BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. …...Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal/sebelum...

41
51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Bagian dalam pelaksanaan tindakan ini akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi PraSiklus/ Kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi PraSiklus membahas mengenai kondisi awal siswa termasuk di dalamnya hasil belajar mata pelajaran IPA sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian. Selanjutnya pada deskripsi siklus I menjelaskan tentang pelaksanaan tindakan penelitian siklus I meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I. Sama halnya dengan yang dijelaskan pada sub judul deskripsi siklus I, pada bagian deskripsi siklus II menguraikan tentang tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus II. 4.1.1. Deskripsi PraSiklus/ Kondisi Awal Penelitian ini dilakukan di SDN Bugel 01 Salatiga pada Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. SDN Bugel 01 memiliki tenaga pendidik dan kependidikan dengan jumlah 13 orang diantaranya 1 Kepala Sekolah, 6 Guru Kelas, 1 Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, 1 Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris, 1 Guru Mata Pelajaran PenjasOrkes, 1 Pustakawan, 1 Penjaga Sekolah dan 1 guru Tari. Seluruh tenaga pendidik yang mengampu di SDN Bugel 01 Salatiga mempunyai latar belakang pendidikan S1. Subjek Penelitian pada PTK ini adalah siswa kelas 5 SDN Bugel 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan jumlah 17 siswa pada pembelajaran IPA dengan Kompetensi Dasar (KD) 7.6. Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan dan Kompetensi Dasar (KD) 7.7. Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi. Mata Pelajaran IPA di kelas 5 SDN Bugel 01 Salatiga

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. …...Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal/sebelum...

  • 51

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Pelaksanaan Tindakan

    Bagian dalam pelaksanaan tindakan ini akan menguraikan tiga sub judul yaitu

    deskripsi PraSiklus/ Kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi

    PraSiklus membahas mengenai kondisi awal siswa termasuk di dalamnya hasil

    belajar mata pelajaran IPA sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian. Selanjutnya

    pada deskripsi siklus I menjelaskan tentang pelaksanaan tindakan penelitian siklus I

    meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan

    refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I. Sama halnya dengan yang dijelaskan pada

    sub judul deskripsi siklus I, pada bagian deskripsi siklus II menguraikan tentang

    tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi dari

    pelaksanaan tindakan siklus II.

    4.1.1. Deskripsi PraSiklus/ Kondisi Awal

    Penelitian ini dilakukan di SDN Bugel 01 Salatiga pada Semester II Tahun

    Pelajaran 2014/2015. SDN Bugel 01 memiliki tenaga pendidik dan kependidikan

    dengan jumlah 13 orang diantaranya 1 Kepala Sekolah, 6 Guru Kelas, 1 Guru Mata

    Pelajaran Pendidikan Agama Islam, 1 Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris, 1 Guru

    Mata Pelajaran PenjasOrkes, 1 Pustakawan, 1 Penjaga Sekolah dan 1 guru Tari.

    Seluruh tenaga pendidik yang mengampu di SDN Bugel 01 Salatiga mempunyai latar

    belakang pendidikan S1.

    Subjek Penelitian pada PTK ini adalah siswa kelas 5 SDN Bugel 01 Salatiga

    Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan jumlah 17 siswa pada pembelajaran

    IPA dengan Kompetensi Dasar (KD) 7.6. Mengidentifikasi peristiwa alam yang

    terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan dan

    Kompetensi Dasar (KD) 7.7. Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat

    mengubah permukaan bumi. Mata Pelajaran IPA di kelas 5 SDN Bugel 01 Salatiga

  • 52

    diampu oleh guru kelas 5 yaitu Puji Nuryati. Beliau mengampu seluruh mata

    pelajaran yang diajarkan di kelas 5 kecuali untuk mata pelajaran yang telah diampu

    oleh guru mata pelajaran masing-masing yaitu PAI, Bahasa Inggris, dan PenjasOrkes.

    Ibu Puji Nuryati merupakan Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Beliau

    menempuh pendidikan pada masa jabatannya sebagai seorang guru SD sehingga

    dalam hal kinerjanya sebagai seorang guru beliau cukup berkompeten dalam

    bidangnya tersebut.

    Sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan

    kegiatan observasi. Observasi dilakukan pada hari Kamis, 25 Februari 2015 dengan

    mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa

    kelas 5 di SDN Bugel 01 Salatiga. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah

    dilakukan ditemukan beberapa permasalahan yang muncul di dalam pelaksanaan

    pembelajaran.

    Permasalahan yang muncul adalah terkait dengan hasil belajar yang rendah yang

    diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    diantaranya yaitu faktor dari guru dan siswa itu sendiri. Tingkat kemampuan siswa

    terhadap mata pelajaran IPA dan antusiasme siswa yang rendah dalam mengikuti

    setiap proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor dari sisi siswa yang

    menyebabkan rendahnya perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA, kurangnya

    antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat terlihat dari

    karakteristik siswa yang asyik berbicara dengan teman sebangku dan sibuk dengan

    permainannya sendiri ketika guru mulai menyampaikan materi, siswa belum bisa

    fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan cenderung mengacuhkan proses

    pembelajaran yang tengah berlangsung. Keadaan semacam ini membentuk

    karakteristik guru menjadi terlalu mendominasi di setiap proses belajar mengajar.

    Dominasi guru di dalam kegiatan pembelajaran ini juga merupakan salah satu faktor

    penyebab rendahnya hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SDN Bugel

    01Salatiga, faktor penyebab lain yang berasal dari guru yang mengakibatkan hasil

    belajar mata pelajaran IPA rendah diantaranya yaitu masih kurangnya keterampilan

  • 53

    guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran atau belum menerapkan variasi model

    pembelajaran yang mampu menumbuhkan ketertarikan atau antusiasme siswa untuk

    belajar, guru masih nyaman menerapkan pembelajaran dengan metode ceramah yang

    dianggap lebih praktis.

    Pembelajaran yang diterapkan oleh guru selama ini masih memposisikan guru

    sebagai subjek yang utama, siswa hanya menjadi objek pasif untuk menerima semua

    materi yang guru sampaikan, guru menganggap ceramah sudah merupakan cara yang

    paling ampuh untuk menyampaikan materi kepada siswa, menurutnya yang

    terpenting ialah materi dapat diterima oleh siswa di sini guru cenderung

    mengesampingkan proses di mana siswa dapat memperoleh pengetahuan dari

    aktivitas yang merangsang mereka untuk membangun konsep tentang materi yang

    dipelajari. Beberapa faktor tersebut menjadi hambatan di dalam pelaksanaan kegiatan

    pembelajaran di kelas 5 SDN Bugel 01 Salatiga, hambatan-hambatan yang muncul

    tersebut menyebabkan pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang efektif

    sehingga siswa merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran, siswa cenderung

    jenuh dan bosan di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, konsentrasi siswa juga

    lebih mengarah pada aktivitas yang ada diluar kegiatan pembelajaran dan bukan

    kepada materi pelajaran yang tengah sampaikan oleh guru. Kondisi yang demikian

    berdampak pada perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA yang masih kurang dari

    Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70). Batas nilai KKM ≥ 70 merupakan KKM

    dari SDN Bugel 01 Salatiga yang telah ditentukan oleh guru untuk mata pelajaran

    IPA.

    Hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SDN Bugel 01 Salatiga sebelum

    pelaksanaan tindakan diperoleh dari data ulangan mata pelajaran IPA siswa kelas 5

    SDN Bugel 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014. Data hasil ulangan IPA dapat

    dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

  • 54

    Tabel 4.1

    Distribusi Frekuensi Nilai IPA

    Kondisi Awal

    NO Rentang Nilai Frekuensi Persentase Kategori

    1 50 – 59 7 41,18% Kurang Sekali

    2 60 – 69 3 17,65% Kurang

    3 70 – 79 4 23,53% Cukup

    4 80 – 89 2 11,76% Baik

    5 90 – 99 1 5,88% Baik Sekali

    Jumlah siswa 17 100%

    Nilai Rata-Rata 67,23

    Nilai Tertinggi 90

    Nilai Terendah 50

    Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai ulangan mata pelajaran IPA dapat

    dikatakan hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah.

    Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang belum mencapai Kriteria

    Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70), sebagian besar siswa masih memperoleh nilai

    dibawah KKM 70. Sebanyak 10 siswa dari total keseluruhan 17 siswa masih belum

    tuntas dalam mata pelajaran IPA, hanya ada 7 siswa yang berhasil tuntas dengan

    perolehan nilai melebihi KKM 70. Dari tabel tersebut diketahui perolehan nilai siswa

    pada rentang nilai antara 50-59 sejumlah 7 siswa dengan persentase 41,18% dari

    jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 60-69 sejumlah 3 siswa dengan persentase

    17,65% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 70-79 sejumlah 4 siswa dengan

    persentase 23,53% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai antara 80-89

    sejumlah 2 siswa dengan persentase 11,76% dari jumlah keseluruhan siswa, dan

    rentang nilai 90-99 sejumlah 1 orang siswa dengan persentase 5,88% dari jumlah

    keseluruhan siswa. Dari daftar nilai pada kondisi awal (PraSiklus) nilai tertinggi yang

  • 55

    diperoleh siswa adalah 90 dan nilai terendah 50 (Untuk daftar nilai ulangan harian

    IPA semester II dapat dilihat pada lampiran halaman 203).

    Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam diagram 4.1 sebagai berikut:

    Gambar 4.1

    Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kondisi Awal

    Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil perolehan nilai

    pada kondisi awal/sebelum tindakan dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2.

    Tabel 4.2

    Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal

    No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah siswa

    Frekuensi Persentase (%)

    1. Tuntas ≥ 70 7 41,17 %

    2. Tidak Tuntas < 70 10 58,83%

    Jumlah 100 %

    Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal/sebelum tindakan dapat diketahui

    bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥

    70) sejumlah 10 siswa atau 58,83% dari total keseluruhan siswa, sedangkan yang

    sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 7 siswa dengan persentase

    41,17% dari total keseluruhan siswa. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa

    persentase jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal lebih kecil

    dibandingkan dengan jumlah siswa yang belum berhasil. mencapai kentutasan

  • 56

    minimal. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat pada diagram 4.2

    berikut.

    Gambar 4.2

    Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal

    Berdasarkan hasil belajar IPA yang masih rendah, dibuktikan dengan nilai

    ulangan mata pelajaran IPA semester II siswa kelas 5 SDN Bugel 01 Salatiga maka

    peneliti merasa perlu mengadakan perbaikan pembelajaran IPA dengan menerapkan

    model pembelajaran make a match , sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar

    mata pelajaran IPA melalui penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak

    dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

    4.1.2. Deskripsi Siklus I

    Pada sub unit deskripsi siklus I ini, akan menguraikan tentang tahap perencanaan,

    pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan dan refleksi pada siklus I.

    Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan, masing-

    masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit.

    4.1.2.1.Perencanaan Tindakan

    Pada sub unit ini akan menjelaskan mengenai perencanaan yang dilakukan oleh

    peneliti bersama dengan guru kolaborator sebelum pelaksanaan tindakan

  • 57

    pembelajaran dengan model pembelajaran make a match meliputi penyusunan RPP

    dan segala sesuatu yang menujang pelaksanaan tindakan pembelajaran yang akan

    dilaksanakan termasuk perencanaan tes evaluasi yang akan dilakukan pada pertemuan

    terakhir disetiap siklusnya. Tindakan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam

    tiga kali pertemuan yaitu pertemuan pertama, kedua,dan ketiga, masing-masing

    pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit, dengan rincian sebagai berikut:

    Rencana tindakan pada siklus I terdiri dari 3 perencanaan pertemuan dengan

    rincian sebagai berikut:

    1) Pertemuan Pertama

    Setelah peneliti memperoleh data dari hasil observasi, maka peneliti melakukan

    diskusi dengan guru kelas V mengenai materi pembelajaran IPA yang akan disajikan

    dengan pembelajaran make a match. Penyusunan RPP didiskusikan dengan Ibu Puji

    Nuryati selaku guru kelas 5 dan sebagai guru kolaborator dalam pelaksanaan tindakan

    penelitian. Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan waktu penelitian, penyusunan

    indikator dan tujuan pembelajaran di dalam proses pembelajaran. Guru menentukan

    standar kompetensi (SK) yakni 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan

    hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dengan kompetensi dasar (KD)

    7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi

    makhluk hidup dan lingkungan. Indikator yang dipakai pada pertemuan pertama

    yakni (1) Mendefinisikan pengertian peristiwa alam yang terjadi di Indonesia, (2)

    Mendefinisikan pengertian dari masing-masing contoh peristiwa alam, (3)

    Menentukan ciri-ciri dari peristiwa alam yang terjadi, (4) Menentukan penyebab

    terjadinya peristiwa alam, (5)Menentukan alat pengukur gempa, cuaca dan iklim.

    Setelah menentukan SK, KD, dan indikator, peneliti menyusun rencana pelaksanaan

    pembelajaran (RPP). Peneliti juga menyiapkan alat peraga yang menunjang proses

    pembelajaran yaitu berupa gambar peristiwa alam, gambar alat pengukur cuaca dan

    iklim, kartu soal, dan kartu jawaban. Peneliti juga menyiapkan lembar absensi siswa,

    lembar observasi aktivitas guru, dan lembar observasi aktivitas siswa.

  • 58

    2) Pertemuan ke Dua

    Rencana tindakan pada siklus I pertemuan ke dua merupakan tindak lanjut dari

    pertemuan pertama, indikator yang digunakan pada pertemuan ke dua adalah

    (1)Menentukan peristiwa alam yang dapat dicegah dan yang tidak dapat dicegah, (2)

    Menentukan dampak dari peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan, dan

    lingkungan, (3) Menentukan bentuk upaya mencegah banjir dan tanah longsor.

    Peneliti menyiapkan alat peraga yang menunjang pembelajaran berupa gambar

    macam-macam peristiwa alam, tanah berumput, tanah yang tidak berumput, alas

    untuk menaruh tanah, dan gelas yang berisi air.

    3) Pertemuan ke Tiga

    Rencana tindakan pada pertemuan ke tiga merupakan tindak lanjut dari

    pertemuan pertama dan pertemuan ke dua. Pertemuan ke tiga digunakan sebagai tes

    evaluasi untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pada siklus I.

    Peneliti menyiapkan lembar soal tes yang berisi 30 soal pilihan ganda.

    4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I

    Pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I dilaksanakan selama 3 kali

    pertemuan dengan alokasi waktu pada tiap pertemuan adalah 2x35 menit atau 2 jam

    pelajaran. Adapun pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I adalah:

    1) Pertemuan Pertama

    Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 April 2015

    pukul 07.00 – 08.15 dan terdiri dari 3 kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal,

    kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Peneliti meminta bantuan observer yaitu ibu Umi

    Uhwati guru pendidikan Agama Islam untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas

    siswa dengan menerapkan pembelajaran make a match pada mata pelajaran IPA.

    Observer mengisi lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti yakni berupa

    lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa dengan cara

    memberikan tanda centang (√) pada kolom skor yang telah disediakan. Langkah –

    langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut:

  • 59

    a. Kegiatan Awal

    Sebelum memulai pelajaran, guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

    selama pembelajaran dan melakukan pengkondisian kelas. Setelah semua siswa siap

    mengikuti pembelajaran, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,

    berdoa menurut agama dan kepercayaan masing – masing dipimpin oleh ketua kelas,

    dan melakukan absensi. Guru melakukan apersepsi dengan mengajak siswanya

    bernyanyi lagu “Tik-Tik Bunyi Hujan” dan dilanjutkan tanya jawab berupa

    pertanyaan yang mengarahkan ke materi yang akan dibahas, kemudian guru tidak

    lupa menyampaikan tujuan pembelajaran.

    b. Kegiatan Inti

    Pada kegiatan inti, guru menyampaikan informasi mengenai macam – macam

    peristiwa alam yang pernah terjadi di Indonesia dengan menggunakan alat peraga

    berupa gambar yakni banjir, tanah longsor, gunung meletus, tsunami, angin puting

    beliung, dan gempa bumi, selan itu guru menyampaikan materi mengenai macam-

    macam alat pengukur cuaca dan iklim dengan menggunakan gambar yaitu sismograf,

    anemometer, barometer, dan penakar hujan. Penyampaian informasi atau materi

    yang dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan

    tanya jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong mengemukakan

    gagasan yang berkaitan dengan materi. Setelah dirasa siswa menguasai materi, guru

    menjelaskan tata cara permainan mencari kartu pasangan (make a match) . Guru

    membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak pada masing – masing siswa.

    Masing - masing siswa hanya menerima satu kartu soal atau satu kartu jawaban saja.

