BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN › bitstream › 123456789...English club, Olympic club,...

44
32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Profil Sekolah SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga merupakan salah satu SD swasta di Salatiga yang terletak di Jalan Jendral Sudirman No. 111 B Salatiga, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, Propinsi Jawa Tengah. SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga didirikan pada 1 Oktober 1948. Nilai akreditasi SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga Amat Baik (A) dan memiliki jumlah rombongan belajar empat belas kelas, yang terdiri dari kelas satu (tiga kelas), kelas dua (tiga kelas), kelas tiga (dua kelas), kelas empat (dua kelas), kelas lima (dua kelas), dan kelas enam (dua kelas). Visi yang dicanangkan SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga adalah “Menjadikan Peserta Didik Tercinta (Terampil, Cerdas, Inovatif dan Kreatif, Takut akan Tuhan)”, sedangkan misi yang diemban untuk mewujudkan visi tersebut adalah: 1) Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas dan dinamik sehingga terbentuk anak yang cerdas, terampil, kreatif, inovatif, berwawasan global bertindak lokal, mengasihi sesama dan lingkungan serta memu- liakan nama Tuhan.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN › bitstream › 123456789...English club, Olympic club,...

  • 32

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Penelitian

    4.1.1 Profil Sekolah

    SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga merupakan

    salah satu SD swasta di Salatiga yang terletak di Jalan

    Jendral Sudirman No. 111 B Salatiga, Kecamatan

    Tingkir, Kota Salatiga, Propinsi Jawa Tengah. SD

    Kristen 03 Eben Haezer Salatiga didirikan pada 1

    Oktober 1948. Nilai akreditasi SD Kristen 3 Eben

    Haezer Salatiga Amat Baik (A) dan memiliki jumlah

    rombongan belajar empat belas kelas, yang terdiri dari

    kelas satu (tiga kelas), kelas dua (tiga kelas), kelas tiga

    (dua kelas), kelas empat (dua kelas), kelas lima (dua

    kelas), dan kelas enam (dua kelas).

    Visi yang dicanangkan SD Kristen 3 Eben Haezer

    Salatiga adalah “Menjadikan Peserta Didik Tercinta

    (Terampil, Cerdas, Inovatif dan Kreatif, Takut akan

    Tuhan)”, sedangkan misi yang diemban untuk

    mewujudkan visi tersebut adalah:

    1) Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan

    pengajaran yang berkualitas dan dinamik sehingga

    terbentuk anak yang cerdas, terampil, kreatif,

    inovatif, berwawasan global bertindak lokal,

    mengasihi sesama dan lingkungan serta memu-

    liakan nama Tuhan.

  • 33

    2) Menyelenggarakan pembelajaran dengan Bahasa

    Inggris dan Bahasa Indonesia serta memaksi-

    malkan penggunaan ICT (Teknologi Informasi dan

    Komunikasi).

    Tujuan Pendidikan di SD Kristen 3 Eben Haezer

    Salatiga adalah: 1) mengembangkan pendidikan yang

    mengutuhkan kreatif, kritis, inovatif, berkejujuran dan

    takut akan Tuhan kepada peserta didik; 2) mengem-

    bangkan SDM Pendidik; 3) membentuk dan member-

    dayakan jejaring: orang tua peserta didik, alumni,

    masyarakat dan pemerintah; 4) meningkatkan Proses

    Belajar Mengajar; 5) mengembangkan kepedulian sosial;

    6) meningkatkan kebersihan dan penataan lingkungan;

    7) merencanakan dan mengembangkan sarana dan

    prasarana pendidikan; (8) mengembangkan spiritualitas

    pendidik dan peserta didik.

    4.1.2 Sumber Daya Sekolah

    Sumber daya sekolah yang dimiliki oleh SD

    Kristen 3 Eben Haezer Salatiga meliputi :

    1. Sumber Daya Bukan Manusia

    Sumber daya bukan manusia yang dimiliki oleh

    SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga yaitu program

    unggulan sekolah. Program sekolah yang menjadi

    unggulan antara lain :

    a. program kelas bilingual untuk matematika dan sains.

    Dalam pembelajaran kelas bilingual menggunakan

    buku yang direkomendasikan oleh Dinas, buku teks

    bilingual dan sumber belajar lain yang relevan. Selain

    itu, dilengkapi dengan sarana prasarana yang

  • 34

    mendukung dalam proses belajar dan guru yang

    berkompeten dibidangnya.

    b. character building yang terintegrasi dalam pem-

    belajaran, pembiasaan di kelas dan kegiatan

    spiritualitas yang meliputi renungan pagi sebelum

    pelajaran, ibadah Sabtu, Refreshing Course (kelas

    enam) serta perayaan natal dan paskah.

    c. ekstra kurikuler yang disediakan oleh sekolah

    beragam, antara lain: angklung, renang, catur,

    bulutangkis, drumband, paduan suara, seni lukis,

    English club, Olympic club, seni tari dan pramuka.

    d. pembelajaran kelas kecil dimana jumlah rombongan

    belajar dalam satu kelas maksimal dua puluh enam

    siswa. Sekolah memandang jumlah tersebut ideal

    untuk proses pembelajaran.

    2. Sumber Daya Manusia

    a. Guru

    SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga memiliki guru

    sejumlah 25 orang, yang terdiri dari guru kelas dan

    guru mata pelajaran. Rincian jumlah guru dan

    kualifikasi pendidikan SD Kristen 3 Eben Haezer

    Salatiga dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 4.1.

    Jumlah Guru SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga

    Jenis Guru Jumlah Guru

    Laki-laki Perempuan Jumlah

    Guru Tetap 2 16 18

    Guru Honorer 3 4 7

    Jumlah 5 20 25

  • 35

    Tabel 4.1 (lanjutan)

    Jumlah Guru SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga

    Kualifikasi Pendidikan Guru

    Tingkat Pendidikan Jumlah

    S1 23

    SMA 2

    Jumlah 25

    Sumber: Data primer, 2014, diolah.

    Dengan melihat tabel di atas, hampir seluruh

    guru SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga sudah

    berpendidikan Strata1 (S1) dan hanya dua orang yang

    masih berijasah SMA.

    b. Peserta didik

    Jumlah siswa SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga

    pada tahun pelajaran 2014/2015 adalah 352, terdiri

    dari:

    Kelas I: laki-laki 39, perempuan 35, jumlah 74

    Kelas II: laki-laki 38, perempuan 34, jumlah 72

    Kelas III: laki-laki 31, perempuan 27, jumlah 58

    Kelas IV: laki-laki 19, perempuan 32, jumlah 51

    Kelas V: laki-laki 28, perempuan 19, jumlah 47

    Kelas VI: laki-laki 25, perempuan 25, jumlah 50

    Dari 352 peserta didik tersebut terbagi menjadi 15

    rombongan belajar (rombel).

    c. POSG

    POSG merupakan persatuan orang tua peserta

    didik dan guru atau sering dikenal dengan komite

    sekolah. Di SD Kristen 3 Eben Haezer, POSG memiliki

  • 36

    peranan yang besar dalam mendukung peningkatan

    mutu sekolah dengan melibatkan peran orang tua.

    3. Sumber Daya Fisik

    Bangunan gedung SD Kristen 3 Eben Haezer

    Salatiga merupakan bangunan permanen yang

    memenuhi kriteria untuk pelaksanaan proses pem-

    belajaran dengan dilengkapi fasilitias selain lima belas

    ruang untuk kelas yang dilengkapi televisi untuk media

    pembelajaran, terdapat juga satu ruang kepala sekolah,

    satu ruang guru dan ruang administrasi yang terdapat

    dalam satu ruangan, satu laboratorium bahasa yang

    terletak di lantai dua, satu ruang multimedia, satu

    laboratorium komputer, satu ruang musik, satu

    perpustakaan, satu kantin, satu dapur, sebuah UKS,

    lapangan olahraga dan upacara serta dilengkapi dengan

    fasilitas “free hot spot area”. SD Kristen 3 Eben Haezer

    Salatiga juga menempati satu lokasi dengan Gereja

    Kristen Indonesia (GKI) Salatiga, Kelompok Bermain

    (KB) dan Taman Kanak-kanak (TK) Kristen 3, SD

    Kristen 4 Eben Haezer serta SMP Kristen 2 Eben Haezer

    Salatiga di bawah naungan Yayasan Pendidikan Kristen

    Eben Haezer Salatiga.

    4.1.3 Evaluasi Program Kelas Bilingual

    Dalam bagian ini akan disajikan hasil penelitian

    mengenai evaluasi pelaksanaan program kelas bilingual

    dari aspek konteks, masukan, proses dan hasil di SD

    Kristen 3 Eben Haezer Salatiga

  • 37

    4.1.3.1 Aspek Konteks (Context)

    Evaluasi konteks yang dilakukan oleh peneliti

    hendak menganalisis apakah program kelas bilingual

    yang dilaksanakan di SD Kristen 3 Eben Haezer

    Salatiga dibutuhkan. Dalam mengevaluasi aspek kon-

    teks, peneliti mendapatkan data dari hasil wawancara

    mengenai latar belakang dari program, kebutuhan apa

    yang hendak dipenuhi dari pelaksanaan program kelas

    bilingual serta tujuan dari program tersebut.

    Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan

    kepala sekolah diperoleh keterangan bahwa program

    kelas bilingual dilaksanakan berawal dari penawaran

    Yayasan Pendidikan Eben Haezer yang menaunginya.

