BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

60
74 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Partai Golongan Karya dan Partai Hati Nurani Rakyat 1. Partai Golongan Karya Organisasi ini didirikan pada tanggal 20 Oktober 1964 dengan nama Sekretariat Bersama Golongan Karya atau disingkat Sekber Golkar. Sekber Golkar merupakan perhimpunan (federasi) 97 organisasi fungsional non afiliasi politik yang anggotanya terus berkembang hingga mencapai 220 organisasi. Setelah melalui Rakornas I (Desember 1965) dan Rakornas II (Nopember 1967) dilakukan pengelompokan organisasi berdasarkan kekaryannya ke dalam 7 (tujuh) Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu: 1. Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO) 2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) 3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) 4. Organisasi Profesi 5. Ormas Pertahanan keamanan (Hankam) 6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI) 7. Gerakan Pembangunan Untuk menghadapi Pemilu 1971, tujuh KINO yang merupakan kekuatan inti dari Sekber Golkar tersebut diatas pada tanggal 4 Februari 1970 mengeluarkan keputusan bersama untuk ikut menjadi peserta pemilihan umum melalui satu nama dan tanda gambar yaitu Golongan Karya (Golkar). Logo yang menjadi tanda

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

74

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Partai Golongan Karya dan Partai Hati Nurani

Rakyat

1. Partai Golongan Karya

Organisasi ini didirikan pada tanggal 20 Oktober 1964 dengan nama

Sekretariat Bersama Golongan Karya atau disingkat Sekber Golkar. Sekber

Golkar merupakan perhimpunan (federasi) 97 organisasi fungsional non afiliasi

politik yang anggotanya terus berkembang hingga mencapai 220 organisasi.

Setelah melalui Rakornas I (Desember 1965) dan Rakornas II (Nopember

1967) dilakukan pengelompokan organisasi berdasarkan kekaryannya ke dalam 7

(tujuh) Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu:

1. Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO)

2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI)

3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR)

4. Organisasi Profesi

5. Ormas Pertahanan keamanan (Hankam)

6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI)

7. Gerakan Pembangunan

Untuk menghadapi Pemilu 1971, tujuh KINO yang merupakan kekuatan

inti dari Sekber Golkar tersebut diatas pada tanggal 4 Februari 1970 mengeluarkan

keputusan bersama untuk ikut menjadi peserta pemilihan umum melalui satu

nama dan tanda gambar yaitu Golongan Karya (Golkar). Logo yang menjadi tanda

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

75

gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

Melalui Musyawarah Nasional (Munas) I tanggal 4-10 September 1973 di

Surabaya, dikukuhkan perubahan nama yang sebelumnya telah diputuskan oleh

musyawarah Sekber Golkar tanggal 17 Juli 1971 di Jakarta yaitu menggunakan

nama sebagai peserta Pemilu 1971. Dengan demikian Sekber Golkar yang semula

merupakan organisasi bersifat federatif dari Golongan Karya.

Selanjutnya dari pemilu ke pemilu sejak tahun 1971, 1977, 1982, 1987,

1992, dan 1997 Golkar terus menerus berhasil mengemban kepercayaan rakyat

dengan memperoleh kemenangan sebagai mayoritas tunggal. Setelah terjadinya

Gerakan Reformasi yang dimotori oleh mahasiswa sehingga terjadinya peralihan

kekuasaan dari Presiden Soeharto kepada B.J Habibie maka diadakan

pembaharuan beberapa undang-undang di bidang politik dengan ditetapkan

undang-undang yang baru tentang Partai Politik, Pemilihan Umum, dan Susunan

dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.

Untuk menyesuaikan dengan ketentuan baru peraturan perundang-

undangan tersebut maka pada tanggal 7 Maret 1999 telah dilaksanakan Deklarasi

Partai Golongan Karya dan sejak saat itu secara resmi Golkar menegaskan diri

menjadi partai politik dalam posisi yang sejajar serta mempunyai hak dan

kewajiban yang sama dengan partai politik yang lain. Anggaran Dasar (AD) dan

Anggaran Rumah Tangga (ART) Partai Golkar yang baru sudah ditetapkan dalam

Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) pada tanggal 9-11 Juli 1998.

Bersamaan dengan penetapan berbagai hasil Munas Luar Biasa kiranya sebagai

manifestasi pembaharuan dalam tubuh Golkar untuk tampil sesuai dengan

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

76

tuntutan dan semangat reformasi. Berdasarkan hasil Munas Luar Bisaa tersebut,

DPP Partai Golkar menegaskan paradigma baru Partai Golongan Karya yang

berintikan misi, visi dan platform perjuangan Partai Golkar dalam era reformasi.

Partai Golongan Karya dalam paradigma baru dan diringkas sebagai Golkar Baru

pada prinsipnya mengedepankan tema pokok perjuangannya dengan semboyan:

Golkar Baru, Bersatu Untuk Maju.

2. Partai Hati Nurani Rakyat

Pendirian Partai Hanura dirintis oleh Wiranto bersama tokoh-tokoh

nasional yang menggelar pertemuan di Jakarta pada tanggal 13-14 November

2006. Forum tersebut melahirkan delapan kesepakatan penting sebagai berikut.

1) Dengan memperhatikan kondisi lingkungan global, regional, dan nasional,

serta kinerja pemerintahan RI selama ini, mengisyaratkan bahwa sejatinya

Indonesia belum berhasil mewujudkan apa yang diamanatkan UUD 1945.

2) Memperhatikan kinerja pemerintahan sekarang ini maka kemungkinan tiga

tahun yang akan datang akan sulit diharapkan adanya perubahan yang

cukup signifikan, menyangkut perbaikan nasib bangsa.

3) Oleh sebab itu perjuangan untuk mewujudkan terjadinya sirkulasi

kepemimpinan nasional dan pemerintahan bukan lagi untuk memenuhi

ambisi perorangan atau kelompok, namun merupakan perjuangan bersama

untuk menyelamatkan masa depan bangsa.

4) Perjuangan itu membutuhkan keberanian untuk menyusun strategi jangka

panjang pada keseluruhan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara

guna mengembalikan kemandirian dan kebanggaan kita sebagai bangsa.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

77

5) Untuk itu diperlukan kepemimpimpinan yang jujur, bijak, dan berani yang

dapat menggalang persatuan, kebersamaan, dan keikhlasan, sebagaimana

dahulu para pendahulu kita ‘berhimpun bersama sebagai bangsa untuk

mencapai kemerdekaan’. Sekarang saatnya kita berhimpun kembali

sebagai bangsa guna menyelamatkan negeri kita.

6) Kita kembangkan semangat perjuangan, ‘Semua untuk satu, satu untuk

semua’. Artinya, semua harus memberikan yang terbaik untuk satu tujuan

bersama, yakni membentuk pemerintahan yang jujur dan berkualitas.

Selanjutnya, pemerintahan itu benar-benar akan bekerja semata-mata

untuk kepentingan rakyat Indonesia.

7) Perjuangan itu akan kita wadahi dalam sebuah partai politik.

8) Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati dan melindungi perjuangan

yang tulus dan ikhlas ini demi masa depan Indonesia yang kita cintai

bersama.

Delapan kesepakatan itu kemudian ditindaklanjuti dalam wadah partai

politik bernama Partai Hati Nurani Rakyat, disingkat Partai Hanura.

Pendeklarasian partai ini diselenggarakan pada tanggal 21 Desember 2006 di

Jakarta.

Komposisi dewan pendiri Partai Hanura di antaranya adalah: Jend. TNI

(Purn) Wiranto, Yus Usman Sumanegara, Dr. Fuad Bawazier, Dr. Tuti Alawiyah

AS., Jend. TNI (Purn) Fachrul Razi, Laks TNI (Purn) Bernard Kent Sondakh,

Prof. Dr. Achmad Sutarmadi, Prof. Dr. Max Wullur, Prof. Dr. Azzam Sam Yasin,

Jend. TNI (Purn) Subagyo HS., Jend. Pol (Purn) Chaeruddin Ismail, Samuel Koto,

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

78

LetJen. TNI (Purn) Suaidi Marasabessy, Marsdya TNI (Purn) Budhy Santoso,

Djafar Badjeber, Uga Usman Wiranto, Letjen. TNI (Purn) Ary Mardjono, Elza

Syarief, Nicolaus Daryanto, Anwar Fuadi, Dr. Teguh Samudra dan lain-lain.

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang penulis kemukakan di sini adalah hasil penulusuran

lapangan untuk meneliti rekrutmen calon anggota DPRD Provinsi oleh Partai

Golongan Karya dan Partai Hati Nurani Rakyat. Adapun berbagai informasi ini

penulis dapatkan dari :

1. Wawancara dengan :

o Bapak Drs.H.Yod Mintaraga, MPA (Wakil Sekretaris DPD Partai Golkar

Jawa Barat)

o Bapak H. Deddy Ismail, Amd (Ketua Biro OKK DPD Partai Golkar Jabar)

o Ibu Toety Yani Marlina (Caleg DPRD Jabar Partai Golkar Dapil Jabar VII

dengan nonor urut 3)

o Bapak H. Dede Gunawan, SS. (Kepala Sekretariat DPD Partai Golkar

Jabar)

o Ibu Dyah Yanti T., SH (Wakil Ketua di DPD Partai Hanura Jawa Barat)

o Bapak Fitrun Fitriansyah (Wakil Sekretaris di DPD Partai Hanura Jawa

Barat)

o Bapak dr. Ganjar Simakerti (Caleg DPRD Jawa Barat Partai Hanura Dapil

Jabar I nomor urut 2)

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

79

o Ibu Helvi Indah Sari, SH (Caleg DPRD Jabar Partai Hanura Dapil Jabar

VI dengan nonor urut 8)

o Bapak Drs. Arry Bainus, M.A selaku pemerhati politik

2. Berbagai dokumen dari DPD Partai Golkar Jawa Barat dan DPD Partai

Hanura Jawa Barat.

3. Data dari Komisi Pemilihan Umum Daerah Provinsi Jawa Barat

4. Berbagai sumber literatur dari koran, majalah dan internet.

1. Rekrutmen Calon Anggota DPRD Provinsi dari Partai Golongan Karya

a. Mekanisme dan Pola Rekrutmen Calon Anggota DPRD

Rekrutmen calon anggota legislatif (caleg) untuk Pemilu 2009 yang

dijalankan Partai Golongan Karya (Golkar) mengacu kepada hasil Rapat Pimpinan

Nasional II Golkar yang diselenggarakan di Bali pada tahun 2006 yang lalu,

tepatnya diatur oleh Keputusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya

Nomor : Kep–143/DPP/GOLKAR/II/2007 Tentang Pedoman Penyusunan Calon

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten

/Kota Partai Golongan Karya. Keputusan ini menjadi suatu acuan yang harus

dijalankan oleh semua dewan pimpinan partai terkait.

Secara umum partai Golkar tidak membuka pendaftaran secara langsung.

Rekrutmen yang dilakukan hanya terbatas untuk anggota internal partai saja.

Menurut DG, Hal ini bukan karena Golkar merasa di atas angin, tetapi ternyata

setelah terjadi berbagai kasus, Golkar masih diminati oleh masyarakat, banyak

berbagai macam elemen masyarakat masuk Partai Golkar. Otomatis setelah masuk

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

80

Partai Golkar mereka menjadi kader Golkar. Apa yang disampaikan tersebut

merupakan suatu argumentasi bahwa Partai Golkar sudah dan masih memiliki

kader yang banyak, jadi tidak perlu membuka pendaftaran terbuka untuk umum.

Golkar memang memiliki energi untuk merekrut caleg hanya dari

kalangan internal partai karena Golkar memiliki kader yang banyak. Kader Partai

Golkar sendiri juga sudah sangat memadai untuk dicalonkan menjadi anggota

legislatif. Hal ini didukung oleh organisasi-organisasi “anak” Partai Golkar.

Golkar punya organisasi pendiri dan didirikan, organisasi pendiri misalnya Sentra

Organisasi Swadiri Karyawan Indonesia (SOSKI), Koperasi Serbaguna Gotong

Royong (KOSGORO), Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR).

Organisasi yang didirikan misalnya Angkatan Muda Pemuda Indonesia (AMPI),

Majelis Dakwah Indonesia (MDI), Himpunan Wanita Karya (HWK), Satuan

Karya (Satkar) Ulama. Ada juga organisasi sayap seperti Angkatan Muda Pemuda

Golkar (AMPG), Kelompok Perempuan Partai Golkar (KPPG). Setelah itu Golkar

juga punya badan dan lembaga seperti Bakumham, Balitbang, Lembaga

pengkajian seni dan budaya, kurang lebih ada tujuh lembaga yang terdapat dalam

Partai Golkar.

