BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...Guru bersama siswa menyanyikan yel-yel √ √ Guru...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...Guru bersama siswa menyanyikan yel-yel √ √ Guru...
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab IV ini berisi tentang pelaksanaan penelitian, hasil penelitian
terdapat deskripsi data dan analisis data, serta pembahasan yang terdapat uji
hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
4.1 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dengan subjek penelitian, yaitu 31 siswa pada kelas
5 di SD Negeri 5 Gundih terdiri dari 16 siswa sebagai kelompok kelas eksperimen
dan di SD Negeri 4 Gundih terdiri dari 15 siswa, sebagai kelompok kelas kontrol.
Pelaksanaan penelitian, yang dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015. Secara
rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 12
Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian Kelompok Kelas Eksperimen dan
Kelompok Kelas Kontrol Tahun Pelajaran 2014/2015
No Hari/Tanggal Uraian Kegiatan
1 Sabtu, 28 Februari
2015
1. Permohonan izin kepada pihak sekolah
untuk melakukan penelitian (dilakukan
di kelas eksperimen dan kelas kontrol)
2. Memberitahukan prosedur dan langkah-
langkah penelitian kepada pihak
sekolah baik di kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
2 Jumat, 06 Maret 2015 Melakukan perkenalan dengan siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol
3 Kamis, 26 Maret 2015 Melakukan uji instrumen soal di kelas 6
pada masing-masing sekolah kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
4 Kamis, 9 April 2015 Melakukan uji kesetaraan di kelas
eksperimen
5 Jumat, 10 April 2015 Melakukan uji kesetaraan di kelas kontrol
6 Sabtu, 11 April 2015 Menjelaskan prosedur pengajaran pada
guru kelas 5 di kelas eksperimen (agar
guru tidak terlalu asing dengan proses
pembelajaran yang diajarkan oleh
peneliti)
7 Sabtu, 18 April 2015 Pertemuan 1 di kelas eksperimen, dengan
menggunakan pembelajaran pendekatan
saintifik melalui model problem based
learning
50
8 Senin, 20 April 2015 Pertemuan 2 di kelas eksperimen, dengan
menggunakan pembelajaran pendekatan
saintifik melalui model problem based
learning
9 Rabu, 22 April 2015 Pertemuan 3 di kelas eksperimen dilakukan
posttes
10 Rabu, 15 April 2015 Pertemuan 1 di kelas kontrol menggunakan
pembelajaran konvensional
11 Kamis, 16 April 2015 Pertemuan 2 di kelas kontrol menggunakan
pembelajaran konvensional
12 jumat, 17 April 2015 Pertemuan 3 di kelas kontrol dilakukan
posttes
Berdasarkan tabel di atas, pada hari Sabtu, 28 Februari 2015 dilakukan
permohonan izin penelitian kepada kepala sekolah di SD Negeri 5 dan 4 Gundih.
Selain itu, peneliti juga memberi tahukan kepada masing-masing guru kelas 5
bahwa dalam proses pembelajaran nantinya peneliti akan mengajar sendiri dan
guru kelas sebagai pengamat. Sebelum peneliti melakukan kegiatan
pembelajarannya, peneliti memberitahukan kepada guru kelas akan ikut
membantu dalam kegiatan pembelajaran selama 1 minggu atau lebih. Hal tersebut
dilakukan untuk membentuk keakraban antara peneliti dan siswa.
Dilihat pada tabel di atas, sebelum dilakukan uji kesetaraan dan hasil
terlebih dahulu dilakukan uji instrumen soal di kelas 6 pada masing-masing SD
untuk mendapatkan soal yang valid dan reliabel. Dari tabel jadwal kegiatan
penelitian, proses pembelajaran kedua kelas tersebut berjalan sebagaimana yang
telah dijadwalkan.
Adapun kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan guru, dengan
menggunakan pembelajaran pendekatan saintifik melalui model Problem Based
Learning pada kelompok kelas eksperimen dapat dilihat di tabel berikut ini.
51
Tabel 13
Hasil Implementasi Aktivitas Guru Menggunakan Pembelajaran Pendekatan
Saintifik Melalui Model Problem Based Learning di Kelas Eksperimen
Kegiatan Aspek yang dinilai Pertemuan
1 2
Pendahuluan Guru mengkondisikan siswa dalam
pembelajaran
√ √
Guru bersama siswa menyanyikan yel-yel √ √
Guru melakukan apersepsi √ √
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √ √
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok kecil
√ √
Guru melakukan motivasi untuk pengajuan
permasalahan
√ √
Inti Guru mendampingi siswa
mengorganisasikan (mendiskusikan) tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah,
dengan mengarahkan pembagian tugas
dalam kelompok.
√ √
Guru membimbing siswa merencanakan
penyelidikan untuk mendapatkan informasi
penyelesaian masalah
√ √
Guru membimbing dan memfasilitasi
pengalaman siswa dalam penyelidikan
menyelesaikan masalah di dalam kelompok
untuk mengumpulkan informasi dan solusi
yang tepat.
√ √
Guru mendampingi siswa
dalam merencanakan dan menyiapkan hasil
jawaban yang sesuai seperti laporan, dan
mendampingi mereka untuk berbagai tugas
dengan temannya.
√ √
Guru membimbing siswa pemaparan dari
hasil yang diperoleh dalam pemecahan
masalah. Dengan memberikan alur
penyelesaian yang dilakukan.
√ √
Guru bersama-sama siswa melakukan
evaluasi terhadap proses pemecahan
masalah yang dipersentasikan setiap
kelompok maupun seluruh aktivitas
pembelajaran yang dilakukan.
