BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN -...

21
39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam Bab IV ini di paparkan tentang : Kondisi Awal, Deskripsi Siklus l, Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus l, Deskripsi Siklus ll, Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus ll, Perbandingan Antar Siklus Hasil Belajar dan Pembahasan Hasil Belajar. Masing masing akan dikemukakan sebagai berikut : 4.1 Kondisi Awal 4.1.1 Deskripsi Pra Siklus Kondisi awal pembelajaran Matematika di SDN 2 Mojotengah pada tes pra siklus materi volume kubus dan balok menunjukan hasil belajar siswa rendah. Tes pra siklus diadakan sebelum penelitian ini masuk ke siklus I. Persentase hasil belajar matematika berdasarkan ketuntasan siswa kelas V pra siklus, dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini. Tabel 41 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Pra Siklus No Nilai Jumlah Siswa Persentase Keterangan 1 < 65 19 79 % Tidak Tuntas 2 ≥ 65 5 21 % Tuntas Jumlah 24 100% Rata-rata 61 Tertinggi 75 Terendah 45 Tabel 4.1 di atas menunjukan bahwa dari 24 siswa kelas V ada 5 siswa yang telah mencapai KKM yaitu ≥65 sedangkan 19 siswa belum mencapai KKM yaitu ≤ 65. Nilai tertinggi 75 nilai terendah 45 dan nilai rata-rata 61. Berdasarkan tabel 4.1, maka distribusi frekuensi hasil belajar matematika berdasarkan ketuntasan siswa dapat disajikan dalam diagram lingkaran melalui gambar 4.1 berikut.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN -...

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam Bab IV ini di paparkan tentang : Kondisi Awal, Deskripsi Siklus l,

Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus l, Deskripsi Siklus ll, Analisis Hasil Belajar

Siswa Siklus ll, Perbandingan Antar Siklus Hasil Belajar dan Pembahasan Hasil

Belajar. Masing – masing akan dikemukakan sebagai berikut :

4.1 Kondisi Awal

4.1.1 Deskripsi Pra Siklus

Kondisi awal pembelajaran Matematika di SDN 2 Mojotengah pada tes pra

siklus materi volume kubus dan balok menunjukan hasil belajar siswa rendah. Tes

pra siklus diadakan sebelum penelitian ini masuk ke siklus I. Persentase hasil

belajar matematika berdasarkan ketuntasan siswa kelas V pra siklus, dapat dilihat

pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 41 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Pra Siklus

No Nilai Jumlah Siswa Persentase Keterangan

1 < 65 19 79 % Tidak Tuntas

2 ≥ 65 5 21 % Tuntas

Jumlah 24 100%

Rata-rata 61

Tertinggi 75

Terendah 45

Tabel 4.1 di atas menunjukan bahwa dari 24 siswa kelas V ada 5 siswa yang

telah mencapai KKM yaitu ≥65 sedangkan 19 siswa belum mencapai KKM yaitu

≤ 65. Nilai tertinggi 75 nilai terendah 45 dan nilai rata-rata 61. Berdasarkan

tabel 4.1, maka distribusi frekuensi hasil belajar matematika berdasarkan

ketuntasan siswa dapat disajikan dalam diagram lingkaran melalui gambar 4.1

berikut.

40

Gambar 4.1 Presentase Hasil Belajar Pra Siklus

Diagram 4.1 di atas terlihat bahwa ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD

Mojotengah 2 sebelum melakukan perbaikan yakni 79% tidak tuntas dan yang

tuntas hanya 21%. Dari hasil yang di peroleh dapat dijadikan sebagai dasar untuk

peneliti melakukan perbaikan.

Berdasarkan hasil pengamatan siswa dalam proses pembelajaran pra siklus

dapat disimpulkan bahwa siswa belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran,

siswa masih banyak mendengarkan dalam memahami. Beberapa data yang sudah

diperoleh , maka harus diberikan suatu tindakan dengan tujuan peningkatan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran matematika tentang materi volume bangun

ruang kubus dan balok, sehingga dalam proses pembelajaran siswa masih

bergantung kepada guru.

4.2 Deskripsi Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan tahapan yaitu

tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, dan tahap refleksi.

Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam siklus I sebagai berikut:

Perencanaan

Proses perbaikan pada pembelajaran matematika setelah memperoleh data

dari prasiklus mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika

dengan materi Volume bangun ruang Kubus Dan Balok melalui pendekatan

pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya, maka dilakukan penelitian pada

siklus satu yang dilakukan dalam satu kali pertemuan dalam waktu 3 X jam

Pelajaran (3 X 35 Menit )

21%

79%

Tuntas Tidak Tuntas

41

Tahap perencanaan siklus satu diawali dengan penyusunan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Standar Kompetensi (SK) 4.

menghitung volume kubus dan balok dan menggunakan dalam pecahan masalah.