    Hal tersebut seperti petikan wawancara dengan kepala

    sekolah sebagai berikut:

    “…awalnya ada tawaran dari pihak yayasan bagaimana kalau SD Kristen 3 membuka kelas bilingual karena kita perlu ciri khas yang menjadi

    unggulan sekolah. Pihak yayasan memandang

    bahwa kita punya peluang untuk membuka kelas

    bilingual supaya sekolah mampu bersaing dengan

    sekolah-sekolah dasar yang lain. Selain itu

    menguasai bahasa asing yaitu Bahasa Inggris dalam persaingan global”

    Dari keterangan di atas diketahui bahwa program

    kelas bilingual diadakan awalnya karena pengurus dari

    Yayasan Pendidikan Eben Haezer karena melihat

    adanya kebutuhan kemampuan Bahasa Inggris untuk

    menghadapi globalisasi. Pengurus melihat adanya

    kebutuhan sekolah untuk memiliki keunggulan yang

    dapat menjadikan ciri khas sekolah agar ke depan SD

    Kristen 3 Eben haezer Salatiga menjadi sekolah tujuan

    dan dapat berkompetisi dengan sekolah-sekolah dasar

  • 38

    yang lain. Oleh karena itu, pengurus mengusulkan

    untuk membuka kelas bilingual sebagai program yang

    dianggap dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

    Kebutuhan akan perlunya kemampuan Bahasa

    Inggris dan keunggulan sekolah direspon oleh kepala

    sekolah. Tawaran kelas bilingual lalu dibahas dengan

    seluruh guru untuk melihat apakah guru mampu dan

    siap mengajar di kelas bilingual. Setelah melalui

    pembahasan maka diputuskan untuk membuka kelas

    bilingual sesuai kesepakatan antara kepala sekolah,

    guru dan yayasan.

    Kebutuhan lain yang diungkapkan oleh kepala

    sekolah yaitu adanya permintaan dari Dinas Pendidikan

    kota Salatiga yang sering menunjuk SD Kristen 3 Eben

    Haezer Salatiga untuk mengirimkan peserta didiknya

    dalam lomba sains tingkat SD, seperti yang

    disampaikan oleh kepala sekolah berikut ini:

    “Yang menjadi ciri khas sekolah kita adalah IPA. Siswa kita sering maju olimpiade dan sering

    menang. Kita menganggap bahwa kita punya ciri

    khas dalam bidang sains dan harus

    mengembangkan itu. Salah satu aspek yang penting

    adalah Bahasa Inggris untuk sains. Itulah mengapa kita mengadakan pembelajaran bilingual agar

    melengkapi siswa dengan kemampuan Bahasa

    Inggris karena soal-soal yang ada di lomba sains

    terkadang menggunakan Bahasa Inggris”

    Dari pemaparan tersebut di atas, dapat

    disimpulkan bahwa permintaan dari Dinas Pendidikan

    Kota Salatiga tentang keikutsertaan peserta didik di

    dalam lomba olimpiade IPA dan matematika juga

    menjadi kebutuhan yang dianggap sekolah perlu

    adanya kemampuan Bahasa Inggris yang baik bagi

  • 39

    peserta didik. Hal tersebut juga menjadi alasan

    mengapa sekolah mengadakan program kelas bilingual,

    yaitu selain untuk memperkuat peserta didik dalam

    sains juga untuk meningkatkan kemampuan peserta

    didik berbahasa Inggris.

    Program kelas bilingual juga mendapat dukungan

    yang baik dari orang tua karena mereka melihat bahwa

    di era globalisasi ini dirasa perlu dan penting bagi

    peserta didik untuk mampu menguasai Bahasa Inggris.

    Dari hasil wawancara dengan salah satu orang tua

    peserta didik diperoleh data bahwa program kelas

    bilingual merupakan program yang dapat memenuhi

    kebutuhan tersebut. Hal tersebut seperti diungkapkan

    dalam petikan wawancara dengan orang tua sebagai

    berikut:

    “Program kelas bilingual menurut saya memang diperlukan karena menurut saya sekarang jamannya

    semua serba canggih. Hampir semua siswa

    mengetahui informasi teknologi dengan baik lewat

    internet. Ilmu pengetahuan juga semakin maju dan mereka membutuhkan kemampuan Bahasa Inggris

    yang baik agar ke depan mereka tidak tertinggal sehingga mampu bersaing. Jadi di kelas bilingual,

    mereka bisa mendapatkan pengetahuan matematika

    dan IPA dalam Bahasa Inggris dan anak-anak

    memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang baik”

    Berdasarkan uraian di atas maka tujuan program

    kelas bilingual yang dilaksanakan di SD Kristen 3 Eben

    Haezer Salatiga adalah untuk meningkatkan mutu

    pendidikan di SD Kristen 3 Eben Haezaer Salatiga

    melalui program unggulan sekolah agar mampu

    bersaing dengan sekolah yang lain dan memberikan

    bekal atau landasan yang kuat kepada peserta didik

    dalam bidang Bahasa Inggris dan MIPA untuk

  • 40

    meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam

    menghadapi persaingan global.

    Hal tersebut di atas juga didukung dengan

    kebijakan pemerintah yang memandang penting

    penguasaan bahasa asing oleh peserta didik. Dari studi

    dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti, kebijakan

    pemerintah yang melandasi kelas bilingual yaitu

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional Bab VII pasal 33 ayat 3 yang

    berbunyi, “Bahasa asing dapat digunakan sebagai

    bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu

    untuk mendukung kemampuan berbahasa asing

    peserta didik”. Sesuai dengan undang-undang tersebut,

    maka Bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar dalam

    mata pelajaran sains dan matematika di kelas bilingual.

    4.1.3.2 Aspek Masukan (Input)

    Dalam aspek masukan (input) ini akan mencakup

    6 hal yaitu kurikulum, peserta didik, guru, sarana

    prasarana, pembiayaan dan pengadaan buku teks.

    a. Kurikulum

    Program kelas bilingual yang di SD Kristen 3 Eben

    Haezer Salatiga dilaksanakan dalam kelas reguler

    artinya tidak ada klasifikasi antara kelas reguler dan

    kelas bilingual sehingga kelas bilingual diperuntukkan

    bagi seluruh peserta didik yang mengenyam pendidikan

    di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga mulai dari kelas 1

    sampai 6. Program kelas bilingual menggunakan dua

    bahasa pengantar dalam mata pelajaran matematika

    dan IPA yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

  • 41

    Hal tersebut seperti yang diungkapkan kepala sekolah

    sebagai berikut:

    “Program kelas bilingual sama dengan kelas reguler tidak ada bedanya. Khusus untuk mapel matematika

    dan IPA disampaikan dengan Bahasa Indonesia dan

    Bahasa Inggris”

    Kurikulum yang digunakan di SD Kristen 3 Eben

    Haezer Salatiga adalah kurikulum KTSP (Kurikulum

    Tingkat Satuan Pendidikan). Dalam kurikulum KTSP

    pembelajaran sains dan matematika di kelas bilingual

    terintegrasi ke dalam silabus yang mengacu pada

    pemerintah pusat. Hal tersebut seperti yang disam-

    paiakan kepala sekolah sebagai berikut:

    “Kurikulum kami memakai acuan dari pusat tapi kami sesuaikan dengan kebutuhan sekolah dan

    siswa. Kami menggunakan kurikulum KTSP dan

    silabus yang digunakan dikembangkan sesuai

    dengan kebutuhan sekolah dan disesuaikan dengan

    kemampuan peserta didik”

    Mata pelajaran yang diajarkan di kelas bilingual

    adalah sains dan matematika. Materi yang dipilih

    disesuaikan dengan acuan dari pemerintah dan

    dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sekolah dan

    tingkat kemampuan peserta didik. Materi pelajaran

    yang diajarkan di kelas bilingual dipilih sesuai dengan

    tingkat perkembangan kognitif peserta didik dan mudah

    ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak

    menyulitkan peserta didik dalam mempelajarinya. Hal

    tersebut diungkapkan guru berikut ini:

    “materi yang dipilih berdasarkan tingkatan

    kemampuan peserta didik dan mudah ditemukan

    dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya untuk sains mereka belajar tentang jenis-jenis gerak, energi yang

    bisa mereka temui setiap hari. Jadi anak tidak

    kesulitan untuk mempelajarinya.”

  • 42

    Berdasarkan pemaparan di atas dapat disim-

    pulkan bahwa kurikulum yang digunakan dalam

    pelaksanaan program kelas bilingual yaitu kurikulum

    KTSP dan mata pelajaran IPA dan matematika

    disampaikan dengan menggunakan Bahasa Indonesia

    dan Bahasa Inggris. Materi yang dipilih mengacu pada

    silabus dari pemerintah dan dikembangkan sesuai

    dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

    b. Peserta Didik

    Dari hasil dokumentasi, peneliti memeroleh data

    bahwa jumlah siswa di SD Kristen 3 Eben Haezer

    Salatiga sebanyak tiga ratus lima puluh tiga peserta

    didik. Dari total jumlah tersebut terdapat tujuh puluh

    empat peserta didik yang duduk di bangku kelas satu.

    Rata-rata usia mereka 6-7 tahun ketika diterima

    disekolah tersebut.

    Dalam pelaksanaan program kelas bilingual, tidak

    diadakan proses seleksi bagi peserta didik. Mereka

    secara otomatis akan mengikuti kelas bilingual karena

    program kelas bilingual yang dilaksanakan merupakan

    kelas reguler yang harus diikuti oleh seluruh peserta

    didik. Hal tersebut seperti diungkapkan kepala sekolah

    berikut:

    “Kami tidak mengadakan seleksi untuk peserta didik yang masuk kelas bilingual. Kelas bilingual

    diperuntukkan dari siswa kelas satu sampai kelas 6.

