Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan -...
Transcript of Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan -...
48
Bab IV
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
4.1 Profil Sekolah
Sekolah Dasar Negeri Pulutan 02 Salatiga terletak di
jalan Dipomenggolo Nomor 11 Pulutan Salatiga, Kecamatan
Sidorejo, Desa/Kelurahan Pulutan dengan luas bangunan
sekolah 544m2 dan luas tanah 2.516 m2. Sekolah ini berdiri
pada tahun 1987 dan pada tahun 2011 telah mendapat
akreditasi A.
4.1.1Sejarah Sekolah
Kondisi awal sekolah dari segi ketenagaan yaitu belum
ada tenaga pendidik yang memiliki sertifikasi
keahlian.Sedangkan dari segi kualifikasi pendidikan, baru ada
3 guru yang berlatar belakang pendidikan S1.Tetapi tahun
2014 ada 8 orang guru yang berpendidikan S1 dan kepala
sekolah berpendidikan S2.Jumlah keseluruhan guru adalah
10 guru, yaitu 7 PNS, 1 CPNS dan 2 guru Wiyata Bakti.
Dari segi sarana dan prasarana sebelumnya SDN
Pulutan 02 sangat minim bahkan terlihat kumuh dengan
gerbang yang sudah rusak.Sekarang sekolah sudah memiliki
jaringan free wifi. Ada bantuan sarana dari pemerintah terkait
dengan SDN Pulutan 02 sebagai SD Inklusi, sehingga dapat
bantuan sarana yang sangat membantu proses pembelajaran,
berupa dua LCD, 4 komputer, whiteboard di setiap kelas, dan
almari serta rak untuk administrasi sekolah.
49
Sementara itu, dari segi kesiswaan, jumlah siswa pada
tahun 2011/2012 ada 73 siswa.Pada tahun 2012/2013, ada
74 siswa.Sedang tahun 2014 ada peningkatan karena banyak
pindahan, sehingga menjadi 80 siswa dengan 33 anak ABK
atau 41, 25 %.
4.1.2 Visi dan Misi Sekolah
Visi Sekolah adalah terwujudnya SD bermutu yang
menjadi tempat menyenangkan bagi berkembangnya potensi
peserta didik baik akademik maupun non akademik dengan
menghargai partisipasi warga sekolah dan masyarakat,
sehingga menjadi mitra dan dikagumi oleh
masyarakatnya.Sedangkan Misi Sekolah adalah (a)
Mengembangkan pendidikan inklusif yang aktif, kreatif,
inovatif dan menyenangkan yang berpusat pada peserta didik
untuk peningkatan mutu pendidikan, (b) Mengembangkan
mutu pendidik dan tenaga kependidikan untuk mendukung
pelayanan pendidikan yang professional, (c) Menjalin relasi
dan kerjasama intensif dengan masyarakat untuk
mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan, dan (d) Memberi kesempatan
pada warga sekolah untuk terlibat dalam kegiatan masyarakat
jika dibutuhkan.
4.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga, akan
dijelaskandalam tigatahapan, yaitu Input, Proses dan
Outputdibawah ini, sebagaimana ditetapkan dalam 6
komponen acuan atau standar Program Pendidikan Inklusif
(Kemendikbud, 2013).
50
4.2.1 KomponenInput
4.2.1.1Peserta Didik
a. Sasaran
Peserta didik SD Negeri Pulutan 02 Salatiga terdiri dari
peserta didik normal/biasa dan peserta didik berkebutuhan
khusus yaitu peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional,mental,sosial atau memiliki potensial kecerdasan
dan/atau bakat istimewa. Peserta didik yang diterima sebagai
siswa SD Negeri Pulutan 02 Salatigaadalah siswa kategori
slow learner bukan kategori berkebutuhan khusus lain seperti
tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, tuna grahita,tuna
daksa,tuna laras, berkesulitan belajar,autis, memiliki
gangguan motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkoba
atau sejenisnya.
Jumlah siswa pada tahun 2011/2012 ada 73 siswa
dengan laki-laki ada 36 siswa dan 37 siswa perempuan. Pada
tahun 2012/2013, ada 74 siswa yaitu laki-laki 43 siswa dan
perempuan 31 siswa. Sedang tahun 2014 ada peningkatan
karena banyak pindahan, sehingga menjadi 80 siswa dengan
jumlah laki-laki 45 siswa dan perempuan 35 siswa.Data pada
tahun 2014 ini ada 33 anak ABK atau 41, 25 %.
Dari tabel 4.1 menjelaskan profil siswa SD Negeri
Pulutan 02 Salatiga.
51
Tabel 4.1 Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2013/2014
Kelas Jml.
Rombel
Laki-laki Perempuan Siswa Slow Learners
(Laki-laki/perempuan)
Jumlah
I 1 7 8 7 15
II 1 7 6 5 13
III 1 8 2 3 10
IV 1 6 6 6 12
V 1 5 9 5 14
VI 1 12 4 7 16
Total 6 45 35 33 80
Sumber:Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga dan Laporan HasilTest
Psikologi Laboratorium Konseling UKSW.
Pertimbangan kemampuan sumber daya sekolah,
menjadikan SD Negeri Pulutan 02 memilih untuk
memprioritaskan sekolah inklusi khusus bagi slow learner.
b. Identifikasi
Proses penyaringan (screening) untuk menentukan jenis
kebutuhan khusus peserta didik dilakukan oleh sekolah
melalui guru. Identifikasi kebutuhan khusus telah dilakukan
oleh SD Negeri Pulutan 02 Salatiga sejak pendaftaran siswa
dan promosi sekolah dalam program penerimaan siswa baru.
Meskipun demikian sekolah juga bekerja dengan profesional
dan universitas (UKSW) untuk terlibat dalam penyaringan
siswa dengan instrumen standar. Hasil dari penyaringan ini
bertujuan mengidentifikasi perencanaan pembelajaran dan
pemantauan kemajuan belajar.
c. Assessment
52
Tindakanassessment SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
untuk mengetahui kondisi peserta didik meliputi
aspekpotensi, kompetensi, dan karakteristik peserta didik
dalam rangka penentuan program pendidikan atau intervensi
untuk mengembangkan semua potensi yang dimilikinya.
Termasuk keunggulan dan hambatan yang diharapkan belajar
siswa.Dalam pelaksanaannya SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
melibatkan tenaga ahli seperti psikolog, dokter, dan profesi
spesifik yang terkait.
Dalam konteks pembelajaran dan layanan kekhususan
hasil asesmen dapat digunakan untuk menetapkan
kemampuan awal peserta didik sebelum memperoleh layanan
pendidikan maupun intervensi kekhususan yang diperlukan.
Semua siswa di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga telah
melewati proses asesmen/identifikasi berupa tes psikologi
untuk menentukan kemampuan dan keadaan siswanya.
Menurut data penelitian dari psikolog menunjukan 1 orang di
atas rata-rata, 13 orang masuk rata-rata yang merupakan
latar belakang keluarga yang ditinggal orang tuanya bekerja
atau drop out, sedang 5 orang anak di bawah rata-rata dan 14
anak lambat belajar/slow learner . Kebanyakan siswa yang
masuk merupakan pindahan dari SD lain yang dikeluarkan
karena bermasalah di sekolah sebelumnya.