Kompetensi dasar 4.1 Menjelaskan cara menghitung volume kubus dan

balok. Guru membagi kertas origami pada setiap siswa untuk membentuk bangun

balok dari kertas origami. Dalam kegitan yang akan dilakukan berdasarkan

Setandar Kompetensi (SK ) dan Kompetensi Dasar (KD). Kegiatan penelitian

selanjutnya menentukan volume Kubus. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaan (RPP) dengan mernerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

talking chips. Alokasi waktu yang digunakan adalah 2 x 35 menit. Menyiapkan

tiga lembar observasi keaktifan belajar siswa, lembar observasi kegiatan guru dan

lembar observasi lingkungan kelas. Menyiapkan soal – soal untuk berdiskusi dan

menyiapkan kancing sebagai tiket untuk menyampaikan pendapat.

Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Pertemuan pertama

Pada tahap tindakan, dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model

koperatif kooperatif tipe talking chips.Siklus I dilaksanakan pada hari kamis

dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 X jam pelajaran 3 X 35 menit.

Pada pelaksanaanya/ tindakan dilakukan oleh peneliti sebagai guru yang mengajar

di kelas dengan adanya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) yang sudah

telah dibuat sebelumnya oleh peneliti dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif talking chips.

Pada kegiaan awal pembelajaran guru membuka pelajaran dengan berdoa

bersama – sama serta mengucapkan salam, menanyakan kabar pada siswa serta

melakukan absensi. Setelah itu guru menyiapkan siswa agar siap belajar dengan

meminta siswa duduk dengan rapi ditempat duduk masing – masing. Meminta

siswa mengeluarkan perlengkapan belajarnya. Setelah itu agar siswa lebih tertarik

pada proses pembelajaran guru melakukan apersepsi dengan mengingatkan

kembali tentang bangun balok. Menyampaikan tujuan dan kompetensi dasar

yanga akan dicapai dalam pembelajaran. Serta melakukan tanya jawab sederhana

tentang volume balok. Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

42

dicapai yaitu siswa dapat menentukan volume pada bangun balok , menyebutkan

bentuk bangun balok yang ada disekitar kelas serta cara menentukan rumus pada

volume bangun balok.

Langkah pertama sebelum masuk ke dalam proses pembeljaran guru

menjelaskan materi topik pembelajaran yang akan dilakukan dalam proses

pembelajaran kali ini. Selanjutnya guru harus memfasilitasi siswa dalam proses

pembelajaran berlangsung sesuai dengan langkah – langkah yang sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembelajrana (RPP).

Langkah pertama sebelum masuk ke dalam proses pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif talking chips guru terlebih dahulu menjelaskan

topik dan kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajran kali ini. Selanjutnya

guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan

langkah – langkah pembelajaran.

Langkah meneruskan pertanyaan atau masalah memberikan beberapa

pertanyaan/ permasalahan yang sesuai dengan materi pembelajaran, seperti :

pernahkah kalian mengamati bentuk – bentuk bangun kubus di sekitar kalian ?.

bagaimana bentuk kubus ? berbeda atau sama anatara benda yang satu dengan

benda yang lainya. Selanjutnya dari beberapa peryataan tersebut guru menerapkan

satu peryataan / maslah yang akan di pecahkan yaitu tentang bagaimana cara

menghitung volume kubus.

Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dimana setiap kelompok

terdiri dari 4 anggota. Setiap anggota kelompok memiliki tingkatan yang berbeda

beda yaitu tinggi, sedang dan rendah. Guru memberikan penjelasan tentang model

pelajaran yang digunakan, setiap kelompok diberikan latihan soal dan masaing –

masing kelompok memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Kemudian

siswa diminta untuk memberikan kancing sebagai tiket untuk menyampaikan

pendapatnya atau bertanya ? siswa yang berani menyampaikan pendapatnya

didepan kelas akan mendapatkan reward. Kegiatan akhir guru dan siswa bersama

– sama menyimpulkan tentang materi yang baru dipelajarinya dan guru

menyampikan informasi tentang materi selanjutnya kepada siswa.

43

Pertemuan Kedua

Pada kegiatan awal guru menyuruh ketua kelas untuk memimpin doa dan

melanjutkan absensi kehadiran siswa. Guru menyampaikan apersepsi dengan

menanyakan PR dan kemudian membahas bersama – sama, selanjutnya guru

menyampaiakan tujuan yang akan dicapai yaitu siswa dapat menyelesaikan

masalah yang berhubungan dengan volume kubus.

Guru meminta siswa untuk duduk berkelompok seperti kelompok yang

kemarin sudah dibuat. Selesai guru membagi kelompok maka setiap kelompok

diberikan latihan soal. Kemudian siswa diminta untuk memberikan kancing

sebagai tiket untuk menyampaikan pendapat atau bertanya. Siswa yang beranii

menyampaikan pendapatnya di depan kelas akan mendapatkan reward. Kegiatan

akhir guru dan siswa bersama – sama menyimpulkan tentang materi yang baru

dipelajarai dan guru menyampaikan informasi untuk pertemuan berikutnya tes

akhir siklus 1.

Observasi

Tahap observasi dilakukan pada saat pembelajaran yang sedang berlangsung

untuk mengetahui aktifitas belajar siswa serta untuk mengetahui kendala –

kendala yang dihadapi dalam pembelajaran yang dilaksanakan saat tindakan

pelajaran berlangsung. Dalam hal ini guru sebagai pengajar yang dibantu oleh

guru kelas sebagai observer. Berdasarkan lembar observasi aktifitas belajar siswa

pada siklus satu dapat digambarkan bahwa dalam proses pembelajaran terlihat

kesungguhan siswa dalam menerima materi yang diberikan guru masih kurang,

hal ini ditandai oleh siswa yang masih mengobrol dengan teman sebangkunya

pada sat pelajaran. Siswa masih ragu – ragu bertanya kepada siswa dan siswa

tidak bisa menjawab. Pada saat kerja kelompok, siswa belum bisa menjawabnya.