√ √
Guru memberikan reward bagi kelompok
yang sudah mempresentasikan diskusi
dengan baik
x x
52
Guru mendampingi siswa untuk membuat
kesimpulan berkaitan dengan pembelajaran
yang telah dilakukan.
√ √
Guru memberikan kesempatan untuk
menanyakan hal-hal yang belum diketahui.
√ √
Penutup Guru bersama siswa melakukan refleksi x √
Guru meminta siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya/mengerjakan soal tes.
x x
Guru menutup pembelajaran √ √
Keterangan:
√ = melakukan tindakan
x = tidak melakukan tindakan
Pada tabel di atas, hasil lembar observasi aktivitas guru pada kelompok
kelas eksperimen dilakukan di kelas 5 diperoleh, pembelajaran menggunakan
pendekatan saintifik memalui model problem based learning berlangsung dengan
baik. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang
telah dibuat. Pada pertemuan pertama, kegiatan pembelajaran yang belum
terlaksana adalah guru memberikan reward bagi kelompok yang sudah
mempresentasikan diskusi dengan baik, guru bersama siswa melakukan refleksi,
dan Guru meminta siswa untuk mempelajari materi selanjutnya/mengerjakan soal
tes.
Pertemuan kedua, kegiatan pembelajaran belum terlaksana ketika guru
memberikan reward bagi kelompok yang sudah mempresentasikan diskusi dengan
baik dan guru meminta siswa untuk mempelajari materi selanjutnya/mengerjakan
soal tes. Namun, pemberian reward yang tidak terlaksana dalam proses
pembelajaran, tetap diberikan pada siswa setelah selesai pembelajaran. Pemberian
reward dilakukan untuk memberikan semangat pada siswa.
Pertemuan ketiga, tidak dilakukan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik melalui model Problem Based Learning. Pada pertemuan ini, guru hanya
mengulas materi dari pertemuan sebelumnya dan memberikan tes evaluasi soal
(posttest) kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika setelah dilakukan
treatment. Kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama tiga kali
pertemuan berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran, sesuai dengan
sintak pembelajaaran pendekatan saintifik melalui model Problem Based
53
Learning. Di dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan terdapat 5
langkah kegiatan santifik dan 5 langkah kegiatan dalam model problem based
learning yang lebur menjadi satu dalam kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi yang dilengkapi dengan proses mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan mengkomunikasikan.
Berdasarkan uraian diatas keterlaksanaan pemberian traetment (perlakuan)
pada kelompok kelas eksperimen sebagai hasil pengamatan yang diperoleh dari
observasi, terdapat 5 aspek dan 18 kegiatan yang dilakukan guru selama proses
pembelajaran. Pada tahap (1) orientasi siswa pada situasi masalah yang disajikan
oleh guru dari kegiatan menyanyikan yel-yel guna memberikan semangat siswa,
menyampaikan tujuan pembelajaran, melakukan apersepsi, dan melakukan
motivasi dengan memberikan suatu masalah yang disajikan melalui media baik
powerpoint, video maupun benda-benda kongkrit yang dapat diamati siswa. Pada
tahap ini siswa dalam kegiatan mengamati, menanya. Tahap (2)
mengorganisasiakan siswa untuk belajar, kegiatan ini guru membagi siswa ke
dalam kelompok kecil yang beranggotakan 3-4 siswa. Dalam kegiatan
pembelajaran siswa berdiskusi bersama kelompok, dengan permasalahan yang ada
di dalam lembar diskusi (lembar permasalahan). Tahap kedua ini, siswa dapat
bertanya jawab dengan kelompok ataupun dengan guru, siswa merencanakan
penyelidikkan tentang masalah yang telah disajikan. Masalah yang disajikan guru
dalam lembar diskusi berupa soal cerita matematika. Untuk menyelesaikan soal
cerita siswa dituntut agar menyelesaikan seperti langkah-langkah polya, seperti
memahami soal dengan menuliskan apa yang diketahui, menuliskan apa yang
ditanya, merencanakan penyelesaian dengan mengubah soal kedalam oprasi
hitung, melakukan oprasi hitung, dan memeriksa kembali serta menuliskan
jawaban akhir dari pertanyaan soal. Selain itu siswa juga dapat berbagi tugas
bersama kelompoknya. Tahap (3) membimbing penyelidikan individu atau
kelompok, pada kegiatan ini guru berperan sebagai fasilitator. Siswa diberikan
kesempatan untuk mengumpulkan barbagai informasi dalam mencari pemecahan
masalah bersama kelompok dari berbagai sumber. Peran guru untuk membimbing
dalam penyelidikan siswa, berkeliling untuk mengamati, memberikan motivasi
54
siswa, dan membantu siswa yang memerlukan bantuan. Tahap (4)
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, kegiatan pembelajaran ini guru
mendampingi siswa untuk merencanakan dan menyiapkan hasil dari diskusi
kelompok. Pada tahap ini siswa pada kegiatan mencoba dan menalar untuk
menyajikan hasil diskusi dari pemecahan masalah berupa laporan untuk
dipersentasikan di depan kelas dan kelompok lain diminta untuk menanggapi.
Guru juga memberikan alur penyelesaian masalah Selain itu, pada tahap ini siswa
dalam kegiatan mengkomunikasikan. Tahap (5) menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah. Pada kegiatan ini guru memberikan penguatan atau
memberikan penegasan tentang pemecahan masalah yang dipersentasikan, guru
mendampingi siswa untuk membuat kesimpulan yang berkaitan dengan
pembelajaran yang telah berlangsung, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami, dan guru mengadakan refleksi.