Berdasarkan Keputusan Rapimnas II, sumber rekrutmen bakal calon

anggota DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota adalah kader-kader

partai Golkar yang selama ini aktif dalam :

1. kepengurusan partai Golkar,

2. anggota Fraksi Partai Golkar DPR/MPR-RI, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota,

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

81

3. pengurus Ormas pendiri dan didirikan partai Golkar,

4. Organisasi sayap,

5. pengurus badan dan lembaga yang dibentuk oleh Partai Golkar,

6. anggota Kelompok Kerja/Tim Kerja Partai Golkar,

7. Daftar Calon Tetap (DCT) anggota legislatif pada pemilu yang lalu,

8. kader partai yang telah memenuhi persyaratan, dan

9. anggota atau simpatisan Partai Golkar Berdasarkan persetujuan DPP Partai

Golkar

Setiap orang yang menjadi anggota Golkar tidak serta merta bisa

dicalonkan oleh partai. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi supaya bisa

maju menjadi bakal calon. Mereka (para anggota Golkar yang duduk di

kepengurusan partai, organisasi sayap, organisasi pendiri dan yang didirikan,

lembaga yang didirikan Golkar, pokja) wajib mengikuti pendidikan dan latihan

(diklat) kader yang diselenggarakan oleh Partai Golkar. Diklat Kader ini

merupakan syarat dasar bagi mereka yang ingin menjadi bakal calon anggota

legislatif (bacaleg) dari Golkar. Setelah itu mereka yang sudah mengikuti diklat

kader dan ingin menjadi bacaleg harus mengikuti Orientasi Fungsionaris yang

diselenggarakan oleh Partai Golkar. Orientasi inilah yang menjadi semacam

“tiket” bagi mereka yang ingin menjadi caleg dari Partai Golkar.

Dari sembilan sumber rekrutmen calon anggota legislatif yang

dikemukakan sebelumnya, kita lihat bahwa Partai Golkar tidak menutup

kemungkinan untuk meminang figur di luar Partai Golkar untuk dicalonkan

menjadi bakal caleg, asal ada persetujuan dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP).

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

82

Figur-figur khusus yang dicari tersebut harus memberikan nilai tambah bagi

partai Golkar, entah itu potensi untuk mendulang suara, bantuan logistik bagi

parpol, maupun ide/pikiran bagi kemajuan partai.

Rekrutmen caleg dari luar unsur Parpol Golkar diatur dalam Keputusan

Rapimnas II. Di sana disebutkan bahwa perlu juga cara memperluas dukungan

partai dalam masyarakat sekaligus meningkatkan kualitas peran para anggota

parlemen dengan cara menerapkan kebijakan khusus dalam proses rekrutmen

dengan menyediakan 10% calon yang diseleksi dari tokoh-tokoh masyarakat

simpatisan Partai Golkar seperti pensiunan TNI/POLRI pensiunan birokrat para

artis para pelaku bisnis tokoh-tokoh agama, dll.

Wewenang untuk menetapkan calon anggota DPRD Provinsi berada pada

Dewan Pimpinan Daerah Golkar Provinsi dengan memperhatikan dengan sungguh

sungguh rekomendasi Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar

Kabupaten/Kota dari daerah pemilihan calon yang bersangkutan serta hasil

evaluasi kinerja calon yang bersangkutan dari salah satu atau lebih DPD Partai

Golkar Kabupaten/Kota.

Proses penyiapan calon anggota DPRD Provinsi dilakukan oleh ketua,

sekretaris, Korbid OKK, Koordinator Bidang PP, Koordinator Daerah (Korda)

terkait, dan DPD Kabupaten/Kota yang bersangutan. Pengambilan keputusan

mengenai calon anggota DPRD Provinsi dilakukan dalam rapat pleno Dewan

Pimpinan Daerah Partai Golkar Provinsi yang khusus diadakan untuk itu.

Proses rekrutmen caleg Partai Golkar sudah dimulai sejak dikeluarkannya

Keputusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya Nomor : Kep–

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

83

143/DPP/GOLKAR/II/2007 Tentang Pedoman Penyusunan Calon Anggota DPR-

RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten /Kota Partai Golongan Karya dan

Peraturan Organisasi Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya Nomor : PO-

11/DPP/GOLKAR/II/2007 tentang Penugasan Fungsionaris Partai Golkar. Aturan

yang pertama menjadi petunjuk bagi proses rekrutmen caleg Golkar dan aturan

yang kedua menjadi petunjuk bagi pelaksanaan penugasan fungsionaris partai

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses rekrutmen caleg.

Penugasan Fungsionaris merupakan bagian yang sangat penting dalam

proses rekrutmen bacaleg. Penugasan ini merupakan langkah awal dari proses

mempersiapkan bakal calon anggota legislatif setelah dikeluarkannya keputusan

Rapat Pimpinan Nasional II tentang pedoman penyusunan balon legislatif yang

juga bertujuan untuk mendayagunakan kader secara optimal guna membantu

secara aktif partai dalam menggerakan segenap potensi organisasi dan peluang

yang ada, guna meningkatkan peran dan aktivitas dalam mewujudkan tujuan

organisasi.. Dikarenakan rekrutmen caleg dari Golkar ditujukan khusus bagi

internal partai saja maka penugasan fungsionaris menjadi penting nilainya karena

dijadikan sebagai tolak ukur kinerja serta kontribusi seorang kader terhadap partai.

Adapun secara umum tugas fungionaris partai Golkar adalah mendorong

terlaksananya keputusan Musyawarah Nasional VII Partai Golkar tahun 2004,

Keputusan Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar, dan keputusan serta kebijakan

partai lainnya di wilayah penugasan masing-masing. Penugasan ini merupakan

langkah awal untuk memperkenalkan kader yang nantinya akan mencalonkan diri

sebagai calon anggota legislatif kepada daerah. Penugasan fungsionaris ini

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

84

merupakan konsolidasi organisasi, di mana para fungsionaris yang ditugaskan

melakukan pembinaan di daerah sekaligus agar dirinya dikenal oleh daerah.

Penentuan kader untuk menjadi fungsionaris partai sesuai dengan jenisnya

dilakukan oleh Dewan Pimpinan Partai sesuai dengan tingkatannya. Fungsionaris

partai tingkat pusat yang ditugaskan di wilayah provinsi ditetapkan oleh DPP

Partai Golkar, fungsionaris partai tingkat provinsi yang ditugaskan di wilayah

kabupaten/kota ditetapkan oleh DPD Partai Golkar Provinsi, dan fungsionaris

partai tingkat kabupaten/kota yang ditugaskan di wilayah kecamatan ditetapkan

oleh DPD Partai Golkar Kabupaten/Kota.

Setelah selesainya penugasan fungsionaris, maka proses untuk

mempersiapkan dan menyusun nama-nama untuk dicalonkan menjadi calon

anggota DPRD Provinsi bisa dimulai. Sebelumnya, diadakan dahulu Orientasi

Fungsionaris, dimana Orientasi Fungsionaris ini diikuti oleh para fungsionaris

Partai Golkar yang ingin mendapatkan “tiket” menjadi bakal calon atau calon

anggota legislatif dari partai Golkar. Orientasi ini sifatnya wajib diikuti oleh

mereka yang ingin menjadi caleg dari partai Golkar. Walaupun, misalnya, ia yang

saat ini duduk sebagai anggota dewan ─ yang sudah pasti ia pernah mengikuti

orientasi fungsionaris sebelum pemilu 2004 ─ juga harus mengikuti orientasi

fungsionaris pada periode ini karena materi yang diberikan pada saat orientasi

fungsionaris periode yang lalu bisa saja diperbaharui, dan mungkin terdapat

materi-materi baru yang belum didapatkan dari orientasi fungsionaris pada

periode lalu.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

85

Setelah Orientasi Fungsionaris, tahap selanjutnya adalah inventarisir

nama-nama para fungsionaris yang mendapatkan tugas di daerah yang akan

dijadikan bakal caleg oleh DPD Provinsi kepada DPD Kabupaten/Kota. Setelah

itu, DPD Kabupeten/Kota melakukan penilaian terhadap kinerja nama-nama yang

dikirimkan tersebut. Setelah melakukan penilaian, DPD Kabupaten/Kota dalam

satu dapil menyusun daftar bakal calon anggota DPRD Provinsi secara alfabetis

sebanyak-banyaknya tiga kali (3X) jatah kursi. Dalam penyusunan ini, bisa saja

ada beberapa nama yang sebelumnya dikirimkan oleh DPD Provinsi tidak

dicantumkan, dan bisa juga DPD Kabupaten/Kota menambahkan sendiri

(maksimal dua orang) apabila diperlukan.

Setelah nama-nama usulan bakal calon anggota legislatif dikembalikan

oleh DPD Kabupaten/Kota kepada DPD Provinsi, tahap selanjutnya adalah proses

seleksi sesuai aturan pembobotan yang telah ditetapkan. Dalam seleksi ini pun

harus diperhatikan benar hasil penilaian yang dilakukan oleh DPD

Kabupaten/Kota. Setelah seleksi, tahap selanjutnya adalah menyusun Daftar

Calon Sementara (DCS) yang akan dikirimkan ke KPUD Provinsi.

Proses seleksi yang dimaksud di atas dilakukan oleh sebuah tim khusus. Di

DPD Provinsi Partai Golkar terdapat tim khusus yang menangani masalah

rekrutmen calon anggota DPRD Provinsi, namanya “Tim Tujuh”. Secara umum

Tim Tujuh ini tugasnya adalah untuk menginventarisir dan menyusun nama-nama

bakal calon yang akan diajukan untuk menjadi calon anggota legislatif DPRD

Provinsi. Tim 7 (tujuh) ini terdiri atas unsur: ketua umum DPD Provinsi (yang

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

86

secara otomatis menjadi ketua tim), empat wakil ketua DPD Provinsi, sekretaris

DPD Provinsi, dan dua orang wakil sekretaris DPD Provinsi.

Adapun Tata cara pemilihan calon anggota legislatif DPRD Provinsi yang

tercantum dalam keputusan Rapimnas II Golkar adalah sebagai berikut.

1. DPD Partai Golkar Provinsi mengirimkan kepada DPD Partai Golkar

Kabupaten/Kota nama-nama para fungsionaris provinsi yang mendapat

tugas melakukan pembinaan dan penggalangan di daerah.

2. Apabila diperlukan DPD Partai Golkar Kabupaten/Kota dapat

menambahkan sebanyak-banyaknya 2 (dua) nama baru untuk menjadi

fungsionaris provinsi, di luar nama-nama fungsionaris yang dikirim DPD

Partai Golkar Provinsi.

3. DPD Partai Golkar Kabupaten/Kota dalam satu daerah pemilihan

melakukan evaluasi kinerja para fungsionaris Provinsi dalam menjalankan

tugas pembinaan dan penggalangan daerahnya

4. Dengan memperhatikan hasil evaluasi kinerja para fungsionaris provinsi

dan usul saran DPD Kabupaten/Kota yang menjadi daerah penugasan

fungsionaris, DPD Partai Golkar Kabupaten/Kota dalam satu daerah

pemilihan menyusun daftar bakal calon anggota DPRD Provinsi secara

alfabetis, sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali, dan dikirimkan kepada DPD

Partai Golkar Provinsi.

5. DPD Partai Golkar Provinsi (Ketua DPD, sekretaris, korbid OKK, korbid

PP, korda terkait) melakukan verifikasi terhadap daftar bakal calon yang

dikirimkan DPD Partai Golkar Kabupaten/Kota dalam satu daerah

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

87

pemilihan, dengan memperhatikan secara sungguh-sungguh hasil penilaian

terhadap masing-masing calon sesuai aturan pembobotan yang telah

ditetapkan guna menyusun Daftara Calon Sementara (DCS)

6. DPD Partai Golkar Provinsi berwenang mengganti nama dalam Daftar

Calon kelipatan 3 (tiga) dengan nama lain yang diambil dari daftar

penugasan fungsionaris provinsi

7. DPD Partai Golkar Provinsi menetapkan daftar calon definitif sesuai

ketentuan undang-undang dalam rapat pleno DPD Partai Golkar Provinsi.

8. DPD Partai Golkar Provinsi mengorganisir penyelesaian administrasi

pencalonan sesuai ketentuan undang-undang

9. DPD Partai Golkar Provinsi mengirimkan daftar calon definitif ke KPUD

Provinsi

Dalam menyusun daftar caleg DPRD Provinsi, ada beberapa aspek yang

harus diperhatikan oleh DPD Golkar Provinsi, yaitu :

a. Aspek pengabdian

Aspek penilaian ini meliputi pengalaman pengabdian para calon sebagai

pengurus partai, anggota fraksi, pengurus organisasi sayap, pengurus

badan dan lembaga, pengurus Ormas yang mendirikan dan didirikan

anggota kelompok kerja, kepanitiaan dalam partai, dan lain-lain.

b. Aspek penugasan fungsionaris

Aspek-aspek yang disoroti dalam penugasan fungsionaris adalah

kemampuan membina komunikasi dengan basis partai di daerah,

kemampuan memfasilitasi dan mendinaminasi kegiatan partai di daerah

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

88

penugasan, dan kemampuan memperluas dukungan partai di daerah

penugasan.

c. Aspek prestasi, pengalaman, dan pengaruh

Aspek penilaian ini dapat disoroti dari tiga indikator utama, yaitu (a)

prestasi dalam menjalankan penugasan khusus yang diberikan oleh partai,

(b) nilai ketokohan, dukungan, dan pengaruh para calon dalam masyarakat

dan (c) keaktifan membina basis partai.

d. Aspek pendidikan formal

Mengenai aspek pendidikan formal Partai Golkar menyesuaikan dengan

UU No. 10 Tahun 2008. Tetapi guna meningkatkan kualitas calon maka

Golkar menetapkan standar yang lebih, yaitu untuk DPR RI minimum S1

atau sederajat, DPRD Provinsi minimum Sarjana Muda atau D3 atau

sederajat, dan DPRD Kabupaten/Kota minimum SMA.

e. Aspek kesinambungan dan regenerasi

Dalam aspek ini Partai Golkar mengusahakan proporsi perbandingan calon

lama dan calon baru sebanyak 40% : 60%.

f. Aspek usia

Dalam aspek ini Partai Golkar menargetkan proporsi calon berdasrkan

kelompok usia, yaitu (1) ≤ 40 tahun sebanyak 25%, (2) 41-60 tahun

sebanyak 65% dan (3) 61 tahun ke atas sebanyak 10%.

g. Aspek kesetaraan gender

Dalam aspek ini Partai Golkar mentargetkan komposisi perempuan dalam

daftar caleg sebyak 30% dengan kualifikasi yang memadai.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

89

Setelah melalui tahap-tahap tersebut, DPD Partai Golkar Jawa Barat

menetapkan daftar calon anggota DPRD Provinsi Jawa Barat yang ditetapkan oleh

KPUD Jabar sebagai Daftar Calon Tetap (DCT).