    Siswa yang menerima kartu soal berkumpul dengan siswa yang menerima kartu soal

    dan siswa yang menerima kartu jawaban berkumpul dengan siswa yang menerima

    kartu jawaban. Kelompok soal dan kelompok jawaban saling berhadap – hadapan.

    Masing – masing siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka dapatkan dengan

    batasan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Setelah waktu habis, siswa yang

    belum mendapat pasangan berkumpul di tempat yang berbeda dari siswa yang sudah

    mendapat pasangan. Guru memanggil pasangan siswa secara berurutan berdasarkan

  • 60

    nomor kartu untuk membacakan kartu soal dan kartu jawaban mereka kemudian

    menempelkan kartu tersebut di tempat yang sudah disediakan. Siswa yang lain

    memberikan tanggapan apakah pasangan kartu soal dan kartu jawaban sudah sesuai

    atau belum. Begitu seterusnya sampai semua pasangan selesai membacakan kartu

    soal dan jawabannya. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan

    kecocokan kartu soal dan kartu jawaban dari masing – masing pasangan.

    c. Kegiatan Akhir

    Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi

    yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan meminta salah satu siswa untuk

    membuka masing – masing kartu yang ditempel di depan pada lembar ke tiga yang

    berisi pesan moral yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

    Observasi aktivitas guru dilakukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

    Hasil dari observasi terhadap aktivitas guru siklus I pertemuan pertama dalam

    menerapkan pembelajaran make a match sudah berada dalam kategori baik dengan

    jumlah skor 50. Hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan I dalam menerapkan

    pembelajaran make a match pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN Bugel 01

    Salatiga dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 4.3

    Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus I Pertemuan 1

    no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item

    yang terlaksana

    1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8

    2 Kegiatan awal 2 6

    3 Kegiatan inti 10 30

    4 Kegiatan akhir 2 6

    Jumlah 16 50

    Persentase 78,12%

    Kategori Cukup

  • 61

    Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas guru pada

    siklus I pertemuan pertama diperoleh jumlah skor hasil observasi adalah 50 yang di

    persentasekan menjadi 78,12%. Sehingga aktivitas guru pada siklus pertama

    pertemuan pertama termasuk dalam kategori cukup. Hal ini sesuai dengan pedoman

    yang dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam kategori

    sangat baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk dalam

    kategori cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir >59%

    termasuk dalam kategori kurang sekali. Walaupun pada siklus I pertemuan pertama

    aktivitas guru sudah cukup, masih terdapat 3 indikator yang masih perlu ditingkatkan

    yakni pada indikator melakukan tanya jawab tentang materi, menjelaskan permainan

    make a match, serta mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa selama

    melakukan permainan. Pada siklus I pertemuan pertama, ketiga indikator tersebut

    masih mendapatkan skor 2 yaitu dilaksanakan dengan cukup oleh guru. Observer

    memberikan skor 2 pada indikator tersebut dikarenakan guru hanya melakukan tanya

    jawab dengan siswa secara klasikal, sehingga hanya siswa yang aktif saja yang

    melakukan tanya jawab dengan guru, siswa yang lain hanya duduk diam. Guru masih

    terlihat kebingungan dalam menjelaskan tata cara permainan make a match pada

    siswa, sehingga siswa masih merasa kebingungan dengan tata cara permainan make a

    match. Guru juga kurang mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa selama

    melakukan permainan sehingga siswa merasa kebingungan. Untuk mengetahui lebih

    jelas mengenai data hasil observasi guru pada siklus pertama pertemuan pertama

    dapat dilihat pada lampiran halaman 186.

    Selain melakukan observasi terhadap aktivitas guru, observer juga melakukan

    observasi terhadap aktivitas belajar siswa. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar

    siswa kelas V SDN Bugel 01 Salatiga pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan

    pembelajaran make a match siklus I pertemuan I dapat dilihat pada tabel 4.4.

  • 62

    Tabel 4.4

    Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus I Pertemuan 1

    no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item

    yang terlaksana

    1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 6

    2 Kegiatan awal 2 7

    3 Kegiatan inti 9 23

    4 Kegiatan akhir 2 6

    Jumlah 15 42

    Persentase 70%

    Kategori Cukup

    Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas siswa pada

    siklus I pertemuan pertama diperoleh jumlah skor hasil observasi adalah 42 yang di

    persentasekan menjadi 70%. Sehingga aktivitas siswa pada siklus pertama pertemuan

    pertama termasuk dalam kategori cukup. Hal ini sesuai dengan pedoman yang

    dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam kategori sangat

    baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk dalam kategori

    cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir >59% termasuk

    dalam kategori kurang sekali. Masih ada 6 indikator yang belum dilaksanakan dengan

    baik oleh siswa. Siswa belum memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Masih

    banyak siswa yang bergurau sendiri saat guru menyampaikan materi. Hanya siswa

    yang aktif saja yang mengajukan materi pada guru, padahal sebenarnya siswa belum

    mengerti dengan materi yang disampaikan guru. Terbukti ketika guru mengajukan

    pertanyaan pada siswa, tidak sampai setengah dari sejumlah siswa yang menjawab

    pertanyaan guru dengan benar. Saat permainan mencari kartu pasangan akan dimulai,

    siswa dari masing-masing kelompok justru berdiskusi dengan teman satu kelompok

    untuk mendiskusikan kartu yang didapatnya, justru tidak berhadap-hadapan dengan

  • 63

    kelompok pasangannya. Siswa masih tampak kebingungan dalam mencari kartu

    pasangannya.

    Aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama sudah

    mencapai indikator kinerja yakni pada kategori cukup. Sedangkan aktivitas siswa

    pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama belum mencapai indikator

    kinerja karena masih berada pada kategori cukup. Untuk mengetahui lebih jelas

    mengenai data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus pertama pertemuan pertama

    dapat dilihat pada lampiran halaman 188.

    2) Pertemuan ke Dua

    Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari

    Rabu tanggal 22 April 2015 selama 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 2x35 menit

    yang dimulai pukul 07.00-08.15. Pada pertemuan ini terdiri dari tiga kegiatan

    pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Materi yang

    dibahas melanjutkan dari materi pada siklus I pertemuan pertama mengenai peristiwa

    alam yang dapat dicegah dan yang tidak dapat dicegah, dampak dari peristiwa alam

    terhadap kehidupan manusia, hewan, dan lingkungan, dan bentuk upaya mencegah

    banjir dan tanah longsor.

    a. Kegiatan Awal

    Sebelum memulai pelajaran guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

    selama pembelajaran dan melakukan pengkondisian kelas agar siswa siap mengikuti

    pembelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi tanpa didahului dengan absensi

    dan berdoa karena pembelajaran IPA dilakukan bukan pada jam pertama. Guru

    melakukan apersepsi dengan tanya jawab tentang akibat banjir yang melanda kota

    Jakarta dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.

    b. Kegiatan Inti

    Pada kegiatan inti, pertama –tama guru menyampaikan informasi mengenai

    peristiwa alam yang dapat dicegah dan peristiwa alam yang tidak dapat dicegah,

    selanjutnya mengenai dampak peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan,

    dan lingkungan dan yang terakhir mengenai bentuk upaya yang dilakukan untuk

  • 64

    mencagah banjir dan tanah longsor. Penyampaian informasi atau materi yang

    dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan tanya

    jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong mengemukakan gagasan

    yang berkaitan materi. Guru menyediakan alat peraga berupa gambar mengenai

    contoh gambar tentang peristiwa alam dan berbagai cara untuk mencagahnya. Setelah

    itu siswa menyimpulkan atau mendiskripsikan peristiwa alam beserta cara

    pencegahannya berdasarkan gamabr yang sudah disediakan. Guru melakukan tanya

    jawab dengan siswa menegnai gambar tersebut. Setelah dirasa siswa menguasai

    materi, guru menjelaskan tata cara permainan mencari kartu pasangan (make a match)

    .Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak pada masing – masing

    siswa. Masing - masing siswa hanya menerima satu kartu soal atau satu kartu

    jawaban saja. Siswa yang menerima kartu soal berkumpul dengan siswa yang

    menerima kartu soal dan siswa yang menerima kartu jawaban berkumpul dengan

    siswa yang menerima kartu jawaban. Kelompok soal dan kelompok jawaban saling

    berhadap – hadapan. Masing – masing siswa mencari pasangan dari kartu yang

    mereka dapatkan dengan batasan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Setelah

    waktu habis, siswa yang belum mendapat pasangan berkumpul di tempat yang

    berbeda dari siswa yang sudah mendapat pasangan. Guru memanggil pasangan siswa

    secara berurutan berdasarkan nomor kartu untuk membacakan kartu soal dan kartu

    jawaban mereka kemudian menempelkan kartu tersebut di tempat yang sudah

    disediakan. Siswa yang lain memberikan tanggapan apakah pasangan kartu soal dan

    kartu jawaban sudah sesuai atau belum. Begitu seterusnya sampai semua pasangan

    selesai membacakan kartu soal dan jawabannya. Guru memberikan konfirmasi

    tentang kebenaran dan kecocokan kartu soal dan kartu jawaban dari masing – masing

    pasangan.

    c. Kegiatan Akhir

    Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi

    yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan meminta salah satu siswa untuk

  • 65

    membuka masing–masing kartu yang ditempel di depan pada lembar ke tiga yang

    berisi pesan moral yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

    Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan

    pembelajaran make a match pada siklus I pertemuan ke II dapat dilihat pada tabel 4.5.

