Dokumen Lelang Pascakualifikasi Pengadaan Alat Kesehatan APBN-P.pdf
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. …eprints.uny.ac.id/18139/5/BAB IV 08.01.009 Ran...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. …eprints.uny.ac.id/18139/5/BAB IV 08.01.009 Ran...
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. SMP Negeri 1 Kalasan
a. Sejarah SMP Negeri 1 Kalasan
Pada tahun 1960 belum ada sekolah setingkat SMP di daerah
kalasan dan sekitarnya, atas inisiatif Bapak Noto Pandojo (bong supit
Bogem) dibantu oleh Bapak Sastro Wiyoto (kepala sekolah sementara
pertama kali), S. Poerwodihardjo (carik Desa Tirtomartani) dan beberapa
guru lain mendirikan sekolah dengan nama SMP Bogem dengan
menumpang di gedung SPG Bogem, yang secara praktiknya sudah mulai
berjalan. Seiring berjalannya waktu kemudian dibangun 3 lokal di Daerah
Padukuhan Glondong (lokasi sampai dengan sekarang), bangunan kala itu
masih menggunakan papan bambu (gedhek) sedangkan lokal lainya
berada di rumah penduduk di Kalibening. Dengan semangat tinggi dengan
bantuan siswa didik maka diadakan kerja bakti mengangkut batu dan pasir
dari sungai untuk membangun gedung.
Usulan untuk mengubah status dari swasta menjadi negeri
dilakukan dan berhasil, dengan SK Nomor 20/ SK/ B/ III tertanggal 31
agustus 1962 resmi menjadi SMP Negeri Bogem, yang kemudian tanggal
58
SK itulah yang dijadikan sebagai patokan tanggal berdirinya sekolah. Atas
kebijakan sekolah kemudian merubah nama sekolah menjadi SMP Negeri
1 Kalasan, kemudian menjadi SLTP Negeri 1 Kalasan, dan sekarang
menjadi SMP Negeri 1 Kalasan.
b. Visi Misi
Visi:
“Mewujudkan insan yang tangguh dalam imtaq, unggul dalam prestasi,
peduli lingkungan hidup, serta cinta bangsa dan negara”
Misi:
1) Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran
agama.
2) Melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAIKEM).
3) Menggali dan mengembangkan potensi warga sekolah dalam
penguasaan teknologi informatika, olahraga, sains, seni/ budaya, dan
kerampilan.
4) Mendorong dan membantu warga sekolah untuk dapat berkomunikasi
dalam bahasa Inggris.
5) Menumbuhkembangkan kepedulian warga sekolah terhadap
lingkungan hidup.
59
c. Denah SMP Negeri 1 Kalasan
RUANG
LARAWITAN
RUANG
PERTEMUAN
RUANG
KETRAMPILANPERPUSTAKAAN
R. VII B R, VII ARUANG
PENGAWAS
R. SEKRETARIS
SEKOLAHKOP
KET :
: ATAS
: BAWAH
Gambar 4.1
Sumber: Denah SMP Negeri 1 Kalasan
R.12 R.11 R.10 R.09
R.06 R.05 R.04 R.07
R. UKS
R. LAB KOM
R. BK
WC R. AGAMA
R. SEK
R. SENI
R. TU
R. 2 R. 08
R. 1 R. 07
MASJID
Kelas VII F
Kelas VII E
Kelas VII D
Kelas VII C
U
60
d. Gambaran Pencapaian Standar Nasional Pendidikan SMP Negeri 1
Kalasan
Berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah pada tahun 2012,
diperoleh profil pencapaian 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan SMP
Negeri 1 Kalasan diantaranya yaitu standar isi, standar proses, standar
penilaian, standar pembiayaan, standar kompetensi kelulusan, standar
pengelolaan, standar PTK, dan standar sarana prasaran. Berikut grafik
mengenai pencapaian standar nasional pendidikan tahun:
Gambar 4.2
Profil Pencapaian Standar Nasional Pendidikan Tahun 2012
Sumber: Profil Mutu Sekolah SMP Negeri 1 Kalasan
-
1,00
2,00
3,00 STANDAR ISI
STANDAR
PROSES
STANDAR
KOMPETENSI
LULUSAN
STANDAR PTK
STANDAR
SARANA DAN
PRASARANA
STANDAR
PENGELOLAAN
STANDAR
PEMBIAYAAN
STANDAR
PENILAIAN
61
Berdasarkan grafik di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
kekuatan, kelemahan, dan rekomendasi peningkatan mutu untuk standar
nasional pendidikan. Berikut penjelasan mengenai grafik 4.1 yaitu:
1) Standar isi
Kegiatan yang sudah tercapai berdasarkan standar nasional
pendidikan berupa kegiatan ekstrakulikuler dan layanan bimbingan
dan konseling. Sedangkan kelemahan yang belum tercapai berupa
pengembangan kurikulum, struktur kurikulum, dan beban belajar.
Adapun rekomendasinya berupa workshop tentang cakupan muatan
kurikulum dalam pemenuhan standar isi dan workshop pengembangan
kurikulum, workshop sekolah tentang komponen-komponen silabus
dan keterkaitan antar komponen dalam silabus, dan workshop sekolah
tentang beban belajar sesuai dengan standar isi dan workshop sekolah
tentang prosedur menetapkan beban belajar sesuai KTSP.
2) Standar proses
Dalam standar proses ini belum ada yang tercapai, hal ini
dikarenakan rendahnya kualitas silabus, kualitas RPP, sumber belajar,
kualitas pengelolaan kelas, pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan
pengawasan serta evaluasi. Adapun rekomendasi untuk peningkatan
mutu berupa workshop sekolah tentang perencanaan pembelajaran,
workshop sekolah tentang pembuatan dan pendokumentasian RPP,
62
pengadaan buku teks, buku panduan, dan sumber belajar lainya serta
workshop tentang persyaratan proses pelaksanaan pembelajaran.
Selain itu juga mengadakan workshop pelaksanaan pembelajaran
bermutu, kemudian workshop kesesuaian pelaksanaan pembelajaran
dengan RPP, dan workshop tentang pelaksanaan pemantauan,
pengawasan, dan evaluasi.
3) Standar kompetensi kelulusan
Kekuatan yang sudah sesuai dengan standar nasional
pendidikan diantaranya yaitu berprestasi dan siap melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan yang belum tercapai yaitu
percaya diri dan bertanggung jawab, produktifitas dan tanggung
jawab, berkomunikasi secara efektif dan santun, melaksanakan ajaran
agama, berakhlak mulia, menegakan aturan, belajar iptek secara
efektif, dan mengenal serta menganalisis gejala alam dan sosial.
Berikut rekomendasi dari kegiatan yang ada di SMP Negeri 1 Kalasan
yaitu pelaksanaan kegitan pembelajaran yang dapat menumbuh
kembangkan karakter peserta didik berupa rasa percaya diri dan
tanggung jawab. Pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik
dengan memanfaatkan lingkungan secara produktif dan
bertanggungjawab.
4) Standar pendidikan dan tenaga pendidikan
63
Kegiatan yang sudah sesuai dengan SNP yaitu kompetensi
guru, kemudian kegiatan yang belum dicapai yaitu kualifikasi guru
dan kualifikasi tenaga kependidikan. Untuk rekomendasi untuk
peningkatan mutu yaitu pendidikan lanjutan bagi guru yang belum
memenuhi kualifikasi minimal. Pendidikan lanjutan bagi tenaga
administrasi yang belum memenuhi kualifikasi minimal dan
pendidikan lanjutan bagi tenaga perpustakaan yang belum memenuhi
kualifikasi minimal.