Menurut kepala sekolah penyebab masalah lambat
belajar atau slow learner siswa di SD Negeri Pulutan 02 ini
kebanyakan adalah faktor dari lingkungan keluarga seperti
yang di tuturkan oleh Kepala Sekolah Th.Sri
Rahayu(Wawancara tgl 10 Oktober 2014) sebagai berikut:
Anak-anak slow learner di sekolah ini kebanyakan dari
keluarga yang orang tua nya tidak harmonis.Jadi anak-anak
itu di rumah tidak mendapat perhatian yang baik apalagi
pendidikan tentang hal-hal karakter atau perilaku yang
53
baik.Karena orang tua sendiri tidak memberikan contoh yang
baik di rumah.Jadi anak-anak itu tidak mendapat dukungan
belajar dari orang tua.
Demikian juga hasil wawancara dengan pak Hery Guru
Pembimbing Khusus (GPK), menyatakan bahwa penyebab
anak-anak slowlearner di sekolah ini bukan dari faktor
kesehatan tetapi dari faktor orang tua yang kebanyakan
sekolahnya hanya sampai SD seperti yang dituturkan pak Heri
Susanto (Wawancara tgl 27 September 2014)sebagai berikut:
Kebanyakan anak-anak slowlearner di sini bukan karena
faktor kesehatan tapi faktor lingkungan keluarga atau orang
tuanya yang hanya sekolah sampai SD saja.
Disamping itu faktor kesulitan ekonomi orang tua yang
menyebabkan kedua orang tua harus bekerja mencari nafkah
menyebabkan orang tua tidak mempunyai perhatian terhadap
kebutuhan pendidikan anak sehingga anak menjadi kurang
motivasi dan menyebabkan lambat belajar.
Sedangkan saran yang diberikan dari Laboratorium
Konseling untuk siswa Slow Learners di sekolah ini adalah
supaya sekolah memberikan banyak latihan yang berkaitan
dengan ketrampilan atau pekerjaan yang bersifat praktis.
4.2.1.2Kurikulum
Kurikulum penyelenggaraan pendidikan inklusif
menggunakan kurikulum standar nasional yang berlaku di
sekolah umum. Namun bagi siswa slow learnerdisesuaikan
atau dimodifikasi /diselaraskan sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Modifikasi kurikulum
dilakukan oleh tim pengembang kurikulum SD Negeri Pulutan
02 Salatiga. Tim pengembang kurikulum ini terdiri dari:
kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran, guru
pembimbing khusus, psikolog dan ahli lain yang terkait.
54
Modifikasi terjadi pada 4 komponen utama pembelajaran
yaitu: tujuan, materi, proses dan evaluasi.
Berdasarkan dari dokumen KTSP dan wawancana
dengan Kepala Sekolah perihal kurikulum di Sekolah adalah
Kurikulum yang digunakan adalah KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan). Struktur kurikulum terdiri dari empat
komponen, yakni komponen mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri serta Program Khusus bagi Anak
Berkebutuhan Khusus.
Tujuan dari penyelenggaraan Program Khusus
adalah:(i). Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya.(ii). Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan
yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif
bagi semua peserta.
Tabel 4.2 Ruang Lingkup Program Khusus
No Jenis
Ketunaan Materi Khusus Alternatif
1 Tunagrahita Bina Diri KTK/ tambah jampel
2 Tunadaksa Bina Gerak KTK/ tambah jampel
3 Giftet Sosialisasi Percepatan dan pengayaan
4 Autis Bina Komunikasi KTK/ tambah jampel
Sumber :Laporan tertulis Kepala Sekolah SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
Ruang Lingkup Program khusus disesuaikan dengan jenis ke tuna
an siswa seperti contoh di atas, misalnya siswa Autis yang mempunyai
masalah dalam hal komunikasi maka materi khusus yang diberikan
adalah pembinaan komunikasi. Demikian pula untuk jenis ke tunaan yang
lain disesuaikan dengan kebutuhan siswa ABK.
55
Tabel 4.3 Pengaturan Beban Belajar
Kelas
Satu Jam
Pelajaran Tatap
Muka / Menit
Jumlah Jam
Pembelajaran/
Minggu
Minggu Efektif
Per Tahun
Ajaran
Waktu
Pembelajaran
Jam / Tahun
1 35 28 37 1.036
2 35 29 37 1.073
3 35 32 37 1.184
4 35 36 37 1.332
5 35 36 37 1.332
6 35 36 30 1.080
Sumber: Laporan Tertulis Kepala Sekolah SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
a. Ketuntasan Belajar
Tingkatketuntasan per matapelajaran untuk tiap kelas
dapat dilihat didalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.4 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
No Mata Pelajaran
Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
Angka Huruf
A. Mata Pelajaran
1 Pendidikan Agama 67 Enam puluh tujuh
2 Pendidikan Kewarganegaraan 64 Enam puluh empat
3 Bahasa Indonesia 66 Enam puluh enam
4 Matematika 63 Enam puluh tiga
5 Ilmu Pengetahuan Alam 65 Enam puluh lma
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 63 Enam puluh tiga
7 Seni Budaya dan Keterampilan 69 Enam puluh sembilan
8 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan
73 Tujuh puluh tiga
B. Muatan Lokal
9 Bahasa Jawa 65 Enam puluh lima
10 Bahasa Inggris 62 Enam puluh dua
Sumber :Laporan Tertulis Kepala Sekolah SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
56
Jika tingkat ketuntasan per matapelajaran untuk tiap
kelas tidak sama, padatabel akan ditunjukkan sebagai
berikut.
Tabel 4.5 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
No Mata Pelajaran
Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
I II III IV V VI
A. Mata Pelajaran
1 Pendidikan Agama 68 66 65 66 65 65
2 Pendidikan Kewarganegaraan 61 71 64 61 63 60
3 Bahasa Indonesia 65 70 63 63 68 60
4 Matematika 70 70 59 57 61 55
5 Ilmu Pengetahuan Alam 68 69 61 61 65 60
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 61 69 62 61 59 60
7 Seni Budaya dan Keterampilan 72 69 68 65 66 70
8 Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan
79 73 73 65 71 70
B. Muatan Lokal
9 Bahasa Jawa 68 68 59 60 65 60
10 Bahasa Inggris 61 61 57 60 66 60
Sumber :Laporan Tertulis Kepala Sekolah SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
Bila siswa belum mencapai KKM, guru kelas / mata
pelajaran melaksanakan kegiatan remedial berbentuk
pengulangan materi yang belum dikuasai oleh siswa dan
kegiatan pengayaan dilaksanakan oleh guru berbentuk
pemberian tugas-tugas individual atau berbentuk klasikal
untuk siswa yang telah mencapai KKM lebih cepat dari siswa
lainnya.
Selain beban belajar dalam bentuk tatap muka
(pertemuan di kelas) yang disajikan dalam bentuk tabel, beban
57
belajar diberikan juga dalam bentuk tugas terstruktur dan
tugas mandiri tidak terstruktur dan porsi waktu.