Pada tahap ini siswa dalam kegiatan mengkomunikasikan.
Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas ekperimen juga dilihat dari
aktivitas siswa. Berikut hasil observasi aktivitas siswa.
Tabel 14
Hasil Implementasi Pembelajaran Pendekatan Saintifik Melalui Model
Problem Based Learning di Kelas Eksperimen Aktivitas Siswa
No Aktivitas Pertemuan
1 2
1 Siswa mempersiapkan buku catatan, buku pelajaran,
dan alat tulis
√ √
2 Siswa merespon melakukan yel-yel √ √
3 Siswa menanggapi apersepsi yang dilakukan guru. √ √
4 Siswa memperhatikan pemaparan tujuan pembelajaran
dari guru.
√ √
5 Siswa menempati tempat sesuai dengan kelompok √ √
6 Siswa memperhatikan masalah yang diajukan oleh
guru
√ √
7 Siswa merespon pembagian tugas sesuai arahan dari
guru
√ √
8 Siswa merencanakan penyelidikan untuk mendapatkan
informasi penyelesaian masalah
√ √
9 Siswa melakukan penyelidikan untuk mengumpulkan
informasi dan solusi yang tepat.
√ √
55
10 Siswa membuat laporan sesuai hasil jawaban dan
berbagai tugas dengan temannya.
√ √
11 Siswa mempresentasikan hasil diskusi dan
menanggapi hasil presentasi dari kelompok lain..
√ √
12 Siswa dengan bimbingan guru melakukan evaluasi
terhadap proses pemecahan masalah yang
dipersentasikan setiap kelompok maupun seluruh
aktivitas pembelajaran yang dilakukan
√ √
13 Siswa dengan bimbingan guru menyampaikan
kesimpulan berkaitan dengan pembelajaran yang telah
dilakukan, serta bertanya jawab hal-hal yang belum
diketahui
√ √
14 Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi √ √
15 Siswa menyimak informasi yang disampaikan guru
untuk mempelajari materi selanjudnya/mengerjakan
soal tes
x x
Keterangan:
√ = melakukan tindakan
x = tidak melakukan tindakan
Dapat dilihat dari tabel aktivitas siswa di atas, dalam kelas ekperimen saat
siswa mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik memalui model
Problem Based Learning. Dari hasil lembar observasi aktivitas siswa yang
diamati secara klaksikal tentang bagaimana respon siswa saat mengikuti proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan didapat bahwa keseluruhan aspek
pengamatan dapat terlaksana dengan baik. Pada pertemuan pertama dan kedua
keterlaksanaan dilaksanakan dengan baik, hanya terdapat satu kegitan yang belum
direspon karena dalam pembelajaran guru tidak memberikan tindak lanjut.
Pertemuan ketiga, siswa di kelas ekperimen tidak mendapatkan pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik melalui model problem based learning.
Kegiatan pada pertemuan ketiga, siswa hanya melakukan membuat kesimpulan
mengulang materi dan mengerjakan soal evaluasi (posttest).
Selain itu, pembelajaran dilaksanakan di SD Negeri 4 Gundih sebagai
kelompok kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional yang biasanya
dilakukan pada kelas tersebut. Pada pertemuan pertama dan kedua pembelajaran
terlaksana dengan baik sesuai dan sesuai sintak rencana pembelajaran
konvensional. Pembelajaran di kelas kontrol, dimana guru sebagai pemberi
informasi yang cukup aktif sementara siswa pasif. Namun terkadang siswa juga
56
ikut andil dalam pembelajaran karena pada kelas kontrol sudah mengajak siswa
sedikit demi sedikit aktif karena guru selain menggunakan ceramah juga
menggunakan metode demonstrasi, diskusi kecil, tanya jawab, dan penugasan.
Hal ini dapat dilihat pada tabel keterlaksanaan dari hasil pengamatan.
Tabel 15
Hasil Implementasi Aktivitas Guru Menggunakan Pembelajaran
Konvensional di Kelas Kontrol
Kegiatan Aspek yang dinilai Pertemuan
1 2
Pendahuluan Guru mengkondisikan siswa dalam
pembelajaran
√ √
Guru melakukan apersepsi √ √
Guru melakukan motivasi √ √
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √ √
Inti Guru menjelaskan materi pembelajaran √ √
Guru mendemostrasikan contoh materi
pembelajaran
√ √
Guru bertanya jawab mengenai materi ajar √ √
Guru membagi siswa kedalam beberapa
kelompok secara acak
√ √
Guru membagikan lembar diskusi dan
memberi kesempatan untuk berdiskusi.
√ √
Guru meminta kelompok untuk
mempresentasikan dan kelompok lain
menanggapi.
√ √
Guru mengevaluasi/ memberikan penguatan
jawaban hasil presentasi kelompok
√ √
Guru memberi kesempatan pada siswa untuk
bertanya mengenai materi yang belum
dipahami.
√ √
Guru mendampingi siswa untuk membuat
kesimpulan tentang materi yang telah
dipelajari
√ x
Penutup Guru melakukan refleksi x √
Guru melakukan tindak lanjut kepada siswa √ √
Menutup pembelajaran √ √
Keterangan:
√ = melakukan tindakan
x = tidak melakukan tindakan
57
Berdasarkan tabel aktivitas guru dalam kelas kontol dapat diketahui bahwa
proses pembelajaran matematika di kelas kontrol telah terlaksana dengan baik dan
sesuai dengan langkah-langkah rencana pembelajaran. Hal ini dilihat pada tabel
keterlaksanaan pada pertemuan pertama, kegiatan pembelajaran yang belum
terlaksana adalah guru melakukan refleksi. Sedangkan, pada pertemuan kedua
kegiatan pembelajaran yang belum terlaksana yaitu guru mendampingi siswa
untuk membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari. Dari kegiatan
pembelajaran di atas dapat diketahui, bahwa kegiatan pembelajaran sudah berjalan
dengan lancar. Pada pertemuan ketiga ini hanya mengulas materi dari pertemuan
sebelumnya dan memberikan soal tes kemampuan menyelesaikan soal cerita
Matematika.