Pada saat kerja kelompok, siswa belum bisa bekerja sama dengan kelompoknya

secara baik, yang mengerjakan tugas hanya siswa yang pandai saja, sedangkan

siswa yang kurang pandai menggantungkan temanya yang pandai. Selanjutnya

memasuki tugas akhir yaitu guru bersama dengan siswanya cukup baik dalam

menarik kesimpulan yang baru dipelajarinya, akan tetapi beberapa siswa masih

ragu – ragu dalam menyimpulkan materi.

44

Selain lembar observasi aktifitas belajar siswa, terdapat lembar observasi

kegiatan guru yang fungsinya untuk mengetahui kegiatan – kegitan yang

dilakukan oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

talking chips dan juga untuk memenuhi kekurangan – kekurangan sehingga tidak

terulang pada pertemuan berikutnya. Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru

diperoleh gambaran bahwa guru masih ada kekurangan dalam pelaksaan

pembelajaran yaitu guru kurang memberikan seluruh perhatian kepada seluruh

siswa, dalam penyampaianya siswa kurang diberi kesempatan untuk memahami

dan mendalami materi yang mengerti materi yang diberikan oleh guru, guru

kurang memancing siswa untuk menyimpulkan materi yang baru dipelajarinya.

Refleksi (Perbaikan )

Tahapan selanjutnya setelah kegiatan pelaksanaan dan observasi

pembelajaran siklus 1 adalah refleksi. Tahapan ini dilakukan dengan menganalisis

skor hasil belajar matematika siswa siklus I yang disajikan pada tabel 4.2 dan

hasil observasi dari lembar observasi guru pada lampiran , dan lembar observasi

siswa yang disajikan pada lampiran. Skor tes diperoleh dari kegiatan evaluasi

akhir pembelajaran pada pertemuan 2 siklus I yaitu menentukan volume pada

bangun balok , menyebutkan bentuk bangun balok yang ada disekitar kelas serta

cara menentukan rumus pada volume bangun balok, mengamati bentuk – bentuk

bangun kubus di sekitar, bagaimana bentuk kubus, bagaimana cara menghitung

volume kubus,dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan volume

kubus. Berdasarkan hasil evaluasi mengenai hasil belajar pada siklus 1 dapat

dianalis sebagai berikut.

4.3 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus I

Hasil belajar diukur dengan memberikan tes yaitu tes siklus I yang diberikan

dalam bentuk soal essay. Persentase hasil belajar matematika berdasarkan

ketuntasan siswa kelas V siklus 1, dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

45

Tabel 4.2 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I

No Nilai Jumlah siswa Persentase Keterangan

1 <65 6 25 % Tidak Tuntas

2 ≥ 65 18 75 % Tuntas

Jumlah 24

Rata – rata 67

Tertinggi 85

Terrendah 60

Dari tabel 4:2 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan model

pembelajaran koopratif tipe talking chips, dari 18 siswa yang mengikuti evaluasi

pembelajaran terdapat 24 siswa (75%) tuntas atau mampu mencapai KKM 65 dan

6 siswa (25%) tidak tuntas atau masih berada dibawah KKM. Nilai tertinggi yang

dicapai siswa adalah 85 dan nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata kelas adalah

67. Selanjutnya untuk lebih jelas hasil perolehan ketuntasan belajar tersebut

disajikan dalam diagram batang 4.2 berikut ini:

Gambar 4.2 Presentase Hasil Belajar Pra Siklus

Mendasarkan gambar 4.2 di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar

matematika berdasarkan ketuntasan siswa kelas V, pada siklus I mencapai 75%

(18 siswa dari 24 siswa) tuntas dalam belajar matematika dan 25 % ( 6 siswa dari

24 siswa) tidak tuntas dalam belajar matematika dengan KKM yang ditentukan

adalah ≥ 65. Hasil belajar pada siklus 1 belum mencapai indikator yang sudah

ditentukan yaitu 80%. Aktifitas belajar siswa pada siklus 1 sudah lebih baik dari

pada pra siklus yaitu siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran siswa

aktif dalam bekerja kelompok dalam melaksanakan tugasnya walupun belum

secara keseluruhan dan model pembelajaran yang digunakan tidak membuat siswa

merasa bosan dengan pembelajaran matematika dan tidak jenuh meskipun

75%

25%

Siklus I

Tuntas

Tidak Tuntas

46

demikian pada siklus 1 belum maksimal karena masih ada sejumlah siswa yang

nilainya masih dibawah KKM, sehingga harus dilaksanakan siklus II yang

bertujuan agar meningkatkan hasil belajar siswa kelas V. Berikut ini disajikan

dalam Tabel 4.3 perbandingan ketuntasan belajar siswa pra siklus dan setelah

tindakan pada siklus

Tabel 4.3 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra siklus dan Siklus I