Contoh:Tugas terstruktur disajikan dalam bentuk
antara lain: (a) Pengerjaan soal/latihan di rumah (PR) (b).
Penugasan proyek secara berkelompok (c).Membuat hasil
karya produk.
Tugas mandiri tidak terstruktur diberikan sebagai
pengayaan dalam bentuk antara lain: (a). Membuat ringkasan
buku/cerita pendek (b). Mengumpulkan/mengkliping berita
tentang suatu topik aktual (c).Mengikuti kegiatan di
masyarakat dan melaporkan secara tertulis
Porsi waktu untuk tugas-tugas tersebut maksimum 40%
dari jumlah waktu tatap muka pada mata pelajaran yang
bersangkutan.
Catatan:
a. ABK yang mampu mengikuti kurikulum reguler
menggunakan ketuntasan belajar yang sama dengan
anak normal lain, sedangkan ABK yang tidak
menggunakan kurikulum reguler/ PPI ketuntasan
belajar ditentukan oleh secara khusus oleh guru
pembimbing khusus yang disesuaikan dengan
kemampuan peserta didik.
b. Diusahakan setiap tahun ketuntasan belajar
mengalami peningkatan sehingga 5 tahun kedepan
untuk kelas 1 sampai dengan kelas 6 ketuntasan
belajar mendekati 75 %.
b. Pendidikan Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakapan hidup dalam pengembangannya
terintergarasi dengan semua mata pelajaran.Aspek kecakapan
hidup yang dikembangkan meliputi Kecapakan Personal dan
Sosial.
58
a. Kecakapan Personal meliputi :
(i). Kesadaran diri antara lainJujur, Disiplin, Bekerja Keras,
Bertanggung Jawab, Toleran, Suka Menolong dan Peduli
Lingkungan.
(ii). Kecakapan berpikir antara lainmencari informasi
dilakukan dengan kegiatan observasi, membaca, bertanya
dan menganalisa
b. Kecakapan Sosial Meliputi (i).Kecakapan berkomunikasi
baik lisan maupun tulisan (ii). Kecakapan bekerjasama
4.2.1.3 Tenaga Pendidik
Jumlah keseluruhan guru adalah 10 guru, yang terdiri
dari : 3 guru kelas, 2 guru PAI, 1 Kepala Sekolah dan 1 guru
OR. Ada satu Guru CPNS dan 2 guru Wiyata Bakti yaitu
guru kelas IV dan Bahasa Inggris, serta 1 kepala
TU.Sedangkan guru pembimbing khusus (GPK) hanya ada
satu, tetapi guru ini merangkap sebagai guru olah raga dan
sudah mengikuti pendidikan khusus inklusif selama 6 bulan
bersertifikat sehingga dapat membantu pada saat diperlukan
sekalipun waktunya terbatas. Jika ada anak yang
memerlukan penanganan khusus pada saat pembelajaran
maka anak tersebut akan dibawa ke ruang perpustakaan atau
kantor guru atau kepala sekolah untuk ditangani secara
khusus. Beberapa guru kelas dan juga guru agama Islam di
sekolah ini telah mengabdi selama lebih dari 20 tahun di SD
Negeri Pulutan 02 Salatiga sehingga mereka sudah sangat
kaya dalam pengalaman mengajar dan menangani bermacam-
macam karakter anak.
Berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara
dengan guru kelas di sekolah ini, Guru kelas membuat
program pelayanan pendidikan yang sederhana untuk
59
membantu siswa yang slow learner di kelasnya. Lalu guru
kelas meminta pengarahan dari kepala sekolah atau kerja
sama dari sekolah luar biasa dalam membuat PPI (Program
Pembelajaran Individu) yang sederhana. Siswa yang
berkebutuhan khusus /slow learner selalu mendapatkan
pembelajaran remedial jika diperlukan. Guru kelas maupun
guru mata pelajaran memberikan pengayaan serta penilaian
yang sesuai dengan keadaan siswa slow learner.
Sedangkan menurut Guru Pembimbing Khusus (GPK)
yaitu Pak Hery tentang program pembelajaran individual (PPI)
yang dilakukannya untuk siswa slow learner di SD Negeri
Pulutan 02 seperti dituturkan sebagai berikut :
Anak yang kesulitan belajar itu saya suruh membuat ketrampilan
yang sesuai dengan kebutuhannya, seumpamanya dia mempunyai
masalah dalam membaca, dia membuat ketrampilan prakarya
bentuk huruf-huruf yang mendukung pembelajarannya. Dan
biasanya anak tersebut diambil dari kelas dan diberi pelajaran
khusus di ruangan perpustakaan atau ruang computer. (27
September 2014)
Keadaan kelas pada waktu pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar dan tertib karena dengan jumlah
murid di kelas yang tidak lebih dari 15 anak maka guru kelas
maupun guru mata pelajaran dapat menciptakan suasana
belajar yang kondusif serta nyaman bagi semua anak.
4.2.1.4 Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan pengamatan di kelas dan wawancara
dengan guru-guru di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga tentang
60
kegiatan pembelajaran di kelas maka diperoleh data sebagai
berikut:
a. Perencanaan Pembelajaran
Belum ada panduan program kegiatan pembelajaran
khusus untuk siswa slow learner dari sekolah ini sehingga
masing-masing guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan pembelajaran kelas regular yang disesuaikan dengan
kemampuan siswa masing-masing. Guru kelas maupun guru
mata pelajaran membuat perencanaan pembelajaran masing-
masing sesuai dengan buku pegangan dari yang dipakai oleh
siswa di sekolah dan disesuaikan dengan kondisi anak slow
learner yaitu banyak melakukan pengulangan dan pengayaan.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pendidikan inklusif di sekolah
dimanasiswa slow learner dicampur dengan anak normal
maka guru memberikan pelayanan tambahan untuk siswa
slow learner agar tidak ketinggalan dalam memahami semua
pelajaran, yaitu dengan memberikan pelajaran tambahan
dengan metode yang kongkrit seperti melihat gambar, video
dari internet ataupun peragaan. Karena media-media seperti
ini yang akan menjembatani pemahaman mereka terhadap
pelajaran yang diberikan. Para guru berusaha
mengoptimalkan media pembelajaran yang ada disekolah agar
dapat memperlakukan siswa slow learner secara baik dan
benar.
c. Evaluasi
Evaluasi/ penilaian bagi siswa yang dilakukan oleh SD
Negeri Pulutuan 02 Salatiga ini adalah sebagai berikut:
Kenaikan kelas dan kelulusan siswa:
a. Kriteria Kenaikan Kelas
Kenaikan kelas dilaksanakan setiap akhir tahun
pelajaran
61
Kriteria kenaikan kelas :
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada
dua semester di setiap kelas
2) Tidak terdapat nilai di bawah Stadar Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) lebih dari tiga mata
pelajaran
3) Rata-rata nilai kepribadian baik
b. Kriteria Kelulusan
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
2) Memperoleh nilai minimal BAIK untuk seluruh
kelompok mata pelajaran: Agama dan akhlak mulia,
Kewarganegaraan dan kepribadian, estetik, jasmani,
olahraga, dan kesehatan
3) Lulus Ujian Sekolah / Ujian Nasional sesuai dengan
peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang
berlaku.