5) Standar sarana dan prasarana
Kegiatan yang sudah sesuai berupa satuan pendidikan, lahan,
bangunan, ruang pimpinan, dan ruang sirkulasi. Adapun yang belum
sesuai berdasarkan SNP yaitu ruang kelas, ruang perpustakaan,
laboratorium IPA, ruang guru, tempat beribadah, ruang UKS, jamban,
gudang, dan laboratorium bahasa, TIK. Sedangkan rekomendasinya
untuk meningkatkan mutu sarana dan prasarana berupa pengadaan
perlengkapan ruang kelas, pengadaan perlengkapan ruang
perpustakaan, pengadaan kelengkapan laboratorium IPA, pengadaan
perlengkapan ruang guru, UKS, jamban, gudang, serta pengadaan
kelengkapan laboratorium bahasa, dan TIK.
64
6) Standar pengelolaan
Kegiatan yang sudah sesuai standar nasional pendidikan
yaitu program peningkatan mutu sekolah, sekolah menjalin kemitraan
dengan lembaga lain, dan kepala sekolah melakukan evaluasi
pendayagunaan pendidik. Sedangkan yang belum tercapai yaitu
cakupan dan mekanisme penetapan visi, misi, dan tujuan sekolah,
sosialisasi visi, misi, dan tujuan sekolah, kepemimpinan rencana kerja
sekolah, realisasi visi misi ke dalam rencana kerja sekolah.
Rekomendasi untuk peningkatan mutu berupa penyesuaian visi, misi,
dan tujuan sekolah sesuai SNP, penyampaian visi, misi, dan tujuan
sekolah kepada seluruh warga sekolah, pemahaman warga sekolah
terhadap visi, misi, dan tujuan sekolah, penyusunan rencana kerja
sekolah sesuai prosedur, realisasi visi dan misi pada setiap kegiatan
sekolah, serta realisasi kegiatan sekolah sesuai prosedur, target dan
tujuan yang diharapkan.
7) Standar pembiayaan
Besaran standar biaya operasi non personal dan dokumen
laporan pembiayaan operasi non personal sudah sesuai dengan standar
nasional pendidikan. Kelemahan dari standar pembiayaan ini berupa
RAPBS dan RAKS yang disusun bersama-sama dengan komite
sekolah dan pertimbangan kemampuan ekonomi orang tua siswa,
65
realisasi besaran pembiayaan selain operasi non personalisa, ATS, dan
BAHP.
8) Standar penilaian dapat dilihat dalam gambar berikut ini
Gambar 4.3
Pencapaian Standar Penilaian
Sumber: Profil Mutu Sekolah SMP Negeri 1 Kalasan
Berdasarkan grafik tersebut dapat dirumuskan kekuatan,
kelemahan dan rekomendasi peningkatan mutu untuk standar
penilaian, dimana kegiatan yang sudah sesuai dengan standar nasional
pendidikan berupa penilaian yang dilakukan secara objektif, penilaian
yang dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dan
penilaian yang dilakukan secara akuntabel. Adapun kegiatan yang
belum mencapai SNP yaitu penilaian yang dilakukan secara sahih,
penilaian yang dilakukan secara adil, secara terpadu, secara terbuka,
teknik-teknik penilaian, mekanisme dan prosedur, serta penilaian oleh
1,37 1,34
2,00 1,00
1,50 1,00
2,00 2,00
1,00 1,39
1,17 1,34
1,50
- 1,00 2,00 3,00
STANDAR PENILAIAN
penilaian dilakukan secara …
penilaian dilakukan secara …
penilaian dilakukan secara …
Teknik-teknik penilaian
Penilaian oleh pendidik
Penilaian oleh Pemerintah
66
pendidik. Rekomendasi yang diberikan berupa penyesuaian instrument
penilaian dengan standar isi dan standar proses pembelajaran,
penilaian terhadap siswa tidak berdasarkan pada status sosial,
penilaian setelah kegiatan pembelajaran (prostest), pembuatan
prosedur, kisi-kisi dan kriteria penilaian, workshop tentang teknik
penilaian, dan workshop sekolah tentang prosedur penyusunan
instrument penilaian.
2. SMP Joanes Bosco
a. Sejarah SMP Joanes Bosco
Berdirinya SMP Pangudi Luhur Yogyakarta tidak lepas dari
datangnya para Biarawan Bruder FIC di Yogyakarta pada tanggal 20
September 1920. Kedatangan lima Biarawan Bruder FIC dari Belanda
tersebut bertujuan untuk berkarya dalam bidang pendidikan bagi orang
Indonesia.
Mula-mula para Bruder FIC mendirikan HIS atau yang dikenal
dengan Sekolah Hindia Belanda yang sekarang setara dengan tingkat
Sekolah Dasar. Sebagai konsekuensi logis dari pendirian HIS maka para
Bruder FIC mendirikan sekolah lanjutannya yang waktu itu disebut
MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di mana di sana dilakukan
pengajaran tingkat rendah yang lebih luas. Pada tahun 1923 MULO itu
dimulai dengan 25 murid.
67
Pada masa penjajahan Jepang kekuasaan Belanda runtuh.
Sekolah-sekolah misi ditutup dan gedung-gedung mengalami kerusakan.
Para Bruder Belanda diinternir/ ditahan di beberapa kota. Tinggal dua
orang Bruder tinggal di bekas asrama MULO.
Pada bulan Maret tahun 1942 segala macam sekolah Eropa
dibubarkan dan MULO dihilang, karena sekolah Menengah Katolik tidak
diperbolehkan. Kemudian tentara Jepang mengambil alih semua
bangunan. dan pada tahun 1945 tentara Nippon mulai lunak dalam
tindakannya. Hal ini memberi peluang untuk mencari lagi MULO yang
hilang. Gedung-gedung yang dahulu diambil alih Jepang dalam bulan Juli
1945 bisa didapatkan kembali, walau ruang-ruang kelas menjadi kosong.
Dahulu gedung MULO dibersihkannya enam ruang, di bawah ditentukan
untuk Sekolah Rakyat sempurna, dan di ruang atas untuk Sekolah
Menengah.
Semasa perang mulai berkembang lagi dalam tahun 1949,
MULO telah berganti nama menjadi SMP Putera Kidulloji, dan kemudian
menjadi kebanggaan pendirinya, Br. Mario. SMP Putera Kidulloji menjadi
terkenal, terbesar, terbaik yang dipegang pihak di Yogyakarta waktu itu.
Karena waktu itu di kompleks SMP mulai didirikan SGA, maka timbulah
ketegangan-ketegangan.
68
Pada tahun 1954 Kongregasi Bruder FIC membeli tanah di
daerah Baciro yang saat ini menjadi tempat berdomisilinya SMP Pangudi
Luhur 1. SMP Pangudi Luhur masih dibawah Yayasan Kanisius walaupun
secara internal pengelolaannya oleh para Bruder FIC. Pada tahun 1954
para Bruder FIC mendirikan Yayasan Pangudi Luhur untuk mengurusi
sekolah-sekolah yang dikelolanya. Maka pada tanggal 1 Agustus 1955
penyelenggaraan SMP Pangudi Luhur diserahkan kepada Yayasan
Pangudi Luhur. Mulai saat itulah SMP ini memiliki nama SMP Pangudi
Luhur.
Dalam perkembangan sekitar tahun enampuluhan SMP Pangudi
Luhur membuka "kelas jauh" bertempat di sekitar Gereja Katolik Baciro.
Kelas jauh tersebut pengelolaannya dipimpin oleh seorang Suster. Namun
karena dinas pendidikan mencabut surat izin pelaksanaan kelas jauh, maka
tanggal 1 Juli 1983 SMP Pangudi Luhur menjadi SMP Pangudi Luhur 1
dan SMP Pangudi Luhur 2, sesuai dengan surat dari Yayasan SMP
Pangudiluhur Nomor 269/KD-YPL/X/AS.85 tertanggal 14 Oktober 1985.