Apabila melihat dari acuan rekrutmen caleg (hasil Rapimnas II) dari partai

Golkar maka tampak bahwa peran pimpinan partai sangat besar. Pimpinan partai

bersama dengan tim yang dibentuknya (tim tujuh) memiliki kewenangan yang

sangat besar dalam menentukan bakal calon terpilih. Hal ini didukung oleh acuan

pemberian skor yang tidak begitu terperinci sehingga pemberian skor sangat

leluasa untuk ditafsirkan oleh pimpinan partai.

Mengenai hal ini DG membenarkan bahwa untuk urusan seleksi, tertutup

hanya bagi tim tujuh saja. Menurutnya, hal ini disebabkan pimpinan partailah

yang lebih mengetahui kualitas bacaleg yang ada. Walupun demikian, kenyataan

ini memberikan peluang bagi rekrutmen caleg yang dimuati unsur subyektifitas

pimpinan partai.

b. Kriteria-kriteria yang Ditetapkan Partai Golkar terhadap Calon Anggota

DPRD Provinsi

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan para informan dari

Golkar, terungkap kriteria yang paling sering disebut untuk menjadi calon anggota

DPRD Provinsi adalah aspek prestasi, dedikasi, disiplin, loyalitas, dan tidak

tercela (PD2LT). Aspek inilah yang menurut mereka harus dimiliki oleh semua

calon anggota legislatif dari partai Golkar.

Partai Golkar mempunyai ketetapan mengenai kriteria-kriteria dan syarat-

syarat yang harus dipenuhi oleh mereka yang ingin mencalonkan diri sebagai

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

90

calon anggota legislatif dari Golkar. Kriteria atau syarat yang pertama adalah

sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 dan

kriteria yang kedua adalah kriteria khusus ditetapkan dan dibuat oleh Partai

Golkar guna menjadi bahan seleksi mendapatkan calon pemimpin yang

berkualitas. Adapun syarat khusus yang ditetapkan oleh Partai Golkar adalah

sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Dewan Pimpinan Pusat Partai

Golongan Karya Nomor : Kep–143/DPP/GOLKAR/II/2007 Tentang Pedoman

Penyusunan Calon Anggota DPR-RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten

/Kota Partai Golongan Karya, yaitu:

a. Telah menjadi anggota partai Golkar yang dibuktikan dengan Nomor

Pokok Anggota Golkar (NPAG) dan Kartu Anggota Partai Golkar

b. Telah aktif berjuang dalam jajaran Partai Golkar sekurang-kurangnya

10 (sepuluh) tahun bagi anggota DPR RI dan 5 (lima) tahun bagi

anggota DPRD secara terus menerus terhitung sampai dengan

pelantikan

c. Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan kader yang diselenggarakan

Partai Golkar

d. Telah melaksanakan penugasan fungsionaris di daerah dengan baik

e. Mempunyai prestasi dedikasi disiplin, loyalitas dan tidak tercela

(PD2LT)

f. Mempunyai pengaruh/dukungan yang luas di daerah

g. Memenuhi ketentuan tingkat pendidikan minimal yang ditetapkan

partai.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

91

Mengacu kepada ketentuan tersebut, DG mengungkapkan bahwa setiap

kader yang ingin mencalonkan diri sebagai bacaleg dari Partai Golkar harus

memiliki “tiket” pencalonan dengan mengikuti Orientasi Fungsionaris. Orientasi

Fungsionaris ini harus diikuti oleh mereka yang ingin menjadi bakal calon

anggota legislatif, tetapi tidak semua kader yang telah mengikuti orientasi

fungsionaris akan menjadi calon anggota legislatif, karena dari sekian banyak

yang ikut, akan diciutkan kembali menjadi sejumlah tiga kali (3X) jatah kursi oleh

DPD Provinsi.

Pengecualian keharusan mengikuti Orientasi Fungsionaris berlaku pada

kader fungsional. Apabila ada seorang atau lebih dari orang-orang yang dipilih

oleh DPD Golkar Provinsi sebagai bakal caleg DPRD Provinsi mengundurkan

atau menyatakan ketidaksiapannya, maka DPD akan menggantinya dengan kader

fungsional. Kader fungsional ini bisa berasal dari kalngan pengusaha, akademisi,

tokoh masyarakat, dsb. Mereka tidak mesti mengikuti Orientasi fungsionaris,

karena keadaannya mendesak.

Segala kriteria dan syarat yang ditetapkan Partai Golkar terhadap para

bakal calon legislatif tidak lain adalah untuk menghasilkan pemimpin (anggota

dewan) yang amanah dan mampu menjalankan segala tugas sebagai legislator,

yaitu untuk menjalankan fungsi pengawasan terhadap pemerintah, fungsi legislasi,

dan fungsi budgeting. Hal ini diamini oleh Pak Yod yang juga mengharapkan apa

yang telah dibuat oleh partai Golkar bisa bermanfaat bagi Negara dan partai

Golkar itu sendiri.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

92

Dalam rangka memperoleh calon anggota legislatif yang nantinya mampu

menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan kriteria umum dan khusus yang

ditetapkan oleh partai Golkar, maka partai Golkar menetapkan beberapa aspek

penilaian dalam hal penyeleksian bacaleg yang digunakan untuk proses skoring

yang akan dilakukan oleh Tim Tujuh. Aspek tersebut yang seperti tercantum

dalam Keputusan DPP Partai Golkar Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan

Calon Anggota DPR-RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Partai

Golkar, terdiri dari:

1. Aspek Pengabdian (bobot 35%)

Aspek ini meliputi pengabdian bakal caleg di kepengurusan DPD

Provinsi (bobot 30%), kepengurusan Ormas pendiri dan didirikan

(bobot 20%), kepengurusan Organisasi Sayap (bobot 20%), pengurus

badan dan lembaga (bobot 15%), Kelompok Kerja (bobot 10%), kader

(bobot 5%)

2. Aspek Prestasi, Pengalaman, dan Pengaruh (bobot 30%)

Aspek ini diukur menggunakan tiga indikator utama yaitu prestasi

selama menjalankan penugasan partai (bobot 40%), ketokohan dan

pengaruh dalam masyarakat (30%), keaktifan membina basis partai

(bobot 30%)

3. Aspek Penugasan Fungsionaris (bobot 25%)

Aspek ini diukur dari prestasi/keberhasilan bacaleg selama

menjalankan penugasan fungsionaris, keberhasilan itu diukur dari tiga

indikator yaitu kemampuan membina komunikasi dengan basis partai

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

93

di daerah penugasan (bobot 30%), kemampuan memfasilitasi dan

mendinamisasi kegiatan partai di daerah penugasan (bobot 35%), dan

kemampuan memperluas dukungan partai di daerah penugasan (bobot

35%)

4. Aspek Pendidikan (bobot 10%)

Aspek ini dilihat dari pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah

yang pernah dijalani calon. S2/S3 memiliki bobot 40%, S1 35%,

sedangkan SMA atau sederajat 25%.

Dari berbagai aspek penilaian tersebut tampaknya aspek pengabdian

meiliki sumbangsih yang paling signifikan dalam proses seleksi. Hal ini

dimaksudkan untuk mencegah partai memunculkan nama-nama yang “ujug-ujug”

menjadi calon tanpa adanya proses kaderisasi di partai.

Sumbangsih seorang bacaleg juga prestasinya dalam Partai Golkar

memegang peran kunci untuk meloloskannya menjadi salah satu calon anggota

legislatif. Oleh karena itu, maka aspek pengabdian, aspek prestasi, pengalaman,

pengaruh, dan aspek penugasan fungsionaris memiliki bobot yang tinggi dalam

skoring.

Dalam ketentuan pembobotan dari Partai Golkar, yang menarik adalah

aspek pendidikan yang hanya memiliki bobot 10%, yaitu bobot terkecil dalam

penilaian. Sekilas tampak bahwa aspek pendidikan kurang menjadi aspek

pertimbangan dalam penentuan rekrutmen caleg dari Partai Golkar, tetapi apabila

kita melihat daftar calon tetap calon anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari

Partai Golkar, kita bisa cukup merasa lega karena prosentase caleg yang

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

94

berpendidikan S1 dan S2 jumlahnya cukup signifikan, yaitu 22,6% untuk S2 dan

53,04% untuk S1. Angka ini cukup memberi harapan peluang terpilihnya caleg

yang berkualitas.

Tabel 3 Tingkat Pendidikan Caleg DPRD Jawa Barat

Partai GOLKAR

NO TINGKAT

PENDIDIKAN

JUMLAH

DALAM

DCT

PROSENTASE

1. S3 - -

2. S2 26 22,6%

3. S1 61 53,04%

4. D3 12 10,4%

5. D2 1 0,9%

6. SMA/Sederajat 15 13,04%

Diolah dari data DPD GOLKAR Jabar

Dalam Keputusan DPP Partai Golkar Tahun 2007 tentang Pedoman

Penyusunan Calon Anggota DPR-RI, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota Partai Golkar, walupun tidak disebutkan secara tegas, standar

minimal untuk DPRD Provinsi adalah Sarjana Muda atau D3/sederajat. Ketentuan

ini ─ sekali lagi, walau dinyatakan dengan tidak tegas ─ merupakan upaya yang

sangat bagus untuk meningkatkan kualitas calon anggota legislatif dari partai

Golkar. Tetapi tampaknya amanat itu belum terpenuhi sepenuhnya oleh DPD

Golkar Jabar, karena dari 115 orang caleg DPRD Provinsi Jabar dari Partai

Golkar, terdapat 14 orang (13,9%) yang bertingkat pendidikan dibawah

D3/sederajat.

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

95

c. Hambatan atau Kendala yang Ditemui dan Upaya Penyelesaiannya.

Ketika ditanya masalah kendala yang dialami oleh Partai Golkar, DG

mengungkapkan bahwa praktis tidak ada kesulitan yang berarti yang ditemui oleh

DPD Golkar Jabar dalam proses rekrutmen calon anggota DPRD Provinsi Jawa

Barat. Ia hanya menyebutkan bahwa yang mungkin menjadi kendala adalah

masalah persyaratan administrasi bacaleg. Hal ini terutama pada saat Partai

Golkar akan mengganti bacaleg yang mengundurkan diri setelah Daftar Calon

Sementara. Kesulitan itu terletak pada waktu yang mepet yang dibutuhkan oleh

calon pengganti. Oleh karena itu, Partai Golkar Jabar tidak mencari pengganti

mereka yang mengundurkan diri dari pencalonan, dengan alasan masalah waktu

dalam pemenuhan berkas-berkas persyaratan administrasi calon.

Sementara itu, TY yang merupakan caleg DPRD yang juga sekaligus

sebagai salah satu pengurus di DPD Golkar Jabar mengatakan bahwa saat ini

perempuan masih sulit bersaing dengan laki-laki. Keterwakilan perempuan saat

ini dirasakan masih kurang. Sehingga tidak heran apabila sampai saat ini Golkar

belum mampu untuk memenuhi 30% kuota perempuan untuk calon anggota

legislatif.

Apabila kita melihat komposisi calon anggota DPRD Provinsi Jawa Barat

dari Partai Golkar yang ada saat ini, apa yang disampaikan oleh TM terbukti.

Rata-rata per daerah pemilihan di Jawa Barat jumlah perempuan dalam DCT

DPRD Jabar Partai Golkar adalah 26,9%. Sedangkan apabila kita melihat jumlah

perempuan dalam DCT DPRD Jawa Barat Partai Golkar secara keseluruhan, ada

31 orang (26,9%) caleg perempuan dari 115 orang caleg. Hal ini menunjukan

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

96

bahwa amanat hasil RAPIMNAS II dan UU No. 10 Tahun 2008 belum berhasil

dipenuhi oleh DPD Golkar Jabar.