    Tabel 4.5

    Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus I Pertemuan 2

    no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item

    yang terlaksana

    1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8

    2 Kegiatan awal 2 6

    3 Kegiatan inti 10 34

    4 Kegiatan akhir 2 7

    Jumlah 16 55

    Persentase 85,93%

    Kategori Baik

    Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas guru pada

    siklus I pertemuan ke dua diperoleh jumlah skor hasil observasi adalah 55 yang di

    persentasekan menjadi 85,93%. Sehingga aktivitas guru pada siklus pertama

    pertemuan ke dua termasuk dalam kategori baik. Hal ini sesuai dengan pedoman yang

    dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam kategori sangat

    baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk dalam kategori

    cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir >59% termasuk

    dalam kategori kurang sekali. Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan

    pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match sudah meningkat

    dibandingkan dengan aktivitas guru pada pertemuan pertama. Ada 9 indikator yang

    memperoleh skor 3 dan 7 indikator yang memperoleh skor 4. Hasil observasi

    aktivitas guru siklus I pertemuan ke dua mengalami peningkatan dibandingkan

    aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama. Guru sudah mulai mengerti dengan

  • 66

    jalannya permainan mencari kartu pasangan atau permainan make a match. Untuk

    mengetahui lebih jelas mengenai data hasil observasi aktivitas guru pada siklus

    pertama pertemuan ke dua dapat dilihat pada lampiran halaman 190.

    Hasil observasi terhadap aktivitas siswa kelas V SD Negeri Bugel 01 Salatiga

    pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match siklus I

    pertemuan ke dua dapat dilihat pada tabel 4.6.

    Tabel 4.6

    Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus I Pertemuan 2

    no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item

    yang terlaksana

    1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 6

    2 Kegiatan awal 2 8

    3 Kegiatan inti 9 28

    4 Kegiatan akhir 2 6

    Jumlah 15 48

    Persentase 80%

    Kategori Baik

    Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas siswa pada

    siklus I pertemuan ke dua diperoleh jumlah skor hasil observasi adalah 48 yang di

    persentasekan menjadi 80%. Sehingga aktivitas siswa pada siklus pertama pertemuan

    ke dua termasuk dalam kategori baik. Hal ini sesuai dengan pedoman yang

    dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam kategori sangat

    baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk dalam kategori

    cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir >59% termasuk

    dalam kategori kurang sekali. Hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan ke

    dua dari 15 indikator, terdapat 5 indikator yang memperoleh skor 4, 8 indikator

    memperoleh skor 3, dan 2 indikator memperoleh skor 2 dan tidak ada indikator yang

    memperoleh skor 1. Skor total hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan

    ke dua adalah 48 dengan kategori baik. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah skor hasil

  • 67

    observasi aktivitas guru adalah 48 apabila di presentasekan menjadi 80%. Aktivitas

    siswa pada siklus I pertemuan ke dua sudah mengalami peningkatan dibandingkan

    siklus I pertemuan pertama.

    Aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ke dua sudah

    mencapai indikator kinerja yakni sudah berada pada kategori baik.. Aktivitas siswa

    pada pelaksanaan tindakan tindakan siklus I pertemuan ke dua juga sudah mencapai

    indikator kinerja karena sudah berada pada kategori baik. Untuk mengetahui lebih

    jelas mengenai data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus pertama pertemuan ke

    dua dapat dilihat pada lampiran halaman 192.

    3) Pertemuan ke Tiga

    Pertemuan ke tiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus 1 yang dilaksanakan

    pada hari Sabtu tanggal 25 April 2014 pukul 07.00-08.15. Pelaksanaan tindakan

    siklus I pertemuan ke tiga sebagai tindak lanjut, penyempurnaan, dan perbaikan

    proses pembelajaran pertemuan pertama, pertemuan ke dua pada siklus I.

    Evaluasi yang diberikan berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda

    dengan jumlah soal 30. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ke tiga yakni

    diawali dengan memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran

    kemudian berdoa bersama menurut agama dan kepercayaan masing - masing.

    Sebelum membagikan soal evaluasi, guru menata tempat duduk siswa agar siswa

    tidak terlalu dekat duduknya kemudian guru menjelaskan pada siswa tentang tata cara

    mengerjakan soal evaluasi dan peraturan selama siswa mengerjakan soal. Dilanjutkan

    dengan pembagian lembar soal dan lembar jawab oleh guru kepada masing – masing

    siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dan guru mengawasi jalannya

    tes dari awal sampai akhir

    4.1.2.3 Hasil Tindakan Siklus I

    Hasil tindakan pada siklus I diperoleh dari hasil observasi terhadap hasil belajar

    IPA siswa kelas V SD Negeri Bugel 01 Salatiga dengan penerapan pembelajaran

    make a match oleh guru.

  • 68

    1) Hasil Belajar IPA

    Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I dengan menerapkan

    pembelajaran make a match selesai, maka dilakukan evaluasi untuk mengetahui

    pencapaian hasil belajar yang diperoleh dari masing-masing siswa, apakah sudah

    mencapai KKM atau belum mencapai KKM.

    Hasil belajar IPA siklus I disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini:

    Tabel 4.7

    Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I

    NO Rentang Nilai Frekuensi Persentase Kategori

    1 50 - 59 2 11,76% Kurang Sekali

    2 60 - 69 3 17,65% Kurang

    3 70 - 79 8 47,06% Cukup

    4 80 – 89 3 17,65% Baik

    5 90 - 99 1 5,88% Baik Sekali

    Jumlah siswa 17 100%

    Nilai Rata-Rata 71,23

    Nilai Tertinggi 90

    Nilai Terendah 53

    Berdasarkan tabel 4.7 maka dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai 50-

    59 sebanyak 2 siswa dengan persentase11,76%. Siswa yang mendapat nilai 60-69

    sebanyak 3 siswa dengan persentase 17,65%. Siswa yang mendapat nilai 70-79

    sebanyak 8 siswa dengan persentase 47,06%, Siswa yang mendapat nilai 80-89

    sebanyak 3 siswa dengan persentase 17,65%, dan Siswa yang mendapat nilai 90-99

    sebanyak 1 siswa dengan presentase 5,88%. Nilai rata-rata yang diperoleh dari data

    hasil belajar siklus I adalah 71,82 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 53.

    Untuk lebih memperjelas data mengenai hasil belajar siswa siklus I pada tabel 4.7

    maka dapat dibuat diagram batang seperti pada gambar 4.3, dan untuk mengetahui

  • 69

    lebih jelas mengenai nilai hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada lampiran

    halaman 204.