    Jadi pada saat penerimaan peserta didik baru kami

    terima semua selama kuota jumlah siswa masih

    tersedia”

    Sejalan dengan keterangan di atas, guru

    juga mengungkapkan bahwa tidak adanya seleksi

  • 43

    peserta didik yang mengikuti kelas bilingual

    berdampak pada tingkat kemampuan peserta

    didik yang beragam, seperti kutipan wawancara

    guru berikut:

    ”Tidak ada proses seleksi untuk kelas bilingual.

    Peserta didik yang masuk memiliki kemampuan

    yang berbeda-beda sehingga itu terkadang menjadi

    masalah ketika ada peserta didik yang lemah dalam

    menguasai materi yang diajarkan”

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang mengikuti kelas bilingual tidak melalui proses seleksi. Hal tersebut mengakibatkan adanya tingkat kemampuan peserta didik yang beragam

    dalam mengikuti proses belajar di kelas bilingual.

    c. Guru

    Guru mempunyai peranan yang penting dalam

    kegiatan pembelajaran. Guru-guru di SD Kristen 3

    Eben Haezer Salatiga berjumlah dua puluh empat guru

    dan sebanyak dua puluh tiga guru sudah berlatar

    pendidikan strata 1 dan masih terdapat satu guru yang

    masih berlatar belakang pendidikan SMA. Dari dua

    puluh empat guru sudah terdapat sembilan guru yang

    sudah mendapatkan sertifikasi sebagai tenaga pendidik

    professional.

    Dalam wawancara dengan kepala sekolah

    diperoleh keterangan bahwa tidak semua guru

    mengajar di kelas bilingual. Guru yang memiliki latar

    belakang pendidikan Bahasa Inggris atau pendidikan

    sains yang ditunjuk untuk mengajar di kelas bilingual.

    Terdapat tes seleksi yang dilakukan oleh kepala sekolah

    dalam memilih guru yang tepat untuk mengajar di kelas

    bilingual karena salah satu kompetensi yang harus

  • 44

    dimiliki adalah kemampuan berbahasa Inggris. Hal

    tersebut seperti petikan wawancara dengan kepala

    sekolah berikut:

    “Guru yang mengajar bilingual dipilih berdasarkan latar belakang pendidikan dan mampu berko-

    munikasi dalam Bahasa Inggris sehinggal memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk mengajar di kelas bilingual. Misal guru yang berlatar pendidikan

    IPA akan didampingi guru yang kuat dalam Bahasa Inggris lalu kita buat team teaching sehingga bisa

    saling melengkapi.”

    Pernyataan itu juga didukung oleh salah satu

    guru yang telah mengajar di kelas bilingual selama lima

    tahun.

    “Pada waktu itu tesnya saya ada tiga. Satu tes

    wawancara biasa, kemudian tes teori tentang sains

    dan yang ketiga saya disuruh mikro teaching untuk

    mengajar dalam Bahasa Inggris. Jadi semua harus

    lewat proses seleksi.”

    Dari hasil wawancara di atas, dapat diperoleh

    keterangan bahwa salah satu tes seleksi yang

    dilakukan adalah dengan cara mengajar materi sains di

    kelas menggunakan Bahasa Inggris. Jika guru tersebut

    berhasil memenuhi kriteria yang ditentukan maka dia

    akan ditunjuk untuk mengajar di kelas bilingual. Latar

    belakang pendidikan yang dimiliki oleh guru dalam

    bidang sains juga mendukung mereka dalam

    melaksanakan tugas sebagai guru di kelas bilingual.

    Guru yang sudah diseleksi kemudian dibuat team

    teaching oleh kepala sekolah dalam mengajar di kelas

    bilingual. Guru yang tergabung dalam team teaching

    saling berkoordinasi dan mengadakan pertemuan rutin

  • 45

    untuk merencanakan materi pembelajaran dan metode

    pengajaran serta evaluasi hasil pembelajaran.

    Kemampuan Bahasa Inggris sangat diperlukan

    dalam proses pembelajaran di kelas bilingual. Bagi guru

    yang tidak memiliki latar belakang pendidikan Bahasa

    Inggris, sekolah mengadakan pelatihan dan seminar

    yang diadakan baik di lingkungan sekolah dengan men-

    datangkan narasumber yang menguasai Bahasa

    Inggris. Hal tersebut dilakukan agar guru yang tidak

    memiliki latar belakang pendidikan Bahasa Inggris

    mampu berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris

    dan menyampaikan materi IPA dan matematika dalam

    Bahasa Inggris. Di sisi lain, materi yang disampaikan

    oleh guru yang menguasai Bahasa Inggris lebih mudah

    untuk dipahami peserta didik baik isi maupun konsep

    materi pembelajaran IPA dan matematika.

    Menurut para guru terutama yang tidak memiliki

    latar pendidikan Bahasa Inggris, pelatihan yang

    diadakan oleh sekolah dianggap masih kurang. Mereka

    berpendapat bahwa sebaiknya kursus atau pendidikan

    dan pelatihan Bahasa Inggris diberikan secara rutin

    atau berkelanjutan sehingga mereka benar-benar

    memeroleh kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa

    Inggris dengan baik dan lancar. Pemahaman yang lain

    bagi para guru untuk menguasai Bahasa Inggris

    diperlukan untuk menambah pemahaman serta

    memudahkan dalam penyampaian materi. Hal tersebut

    seperti yang diungkapkan salah satu guru pengajar

    sains sebagai berikut:

    “…untuk membekali Bahasa Inggris sekolah pernah

    mengadakan pelatihan. Tetapi itu sudah lama ketika

  • 46

    awal saya mengajar di sini. Mungkin hanya

    dilaksanakan dua atau tiga kali. Setelah itu tidak ada follow up lagi… jadi kami belajar Bahasa Inggris

    sendiri dan kadang sering bertanya dengan guru yang mengajar Bahasa Inggris. Mungkin kami lebih membutuhkan pelatihan untuk conversation…”

    Dari hasil observasi yang dilakukan di kelas,

    terlihat bahwa guru sudah mampu berkomunikasi

    menggunakan Bahasa Inggris. Guru memulai kegiatan

    pembelajaran dengan greeting atau salam dalam

    Bahasa Inggris dan memberikan penjelasan meng-

    gunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Selain

    itu guru juga menggunakan kalimat perintah atau

    kalimat tanya yang berkaitan dengan proses

    pembelajaran menggunakan Bahasa Inggris, sebagai

    contoh: “Please open book page…” , “who can answer

    the question?”, “mention the example of…”.

    d. Sarana Prasarana

    Berdasarkan hasil observasi dapat dikatakan

    bahwa sarana prasarana yang ada di SD Kristen 3 Eben

    Haezer tersedia dengan lengkap dan semua sarana

    prasarana yang ada digunakan secara maksimal oleh

    guru-guru dalam proses belajar mengajar. Hal tersebut

    didukung dengan hasil wawancara dengan guru sebagai

    berikut:

    “Sarana dan prasarana kami cukup lengkap. Ada lab IPA dan bahasa, ruang musik, ruang multimedia,

    perpustakaan, lab komputer, tiap kelas sudah di-lengkapi televisi dan speaker untuk proses pem-

    belajaran. Selain itu juga terdapat jaringan internet

    dan wifi yang bisa diakses guru-guru dan siswa

    untuk mencari materi pembelajaran.”

  • 47

    Di sisi lain, dari hasil wawancara dengan kepala

    sekolah masih terdapat sarana prasarana yang belum

    digunakan secara maksimal yaitu laboratorium bahasa.

    Terdapat kerusakan headset yang terdapat di labora-

    torium bahasa meskipun sudah pernah diperbaiki se-

    belumnya. Hal tersebut seperti yang diungkapkan dari

    petikan wawancara dengan kepala sekolah berikut:

    “Penggunaan laboratorium bahasa masih belum bisa dimaksimalkan karena masih ada kerusakan

    headset. Dulu kami sudah ajukan ke yayasan dan

    sudah diperbaiki bahkan biayanya hampir enam juta

    untuk memperbaikinya tapi sekarang rusak lagi jadi kami jarang memakainya”

    Dari keterangan di atas diketahui bahwa masih

    ada sarana prasarana yang belum dapat dimak-

    simalkan penggunaannya karena terdapat kerusakan.

    Namun menurut kepala sekolah hal tersebut tidak

    menjadi kendala yang besar karena fungsi laboratorium

    bahasa yaitu sebagai sarana listening dapat dialihkan

    ke ruang kelas karena sudah ada fasilitas audio visual.

    Sarana pendukung kerja dan pembelajaran

    seperti whiteboard, penghapus, meja dan kursi bagi

    peserta didik dan guru, almari penyimpanan arsip, rak

    buku semuanya tersedia dalam kendisi yang baik dan

    mencukupi kebutuhan.

    Sekolah juga menyediakan televisi dan speaker

    sebagai media audio visual yang menjadi sarana pen-

    dukung pembelajaran. Selain itu dimasing-masing kelas

    juga disediakan kotak P3K yang digunakan ketika

    peserta didik membutuhkan obat-obatan.

  • 48

    e. Pembiayaan

    Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

    kepala sekolah anggaran untuk program kelas bilingual

    termasuk dalam kegiatan pembelajaran reguler.