Menurut DG, tidak terpenuhinya 30% perempuan adalah dikarenakan

sejak awal Partai Golkar sudah menerapkan sistem suara terbanyak, sehingga

banyak fungsionaris perempuan Partai Golkar yang merasa tidak mampu bersaing

dengan laki-laki.

Tabel 4

Rata-rata caleg perempuan DPRD Jabar Partai HANURA

No. DAPIL

JUMLAH CALEG

PEREMPUAN (%)

1 JABAR I 25%

2 JABAR II 23,1%

3 JABAR III 23,1%

4 JABAR IV 28,6%

5 JABAR V 20%

6 JABAR VI 36,4%

7 JABAR VII 25%

8 JABAR VIII 25%

9 JABAR IX 36,4%

10 JABAR X 37,5%

11 JABAR XI 15,4%

Rata-rata Per Dapil 26,9%

Diolah dari data KPU

Adapun upaya yang coba dilakukan oleh Partai Golkar, guna

meningkatkan partisipasi politik kaum perempuan, adalah dengan memanfaatkan

lembaga atau organisasi yang ada dalam Golkar. Himpunan Wanita Karya

(HWK) dan Kelompok Perempuan Partai Golkar (KPPG) dioptimalkan untuk

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

97

meningkatkan partisipasi perempuan dan mempersiapkan kader-kader yang siap

dicalonkan menjadi calon anggota legislatif.

2. Rekrutmen Calon Anggota DPRD Provinsi dari Partai Hati Nurani

Rakyat

a. Mekanisme dan Pola Rekrutmen Calon Anggota DPRD Provinsi

Sistem rekrutmen calon anggota DPRD Provinsi dari Partai Hanura

sifatnya terbuka, dalam arti bahwa Partai Hanura membuka pendaftaran bagi

masyarakat yang ingin menjadi anggota DPRD Provinsi. Hal ini sesuai dengan

yang tercantum dalam Pasal 13 ayat (1) dan (2) Peraturan Organisasi Dewan

Pimpinan Pusat Hanura No: 008/DPP-HANURA/V/2008 tentang Penyeleksian

Bakal Calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota atau

biasa disingkat dengan “PO 008”, yaitu :

(1) Partai Hati Nurani Rakyat membuka kesempatan bagi anggota masyarakat yang belum menjadi anggota Partai Hanura untuk mencalonkan diri sebagai bakal calon anggota legislatif dari Partai Hanura dengan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Mengisi formulir pendaftaran b. Memenuhi persyaratan administrasi yang ditentukan c. Pada kesempatan pertama, mendaftarkan diri menjadi anggota

Partai Hanura di kantor DPC yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota, sebelum batas akhir pendaftaran Bacaleg

d. Mampu dan bersedia memberikan kontribusi untuk membesarkan partai

(2) Anggota masyarakat yang bukan pengurus Partai Hanura sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, adalah karena ketokohan/keilmuan/pengaruhnya di tengah-tengah masyarakat, dapat member nilai tambah bagi Partai

Berdasarkan ketentuan itu maka Partai Hanura tidak hanya merekrut calon

anggota legislatif (DPR, DPRD Provinsi, maupun DPRD Kabupaten/Kota) dari

internal partai saja, tetapi juga dari eksternal partai. Walaupun demikian, karena

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

98

undang-undang mengharuskan seorang caleg berasal dari partai politik, maka

mereka yang dari eksternal partai pun terlebih dahulu harus menjadi anggota

partai yang ditunjukan dengan kartu tanda anggota Partai Hanura.

Menurut DY, banyaknya masyarakat yang mendaftarkan diri ke Hanura

untuk menjadi caleg merupakan suatu bukti bahwa Partai Hanura dipercaya oleh

masyarakat. Oleh karena itu, tidak ada upaya yang dilakukan oleh partai untuk

membatasi jumlah pendaftar.

Bagi mereka yang mendaftarkan diri ke Hanura untuk menjadi bakal calon

anggota legislatif harus memenuhi persyaratan-persyaratan dan kelengkapan

administrasi sesuai yang diatur oleh pasal 50 Undang-undang No. 10 Tahun

2008. Selain itu terdapat pula persyaratan khusus yang ditetapkan oleh Partai

Hanura terhadap bakal calon, yaitu :

1. Setiap anggota Partai Hanura, pengurus atau bukan pengurus, yang

memenuhi syarat sebagaimana yang terdapat dalam pasal 50 UU No. 10

Tahun 2008 dapat mencalonkan diri menjadi bakal calon anggota DPR,

DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, dengan mengisi formulir

pendaftaran yang telah disiapkan di Tim Pendaftaran DPP/DPD/DPC

masing-masing, selanjutnya melengkapi administrasi persyaratan yang

telah ditetapkan, sebelum batas waktu yang ditentukan.

2. Para bakal calon anggota legislatif dari Partai Hanura harus menyatakan

diri untuk selalu tunduk dan taat pada semua aturan perundang-undangan

yang berlaku dan AD/ART serta keputusan partai, selalu berupaya keras

untuk melaksanakan misi partai bagi terwujudnya visi partai, meyatakan

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

99

kesediaannya untuk berjuang di bawah bendera partai, siap untuk mandiri

dan bekerjasama dalam melaksanakan kerja politik Bacaleg/Caleg, serta

siap mengikuti Diklat Kader, Diklat Calon Legislatif dan penataan juru

kampanye, serta ketentuan-ketentuan lain yang terkait dengan keharusan

setelah ditetapkan dan terpilih sebagai anggota legislatif Partai Hanura.

3. Menyerahkan biodata lengkap sesuai formulir yang telah disediakan

4. Menyerahkan paspoto berwarna terbaru ukuran 2x3 cm, 3x4 cm, dan 4x6

cm masing-masing 10 lembar; dianjurkan dalm pose memakai jaket/jas

atau kemeja Hanura denagn latar belakang warna putih

5. Membayar uang administrasi pendaftaran sebesar Rp. 2.000.000,- untuk

Bacaleg DPR, Rp. 1.000.000,- untuk bacaleg DPRD Provinsi, dan Rp.

500.000,- untuk Bacaleg DPRD Kabupaten/Kota.

Berdasarkan UU No. 10 Tahun 2008, daftar bakal calon anggota DPRD

Provinsi ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Partai Tingkat Provinsi. Aturan itu

yang menjadi landasan penyeleksian dan penetapan Bacaleg DPRD Provinsi

Partai Hanura. DPD Hanura Provinsi memiliki kewenangan untuk menyeleksi dan

menetapkan bakal calon anggota DPRD Provinsi, tetapi untuk pengisiannya

melibatkan Dewan Pimpinan Cabang.

Atas dasar kemandirian, kebersamaan, kerakyatan dan penguatan isu lokal,

Partai Hanura menerapkan pengisian bakal calon anggota legislatif dengan sistem

60% : 40%. Untuk pengisian bakal calon anggota DPR RI hak kuota 60% ada di

tangan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Hanura, sedangkan sisanya (40%) dimiliki

oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD), untuk pengisian DPRD Provinsi, 60% ada

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

100

di tangan DPD dan 40% dari Dewan Pimpinan Cabang (DPC), sedangkan untuk

pengisian DPRD Kabupaten atau Kota, 60% dari DPC dan 40% dari PAC.

Oleh karena itu untuk Pengisian Bacaleg DPRD Provinsi: 60% di tangan

Dewan Pimpinan Daerah dan 40% dari Dewan Pimpinan Cabang. Tetapi apabila

Dewan Pimpinan Daerah (dengan kuota 60%) tidak mampu memenuhi

kewenangannya untuk mengisi haknya, maka boleh meminta kepada DPC untuk

mengisi kekurangnnya. Begitu juga sebaliknya, apabila DPC tidak mampu

memenuhi 40% haknya, maka sisa kuota dipenuhi oleh DPD.

Rekrutmen bakal calon anggota DPRD dari Partai Hanura

pengorganisasiannya diserahkan kepada Panitia Bakal Caleg Daerah, yaitu

organisasi yang bertanggungjawab atas kelangsungan keseluruhan aksi Bacaleg di

tingkat kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah dengan komposisi:

a. Ketua,

b. 2 (dua) orang Wakil Ketua,

c. 1 (satu) orang sekretaris,

d. 2 (dua) s/d 4 (empat) orang Wakil Sekretaris

Panitia tersebut dikenal dengan nama “Tim Sembilan” yang bertugas

untuk mengurusi masalah rekrutmen caleg dari penerimaan, penyeleksian, sampai

kepada pengawasan. Sedangkan menurut pasal 17 ayat (5) PO No. 8 Partai

Hanura tugas-tugas dari Panitia seleksi adalah sebagai berikut.

a. Memimpin dan mengarahkan semua organisasi yang dapat di bawah kendalinya untuk dapat melakukan semua proses seleksi dengan efektif dan efisien

b. Memberitahukan surat pemberitahuan kepada para pengurus satu tingkat di bawah untuk mengirimkan jumlah riil bakal calon yang harus diajukan guna memenuhi kuota (alokasi maksimal) 40 %,

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

101

termasuk jumlah keterwakilan perempuan, kelengkapan persyaratan, serta batas waktunya.

c. Mengajukan bakal calon anggota legisltif yang akan diajukan untuk menjadi bakal calon anggota legislatif di tingkat yang lebih tinggi (kuota 40%), setelah diputuskan oleh seleksi caleg di tingkat kepengurusan tersebut.

d. Menerima pengajuan daftara nama calon anggota DPRD dari kepengurusan satu tingkat di bawahnya (setelah melalui seleksi Bacaleg di tingkat kepengurusan tersebut), selanjutnya diajukan kepada Tim Seleksi Bakal Caleg untuk dibahas. Berikutnya menerbitkan surat persetujuan tertuis kepada pengurus ybs, setelah disepakati oleh Tim Seleksi Bacaleg.

e. Memproses penerbitan surat keputusan daftar bakal calon anggota DPR/DPRD sesuai nama dan urutan yang telah diputuskan Tim Seleksi Bacaleg, dengan ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekjen di tingkat pusat, atau oleh ketua dan sekretaris di tingkat daerah dan cabang.

f. Mengajukan daftar bakal calon anggota DPR/DPRD berikut dengan persyaratan yang ditentukan kepada KPU atau KPUD Provinsi atau KPUD Kabupaten/Kota sesuai tingkatannya.

g. Mengikuti secara cermat perkembangan verifikasi yang dilakukan KPU atau KPUD Provinsi atau KPU

h. Melngkapi atau memperbaiki persyaratan yang kurang tau perlu diperbaiki sebelum batas waktunya

i. Mengajukan pergantian akal calon yang perlu dilakukan j. Menginformasikan kepada kepengurusan terkait tentang

perkembangan proses penyusunan calontetap anggota DPR/DPRD yang dilakukan KPU/KPUD Provinsi/KPUD Kabupaten atau Kota.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka tugas Tim Sembilan yang penting

adalah mengajukan hak kuota 40% untuk mengisi bakal calon anggota DPR RI

kepada Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Hanura setelah diputuskan oleh Tim Seleksi

Caleg di DPD, menerima bakal calon anggota DPRD Provinsi dari Dewan

Pimpinan Cabang (dengan kuota 40%), serta melakukan penyeleksian untuk

mendapatkan bakal calon anggota DPRD Provinsi (dengan kuota 60%).

Dalam melaksanakan tugasnya, Panitia Seleksi Bacaleg membawahi

organisasi-organisasi seperti:

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

102

1. Tim Penerimaan Pendaftaran Bacaleg

Tim ini bertanggungjawab untuk menerima pendaftaran Bacaleg dan

melakukan pemberkasan kelengkapan administrasinya; selanjutnya

mengajukannya kepada Tim Seleksi Bacaleg untuk diseleksi.

2. Tim seleksi Bacaleg

Tim ini bertanggungjawab atas penyeleksian para bakal calon anggota

legislatif untuk mendapatkan urutan bakal calon anggota legislatif yang

benar-benar menguasai visi dan misi partai, program perjuangan partai,

serta dapat memberi nilai tambah bagi upaya pemenangan pemilu Partai

Hanura, dan dapat menjadi wakil rakyat yang baik, peka, peduli dan

menguasai permasalahan rakyat di daerah pemilihannya, di lingkungan

daerah di mana daerah pemilihannya berada, dan di tingkat nasional.

3. Badan Pengawas

Tim ini bertanggungjawab untuk mengawasi proses pendaftaran,

pemberkasan dan tata cara kerja penyeleksian, untuk dapat menjamin

bahwa semuanya berlanhsung secara demokratis dan terbuka, serta bebas

dari kolusi, politik uang dan nepotisme.

Tim Seleksi Bacaleg Daerah melakukan berbagai macam sidang,

diantaranya adalah sidang seleksi Bacaleg DPR, sidang seleksi Bacaleg DPRD

Provinsi Tahap I, Sidang Bacaleg DPRD Provinsi Tahap II, dan sidang

pembahasan Bcalaeg DPRD Kabupaten/Kota. Sidang yang berhubungan dengan

rekrutmen bakal calon anggota DPRD Provinsi adalah sidang seleksi bacaleg

DPRD Provinsi tahap I dan tahap II.