    Gambar 4.3

    Hasil Belajar Siswa Siklus I

    Dari data mengenai hasil belajar siswa siklus I kemudian peneliti melakukan

    analisis mengenai ketuntasan hasil belajar siswa siklus I yang tertera pada tabel

    berikut ini:

    Tabel 4.8

    Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

    No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah siswa

    Frekuensi Persentase (%)

    1. Tuntas ≥ 70 12 70,59 %

    2. Tidak Tuntas < 70 5 29,41%

    Jumlah 17 100 %

    Rata-rata 71,82

    Nilai tertinggi 90

    Nilai terendah 53

    Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas V SD

    Negeri Bugel 01 Salatiga sudah mencapai KKM, yakni 12 dari 17 siswa sudah

    mencapai KKM atau dengan persentase 70,59%. Sedangkan ada 5 siswa yang belum

    mencapai KKM atau dengan persentase 29,41%. Rata-rata hasil belajar IPA siswa

    pada siklus I adalah 71,82, nilai tertinggi 90, dan nilai terendah 53. Berdasarkan

  • 70

    ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Bugel 01 Salatiga siklus I pada

    tabel 4.8 dapat digambarkan dalam diagram lingkaran sebagai berikut:

    Gambar 4.4

    Persentase Ketuntsan Hasil Belajar Siklus I

    Berdasarkan gambar 4.4 tentang persentase ketuntasan hasil belajar IPA siklus I

    dengan penerapan pembelajaran make a match mengalami peningkatan dibandingkan

    dengan hasil belajar IPA yang diperoleh pada hasil belajar pada kondisi awal. Pada

    siklus I ada 12 siswa yang mencapai KKM atau 70,59% siswa sudah mencapai KKM.

    Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran make a match yaitu ≥70,59%

    siswa mencapai KKM (KKM ≥70) sudah berhasil. Untuk lebih meningkatkan hasil

    belajar IPA dengan penerapan pembelajaran make a match maka penelitian

    dilanjutkan siklus II.

    4.1.2.4 Refleksi Siklus I

    Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I baik pertemuan

    pertama, ke dua, maupun ke tiga selesai, maka peneliti melakukan refleksi terhadap

    keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk

    mengevaluasi kelebihan dan kelemahan dari tindakan pembelajaran yang telah

    dilakukan, hasil tindakan, serta hambatan – hambatan yang dihadapi. Hasil refleksi

    berguna untuk menentukan apakah tindakan yang telah dilakukan sudah berhasil atau

  • 71

    belum berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh peneliti. Selain itu,

    juga sebagai dasar untuk menyusun rencana kegiatan pada siklus II.

    Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match

    pada siklus I masih banyak kendala. Kendala tersebut antara lain :

    1. Guru

    a) Guru belum malakukan tanya jawab terhadap siswa tentang materi yang

    disampaikan dengan baik.

    b) Guru masih mengalami kebingungan dalam menjelaskan cara permainan

    make a match.

    c) Guru belum maximal dalam mengawasi aktivitas siswa dan meberikan

    bantuan siswa dalam melakukan permainan.

    2. Siswa

    a) Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru selama proses pembelajaran

    berlangsung.

    b) Siswa tidak mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi

    kepada guru.

    c) Siswa tidak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan baik.

    d) Siswa tidak berkelompok sesuai dengan kartu yang telah ditentukan guru.

    e) Siswa dalam mencari kertu pasangan belum berdasarkan waktu yang telah

    ditentukan dan siswa belum memberikan tanggapan dengan baik terhadap

    kecocokan kartu pasangan yang dipresentasikan oleh temannya.

    Untuk mengatasi kendala pada siklus I, maka dapat dilakukan perbaikan

    sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II berjalan lebih baik.

    Perbaikan tersebut antara lain:

    1. Bagi Guru

    a) Selain memberikan pertanyaan atau tanya jawab secara klasikal, guru

    sebaiknya juga memberikan pertanyaan untuk dijawab oleh masing-masing

    siswa.

  • 72

    b) Guru harus lebih memahami prosedur atau cara pelaksanaan pembelajaran

    make a match sehingga pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat berjalan

    dengan lancar.

    c) Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model make a match, guru harus

    mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa dengan baik agar siswa

    tidak bingung.

    2. Bagi Siswa

    a) Siswa hendaknya memperhatikan penjelasan dari guru selama proses

    pembelajaran berlangsung.

    b) Siswa hendaknya mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan

    materi dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan baik.

    c) Siswa hendaknya berkelompok sesuai dengan kartu pasangan dan waktu

    yang telah ditentukan serta memberikan tanggapan terhadap kecocokan

    kartu dengan baik.

    Dari segi hasil belajar siswa persentase ketuntasan belajar siswa siklus I

    dibandingkan dengan hasil belajar ulangan IPA pada kondisi awal mengalami

    peningkatan. Pada kondisi awal yang diperoleh dari ulangan IPA hanya ada 7 siswa

    yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM≥70) dengan persentase 41,17%.

    Sedangkan pada postest siklus I ada 12 siswa yang mencapai KKM dengan

    persentase 70,59%. Ini berarti hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA sudah

    mencapai indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti.

    4.1.3 Deskripsi Siklus II

    Pada deskripsi siklus II akan diuraikan mengenai tahap perencanaan, pelaksanaan

    tindakan dan observasi, hasil tindakan, dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada

    siklus II dilaksanakan selama 3 pertemuan.

    4.1.3.1 Perencanaan Tindakan

    Rencana tindakan pada siklus II dilaksanakan selama 3 pertemuan. Pembelajaran

    siklus II merupakan upaya perbaikan dari pembelajaran siklus I. Rencana tindakan

    pada siklus II adalah sebagai berikut:

  • 73

    1) Pertemuan pertama

    Rencana tindakan untuk pertemuan pertama yaitu penulis bersama guru

    menentukan standar kompetensi (SK) yakni 7. Memahami perubahan yang terjadi di

    alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dengan kompetensi

    dasar (KD) 7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang.dapat mengubah

    permukaan bumi. Indikator yang dipakai pada pertemuan pertama yakni (1)

    Mendefinisikan pengertian sumber daya alam, (2) Mendefinisikan pengertian sumber

    daya alam yang tidak dapat diperbaharui, (3) Menyebutkan contoh sumber daya alam

    yang tidak dapat diperbarui, (4) Mendefinisikan penggunaan contoh sumber daya

    alam yang tidak dapat diperbaharui. Setelah menentukan SK, KD, dan indikator,

    peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Peneliti juga

    menyiapkan alat peraga yang menunjang proses pembelajaran yaitu berupa gambar

    berbagai macam contoh sumber daya alam, dua buah kotak yang bertuliskan sumber

    daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui,

    serta kartu permainan. Peneliti juga menyiapkan lembar absensi siswa, lembar

    observasi guru, lembar observasi aktivitas siswa.

    2) Pertemuan ke dua

    Rencana tindakan pada siklus I pertemuan ke dua merupakan tindak lanjut dari

    pertemuan pertama, indikator yang digunakan pada pertemuan ke dua adalah (1)

    Mendefinisikan pengertian sumber daya alam yang dapat diperbaharui, (2)

    Menyebutkan contoh sumber daya alam yang dapat diperbaharui, (3) Menyebutkan

    kegiatan manusia yang mengubah permuakaan bumi, (4)Menentukan dampak dari

    masing-masing kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi.

    Peneliti menyiapkan alat peraga yang menunjang pembelajaran berupa gambar

    penebangan hutan secara liar, gambar kegiatan penambangan, gambar kebakaran

    hutan, gambar pemukiman penduduk.

    3) Pertemuan ke tiga

    Rencana tindakan pada pertemuan ke tiga merupakan tindak lanjut dari

    pertemuan pertama dan pertemuan ke dua. Pertemuan ke tiga digunakan sebagai tes

  • 74

    evaluasi untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pada siklus II.

    Peneliti menyiapkan lembar soal tes yang berisi 30 soal pilihan ganda.

    4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus II

    Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan

    dengan alokasi waktu pada tiap pertemuan adalah 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran.

    Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah:

    1. Pertemuan Pertama

    Pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari

    Senin tanggal 27 April 2015 pukul 07.00-08.15 dan terdiri dari kegiatan

    pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Langkah –

    langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut:

    a) Kegiatan Awal

    Pada kegiatan awal, sebelum memulai pelajaran guru melakukan pengkondisian

    kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi

    tanpa didahului dengan absensi dan berdoa karena pembelajaran IPA dilakukan

    bukan pada jam pertama. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab

    tentang benda-benda yang ada di ruang kelas dan asal usul bahannya. Kemudian guru

    menyampaikan tujuan pembelajaran

    b) Kegiatan Inti

    Pada kegiatan inti, pertama –tama guru menyampaikan informasi mengenai

    pengertian sumber daya alam , macam – macam sumber daya alam, contoh masing-

    masing jenis sumber daya alam, dan penggunaannya. Penyampaian informasi atau

    materi yang dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga

    melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong

    mengemukakan gagasan yang berkaitan materi. Guru melakukan tanya jawab

    mengenai gambar-gambar tentang sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui

    serta penggunaannya. Guru menunjuk salah masing-masing siswa untuk

    menyebutkan contoh sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui selain yang

  • 75

    sudah dijelaskan. Setelah guru melakukan tanya jawab kemudian guru bersama siswa

    menyimpulkan tentang pengertian sumber daya alam serta contohnya berserta

    penggunaannya. Setelah dirasa siswa menguasai materi, guru menjelaskan tata cara

    permainan mencari kartu pasangan (make a match) . Guru membagikan kartu soal

    dan kartu jawaban secara acak pada masing – masing siswa. Masing - masing siswa

    hanya menerima satu kartu soal atau satu kartu jawaban saja. Siswa yang menerima

    kartu soal berkumpul dengan siswa yang menerima kartu soal dan siswa yang

    menerima kartu jawaban berkumpul dengan siswa yang menerima kartu jawaban.