No Nilai Pra Siklus Siklus I

Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase

1. 19 79 % 6 25 %

2. 5 21 % 18 75 %

Jumlah 24 100% 24 100%

Rata-rata 61 67

Tertinggi 75 85

Terendah 45 60

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun

persentase ketuntasan belajar siswa. Jika pra siklus, siswa yang tuntas belajar

adalah 5 siswa (21%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah

diberikan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang tuntas menjadi 18 siswa

(75%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi

peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 13 siswa (54%). Jumlah siswa

yang belum tuntas pra siklus adalah 19 siswa (79%) dan berkurang setelah

diberikan tindakan pada siklus I menjadi 13 siswa (54%). Hasil ini memberikan

gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 6 siswa

(25%). Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.3 perbandingan jumlah ketuntasan

belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan tindakan pada siklus I.

Gambar 4.3 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus I

21%

75% 79%

25%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Pra Siklus Siklus 1

Tuntas Tidak Tuntas

47

Berdasarkan Gambar 4.3 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah

maupun persentase ketuntasan belajar siswa. Jika pra siklus , siswa yang tuntas

belajar adalah 5 siswa (21%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah

diberikan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang tuntas menjadi 19 siswa

(75%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi

peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 14 siswa (58%). Jumlah siswa

yang belum tuntas pra siklus adalah 19 siswa (79%) dan berkurang setelah

diberikan tindakan pada siklus I menjadi 6 siswa (25%). Hasil ini memberikan

gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 3 siswa

(13%).

Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan

tindakan pada siklus I, diketahui bahwa ketuntasan belajar ini belum memberikan

hasil yang diharapkan yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas belajar atau

tuntas KKM yang ditetapkan sekolah = 65. Hal tersebut membuktikan bahwa

penggunakaan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips dapat

meningkatan hasil belajar siswa sehingga harus dilaksanakan sikus II yang

bertujuan untuk meningakatkan hasil belajar siswa kelas V.

Perbaikan siklus I

Perbaikan ini bertujuan untuk mengatasi kekurangan – kekurangan yang

terdapat pada siklus I, sehingga tidak terulang lagi pada siklus selanjutnya yaitu

pada siklus II. Refleksi pada siklus I. Dijumpai bahwa sebagian siswa belum

memperhatikan penjelasan dari guru dan siswa masih mengobrol dengan teman

yang lainya. Maka diperlukan untuk guru mendekati siswa yang masih mengobrol

dengan temannya serta memberikan pengarahan kepada siswa tersebut supaya

memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Siswa yang belum berani

bertanya kepada guru tentang materi yang belum jelas diharapkan siswa bertanya

dan guru memotivasi siswa supaya tidak malu dalam bertanya. Ketika siswa

bergantung kepada temanya yang pandai, pentingnya penjelasan bagi guru bahwa

akan lebih dikerjakan secara bersama – sama dengan kelompoknya masing –

masing dimana dalam setiap kelompok bisa saling bertukar pikiran, saling

berpendapat dan saling menjelaskan dengan anatar anggota kelompoknya,

48

sehingga setiap anggota bisa mengerti/paham dalam menyelesaikan soal yang

telah diberikan oleh guru.

Ketika siswa menyimpulkan materi pembelajaran terlihat siswa masih ragu –

ragu dalam menyimpulkan materi tidak boleh ragu-ragu dan haus percaya diri.

Pada saat dilakukan tes akhir siklus 1 juga dijumpai bahwa terdapat siswa yang

melihat jawaban temanya, kemudian guru langsung menegur siswa yang mencoba

menyontek pekerjaan temanya. Serta memberikan arahan bahwa lebih baik

dikerjakan sendiri dari pada melihat jawaban punya teman.

Guru juga melakukan refleksi pada lembar observasi kondisi lingkungan

kelas, diperoleh dalam proses belajar mengajar dapat digambarkan bahwa siswa

kurang teratur dan rapi dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu pada saat guru

memulai pembelajaran ada siswa yang masinh berjalan – jalan dikelas, kemudian

guru menegur siswa tersebut serta memberikan arahan dan motifasi dengan cara

apabila pelajarannya sudah dimulai diharapakan untuk partisipasinya dan siap

untuk memperhatikan penjelasan dari guru.

Karena jika kalian memperhatikan pasti akan bisa menyelesaikan soal – soal

yang telah diberikan. Kondisi kelas yang digunakan agak kotor,karena terdapat

samapah bekas rautan pensil tidak di buang di tempat sampah serta ada sampah

bungkus jajan anak yang jatuh dilantai. Sedangkan perlengkapan kebersihan

dikelas sudah cukup komplit seperti sapu, sulak, dan tempat sampah. Guru juga

tidak lupa untuk mengimggatkan kepada siswa bahwa sebelum pembelajaran

dimulai siswa yang piket harus membersihkan ruang kelasnya terlebih dahulu.

4.4 Deskripsi Siklus II

Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan tahapan yaitu

tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, dan tahap refleksi.

Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam siklus II sebagai berikut:

Perencanaan

Tahap perencanaan guru mempersiapakan materi pembelajaran atau sumber

belajar yang akan digunakan pada pertemuan pertama dengan kompetensi dasar

volume kubus,sedangakan indikatornya yaitu tentang menentukan volume kubus.