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

103

Pada sidang seleksi Bacaleg DPRD Provinsi tahap I yang dibahas adalah

penyeleksian untuk mengisi kuota 60% yang menjadi hak DPD. Sidang ini

dilakukan per daerah pemilihan, satu persatu. Di dalamnya berisi kegiatan

interview terhadap bacaleg, penilaian dengan menggunakan sosiometri, dan

proses skoring yang dilakukan oleh tim Sembilan.

Sidang lainnya adalah sidang seleksi bacaleg Provinsi tahap II. Sidang ini

bertujuan untuk menggabungkan 60% Bacaleg kewenangan DPD dengan

kuota/alokasi maksimal 40% DPC. Sidang ini dilaksanakan per daerah pemilihan,

satu persatu setelah diterima pengajuan 40% nama-nama bacaleg dari DPC.

Setelah didapat kesepakatan bersama antara peserta sidang, maka disahkanlah

hasil daftar bakal calon sementara yang nantinya akan diajukan ke KPUD

Provinsi.

Dalam sidang yang disebutkan di atas peranan Tim Seleksi Bakal Caleg

Daerah atau disebut juga dengan Tim Sembilan sangat dominan. Mereka lah yang

menyeleksi lewat skoring yang acuannya telah ditetapkan oleh partai, tetapi

menurut informasi yang penulis dapatkan dari orang internal partai, hasil skoring

tersebut tidak diumumkan kepada bacaleg. Setelah hasil sidang keluar tentang

siapa yang lolos seleksi dan nomor urutnya, ternyata hasil tersebut bisa berubah

lagi. Hal inilah yang membuat terdapatnya kesempatan untuk melakukan praktik-

praktik yang tidak bertanggungjawab.

Setelah melalui proses rekrutmen yang disampaikan di atas, DPD Hanura

Jawa Barat akhirnya menyerahkan daftar bacaleg beserta nomor urut ke Komisi

Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jawa Barat untuk dijadikan Daftar Calon

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

104

Sementara (DCS) yang kemudian akan dipublikasikan kepada masyarakat untuk

ditanggapi dalam masa uji publik. Dalam Uji Publik, apabila ada tanggapan dari

masyarakat terhadap bacaleg dari Hanura maka DPD akan menanggapi dan

mengurusinya. Menurut FF tindakan yang diambil nanti bisa tetap

mempertahankan calon yang bersangkutan, menggantinya dengan bacaleg lain,

atau hanya mencoret bacaleg tersebut dengan tanpa diganti leh bacaleg lain.

Setelah Uji Publik selesai maka KPUD Provinsi Jawa Barat menetapkan Daftar

Calon Tetap (DCT) untuk semua partai.

b. Kriteria-kriteria yang Ditetapkan Partai terhadap Caleg

Seperti yang telah disebutkan di muka bahwa sistem rekrutmen yang

diterapkan oleh Partai Hanura bersifat terbuka, bagi internal partai maupun

eksternal partai. Tetapi karena aturan hukum yang mengharuskan caleg berasal

dari partai politik, maka mereka yang bukan merupakan anggota partai pun

terlebih dahulu harus masuk menjadi bagian dari kader partai yang dibuktikan

dengan kartu tanda anggota yang bisa didapat dari Dewan Pimpinan Cabang

setempat.

Kriteria yang ditetapkan oleh Hanura ada dua jenis. Pertama, kriteria

umum yang semuanya tercantum dalam Pasal 50 UU No. 10 Tahun 2008. Kedua,

kriteria khusus yang dibuat oleh Hanura sendiri. Kriteria ini ditetapkan guna

mendapakan calon yang benar-benar menguasai Visi dan Misi Partai, program

perjuangan partai, serta dapat menjadi wakil rakyat yang baik, peka perduli dan

menguasai permasalahan rakyat di daerah pemilihannya, di lingkungan daerah

dimana dia berada, dan tingkat nasional.

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

105

Kriteria yang ditetapkan oleh Partai Hanura maupun partai lainnya tentu

saja beranjak dari penilaian terhadap anggota legislatif yang saat ini sedang

menjabat dan pandangan mengenai caleg ideal. Menurut DY Figur yang

dibutuhkan untuk mengisi jabatan anggota DPRD Provinsi adalah yang amanah,

yaitu orang yang tidak lupa akan siapa yang membuatnya menjadi calon anggota

legislatif. Karena saat ini menurutnya banyak orang yang sudah menjadi anggota

dewan lupa akan masyarakat dan teman-teman separtainya pada saat bersama-

sama menjadi caleg. Sementara HI menyebutkan bahwa figur yang dibutuhkan

adalah yang cerdas, pintar dan bertanggungjawab terhadap jabatannya.

Adapun kriteria-kriteria itu adalah:

1. Jabatan di kepengurusan partai

2. Tingkat pendidikan umum

3. Tingkat pendidikan dan pelatihan partai

4. Kontribusi kinerja selaku pejabat fungsional partai

5. Kontribusi jaringan/popularitas

6. Kontribusi intelektual/ide bagi kemajuan partai dan masyarakat

7. Kontribusi logistik untuk membesarkan partai

8. Ketidaktercelaan di tengah-tengah masyarakat

9. Penguasaan situasi dan kondidi daerah pemilihan

10. Kemampuan memimpin dan bekerjasama

Kriteria ini pula yang menjadi acuan dalam proses penyeleksian caleg

Partai Hanura. Sepuluh parameter ini dijabarkan lagi menjadi beberapa indikator

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

106

yang digunakan oleh tim Sembilan dalam proses skoring yang digunakan untuk

menyeleksi semua pendaftar (bacaleg) yang ada.

Tabel 5 Acuan Skoring Partai HANURA

NO. FAKTOR NILAI

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

1

Jabatan Kepengurusan Partai

a. Ketua DPD/Waket DPP x

b. Sek/Waket/ Bend DPD/Ket DPC x

c. Sek/Waket/Bend DPC/Ket Biro DPD/ Wanhat DPC

x

d. Ket Oryap/Bag DPC/Sek/Bend PAC/Ket Ranting

x

e. Unsur Ortom x

2

Tingkat Pendidikan Umum

a. S3 x

b. S2 x

c. S1 x

d. D3 x

e. SMA/Sederajat x

3

Tingkat Pendidikan dan Latihan Partai

a. Utama x

b. Madya x

c. Muda x

d. Pratama x

4

Kontribusi Kinerja Selaku Pejabat Fungsional Partai

a. Sangat tinggi x

b. Tinggi x

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

107

c. Sedang x

d. Kurang x

e. Sangat kurang x

f. Tidak aktif x

5

Kontribusi Jaringan/Populeritas

a. sangat dikenal x

b. Dikenal x

c. Sedang x

d. Kurang dikenal x

e. Sangat kurang dikenal x

f. Tidak dikenal x

Kontribusi Intelektual/ Ide bagi Kemajuan Partai dan Mayarakat

6

a. Sangat tinggi x

b. Tinggi x

c. Sedang x

d. Kurang x

e. Sangat Kurang x

f. Tidak ada x

7

Kontribusi Logistik untuk Membesarkan Partai

a. Sangat tinggi x

b. Tinggi x

c. Sedang x

d. Kurang x

e. Sangat kurang x

8

Ketidaktercelaan di Tengah-tengah Masyarakat

a. Sangat tinggi x

b. Tinggi x

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

108

c. Sedang x

d. Kurang x

e. Sangat kurang x

9

Penguasaan Situasi dan Kondisi Daerah Pemilihan

a. Sangat tinggi x

b. Tinggi x

c. Sedang x

d. Kurang x

e. Sangat kurang x

10

Kemampuan Memimpin dan Bekerjasama

a. Sangat kooperatif x

b. Kooperatif x

c. Sedang x

d. Kurang kooperatif x

e. Sangat kurang kooperatif x

Ketika ditanyakan tentang kriteria yang sangat berpengaruh dalam proses

skoring, GS merasa bahwa aspek tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam

seleksi. Dalam acuan skoring yang bisa kita lihat dari tabel 5 di atas, memang

aspek pendidikan memiliki sumbangan skor yang cukup signifikan.

Dari DCT DPRD Jawa Barat Partai HANURA yang berjumlah 70 orang,

yang berpendidikan sampai S2 sebanyak 14 orang (20%), yang berpendidikan S1

sebanyak 34 orang (48,6%), D3 sebanyak 8 orang (11,4%), D2 hanya 1 orang

(1,4%), dan SMA/sederajat sebanyak 13 orang (18,6%).

Melihat komposisi caleg berdasarkan tingkat pendidikannya tampaknya

bagi Partai Hanura yang membuka pendaftaran seluas-luasnya kepada masyarakat

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

109

dalam rekrutmen bacaleg, tingkat pendidikan menjadi salah satu kriteria yang

cukup diprioritaskan. Tetapi apabila melihat per daerah pemilihan, ada salah satu

dapil yang kurang mencerminkan semangat tersebut. Pada dapil Jabar VII,

komposisi caleg terdiri dari 5 (lima) orang (71,4%) lulusan SMA/sederajat, 1

(satu) orang (14,3%) lulusan S1, dan 1 (satu) orang (14,3%) bergelar S2.

Tabel 6 Tingkat Pendidikan Caleg DPRD Jawa Barat

Partai HANURA

NO TINGKAT PENDIDIKAN

JUMLAH DALAM

DCT PROSENTASE

1. S3 - -

2. S2 14 20%

3. S1 34 48,6%

4. D3 8 11,4%

5. D2 1 1,4%

6. SMA/Sederajat 13 18,6% Diolah dari data DPD HANURA Jabar

c. Hambatan dan Kendala yang Ditemui dan Upaya Penyelesaiannya.

Kendala yang dihadapi oleh DPD Hanura Jabar maupun caleg umumnya

berkisar antara persyaratan administrasi yang lumayan ribed untuk mengurusinya.

Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh GK yang menyebutkan bahwa persyaratan

administrasi yang harus dipenuhi oleh calon itu lumayan banyak dan lumayan

rumit untuk mengurusinya. Di sisi lain, dengan banyaknya persyaratan

administrasi yang harus dipenuhi oleh mereka yang mendaftar juga membuat tim

penerima pendaftaran dan tim penyeleksi kerepotan, apalagi menurut DY bahwa

tidak ada upaya partai untuk membatasi jumlah pendaftar supaya tidak terlalu

banyak. Ini membuat tim seleksi dibuat kerepotan, karena bagaimanapun juga

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

110

persyaratan administrasi yang disampaikan oleh mereka yang mendaftar harus

diperiksa terlebih dahulu.

Rekrutmen caleg di Hanura, baik caleg DPR, DPRD Povinsi, maupun

DPRD Kabupaten/Kota, diatur dalam suatu mekanisme kerja yang berasal dari

pengurus pusat, yaitu dalam Peraturan Organisasi No 008 tentang penyeleksian

bakal calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/kota. Tetapi

implementasinya diserahkan kepada panitia penyeleksi.

Menurut FF bahwa PO 008 dibuat untuk menjadi kerangka acuan bagi

terciptanya proses rekrutmen caleg yang demokratis. Tetapi memang prakteknya

dikembalikan lagi kepada orang-orang yang diberi amanah dalam

mengimplementasikannya, yang dalam konteks ini adalah Tim Seleksi Bacaleg.

Masih menurut FF bahwa dirinya tidak bisa menafikan aspek subjektifitas seperti

pertemanan dan kedekatan atau bahkan mungkin uang yang masih meliputi proses

rekrutmen bacaleg dari Partai Hanura karena menurutnya dinamika partai

dimanapun hampir sama.

Hal yang dikemukakan oleh FF diperkuat juga oleh HI yang mengatakan

bahwa dalam proses rekrutmen caleg pasti selalu terdapat tarik menarik

kepentingan. Nomor urut yang telah ditetapkan oleh sidang seleksi bakal caleg

bisa berubah sewaktu-waktu tergantung dari pimpinan sidang (pimpinan partai

pada suatu Dewan Pimpinan Partai). Menurutnya demokratis tidaknya rekrutmen

caleg tidak cukup hanya dengan acuan yang sudah cukup bagus seperti PO 008,

tetapi juga tergantung kepada pelaksananya terutama pimpinan partai.

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

111

Selain masalah subjektifitas pimpinan partai terdapat pula masalah yang

berhubungan dengan perempuan. Selama ini DPD Hanura Jabar lumayan

kesulitan dalam mendapatkan caleg perempuan. Untuk memenuhi kuota 30%

caleg perempuan, Partai Hanura mengalami kesulitan yang menurut DY mungkin

disebabkan rasa pesimistis para perempuan untuk menjadi caleg. Akhirnya Partai

Hanura hanya bisa mengajak dan menawarkan kepada masyarakat (perempuan)

untuk menjadi caleg, sedangkan untuk seterusnya memaksimalkan pendaftar yang

tersedia.

Dari daftar calon tetap anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari partai

Hanura, bisa kita lihat bahwa hanya satu dapil, yaitu dapil VIII, dimana Partai

Hanura mampu memenuhi kuota minimal 30% perempuan (33,3%), sedangkan

untuk sepuluh dapil sisanya belum. Rata-rata prosentase tiap dapil untuk caleg

perempuan adalah 19,12% dan prosentase dari keseluruhan caleg yang ada

(DPRD Jabar) adalah 20%. Hal ini menandakan bahwa saat ini memang partai

Hanura memiliki kesulitan dalam mendapatkan caleg perempuan.