4.2.1.5 Sarana Prasarana
Sarana yang bersifat umum yang dibutuhkan di sekolah
sudah cukup lengkap seperti : ruang kelas, ruang guru dan
kepala sekolah (masih digabung), perpustakaan yang
merangkap ruang komputer siswa, lapangan olah raga,
kantin, toilet, dan halaman belakang yang luas serta dapat
digunakan siswa untuk belajar menanam.
Sarana prasarana khusus untuk kebutuhan siswa ABK
belum ada karena tidak memiliki ruang sumber (resource
room) sebagai sarana pendukung untuk siswa slow
learner.Ruang sumber merupakan ruang yang seharusnya
disediakan oleh sekolah untuk memberikan pelayanan
pendidikan khusus bagi anak berkesulitan belajar dan slow
learners.
62
4.2.1.6 Pemberdayaan Masyarakat
Berbagai kerjasama telah dibangun oleh SDN Pulutan
02.Yaitu kerjasama dengan program studi S1 PGSD
UKSWuntuk kegiatan PPL, pembinaan kegiatan
ekstrakurikuler dan lain-lain.
Dukungan dari berbagai pihak terutama dari para
pemangku kepentingansepertiDPRD , anggota masyarakat
seperti lingkungan RW dan RT serta dukungan dari Komite
Sekolah sehingga sekolah mendapat bantuan drumband dan
juga mencarikan pelatihnya.
4.2.2Komponen Proses
Pada tahap proses, peneliti mengumpulkan data yang
menggambarkan sejauh mana perilaku siswa berubah seperti
yang diperkirakan akibat proses pembelajaran.Yang dievaluasi
adalah keterkaitan (kegayutan) antara sesuatu yang akan
diubah dalam hal ini adalah peserta didik, tenaga pengajar
dan masyarakat dengan kegiatan (proses) untuk mengubah,
membangun, sertamengembangkannya.
4.2.2.1.Peserta didik
Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti melalui
observasi di kelas dan wawancara dengan murid tentang
perilaku/ hasil peserta didik akibat kegiatan proses
pembelajaran adalah:
Pertama, Melalui Proses Pembelajaran yang dilakukan di
kelas, Peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan
pembelajaran yang diberikan guru pada saat di kelas. Peserta
didik yang slow learner diberikan pengulangan dan penjelasan
khusus serta tugas tambahan sehingga dapat memahami
pelajaran yang diberikan.
63
Kedua, Peneliti juga melihat bahwa perilaku siswa-siswa
yang normal maupun slow learner terlihat cukup baik dan
dapat bekerja sama. Ketika peneliti berkesempatan mengajar
di kelas pun terlihat bahwa para siswa mempunyai perilaku
yang baik, sopan dan cukup antusias untuk mengikuti
pelajaran.
Ketiga, Menurut keterangan dari guru dan kepala
sekolah,beberapa murid yang pindahan dari sekolah lain
karena bermasalah, pada awalnya murid-murid tersebut tidak
mau belajar dan tidak mau mengerjakan tugas PR maupun
tugas sekolah tetapi setelah saat ini sudah terlihat
perkembangannya yaitu mereka mau belajar dan mau
mengerjakan tugas-tugasnya. Peneliti mencoba melakukan
wawancara dengan siswa tersebut yang saat ini sudah kelas V
SD dan termasuk siswa slow learneryaitu Samudra dan Yoga.
Mereka mengatakan bahwa mereka senang belajar di sekolah
dan dapat mengerti pelajaran yang diberikan guru karena
guru mengajar dengan sabar, jelas dan menggunakan alat
peraga.
Seperti yang dituturkan oleh Samudra sebagai berikut
“kayak istimewa sekolah e…gurunya baik banget dan jelas
kalo ngajar pake alat peraga misalnya peta dan globe.”
Demikian juga yang dikatakan Yoga tentang sekolah dan
guru sebagai hasil Wawancara tgl 27 September 2014:
Gurunya nyantai dan ga terlalu cepat kalo ngajar.Kalo ada
teman yangmengejek biasanya dinasehati guru dan teman itu
mau minta maaf.
4.2.2.2.Tenaga Pendidik
Dari pengamatan dan wawancara dengan guru kelas,
guru mata pelajaran dan GPK yang mengajar di SD Negeri
Pulutan 02 Salatiga maka diperoleh data dan keterangan
bahwa sebagian besar guru-guru yang mengajar di SD Negeri
64
Pulutan 02 ini adalah guru yang sudah lebih dari 10 tahun
mengajar bahkan ada yang sudah 20 tahun. Meskipun telah
mempunyai bekal pengalaman mengajar yang sudah lama
tetapi mereka tetap berusaha belajar memodifikasi materi
pelajaran ataupun kurikulum yang disesuaikan dengan
keadaan siswanya khususnya slow learner.Jika ada kesulitan
para guru ini dibantu oleh GPK, kepala sekolah dan juga
pembelajaran dari pelatihan yang telah diberikan dari ahli
terkait untuk mengajar siswa ABK.Hal ini membuat para guru
lebih kreatif, lebih sabar dan tidak membeda-bedakan siswa-
siswanya bahkan bisa lebih memahami tiap-tiap perbedaan
siswa-siswa nya di kelas.
4.2.2.3. Orang tua/masyarakat/komite
Pengamatan dan wawancara dengan orang tua tentang
pendapat mereka mengenai sekolah inklusif maupun
keterlibatan orang tua di sekolah diperoleh kesimpulan bahwa
meskipun masih ada orang tua yang tidak mengerti tentang
pendidikan inklusif tetapiada yang sudah merasa puas
menyekolahkan anaknya di sekolah inklusif dan orang tua
juga membantu dalam pelajaran anaknya di rumah, seperti
hasil wawancara tanggal 27 September 2014 dengan ibu Siti
Muniroh orang tua dari siswa Aditya, kelas 2 SD Negeri
Pulutan 02 Salatiga
Setelah sekolah disini anak saya ga manja, ga kelahi dengan
teman-temannya lagi seperti waktu di TK dulu... Anak saya
cocok sekolah disini.karena muridnya ga terlalu banyak,jadi
pengajarannya lebih jelas seperti di privat sendiri gitu…. Saya
di rumah juga membantu pelajaran bahasa Inggris atau
matematika anak saya… Harapan saya nanti anak saya bisa
lulus dan bisa masuk SMP yang favorit gitu..
Sedangkan dari sisi komite sekolah, sudah terlibat
dalam membantu penyediaan kebutuhan siswa seperti
65
drumband.Demikian juga masyarakat setempat terlibat dalam
kegiatan sekolah seperti kegiatan keagamaan
pengajian,kegiatankebersihan dll.
