BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1...
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukandi SDNegeri Kopeng 01Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Subyek penelitian
adalah siswa kelas IV yang berjumlah 26 siswa, terdiri dari 16 siswa perempuan dan
10 siswa laki-laki. Letak SD Negeri Kopeng 01 berada di Dusun Kopeng Desa
Kopeng Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Jumlah keseluruhan siswa SD
Negeri Kopeng 01 adalah 146.
SD Negeri Kopeng 01 berada di dataran tinggi sekitar lereng Gunung
Merbabu.Letak SD Negeri Kopeng 01 mudah dijangkau karena berada tepat di
pinggir jalan raya Salatiga-Magelang sehingga dekat dengan pemukiman
penduduk.Suasana SD Negeri Kopeng 01 sangat asri dengan suasana pedesaan yang
dikelilingi oleh hutan pinus yang menyebabkan udara disekitar sangat dingin. Jarak
antara satu Dusun dengan Dusun yang lain di Desa Kopeng sangat berdekatan.
Sarana pembelajaran SD Negeri kopeng 01 yang terdiri dari 8 rungan yang
terbagi menjadi 6 ruang kelas,1 ruang guru dan 1 gudang. Setiap rungan memiliki
keadaan yang cukup baik, terdapat ventilasi yang memadai, penerangan yang cukup
baik dan kedaan lingkungan sekitar yang nyaman.Di setiap ruangan kelas terdapat rak
buku dan almari yang digunakan untuk menaruh buku paket pelajaran. SD Negeri
Kopeng 01 menyediakan dua WC, satu untuk guru dan satu untuk siswa, selain itu
juga terdapat mushola. Halaman SD Negeri Kopeng 01 cukup luas yang biasanya
digunakan untuk pelaksaan upacara dan kegiatan sekolah lainnya.
Buku paket dan LKS menjadi satu-satunya sumber belajar selain guru karena
fasilitas penunjang belajar seperti perpustakaan belum dimiliki SD Negeri Kopeng
01.Media pembelajaran seperti alat peraga sudah dimiliki SD Negeri Kopeng 01
namun belum digunakan secara maksimal. Jumlah tenaga pengajar yang dimiliki SD
Negeri Kopeng 01 ada 11 terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru olah raga,
1 guru agama islam, 1 guru agama Kristen dan 1 penjaga sekolah. Jam efektif
45
sekolah di mulai pukul 07.00 – 12.30, kecuali hari jumat dan sabtu pembelajaran di
akhiri pukul 11.00.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
4.2.1 Diskripsi Pra Siklus
4.2.1.1 Keaktifan Siswa Pra Siklus
Keaktifan siswa merupakan keterlibatan siswa dalam mengikuti
pembelajaran.Dalam penelitian ini ada 8 indikator keaktifan siswa yang digunakan
untuk mengukur seberapa besar siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Indikator tersebut antara lain
1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
2. Terlibat dalam pemecahan permasalahan.
3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya.
4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis.
8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam
menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SD
Negeri Kopeng 01 diperoleh hasil bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran
belum memenuhi indikator keaktifan belajar siswa. Walaupun sudah terdapat
indikatoryang terpenuhi namun masih banyak indikator keaktifan siswa yang belum
terpenuhi. Indikator yang sudah terpenuhi merupakan indikator yang berisi tentang
kegiatan yang diberikan oleh guru. Sedangkan indikator keaktifan yang muncul dari
kegiatan siswa belum terlihat.
46
Tabel 4.1
Perhitungan Rekap Pengamatan Keaktifan Siswa Pra Sklus
Indikator
Aktif Tidak Aktif
Frekuensi
Siswa Prosentase
Frekuensi
Siswa Prosentase
1 26 100 0 0
2 3 11.53% 23 88.46%
3 2 7.69% 24 92.30%
4 9 34.61% 17 65.38%
5 18 69.23% 8 30.76%
6 6 23.07% 20 76.92%
7 4 15.38% 22 84.61%
8 3 11.53% 23 88.46%
Rata rata
Keaktifan
Klasikal
34.14 % 65.86 %
Keterangan Indikator:
1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
2. Terlibat dalam pemecahan permasalahan.
3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya.
4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis.