    Anggaran yang dibutuhkan dibuat dalam Rencana

    Kegiatan dan Anggaran Sekolah yang disusun oleh

    kepala sekolah. Sumber dana yang diperlukan untuk

    pembelajaran bilingual dapat terpenuhi dari Dana BOS

    (Bantuan Operasional Sekolah), yayasan serta

    partisipasi dari orang tua. Berikut hasil wawancara

    dengan kepala sekolah:

    “Untuk biaya termasuk dalam kegiatan pembelajaran reguler biasa jadi ada pos-pos anggaran yang kami dapatkan dari dana BOS,

    yayasan dan juga dari orang tua. Sebagai contoh

    untuk kelengkapan sarana prasarana audio visual di

    kelas, kami peroleh dana nya dari yayasan dan BOS

    karena sudah kami anggarkan dalam RKAS. Buku-

    buku penunjang juga kami dapatkan dari dana BOS. Sedangkan dana untuk membeli buku-buku teks bilingual dari siswa, kami serahkan kepada orang

    tua untuk ikut berpartisipasi.”

    Hal senada juga diungkapkan oleh guru dalam

    petikan wawancara sebagai berikut:

    “Untuk pembiayaan selama ini kami tidak

    mengalami kesulitan. Sumber dana yang ada kami

    peroleh dari yayasan dan juga dana bos. Kebutuhan yang kami perlukan untuk menunjang orises belaar

    dapat terpenuhi.”

    Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan

    bahwa dalam pembiayaan program kelas bilingual di SD

    Kristen 3 Eben Haezer Salatiga, sekolah tidak

    mengalami kesulitan. Adanya dukungan dari yayasan,

    pemerintah melalui dana BOS serta orang tua

  • 49

    membantu tercukupinya anggaran yang dibutuhkan

    untuk pelaksanaan program tersebut.

    f. Buku teks

    Pada awalnya ketika pertama kali program kelas

    bilingual dilakukan belum ada buku teks mengenai

    sains dan matematika yang ditulis dalam Bahasa

    Inggris baik dari penerbit ataupun dari sekolah.

    Menurut hasil wawancara dengan kepala sekolah

    diketahui bahwa guru-guru SD Kristen 3 Eben Haezer

    Salatiga membuat sendiri buku teks bilingual untuk

    mata pelajaran sains dan matematika. Guru-guru yang

    mengajar di kelas bilingual membuat buku teks tersebut

    dalam Bahasa Inggris. Hal tersebut sejalan dengan

    pernyataan guru sains sebagai berikut:

    “Ya…Pada awalnya kami sendiri yang membuat

    buku-buku teks dalam Bahasa Inggris. Pada waktu

    itu belum ada penerbit yang menulis buku sains dan

    matematika untuk bilingual jadi kami membuat

    sendiri sesuai dengan materi yang kami ajarkan.”

    Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala

    sekolah diperoleh data bahwa setelah menggunakan

    buku teks hasil buatan sendiri, muncul beberapa

    masukan dari orang tua peserta didik. Banyak orang

    tua dari peserta didik yang tidak memahami materi

    sains dan matematika yang ditulis dalam Bahasa

    Inggris. Hal tersebut membuat mereka sulit untuk

    mengajari peserta didik belajar di rumah. Orang tua

    memberi masukan bagaimana jika buku teks di kelas

    bilingual ditulis dengan dua bahasa yaitu Bahasa

  • 50

    Indonesia dan Bahasa Inggris. Berikut petikan hasil

    wawancara dengan kepala sekolah:

    “Buku yang dipakai untuk pelajaran bilingual

    sekarang disediakan oleh salah satu penerbit. Tapi

    pada waktu pertama kali kami melaksanakan kelas

    bilingual belum ada buku yang bilingual. Pada waktu

    itu, semuanya dibuat oleh guru kami menggunakan

    Bahasa Inggris dan beberapa orang tua mempunyai

    kesulitan untuk mengartikan dan membantu anak

    mereka dalam belajar jadi orang tua mengusulkan

    bagaimana jika ditulis pakai Bahasa Indonesia juga.

    Karena anak-anak juga kesulitan belajar kalau

    materinya semua full dalam Bahasa Inggris.”

    Berdasarkan keterangan di atas, sekolah bekerja

    sama dengan salah satu penerbit untuk penyediaan

    buku-buku teks untuk materi bilingual. Masukan orang

    tua peserta didik supaya sekolah menyediakan buku

    teks dalam dua bahasa menjadi bahan pertimbangan

    sekolah sehingga buku teks yang digunakan sampai

    saat ini menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa

    Inggris. Hal tersebut dilakukan supaya orang tua juga

    dapat membantu putra putrinya dalam belajar dan

    tidak mengalami kesulitan dalam mengartikan materi

    yang ditulis dalam Bahasa Inggris.

    4.1.3.3 Aspek Proses (Process)

    Hasil dari penelitian untuk aspek proses terbagi

    dalam beberapa hal, yaitu: persiapan guru, pelak-

    sanaan pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran.

    a. Persiapan Guru

    Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

    kepada salah satu guru pengajar di kelas bilingual

  • 51

    diperoleh data bahwa dalam mempersiapkan pem-

    belajaran di kelas bilingual dilakukan dengan membuat

    rencana pembelajaran yaitu RPP (Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran), silabus. Program Tahunan (Prota) dan

    Program Semester (Promes) yang dibuat pada setiap

    awal tahun ajaran baru. Hal tersebut juga diungkapkan

    kepala sekolah yang tertuang dalam petikan wawancara

    berikut:

    “Guru-guru kami membuat rencana pembelajaran di

    setiap awal tahun baru. Mereka mempersiapkan

    pembelajaran mulai dari RPP, silabus, prota atau promes yang dirancang untuk proses pembelajaran

    selama satu tahun.”

    Selain pembuatan RPP, silabus, prota dan promes

    terdapat juga rencana mingguan yang dibuat oleh

    masing-masing guru. Rencana mingguan tersebut berisi

    tentang materi dan kegiatan belajar untuk seminggu ke

    depan. Menurut kepala sekolah diperoleh keterangan

    bahwa rencana mingguan yang dibuat oleh guru

    merupakan salah satu ciri khas dari SD Kristen 3 Eben

    Haezer Salatiga yang membedakan dengan sekolah

    dasar yang lain. Keterangan senada juga diungkapkan

    oleh orang tua siswa dalam petikan wawancara sebagai

    berikut:

    “Rencana mingguan yang dibagikan oleh guru

    biasanya setiap hari Sabtu. Dalam rencana mingguan ada materi apa saja yang akan dipelajari

    untuk minggu depan. Misal ada tugas atau

    ulangan juga sudah diberitahu di rencana tersebut.

    Materi apa yang akan diadikan ulangan lalu

    diambil dari halaman berapa, semuanya sudah tertulis disana. Jadi itu sangat membantu kami

    untuk menyiapkan anak kami dalam belajar.”

  • 52

    Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat

    disimpulkan bahwa rencana mingguan yang

    dipersiapkan guru sangat membantu orang tua dan

    peserta didik dalam mempersiapkan materi yang harus

    dipelajari. Orang tua juga dapat mengetahui materi

    pembelajaran yang dilakukan dan dapat menyiapkan

    putra putrinya untuk belajar.

    Persiapan guru untuk mengajar di kelas bilingual

    dilakukan dengan team teaching untuk menentukan

    topik bahasan yang disesuaikan dengan kemampuan

    peserta didik, membuat materi, mempersiapkan alat

    peraga yang akan digunakan dalam proses

    pembelajaran, membuat soal-soal atau tugas untuk

    mengevaluasi kemampuan peserta didik serta

    membantu peserta didik yang masih belum mencapai

    nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Team teaching

    terdiri dari dua guru untuk masing-masing tingkatan

    kelas yang dipilih oleh kepala sekolah dengan

    mempertimbangkan kemampuan Bahasa Inggris yang

    dimiliki guru dan penguasaan konsep dari materi yang

    diajarkan. Guru yang terlibat dalam team teaching

    mempunyai tanggung jawab dan peran yang sama. Hal

    tersebut sejalan dengan pernyataan kepala sekolah

    sebagai berikut:

    “kami membuat team teaching di setiap tingkatan

    untuk mapel sains dan matematika. Guru dalam team teaching saling melengkapi. Salah satu guru

    kuat dalam Bahasa Inggris yang satu kuat dalam

    konsep. Mereka bertugas mempersiapkan materi,

    alat peraga, soal-soal atau tugas, dan memberikan

    tambahan pelajaran buat peserta didik yang nilainya

    masih dibawah KKM dan membutuhkan tambahan pemahaman. Guru team teaching mengatur semua

    itu dan membuat jadwal bersama.”

  • 53

    Persiapan pembelajaran yang akan dilakukan

    team teaching diawali dengan koordinasi melalui

    pertemuan pada setiap awal tahun pelajaran. Hal

    tersebut seperti yang diungkapkan guru sebagai

    berikut:

    “Team teaching sering mengadakan pertemuan

    yang sewaktu-waktu dilakukan. Karena kita berada

    dalam satu kantor jadi kami tidak mengalami kesulitan untuk berkoordinasi. Misal ada materi

    yang tidak paham atau tidak tahu tentang Bahasa

    Inggris dari konsep-konsep tertentu kami disku-

    sikan. Selain itu jika ada siswa yang masih kurang

    dalam menguasai materi dan nilainya belum

    sampai KKM kami buat jadwal untuk memberikan tambahan pelajaran sepulang sekolah satu minggu

    satu kali.”

    Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan

    bahwa persiapan guru dalam mengajar di kelas

    bilingual tidak hanya dilakukan secara rutin setiap awal

    tahun pelajaran baru namun juga dapat dilakukan

    sesuai kebutuhan terkait dengan materi pembelajaran

    dan masalah yang ditemui dalam pelaksanaan pem-

    belajaran.

    b. Pelaksanaan Pembelajaran

    Pelaksanaan pembelajaran di kelas bilingual yang

    diterapkan di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga sudah

    menggunakan berbagai macam metode pembelajaran.

    Metode pembelajaran yang digunakan dirancang guru

    dalam team teaching dan berorientasi pada

    pembelajaran siswa aktif (active learning), pembelajaran

    yang menyenangkan (fun learning) dan mendorong

  • 54

    siswa untuk bisa menyelesaikan masalah (problem

    solving).

    Contoh yang diperoleh dari pembahasan

    sebelumnya melalui hasil wawancara dan observasi

    adalah metode fun learning melalui permainan. Dari

    hasil observasi di kelas pada saat pelajaran sains, guru

    menggunakan model fun learning dalam proses

    pembelajaran. Di awal kegiatan pembelajaran, guru

    memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi

    yang sudah diajarkan untuk merefleksikan kembali.

    Peserta didik yang dapat menjawab akan mendapatkan

    poin sebagai bentuk penghargaan. Seluruh peserta

    didik nampak antusias dan aktif dalam menjawab

    setiap pertanyaan. Kelompok dengan jumlah poin

    terbanyak menjadi pemenang dan guru memberikan

    stiker sebagai reward di akhir pembelajaran untuk

    ditempelkan di buku reward. Peserta didik yang

    memeroleh stiker terbanyak akan mendapatkan piagam

    di akhir semester. Hal tersebut dilakukan agar peserta

    didik juga terdorong untuk aktif selama proses

    pembelajaran dengan metode yang menyenangkan,

    seperti yang diungkapkan oleh guru berikut ini:

    “kami menggunakan berbagai macam metode

    pembelajaran. Dalam satu topik bahasan bisa menggunakan beberapa metode tergantung pada kebutuhan. Misalnya ada game, experiment untuk

    melakukan percobaan, diskusi, ceramah ada juga

    demonstrasi misalnya untuk menunjukkan cara

    kerja suatu alat pada mapel sains. Yang paling diminati siswa adalah dengan games karena peserta didik mendapat stiker jika berhasil memperoleh poin

    terbanyak. Kami menyediakan piagam dan dibagikan

    ke peserta didik setiap akhir semester. Jadi mereka

    terdorong untuk aktif selama proses pembelajaran.”

  • 55

    Penggunaan metode pembelajaran selain fun

    learning seperti tersebut di atas, diperkuat dengan

    metode pendukung pembelajaran yang lain yaitu

    metode eksperiment dan diskusi. Melalui observasi yang

    dilakukan peneliti di kelas 3 dalam mata pelajaran

    sains untuk mempelajari jenis gerak benda, guru

    mengadakan percobaan sederhana menggunakan bola

    pingpong, bola kaki plastik, gelas dan air. Guru

    meminta peserta didik menjatuhkan bola pingpong ke

    lantai dan setelah itu mengamati. Lalu meminta

    meletakkan bola kaki plastik di ujung jari telunjuk dan

    memutarkan bola tersebut dengan jari kanan. Dan

    terakhir peserta didik diminta menuangkan segelas air

    ke atas tumbuhan di sekitar kelas dan mengamati yang

    terjadi pada akhir. Setelah melakukan semua kegiatan

    tersebut, peserta didik diberikan pertanyaan untuk

    didiskusikan dengan kelompoknya mengenai jenis

    gerak benda.

    Dari kegiatan di atas maka metode yang

    dilakukan oleh guru adalah dengan eksperiment dan

    diskusi. Alat yang digunakan juga mudah didapat oleh

    siswa serta materi yang dibahas dipilih berdasarkan

    peristiwa yang sering dialamai atau dijumpai peserta

    didik dalam kehidupan sehari-hari sehingga

    memudahkan peserta didik untuk memahami materi

    yang diajarkan.

    c. Penilaian Hasil Pembelajaran

    Dalam bagian ini, peneliti memeroleh data bahwa

    penilaian dilakukan tidak hanya berdasarkan tes

    tertulis namun juga lisan. Penilaian dilakukan lewat

  • 56

    keaktifan peserta didik selama proses belajar mengajar

    berlangsung dan juga pengerjaan tugas yang diberikan.

    Tugas yang diberikan oleh guru tidak hanya dikerjakan

    di sekolah namun ada juga tugas yang harus diper-

    siapkan di rumah. Hal tersebut seperti hasil petikan

    wawancara yang diperoleh dari guru berikut ini:

    “Untuk penilaian peserta didik diambil dari tugas-tugas,lalu keaktifan mereka di kelas, ulangan

    harian, UTS dan UAS. Bentuk tugasnya juga

    bermacam-macam ada yang dikerjakan di sekolah

    seperti latihan-latihan ada juga dirumah seperti PR,

    membuat presentasi tentang materi yang diajarkan.

    Bahkan untuk presentasi mereka siap mempresentasikan dalam Bahasa Inggris. Nah,dari

    situ penilaian juga diambil bagaimana cara mereka

    mempresentasikan menggunakan Bahasa Inggris

    meskipun belum seratus persen menggunakannya

    tapi peserta didik sudah mampu menggunakan istilah-istilah dalam Bahasa Inggris dan memahami

    materi yang diajarkan.”

    Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu

    peserta didik mengenai penilaian hasil pembelajaran

    seperti petikan wawancara berikut:

    “Nilainya dari ulangan, tes tengah semester dan akhir semester. Lalu ada tugas-tugas, PR,

    presentasi, di kelas juga ada nilai kalau siswanya

    aktif dapat tambahan nilai.”

    Tugas atau latihan yang diberikan di sekolah

    ditulis dalam Bahasa Inggris. Tidak hanya tugas,

    namun ulangan harian, ulangan tengah semester dan

    ulangan akhir semester juga ditulis dengan

    menggunakan Bahasa Inggris. Penggunaan Bahasa

    Inggris dimaksudkan agar guru juga dapat mengetahui

    kemampuan peserta didik dalam memahami istilah-

    istilah atau konsep-konsep pelajaran sains dan

    matematika yang sudah mereka pelajari. Hal tersebut

  • 57

    seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah sebagai

    berikut:

    “Untuk ulangan dan tes-tes baik itu UTS dan UAS

    kami menggunakan Bahasa Inggris. Jadi apa yang

    diajarkan dalam Bahasa Inggris juga kami teskan

    dalam Bahasa Inggris. Soal-soal bisa dilihat di perpustakaan. Bahkan sekolah RSBI belum

    membuat soal-soal model seperti itu, tapi kami

    sudah membuat soal dengan menggunakan Bahasa

    Inggris.”

    Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan

    bagaimana peserta didik dapat mengerjakan tugas-

    tugas yang diberikan dalam Bahasa Inggris. Sebagian

    besar mampu menjawab pertanyaan yang ditulis dalam

    Bahasa Inggris meskipun terdapat beberapa peserta

    didik yang masih bertanya mengenai artinya. Dari

    tugas-tugas tersebut, nampak peserta didik juga dapat

    bertanya mengenai istilah-istilah atau kata-kata yang

    belum dimengerti lalu guru menjelaskan kembali materi

    tersebut sehingga peserta didik mampu menjawab soal-

    soal yang diberikan. Dari pemberian tugas tersebut

    terjadi interaksi antara guru dan peserta didik. Peserta

    didik mendapatkan kesempatan untuk memberikan

    pendapat dan saling bertukar informasi dengan teman

    yang lain.

    4.1.3.4 Aspek Hasil (Product)

    Aspek hasil yang diperoleh dari penelitian ini

    mencakup 3 hal, yaitu ketercapaian standar kom-

    petensi yang dicapai peserta didik, sikap peserta didik

    terhadap pembelajaran di kelas bilingual dan prestasi

    peserta didik.

  • 58

    a. Ketercapaian standar kompetensi

    Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan

    guru pengajar sains dapat diperoleh keterangan bahwa

    untuk ketercapaian standar kompetensi peserta didik

    pada pembelajaran sains dan matematika di kelas

    bilingual tergolong baik. Menurut guru yang ber-

    sangkutan, dikatakan bahwa hampir 80% dari peserta

    didik sudah mampu mencapai standar kompetensi yang

    ada lewat KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah

    ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Hal tersebut seperti

    yang disampaikan guru sebagai berikut:

    “Untuk pencapaian standar kompetensi pelajaran bilingual sudah baik karena hampir sebagian besar

    ya bisa dikatakan sekitar 80% nilai dari peserta

    didik sudah di atas KKM. Meskipun masih ada yang

    belum tercapai KKM nya tapi nilainya tidak terlalu banyak dibawah KKM. Jadi sebagian besar sudah

    mampu memenuhi standar kompetensi yang ada.”

    Hal senada juga diungkapkan oleh kepala sekolah

    bahwa sebagian besar peserta didik mampu memeroleh

    nilai diatas rata-rata KKM artinya hasil yang diperoleh

    selama proses pembelajaran bilingual sudah dapat

    dikatakan baik. Pernyataan tersebut dipertegas dalam

    petikan wawancara dengan kepala sekolah berikut ini:

    “Sebagian besar peserta didik nilainya bagus, diatas KKM yang ditentukan sekolah. Untuk KKM sendiri

    kami sudah cukup tinggi dan mereka bisa mencapai

    nilai tersebut. Jadi untuk pencapaian standar kom-

    petensi saya kira sudah sesuai dengan apa yang

    diharapkan.”

