs” (1995) dengan hasil

penelitian dan evaluasi pada inklusi menunjukkan

kecenderungan yang kuat adanya peningkatan hasil

Page 80: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

128

belajar siswa (akademis, perilaku, dan sosial) baik bagi

mahasiswa program pendidikan khusus dan

mahasiswa pendidikan umum. Kunci keberhasilan

program pendidikan inklusi meliputi : kepemimpinan

yang visioner, kolaborasi, penggunaan penilaian,

dukungan tenaga staf, pendanaan mencukupi, orang

tua, dan keterlibatan keluarga serta orang tua yang

efektif. Hal yang paling mendasar pada pelaksanaan

pendidikan inklusi menghasilkan produk siswa yang

dapat membaca, menulis, berhitung, dan hidup

mandiri.

Tabel 4.14

Keterlaksanaan Pendidikan Inklusi di SDN I

Mangunsari

NO Program Keterlaksanaan

Terlaksana tidak

1. Pembentukan Team

pengelola

V

2. Identifikasi ABK V

3. Workshop penyelenggara

inklusi

V

4. Modifikasi kurikulum V

5. Pengadaan Sarana dan

prasarana

V

6. Pengadaan GPK V

7. Penggalian Sumber dana V

8. Pencarian bakat melalui

kegiatan ekstra

V

Page 81: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15842/4/T2_942013174_BAB IV... · juga belum ada apalagi ruangan untuk bimbingan

129

Dari table tersebut di atas dapat dibuat kesimpulan

bahwa kriteria pelaksanaan program pendidikan inklusi

di SDN I Mangunsari termasuk kategori baik. Hal ini

dapat dilihat dari delapan program yang dapat

terlaksana dengan baik enam program dan dua

program masih memerlukan penyempurnaan. Berikut

prosentase keberhasilan:

Prosentase= 6/8 × 100%

= 75%