Tabel 7

Rata-rata caleg perempuan DPRD Jabar Partai HANURA

No. DAPIL CALEG

PEREMPUAN

1 JABAR I 16,7%

2 JABAR II 20%

3 JABAR III 20%

4 JABAR IV 28,6%

5 JABAR V 0%

6 JABAR VI 25%

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

112

7 JABAR VII 14,3%

8 JABAR VIII 33,3%

9 JABAR IX 20%

10 JABAR X 20%

11 JABAR XI 12,5%

Rata-rata Per Dapil 19,12%

Diolah dari data KPU

Ketika ditanya masalah solusi untuk mengatasi masalah ini, DY

mengatakan bahwa usaha yang dilakukan adalah dengan menyosialisasikan

kepada masyarakat bahwa Hanura membuka pendaftaran bagi masyarakat umum

lewat media masa. Dengan cara seperti itu diharapkan banyak perempuan yang

mau bergabung menjadi caleg dari Partai Hanura. Tetapi untuk saat ini tampaknya

memang kuota 30% perempuan belum bisa dipenuhi oleh Hanura.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Mekanisme dan Pola Rekrutmen dari Partai Golkar dan Hanura

Partai politik dan parlemen (legislatif) merupakan dua aktor utama

masyarakat politik, yang memperoleh mandat dari masyarakat sipil, berperan

mengorganisir kekuasaan dan meraih kontrol atas negara untuk kepentingan

masyarakat. Peran partai politik itu diletakkan dalam arena pemilihan umum, yang

di dalamnya terjadi kompetisi antarpartai dan partisipasi politik masyarakat sipil

untuk memberikan mandat pada partai atau kandidat pejabat politik yang

dipercayainya. Mengikuti logika demokrasi, para pejabat politik (legislatif dan

eksekutif) ─ yang telah memperoleh mandat melalui partisipasi politik masyarakat

dalam pemilu ─ harus mengelola sumberdaya ekonomi-politik (kekuasaan dan

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

113

kekayaan) bersandar pada prinsip transparansi, akuntabilitas dan responsivitas

untuk masyarakat. Dengan kalimat lain, jabatan-jabatan politik yang diperoleh

dari mandat masyarakat itu bukan untuk kepentingan birokrasi, parlemen dan

partai politik sendiri, melainkan harus dikembalikan secara akuntabel dan

responsif untuk masyarakat. Prinsip ini sangat penting untuk diwacanakan dan

diperjuangkan karena secara empirik membuktikan bahwa pemerintah, parlemen

dan partai politik menjadi sebuah lingkaran oligharki yang jauh dari masyarakat.

Di sisi lain partai politik dan pemilihan umum merupakan tempat yang

paling tepat untuk proses rekrutmen politik, dalam rangka mengorganisir

kekuasaan secara demokratis. Rekrutmen merupakan arena untuk membangun

kaderisasi, regenerasi, dan seleksi para kandidat serta membangun legitimasi dan

relasi antara partai dengan masyarakat sipil. Selama ini ada argumen bahwa

rekrutmen politik merupakan sebuah proses awal yang akan sangat menentukan

kinerja parlemen (legislatif). Jika sekarang kapasitas dan legitimasi DPRD sangat

lemah, salah satunya penyebabnya adalah proses rekrutmen yang buruk.

Dari hasil penelitian yang didapatkan oleh penulis, maka ada hal yang

paling menonjol antara pola rekrutmen caleg dari Partai Golkar dengan pola

rekrutmen dari Partai Hanura. Partai Golkar secara umum merekrut hanya terbatas

kepada internal partai saja ─ walaupun ada ketentuan yang memungkinkan untuk

merekrut dari luar ─ sedangkan Partai Hanura terbuka untuk semua, baik dari

internal maupun eksternal partai.

Partai Golkar melakukan pola rekrutmen yang terbatas tersebut, memang

memiliki beberapa alasan yang memungkinkannya tidak perlu membuka

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

114

pendaftaran untuk umum. Partai Golkar adalah partai yang saat ini merupakan

partai terbesar dengan jumlah kader yang sangat banyak. Pengkaderan yang telah

dilaksanakannya pun sudah cukup panjang karena ia adalah partai lama, yang

walaupun baru mendeklarasikan diri sebagai partai pada tahun 1999, tetapi secara

nyata Golkar sudah ada sejak tahun 1964. Jadi, kalau saat ini Partai Golkar hanya

merekrut kader internal partai untuk menjadi calon anggota legislatif hal itu

memiliki alasan yang kuat, terutama jika melihat kuantitas kader potensial yang

ada.

Apabila melihat kuantitas kader, Partai Hanura yang membuka

pendaftaran untuk umum yang mau menjadi caleg juga memiliki alasan yang kuat.

Partai ynag relatif baru ini, walaupun potensial meraup suara yang cukup

signifikan dalam pemilu 2009, tetapi saat ini belum memiliki kader potensial yang

terlalu banyak. Proses pengkaderannya pun belum lama, karena partai ini baru

didirikan pada tahun 2006. Maka tidak heran apabila Partai Hanura tidak hanya

merekrut dari kalangan internal partai saja, tetapi dari luar juga.

Perbedaan bentuk rekrutmen antara Partai Golkar yang terbatas hanya

kepada internal partai saja dan Partai Hanura yang membuka akses selebar-

lebarnya bagi masyarakat umum tidak menjadikannya sebagai perbedaan antara

rekrutmen politik yang terbuka dan tertutup. Hal ini bisa kita lihat dari pendapat

Lili Romli (2005) yang menyebutkan bahwa suatu rekrutmen dikatakan terbuka

apabila seluruh warga negara tanpa kecuali mempunyai kesempatan yang sama

untuk direkrut apabila yang bersangkutan telah memenuhi syarat-syarat yang telah

ditentukan. Sedangkan rekrutmen tertutup adalah proses rekrutmen secara

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

115

terbatas, yaitu hanya individu-individu tertentu saja yang dapat direkrut untuk

menduduki jabatan politik atau jabatan pemerintahan. Dalam konteks rekrutmen

secara tertutup ini maka individu-individu yang dekat dengan penguasa atau

pemimpin politiklah yang mempunyai kesempatan untuk masuk dalam partai

politik atau menduduki jabatan politik. Kedekatan itu bisa berdasarkan hubungan

darah, persamaan darah, golongan, etnis, persahabatan, almamater, dan

sebagainya. Jadi perbedaan ini hanya menyangkut pembatasan sumber bacaleg

yang ditetapkan partai.

Apabila kita melihat acuan mekanisme rekrutmen caleg yang ada dalam

tubuh partai, tampaknya porsi kewenangan dan pengaruh sangat besar sekali

diberikan kepada pimpinan partai. Hal demikian membuat seleksi yang

dilaksanakan oleh Partai Golkar maupun Hanura bersifat tertutup dan sangat

memungkinkan aspek subyektifitas pimpinan menjadi bagian dalam

mempengaruhi hasil seleksi.

Rekrutmen caleg dari kalangan internal partai memiliki keunggulan dalam

beberapa hal, terutama menyangkut kualitas kepartaian yang dimiliki oleh si

caleg. Orang-orang dari internal partai tentu saja sudah melalui jenjang

pengkaderan yang cukup lama dan intensif dibandingkan dengan calon dari luar

partai. Hal ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap pengenalan, pemahaman,

serta internalisasi visi-misi partai. Mengenai masalah ini, Cecep Darmawan

(2008) berpendapat bahwa:

keunggulan dari rekrutmen internal dapat memberikan jaminan adanya internalisasi nilai visi dan misi partai politik. Setidaknya, setelah mereka menjalani dan bergerak dalam struktur partai politik dalam beberapa waktu sebelumnya dapat dijadikan pengalaman penting

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

116

dalam memahami seluk beluk partai atau dinamika politik. Dengan kata lain, orang seperti ini akan merasakan bagaimana rasanya sebagai pemain politik dalam panggung politik yang sebenarnya.

Keunggulan individu yang berasal dari internal parpol seperti diungkapkan

oleh Cecep Darmawan tersebut tidak menjamin sepenuhnya caleg yang

bersangkutan berkualitas. Hal tersebut tentu sangat terkait dengan kualitas

rekrutmen untuk internal parpol itu sendiri dan juga berjalan tidaknya serta

berkualitas tidaknya pengkaderan partai.

Sementara itu, banyak pihak yang menilai bahwa rekrutmen caleg dari luar

partai banyak mengandung kelemahan. Individu dari luar partai belum teruji

jenjang karir politiknya dan diragukan bisa memberikan kontribusi yang cukup

berarti di tengah percaturan politik yang syarat dengan tarikmenarik kepentingan.

Selain itu, karena berasal dari luar partai, mereka tentu saja tidak memiliki

kedekatan atau ikatan ideologis dengan partai.

Harus diakui bahwa rekrutmen caleg dari luar partai juga mendatangkan

beberapa keuntungan. Populeritas adalah sesuatu yang dicari dalam merekrut

orang-orang di luar partai. Kehadiran mereka dipergunakan partai untuk

mendulang suara semaksimal mungkin. Maka tidak heran apabila akhirnya

banyak tokoh masyarakat ataupun orang-orang populer yang memiliki jaringan

yang luas berhasil menjadi caleg walupun sebelumnya ia tidak berpartai.

Ketika diwawancara di kantornya, peneliti politik yang sekaligus juga

sebagai Dosen UNPAD, Arry Bainus, berpendapat bahwa rekrutmen terhadap

orang di luar partai akan mendatangkan keuntungan bagi partai, karena dengan

begitu partai akan mendapatkan anggota yang berasal dari berbagai latar belakang,

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

117

seperti purnawirawan, tokoh masyarakat, dosen, guru besar, dan sebagainya,

tetapi loyalitas mereka terhadap partai akan sangat sulit diharapkan.

Pendapat dari Arry Bainus tersebut didasarkan pada fenomena “kutu

loncat” yang marak terjadi di dunia politik Indonesia dewasa ini. Partai-partai

baru yang sekarang ini bermunculan banyak yang berasal dari pecahan partai-

partai yang sudah ada. Sosok yang mengisi partai-partai baru tersebut merupakan

orang-orang lama yang merasa kepentingannya tidak terakomodir atau mereka

merasa kalah bersaing kemudian keluar dari partai dan mendirikan partai baru.

Maka tidak heran apabila timbul kekhawatiran apabila pendaftaran dibuka

selebar-lebarnya bagi masyarakat, maka orang-orang yang tadinya berasal dari

partai lain pun, atau berasal dari latar belakang apa pun, akan mendaftarkan diri

sebagai caleg, tetapi kemudian apabila ia kalah maka komitmennya untuk

berjuang dengan partai akan disangsikan.

Fenomena “kutu loncat” memang terjadi di tubuh Partai Hanura. Sebagai

partai baru, Hanura banyak diisi oleh orang-orang yang tadinya berasal dari partai

lain yang merasa kepentingannya tidak terakomodir. Terlepas kepentingan belaka

atau memang didasarkan ideologi, yang jelas banyak kalangan yang

menyangsikan loyalitas mereka terhadap partai.

Mengenai caleg instan yang dikemukakan oleh Arry Bainus, tampaknya

rekrutmen Golkar bisa meminimalisir hal tersebut, berbeda dengan Partai Hanura

yang membuka pendaftaran seluas-luasnya bagi masyarakat. Pendaftaran terbuka

akan sangat memungkinkan melahirkan caleg instan. Tetapi, bagaimanapun ini

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

118

adalah konsekwensi yang memang harus diterima dan dilakukan oleh partai baru

apabila ingin bertarung memperebutkan suara rakyat.

Menurut Arry Bainus, rekrutmen caleg yang ideal itu harus

memperhatikan aspek kaderisasi yang dijalankan oleh internal partai itu sendiri.

Caleg yang direkrut haruslah memiliki jenjang pengkaderan yang baik di partai

dan track record-nya baik dan dapat dinilai sendiri oleh masyarakat. Jadi,

rekrutmen caleg tidak dilakukan terhadap orang-orang yang begitu saja muncul

secara instan, caleg yang baik adalah yang mampu merintis karir politiknya dari

bawah.