Pembelajaran pada kelas kontrol juga dilihat dari aktivitas siswa. Berikut
tabel hasil observasi aktivitas siswa di kelas kontrol.
Tabel 16
Hasil Implementasi Aktivitas Siswa Menggunakan Pembelajaran
Konvensional di Kelas Kontrol
No Aspek yang Diamati Pertemuan
1 2
1 Siswa mempersiapkan buku catatan, buku pelajaran, dan
alat tulis √ √
2 Siswa menanggapi apersepsi yang dilakukan guru. √ √
3 Siswa menanggapi motivasi yang diajukan guru √ √
4 Siswa memperhatikan pemaparan tujuan pembelajaran
dari guru √ √
5 Siswa memperhatikan pemaparan materi yang
disampaikan guru √ √
6 Siswa merespon demontrasi yang dilakukan guru √ √
7 Siswa menempati tempat sesuai dengan kelompok √ √
8 Siswa mendiskusikan lembaar diskusi bersama
kelompok √ √
9 Siswa mempresentasikan hasil diskusi dan siswa lain
menanggapi √ √
10 Siswa membuat kesimpulan mengenai materi pelajaran √ x
11 Siswa bersama guru melakukan refleksi √ √
Keterangan:
√ = melakukan tindakan
x = tidak melakukan tindakan
58
Dapat dilihat dari tabel aktivitas siswa di atas, kegiatan siswa saat mengikuti
pelajaran menggunakan pembelajaran konvensional yang diamati secara klasikal,
untuk mengetahui bagaimana respon siswa saat mengikuti proses pembelajaran.
Hasil pengamatan tersebut didapat bahwa dari keseluruhan aspek pengamatan
dapat terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari keseluruhan pembelajaran
yang belum terlaksana hanya satu kegitan. Pada pertemuan ketiga ini siswa hanya
melaksanakan tes evaluasi soal.
Berdasarkan pengamatan dari keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dapat
diketahui bahwa proses pembelajaran pada kelas 5 di SD Negeri 5 Gundih sebagai
kelompok kelas eksperimen dan kelas 5 di SD Negeri 4 Gundih sebagai kelompok
kelas kontrol berjalan dengan lancar dan baik. Hal ini karena pembelajaran sesuai
dengan langkah-langkah yang sudah direncanakan. Dari keterlakasanaan semua
pengamatan yang sudah dilakukan dapat dilihat pada lembar observasi.
4.2 Hasil Penelitian
Bagian hasil penelitian ini akan membahas dua subbab deskripsi data dan
analisis data. Didalam hasil penelitian yang akan dijabarkan mengenai hasil
diskripsi data dan analisis data menjabarkan hasil dari uji hipotesis dengan uji t.
Sebelum uji t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan
homogenitas dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 for windows.
4.2.1 Diskripsi Data
Dari hasil tes yang telah diberikan, data yang di peroleh peneliti berupa
hasil dari tes kemampuan menyelesaikan soal cerita. Data tersebut diolah dan
disederhanakan dalam tabel distribusi frekuensi. Berikut ini, dibahas mengenai
deskripsi data dari hasil tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika
siswa kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol.
4.2.1.1 Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika
Data hasil dari tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada
siswa, akan merangkum data empirik nilai dari kelompok kelas eksperimen
59
menggunakan pendekatan saintifik melalui model problem based learning di SD
Negeri 5 Gundih dan kelompok kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional
modern yang disesuikan dengan pembelajaran yang ada di SD Negeri 4 Gundih.
Nilai batas KKM dari matematika adalah 65. Hasil data yang diperoleh berasal
dari nilai pretest dan posttest. Di bawah ini akan dijelaskan diskripsi data
kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika sebelum dan sesudah
perlakuan (treatment).
a) Diskripsi Data Sebelum Perlakuan
Berikut distribusi frekuensi skor hasil dari kemampuan menyelesaikan soal
cerita matematika sebelum perlakuan, pada kelas ekperimen dan kelas kontrol.
Distribusi frekuensi disusun dengan menggunakan banyak kelas dan interval
kelas. Sehingga, mempermudah pembuatan tabel distribusi frekuensi kemampuan
menyelesaikan soal cerita matematika, menurut Sugiyono (2011: 36-37)
menentukan banyak kelas dalam penelitian ini menggunakan ketetapan,
K = 1 + log 3,3 log n, dari ketentuan tersebut didapat banyak kelas adalah
= 1 + 3,3 log 29
= 1 + 3,3 . 1,46
= 1 + 4,818 = 5,818 (dibulatkan menjadi 6)
Untuk mencari interval maka menghitung rentang data (Range),
Range = (nilai maksimal – nilai minimal) + 1
= (89 – 43) + 1
= 46 + 1 = 47
Interval = 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
= 47
6
= 6,57 dibulatkan menjadi 7
60
Untuk melihat hasil distribusi frekuensi kelompok kelas eksperimen dan
kelompok kelas kontrol dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 17
Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Sebelum Perlakuan
Interval Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
83 – 90 2 13% 1 7%
75 – 82 1 7% 2 14%
67 – 74 4 27% 4 29%
59 – 66 7 47% 3 21%
51 – 58 0 0% 1 7%
43 – 50 1 7% 3 21%
Jumlah 15 100% 14 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada kelompok eksperimen tidak
ada siswa yang mendapatkan nilai antara 51-58 dengan persentase 0%. Untuk
siswa yang mendapat interval nilai 43-50 dan 59-66 terdapat 1 siswa dengan
persentase 7%. Sedangkan interval nilai 59-66 terdapat 7 siswa dengan persentase
47%. Siswa yang mendapatkan interval nilai 67-74 sebanyak 4 siswa dengan
persentase 27%. Dan siswa yang mendapatkan interval nilai 83-90 terdapat 2
siswa dengan presentase 13%.