Guru menyiapkan rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan

49

model pembelajaran kooperatif talking chips. Alokasi waktu yang digunakan

dalam pertemuan ini adalah 2 x 35 menit. Menyiapakan tiga lembar observasi

keaktifan belajar siswa, lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi

lingkungan kelas. Menyiapkan soal – soal untuk berdiskusi dan menyiapkan

kancing sebagaitiket untuk menyampaikan pendapat.

Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Pertemuan Pertama

Pada tahap tindakan, guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe talking chips, yaitu pada kegiatan awal guru

mengucapkan salam kepada siswa, guru menyuruh siswa ketua kelas untuk

memimpin doa dan dilanjutkan dengan absensi kehadiran siswa. Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu : siswa dapat meentukan volume kubus

satuan, siswa dapat menentukan volume kubus yang sudah ditentukan, siswa

dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan kubus, siswa dapat

menentukan panjang ruruk dari volume kubus yang sudahdiketahui. Guru

menjelaskan materi menentukan volume kubus melalui bimbingan guru siswa

diajak untuk mencari atau menentukan volume kubus dengan mencari rusuk-

rusuknya.

Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok

terdiri dari @4 anggota. Setiap anggota kelompok memilikititingkatan yang

berdeda – beda yaitu ada yang tinngi, sedang dan rendah. Guru memberikan

penjelasan tentang model pembelajaran yang digunakan. Setiap kelompok

diberikan latihan soal dan masing masing kelompok memecahkan maslah

yangdiberikan oleh guru. Kemudian siswadiminta untukmemberikan kancing

sebagai tiket untuk menyampaikan pendapatnya didepan kelas akan mendapatkan

reward. Kegiatan akhir guru dan siswa menyimpulakan tentang materi yang baru

dipelajarinyadan guru menyampiakan informasi tentang materi selanjutnya pada

siswa.

Pertemuan kedua

Pada kegiatan awal guru memberikan salam, selanjutnya ketua kelas

memimpin doa bersama dilanjutkan absensi kehadiran siswa. Guru menyampiakn

50

apersepsi dengan menanyakan PR dankemudian dibahas bersama –

sama,selanjutnya guru menyampiakan tujuan yang hendak dicapai yaitu dapat

menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan kubus. Guru menjelaskan materi

yang berhubungan dengan kubus.

Guru membagikan undian angka untuk membagi kelompok. Setiap kelompok

terdiri dari 4anggota yang kemarin sudah dibuat. Selesai guru membagi siswa

berkelompok . maka setiap kelompok diberikan latihan soal. Kemudian siswa

diminta untuk memberikankancing sebagai tiket untuk menyampaikan pendapat

atau bertanya. Siswa yang berani menyampikan pendapat didepan kelas akan

mendapatkan rewar. Kegiatan akhir guru dan siswa bersama – sama

menyimpulkan tentang materi yang baru dipelaharinya, dan guru menyampaikan

informasi untuk pertemuan berikutnya tes akhir siklus II.

Observasi

Pada proses pembelajaran siklus II diperoleh bahwa sudah terdapat

peningkatan. Siswa sudah terlihat terbiasa menggunkan model kooperatif

tipeTalking Chips dan dapat mengikuti pembelajaran dengan efektif dibanding

siklus I. Berdasarkan observasi keaktifan belajar siswa pada siklus II dapat

digambarkan bahwa dalam proses pembelajaran terlihat siswa bersungguh –

sungguh dalam menerima materi yang diberikan oleh guru. Hal ini terlihat pada

saat pembelajaran dimulai siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan

dari guru.

Walupun masih ada salah satu siswa yang mengobrol dengan temanya.

Tanpa ragu – ragu sudah berani bertanya kepada guru tentang materi yang kurang

jelas.sebagian besar siswa sudah tidak ada yang bermain – main dan ribut sendiri.

Dalam kerja kelompok keaktifan siswa dalam berdiskusi sudah sangat baik. Ini

ditunjukan dengan adanya tidak didominasi oleh siswa yang pandai – pandai saja

semua kelompok sudah terlihat aktif. Pada saat berkelopok siswa sudah lebih

tertib dan langsung berbaur dengan kelompoknya masing – masing setip anggota

saling bertikar pikiran.Selanjudnya dalam menyimpulkan materi guru bersam

dengan siswa sudah terlihat sangat berani damal menarik kesimpulan pada materi

yang baru dipelajarinya.

51

Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru diperoleh gambaran bahwa

guru sudah mampu dalam penguasaan dan menggorgaisasikan kelas, guru sudah

lebiah baik dari siklus I. Hal ini dibuktikan bahwa secara keseluruhan guru jauh

lebih tenang dan baik dalam mengatur siswa. Dalam menyampaikan aperesepsi,

motivasi tujuan dan materi pembelajarannya. Berdasarkan hasil observasi guru

sudah memberikan seluruh perhatianya kepada semua siswa. Dalam mengatur

kelompok guru sudah bisa bersikap adil dan berkeliling pada semua kelompok.