Rekrutmen caleg memang tidak bisa dilepaskan dari proses pengkaderan

partai, karena apabila kita kembali tinjau makna rekrutmen politik adalah seleksi

dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang

untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem-sistem politik pada

umumnya dan pemerintahan pada khususnya (Ramlan Surbakti, 1992 : 118), ini

berarti bahwa partai politik sebagai salah satu agen yang berperan dalam proses

rekrutmen politik harus mempersiapkan para individu yang nantinya akan

bertugas untuk melaksanakan tugas dan perannya dalam pemerintahan. Melansir

pendapat dari Firmanzah (2008 : 71) bahwa :

Untuk dapat melakukan tugas ini, dalam tubuh organisasi partai politik perlu dikembangkan sistem rekrutmen, seleksi, dan kaderisasi politik. Mendapatkan pemimpin yang baik harus dimulai dari sistem rekrutmen. Dengan adanya sistem ini, nantinya akan dapat diseleksi kesesuaian antara karakteristik kandidat dengan sistem nilai dan ideologi sama serta memiliki potensi

Tugas –tugas yang akan diemban oleh para pemegang jabatan politik

maupun pemerintahan bukanlah tugas yang mudah, dibutuhkan pelatihan dan

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

119

persiapan yang matang untuk membentuk individu-individu yang siap. Peran

untuk mempersiapkan ini terutama dimainkan oleh partai politik. Kaderisasi

dalam tubuh partai harus dijalankan guna membentuk calon-calon pemimpin yang

berkualitas, berkapasitas, dan berintegritas. Hal ini senada dengan pendapat

Ramlan Surbakti (2003 : 52) bahwa:

Agar orang-orang yang direkrut ke dalam berbagai posisi kenegaraan itu memiliki kualitas kepemimpinan yang diperlukan untuk melaksanakan jabatan itu, partaipolitik melakukan kaderisasi kepemimpinan baik dalam visi dan misi (ideologi) perjuangan partai maupun dalam bidang substansi yang sesuai dengan tugas kenegaraan.

Beranjak dari asumsi tersebut, tampaknya Golkar lebih siap untuk

menjalankan fungsi rekrutmen politiknya dibandingkan dengan Hanura. Golkar

partai lama yang sudah boleh dikatakan mapan, kaderisasi yang dijalankan pun

sudah teruji pula, dan jenjang karir anggota dalam partai harus mulai dari tingkat

bawah. Sedangkan Hanura memang memiliki keterbatasan, ia merupakan partai

baru yang belum memiliki kader yang banyak, kederisasi yang dijalankan pun

tentu belum berlangsung lama. Walau demikian, partai Hanura sebenarnya

memiliki satu keuntungan dibandingkan dengan partai baru lainnya, ia merupakan

partai yang terbentuk dari pecahan partai besar, banyak kader bagus dari partai-

partai besar masuk ke Hanura, tetapi lagi-lagi perlu diingat bahwa loyalitas

mereka terhadap partai patut dipertanyakan.

Secara umum pendekatan pola rekrutmen yang dilakukan oleh Partai

Golkar maupun Hanura adalah sama. Ada dua pendekatan yang dilakukan, yaitu

pendekatan dengan memperhatikan usulan dari tingkat bawah dan pendekatan

merit sistem yang dimanifestasikan lewat proses skoring.

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

120

Pendekatan usulan dari bawah, bisa kita lihat dari: (1) Partai Golkar

menerapkan sistem pengiriman nama bakal caleg yang disusun oleh DPRD

Provinsi kepada DPD Kabupaten/Kota untuk dinilai dan diberikan masukan

sebagai bahan pertimbangan bagi DPD Provinsi menetapkan daftar calon

definitive. (2) Partai Hanura menerapkan sistem penjatahan pengisian bacaleg

sebanyak 60% : 40% antara DPD dengan DPC. Apabila tujuan dari pendekatan ini

adalah untuk membatasi dominasi Dewan Pimpinan Partai tingkat Provinsi dan

memberikan kesempatan kepada Dewan Pimpinan Partai tingkat Kabupaten/Kota

sebagai kekuatan di daerah untuk berpartsisipasi, maka cara yang ditempuh oleh

Hanura lebih mengena karena 40% jatah kuota yang dimiliki oleh DPC bersifat

mutlak, sedangkan untuk partai Golkar, walaupun ada pelibatan terhadap DPD

Kabupaten/Kota tetapi sebatas pemberi usul saja. Sehingga tidak heran apabila

terjadi kasus seperti yang terjadi di Bogor.

Sebanyak 428 pimpinan desa (Pedes) dan 40 Pimpinan tingkat Kecamatan

Partai Golkar Kabupaten Bogor menolak daftar calon legislatif (Caleg) untuk

daerah pemilihan Bogor yang dikirimkan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai

Golkar Jawa Barat ke Dewan Pengurus Pusat (DPP) Golkar. Penolakan tersebut

karena daftar caleg yang dikirimkan DPD Partai Golkar Jabar tidak sesuai dengan

rekomendasi yang dikirimkan oleh DPD Partai Golkar Kabupaten Bogor.

(http://www.hupelita.com/baca.php?id=55296)

Dalam implementasi rekrutmen caleg, yang paling menentukan adalah

proses seleksi. Proses seleksi yang dilakukan oleh Partai Golkar maupun Hanura

dengan sistem skoring guna menemukan kader-kader yang berkualitas yang sesuai

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

121

dengan tuntutan partai terhadap figur yang dibutuhkan. Tetapi dalam proses

seleksi tampaknya baik partai Golkar maupun Hanura bersifat tertutup. Seleksi

hanya menjadi kewenangan tim seleksi yang terdiri dari para pimpinan partai. Hal

inilah yang terkadang membuat terbukti apa yang diungkapkan oleh Maurice

Duverger (1993 : 180) bahwa pada dasarnya semua orang yang berbakat memiliki

kesempatan yang sama untuk mencapai posisi elit, tetapi kadangkala mereka

dihalangi oleh elit politik yang sedang berkuasa yang membentuk oligarki-oligarki

kekuasaan.

2. Kriteria-kriteria yang ditetapkan Partai Golkar dan Hanura terhadap

Caleg

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa rekrutmen caleg yang

diperankan oleh partai politik adalah dalam batas mempersiapkan calon-calon

pemimpin (anggota legislatif) yang akan dipilih melalui pemiilihan umum

(pemilu). Individu-individu yang dipersiapkan parpol tentu saja harus disertai

kemampuan yang mumpuni untuk menjadi seorang pemimpin untuk bisa

menjalankan fungsi dan peran mereka apabila terpilih nanti. Para anggota dewan

ini bisaa disebut juga dengan kelompok elit, yaitu kelompok minoritas yang

berperan untuk memimpin masyarakat yang mayoritas.

Vilpredo Pareto (Varma, 2003 : 200) percaya bahwa setiap masyarakat

diperintah oleh sekelompok kecil orang yang mempunyai kualitas-kualitas yang

diperlukan bagi kehadiran mereka pada kekuasaan social dan poitik yang penuh.

Elit merupakan kelompok-kelompok yang berhasil, yang mampu menduduki

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

122

jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Oleh karena itu, dalam rekrutmen calon

anggota legislatif, pastilah terdapat kriteria-kriteria yang ditetapkan.

Partai politik sebagai agen yang bertugas menyediakan calon anggota

legislatif dalam pemilu dihadapkan kepada tuntutan permintaan berupa figure

anggota dewan yang diharapkan masyarakat akan menetapkan beraneka ragam

kriteria, meliputi ciri-ciri keterampilan yang mereka anggap layak dan harus

dikuasai oleh anggota dewan.

Apabila dilihat dari rekrutmen caleg yang dilakuakan oleh Golkar maupun

Hanura, tampaknya mereka memakai dua standar kriteria. Pertama adalah kriteria

umum sebagaimana diatur oleh UU No. 10 Tahun 2008, dan kedua adalah kriteria

khusus atau tambahan yang ditentukan oleh internal partai guna mendapatkan

figur calon yang diharapkan.

Kriteria umum yang dimaksud adalah sebagaimana tercantum dalam Pasal

50 UU No. 10 Tahun 2008 yaitu:

a. Warga Negara Indonesia yang telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih;

b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa c. bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia; d. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA),

Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat;

e. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945;

f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

g. sehat jasmani dan rohani; h. terdaftar sebagai pemilih; i. bersedia bekerja penuh waktu;

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

123

j. mengundurkan diri sebagai pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, pengurus pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah, serta badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara, yang dinyatakan dengan surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali;

k. bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokat/pengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), dan tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota sesuai peraturan perundang-undangan;

l. bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabat-negara lainnya, pengurus pada badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah, serta badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara;

m. menjadi anggota Partai Politik Peserta Pemilu; n. dicalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan; dan o. dicalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan.

Kriteria khusus adalah kriteria yang dibuat oleh partai politik sesuai

dengan kebijakan internal partai masing-masing. Jadi kriteria tambahan ini bisa

berbeda-beda tiap partainya. Apabila melihat kepada acuan skoring yang ada pada

tubuh Partai Golkar maka kriteria pengabdian dalam struktur partai mendapat

prioritas yang cukup tinggi, yaitu dengan bobot 35%. Walaupun sedikit berbeda,

hal yang sama juga dilakukan oleh Partai Hanura. Di Hanura pun aspek jabatan

kepengurusan partai dan aspek kontribusi kinerja selaku pejabat fungsionaris

partai menjadi aspek yang dijadikan salah satu indikator penilaian.

Aspek yang mendapat porsi yang cukup besar di Partai Hanura

sebagaimana yang diungkapkan oleh beberapa caleg dan bisa dilihat dari pedoman

penilaian untuk skoring adalah aspek pendidikan. Nilai yang dihasilkan dari

pendidikan formal tersebut cukup besar, yaitu S3 diberikan skor 10, S2 mendapat

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

124

skor 9 (sembilan), S1 mendapat 8 (delapan), D3 memperoleh 7 (tujuh), dan

SMA/sederajat mendapat skor 6 (enam). Hal ini berbeda dengan Golkar, dari

berbagai aspek penilaian, tingkat pendidikan formal hanya mendapatkan bobot

10%. Tetapi apabila kita melihat Daftar Calon Tetap (DCT) dari Partai Golkar

maupun Hanura, tingkat pendidikan orang-orang yang ada di sana sudah cukup

tinggi.

Walaupun belum ada calon yang bergelar S3, tetapi melihat prosentase

yang cukup signifikan dari S2 dan S1 serta kecilnya prosentase dari tingkat SMA/

sederajat, tampaknya Partai Golkar dan Hanura sudah cukup serius

memperhatikan aspek pendidikan dalam proses rekrutmen bacalegnya.

Tabel 8 Perbandingan tingkat pendidikan caleg DPRD Provinsi Jabar

Partai GOLKAR dan HANURA

NO TINGKAT

PENDIDIKAN

JUMLAH (%)

GOLKAR HANURA

1 S2 26 (22,6%) 14 (20%)

2 S1 61 (53,04%) 34 (48,6%)

3 D3 12 (10,04%) 8 (11,4%)

4 D2 1 (0,9%) 1 (1,4%)

5 SMA/sederajat 15 (13,04%) 13 (18,6%)

Diolah dari data DPD GOLKAR Jabar dan DPD HANURA Jabar

Salah satu dari tiga teori tentang asal-usul kepemimpinan yang

dikemukakan oleh Sondang (Kartakusumah, 2006 : 28) menyatakan bahwa

kepemimpinan seseorang pada dasarnya dibentuk oleh tiga aspek pembentuk

kepemimpinan yang meliputi : (1) bakat yang dibawa sejak lahir, (2) pendidikan

dan pelatihan kepemimpinan yang terarah, intensif, dan berkelanjutan, (3)

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

125

kesempatan menduduki, mempraktikan, dan mengembangkan bakat dan

kemampuan kepemimpinan yang dimiliki oleh sesorang. Dari tiga unsur

pembentuk kepemimpinan seseorang yang dikemukakan Sondang tersebut

terdapat dua unsur yang bisa didapatkan oleh seorang bakal calon anggota

legislatif dari partainya, yaitu unsur kedua dan ketiga.

Kepemimpinan caleg yang bisa dijadikan modal untuk memainkan

perannya sebagai anggota dewan kelak, dipengaruhi oleh pendidikan dan

pelatihan yang didapatkannya. Pendidikan ini merupakan salah satu bentuk dari

proses pengkaderan. Pendidikan yang dimaksud di sini bisa didapat dari jalur

pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Sedangkan pelatihan bisa

didapatkan dari mana saja.

Sehubungan dengan rekrutmen caleg seharusnya partai memperhatikan

dengan serius masalah pendidikan dan pelatihan ini. Menurut penulis, ada dua

bentuk perhatian yang bisa dilakukan oleh partai terkait pendidikan dan pelatihan

dalam rekrutmen caleg.

1. Partai politik harus berusaha merekrut orang-orang yang memiliki latar

belakang pendidikan yang cukup untuk masuk menjadi anggota partai,

atau partai politik harus bisa memotivasi para kader yang ada untuk

memperhatikan pendidikan formalnya.

2. Partai politik harus mampu menciptakan program-program partai yang

bertujuan untuk membangun kualitas kader lewat berbagai pendidikan

dan pelatihan.

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

126

Apabila kedua perhatian tersebut dilaksanakan oleh partai politik maka

partai tidak akan sulit mempersiapkan kader-kader yang unggul untuk dicalonkan

dalam pemilu. Karena dengan pendidikan yang mumpuni seorang seseorang akan

memiliki modal lebih untuk menjadi pemimpin yang siap menjalankan segala

peran dan fungsi legislatif dibandingkan dengan yang tidak.

Dengan melihat kriteria yang ditetapkan oleh Partai Golkar dan Hanura

serta melihat komposisi caleg DPRD Provinsi Jabar dari partai Golkar dan

Hanura, tampaknya pendidikan sudah menjadi aspek yang memang

dipertimbangkan dalam rekrutmen calegnya. Di partai Golkar, “Orientasi

Fungsionaris” yang merupakan suatu tiket untuk menjadi bakal calon anggota

legislatif, serta bobot 10% untuk pendidikan formal dalam proses skoring,

menjadi indikator perhatian terhadap pendidikan caleg. Sedangkan di Hanura,

indikatornya adalah pemberian skor yang cukup signifikan terhadap aspek

pendidikan dan aspek tingkat pendidikan dan latihan partai dalam skoring.