Pada tahun 1996 SMP Pangudiluhur 2 sudah dikelola mandiri
oleh Yayasan Santo Dominikus dan tidak berkaitan langsung dengan
Yayasan Pangudiluhur. Berdasarkan Akta Nomor 13 tanggal 13 Desember
2008 dan surat persetujuan dari Kepala Dinas Pendidikan Yogyakarta
secara resmi berganti nama menjadi SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang
69
berkedudukan di jalan Melati Wetan Nomor 51 Yogyakarta sampai
dengan sekarang.
Keunggulan dari SMP Joannes Bosco adalah proses
pembelajaran bilingual untuk mata pelajaran MIPA (Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam), dimana model pembelajaran dirancang untuk
mengembangkan multiple intelligences peserta didik menuju kurikulum
bermuatan entrepreneurship. Sedangkan pengembangan budaya yang
digunakan oleh SMP Joannes Bosco adalah budaya lokal berupa batik,
dengan manajemen kelas kecil sebanyak 30 siswa/kelas.
Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh SMP Joannes Bosco
diantaranya yaitu juara 3 festival ansambe musik tingkat provinsi tahun
2007, juara 3futsal forbis SMP se-DIY pada tahun 2008, juara 1 karate
putra dan putri se-DIY pada tahun 2009, juara harapan 1 futsal SMP se-
Kota pada tahun 2010, dan juara 2 paduan suara SMP se-Kota.
b. Visi Misi dan Tujuan
Visi:
Visi dari SMP Joannes Bosco adalah “Beriman tangguh , cerdas,
berprestasi, dan berkepribadian berdasarkan nilai-nilai spiritualitas
dominikan”
Dengan indikator pencapaian visi :
1) Unggul dalam pengembangan kurikulum
70
2) Unggul dalam sarana prasarana pendidikan.
3) Unggul dalam media pembelajaran.
4) Unggul dalam prestasi akademik.
5) Unggul dalam prestasi non akademik.
6) Unggul dalam kelulusan.
7) Unggul dalam SDM pendidikan
8) Unggul dalam kelembagaan dan manajemen sekolah.
9) Unggul dalam teknologi informasi dan komunikasi.
10) Unggul dalam iman, taqwa, dan penerapan sopan santun
11) Unggul dalam pemberdayaan partisipasi masyarakat secara optimal.
12) Unggul dalam budaya hidup bersih, disiplin dan sehat.
Misi:
1) Membekali siswa dengan pengetahuan dan pengamalan ajaran agama
sehingga menjadi siswa yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif, inovatif,
reflektif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai
dengan kecerdasan yang dimiliki.
3) Mewujudkan sekolah yang memberikan layanan pembelajaran yang
menyenangkan untuk mencapai sikap dan perilaku baik
71
4) Membantu dan memotivasi siswa dalam menelusuri bakat dan minat
baik dalam bidang akademik maupun non akademik.
5) Membekali siswa dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan,
teknologi, seni budaya, olah raga.
6) Mengembangkan pembelajaran bilingual untuk mata pelajaran MIPA
7) Mengembangkan pembelajaran berbasis Paradigma Pendidikan
Dominikan (PPD)
8) Mengembangkan dan menerapkan karakter berdasarkan spiritualitas
dominikan bagi peserta didik
9) Mengoptimalkan budaya hidup ramah, bersih, disiplin, sehat, santun
sehingga kondusif untuk belajar
Tujuan
1) Pencapaian Standar Kompetensi Lulusan
Meningkatnya standar kelulusan, pencapaian ketuntasan kompetensi
tiap tahun atau semester, kejuaraan lomba bidang akademik dan non
akademik.
2) Pencapaian Standar Isi
Menghasilkan kurikulum satuan pendidikan dengan berbagai jenis
muatan kurikulum sesuai ketentuan standar nasional pendidikan.
3) Pencapaian Standar Proses
72
Terlaksananya proses pembelajaran yang efektif, efisien, interaktif,
inspiratif, kreatif, dan memberikan ruang bagi kreativitas dan
kemandirian peserta didik
4) Pencapaian Standar Sarana dan Prasarana
Pendidikan Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan baik secara
kualitas maupun kuantitas yang memadai. Pencapaian Standar
Pendidik dan Tenaga
5) Kependidikan
Meningkatnya kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan sesuai
Standar Nasional Pendidikan (SNP).
6) Pencapaian Standar Pengelolaan
Pendidikan Tercapainya efisiensi dan efektivitas dalam
penyelenggaraan pendidikan yang menerapkan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS).
7) Pencapaian Standar Pembiayaan
Pendidikan Tercapainya biaya operasional pendidikan yang sesuai
SNP secara teratur dan berkelanjutan.
8) Pencapaian Standar Penilaian Pendidikan
Terlaksananya proses penilaian sesuai dengan prosedur, mekanisme,
dan instrumen penilaian yang sesuai dengan SNP.
73
c. Struktur Organisasi Sekolah Joannes Bosco Periode 2012-2013
Gambar 4.4
Struktur Organisasi Sekolah Joanes Bosco Periode 2012-2013
Sumber: Struktur Organisasi Joannes Bosco Periode 2012-2013
9) MTs Ibnul Qoyyim Putra
a) Sejarah MTs Ibnul Qoyyim Putra
MTs Ibnul Qoyyim Putra merupakan bagian dari pondok
pesantren Ibnul Qoyyim. Sehingga untuk menjelaskan sejarah MTs Ibnul
Drs. Y. Sugiarto
Kepala Sekolah
Pemerhati
Sekolah
Ig. Saman
Tata Usaha
L. Vonny, S.Pd.
BK
Maria Lucila
Tata Usaha
Sungkowo
Tata Usaha
Katino & Anting
Tata Usaha Estu Diah, S.Pd.
BK
GURU
Alex W, S.pd.
Kesiswaan
Nuranisah, S Ag
Kurikulum
Asterina S, S.Pd.
HumasEstu Diah, S.Pd.
BK
R. Sigit Eko R
Sarpras
SISWA
74
Qoyyim Putra terlebih dahulu dipaparkan sejarah berdirinya pondok
pesantren Ibnul Qoyyim.
Pondok pesantren Ibnul Qoyyim didirikan oleh PHDI
(Persaudaraan Djama’ah Haji Indonesia). Berdirinya pondok pensantren
Ibnul Qoyyim berawal dari dua tokoh Islam yaitu: KH. Mathori Al Huda
dan KH. R. Hisyam Syafi’I yang merupakan salah satu warga Dusun
Gandu. Kedua tokoh tersebut memiliki harapan dan misi yang sama dalam
menyebarkan agama Islam.
Pada tahun 1983 terjadilah pertemuan diantara mereka berdua
yaitu KH. Mathori Al Huda dan KH. R. Hisyam Syafi’I. KH. Matori Al
Huda berkeinginan untuk mendirikan pondok pesantren dan hal ini
ditanggapi dengan cukup antusias oleh KH. Hisyam Safi’I. Dari sinilah
KH. Matori Al Huda menjadi pengasuh pertama. Sejak itulah mulai
dibentuk panitia pendiri pondok pesantren, kemudian pada tanggal 20
Agustus 1983 diletakan batu pertama oleh para tokoh Islam Provinsi
Yogyakarta.
Nama Ibnul Qoyyim sendiri diambil dari nama seorang ulama
besar yang bernama Ibnul Qoyyim al-jauziyah Rohimahumullah, yang
berasal dari negeri Jauziyah. Dipilihnya nama pondok pesantren PDHI
tersebut oleh KH Mathori Al-Huda dengan nama “Ibnul Qoyyim” untuk
75
menegaskan keyakinan dan keinginan beliau untuk melahirkan penerus
pondok pesantren tersebut.