    Kelompok soal dan kelompok jawaban saling berhadap – hadapan. Masing – masing

    siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka dapatkan dengan batasan waktu yang

    telah ditentukan oleh guru. Siswa yang sudah menemukan pasangannya segera lapor

    pada guru. setelah waktu habis, siswa yang belum mendapat pasangan berkumpul di

    tempat yang berbeda dari siswa yang sudah mendapat pasangan. Guru memanggil

    pasangan siswa secara berurutan berdasarkan nomor kartu untuk membacakan kartu

    soal dan kartu jawaban mereka kemudian menempelkan kartu tersebut di tempat yang

    sudah disediakan. Siswa yang lain memberikan tanggapan apakah pasangan kartu

    soal dan kartu jawaban sudah sesuai atau belum. Begitu seterusnya sampai semua

    pasangan selesai membacakan kartu soal dan jawabannya. Guru memberikan

    konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan kartu soal dan kartu jawaban dari

    masing – masing pasangan.

    c) Kegiatan Akhir

    Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi

    yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan meminta salah satu siswa untuk

    membuka masing – masing kartu yang ditempel di depan pada lembar ke tiga yang

    berisi pesan moral yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Hasil observasi

    aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a

    match pada siklus II pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel 4.9

  • 76

    Tabel 4.9

    Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus II Pertemuan 1

    no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item

    yang terlaksana

    1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8

    2 Kegiatan awal 2 6

    3 Kegiatan inti 10 36

    4 Kegiatan akhir 2 7

    Jumlah 16 57

    Persentase 89,06%

    Kategori Baik

    Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas guru pada

    siklus II pertemuan pertama diperoleh jumlah skor hasil observasi adalah 57 yang di

    persentasekan menjadi 89,06%. Sehingga aktivitas guru pada siklus ke dua pertemuan

    pertama termasuk dalam kategori baik. Hal ini sesuai dengan pedoman yang

    dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam kategori sangat

    baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk dalam kategori

    cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir >59% termasuk

    dalam kategori kurang sekali. Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan

    pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match sudah meningkat

    dibandingkan dengan aktivitas guru pada siklus I. Ada 9 indikator yang memperoleh

    skor 4 dan 7 indikator yang memperoleh skor 3. Hasil observasi aktivitas guru siklus

    II pertemuan pertama mengalami peningkatan dibandingkan aktivitas guru pada

    siklus I. Guru sudah mengerti dengan jalannya permainan mencari kartu pasangan

    atau permainan make a match. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data hasil

    observasi aktivitas guru pada siklus ke dua pertemuan pertama dapat dilihat pada

    lampiran halaman 194.

  • 77

    Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri Bugel 01

    Salatiga pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match

    siklus II pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel 4.10.

    Tabel 4.10

    Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus II Pertemuan 1

    no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item

    yang terlaksana

    1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8

    2 Kegiatan awal 2 8

    3 Kegiatan inti 9 31

    4 Kegiatan akhir 2 6

    Jumlah 15 53

    Presentase 88,33%

    Kategori Baik

    Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas siswa pada

    siklus I pertemuan pertama diperoleh jumlah skor hasil observasi adalah 53 yang di

    persentasekan menjadi 88,33%. Sehingga aktivitas siswa pada siklus ke dua

    pertemuan pertama termasuk dalam kategori baik. Hal ini sesuai dengan pedoman

    yang dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam kategori

    sangat baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk dalam

    kategori cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir >59%

    termasuk dalam kategori kurang sekali. Hasil observasi aktivitas siswa siklus II

    pertemuan pertama dari 15 indikator, terdapat 8 indikator yang memperoleh skor 3, 7

    indikator memperoleh skor 4, dan tidak ada indikator yang memperoleh skor 2 dan 1..

    Aktivitas siswa pada siklus II pertemuan pertama sudah mengalami peningkatan

    dibandingkan siklus I. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data hasil observasi

    aktivitas siswa pada siklus ke dua pertemuan pertama dapat dilihat pada lampiran

    halaman 196.

  • 78

    Aktivitas guru dan aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan

    pertama sudah mencapai indikator kinerja yakni sudah berada pada kategori baik.

    2. Pertemuan ke Dua

    Pelaksanaan tindakan dan observasi pada pertemuan ke dua siklus 2 dilaksanakan

    pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 pukul 07.00-08.15 yang terdiri dari kegiatan

    pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Peneliti meminta

    bantuan observer yaitu kepala sekolah untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas

    siswa dengan menerapkan pembelajaran make a match pada mata pelajaran IPA.

    Observer mengisi lembar obsevasi yang telah disediakan oleh peneliti yakni berupa

    lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa dengan cara

    memberikan tanda centang (√) pada kolom skor yang telah disediakan. Selain

    mengisi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa. Langkah – langkah

    pembelajaran pada siklus II pertemuan ke dua adalah sebagai berikut:

    a) Kegiatan Awal

    Pada kegiatan awal, sebelum memulai pelajaran guru melakukan pengkondisian

    kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Lalu guru langsung melakukan salam,

    berdoa dan kemudian absensi. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya

    jawab tentang pembangunan jalan lingkar di kota Salatiga dan akibat dari

    pembangunan jalan lingkar di kota Salatiga. Kemudian guru menyampaikan tujuan

    pembelajaran.

    b) Kegiatan Inti

    Pada kegiatan inti, pertama –tama guru menyampaikan informasi mengenai

    contoh kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi dan dampaknya

    dengan menggunakan gambar. Penyampaian informasi atau materi yang dilakukan

    guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan tanya jawab

    dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong mengemukakan gagasan yang

    berkaitan materi. Setelah dirasa siswa menguasai materi, guru menjelaskan tata cara

    permainan mencari kartu pasangan (make a match) . Guru membagikan kartu soal

    dan kartu jawaban secara acak pada masing – masing siswa. Masing - masing siswa

  • 79

    hanya menerima satu kartu soal atau satu kartu jawaban saja. Siswa yang menerima

    kartu soal berkumpul dengan siswa yang menerima kartu soal dan siswa yang

    menerima kartu jawaban berkumpul dengan siswa yang menerima kartu jawaban.

    Kelompok soal dan kelompok jawaban saling berhadap – hadapan. Masing – masing

    siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka dapatkan dengan batasan waktu yang

    telah ditentukan oleh guru. Siswa yang sudah menemukan pasangannya segera lapor

    pada guru. setelah waktu habis, siswa yang belum mendapat pasangan berkumpul di

    tempat yang berbeda dari siswa yang sudah mendapat pasangan. Guru memanggil

    pasangan siswa secara berurutan berdasarkan nomor kartu untuk membacakan kartu

    soal dan kartu jawaban mereka kemudian menempelkan kartu tersebut di tempat yang

    sudah disediakan. Siswa yang lain memberikan tanggapan apakah pasangan kartu

    soal dan kartu jawaban sudah sesuai atau belum. Begitu seterusnya sampai semua

    pasangan selesai membacakan kartu soal dan jawabannya. Guru memberikan

    konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan kartu soal dan kartu jawaban dari

    masing – masing pasangan.

    c) Kegiatan Akhir

    Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi

    yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan meminta salah satu siswa untuk

    membuka masing – masing kartu yang ditempel di depan pada lembar ke tiga yang

    berisi pesan moral yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

    3. Pertemuan ke Tiga

    Pertemuan ke tiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus 1I yang dilaksanakan

    pada hari Jumat tanggal 2 Mei 2014 pukul 07.00-08.10. kegiatan Evaluasi yang

    diberikan berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda dengan jumlah soal 30.

    Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ke tiga yakni diawali dengan memeriksa

    kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran kemudian berdoa bersama

    menurut agama dan kepercayaan masing - masing. Sebelum membagikan soal

    evaluasi, guru menata tempat duduk siswa agar siswa tidak terlalu dekat duduknya

    kemudian guru menjelaskan pada siswa tentang tata cara mengerjakan soal evaluasi

  • 80

    dan peraturan selama siswa mengerjakan soal. Dilanjutkan dengan pembagian lembar

    soal dan lembar jawab oleh guru kepada masing – masing siswa. Siswa mengerjakan

    soal evaluasi secara individu dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai

    akhir.

    Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan

    pembelajaran make a match pada siklus II pertemuan ke dua dapat dilihat pada tabel

    berikut 4.1

    Tabel 4.11

    Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus II Pertemuan 2

    no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item

    yang terlaksana

    1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8

    2 Kegiatan awal 2 6

    3 Kegiatan inti 10 31

    4 Kegiatan akhir 2 8

    Jumlah 16 62

    Persentase 96,87%

    Kategori Sangat Baik

    Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas guru pada

    siklus II pertemuan ke dua diperoleh jumlah skor hasil observasi adalah 62 yang di

    persentasekan menjadi 96,87%. Sehingga aktivitas guru pada siklus ke dua pertemuan

    ke dua termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini sesuai dengan pedoman yang

    dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam kategori sangat

    baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk dalam kategori

    cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir >59% termasuk

    dalam kategori kurang sekali. Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan

    pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match sudah meningkat

    dibandingkan dengan aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama. Ada 14

  • 81

    indikator yang memperoleh skor 4 dan 2 indikator yang memperoleh skor 3. Hasil

    observasi aktivitas guru siklus II pertemuan ke dua mengalami peningkatan

    dibandingkan aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama. Guru sudah mengerti

    dengan jalannya permainan mencari kartu pasangan atau permainan make a match.

    Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data hasil observasi aktivitas guru pada siklus

    ke dua pertemuan ke dua dapat dilihat pada lampiran halaman 198.

    Hasil observasi terhadap aktivitas siswa kelas V SD Negeri Bugel 01 Salatiga

    pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match siklus II

    pertemuan ke dua dapat dilihat pada tabel 4.12.

    Tabel 4.12

    Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus II Pertemuan 2

    no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item

    yang terlaksana

    1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8

    2 Kegiatan awal 2 8

    3 Kegiatan inti 9 33

    4 Kegiatan akhir 2 8

    Jumlah 15 57

    Persentase 95%

    Kategori Sangat Baik

    Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas siswa pada

    siklus II pertemuan ke dua diperoleh jumlah skor hasil observasi adalah 57 yang di

    persentasekan menjadi 95%. Sehingga aktivitas siswa pada siklus ke dua pertemuan

    ke dua termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini sesuai dengan pedoman yang

    dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam kategori sangat

    baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk dalam kategori

    cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir >59% termasuk

  • 82

    dalam kategori kurang sekali. Hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan ke

    dua dari 15 indikator, terdapat 12 indikator yang memperoleh skor 4 ,3 indikator

    memperoleh skor 3, dan tidak ada indikator yang memperoleh skor 2 dan 1. Aktivitas

    siswa pada siklus II pertemuan ke dua sudah mengalami peningkatan dibandingkan

    siklus II pertemuan pertama.

    Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data hasil observasi aktivitas siswa pada

    siklus ke dua pertemuan ke dua dapat dilihat pada lampiran halaman 200.

    Aktivitas guru dan aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan

    ke dua sudah mencapai indikator kinerja karena sudah berada pada kategori sangat

    baik.

    4.1.3.3 Hasil Tindakan Siklus II

    Hasil tindakan siklus II diperoleh dari hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri

    Bugel 01 Salatiga.

    1) Hasil Belajar IPA

    Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi dengan penerapan pembelajaran

    make a match, guru memberikan tes tertulis kepada siswa dengan bentuk soal pilihan

    ganda sejumlah 30 soal. Tes diberikan kepada siswa pada akhir siklus II yaitu pada

    pertemuan ke tiga.

    Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi mengenai hasil belajar siswa kelas V

    siklus II:

  • 83

    Tabel 4.13

    Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II

    NO Rentang Nilai Frekuensi Persentase Kategori

    1 50 – 59 0 0% Kurang Sekali

    2 60 - 69 0 0% Kurang

    3 70 - 79 6 35,3% Cukup

    4 80 - 89 9 52,94% Baik

    5 90 - 99 2 11,76% Baik Sekali

    Jumlah siswa 17 100%

    Nilai Rata-Rata 80,76

    Nilai Tertinggi 95

    Nilai Terendah 73

    Berdasarkan tabel 4.13 maka dapat diketahui bahwa tidak ada siswa yang

    mendapat nilai 50-59 dan 60-69. Siswa yang mendapat nilai 70-79 sebanyak 6 siswa

    dengan persentase 35,3%. Siswa yang mendapat nilai 80-89 sebanyak 9 siswa dengan

    persentase 52,94%, dan siswa yang mendapat nilai 90-99 sebanyak 2 siswa dengan

    persentase 11,76%. Nilai rata-rata yang diperoleh dari data hasil belajar siklus I

    adalah 80,76 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 73. Untuk mengetahui lebih

    jelas mengenai hasil nilai pada siklus 2 dapat dilihat pada lampiran halaman 205.

    Data mengenai hasil belajar siswa siklus II pada tabel 4.13, dapat digambarkan

    memalui diagram batang seperti pada gambar 4.5.

  • 84

    Gambar 4.5

    Hasil belajar Siswa Siklus II

    Data mengenai hasil belajar siswa siklus II kemudian peneliti melakukan analisis

    mengenai ketuntasan hasil belajar siswa siklus II yang tertera pada tabe 4.14 berikut

    ini.

    Tabel 4.14

    Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II

    No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah siswa

    Frekuensi Persentase (%)

    1. Tuntas ≥ 70 17 100 %

    2. Tidak Tuntas < 70 0 0%

    Jumlah 17 100 %

    Rata-rata 80,76

    Nilai tertinggi 95

    Nilai terendah 73

    Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar IPA siswa kelas

    V pada mata pelajaran IPA siklus II yang telah mencapi KKM sebanyak 17 siswa

    dengan persentase 100% dan tidak ada siswa yang nilainya berada di bawah KKM.

    Ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Bugel 01 Salatiga siklus II dapat

    digambarkan dengan diagram lingkaran seperti yang tertera pada gambar 4.6.

  • 85

    .

    Gambar 4.6

    Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

    Gambar 4.6 mengenai persentase ketuntasan hasil belajar IPA siklus II dengan

    penerapan pembelajaran make a match terlihat bahwa hasil belajar IPA siswa 100%

    mencapai KKM. Hasil belajar IPA dengan penerapan pembelajaran make a match

    pada siklus II mengalami peningkatan dari hasil belajar IPA yang diperoleh pada

    siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri

    Bugel 01 Salatiga sudah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan peneliti

    yakni minimal 100% siswa mencapai KKM.

    4.1.3.4 Refleksi Siklus II

    Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran selama tiga kali pertemuan maka

    peneliti melakukan refleksi terhadap semua kegiatan pembelajaran yang telah

    dilaksanakan. Guru telah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan

    pembelajaran make a match dengan baik. Proses pembelajaran dengan menerapkan

    pembelajaran make a match dapat membuat siswa benar-benar aktif. Peningkatan

    aktivitas siswa terlihat selama proses pembelajaran, tidak hanya siswa yang aktif saja

    yang memberikan pendapatnya, tetapi siswa yang biasanya hanya duduk diam

    mampu memberikan pendapatnya. Dari hasil evaluasi ketuntasan belajar IPA yang

    diperoleh siswa pada siklus II dengan KKM ≥ 70 dari 17 siswa, semua siswa sudah

    tuntas dengan persentase 100% dan rata-rata 80,76. Hal ini menunjukkan bahwa,

  • 86

    hasil belajar IPA siswa sudah mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan

    penulis yaitu minimal 100% siswa mencapai KKM.

    Secara keseluruhan, keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan

    pembelajaran make a match pada siklus II diperoleh hasil pengamatan sebagai

    berikut:

    1. Langkah-langkah pembelajaran make a match sudah dilaksanakan dengan baik

    dan runtut oleh guru.

    2. Guru sudah tidak bingung lagi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran make

    a match sehingga pembelajaran berjalan dengan lancar.

    3. Guru mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa dengan baik saat

    permainan kartu make a match berlangsung.