Guru membimbing kelompok apabila ada yang mengalamikesulitan dalam

menyimpulkan materi guru dan siswa terlihatbaik dan kompak. Secarakeseluruhan

guru sudah memperbaiki semua kekurangan – kekuranagn yang terdapat pada

pertemuan sebelumya sehingga pada pertemuan berikutnya guru bisa lebih baik

dalam melaksanakan pembelajarannya.

Berdasarkan evaluasi mengenai hasil belajar pada siklus II dapat dianalisis

sebagai berikut :

4.5 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus II

Berdasarkan hasil pengambilan data melalui metode didapatkan hasil

keaktifan siswa pada tabel 4.4 dibawah ini :

Tabel 4.4 Nilai Tes Siklus II

No Nilai Jumlah Siswa Persentase Keterangan

1 65 2 8% Tidak Tuntas

2 65 22 92% Tuntas

Jumlah 24

Rata-rata 73

Tertinggi 95

Terendah 60

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan model

pembelajaran koopratif tipe talking chips, dari 24 siswa yang mengikuti evaluasi

pembelajaran terdapat 22 siswa (92%) tuntas atau mampu mencapai KKM 65 dan

2 siswa (8%) tidak tuntas atau masih berada dibawah KKM. Nilai tertinggi yang

dicapai siswa adalah 95 dan nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata kelas adalah

73. Selanjutnya untuk lebih jelas hasil perolehan ketuntasan belajar tersebut

disajikan dalam diagram batang 4.4 berikut ini:

52

Gambar 4.4 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Berdasarkan grafik diatas maka dapat disimpulakan bahwa nilai rata- rata

kelas pada siklus II meningkat menjadi 92 % dengan prosentase siswa yang sudah

tuntas belajar sebesar 92 %, sedangkan prosentas siswa yang belum tuntas belajar

adalah 8 %. Hasil belajar siswa pada siklus II sudah mencapai batas ketuntasan

yang sudah ditetapkan yaitu 65 %. Hali ini dikarenakan pada siklus II selama

proses pembelajaran partisipasi siswa cukup besar. Kesungguhan siswa didalam

menerima materi pelajaran sangat baik. Ini ditandai dengan siswa lebih aktif

mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru serta siswa lerlibat langsung

dalam proses pembelajarannya.

Pada saat pembelajaran berlangsung siswa terlihat lebih bersemanagat,

siswa tidak bosan dan menyenangkan serta siswa berani bertanya tentang materi

yang belum jelas, siswa lebih aktif dan berani mengungkapkan pendaptnya

ideanya. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Talking Chips dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Refleksi (Perbaikan )

Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II hasil belajar siswa siklus I

dan siklus II yaitu sebagai berikut :

Tuntas

92%

Tidak

Tuntas

8%

Hasil Belajar Pada Siklus II

53

Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa Siklus I Dan Siklus II

Ketuntasan Siklus I Siklus II

Jumlah siswa % Jumlah siswa %

65 6 25 2 8 ≥ 65 18 75 22 92

Total 24 100 24 100

Rata-rata 67 73

Nilai tertinggi 85 95

Nilai terendah 60 55

Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun

persentase ketuntasan belajar siswa. Jika siklus I, siswa yang tuntas belajar adalah

18 siswa (75%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan

tindakan pada siklus II, dimana siswa yang tuntas menjadi 22 siswa (92%) dari

total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan

jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 4 siswa (17%). Jumlah siswa yang belum

tuntas siklus I adalah 6 siswa (25%) dan berkurang setelah diberikan tindakan

pada siklus II menjadi 2 siswa (8%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa

terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 4 siswa (17%).

Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.9 perbandingan jumlah ketuntasan

belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan tindakan pada siklus I

Gambar 4.5 Gambar Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

Dan Siklus II

Berdasarkan Gambar 4.5 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah

maupun persentase ketuntasan belajar siswa. Jika siklus I, siswa yang tuntas

75%

92%

25%

8%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Siklus I Siklus II

Tuntas Tidak Tuntas

54

belajar adalah 18 siswa (75%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah

diberikan tindakan pada siklus II, dimana siswa yang tuntas menjadi 22 siswa

(92%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi

peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 4 siswa (17%). Jumlah siswa

yang belum tuntas siklus I adalah 6 siswa (25%) dan berkurang setelah diberikan

tindakan pada siklus II menjadi 2 siswa (8%). Hasil ini memberikan gambaran

bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 2 siswa (8%) dan

membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe talking

chips dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Perbaikan siklus II

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips dapat diskusi

siswa kelas 5 SDN 2 Mojotengah dengan baik dan siswa sudah mulai terbiasa

dengan pembelajaran kooperatif tipe talking chips. Hal ini dibuktikan dengan

adanya peningkatan yang terjadi pada setiap siklusnya. Meskipun demikian ada

salah satu siswa yang masih mengobrol dengan temanya saat dijelaskan oleh guru

maka untuk mengatasi hal tersebut guru mendekati siswa tersebut untuk tidak

mengobrol lagi saat saat dijelaskan dan memberikan motifasi apabila kalian

mendengarkan dan memperhatikan pasti nanti kalian akan bisa mengerjakan soal

– soal dengan baik. Guru juga melakukan refleksi pada lembar observasi konsisi

lingkungan kelas, yaitu diperoleh dalam proses mengajar dapat digambarkan

bahwa kondisi ruang kelas yang digunakan baik dan nyaman. Siswa sudah bisa

teratur dan rapi dalam melaksanakan pembelajarann yaitu siswa sudah tidak

brjalan – jalan lagi didalam kelas saat pembelajaran dimulai kondisi kelas yang

digunakan sudah terlihat bersih.