Sementara hasil nilai dari kemampuan menyelesaikan soal cerita
matematika pada kelas kontrol dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang
mendapatkan nilai antara 83-90 dan 51-58 terdapat 1 siswa dengan persentase 7%.
Untuk siswa yang mendapat interval nilai 75-82 terdapat 2 siswa dengan
persentase 14%. Sedangkan interval nilai 67-74 terdapat 4 siswa dengan
persentase 29%. Siswa yang mendapatkan interval nilai 59-66 dan 43-50
sebanyak 3 siswa dengan persentase 21%.
Selain itu juga dijelaskan dalam diskripsi data sebelum perlakuan, secara
garis besar hasil dari nilai kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada
siswa kelas 5 kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol seperti
dalam tabel diskriptif dibawah ini.
61
Tabel 18
Diskriptif Data Sebelum Perlakuan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KelasEksprimen 15 43 89 68.53 11.382
KelasKontrol 14 46 86 65.07 11.678
Valid N (listwise) 14
Untuk memperjelas gambaran diskriptif data sebelum perlakuan, dari
kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4. Diagram Batang Diskripsi Data Sebelum Perlakuan
b) Diskripsi Data Setelah Perlakuan
Seperti dalam diskripsi data sebelum perlakuan, diskripsi data setelah
perlakuan juga dilakukan perhitungan menentukan banyak kelas dan interval
berikut perhitungannya:
K = 1 + log 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 29
= 1 + 3,3 . 1,46
= 1 + 4,818 = 5,818 (dibulatkan menjadi 6)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
N Nilai rata-rata
NilaiTertinggi
NilaiTerendah
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Std.
Deviation
62
Untuk mengetahui interval maka menghitung rentang data (Range),
Range = (nilai maksimal – niali minimal) + 1
= (90 – 56) + 1
= 34 + 1 = 35
Untuk mencari interval diperoleh :
Interval = 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
= 35
6
= 5,83 dibulatkan menjadi 6.
Untuk melihat hasil distribusi frekuensi kelompok kelas eksperimen dan
kelompok kelas kontrol setelah dilakukan perlakuan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 19
Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Interval Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
86 – 91 2 13% 0 0%
80 – 85 1 7% 3 21%
74 – 79 6 40% 1 7%
68 – 73 5 33% 5 36%
62 – 67 1 7% 2 14%
56 – 61 0 0% 3 21%
Jumlah 15 100% 14 100%
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa pada kelompok eksperimen tidak
ada siswa yang mendapatkan nilai antara 56-61 dengan persentase 0%. Untuk
siswa yang mendapat interval nilai 62-67 dan 80-85 terdapat 1 siswa dengan
persentase 7%. Sedangkan interval nilai 68-73 terdapat 5 siswa dengan persentase
33%. Siswa yang mendapatkan interval nilai 74-79 sebanyak 6 siswa dengan
persentase 40%. Dan siswa yang mendapatkan interval nilai 86-91 terdapat 2
siswa dengan presentase 13%.
Sementara hasil nilai dari kemampuan menyelesaikan soal cerita
matematika pada kelas kontrol dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak ada
siswa yang mendapatkan nilai antara 86-91 dengan persentase 0%. Untuk siswa
63
yang mendapat interval nilai 56-61 dan 80-85 terdapat 3 siswa dengan persentase
21%. Sedangkan interval nilai 68-73 terdapat 5 siswa dengan persentase 36%.
Siswa yang mendapatkan interval nilai 62-67 sebanyak 2 siswa dengan persentase
14%. Dan siswa yang mendapatkan interval nilai 74-79 terdapat 1 siswa dengan
presentase 7%.
Dapat dilihat juga dalam tabel diskriptif setelah dilakukan perlakuan,
secara garis besar tentang hasil dari nilai kemampuan menyelesaikan soal cerita
matematika pada siswa kelas 5 kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas
kontrol seperti dalam tabel diskriptif dibawah ini.
Tabel 20
Diskriptif Data Setelah Perlakuan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kelaseksperimen 15 64 90 75.80 7.321
Kelskontrol 14 56 83 69.64 8.233
Valid N (listwise) 14
Untuk memperjelas gambaran diskriptif data di atas hasil dari kemampuan
menyelesaikan soal cerita matematika setelah dilakukan perlakuan pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 5. Diagram Batang Diskripsi Data Setelah Perlakuan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
N Nilai rata-rata
Nilaitertinggi
NilaiTerrendah
Std.Deviation
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
64
4.2.2 Analisis Data
Analisis data, disajikan data nilai kemampuan menyelesaikan soal cerita
matematika yang diperoleh dari kelompok kelas eksperimen adalah siswa kelas 5
SD Negeri 5 Gundih, dan kelompok kelas kontrol adalah siswa kelas 5 SD Negeri
4 Gundih. Dalam analisis data menggambarkan hasil dari uji hipotesis yang
dilakukan dengan uji t Independent Samples Test. Sebelum dilakukan uji t terlebih
dahulu melakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas, uji homogenitas. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau
tidak. Sedangkan uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah ada
kesamaan diantara kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Dari
uji prasyarat yang terpenuhi dilakukan uji t untuk mengetahui perbedaan pengaruh
penerapan treatment pada kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas
kontrol terhadap hasil dari tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika.