Selain pendidikan dan pelatihan, unsur yang mempengaruhi

kepemimpinan adalah kesempatan untuk menduduki, mempraktikan dan

mengembangkan bakat-bakatnya dalam berbagai jabatan. Dalam konteks

rekrutmen caleg, jabatan yang dimaksud adalah jabatan-jabatan politik. Hal ini

disebabkan anggota legislatif merupakan posisi atau jabatan politik, maka orang-

orang yang mengisinya pun harus dipersiapkan dari mereka yang sudah pernah

(berpengalaman) dalam memegang jabatan politik.

Jabatan politik yang dimaksud beragam, tetapi dalam konteks ini

setidaknya jabatan kepengurusan di partai bisa menjadi salah satu modal yang

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

127

cukup berarti dalam mengenal dunia politik dan dinamikanya. Selain itu, dengan

pengalaman di kepengurusan partai maka seseorang akan tertanam loyalitasnya

kepada partai serta mengetahui visi dan misi partai dan terinternalisasi dalam

dirinya.

Penghargaan terhadap pengabdian di kepengurusan partai dalam salah satu

acuan skoring untuk seleksi menjadi sesuatu yang pas apabila ditinjau dari

pendapat di atas. Baik Partai Golkar maupun Partai Hanura menjadikan aspek

kepengurusan di partai sebagai salah satu aspek penilaian. Walaupun terdapat

beberapa perbedaan yang cukup mencolok secara substansi.

Dalam menilai terhadap aspek kepengurusan di partai harus didukung pula

dengan penilaian terhadap prestasi selama pengurus itu memegang jabatan.

Dengan begitu akan tercipta kombinasi penilaian antara jenjang karir dengan

kualitas. Penilaian terhadap prestasi selama kepengurusan sepertinya belum bisa

dimaksimalkan oleh partai Hanura. Hal ini disebabkan oleh kondisi partai Hanura

itu sendiri yang baru didirikan pada November 2006.

Selain pendidikan dan latihan serta pengalaman menempati posisi di

partai, aspek yang lain, terutama dalam pemilu yang menerapkan sistem suara

terbanyak setelah keluarnya keputusan Mahkamah Konstitusi, yang patut menjadi

perhatian partai politik adalah populeritas seorang calon. Dalam era marketing

politic sekarang ini, membangun dan memanfaatkan populeritas adalah suatu

keharusan. Dengan populeritas, seseorang akan berpeluang dipilih oleh

masyarakat karena, minimal, masyarakat sudah mengenalnya. Oleh karena itu

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

128

baik Partai Golkar maupun Hanura memberikan tempat bagi aspek populeritas

dalam kriteria yang ditetapkan.terhadap calon anggota legislatif.

Pupularitas yang dimaksud dalam konteks politik seharusnya adalah

keterkenalan seseorang karena sumbangsihnya kepada masyarakat atau

kredibilitasnya dalam partai. Oleh karena itu, agar populeritas ini memainkan

peran dengan baik dalam pemilihan umum, maka yang harus dibenahi adalah

program-program dan kaderisasi partai serta budaya politik masyarakat.

Partai harus mampu menjalankan berbagai fungsi yang tercantum dalam

pasal 10 ayat (2) UU No. 10 Tahun 2008, yaitu:

a. meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan;

b. memperjuangkan cita-cita Partai Politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan

c. membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Apabila tujuan partai politik tersebut dijalankan dan kaderisasi partai sudah baik,

maka para pengurus partai yang terlibat dalam berbagai program partai akan

dikenal masyarakat karena sumbangsih dan prestasinya dalam menjalankan

program partai.

Hal yang menjadi kendala terkait populeritas dalam pencalegan DPRD

Provinsi adalah: orang-orang yang biasanya ditempatkan sebagai caleg DPRD

Provinsi adalah mereka yang menjabat di kepengurusan partai tingkat provinsi,

oleh karena kerja mereka lebih banyak dihabiskan di provinsi maka di daerah

biasanya mereka kurang dikenal. Apa yang dilakukan oleh Golkar untuk saat ini

mampu menjawab kendala tersebut. Dengan diberlakukannya penugasan

fungsionaris jauh-jauh hari sebelum seleksi caleg, ada kesempatan bagus bagi para

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

129

fungsionaris tingkat provinsi untuk mensosialisaikannya lewat penyuksesan

program partai. Sedangkan untuk Partai Hanura, yang merupakan partai baru,

populeritas caleg sangat dibutuhkan untuk mendulang suara.

3. Hambatan dan Kendala yang ditemui Selama Proses Rekrutmen Calon

Anggota DPRD Provinsi oleh DPD Golkar Jabar dan DPD Hanura Jabar

Partai politik sebagai pemegang amanat untuk menjadi agen dalam

mempersiapkan orang-orang yang akan mengisi jabatan-jabatan politik di

pemerintahan memiliki tanggungjawab yang sangat besar. Undang-undang Nomor

10 Tahun 2008 sudah sangat jelas memberikan kewenangan kepada parpol untuk

mempersiapkan bakal calon yang akan menjadi peserta dalam pemilu tahun 2009

sesuai mekanisme internal masing-masing. Hal ini menjadikan kebijakan dan

proses rekrutmen bacaleg yang diterapkan oleh parpol menjadi sesuatu yang

sangat krusial dalam penentuan nasib Bangsa Indonesia, dan itu berarti

mekanisme yang dijalankan tidak boleh sembarangan dan harus memperhatikan

aspek-aspek demokratis dan kapabilitas calon.

Beban berat yang ditanggung oleh partai politik memang tidak mudah

untuk dijalankan, kendala yang mengiringi pasti ada, baik kendala dari internal

partai maupun eksternal partai. Semuanya harus dihadapi dan diselesaikan dengan

baik oleh partai politik guna menciptakan rekrutmen caleg yang berkualitas.

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Partai Golkar dan Hanura

umumnya kesulitan yang ditemui relatif sama yaitu terletak pada masalah

administrasi serta pemenuhan kuota 30% perempuan. Semuanya akan kita bahas

satu persatu.

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

130

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 memberikan ketentuan syarat-

syarat administrasi yang harus dipenuhi oleh calon anggota legislatif, yaitu

a. kartu tanda Penduduk Warga Negara Indonesia; b. bukti kelulusan berupa fotokopi ijazah, STTB, syahadah, sertifikat,

atau surat keterangan lain yang dilegalisasi oleh satuan pendidikan atau program pendidikan menengah;

c. surat keterangan catatan kepolisian tentang tidak tersangkut perkara pidana dari Kepolisian Negara Republik Indonesia setempat;

d. surat keterangan berbadan sehat jasmani dan rohani; e. surat tanda bukti telah terdaftar sebagai pemilih; f. surat pernyataan tentang kesediaan untuk bekerja penuh waktu yang

ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup; g. surat pernyataan kesediaan untuk tidak berpraktik sebagai akuntan

publik, advokat/pengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), dan tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup;

h. surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali sebagai pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, pengurus pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah, pengurus pada badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara;

i. kartu tanda anggota Partai Politik Peserta Pemilu; j. surat pernyataan tentang kesediaan hanya dicalonkan oleh 1 (satu)

partai politik untuk 1 (satu) lembaga perwakilan yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup;

k. surat pernyataan tentang kesediaan hanya dicalonkan pada 1 (satu) daerah pemilihan yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup. Persyaratan tersebut adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh semua

calon anggota legislatif dari partai manapun. Menurut penulis pemenuhan

persyaratan administrasi tidak menjadi kendala yang benar-benar berarti,

walaupun kadangkala pada beberapa kasus persyaratan administrasi inilah ─

terutama kasus pemalsuan ijazah ─ yang menjadi biang persoalan. Tetapi dari

hasil wawancara dengan pengurus DPD Partai Golkar Jabar dan DPD Hanura

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

131

Jabar, kasus pemalsuan ijasah ini tidak ditemukan selama proses rekrutmen

bacaleg DPRD Provinsi Jabar.

Ketentuan kuota 30% perempuan dalam daftar calon legislatif

sebagaimana diatur oleh Pasal 53 UU No. 10 Tahun 2008 belum terpenuhi oleh

Partai Golkar maupun Partai Hanura. Ini merupakan salah satu kendala juga yang

dihadapi oleh Partai Golkar maupun Hanura, bahkan mungkin semua Parpol.

Tabel 9 Perbandingan caleg DPRD Provinsi Jabar berdasarkan Jenis Kelamin

dari Partai GOLKAR dan HANURA

Jenis Kelamin Jumlah (%)

GOLKAR HANURA

Laki-laki 84 (73,1%) 56 (80%)

Perempuan 31 (26,9%) 14 (20%) Diolah dari data KPUD Jabar

Mengenai kesulitan mendapatkan calon anggota legislatif yang berasal dari

perempuan DY menganggap bahwa mungkin perempuan saat ini enggan untuk

masuk ke dunia politik terutama menjadi caleg, karena kekurang percayaan diri

bertarung dengan laki-laki. Tetapi, menurut Komisi Nasional Perempuan ketika

diminta pendapatnya pada sidang Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai

sengketa UU No. 10 Tahun 2008, tidaklah tepat anggapan umum bahwa

minimnya keterlibatan perempuan dalam dunia politik disebabkan oleh

keengganan perempuan untuk masuk di ranah politik. Jika pun ada keengganan,

ini adalah hasil konstruksi sosial yang bias gender dimana perempuan

dipersepsikan sebagai tidak patut berada dalam dunia politik, tidak berani, tidak

mau dan tidak mampu terjun di dunia politik. Konstruksi ini yang merupakan

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

132

bentuk ketidakadilan jender itu sendiri. Sementara itu, laki-laki justru

dikonstruksikan sebagai yang mampu dan pantas untuk berada di pentas politik

dan urusan publik lainnya.

Inti dari pendapat Komisi Nasional Perempuan tersebut adalah sudah

semakin mengakarnya kontruksi gender yang merugikan pihak perempuan,

dimana gender perempuan dikontruksi sebagai makhluk yang lemah yang tidak

akan bisa bertarung di dunia politik yang serba bermain kepentingan, yang sangat

berpotensi untuk timbul konflik atau gesek-gesekan bahkan saling jatuh

menjatuhkan. Senada dengan hal tersebut, Ari Bainus (2009) berpendapat bahwa

“Stereotipe terhadap minimnya keterwakilan perempuan di legislatif, antara lain

perempuan kerap dianggap tidak capable untuk mengurusi hal-hal terkait bidang

politik”.

Dalam kesempatan yang sama Arry Bainus mengajukan tiga solusi

masalah sulitnya ketercapaian kuota 30% perempuan di Daftar Caleg Partai, lebih-

lebih di parlemen, yaitu:

1. Kewajiban menyediakan kuota 30% keterwakilan perempuan, sebenarnya

tidak hanya dalam konteks keanggotaan legislatif, tetapi UU tentang partai

politik pun mengamanatkan agar di dalam kepengurusan partai politik,

30% terdiri dari perempuan.

2. Kedua, membangun kesadaran di kalangan para pemilih, untuk memahami

mengenai pentingnya kebijakan affirmative action. Caranya, dengan

memilih calon legislatif perempuan, apa pun partai politiknya.

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044308_chapture...75 gambar Golkar sejak Pemilu 1971 tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

133

3. Ketiga, ke depan dibuat aturan yang lebih tegas lagi, misalnya, 30%

"kursi" DPR RI, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota,

diperuntukkan bagi perempuan. Namun, tetap melalui mekanisme

pemilihan umum legislatif secara demokratis.

Solusi yang diajukan tersebut tampaknya akan mendapat tantangan dari

kultur bangsa Indonesia sendiri yang masih diselimuti paham gender yang salah.

Selain itu ada juga pihak-pihak yang menolak affirmative action yang dianggap

sebagai bentuk diskriminasi baru yang merugikan pihak laki-laki. Salah satu

contohnya adalah judicial review pasal 55 ayat (2) serta pasal 214 hurup a, hurub

b, hurup c, hurup d, dan hurup e dari UU No. 10 Tahun 2008 yang dilakukan oleh

Muhamad Sholeh, S.H; Sutjipto, S.H., M.Kn; Septi Notariana, S.H., M.Kn; Jose

Dima Satria, S.H., M.Kn kepada Mahkamah Konstitusi.

Permasalahan perlunya peningkatan partisipasi politik perempuan yang

dimanifestasikan dalam keterwakilannya di parlemen, selain diatasi oleh

affirmative action, harus dibenahi dari tubuh parpol sendiri. Partai politik harus

lebih berani memberikan ruang partisipasi bagi perempuan untuk menempati

posisi-posisi strategis dalam partai. Partai politik pun harus menjalankan

fungsinya sebagai salah satu agen pendidik politik bagi masyarakat, penekanan

terhadap partisipasi politik perempuan dengan mengikis kontruksi gender yang

tidak adil patut mendapat perhatian.