Pada siklus II guru merasa sudah baik dan berjalan dengan lancar dan

pelaksaan pembelajaran berlangsung. Dengan demikian guru menilai bahwa

peneliti sudah cukup dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Hal ini

atas pertimbangan bahwa dari siklus II sudah meningkat dan siklus sudah dapat

diakhiri.

55

4.6 Perbandingan Antar Siklus Hasil Belajar

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus tersebut adalah rangkaian

kegiatan yang saling berkaitan antar siklusnya, artinya pelaksanaan siklus II

merupakan pemantapan perbaikan berdasarkan kegiatan refleksi dari siklus I.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka hasil belajar siswa untuk antar siklus

dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.6 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pra Siklus,

Siklus I dan Siklus II

Ketuntasan Pra Siklus Siklus 1 Siklus II

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

65 19 79 6 25 2 8

≥ 65 5 21 18 75 22 92

Jumlah 24 100 24 100 24 100

Nilai Tertinggi 75 85 95

Nilai Terendah 45 60 55

Rata-Rata 61 67 73

Dari Tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa

dari pra siklus sampai ke siklus II mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa

yang tuntas belajar adalah 5 siswa (21%), pada siklus I menjadi 18 siswa (75%)

dan pada siklus II menjadi 22 siswa (91%). Sedangkan siswa yang belum tuntas

jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus terdapat 19 siswa (79%) belum tuntas,

pada siklus I masih 6 siswa (25%) yang belum tuntas dan pada siklus II masih 2

siswa (8%). Nilai tertinggi siswa meningkat yaitu pada pra siklus 75, siklus I nilai

tertinggi yaitu 85 dan pada siklus II nilai tertinggi yaitu 95. Nilai terendah pra

siklus 45, siklus I 60 dan siklus II nilai terendah 55. Rata-rata siswa dari pra siklus

ke siklus II juga mengalami peningkatan dari pra siklus 61 menjadi 67 ke siklus I

atau naik sebesar 6 dan pada siklus II menjadi 73 atau naik sebesar 6. Selanjutnya

untuk memperjelas perbandingan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa dari

pra siklus sampai dengan Siklus II. Berikut ini disajikan dalam Grafik 4.6

perbandingan nilai tertinggi, nilai terendah dan nilai rata rata belajar siswa Pra

siklus, siklus I dan setelah diberikan tindakan pada siklus II

56

Gambar 4.6 Gambar Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Antar

Siklus

Berdasarkan diagram batang hasil belajar matematika berdasarkan

ketuntasan Siswa kelas V di SD Mojotengah 2 pada gambar 4.6, menunjukkan

bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa pada pra siklus yang semula 21%

siswa tuntas ke siklus I terjadi peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar

siswa tuntas meningkat sebesar 75% kemudian pada siklus II terjadi peningkatan

persentase ketuntasan hasil belajar siswa tuntas meningkat sebesar 92%.

Peningkatan presentase ketuntasan hasil belajar matematika siswa, karena dalam

kegiatan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe talking chips. Jadi

secara keseluruhan dapat lihat pada pra siklus, siklu I dan siklus II dalam

pelaksanaan pembelajaran pada materi volume kubus dan balok menggunakan

model kooperatif tipe talking chips menunjukan adanya peningkatan hasil belajar.

4.7 Pembahasan Hasil Temuan

Penelitian tindakan ini adalah peningkatan hasil belajar matematika siswa

kelas V di SDN 2 Mojotengah melalui model kooperatif tipe talking chips. Hasil

penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas tindakan model kooperatif

tipe talking chips yang dilakukan oleh guru pada siklus I dengan lembar

observasi, aktivitas tindakan yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan

model kooperatif tipe talking chips menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas

tindakan yang dilakukan oleh guru di siklus I pada pertemuan pertama guru

kurang optimal membimbing siswa dalam kelompok untuk mengumpulkan data

pemecahan masalah ketika proses pembelajaran berlangsung. Namun, pada

21%

75%

92%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Persentase Peningakatan Ketuntasan Hasil Belajar

57

pertemuan 2 guru sudah dapat melaksanakan semua aktivitas berdasarkan

indikator. Aktivitas tindakan menggunakan model kooperatif tipe talking chips

yang dilakukan oleh guru kelas V pada siklus I, juga dilakukan oleh guru pada

siklus II.

Berdasarkan lembar observasi aktivitas tindakan menggunakan model

kooperatif tipe talking chips yang dilakukan oleh guru kelas V pada siklus II,

menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan oleh guru

pada setiap pertemuan di siklus II sudah terlaksana semua sudah dilaksanakan

oleh guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus II ini aktivitas

tindakan yang guru laksanakan sudah lebih baik dari siklus I. Aktivitas tindakan

menggunakan model kooperatif tipe talking chips yang dilakukan oleh guru,

aktivitas tindakan juga dilakukan oleh siswa kelas V. Berdasarkan aktivitas

tindakan menggunakan model kooperatif tipe talking chips yang dilakukan oleh

siswa kelas V pada siklus I, menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan

yang dilakukan oleh siswa sudah dilaksanakan oleh siswa, pada saat diskusi

pemecahan masalah siswa belum melaksanakannya ketika proses pembelajaran

berlangsung. Pada pertemuan kedua sudah nampak siswa melaksanakan semua

aktivitas berdasarkan indikator.