Tujuan utama dari pondok pesantren Ibnul Qoyyim sendiri yaitu
sebagai amal usaha PHDI DIY dengan tujuan sebagai lembaga amal
jariyah. Pada awalnya tempat PHDI ini merupakan tempat pelatihan calon
jama’ah haji, yang kemudian berubah menjadi pondok pesantren Ibnul
Qoyyim putra yang diciptakan sebagai penerus da’wah pondok pesantren
Ibnul Qoyyim.
Di bawah ini merupakan perkembangan pondok pesantren Ibnul
Qoyyim dari tahun ke tahun:
1) Diniyah berdiri sejak tahun 1983 untuk memberikan kesempatan
kepada masyarakat sekitar untuk mempelajari ilmu pengetahuan awal
agama Islam.
2) Madrasah Tsyanawiyah berdiri tahun 1986 dan pada tahun 1992
mendapat status diakui.
3) Madrasyah aliyah berdiri pada tahun 1989 dan pada tahun 1990 status
diakui
4) Rhoudhotul Atfal berdiri pada tahun 1990, yang merupakan
penyerahan dari PKK pedukuhan Gandu dan Cepot yang dikuatkan
oleh pemerintah kelurahan Sendangtirto untuk didirikan Taman
Kanak-kanak Roudhotul Atfal.
76
MTs Ibnul Qoyim menggunakan kurikulum Kementrian Agama
dan dilengkapi dengan kurikulum, metode, dan sistem yang diadopsi dari
KMI Pondok Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo dalam proses
pembelajaranya. Jadi sistem pemdidikan di pondok pesantren Ibnul
Qoyyim adalah KMI (Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah) yaitu jenjang
pendidikan yang harus ditempuh selama 6 tahun bagi lulusan MI/SD dan 4
tahun untuk lulusan MTs/SMP.
Bagi lulusan MI/SD akan menempuh pendidikan selama 6 tahun
yaitu kelas I, II, dan III yang sedrajat dengan MTs/SMP. Dalam
administrasi madrasah tidak ada pemisahan antara (terintegrasi) anatara
MTs dan MA, karena keduanya meruapakan satu kesatuan dalam sistem
KMI. Disini selama 6 tahun peserta didik akan mendapat pengalaman
agama dan pengalaman umum. Sehingga setelah lulus dari pondok
pesantren ini peserta didik mendapat ijazah pondok dan ijazah madrasah
(Kementrian Agama).
Jenjang pendidikan yang harus ditempuh MTs Ibnul Qoyyim
Putra yaitu 4 tahun, dengan mengikuti program Thakhasus selama 1
tahun. Tujuan Thakhasus ini yaitu untuk menyesuaikan program intensif
bahasa yang diterapkan di Ibnul Qoyyim Putra.
77
b) Visi, Misi dan Tujuan MTs Ibnul Qoyyim Putra
Dalam rangka menjalankan kegiatan pembelajaran di MA Ibnul
Qoyyim Putra mengembangkan visi misi sebagai berikut:
Visi
“Mencetak Generasi Mu’min, Mu’allim, Mubaligh, Mujahid yang
Mukhlis”
Misi :
Misi dalam mewujudkan visi MTs dan MA Ibnul Qoyyim adalah:
1) Melaksanakan dan mengembangkan pendidikan berbasis pondok
pesantren dan madrasah umum.
2) Menanamkan dan menyiarkan nilai-nilai islam.
3) Menanamkan jiwa keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah
islamiyah, kebebasan berfikir yang berdasarkan Alquran dan As-
Sunnah.
4) Menyelenggarakan pendidikan ketrampilan dan mengembangkan
dasar-dasar teknologi tepat guna.
Tujuan
1) Mengembangkan pusat pengembangan ilmu dan menjadi pilihan
masyarakat dalam pemberdayaan peserta didik dan generasi muda.
2) Menyiapkan peserta didik agar mampu bersaing di masyarakat dan
mewujudkan cita-cita atau mengaktualisasikan dirinya sendiri.
78
3) Mengembangkan ketrampilan tepat guna yang dibutuhkan dalam
kehidupan.
4) Menyiapkan peserta didik agar dapat hidup di masyarakat dan
menjalin ukhuwah dengan orang lain.
5) Mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan
tuntunan Alquran dan As-Sunnah.
c) Letak Geografis
MTs Ibnul Qoyyim terbagi menjadi dua lokasi, yaitu MTs Putra
dan MTs Putri, yang memiliki lokasi berbeda baik tempat maupun
administrasi. Lokasi untuk putri terletak di Jalan Wonosari Km. 8,5 Desa
Gandu, Sendangtirto, Sleman, Yogyakarta. Sedangkan lokasi Ibnul
Qoyyim Putra terletak di Jalan Wonosari Km 10, Tegalyoso, Sitimulyo,
Piyungan, Bantul, Yogyakarta.
MTs Ibnul Qoyyim Putra merupakan madrasah dengan sistem
terintegrasi, yaitu dengan tingkat Tsanawiyah (kelas 1 sampai VI dengan
nama KMI/ Kulliyatul Mualllimin al-Islamiyah). Selain itu jenis madrasah
ini menganut sistem pondok pesantren, sehingga para peserta didik
diharuskan tinggal di asrama yang telah disediakan dan wajib mengikuti
segala bentuk kegiatan yang diadakan disekolah.
Letak MTs Ibnul Qoyyim Putra dapat dikatakan strategis, karena
terletak kurang 100 m dari jalan Jogja – Wonosari yang selalu dilewati
79
angkutan umum sehingga memudahkan dalam sarana transportasi. Di
tempat ini juga keadaan cukup kondusif untuk belajar mengajar, karena
letaknya di pinggir desa dan jauh dari keramaian kota. Madrasah ini secara
geografis berbatasan dengan:
Sebelah utara : Dusun Babadan
Sebelah Timur : Dusun Tegalyoso
Sebelah Selatan : Jalan Wonosari
Sebelah Barat : Dusun Babadan
d) Struktur Organisasi
PHDI merupakan pendiri pondok pesantren Ibnul Qoyyim Putra
yang memiliki wewenang untuk memilih, mengangkat, dan
memberhentikan Direktur KMI (sebagai kepala MA) dan wakil Direktur
KMI (sebagai kepala MTs), Dewan Pembina dan Pimpinan Pondok
Pesantren Ibnul Qoyyim. Selain itu PHDI juga memiliki wewenang untuk
menetapkan dan mengesahkan kaidah-kaidah dan tata kerja pondok
pesantren Ibnul Qoyyim. Sedangkan Komite Madrasah turut serta
mensukseskan kelancaran pelaksanaan pendidikan dan membantu
madrasah dalam usaha memajukan madrasah dalam arti seluas-luasnya.
Berikut struktur organisasi MTs Ibnul Qoyyim Putra:
80
Gambar 4.5
Struktur Organisasi Ibnul Qoyyim
Keterangan:
: Garis Koordinasi
: Garis Konsolidasi
Kemenag. Kab. Bantul PHDI
Kepala Madrasah
Pondok Pesantren
Komite Madrasah
Kesiswaan
Tata Usaha
BKSarprasKurikulumHumas
Wali Kelas Guru
Peserta Didik
81
e) Keunggulan MTs Ibnul Qoyyim Putra
1) Menerapkan satu minggu menggunakan Bahasa Arab dan satu minggu
menggunakan Bahasa Inggris dalam kegiatan di Pondok Pesantren
Ibnul Qoyyim Putra.
2) Semua siswa adalah anak asrama Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim
putra dan tidak menerima siswa diluar asrama Pondok Pesantren Ibnul
Qoyyim Putra.