Analisis data yang digunakan dengan bantuan program SPSS 16.0 for window.
4.2.2.1 Hasil Uji Prasyarat Sebelum Perlakuan
Hasil analisis data sebelum dilakukan perlakuan, terlebih dahulu dilakukan
uji kesetaraan dengan melakukan tes kemampuan awal (Pretest) pada kelompok
kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Tes uji kesetaraan ini
menggunakan 8 soal uraian berupa soal cerita matematika yang sudah di validitas
dan reliabel.
a) Hasil Uji Normalitas Pretest
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui data empirik yang diperoleh
berdistribusi normal atau tidak sebelum dilakukan penelitian. Uji normalitas
dilakukan menggunakan Shapiro-Wilk karena jumlah responden yang diteliti
kurang dari 30 siswa. Data dikatakan dalam distribusi normal apabila nilai
signifikan > 0.05 maka data tersebut normal, sedangkan nilai signifikan < 0.05
maka data tidak berdistribusi normal. Untuk hasil uji normalitas dapat dilihat pada
tabel 21 berikut.
65
Tabel 21
Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Nilai kelas eksperimen .187 15 .165 .909 15 .132
kelas kontrol .140 14 .200* .965 14 .808
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari analisis uji Shapiro-Wilk
tingkat signifikan pada kelompok ekspertimen 0,132 dan kelompok kontrol 0,808,
artinya memiliki signifikansi > 0,05 maka kedua kelompok tersebut berdistribusi
normal. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 6. Grafik Normalitas Pretest Kelas Eksperimen
Gambar 7. Grafik Normalias Pretest Kelas Kontrol
66
b) Hasil Uji Homogenitas Pretest
Uji homogenitas untuk mengetahui apakah ada kesamaan diantara
kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol sebelum diberikan
perlakuan. Uji homogenitas dilakukan sebagai syarat untuk melakukan penelitan
selanjutnya. Untuk melihat hasil uji homogenitas antara kelompok eksperimen
dan kelompok kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 22.
Tabel 22
Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Nilai
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.153 1 27 .699
Dapat diketahui berdasarkan tabel di atas signifikansi 0,699 > 0,05 artinya
kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol mempunyai varian yang
sama atau kedua kelas tersebut homogen. Setelah diketahui hasil dari uji
homogenitas dapat dilakukan penelitian.
c) Uji Keseimbangang (Uji Kesetaraan)
Uji keseimbangan yang dilakukan sebelum penelitian, dengan Uji t
independen sample test untuk mengetahui perbedaan rata-rata pada kelompok
kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol guna melihat kesetaraan dua kelas
untuk penelitian lebih lanjut, berikut tabelnya.
67
Tabel 23
Hasil Uji T Nilai Kesetaraan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Matematika Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df
Sig. (2-
tailed)
Mean Differen
ce Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Nilai Equal variances assumed
.153 .699 .808 27 .426 3.462 4.283 -5.326 12.250
Equal variances not assumed
.808 26.747 .426 3.462 4.287 -5.338 12.262
Pada tabel diatas dapat dilihat uji beda t test yang menggunakan Equal
variances assumed nilai t test, yaitu 0,808 dan signifikansi dari Sig. (2-tailed)
yaitu 0,426. Berdasarkan kriteria signifikansi jika signifikansi > 0,05 maka Ho
diterima H1 ditolak sedangkan signifikansi < 0,05 maka Hoditolak H1 diterima.
Dari tabel 7 dapat diketahui signifikansi 0,426 artinya 0,426 > 0,05 maka
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil nilai tes sebelum penelitian. Hal
ini menunjukkan bahwa kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan yang
sama sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini.
4.2.2.2 Hasil Uji Prasyrat Setelah Perlakuan
Hasil analisis data dari uji prasyarat sebelum dilakukan treatment telah
diketahui kedua kelompok dalam keadaan homogen, maka dilakukan
pembelajaran dengan penerapan pendekatan saintifik melalui problem based
learning dan pembelajaran konvensional yang biasanya dilakukan SD tersebut.
Uji hipotesis yang digunakan setelah dilakukan treatment adalah uji t Independent
Samples Test. Sebelum dilakukan uji t, terlebih dahulu dilakukan uji nomalitas
dan uji homogenitas. Hasil data diperoleh dari nilai kedua kelas, dengan tes akhir
pembelajaran setelah perlakuan (posttest) yang menggunakan 8 soal uraian berupa
68
soal cerita matematika yang sudah di validitas dan reliabel. Berikut hasil uji
normalitas dan uji homogenitas setelah perlakuan:
a) Hasil Uji Normalitas Postest
Hasil uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak setelah melakukan penelitian. Uji normalitas dalam penelitian
ini menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan bantuan SPSS 16.0 for window. Hasil
data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi > 0,05. Berikut hasil uji
normalitas yang diperoleh dari kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas
kontrol dapat dilihat pada tabel 24.