Disamping hal- hal di atas, sekolah juga melibatkan
pihak- pihak lain yang terkait dengan pendidikan inklusif di
sekolah dalam bentuk kerja samaseperti yang tertera dalam
tabel dibawah.
Tabel 4.6 Kerjasama yang Sudah Dilakukan dan Yang sedang
Berlangsung
No
Nama
Program
Kerjasama
Instansi
Mitra Tahun
Lama
Kerjasama
Hasil Yang
dicapai Bukti Fisik
1.
Perjanjian
Kerjasama
Kemitraan
PGSD UKSW 2011 3 tahun
PPL
Mahasiswa di
SD Pulutan
02
Mou
2. Pengenalan
Komputer FTI UKSW 2012 1 semester
Pelatihan IT
bagi Guru
Materi dan
Foto
3.
Pendidikan
Program
Inklusi
SLB
Mangunsari 2012 1 tahun
Konsultasi
masalah ABK
Mou
4.
Pertimbangan
Teknis Tata
Ruang
Dinas Tata
Kota Kota
Salatiga
2011 5 tahun
Pertimbangan
Teknis Tata
Ruang di SD
Pulutan 02
Pertimbangan
Teknis
5.
Kerja Sama
antara FKIP
dan SDN
Pulutan 02
FKIP UKSW 2012 3 tahun
PPL
Mahasiswa di
SD Pulutan
02
Mou
6. Tes Psikologis
Pelita
Harapan
Bangsa
2012 1 tahun Tes IQ
Mou
7. School Visit Faber Castell 2012 1 hari
Pengisian
LJK untuk
kelas 5 dan 6
Surat
66
8. Adiwiyata
SD
MARSUDIRINI
77
2014 3 tahun
Sekolah
rintisan
Adiwiyata
Mou
9. Nota
Kesepakatan
Perpustakaan
dan Arsip
daerah Kota
Salatiga
2013 3 tahun
Pelayanan
Perpustakaan
Keliling
Mou
10.
Kesepakatan
kerjasama
Progdi BK-
FKIP dengan
SDN Pulutan
02
BK UKSW 2014 1 tahun
Tes IQ dan
konsultasi
ABK
Mou
Sumber :Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
4.2.3Komponen Produk
Pada tahap ini adalah mengadakan analisis data dan
menetapkantingkat output yang diperoleh. Pertanyaanyang
diajukan dalam tahap ini adalah apakah program sudah
mencapai tujuan terminalnya?”
4.2.3.1Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
Kehadiran sekolah inklusi ini membuka kesempatan
bagi siswa berkebutuhan khusus untuk dapat bersekolah
dengan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya serta
dapat menghapus batas antara anak normal dan anak
berkebutuhan khusus, anak dari kalangan mampu dan
kurang mampu serta perbedaan lainnya.Sistem belajar di
sekolah inklusi ini tidak jauh berbeda dengan sekolah regular
pada umumnya.Hanya porsi belajar pada anak berkebutuhan
khusus (slow learner) lebih kecil daripada anak yang
normal.Sehingga standar yang ditetapkan adalah sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki anak.Anak-anak yang
67
bersekolah di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga sangat menikmati
bersekolah di sini karena merasa semua teman saling
menerima, guru mengajar dengan baik dan dapat dimengerti
oleh anak-anak serta merasakan fasilitas yang cukup untuk
kebutuhan mereka di sekolah.
4.2.3.2Ouput Peserta Didik sesuai yang diharapkan
Secara akademik semua siswa kelas 1,2,3,4 dan 5 bisa
mengikuti pelajaran dengan baik dan dapat melanjutkan ke
kelas berikutnya. Sedangkan siswa kelas 6 semua lulus dan
bisa melanjutkan sekolah ke jenjang sekolah lanjutan negeri
maupun swasta. Siswa kelas 6 yang slow learner pun bisa
melanjutkan sekolah ke sekolah Pesantren. Meskipun siswa
kelas 6 tidak semua mengikuti ujian nasional, khususnya
siswa slow learner,tetapi mereka dapat mengikuti ujian yang
diadakan oleh sekolah yang sesuai dengan standar yang telah
dilakukan oleh sekolah dan semua siswa slow learners bisa
lulus semua. Demikian juga dengan siswa-siswa slow learners
dari kelas 1 sampai kelas 5, dapat naik kelas tetapi dengan
standar kelulusan yang telah ditetapkan dari sekolah khusus
untuk siswa-siswa slow learner.
Siswa-siswa SD Negeri Pulutan 02 juga telah berhasil
mengukir prestasi dalam berbagai kegiatan lomba dalam
beberapa bidang sebagai berikut:
Tabel 4.7 Prestasi Sekolah dalam Bidang Akademik
No. Nama Lomba
Yang Diikuti
Nama Siswa
yang Mengikuti Tahun Prestasi
Bukti
Fisik
1. Shalat Putra M.Farhan Toha 2013 III Kota Piagam
2.
Mapel Agama cab.
Khat dan Kaligrafi
Putra
Muh. Fadil A. 2012 III Kota Piagam
Sumber: Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
68
Data di atas menunjukkan bahwa prestasi yang
berhasil dicapai siswa SD Negeri Pulutan 02 selama 2 tahun
berturut-turut sehingga mendapatkan penghargaan adalah
dalam bidang akademik agama Islam.
Tabel 4.8 Prestasi Sekolah dalam Bidang Olahraga
No.
Cabang
Olahraga
yang
diikuti
Nama Siswa
yang Mengikuti
Nama Lomba
Yang Diikuti
Tahu
n
Prestasi
yang
diraih
Bukti
Fisik
1. Tenis Meja
Niken Sari Tenis Meja
Putri 2012 Juara II
Sertifi
kat
2. Atletik Anggi Prasetya
W. Senam 2012
Harapan
II
Sertifi
kat
Sumber : Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
Dalam bidang olah raga tenis meja dan atletik siswa SD
Negeri Pulutan 02 sudah berhasil menunjukkan prestasi
sehingga mendapat penghargaan .