3) Hari libur adalah hari Jum’at, untuk istirahat kedua pukul 11.45-13.00
untuk istirahat digunakan untuk sholat dan makan siang, kemudian
selesai persekolahan pukul 14.30.
4) Siswa pendidikan berbasis Pondok modern dimana ada integrasi antara
ilmu Islam dan sains teknologi.
5) Tenaga pendidik yang professional sesuai dengan bidangnya masing-
masing.
Berikut prestasi-prestasi yang pernah di dapat di Ibnul Qoyyim
Putra di antaranya yaitu tahun 2001 juara I lomba gerak jalan SLTP-SLTA
2001 Kwaran, Berbah, Sleman. Pada tahun 2007 juara I lomba gerak jalan
antar SMA, kemudian tahun 2008 juara I Industrial Quiz tingkat MA
Pekan Olimpiade Nasional Sain dan Teknologi dalam rangka mensyukuri
kelahiran UIN Sunan Kalijaga ke 57. Tahun 2009 juara III lomba pidato
Bahasa Jawa dalam rangka Milad ke-20 SMA Muhammadiyah 7, selain
82
itu tahun 2010 pernah menjuarai lomba pidato Ayyamul Quran Juara II,
dan tahun 2011 juara II lomba olimpiade Nahwu Saraf tingkat MA/SMA
se-DIY di SPBA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
B. Penanaman Nilai Toleransi Antarumat Beragama di Kalangan Siswa SMP
1. SMP Negeri 1 Kalasan
Penanaman nilai toleransi antarumat beragama di SMP Negeri 1
Kalasan dilakukan dengan berbagai kegiatan, antara lain yaitu pengajian
untuk siswa yang beragama Islam, dan kegiatan bimbel untuk agama Non
Islam. Selain kegiatan tersebut, di SMP Negeri 1 Kalasan juga memiliki
beberapa kegiatan lain seperti tadarus untuk agama Islam yang dilaksanakan
pada hari Selasa, Rabu, Kamis, dan Sabtu sebelum jam belajar mengajar
dimulai. Sedangkan untuk yang beragama Kristen dan Katolik mengadakan
siraman rohani yang dipandu oleh gurunya masing-masing di ruangan
terpisah. Selain untuk kegiatan para siswa dan guru SMP Negeri 1 Kalasan
juga memiliki kegiatan yang disebut dengan kegiatan silahturahhim. Kegiatan
silaturahhim dilaksanakan setiap hari Minggu yang diikuti oleh para guru
SMP Negeri 1 Kalasan, baik yang beragama Islam, Kriten, Katolik, maupun
agama Hindu.
Salah satu visi dari SMP Negeri 1 Kalasan adalah mewujudkan insan
yang tangguh dalam imtaq, sehingga dalam penerapanya nilai toleransi
83
antarumat beragama menjadi prioritas utama dalam berbagai kegiatan
disekolah. Kegiatan yang menjadi rutinitas di sekolah SMP Negeri 1 Kalasan
adalah Tadarus, Salat Berjama’ah dan Salat Dhuha untuk umat beragama
Islam. Sedangkan untuk yang beragama Kristen dan Katolik ada kegiatan
sendiri seperti kegiatan Natalan.
Dalam perayaan Natalan di sekolah SMP Negeri 1 Kalasan dibagi
menjadi dua sesi kegiatan. Kegiatan pertama dilakukan dengan ibadah yang
diikuti oleh siswa siswi ataupun Guru Agama Kristen dan Katolik. Kemudian
untuk sesi kedua dengan kegiatan perjamuan. Kegiatan perjamuan pada
perayaan Natalan ini diiikuti oleh semua guru baik agama Kristen, Katolik
maupun guru agama lain. Kegiatan sesi kedua ini tidak hanya perjamuan
berupa makan-makan tetapi juga diadakan kegiatan pentas dan doorprize yang
diikuti oleh berbagai siswa dari berbagai agama.
Untuk pendanaan berbagai kegiatan, sekolah mengadakan kegiatan
infak setiap hari sabtu. Infak dari siswa yang beragama Islam akan digunakan
untuk kegiatan Agama Islam, dan inflak dari siswa yang beragama Kristen
dan Katolik akan dikumpulkan untuk kegiatan Agama Kristen dan Katolik.
Untuk Hindu karena siswa di SMP Negeri 1 Kalasan hanya ada satu orang,
maka kegiatanya dilakukan disanggar atau Pura, Pura yang di gunakan
biasanya adalah Pura Jagatnata yang terletak di daerah Sorowajan.
84
Selain hal tersebut ada kegiatan lain yang menjadi rutinitas di SMP
Negeri 1 Kalasan yaitu Jum’at terpadu. Kegiatan Jum’at terpadu ini dilakukan
dengan 3 paralel yaitu pendidikan karakter, kerja bakti, dan senam bersama
atau jalan- jalan bersama. Pada hari Jum’at pertama misal kegiatan pendidikan
karakter dilakukan secara keseluruhan baik guru maupun siswa, dimana dalam
kegiatan ini kepala sekolah dan guru memberikan arahan mengenai
pendidikan karakter salah satunya yaitu pemberian arahan kepada siswa
mengenai sikap toleransi antara agama yang satu dengan agama yang lain.
Kepala sekolah sebagai pemimpin memberikan keteladan kepada
para guru dan siswa, sehingga ketika perayaan natal berlangsung Kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Kalasan sebagai umat Islam akan memberikan contoh
kepada para siswanya dengan mengikuti kegiatan natalan tersebut seperti
kegiatan penjamuan dan kegiatan pentas pada saat perayaan natalan. Selain
itu kepala sekolah dan guru juga menerapkan tindakan berupa 5 S (Senyum,
Salam, Sapa, Sopan, dan Santun).
Kegiatan lain yang berhubungan dengan toleransi beragama adalah
doa bersama pada waktu menjelang UNAS (Ujian Nasional), siswa yang
beragama Islam akan dipandu dan didatangkan seorang ustad, kemudian
untuk siswa yang beragama Kristen akan dipandu oleh pendeta dan agama
Katolik dipandu oleh seorang pastur atau romo, sedangkan yang beragama
Hindu akan dipandu oleh seorang Mangku di Pura Jagatnata tempat biasanya
85
digunakan untuk beribadah. Tujuan dari kegiatan tersebut agar tidak terjadi
kesenjangan antara para siswa, sehingga sekolah tidak akan membeda-
bedakan antara agama yang satu dengan agama yang lain.
Adapun materi yang digunakan untuk mengkoordinir penerapan nilai
toleransi antarumat beragama di SMP Negeri 1 Kalasan yaitu manajemen
pengembangan kurikulum dan pembelajaran diarahkan agar proses
pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan, dimana langkah-
langkah dalam pengembangan kurikulum di sekolah SMP Negeri 1 Kalasan
melalui beberapa tahap pengembangan kurikulum di antaranya yaitu:
a) Tahap perencanaan, dimana tahap ini guru melakukan persiapan yang
komprehensif sebelum melakukan proses belajar mengajar di kelas. Pada
tahapan ini akan disampaikan mengenai metode, media, alat dan sumber
buku serta alat evaluasi yang akan diterapkan.
b) Tahap pengorganisasian dan koordinasi, dimana kepala sekolah beserta
tim mempersiapkan kalender akademik, jadwal pelajaran, tugas dan
kewajiban guru, serta program kegiatan sekolah.
c) Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap paling menentukan dalam
proses belajar mengajar, sehingga guru memiliki tanggung jawab yang
tinggi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
d) Tahap evaluasi dan pengendalian, dimana dalam pelaksanaan
pembelajaran berjalan secara evektif atau tidak. Hal ini dapat diketahui
86
melalui kegiatan evaluasi yang dilakukan secara benar dengan tujuan
untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang telah dilakukan
berjalan atau tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Evaluasi
yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan objektif, sehingga
dapat mengukur kemampuan siswa yang akan berdampak pada
peningkatan yang berkelanjutan.