Tabel 24
Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Nilai kelas eksperimen
.144 15 .200* .937 15 .340
kelas kontrol .110 14 .200* .968 14 .848
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada kolom Shapiro-Wilk diketahui
nilai signifikansi untuk nilai posttest kemampuan menyelesaikan soal cerita
matematika pada kelas eksperimen sebesar 0,340 > 0,05 dan kelas kontrol sebesar
0,848 > 0,05, artinya bahwa data tersebut berdistribusi normal. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 8. Grafik Normalitas Posttest Kelas Eksperimen
69
Gambar 9. Grafik Normalitas Posttest Kelas Kontrol
b) Hasil Uji Homogenitas Posttest
Hasil uji homogenitas untuk mengetahui apakah data mempunyai varians
yang sama atau tidak setelah perlakuan. Data dapat dikatakan homogen jika
diperoleh nilai > 0,05. Untuk melihat hasil dari uji homogenitas dari kelompok
kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 25.
Tabel 25
Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Nilai
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.413 1 27 .526
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa signifikansi menunjukkan
angka sebesar 0,526 yang artinya 0,526 > 0,05 maka hasil uji homogenitas pada
posttest kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada kelompok kelas
ekperimen dan kelompok kelas kontrol dapat dikatakan homogen.
c) Uji Hipotesis
Pada hasil perhitungan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas, selanjutnya dilakukan uji t Independent Samples Test untuk
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata hasil nilai posttest kemampuan
menyelesaikan soal cerita matematika dari kelompok kelas eksperimen dan
70
kelompok kelas kontrol. Hasil uji hipotesis dengan uji t Independent Samples
Test, terdapat kriteria berdasarkan tingkat signifikansi, yaitu
1. Jika signifikan > 0,05 maka HO diterima H1 ditolak
2. Jika signifikan < 0,05 maka HO ditolak H1 diterima.
Hasil dari uji t dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 26
Hasil Uji Hipotesis (Uji T Independent Samples Test Nilai Posttest) Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Nilai Equal variances assumed
.413 .526 2.131 27 .042 6.157 2.889 .230 12.08
4
Equal variances not assumed
2.123 26.079 .043 6.157 2.901 .195 12.11
9
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa signifikansi dilihat dari Sig.
(2-tailed) sebesar 0,042, artinya 0,042 < 0,05 nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 2,131. Terdapat
juga df=27 dan. Sedangkan perbedaan rata-rata (mean diference) 6,157. Dan
perbedaan berkisar antara 0,230 sampai 12,084
Penelitian ini juga dapat dilihat dari uji t dua fihak dengan df = 27 dan
signifikansi α = 5% maka diperoleh t tabel 2,052. Karena dari 1
2𝛼 =
1
25% = 2,5%.
Jadi 2,5% untuk kiri dan 2,5% untuk kanan sehingga t tabel yang digunakan
sebesar 2,052 diambil dari kolom two tail 0,025. Kriteria t hitung yang digunakan
unutk pengambilan keputusan jika t hitung > t tabel maka HO ditolak. Dan jika t
hitung < t tabel maka HO diterima. Untuk lebih ringkas, hasil perhitungan uji t
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
71
Tabel 27
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan tabel hasil uji hipotesis menunjukkan t hitung > t tabel, yaitu
2,313 > 2,052 dan signifikan 0,042 < 0,05 artinya bahwa signifikansi lebih kecil
dari 0,05 maka HO ditolak H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh penggunaan Pendekatan Saintifik melalui Model Problem Based
Learning terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika pada
Siswa Kelas 5 SD Negeri Gundih Gugusan Kihajar Dewantoro Semester 2 Tahun
Pelajaran 2014/2015. Untuk lebih mempermudah dimana letak t hitung dan t tabel
dibuat gambar menggunakan uji pihak kanan berikut:
Gambar 10. Daerah Kritik Uji Hipotesis
Pada gambar diatas dapat diketahui bahwa nilai t hitung berada pada daerah
penolakan HO. Hasil analisis hipotesis tersebut menunjukkan bahwa t hitung > t
tabel artinya terdapat pengaruh Pendekatan Saintifik melalui Model Problem
Based Learning terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika
Siswa Kelas 5 SD Negeri Gundih.
4.3 Pembahasan
Dalam subbab pembahasan ini, akan diuraikan tentang hasil dari penelitian
dan analisis data yang telah dilakukan. Hal ini juga untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh yang signifikan antara penerapan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan saintifik melalui model Problem Based Learning
𝒕𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒕𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keputusan Hipotesis
2,131 2,052 H0 ditolak H1 diterima
2,052 -2,052 2,131 -2,131
Daerah penerimaan HO
Daerah
penolakan HO Daerah
penolakan HO
72
terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa SD Negeri 5
dan 4 Gundih.
4.3.1 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan, bertujuan untuk mengetahui pengaruh
kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol sebelum dan setelah
diberikan perlakuan pada siswa kelas 5 SD terhadap kemampuan menyelesaikan
soal cerita matematika. Kelompok kelas eksperimen yang menggunakan
pembelajaran pendekatan saintifik melalui model problem based learning,
sedangkan kelompok kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional
yang biasanya diterapkan di SD tersebut. Hasil data yang diperoleh melalui
pretest, yaitu tes sebelum perlakuan dan posttest, yaitu tes setelah perlakuan untuk
memperoleh hasil nilai dari kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika.