Pada lembar observasi aktivitas tindakan model kooperatif tipe talking

chips yang dilakukan oleh Siswa kelas V Siklus II, menunjukkan bahwa

pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan oleh siswa pada setiap pertemuan

di siklus II sudah terlaksana dari seluruh indikator sudah dilaksanakan oleh siswa

ketika proses pembelajaran berlangsung, pada siklus II ini aktivitas tindakan yang

siswa laksanakan sudah lebih baik dari siklus I. Peningkatan aktivitas guru dan

siswa kelas V dalam kegiatan pembelajaran melalui model kooperatif tipe talking

chips, juga terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V SD

Mojotengah 1 semester I tahun pelajaran 2017/2018.

Perbandingan ketuntasan skor hasil belajar matematika yang dicapai

berdasarkan KKM ≥ 65 antara siswa yang tuntas pra siklus adalah 5 siswa (

21%).Setelah diberikan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan jumlah

ketuntasan siswa menjadi 18 siswa (75%). Setelah diberikan tindakan pada siklus

58

II, terjadi lagi peningkatan jumlah ketuntasan menjadi 22 siswa ( 92%). Siswa

yang belum tuntas sebelum diberikan tindakan adalah 19 siswa (79%). Setelah

diberikan tindakan pada siklus I, berkurang menjadi 6 siswa (25%). Setelah

dilaksanakan lagi tindakan pada siklus II, menjadi 2 siswa (8%) yang belum

tuntas, maka telah memenuhi syarat penelitian dengan indikator kinerja yang

ditetapkan yaitu 80%. Pelaksanaan perbaikan siklus ini dapat diakhiri pada siklus

2.

Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas dan pengamatan ketika

pembelajaran maka dapat diketahui bahwa dua siswa tersebut dalam pembelajaran

sehari-hari memang memiliki kemampuan yang rendah dalam memahami dan

menguasai materi pembelajaran dibandingkan dengan teman-temannya. Terhadap

2 siswa yang nilai ulangannya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal

disebabkan karena anak tersebut kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal

maupun tugas yang diberikan oleh guru rendah sekali, Siswa tersebut diminta

untuk mengerjakan soal yang sama dengan soal tes untuk dikerjakan dirumah

dengan bimbingan orang tua. Nilai hasil soal yang dikerjakan di rumah tersebut

digunakan untuk memperbaiki Nilai tes formatif setara dengan standar Nilai

kriteria ketuntasan minimal.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi

(2015) dalam penelitianya yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif

Teknik talking chips Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa

SD selanjutnya penelitian yang dilakukan Yacob Hariyanto(2015) dalam

penelitiannya yang berjudul Pengaruh Metode Pembelajaran Tipe talking chips

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Dasar Memahami Model Atom

Bahan Semi Konduktor Di SMK Negeri 1 Jetis Mojokerto dan penelitian yang

telah dilakukan oleh Arie dkk dalam penelitiannya yang berjudul Remediasi

Miskonsepsi Siswa Menggunakan Model Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing

Pada Gerak Parabola Di SMA menunjukkan bahwa model kooperatif tipe

Talking Chips dapat meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa, Hasil

Belajar Siswa Pada Kompetensi Dasar Memahami Model Atom Bahan Semi

59

Konduktor selain itu, efektif untuk meremediasi 7 miskonsepsi siswa pada materi

gerak parabola di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Semparuk.

Selain mendukung ketiga hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini

juga mendukung pernyataan teoritis tentang model kooperatif tipe talking chips,

menurut Lie (2008:63) yang mengemukakan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe talking chips merupakan salah satu tipe model pembelajaran

kooperatif yang masing-masing anggota kelompoknya mendapat kesempatan

yang sama untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan

serta pemikiran anggota kelompok lain selanjutnya menurut Dimyati dan

Mudjiono (2002:36) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang

ditunjukan dari suatu interaksi tindak belajar, dan biasanya ditunjukkan dengan

nilai tes yang diberikan guru.. Dengan menerapkan langkah model pembelajaran

kooperatif tipe talking chips dengan tepat, dan dengan memperhatikan

karakateristik siswa, kemudian dibagi dengan belajar tim dimana pembelajaran

kooperatif tipe talking chips ini akan mengarahkan siswa untuk lebih aktif, siswa

terlibat langsung dalam proses pembelajaran, baik dalam berdiskusi, tanya jawab,

dan mencari jawaban serta tugas dan peran siswa sekaligus penyelesean atas

masalah yang ditemukan dalam gagasan itu, ternyata model pembelajaran

kooperatif tipe talking chips ini mampu meningkatkan ketuntasan hasil belajar

pada mata pelajararn matemmatika, materi volume kubus dan balok pada siswa

kelas V SD Mojotengah 2 semester I tahun pelajaran 2016/2017 , Semester I

Tahun Pelajaran 2016/2017.