Penanaman nilai toleransi yang dilakukan di sekolah SMP Negeri 1
Kalasan tidak hanya berupa kegiatan dan praktek saja, tetapi juga pemahaman
terhadap nilai toleransi itu sendiri, yang dilakukan melalui materi yang
diterapkan di kelas. Adapun materi dan metode yang digunakan oleh guru
SMP Negeri 1 Kalasan dalam menanamkan nilai toleransi yaitu
a) Mengajak siswa untuk bermain peran secara kelompok. Misalnya siswa
mengambil kasus mengenai perang suku yang ada di Maluku, kemudian
para siswa yang tidak ikut bermain diperintah untuk menelaah dan
memberikan pendapatnya masing-masing.
b) Metode tukar pemahaman atau pengertian, dimana setiap siswa diajak
untuk maju kedepan menjelaskan mengenai agama mereka masing-
masing, seperti dalam Islam dilarang makan babi yang kemudian siswa
tersebut menjelaskan sesuai dengan topiknya, sedangkan siswa yang lain
diberikan kesempatan untuk bertanya tetapi tidak boleh menyanggahnya.
87
Begitu juga dengan siswa yang beragama non Islam, guru memberikan
kesempatan untuk menceritakan tentang agamanya masing-masing.
Dengan adanya metode tersebut diharapkan para siswa lebih paham
mengenai sikap toleransi terhadap agama lain. Sehingga nilai toleransi
tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kepala sekolah SMP Negeri 1 Kalasan memberikan apresiasi
terhadap pengembangan toleransi beragama, termasuk memberikan perhatian
terhadap pelaksanaan dan keberhasilan pembelajaran agama. Seperti pada
pendidikan agama Islam, sekolah memberikan penyediaan sarana dan
prasarana untuk tempat praktek ibadah, begitu juga dengan agama yang lain,
sekolah juga menyediakan tempat untuk praktek beribadah. Kondisi budaya
toleransi yang sudah kondusif di SMP Negeri 1 Kalasan perlu dijaga dan
dikembangkan, sebab bagaimanapun keadaanya dikhawatirkan akan banyak
dipengaruhi oleh kondisi di luar.
Beberapa kasus yang muncul terkait dengan SARA (suku, agama,
dan ras) di Indonesia menjadi tanggung jawab kita bersama seperti peristiwa
bom Bali I yang terjadi pada tanggal 12 oktober di Kuta Bali yang menelan
korban sebanyak 202 orang. Kemudian adanya bentrok di Karangasem antara
Ujung pesisir yang warganya beragama Islam dan Jasi yang warganya
beragama Hindu hanya dipicu oleh masalah sepele karena adanya propokasi.
Sekolah yang merupakan sarana pembelajaran bagi peserta didik perlu
88
memberikan pemahaman yang jelas, sehingga para siswa tidak akan
terjerumus kedalam tindakan-tindakan yang melanggar SARA tersebut.
2. SMP Joannes Bosco
Penanaman nilai toleransi yang dilakukan oleh SMP Joanes Bosco
antara lain dengan selalu mengingatkan anak didik agar selalu berdoa terlebih
dahulu sesuai agama masing–masing sebelum memulai proses belajar
mengajar. Begitu juga setelah selesai proses pembelajaran anak didik
diajarkan agar selalu berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh SMP Joannes Bosco
sebagai bentuk toleransi beragama yaitu kegiatan bakti sosial ke panti asuhan
yang tidak hanya untuk anak-anak yang beragama Katolik, tetapi juga ke panti
asuhan yang sebagian ada yang beragama Islam, salah satunya yaitu yayasan
Yakub. Selain itu SMP Joannes Bosco juga mengadakan perayaan Idul Fitri,
dimana setiap siswa dianjurkan untuk mengadakan iuran, yang kemudian
uang tersebut akan digunakan untuk membeli parcel ataupun perlengakapan
lebaran yang diberikan untuk para siswa yang beragama Islam, dan untuk
tokoh masyarakat sekitar seperti RT dan RW serta tetangga sekolahan yang
kurang mampu, sekaligus sebagai ucapan selamat hari raya Idul Fitri. Begitu
juga pada saat Hari Raya Natal, SMP Joanes Bosco juga mengundang
perwakilan dari luar lingkungan sekolah dengan tujuan untuk mempererat tali
silaturahhim antar warga sekolah dengan warga mayarakat.
89
Pemberian penerapan kedisiplinan disetiap pelajaran juga diterapkan
guna meningkatkan kepatuhan siswa terhadap aturan-aturan yang ada,
termasuk juga mengenai toleransi. Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan
Agama dan Pendidikan Indonesia merupakan sebuah mata pelajaran yang
menjadi prioritas dalam penerapan nilai-nilai toleransi antar umat beragama.
Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia bisa dimasukan dalam sebuah cerita
maupun cerpen.
Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama dan Pendidikan
Bahasa Indonesia merupakan pendidikan yang mengarah pada pendidikan
karakter, sehingga pembelajaranya diharapkan lebih optimal. Kegiatan-
kegiatan keagamaan lain di SMP Joanes Bosco misalnya siswa agama Katolik
sedang merayakan Misa maka sekolah memberikan kebebasan kepada siswa
yang agama non Katolik untuk tetap disekolah dan diberikan tugas terkait
dengan agama yang dianutnya atau diisi dengan pengajian yang diisi oleh
guru agama atau ikut ke gereja namun tidak mengaggu jalannya peribadatan
umat Katolik atau Kristen dengan berada di luar Gereja.
Jumlah siswa yang beragama Islam di SMP Joanes Bosco 10 %,
sehingga di sekolah tersebut juga menerapkan pulang pulang pagi atau pulang
lebih awal pada hari Jum’at dengan tujuan agar siswa yang beragama Islam
dapat melaksanakan salat Jum’at.
90
Berdasarkan hal tersebut menunjukan bahwa sikap dan interaksi
perilaku toleransi dilakukan dengan:
a) Hormat pada orang lain yang berbeda agama, keyakinan, dan
kepercayaan. Istilah hormat disini dimaknai sebagai sikap dan perilaku
yang mendukung orang lain berkembang dalam apa yang diyakininya.
b) Membiarkan orang lain yang berbeda agama untuk beribadah sesuai
dengan apa yang diyakininya dan diimaninya. Istilah membiarkan disini
bukan berarti pasif, tetapi aktif dalam arti sikap dan berlaku mendukung
atau mengijinkan.
c) Tidak mengurusi, mengoreksi, dan menyalahi ajaran agama lain dan tidak
berusaha mengkhotbahinya.
d) Bersikap mendengarkan dalam berealisasi dengan pihak lain, bukan
menyerang atau menyalahi dan menghakimi.
e) Memahami bahwa perbedaan agama sebagai fakta sosial.
f) Rendah hati untuk mengakui dan menerima pihak lain sebagai sesama
ciptaan Allah.
Indikator sikap dan perilaku toleransi di atas diaktualkan dalam
kehidupan sehari-hari melalui kegiatan-kegiatan sosial maupun dalam
kegiatan pembelajaran. Upaya mengucapkan ucapan selamat kepada sesama
yang merayakan hari besar keagamaan, kegiatan penggalangan dana bagi
91
pembangunan sebuah rumah ibadah juga dilakukan di sekolah SMP Joannes
Bosco.