    Hasil wawancara di atas didukung dengan studi

    dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti melalui hasil

    penilaian siswa. Dari hasil nilai yang diperoleh peserta

    didik untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, matematika

  • 59

    dan IPA di kelas 3 diperoleh keterangan bahwa dari 38

    peserta didik, hanya terdapat 4 peserta didik yang

    belum mencapai nilai KKM. Hal tersebut menunjukkan

    bahwa sebagian siswa telah mencapai standar

    kompetensi yang ditetapkan oleh sekolah.

    Berdasar pernyataan di atas, ditunjukkan bahwa

    ketercapaian standar kompetensi untuk peserta didik di

    kelas bilingual sudah memenuhi standar yang

    ditetapkan. Sebagian besar dari peserta didik sudah

    memeroleh nilai diatas batas tuntas atau KKM

    meskipun masih terdapat beberapa peserta didik yang

    belum mencapai standar kompetensi yang ada.

    b. Sikap Peserta Didik

    Dari hasil wawancara dengan beberapa peserta

    didik diperoleh keterangan bahwa, peserta didik merasa

    senang dengan pembelajaran di kelas bilingual karena

    pembelajaran tersebut menarik dan menyenangkan. Hal

    lain yang membuat peserta didik senang terhadap

    pembelajaran di kelas bilingual adalah metode

    pengajaran yang digunakan oleh guru menyenangkan

    sehingga peserta didik tidak merasa kesulitan dan

    bosan dalam mengikuti pembelajaran, seperti petikan

    wawancara oleh peserta didik di bawah ini:

    “saya senang dengan sains dan math karena asyik waktu pelajarannya dan tidak membosankan.

    Materinya juga tidak terlalu susah. Yang paling saya

    suka sains karena sering melakukan percobaan-

    percobaan dan berhubungan dengan alam.”

    Guru di kelas bilingual juga berpendapat bahwa

    peserta didik menunjukkan sikap yang positif dan

    memberikan respon yang baik seperti yang diharapkan.

  • 60

    Hal tersebut nampak ketika beberapa orang tua peserta

    didik menceritakan pengalaman ketika anak-anak

    mereka menggunakan konsep-konsep sains dan

    matematika dalam Bahasa Inggris, bahkan ada diantara

    dari peserta didik yang memberikan penjelasan

    mengenai konsep tersebut kepada orang tua. Pendapat

    tersebut seperti dalam petikan wawancara dengan guru

    berikut ini:

    “Anak-anak sangat antusias dan sikap mereka sangat positif dengan pembelajaran bilingual.

    Bahkan ketika dirumah mereka mempraktekkan apa yang sudah dipelajari dan ada dari mereka yang

    bahkan mengajari orang tua mereka. Jadi orang tua

    sangat senang dengan perkembangan mereka.”

    Sejalan dengan hasil wawancara di atas, orang

    tua pun mengungkapkan bahwa sikap anak mereka di

    kelas bilingual menunjukkan perkembangan yang baik.

    Anak-anak memiliki pengetahuan sains dan

    matematika dalam Bahasa Inggris dan mereka mampu

    berpikir kritis serta kemampuan Bahasa Inggris mereka

    lebih baik dibandingkan peserta didik dari sekolah

    dasar yang lain. Hal ini dipertegas dari hasil wawancara

    orang tua berikut ini:

    “ Menurut saya sikap peserta didik baik karena

    seperti anak saya. Pengetahuan mereka dalam

    konsep-konsep IPA dan matematika mengalami

    perkembangan dan juga mereka tambah pengetahuan dalam Bahasa Inggris. Jika dibanding

    dengan anak-anak dari SD lain ya kemampuan

    Bahasa Inggrisnya lebih bagus yang mempelajari bilingual.”

    Dari beberapa pendapat di atas dapat

    disimpulkan bahwa peserta didik memiliki sikap yang

    positif terhadap pembelajaran sains dan matematika di

  • 61

    kelas bilingual. Mereka merasa senang ketika

    memelajari sains dan matematika dalam Bahasa Inggris

    karena pelajaran tersebut disampaikan secara menarik

    dan materi yang diajarkan sesuai dengan kemampuan

    mereka.

    Pernyataan di atas juga sejalan dengan hasil

    observasi yang dilakukan di kelas. Sikap peserta didik

    terhadap pembelajaran di kelas bilingual menunjukkan

    bahwa mereka senang dengan pembelajaran di kelas

    bilingual dan mampu mengikuti pembelajaran yang

    disampaikan dengan menggunakan Bahasa Inggris.

    Mereka tampak antusias menjawab pertanyaan yang

    diberikan oleh guru dan menjawab soal-soal yang

    diberikan dengan menggunakan Bahasa Inggris.

    4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

    Pada bagian ini disajikan pembahasan mengenai

    hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya.

    Pembahasan hasil penelitian dilakukan untuk

    menjelas-kan hasil analisis dan jawaban terhadap

    rumusan ma-salah yang diajukan yaitu bagaimana

    konteks, masukan, proses dan hasil pelaksanaan

    program kelas bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer

    Salatiga.

    4.2.1 Konteks

    Menurut Stuffflebeam dalam Wirawan (2011:92)

    mengungkapkan konteks untuk menjawab pertanyaan

    apa yang perlu dilakukan? (What needs to be done).

    Evaluasi konteks merupakan evaluasi yang paling

  • 62

    mendasar dan memiliki misi untuk menyediakan suatu

    rasional atau landasan atau sebagai latar belakang

    suatu program. Evaluasi konteks dilaksanakan sebagai

    suatu kebutuhan serta memberikan informasi bagi

    pengambilan keputusan dalam perencanaan suatu

    program yang akan dilaksanakan.

    Berdasarkan uraian di atas, penyusunan sebuah

    program sebaiknya didasarkan atas kebutuhan.

    Kebutuhan apa yang hendak dipenuhi dengan adanya

    program tersebut dan apakah program tersebut

    memang diperlukan. Dari hasil penelitian yang

    dilakukan mengenai pelaksanaan program kelas

    bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga dilatar

    belakangi adanya tawaran dari Yayasan Pendidikan

    Eben Haezer yang melihat bahwa persaingan sekolah

    semakin ketat, oleh karena itu SD Kristen 3 Eben

    Haezer Salatiga membutuhkan ciri khas sekolah yang

    membedakan dengan sekolah-sekolah dasar lain.

    Yayasan menawarkan untuk membuat kelas bilingual

    dan disambut baik oleh kepala sekolah karena SD

    Kristen 3 Eben Haezer Salatiga memiliki peluang yang

    baik.

    Peluang yang dimiliki oleh sekolah menurut

    kepala sekolah berasal dari dinas pendidikan yang

    sering menunjuk peserta didik dari SD Kristen 3 Eben

    Haezer Salatiga untuk mengikuti olimpiade sains.

    Kepala sekolah melihat peluang tersebut untuk

    memperkuat peserta didik dalam pengetahuan sains

    dan juga kemampuan Bahasa Inggris siswa melalui

    program kelas bilingual. Program kelas bilingual mulai

    dilaksanakan pada tahun pelajaran 2003/2004 dan

  • 63

    menjadi salah satu program unggulan sekolah yang

    menjadi ciri khas SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga.

    Di sisi lain, terdapat kebutuhan yang hendak

    dipenuhi oleh sekolah melalui program kelas bilingual.

    Berdasarkan data yang diperoleh program kelas

    bilingual didasari karena adanya kebutuhan untuk

    mempersiapkan sumber daya manusia yang siap

    bersaing di era globalisasi yang didukung penguasaan

    Bahasa Inggris yang baik. Hal tersebut didukung oleh

    orang tua yang mengungkapkan bahwa kebutuhan

    akan penguasaan Bahasa Inggris sangat dibutuhkan di

    era globalisasi. Oleh karena itu program kelas bilingual

    dirasa perlu agar peserta didik memeroleh pengetahuan

    yang baik di bidang sains serta kemampuan Bahasa

    Inggris.

    Sejalan dengan kebutuhan yang hendak dipenuhi

    oleh sekolah, pemerintah juga memandang perlunya

    penguasaan bahasa asing untuk meningkatkan mutu

    pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia.

    Pemerintah membuat kebijakan yang tertuang dalam

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional Bab VII pasal 33 ayat 3 yang

    berbunyi, “Bahasa asing dapat digunakan sebagai

    bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu

    untuk mendukung kemampuan berbahasa asing

    peserta didik”. Kebijakan tersebut pula yang dijadikan

    dasar untuk program kelas bilingual yang dilaksanakan

    di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga.

  • 64

    4.2.2 Masukan (Input)

    Menurut Sudjana (2008:55), evaluasi masukan

    (input) program menyediakan data untuk menentukan

    bagaimana penggunaan sumber-sumber yang dapat

    digunakan untuk mencapai tujuan program. Sejalan

    dengan pendapat tersebut, Arikunto dan Jabar

    (2014:47), menyatakan bahwa evaluasi input adalah 1)

    kemampuan awal warga belajar; 2) kemampuan sekolah

    menyediakan petugas yang tepat; 3) bahan ajar; 4)

    kurikulum; 5) sarana belajar.

    Dalam penelitian yang dilakukan penulis,

    sumber-sumber yang dimiliki untuk mencapai tujuan

    program kelas bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer

    Salatiga meliputi peserta didik, guru, kurikulum,

    sarana prasarana, pembiayaan serta buku teks.