Tabel 4.9 Prestasi Sekolah dalam Bidang Kesenian
No. Kesenian Nama Lomba Tahun Prestasi Skor
A. TINGKAT PROVINSI
1 Nasyid Ikrar dan Nasyid
TPQ 2013 Juara III
B TINGKAT KOTA
1 Menyanyi Lomba Vocal 2013 Juara I
69
No. Kesenian Nama Lomba Tahun Prestasi Skor
Kelompok B
2 Menyanyi Lomba Fun Day
With Ada Baru 2014 Juara I
3
Menyanyi Lomba Lagu
Indonesia Kategori
II
2013 Juara II
4 Tarlil Lomba Tartil
Quran Putra 2014 Juara II
5 FLS2N Menyanyi Tunggal 2014 Juara II
6 Kaligrafi
Lomba Khat Putri 2014 Juara III
7 Menyanyi Loma Solo Vokal
Tk. SD 2013 Juara III
8 Menyanyi Lomba Menyanyi
Lagu Perjuangan 2013 Juara III
9 Menyanyi Lomba Karaoke
Kategori B 2013 Juara III
10 Kaligrafi Lomba Khat Putra 2013 Juara III
11
Menyanyi Lomba
Penghayatan Lagu
Islami
2012 Juara III
C TINGKAT KECAMATAN
1 Puisi Lomba Geguritan
Putri SD 2013 Juara I
2 Puisi Lomba Puisi SD 2012 Juara I
3 Kaligrafi Lomba Khot
Qur’an 2013 Juara I
4 Kaligrafi Lomba Khot
Qur’an 2013 Juara III
D TINGKAT KOTA HARAPAN
1 Mozaik Lomba Mozaik 2012 Harapan I
2 Mozaik Lomba Mozaik 2012 Harapan II
3 Mozaik
Lomba Mozaik 2012 Harapan
III
4 Puisi Lomba Ikrar dan
Puitisasi 2012 Harapan II
70
No. Kesenian Nama Lomba Tahun Prestasi Skor
E TINGKAT KECAMATAN HARAPAN
1 Puisi Lomba FLS2N Cab.
Cipta Puisi 2014 Harapan I
2 Menyanyi Lomba FLS2N Cab.
Menyanyi Tunggal 2014
Harapan
III
Sumber : Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
d. Prestasi Lain-Lain Sekolah Dalam Bidang Lain-Lain (Ekstra
Kurikuler):
1. Juara Umum Lomba Kreatifitas Siswa SD Se-Kota Salatiga
Tahun 2012.
2. Juara Harapan I Barung Putri Pesta Siaga Tk. Kawarran
Sidorejo Tahun 2012.
3. Juara Harapan III Barung Putra Pesta Siaga Tk. Kawarran
Sidorejo Tahun 2012.
4. Mengisi Tari dalam Festival Anak Indonesia Terampil (FAST)
di Polres tahun 2012
5. Juara I Geguritan mengisi acara Masa Orientasi Peserta
Didik (MOPD) jenjang SMA/MA/SMK Tingkat Kota Salatiga
Tahun 2013 di depan Wali Kota
6. Kunjungan dari Team Leader Plan Indonesia Program Unit
Purwodadi Tahun 2013
4.2.3.3Output Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik mendapat kesempatan belajar cara
mengajar yang berbeda dalam melakukan pembelajaran bagi
peserta didik yang memiliki kondisi slow learner. Sehingga
guru berpeluang menjadi lebih kreatif, lebih sabar dan lebih
berkualitas.Beberapa guru juga mendapat kesempatan untuk
mengembangkan karirnya dalam bidang pendidikan Inklusif
seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini :
71
Tabel 4.10 Pengembangan Karir Guru
Nama Pendidikan/Pel
atihan Tahun Penyelenggara Bukti fisik
1 Masduki
Diklat Pendidik
dan Tenaga
Kependidikan
Sekolah Inklusi
2012 UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo Sertifikat
2 Tri Sunarti,
S.Pd.
Diklat Pendidik
dan Tenaga
Kependidikan
Sekolah Inklusi
2012 UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo Sertifikat
3 Niluh Sriana
Diklat Pendidik
dan Tenaga
Kependidikan
Sekolah Inklusi
2012 UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo Sertifikat
4 Buyung
Sukananda
Diklat Pendidik
dan Tenaga
Kependidikan
Sekolah Inklusi
2012 UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo Sertifikat
5 Heri Susanto,
S.Pd
Diklat Pendidik
dan Tenaga
Kependidikan
Sekolah Inklusi
2012 UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo Sertifikat
6 Marsiyem
Diklat Pendidik
dan Tenaga
Kependidikan
Sekolah Inklusi
2012 UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo Sertifikat
7 Mustofa
Mualimin, S.Pd.
Diklat Pendidik
dan Tenaga
Kependidikan
Sekolah Inklusi
2012 UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo Sertifikat
8 Efendi, S.Pd.
Diklat Pendidik
dan Tenaga
Kependidikan
Sekolah Inklusi
2012 UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo Sertifikat
9
Hana
Pratimawanti,
S.Pd.
Diklat Pendidik
dan Tenaga
Kependidikan
Sekolah Inklusi
2012 UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo Sertifikat
10 Ina Mahanani
Diklat Pendidik
dan Tenaga
Kependidikan
Sekolah Inklusi
2012 UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo Sertifikat
11 Edi Suifan
Diklat Pendidik
dan Tenaga
Kependidikan
2012 UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo Sertifikat
72
Nama Pendidikan/Pel
atihan Tahun Penyelenggara Bukti fisik
Sekolah Inklusi
12 Th.Sri Rahayu,
S.Pd. PPL 2012 FKIP UKSW
SK Guru
Pamong
13 Masduki PPL 2012 FKIP UKSW SK Guru
Pamong
Sumber : Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
4.2.3.4Keterlibatan orang tua, masyarakat dankomite.
Sudah terlaksana sesuai dengan yang diharapkan dari
program pendidikan inklusif sebagai berikut: (a). Orang tua
merasa dihargai dan menganggap dirinya sebagai mitra dalam
memberikan kesempatan belajar yang berkualitas untuk
anak.(b). Mereka mengetahui bahwa anaknya dan semua anak
menerima pendidikan yang berkualitas bahkan merasa di
perlakukan spesial seperti murid privat karena adanya
penanganan yang bersifat individual yang berfokus pada anak.
(c). Masyarakat merasa lebih bangga ketika lebih banyak anak
bersekolah dan mengikuti pembelajaran. (d). Peran serta telah
dilakukan dengan banyak pihak seperti komite, kelurahan,
dinas tata kota, perpusatakaan daerah, FKIP UKSW, BK
UKSW, Masyarakat RW 02,03,05, kecamatan,serta DPRD
Salatiga.
4.3Pembahasan
Dalam bagian pembahasan, diuraikan tentang analisis
kesenjangan dalam empat bagian analisis pembahasan yaitu,
tahapan desain, tahapan instalasi, tahapan proses dan
tahapan produk.
4.3.1 Kesenjangan Tahapan Desain
73
Berdasarkan uraian hasil diatas maka pada analisis
kesenjangan desain dapat diuraikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.11 Temuan Tahap Konsep dan Desain
Desain Input Indikator Desain TemuanKesenjangan
1. Peserta
Didik/siswa
Interaksi siswa normal dengan
ABK berjalan dengan baik
Interaksi siswa normal dengan
ABK, tidak ada penolakan
2. Kurikulum Terintegrasi dalam dua
kebutuhan
Terintegrasi dalam dua
kebutuhan
3. Tenaga Pendidik Keahlian relevanterakreditasi,
faham visi/misi sekolah
inklusi, dibedakan guru kelas,
guru mata pelajaran & GPK
GPK perkelas kurang
proporsinya.
4. Kegiatan
Pembelajaran
Terfokus ke anak, kelas kecil Pendekatan cukup baik
5. Sarana Prasarana Sarana umum & sarana
khusus
Sarana umum terpenuhi, sarana
khusus masih sangat kurang
6. Pemberdayaan
Masyarakat/orang
tua/komite
Dukungan dari
masyarakat/orang tua/komite
tinggi
Dukungan masyarakat/ orang
tua/komite cukup tinggi
meskipun belum terorganisir
Desain Proses
1. Kegiatan belajar
siswa
Pengetahuan umum, BK,
Pramuka, olah raga, seni,
pembiasaan, pembinaan
keteladanan, PBKB, program
khusus ABK
Penilaian hasil belajar masih
terfokus pada capaian
pengetahuan umum siswa.