Dalam menerapkan nilai toleransi, guru di SMP Joannes Bosco
menjelaskan bahwa penerapan pembelajaran di kelas dilakukan dengan
berbagai kegiatan seperti berdoa secara bergilir, dalam hal ini yaitu ketika
agama Katolik berdoa, siswa yang beragama Islam diharapkan untuk diam
terlebih dahulu. Begitu juga sebaliknya, ketika siswa yang beragama Islam
berdoa maka siswa yang beragama Katolik diharapkan untuk tenang. Hal ini
merupakan salah satu tujuan dari penerapan nilai toleransi ketika didalam
kelas, sehingga para siswa sudah terbiasa dengan kegiatan tersebut.
Selain kegiatan tersebut, guru di SMP Joannes Bosco juga
memberikan tugas mengenai sikap toleransi. Misalnya dalam mata pelajaran
agama Katolik setiap siswa diberi tugas individu yang disebut dengan taat
beribadah. Taat beribadah disini yaitu siswa yang beragama Katolik setiap
minggu datang ke gereja, di gereja siswa diperintah untuk mencatat materi apa
saja yang disampaikan oleh pastur, yang kemudian siswa atau siswi mencatat
dan meminta tanda tangan pastur.
Siswa yang beragama Kristen juga melakukan hal yang sama, yaitu
siswa mencatat apa yang disampaikan oleh pendeta yang selanjutnya catatan
tersebut dimintakan tanda tangan kepada pendeta. Kemudian untuk siswa
yang beragama Islam ada salat 5 waktu dan salat Jum’at, untuk salat 5 waktu
92
hanya minta tanda tangan kepada orang tua, sedangkan untuk salat Jum’at
siswa mencatat apa yang disampaikan oleh takmir masjid dan kemudian minta
tanda tangan takmir masjid tersebut. Tugas individu ini kemudian
dikumpulkan setiap mata pelajaran Agama Katolik, yang kemudian ditanda
tangani oleh guru yang bersangkutan.
Pada saat UAS guru juga memberikan tugas individu berupa
praktek, dimana para siswa diharapkan dapat terlibat dalam kegiatan
keagamaan minimal 4 kali dalam 1 tahun. Kegiatan praktek ini diterapkan
untuk siswa kelas XII (dua belas). Sehingga mereka tidak hanya mengikuti
kegiatan-kegiatan saja tetapi juga dapat terlibat didalamnya, misalnya dalam
Islam terdapat kegiatan Maulud Nabi, maka para siswa diharapkan dapat
menjadi panitia Maulud Nabi. Begitu juga untuk agama lain, seperti Katolik,
Kristen, Hindu dan lain-lain, yang kemudian mereka membuat laporan yang
dilampiri dengan foto dan tanda tangan ketua panitia. Selain itu masih ada
tugas lain yaitu berupa penugasan kepada siswa secara berkelompok dengan
mengunjungi beberapa tempat ibadah, seperti Gereja, Wihara, dan Masjid.
Kunjungan para siswa ini bertujuan agar mereka mengetahui dan memahami
mengenai sikap toleransi dan perbedaan agama di berbagai tempat
peribadatan agama tersebut. Jadi dalam satu kelompok terdapat siswa dengan
berbagai Agama yaitu agama Islam, Hindu, Kristen, dan Katolik.
93
3. MTs Ibnul Qoyyim Putra
Penanaman nilai toleransi di sekolah MTs Ibnul Qoyyim Putra
dengan menggunakan metode tauziyah, dimana metode menggunakan
ceramah yang diisi oleh para siswa secara bergiliran dengan materinya berupa
penanaman akhlak. Selain itu ada juga pemberian motivasi kepada para siswa
yang dikumpulkan di dalam ruangan, dan diisi oleh seorang ustad. Bahasa
yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan
Bahasa Arab.
Sistem Pengajaran di MTs Ibnul Qoyyim Putra berupa pondok
pesantren, Pada saat siswa baru masuk diberi pengertian dan pemahaman
terlebih dahulu mengenai aturan-aturan yang ada di MTs Ibnul Qoyyim Putra.
Salah satu contoh Peraturannya adalah mengenai budaya antri seperti pada
saat makan bersama, dan keperluan kamar mandi. Selain itu MTs Ibnul
Qoyyim Putra juga mempunyai beberapa progam, Adapun program-program
yang ada di MTs Ibnul Qoyyim Putra adalah studi banding ke salah satu
pondok pesantren yang ada di beberapa daerah diantaranya adalah di Kota
Malang, studi banding ini dilaksanakan setiap tahun, dengan persetujuan dari
komite sekolah dan orang tua Siswa atau Santri.
Untuk mengajarkan aspek afektif dari tujuan PKn seperti keyakinan
dan nilai-nilai berkaitan dengan demokrasi dan HAM, perlindungan terhadap
minoritas, kebebasan individual, kebebasan berbicara dan mengemukakan
94
pendapat, berserikat, beragama, dan sebagainya, guru MTs Ibnul Qoyyim
Putra menggunakan banyak strategi pembelajaran, salah satunya adalah
strategi memperjelas nilai (values clarification strategy). Dengan
menggunakan strategi memperjelas nilai guru dapat membantu siswa
mencapai kompetensi afektif mereka dalam PKn, khususnya sikap positif
terhadap demokrasi nilai-nilai toleransi.
Dalam mata pelajaran Agama Islam, guru menggunakan beberapa
metode, salah satunya dengan penugasan kepada siswa secara berkelompok
bentuk tugasnya adalah apabila ada perayaan hari Maulud Nabi Muhammad
maka siswa yang ditugasi tersebut membantu mempersiapan acara pengajian
untuk memperingati Maulud Nabi Muhammad. Siswa yang sedang mendapat
tugas berkelompok untuk kegiatan tersebut harus benar benar melaksanakan
tugasnya dengan baik dan tidak boleh iri hati terhadap siswa ataupun teman
yang belum mendapatkan giliran untuk melaksanakan tugas.
Penanaman nilai toleransi dalam membentuk karakter siswa MTs
Ibnul Qoyyim Putra dengan menggunakan strategi keteladanan nilai, yaitu
seorang kepala sekolah, guru, dan instansi yang terkait memberikan contoh
bagi para siswa-siswanya. Dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, guru menjelaskan mengenai toleransi antar umat
beragama, bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural,
sehingga setiap orang wajib untuk menghormati hak-haknya sebagai warga
95
Negara termasuk menghormati berkeyakinan/ beragama. Ketuhanan Yang
Maha Esa dalam pancasila menjelaskan adanya toleransi beragama antar umat
manusia, sesuai dengan kepercayaanya masing-masing. Sehingga dengan
adanya penanaman nilai toleransi dikalangan siswa SMP diharapkan dapat
mengurangi sifat fanatik yang sekarang sedang berkembang di Indonesia,
seperti adanya teroris. Dengan adanya pemahaman tersebut diharapkan siswa
dapat memilih dan berfikir ulang mengenai tindakan-tindakan yang kurang
terpuji, serta baik dan buruknya sesuatu.
Oleh karena itu upaya pembangunan kesadaran kepada siswa
mengenai toleransi beragama di MTs Ibnul Qoyyim Putra menjadi prioritas
utama dalam sekolah ini. Harapan tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan
Agama Islam yaitu menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati serta mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam
mengajarkan agama Islam dari sumber utama kitab suci Alquran dan Al-
Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta menggunakan
pengalaman.
C. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi oleh SMP dalam Menerapkan Nilai
Toleransi Antarsiswa SMP di Yogyakarta
Toleransi merupakan sebuah bentuk sikap akibat adanya persinggungan
hak-hak individu dalam masyarakat atau hak-hak masyarakat dalam negara. Jadi
96
dapat dikatakan bahwa toleransi adalah sebuah solusi bagi adanya perbenturan
hak-hak, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara.