    Dari hasil penelitian masukan (input) tentang

    peserta didik di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga

    menunjukkan bahwa peserta didik mengikuti kelas

    bilingual mulai dari kelas satu sampai dengan kelas

    enam. Siswa yang diterima di kelas satu memiliki usia

    rata-rata enam sampai tujuh tahun. Sistem penerimaan

    peserta didik baru tidak melalui proses penyeleksian

    sehingga kemampuan peserta didik sangat beragam

    termasuk kemampuan dalam Bahasa Inggris. Namun,

    kemampuan peserta didik yang beragam tidak menjadi

    hambatan dalam mengikuti pembelajaran di kelas

    bilingual. Berdasarkan obeservasi yang dilakukan oleh

    penulis menunjukkan bahwa peserta didik mampu

    mengikuti pembelajaran bilingual meskipun tidak

    dilakukan proses seleksi penerimaan peserta didik

    baru.

  • 65

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ninawati

    (2012) menyebutkan bahwa mempelajari bahasa asing

    selama usia anak-anak memiliki keuntungan istimewa.

    Hal tersebut dikarenakan manusia memiliki kapasitas

    istimewa untuk menguasai bahasa pada masa kanak-

    kanak tanpa melihat apakah bahasa tersebut bahasa

    ibu atau bahasa yang lainnya. Belajar bahasa pada

    anak-anak lebih efektif karena faktor neurologis

    sehingga mempelajari Bahasa Inggris pada usia di

    sekolah dasar merupakan hal yang tepat.

    Sejalan dengan pendapat di atas maka dapat

    disimpulkan bahwa peserta didik di SD Kristen 3 Eben

    Salatiga dapat mengikuti pembelajaran di kelas

    bilingual dengan baik meskipun tidak dilakukan seleksi

    di awal penerimaan peserta didik. Pembelajaran di kelas

    bilingual tepat diberikan pada anak di usia sekolah

    dasar karena mereka lebih mudah menerima dan

    mempelajari bahasa dan hal tersebut dipengaruhi oleh

    faktor neurologis.

    Selain siswa, guru juga memiliki peranan yang

    penting terhadap pelaksanaan program kelas bilingual

    karena guru merupakan sumber pengetahuan,

    penyedia bahan pembelajaran dan pendidik. Astika

    (2009) mengatakan bahwa seorang guru kelas bilingual

    harus mempunyai dua macam pengetahuan

    kebahasaan, yaitu pengetahuan tentang istilah teknis

    (technical vocabulary) dalam mata pelajaran tertentu

    dan pengetahuan tentang tata Bahasa Inggris.

    Menerapkan konsep yang terkandung dalam istilah-

    istilah teknis mungkin bukan merupakan masalah yang

    terlalu berat karena guru telah memiliki latar belakang

  • 66

    ilmu yang diajarkan. Yang perlu dikembangkan adalah

    pengetahuan tentang tata bahasa dan ketrampilan

    menggunakan Bahasa Inggris.

    Guru kelas bilingual yang ada di SD Kristen 3

    Eben Haezer Salatiga dipilih berdasarkan proses seleksi

    yang dilakukan oleh kepala sekolah. Guru harus

    berlatar belakang pendidikan sesuai dengan bidang

    studi dan memiliki kemampuan komunikasi Bahasa

    Inggris yang baik. Berdasarkan hasil observasi dan

    wawancara dengan kepala sekolah menunjukkan

    bahwa mereka mampu menyampaikan istilah-istilah

    teknis dalam mata pelajaran dan mampu

    menyampaikannya menggunakan Bahasa Inggris. Hal

    ini dipengaruhi oleh keinginan guru untuk mempelajari

    Bahasa Inggris yang besar, proses seleksi oleh kepala

    sekolah serta adanya pelatihan yang diadakan oleh

    pihak sekolah.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

    guru kelas bilingual yang ada di SD Kristen 3 Eben

    Haezer Salatiga telah memenuhi pengetahuan tentang

    istilah teknis dalam mata pelajaran tertentu dan

    pengetahuan tentang tata Bahasa Inggris. Di sisi lain,

    menurut bebe-rapa guru yang tidak memiliki latar

    pendidikan Bahasa Inggris menganggap bahwa

    pelatihan yang diadakan masih kurang. Mereka

    berpendapat bahwa sebaiknya kursus atau pendidikan

    dan pelatihan Bahasa Inggris diberikan secara rutin

    atau berkelanjutan sehingga guru memeroleh

    pemahaman dan kemampuan berkomunikasi dalam

    Bahasa Inggris dengan baik dan lancar.

  • 67

    Dari sudut pandang yang berbeda, selain guru

    yang menjadi sumber masukan dari program kelas

    bilingual, kurikulum yang digunakan juga menjadi

    sumber input yang penting. Kurikulum yang digunakan

    di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga adalah KTSP

    (Kurikulum Tingkat Satuan Dasar). Kurikulum KTSP

    memungkinkan masing-masing satuan pendidikan

    untuk menyusun dan membuat bentuk kurikulum

    sesuai dengan kondisi pendidikan di unit tersebut.

    Penyusunan materi juga disesuaikan dengan tingkat

    kemampuan siswa. Hal tersebut sesuai dengan

    pernyataan Astika (2009) yang mengungkapkan bahwa

    untuk dapat melaksanakan konsep kelas bilingual salah

    satu syarat yang harus dipenuhi adalah substansi

    pelajaran harus cocok dengan tingkat perkembangan

    kognitif dan kemampuan Bahasa Inggris siswa. Dari

    hasil wawancara dari kepala sekolah dan guru

    diperoleh data bahwa materi yang diberikan oleh

    peserta didik sudah disesuaikan dengan tingkat

    kemampuan siswa dan mengacu pada kurikulum yang

    ditetapkan oleh pemerintah.

    Di sisi lain, Astika (2009) mengungkapkan bahwa

    materi pelajaran di kelas bilingual ditulis dalam Bahasa

    Inggris dan relevan dengan kurikulum atau kebutuhan

    akademik siswa. Dengan demikian pengajaran menjadi

    bermakna dan dapat menjadi faktor pendorong motivasi

    belajar. Ketika program kelas bilingual di SD Kristen 3

    Eben Haezer Salatiga dilakukan pertama kali di tahun

    pelajaran 2003/2004, buku ajar yang digunakan ditulis

    oleh guru yang mengajar materi bilingual dalam Bahasa

    Inggris. Namun, setelah program tersebut berjalan

  • 68

    selama satu tahun, beberapa orang tua memberi

    masukan bagaimana jika buku ajar tersebut ditulis

    dalam dua bahasa yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa

    Indonesia sehingga mudah dipahami. Berawal dari

    masukan orang tua, sekolah kemudian bekerja sama

    dengan salah satu penerbit untuk menyediakan buku

    ajar sains dan matematika dalam dua bahasa.

    Dalam pelaksanaan program kelas bilingual,

    pembiayaan sangat diperlukan untuk menunjang

    efektifitas dan efisiensi pengelolaan program tersebut.

    Sumber dana yang diperoleh sekolah untuk

    pembiayaan program kelas bilingual berasal dari dana

    BOS, yayasan dan partisipasi dari orang tua peserta

    didik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,

    pembiayaan untuk program kelas bilingual di SD

    Kristen 3 Eben Haezer Salatiga dapat terpenuhi karena

    adanya dukungan dana dari yayasan serta orang tua.

    Pembiayaan yang mencukupi juga didukung

    dengan sarana prasarana yang dimiliki oleh SD Kristen

    3 Eben Haezer Salatiga. Dari hasil penelitian yang

    dilakukan oleh Sugianto (2014), disebutkan bahwa

    sarana prasarana merupakan faktor pendukung

    pembelajaran yang efektif dalam penerapan kelas

    bilingual. Secara umum sarana prasarana yang dimiliki

    oleh SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga tersedia cukup

    lengkap dan dalam kondisi yang baik. Sarana

    prasarana ini mencakup ruangan kelas, media audio

    visual, bahan pustaka, jaringan internet, laboratorium

    bahasa, IPA dan komputer, sarana pendukung kerja

    dan pembelajaran.

  • 69

    Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah

    sudah dioptimalkan oleh guru dalam proses belajar

    mengajar bilingual. Sarana prasarana tersebut cukup

    memadai dan dalam keadaan yang baik sehingga dapat

    mendukung guru dalam melaksanakan pembelajaran

    lebih efektif. Namun, dari hasil wawancara dari kepala

    sekolah diperoleh keterangan bahwa perlu adanya

    perbaikan alat-alat headset di laboratorium bahasa.

    Meskipun menurut pendapat guru kerusakan tersebut

    tidak sampai mengganggu proses belajar mengajar

    namun kepala sekolah berpendapat bahwa perbaikan

    tersebut perlu dilakukan untuk menunjang proses

    belajar mengajar.

    4.2.3 Proses (Process)

    Evaluasi proses digunakan dalam program

    sebagai data untuk mengimplementasikan keputusan

    yang dirancang dalam proses (pelaksanaan). Menurut

    Arikunto dan Jabar (2014:47), menyatakan bahwa

    evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan

    yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana

    sesuai dengan rencana.. Dalam aspek proses akan

    dibahas rencana dan proses pelaksanaan kelas bilingual

    meliputi persiapan guru, pelaksanaan pembelajaran

    dan penilaian hasil belajar.

    Persiapan yang dilakukan oleh guru di kelas

    bilingual dilakukan dengan team teaching. Menurut

    Astika (2009), strategi pelaksanaan team teaching harus

    dipersiapkan dengan seksama. Persiapan dilakukan

    untuk membicarakan bagaimana cara mengajar peserta

    didik secara efektif. Guru mata pelajaran dan guru

  • 70

    Bahasa Inggris memerlukan pertemuan dan diskusi

    secara teratur untuk merencanakan persiapan

    mengajar antara lain menyangkut: 1) apa yang akan

    diajarkan; 2) materi atau sumber belajar yang akan

    dipakai; 3) peran dan tanggung jawab masing-masing

    guru; 4) bagaimana mengevaluasi belajar peserta didik;

    5) bagaimana cara membantu peserta didik yang lemah

    dan perlu bantuan.