2. Kegiatan mengajar
pendidik
Metode & materi yang terpusat
pada potensi, perkembangan,
kebutuhan & kepentingan
anak, kelas kecil, terintegrasi
normal dg ABK, terdiri dari
guru, guru mata pelajaran &
GPK, hubungan guru-murid
informal
Komposisi jumlah siswa dalam
kelas dan guru kelas mengajar
belum ideal.
3. Kontribusi
masyarakat/ orang
tua/komite
Langsung, intensif dan
terintegrasi dengan kebutuhan
masing-masing siswa.
Antusias masyarakat
mendaftarkan anak slow learner
cukup tinggi
Desain Output
1. Variabel Siswa Siswa mengusai KKM,
Kecakapan hidup (a).
Kecakapan Personal (diri &
lingkungan) (b). Kecakapan
Berfikir (d). Kecakapan Sosial
Raport dan hasil ujian akhir
siswa memuaskan tetapi belum
mampu menyediakan alat ukur
variabel kecakapan
personal/lingkungan, berfikir
74
Desain Input Indikator Desain TemuanKesenjangan
(komunikasi dan kerjasama). dan kecakapan sosial siswa.
2. Variabel Tenaga
Pendidik
Meningkat kecakapan,
keahlian, metode KBM makin
variatif & intensif mendukung
tumbuh kembang siswa.
Adaptasi kemampuan Tenaga
Pendidik baik, meskipun kurang
dukungan pendampingan serta
pelatihan lanjutan dibidang
pendidikan inklusif
3. Variabel
Masyarakat/orang
tua/komite
Orang tua mengenali &
mendukung kebutuhan, bakat
tumbuh kembang anak.
Masyarakat aktif mendukung
kebijakan sekolah
Tingkat kepuasan orang tua dan
masyarakat belum pernah
diukur.
Pada tahap desain, terdapat sedikit kesenjangan pada
desain input dan desain proses yaitu pada variabel tenaga
pendidik karena dengan jumlah siswa slow learner di tiap
kelas cukup banyak sedangkan guru pembimbing khusus
(GPK) hanya 1 orang maka kurang proporsional untuk dapat
menangani seluruh siswa slow learner di sekolah.
Sedangkan pada desain output, untuk variabel peserta
didik : hasilRaport dan hasil ujian akhir siswa adalah
memuaskan meskipun belum tersedia alat ukur variabel
kecakapan personal/lingkungan, berfikir dan kecakapan
sosial siswa. Pada variabel tenaga pendidik: adaptasi
kemampuan Tenaga Pendidik sudah cukup baik, meskipun
kurang dukungan pendampingan serta pelatihan lanjutan
dibidang pendidikan inklusif. Dan pada variabel
masyarakat/orang tua/komite juga belum pernah dilakukan
pengukuran tingkat kepuasan dari masyarakat, orang tua dan
komite.
4.3.2 Kesenjangan Tahapan Instalasi
Ketepatan berbagai sumber daya/perlengkapan yang tersedia
untuk pelaksanaan program pendidikan inklusif slow learnersdapat
dilihat pada tabel berikut.
75
Tabel 4.12 Kesenjangan Tahapan Instalasi
Tahapan Instalasi Indikator Instalasi TemuanKesenjangan
1. Peserta
Didik/siswa
Konsep penerimaan siswa
baru
Administrasi siswa baru
telah,
Siswa telah mengetahui
konsep sekolah inklusi
Komposisi ideal siswa normal dan
ABK dalam penerimaan siswa
baru/pindahan belum ditetapkan oleh
sekolah.
Tidak semua siswa dan orang tua
siswa memiliki kesadaran
memasukan sekolah dengan konsep
sekolah inklusi. Yang penting diterima
di sekolah tersebut. Sekolah yang
dekat, murah.
2. Kurikulum Visi, misi dan tujuan
sekolah dalam KTSP telah
terumuskan degan baik
Kurang di dukung oleh materi bahan
ajar untuk slow learner
3. Tenaga Pendidik Guru memiliki keahlian
yang relevan, komposisi
jumlah guru ideal dengan
jumlah siswa
Belum ada kebijakan sekolah untuk
mendidik secara khsusus keahlian
guru dan komposisi jumlah guru
4. Kegiatan
Pembelajaran
Di desain dalam kelas kecil Kegiatan belajar belum dikonsep
dalam silabus, RPP dan bahan ajar
yang tertib.
5. Sarana Prasarana Kebijakan sarana umum
dan sarana khusus.
Kebijakan penyediaan sarana umum
masih dominan, sementara kebijakan
pengadaan sarana khusus masih
kurang
76
Tahapan Instalasi Indikator Instalasi TemuanKesenjangan
6. Pemberdayaan
Masyarakat/orang
tua/komite
Dukungan dari org
tua/komite tinggi
Komite sekolah masih belum optimal
Instalasi Proses
1. Kegiatan belajar
siswa
Pengetahuan umum, BK,
Pramuka, olah raga, seni,
pembiasaan, pembinaan
keteladanan, PBKB,
program khusus ABK
Dukungan materi belajar pendukung
spt buku, laboratorium, alat olahraga,
seni dan budaya yang khusus untuk
siswa slow learner masih kurang.
2. Kegiatan mengajar
pendidik
Metode & materi terpusat
potensi, perkembangan,
kebutuhan & kepetingan
anak, kelas kecil,
terintegrasi normal dg
ABK, terdiri dari guru &
GPK, informal
Belum tersedianya kebijakan bagi
maksimalisasi fungsi guru untuk
mencapai kondisi ideal yang
dibutuhkan.
3. Kontribusi
masyarakat/ orang
tua/komite
Langsung, intensif dan
terintegrasi dengan
kebutuhan masing-masing
siswa.
Antusias masyarakat mendaftarkan
anak slow learner cukup tinggi.
Instalasi Output
1. Siswa Siswa mengusai KKM,
Kecakapan hidup (a).
Kecakapan Personal (diri &
lingkungan) (b).
Kecakapan Berfikir (d).
Kecakapan Sosial
(komunikasi dan
kerjasama).
Raport dan hasil ujian akhir siswa
memuaskan tetapi belum mampu
menyediakan alat ukur variable
kecakapan personal/lingkungan,
berfikir dan kecakapan sosial siswa.
2 Tenaga Pendidik Meningkat kecakapan,
keahlian, metode KBM
makin variatif & intensif
mendukung tumbuh
kembang siswa.
Adaptasi kemampuan Tenaga
Pendidik baik, meskipun kurang
dukungan pelatihan/kursus lanjutan
dibidang pendidikan inklusif.
3. Masyarakat/orang
tua/komite
Orang tua mengenali &
mendukung kebutuhan,
bakat tumbuh kembang
anak.