Dilihat perbedaan hasil dari tes kemampuan menyelesaikan soal cerita
matematika ini, karena pembelajaran pendekatan saintifik melalui model Problem
Based Learning menekankan pada pemecahan masalah kontekstual dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan pendekatan dan model tersebut,
dapat dilakukan dengan langkah-langkah secara ilmiah dan sistematik. Hal ini
sejalan dengan pendapat yang dikemukaan oleh Hosnan (2014: 298) diartikan
Problem Based Learning pembelajaran yang menggunakan masalah nyata
(otenik) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks
bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan
berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru. Dari arti yang
dimaksud tersebut model Problem Based Learning memberikan ruang untuk
siswa dapat berpikir sesuai langkah-langkah ilmiah, sehingga mendorong siswa
untuk berpikir secara runtut dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
dalam kehidupan nyata. Hal tersebut mengacu pada pembelajaran pendekatan
saintifik melalui model Problem Based Learning. Terdapat beberapa komponen
dalam pendekatan saintifik melalui model Problem Based Learning, yaitu (1)
orientasi siswa kepada masalah, (2) mengorganisir siswa untuk belajar, (3)
membimbing penyelidikan individual atau kelompok, (4) mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses
73
pemecahan masalah. Dari beberapa komponen tersebut disajikan dalam kegiatan
pembelajaran ekplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati,
menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Selain itu, dalam proses
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dapat menanamkan konsep pemecahan
masalah materi pelajaran.
Untuk menerapkan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari guru
menyajikan permasalahan pada materi pelajaran berupa soal cerita matematika.
Guru mengarahkan siswa, untuk menyelesaikan soal cerita sesuai langkah-
langkah penyelesaian masalah dalam soal cerita matematika seperti dalam tahapan
Polya, yaitu (1) memahami masalah, dalam tahap ini siswa dapat menentukan data
apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal cerita. (2) membuat
rencana penyelesaian. Siswa membuat model atau kalimat ke dalam rumus. (3)
melaksanakan rencana penyelasaian, siswa dapat mengkomputasi. (4) melakukan
pengecekan terhadap hasil dan membuat kesimpulan terhadap pertanyaan soal
cerita. Dari penyelesaian masalah tersebut sesuai dengan tahapan secara urut dapat
membiasakan siswa untuk dapat berpikir secara sistematis.
Dapat dilihat dari hasil nilai kemampuan menyelesaikan soal cerita
matematika pada kelompok kelas eksperimen setelah mendapatkan perlakuan
menunjukkan adanya peningkatan dibanding sebelum dilakukan tindakan. Hal ini
dilihat dari nilai rata-rata setelah perlakuan dari 15 siswa yang hadir sebesar 75,80
dibanding dengan sebelum dilakukan perlakuan dengan nilai rata-rata 68,53.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji t yang menunjukkan bahwa t
hitung > t tabel, yaitu (2,131 > 2,052) dan signifikansi 0,042 < 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat perbedaan yang
signifikan antara pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik melalui
model problem based learning di kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional di kelas kontrol. Hal ini biasanya disebabkan karena berbagai hal.
Sejalan dengan Suyadi (2013: 142-143) beberapa hal tersebut antaranya: model
pembelajaran yang digunakan menantang kemampuan pemahaman untuk
menyelesaikan suatu permasalahan. Selain itu dapat mendorong siswa untuk
bekerja sama dalam kelompok. Di dalam kelompok siswa berdiskusi sesuai
74
permasalahan yang disajikan oleh guru, sehingga memberikan kesempatan untuk
siswa bertukar pendapat untuk mencari penyelesaian dari permasalahan. Dengan
adanya diskusi dan kerja kelompok, dapat menumbuhkan sikap saling kejasama.
Dapat juga membantu siswa yang kurang mampu memahami konsep materi
pelajaran, adanya interaksi antar siswa, siswa dan lingkungan. Hal ini,
mendorong siswa untuk aktif, bernalar, dan berpikir lebih kritis dalam
memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Sehingga
pembelajaran lebih bermakna. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan
saintifik melalui model problem based learning juga membuat siswa berani
mengemukakan pendapat. Hal ini dapat dilihat dari timbal balik ketika siswa
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, dan adanya siswa yang
menanggapi hasil diskusi tersebut.
Faktor lain yang mempengaruhi dalam pembelajaran di kelas eksperimen
sesuai pengamatan peneliti adalah ketika siswa tidak memiliki kepercayaan
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba karena takut salah. Namun, faktor tersebut dapat teratasi dengan
adanya siswa saling membantu untuk memahami materi yang dipelajari saat
diskusi dan bimbingan dari guru.
Keberhasil penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan
Ade Febriyanto (2012) dengan judul penelitian: “Efektifitas penggunaan model
Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran matematika pada siswa
kelas 5 semester 2 desa depok tahun pelajaran 2011/2012” menyimpulkan bahwa
pembelajaran menggunakan Problem Based Learning lebih efektif dalam
pembelajaran Matematika pada siswa kelas 5 SD. Hal ini ditunjukkan dari nilai t
hitung > t tabel (3.173 > 2.023) dengan signifikansi 0,003<0,05. Dapat juga
dilihat dari rata-rata pada kelompok kelas eksperimen 78,60 dan kelompok
kontrol 64,14.
Berdasarkan uraian penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui, bahwa
dalam penelitian menggunakan model Problem Based Learning dikolaborasikan
dengan pendekatan saintifik terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita
matematika, membawa dampak baik bagi siswa dibandingkan pembelajaran
75
konvensional. Pembelajaran konvensional cenderung membuat siswa cepat bosan.
Hal itu disebabkan karena guru banyak memberikan penjelasan materi, sehingga
pemahaman dan daya ingat siswa kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai tes
kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. Selain itu, menggunakan
pendekatan saintifik melalui model problem based learning terhadap kemampuan
menyelesaikan soal cerita matematika dapat terlatih siswa untuk berpikir secara
sistematis dan menggunakan penalarannya dalam menyelesaikan masalah dari
soal-soal cerita matematika.