    4. Siswa sudah tidak bingung lagi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan

    penerapan pembelajaran make a match.

    5. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA mengalami peningkatan.

    4.2 Hasil Analisis Data

    Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil analisis data prasiklus, siklus I dan

    siklus II mengenai hasil belajar IPA siswa.

    4.2.1 Hasil Belajar IPA

    Pada kondisi awal atau prasiklus, hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri

    Bugel 01 Salatiga, masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah Kriteria

    Ketuntasan Minimal (KKM ≥70). Hanya ada 7 siswa yang memperoleh nilai di atas

    KKM atau dengan persentase 41,17% dan 10 siswa dengan persentase 58,83% belum

    mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada prasiklus adalah 67,23

    dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50. Setelah diterapkannya pembelajaran

    make a match pada mata pelajaran IPA, hasil belajar IPA mengalami peningkatan,

    pada siklus I ada 12 siswa dengan persentase 70,59% yang mencapai KKM dan 5

    siswa dengan persentase 20,41% belum mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar yang

    diperoleh pada siklus I meningkat menjadi 71,82 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai

  • 87

    terendah 53. Pada siklus II hasil belajar mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang

    mencapai KKM ada 17 siswa dengan persentase 100% dan tidak ada siswa yang tidak

    mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada siklus II adalah 80,76

    dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 73. Perbandingan ketuntasan hasil belajar

    siswa pada kondisi awal atau prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel

    4.15.

    Tabel 4.15

    Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

    Ketegori Nilai Prasiklus Siklus I Siklus II

    Jml

    Siswa

    Persentase

    (%)

    Jml

    Siswa

    Persentase

    (%)

    Jml

    Siswa

    Persentase

    (%)

    Tidak

    Tuntas

    < 70 10 58,83% 5 20,41% 0 0%

    Tuntas ≥ 70 7 41,17% 12 70,59% 17 100%

    Jumlah 17 100% 17 100% 17 100%

    Rata-rata 67,23 71,82 80,76

    Nilai tertinggi 90 90 95

    Nilai terendah 50 53 73

    Berdasarkan tabel 4.15 mengenai perbandingan ketuntasan hasil belajar IPA

    prasiklus, siklus I, dan siklus II, jumlah siswa yang mencapai KKM mengalami

    peningkatan. Sebelum dikenai tindakan hanya ada 7 siswa yang mencapai KKM

    dengan persentase 41,17%. Setelah dikenai tindakan pada siklus I, jumlah siswa yang

    mencapai KKM mengalami peningkatan menjadi 12 siswa dengan persentase

    70,59%, dan pada siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 17

    siswa dengan persentase 100%. Untuk lebih jelasnya mengenai perbandingan

    persentase ketuntasan hasil belajar IPA prasiklus, siklus I, dan siklus II, maka dapat

    dilihat pada gambar 4.7

  • 88

    .

    Gambar 4.7

    Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar

    Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

    Perolehan rata-rata hasil belajar tiap siklus juga mengalami peningkatan. Pada

    prasiklus, perolehan rata-rata hasil belajar adalah 67,23, setelah dilaksanakan siklus I

    rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 71,82. Setelah dilaksanakan siklus II rata-

    rata hasil belajar meningkat lagi menjadi 80,76. Berikut disajikan gambar mengenai

    perbandingan rata-rata hasil belajar IPA prasiklus, siklus I, dan siklus II

    Gambar 4.8

    Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar IPA

    Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

  • 89

    4.3 Pembahasan

    Data yang telah dipaparkan oleh peneliti mulai dari data pra siklus atau data

    kondisi awal sebelum diterapkannya suatu model pembelajaran make a match sampai

    setelah diterapkannya model pembelajaran make a match pada siklus I dan Siklus II

    dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran make a

    match dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Pada kondisi awal sebelum

    diterapkannya pembelajaran make a match perolehan hasil belajar sebelum tindakan,

    siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM≥70) hanya ada 7 siswa

    atau dengan persentase 41,17%. Rata-rata yang diperoleh dari hasil belajar sebelum

    tindakan adalah 67,23. Kemudian setelah dilakukan pembelajaran siklus I, jumlah

    siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 12 siswa dengan persentase 70,59%.

    Rata-rata yang diperoleh dari hasil belajar siklus I adalah sebesar 71,82.

    Pada pembelajaran siklus II, jumlah siswa yang mencapai KKM adalah sebesar

    17 siswa dengan persentase 100%. Rata- rata yang diperoleh dari hasil belajar pada

    siklus II adalah sebesar 80,76. Penelitian yang dilakukan pada siklus II seluruhnya

    sudah mencapai indikator kinerja. Indikator kinerja dari hasil belajar, peneliti

    menetapkan bahwa penerapan dengan pembelajaran make a match dikatakan berhasil

    jika minimal 100% siswa mencapai KKM. Hasil belajar pada siklus I sudah mencapai

    indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti, yakni minimal 70% siswa sudah

    mencapai KKM, sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa sudah sesuai dengan

    indikator yang ditetapkan oleh peneliti yakni minimal 100% siswa sudah mencapai

    KKM.

    Hasil dari penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Johnson dan

    Johnson (dalam Anita Lie, 2002:7) bahwa suasana belajar cooperative learning

    menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan

    penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh

    persaingan dan memisah-misahkan siswa. Dengan suasana kelas yang dibangun

    sedemikian rupa, maka siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama

    lain sehingga terbentuk hubungan yang positif dan menambah semangat siswa dalam

  • 90

    belajar. Suasana seperti ini akan memperlancar pembentukan pengetahuan secara

    aktif sehingga hasil belajar akan meningkat. Pembelajaran make a match merupakan

    salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif. Dengan pembelajaran make a match,

    siswa lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Disamping itu,

    make a match juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan

    mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan aktif dalam

    kelas. Keunggulan pembelajaran make a match menurut Anita Lie (2002:55) adalah

    siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam

    suasana yang menyenangkan dan dapat digunakan dalam semua mata pelajaran serta

    untuk semua tingkatan usia. Pembelajaran make a match memiliki kelebihan

    (Miftahul Huda, 2013:253) antara lain: 1) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa,

    baik secara kognitif maupun fisik; 2) karena ada unsur permainan, metode ini

    menyenangkan; 3) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari

    dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; 4) efektif sebagai sarana melatih

    keberanian siswa untuk tampil presentasi; dan 5) efektif melatih kedisiplinan siswa

    menghargai waktu untuk belajar.

    Menurut pendapat para ahli di atas mengenai kelebihan model pembelajaran

    make a match maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan model pembelajaran make a

    match yaitu menciptakan suasana belajar yang positif yaitu terbentuknya interaksi

    satu sama lain sehingga secara tidak langsung siswa akan merasa nyaman tanpa

    adanya persaingan siswa satu dengan siswa yang lain. Selain itu menambah semangat

    dan antusias siswa dalam belajar, ketertarikan dalam menerima suatu materi yang

    akan diajarkan dan akan mempermudah siswa dalam menerima suatu pengetahuan

    sehingga dapat memberikan dampak yang positif bagi peningkatan hasil belajar

    siswa.

    Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suratman (2012)

    dalam skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui

    Pendekatan Make a Match pada Siswa Kelas V SDN Timbang 01 Semester II Tahun

    Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model make

  • 91

    a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V. Terbukti pada hasil belajar

    siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa 70,59% dengan 12 siswa yang

    mengalami tuntas belajar dan 5 siswa atau 29,41% siswa yang belum tuntas. Pada

    siklus II ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 100% atau 17 siswa sudah

    tuntas.

    Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti, Ria

    Yuni (2012) dalam skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA

    Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas V SD

    Negeri 1 Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Semester Genap Tahun Ajaran

    2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model

    pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPA

    pada siswa kelas V. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai siswa dari kondisi

    awal, siklus I dan siklus II. Pada saat kondisi awal terdapat 5 siswa yang tuntas dalam

    KKM atau sebesar 41,7% dan yang belum tuntas terdapat 7 siswa atau sebesar 58,3%.

    Pada siklus I terdapat 9 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 75%, dan yang

    belum tuntas terdapat 3 siswa atau sebesar 25%, sedangkan pada siklus II terdapat 12

    siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 100%, dan yang belum tuntas dalam

    belajar terdapat 0 siswa atau sebesar 0 %. Dari analisis data tersebut dapat

    disimpulkan bahwa penerapan model make a match dapat meningkatkan hasil belajar

    IPA siswa kelas V.