Masyarakat aktif
mendukung kebijakan
sekolah
Tingkat kepuasan orang tua dan
masyarakat belum pernah diukur oleh
sekolah.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahap
instalasi ini ditemukan kesenjangan instalasi input, instalasi
77
proses dan instalasi outputpada hampir semuakomponen
yaitu peserta didik, kurikulum,tenaga pendidik, kegiatan
pembelajaran, sarana prasarana dan pemberdayaan
masyarakat/orang tua serta komite.
4.3.3 Kesenjangan Proses
Apakah perilakunya berubah sesuai dengan yang diharapkan
atau tidak?Jika ternyata tidak, artinya terdapat kesenjangan dan
perlu dilakukanperubahan terhadap aktifitas-aktifitas yang
diarahkan untuk mencapai tujuan perubahan perlaku tersebut.
Tabel 4.13 Kesenjangan Proses
Tahapan Proses Indikator Proses TemuanKesenjangan
1. Kegiatan
belajar siswa
Pengetahuan umum,
BK, Pramuka, olah
raga, seni, pembiasaan,
pembinaan
keteladanan, PBKB,
program khusus ABK
Penilaian hasil belajar
masih terfokus pada
capaian pengetahuan
umum siswa.
Pendekatan kegiatan
belajar bagi reguler masih
dominan.
Slow learner belum
menjadi prioritas
pembelajaran
2. Kegiatan
mengajar
pendidik
Metode & materi
terpusat potensi,
perkembangan,
kebutuhan &
kepetingan anak, kelas
kecil, terintegrasi
normal dg ABK, terdiri
dari guru, guru mata
pelajaran & GPK,
Komposisi jumlah siswa
dalam kelas dan guru
kelas mengajar belum
ideal.
78
hubungan guru-murid
informal
3. Kontribusi
masyarakat/
orang tua/komite
Langsung, intensif dan
terintegrasi dengan
kebutuhan masing-
masing siswa.
Antusias masyarakat
mendaftarkan anak slow
learner cukup tinggi
Pada tahap Proses ditemukan kesenjangan pada variabel kegiatan
belajar siswa karena penilaian hasil belajar masih terfokus pada capaian
pengetahuan umum siswa. Sehingga kegiatan belajar masih seperti
kegiatan pembelajaran regular dan bagi slow learner belum menjadi
prioritas. Sedangkan pada kegiatan mengajar pendidik, terdapat juga
kesenjangan dalam hal komposisi jumlah siswa dalam kelas dan guru
kelas mengajar yang belum proporsional/ideal. Karena jumlah siswa slow
learner melebihi proporsional tiap kelas sedangkan kegiatan mengajar
masih terfokus pada kegiatan mengajar regular. Sedangkan pada variabel
masyarakat/orang tua siswa dan komite terlihat respon yang positif pada
penyelenggaraan pendidikan inklusif slow learner di SD Negeri Pulutan 02
Salatiga.
4.3.4 Kesenjangan Produk
Selama tahap produk, penilaian dilakukan untuk
menentukan apakah tujuan akhir program tercapai atau tidak?
Tabel 4.14 Kesenjangan Produk
Tahapan
Produk
Indikator Produk Temuan Kesenjangan
1. Siswa Komposisi kenaikan
dan kelulusan siswa
100%
Siswa naik kelas dan
lulus setelah
menguasai KKM,
Kecakapan hidup (a).
Kecakapan Personal
(diri & lingkungan)
Identifikasi terhadap
siswa slow learner sudah
dijalankan tetapi sebatas
tes psikologi belum pada
kondisi anak setelah lulus
dari SD.
Assessment terhadap
siswa belum dilakukan
sehingga output produk
79
Tahapan
Produk
Indikator Produk Temuan Kesenjangan
(b). Kecakapan
Berfikir (d).
Kecakapan Sosial
(komunikasi dan
kerjasama).
Kondisi kebutuhan
siswa sebelum dan
sesudah sekolah
belum diukur secara
jelas, khsususnya
bagi anak slow
learner.
siswa masih belum dapat
diukur.
Tujuan akademik siswa
dalam hal kenaikan dan
kelulusan 100% tercapai.
2. Tenaga
Pendidik
Meningkat
kecakapan, keahlian,
metode KBM makin
variatif & intensif
mendukung tumbuh
kembang siswa.
Memiliki kapasitas
dan latar belakang
pendidikan yang
sesuai dengan
bidang kerja dan
keahlian yang
diampu.
Memiliki kesadaran
administrasi yang
semakin baik dalam
perencanaan,
pelaksanaan dan
evaluasi KBM.
Guru telah mampu
melakukanmodifikasi
pengajaran sesuai dengan
visi, misi dan tujuan
sekolah, tetapi masih
belum terpenuhi guru
pendamping khusus di
kelas karena proporsional
siswa di kelas tidak ideal.
Sekolah telah mampu
memodifikasi dari sekolah
reguler menjadi sekolah
inklusi meskipun dengan
beberapa kelemahan yang
perlu di perbaiki.
Dokumen visi, misi dan
kurikulum sekolah telah
disusun kedalam konsep
program inklusi sekolah.
Kurikulum KTSP telah
terintegrasi dalam materi
pengajaran pendidikan
inklusif.
3.Masyarakat/ Komite sekolah dan Masyarakat dan Orang
80
Tahapan
Produk
Indikator Produk Temuan Kesenjangan
orangtua/
komite
masyarakat sekitar
terlibat dalam kegiatan-
kegiatan sekolah
perencanaan,
implementasi dan
evaluasi sekolah.
tua siswa belum diukur
tingkat kepuasannya
Kondisi komite sekolah
berjalan baik meskipun
masih terbatas perannya
dalam pengelolaan
keuangan dan perencaan
program sekolah.
Berdasarkan tabel diatas, kesenjangan pada
tahapanproduk terbagi dalam tiga variabel pengukuran.
Yaituvariabel siswa, variabel tenaga pendidik, dan variabel
masyarakat. Pada variabel siswa secara akademis tercapai
output produknya, meskipun secara penilaian non akademis
seperti kecakapan personal (komunikasi, sosial dll) belum
bisadiukur. Pada variabel pendidik ,output guru telah
meningkat kecakapan dan kemampuannya dalam
menjalankan visi dan misi sekolah khususnya dalam kegiatan
mengajar siswa sekolah inklusislow learner tetapi masih
terdapat kesenjangan dalam kebutuhan guru pembimbing
khusus di tiap kelas Karen jumlah siswa slow learner di tiap
kelas cukup banyak sehingga tidak tertangani dengan optimal.
Perlu pendampingan dalam hal penanganan pendidikan
inklusif slow learner bagi guru kelas agar pengajaran dapat
terfokus juga pada siswa slow learner.Demikian juga pada
variabel masyarakat/orangtua dan komite , bagi masyarakat
dengan ekonomi kecil makan kehadiran sekolah inklusi
disambut dengan antusias karena adanya penampungan bagi
siswa-siswa miskin dan berkebutuhan khusus, namun masih
terdapat kesenjangan dalam hal kontribusi dan perannya yang
sesuai dengan perencanaan program sekolah inklusi.