Nilai toleransi antar umat beragama merupakan hak setiap warga negara
untuk memeluk agama sesuai dengan kepercayaannya masing-masing termasuk
sebagai siswa SMP. Guru sebagai panutan dan pemberi contoh dalam
menerapkan nilai toleransi khususnya di kalangan siswa SMP masih mengalami
berbagai kendala dan hambatan baik yang berasal dari faktor internal guru itu
sendiri, maupun yang berasal dari faktor ekstenal yang berasal dari luar
lingkungan sekolah. Berikut hambatan-hambatan yang dihadapi dalam
menerapkan nilai toleransi antarumat beragama di kalangan siswa SMP di
Yogyakarta di antaranya yaitu:
1. Guru yang merupakan salah satu faktor terpenting dalam menerapkan nilai
toleransi pada siswanya mengalami kendala dalam menerapkannya. Hal ini
dikarenakan muatan materi tidak banyak yang mengarah pada pembelajaran
nilai toleransi beragama. Mengingat mata pelajaran PKn untuk SMP,
materinya lebih mengarah ke demokrasi, HAM, hukum, dan
kewarganegaraan.
2. Guru non PKn dan Agama masih sangat kurang peduli terhadap nilai toleransi
tersebut, hal ini dikarenakan banyak guru non pendidikan yang beranggapan
bahwa penanaman nilai toleransi bukan tanggung jawabnya. Seharusnya
97
tanggung jawab penanaman nilai toleransi menjadi tanggung jawab semua
elemen, baik guru, komite, masyarakat, maupun orang tua.
3. Faktor penghambat yang ketiga adalah sistem sekolah yang berjalan sekarang
ini masih kurang efektif dalam menanamkan nilai toleransi pada peserta didik.
Hal ini dikarenakan kepedulian penanaman nilai toleransi sangat tergantung
kepada kepala sekolah, guru PKn, dan guru agama.
4. Adanya penekanan nilai yang dilakukan oleh guru pada aspek kognitif dan
intelegensi saja dan nilai didasarkan pada nilai tes. Sedangkan faktor-faktor
yang terkait dengan kepribadian kurang begitu diperhatikan.
5. Adanya kebiasaan guru yang terlalu mengandalkan dan bergantung pada buku
teks. Ketergantungan guru ini sangat tinggi, sehingga pembelajaran yang
dihasilkan menjadi monoton. Seharusnya sebagai seorang guru memiliki
imajinasi untuk mengembangkan materi-materi pelajaran, seperti pemanfaatan
sumber belajar seperti koran, majalah, dan sumber lain, sehingga materi
pelajaran tidak monoton.
6. Model interaksi guru dan siswa secara kenyataan di lapangan menunjukan
bahwa metode ceramah masih menempati rangking pertama dalam proses
belajar mengajar. Sehingga kemampuan guru untuk mengembangkan media
pembelajaran dipandang masih rendah. Akibatnya proses pembelajaran
kurang menarik dan cenderung membosankan.
98
7. Adanya pertengkaran antara siswa mengenai perbedaan agama, seperti siswa
yang beragama islam menyebutkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh
Kristen itu musrik. Sehingga guru memberikan pengarahan kepada siswanya.
8. Adanya pengaruh dari luar yang menyebabkan adanya pelanggaran-
pelaggaran disekolah, seperi pulang tanpa ijin, seperti MTs karena sistem
pondok.
9. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal 4 menjelaskan bahwa (1) setiap
peserta didik pada satuan pendidikan di semua jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan berhak mendapat pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. (2) setiap satuan
pendidikan menyediakan tempat menyelenggarakan pendidikan agama.
Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, seharusnya setiap sekolah
menyediakan sarana dan prasarana bagi peserta didik untuk mendapatkan
pendidikan sesuai dengan agama yang dianutnya, namun secara kenyataan
terdapat sekolah yang belum sesuai dengan aturan tersebut, dimana sekolah
Joannes Bosco tidak menyediakan guru Agama Islam untuk mengajar
pendidikan agama Islam, sehingga ketika ada pelajaran agama Kristen, siswa
yang beragama Islam hanya diberi tugas untuk merangkum dan tidak ada
pengarahan dari guru yang bersangkutan.
99
D. Upaya yang dilakukan oleh Sekolah dalam hal ini Kepala Sekolah untuk
Mengatasi Hambatan-hambatan dalam Penerapan Nilai Toleransi
Antarumat Beragama
Upaya yang dilakukan oleh sekolah untuk mengatasi hambatan-
hambatan dalam menerapkan nilai toleransi antarumat beragama di kalangan
siswa SMP di Yogyakarta di antaranya yaitu:
1. Memberikan pengarahan kepada semua guru bahwa penerapan nilai toleransi
tidak hanya menjadi kewajiban salah satu mata pelajaran saja, tetapi menjadi
tanggungjawab semua elemen, baik guru, kepala sekolah, maupun masyarakat
dan orang tua. Salah satunya yaitu di sekolah SMP Negeri 1 Kalasan, dimana
seorang kepala sekolah memberikan pengarahan kepada semua guru bahwa
penanaman nilai toleransi tidak hanya menjadi tanggungjawab guru bidang
mata pelajaran tertentu yaitu PKn dan Agama, tetapi juga menjadi
tanggungjawab semua guru, termasuk juga kepala sekolah dan masyarakat.
Dengan adanya hal tersebut diharapkan kegiatan-kegiatan yang mengarah
pada fanatik agama dan kegiatan anarkis dapat terkurangi. Adapun kegiatan
yang dilakukan oleh SMP Negeri 1 Kalasan yaitu dengan mengadakan
silaturahmi setiap hari minggu baik yang beragama Non Islam maupun Islam
dengan tujuan untuk mempererat persaudaraan.
2. Memberikan pengarahan kepada guru agama, bahwa pendidikan agama tidak
boleh terlampau bersikap menyendiri, tetapi harus saling bekerjasama dengan
100
ilmu lain. Bentuknya bisa berupa latihan-latihan pengalaman keagamaan,
sehingga pendidikan menjadikan orang beragama secara transformatif.
Dengan demikian tidak akan terjadi kerusuhan hanya dikarenakan perbedaan
pandangan.
3. Memberikan pengetahuan agama kepada siswa bahwa mereka sama
kedudukannya atau setara dihadapan Tuhan, sehingga setiap siswa diharapkan
bisa dan mau menghormati setiap perbedaan diantara manusia.
Keberlangsungan proses tauhid dalam setiap praxis sosiologis akan juga
membawa praxis emansipatoris di kalangan umat, sehingga agama akan
menjadi rahmat bagi seluruh alam.
4. Memberikan pengarahan kepada guru tentang metode yang digunakan dalam
materi penanaman nilai toleransi, bahwa metode yang digunakan oleh guru
diharapkan tidak hanya berupa materi-materi saja tetapi juga secara praktik.
Misalnya seorang siswa diajak untuk bermain peran, sehingga siswa dapat
menghayati setiap kejadian-kejadian yang diperankany, seperti yang
dilakukan oleh SMP Johannes Bosco dalam menanamkan nilai toleransi
kepada para siswa.
5. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal 4 Ayat 4 menyatakan bahwa satuan
pendidikan yang tidak dapat menyediakan tempat menyelenggarakan
pendidikan agama dapat bekerja sama dengan satuan pendidikan yang
101
setingkat atau penyelenggara pendidikan agama di masyarakat untuk
menyelenggarakan pendidikan agama bagi peserta didik. Sehingga sekolah
yang tidak dapat menyediakan guru atau kegiatan yang sesuai dengan
agamanya dapat bekerja sama dengan sekolah lain untuk menyelenggarakan
pendidikan bagi peserta didik tersebut.