    Persiapan di kelas bilingual dilakukan oleh guru

    dalam team teaching yang terdiri dari dua guru untuk

    masing-masing tingkatan kelas dan dipilih oleh kepala

    sekolah dengan mempertimbangkan kemampuan

    Bahasa Inggris dan penguasaan konsep dari materi

    yang diajarkan. Guru yang tergabung dalam team

    teaching memiliki tugas dan tanggung jawab yang

    sama.

    Team teaching melakukan persiapan dalam

    pembuatan silabus, RPP, Prota dan Promes di setiap

    awal tahun pelajaran baru. Team teaching juga

    menentukan materi pembelajaran yang akan diajarkan

    serta mempersiapkan alat peraga yang digunakan.

    Masing-masing guru yang tergabung dalam team

    teaching bertanggung jawab untuk membuat rencana

    mingguan berisi tentang materi dan kegiatan belajar

    untuk seminggu ke depan, membuat soal-soal atau

    tugas untuk mengevaluasi kemampuan peserta didik

    serta membantu peserta didik yang masih belum

    mencapai nilai minimal dengan memberikan tambahan

    pelajaran. Team teaching mengadakan pertemuan tidak

    hanya di awal tahun pelajaran baru tetapi juga

    dilakukan sesuai kebutuhan terkait dengan materi

  • 71

    pembelajaran dan masalah yang ditemui dalam

    pelaksanaan pembelajaran.

    Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

    persiapan yang dilakukan oleh team teaching di kelas

    bilingual telah dilakukan dengan baik. Team teaching

    sudah melakukan pertemuan secara rutin di setiap

    awal tahun pelajaran baru untuk menentukan rencana

    pembelajaran, topik bahasan, cara mengevaluasi siswa

    dan memberikan jam tambahan untuk membantu

    peserta didik yang masih lemah dalam memahami

    materi yang diajarkan.

    Persiapan yang dilakukan dengan baik akan

    menjadi faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran

    yang baik pula. Dalam penelitiannya, Harits (2010)

    mengungungkapkan bahwa pembelajaran meng-

    gunakan Bahasa Inggris di kelas bilingual untuk anak

    usia dini harus menyenangkan. Anak-anak usia dini,

    khususnya yang berusia sampai sembilan atau sepuluh

    tahun memiliki karakter yang khusus. Mereka biasanya

    memiliki semangat yang luar biasa dalam mengenal

    hal-hal baru dan mempunyai rasa ingin tahu yang

    besar. Dalam pembelajaran di kelas bilingual, mereka

    mampu memahami makna kata, meskipun mereka

    tidak mengerti terjemahannya. Di sisi lain, anak-anak

    mudah merasa bosan sehingga guru diharapkan

    mampu menggunakan berbagai macam metode

    pembelajaran bilingual.

    Astika (2009) mengungkapkan bahwa agar terjadi

    pembelajaran yang efektif di kelas bilingual, perlu

    diciptakan kesempatan bagi peserta didik untuk

    mengadakan interaksi sebab interaksi merupakan pra

  • 72

    syarat penting untuk terjadinya pembelajaran. Dalam

    proses pembelajaran guru diharapkan dapat

    memberikan banyak kesempatan bagi peserta didik

    untuk bertukar pendapat, bertukar pikiran antar

    peserta didik maupun dengan guru. Apabila tersebut

    dapat dilakukan menggunakan berbagai metode

    pembelajaran yang menyenangkan dan mendorong

    siswa untuk aktif.

    Pelaksanaan pembelajaran yang dirancang dalam

    team teaching di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga

    sudah menggunakan metode pembelajaran yang

    bervariasi. Metode pembelajaran yang diterapkan di

    kelas bilingual berorientasi pada pembelajaran siswa

    aktif (active learning), pembelajaran yang

    menyenangkan (fun learning) dan mendorong siswa

    untuk dapat menyelesaikan masalah (problem solving).

    Hal tersebut nampak dalam obeservasi yang dilakukam

    penulis ketika mengikuti pembelajaran yang dilakukan

    di kelas bilingual. Guru menggunakan permainan dalam

    metode pembelajaran fun learning untuk membuat

    peserta didik tertarik dengan pelajaran yang

    disampaikan dan memberikan reward kepada peserta

    didik yang mendapatkan poin terbanyak. Peserta didik

    nampak antusias dan aktif selama permainan

    berlangsung. Metode lain yang digunakan adalah

    experiment dan diskusi saat mata pelajaran sains untuk

    mempelajari jenis gerak benda, guru mengadakan

    percobaan sederhana menggunakan bola pingpong, bola

    kaki plastik, gelas dan air. Peserta didik diminta untuk

    melakukan percobaan kemudian mendiskusikan hasil

    yang diperoleh.

  • 73

    Mencermati uraian di atas, dapat disimpulkan

    bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas

    bilingual, guru sudah menggunakan metode yang

    bervariasi sehingga membuat peserta didik merasa

    senang dengan materi yang disampaikan. Metode yang

    digunakan oleh guru juga mendorong peserta didik

    untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

    Setelah pelaksanaan pembelajaran berikutnya

    yaitu penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar

    sesuai dengan Permendiknas nomor 41 tahun 2007

    dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk

    mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik

    serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan

    kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses

    pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten,

    sistematik, terprogram dengan menggunakan tes dan

    non tes dalam bentuk lisan atau tertulisl, pengamatan,

    pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,

    proyek atau produk. Penilaian ulangan harian

    dilaksanakan pada waktu tertentu sedangkan ulangan

    tengah semester dan akhir semester dilakukan secara

    serempak.

    Penilaian hasil belajar peserta didik dalam

    program kelas bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer

    Salatiga sudah dilakukan sesuai dengan Permendiknas

    nomor 41 tahun 2007. Penilaian yang dilakukan oleh

    guru tidak hanya berdasarkan tes tertulis namun juga

    lisan dan dilakukan lewat keaktifan peserta didik

    selama proses belajar mengajar berlangsung dan juga

    pengerjaan tugas yang diberikan. Tugas yang diberikan

    oleh guru tidak hanya dikerjakan di sekolah namun ada

  • 74

    juga tugas yang harus dipersiapkan di rumah. Tugas

    dan soal-soal yang diberikan ditulis dalam Bahasa

    Inggris agar dapat mengevaluasi kemampuan dan

    pemahaman peserta didik mengenai materi bilingual

    yang diajarkan.

    4.2.4 Hasil (Product)

    Evaluasi hasil merupakan evaluasi yang

    dilakukan untuk mengukur keberhasilan pencapaian

    tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi hasil merupakan

    tahap akhir dan berfungsi untuk membantu pe-

    nanggungjawab program dalam mengambil keputusan.

    Menurut Sudjana (2008:56), evaluasi program me-

    ngukur dan menginterpretasi pencapaian program

    selama pelaksanaan program. Dalam penelitian yang

    dilakukan hasil dari program kelas bilingual mencakup

    ketercapaian standar kompetensi, sikap peserta didik

    dan prestasi yang diraih oleh peserta didik.

    Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh guru

    dan kepala sekolah diperoleh data bahwa ketercapaian

    peserta didik dalam memenuhi standar kompetensi di

    kelas bilingual tergolong baik. Berdasarkan wawancara

    dengan guru diketahui bahwa hampir 80% dari peserta

    didik sudah mampu mencapai standar kompetensi yang

    ada lewat KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah

    ditetapkan oleh sekolah.

    Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh

    keterangan bahwa peserta didik memiliki sikap yang

    positif terhadap pembelajaran sains dan matematika di

    kelas bilingual. Berdasarkan hasil wawancara yang

    diperoleh dari orang tua dapat disimpulkan bahwa

  • 75

    peserta didik di kelas bilingual memiliki pengetahuan

    sains dan matematika dalam Bahasa Inggris dan

    mereka mampu berpikir kritis serta kemampuan

    Bahasa Inggris mereka lebih baik dibandingkan peserta

    didik dari sekolah dasar yang lain.

    Hasil yang ditemukan dilapangan sejalan dengan

    Santrock (2011:220) yang menyatakan bahwa

    bilingualisme mempunyai pengaruh yang positif

    terhadap perkembangan kognitif anak-anak. Walaupun

    menuai banyak kontraversi tapi pembelajaran bilingual

    sangat bermanfaat bagi perkembangn dan struktur

    bahasa anak dan usia sekolah dasar merupakan usia

    yang sangat cocok untuk memulai pembelajaran

    dengan dua bahasa. Anak-anak yang lancar dalam dua

    bahasa, mendapatkan nilai yang lebih baik diban-

    dingkan dengan rekan-rekan mereka yang ber-bicara

    dalam satu bahasa.

    Penelitian lain yang memperkuat pernyataan di

    atas dilakukan oleh Sugianto (2014) yang mengung-

    kapkan bahwa penerapan kelas bilingual di SMP Negeri

    1 Dukuh dapat berdampak positif terhadap pening-

    katan mutu pembelajaran terutama pada pelajaran

    Bahasa Inggris dan MIPA. Hal tersebut dipengaruhi oleh

    bagaimana sekolah mengelola kelas bilingual sehingga

    pelaksanaan proses belajar mengajar dapat berjalan

    dengan optimal.