8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam
menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Dari tabel rekap pengamatan keaktifan siswa pada pra siklus menunjukkan
keaktifan siswa yang sesuai indikator keaktifan yang telah ditetapkan dalam lembar
observasi hanya mencapai 34.14%.sedangkansiswa yang belum memenuhi indikator
keaktifan yang telah ditetapkan sebesar 65.86%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada diagram berikut
47
Diagram 4.1
Perhitungan Rekap Pengamatan Keaktifan Siswa Pra Sklus
Diagram keaktifan siswa pada pra siklus menunjukkan dari 26 siswa hanya
sekitar 34,14% siswa yang menunjukkan keaktifan mengikuti pelajaran sehingga
masih 65,86% siswa yang belum aktif dalam pembelajaran.
4.2.1.2 Prestasi Belajar Siswa Pra Siklus
Selain keaktifan siswa, observasi awal juga dilakukan untuk mengetahui
prestasi belajar kelas IV SD Negeri Kopeng 01.Pencapaian prestasi belajar dapat
ditunjukkan dengan data rekapitulasi nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran
IPS sebagai berikut
Tabel 4.2
Distribusi Prestasi Belajar Siswa Pra Siklus
No Rentang Nilai Frekuensi Prosentase
1 45-54 2 7.69%
2 55-64 10 38.46%
3 65-74 9 34.61%
3 ≥ 75 5 19.23%
Jumlah 26 100 %
Rata-rata 65
Maksimal 80
Minimal 46
N 26
34,14%
65,86%aktif
belum aktif
48
Dari tabel distribusi prestasi belajar siswa pada pra siklus menunjukkan
bahwa jumlah siswa kelas IV SD Negeri Kopeng 01 sebanyak 26 siswa. Nilai rata-
rata kelas yang diperoleh siswa sebelum dilakukan tindakan hanya mencapai 65.
Pada pra siklus perolehan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 46.Siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang nilai 45-54 sebanyak 2 siswa dengan prosentase
7.69%.Siswa paling banyak mendapatkan nilai pada rentang nilai 55-64 yaitu 10
siswa atau setara dengan 38.46%.Terdapat 9 siswa yang mendaptkan nilai pada
rentang nilai 65-74 dengan prosentase 34.61% dan 5 siswa yang mendapatkan nilai ≥
75 dengan prosentase 19.23% sudah mendapatkan nilai diatas Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Dari datadistribusi prestasi belajar siswa pada pra siklus, bila
digambarkan dalam bentuk diagram maka akan tampak pencapaian prestasi belajar
siswa sebagai berikut
Diagram 4.2
Distribusi Prestasi Belajar Siswa Pra Siklus
Berdasarkandiagram distribusi prestasi belajar pada pra siklus dapat dilihat
ada 2 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 45-54 dengan prosentase
7.69%. Sebanyak 10 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 55-64 dengan
prosentase 38.46%. Ada 6 siswa atau setara dengan 34.61% yang mendapatkan nilai
pada rentang nilai 65-74 dan siswa yang mendapatkan nilai ≥ 75 sebesar 19.23% atau
sebanyak 5 siswa.Dari data distribusi prestasi belajar siswa pada pra siklus dapat
dilihat ketuntasan belajar yang diperoleh siswa pada tabel berikut
49
Tabel 4.3
Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus
No Nilai Kategori Jumlah siswa
Jumlah Prosentase
1 ≥ 65 Tuntas 14 53.85 %
2 < 65 Tidak tuntas 12 46.15 %
Jumlah 26 100 %
Dari tabel ketuntasan belajar siswa pada pra siklus menunjukkan bahwa dari
26 siswa yang mendapatkan nilai ≥65 dan masuk dalam kategori tuntas sebanyak
14siswa dengan prosentase ketuntasan 53.85%. Siswa yang masuk dalam kategori
tidak tuntasdengan mendapatkan nilai <65 sebanyak 12 siswa atau setara dengan
46.15%.Dari datadistribusi ketuntasan prestasi belajar siswa pada pra siklus,bila
digambarkan dalam bentuk diagram maka akan tampak ketuntasan prestasi belajar
siswa sebagai berikut
Diagram 4.3
Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus
Diagram ketuntasan belajar pada pembelajaran siklus 1 menunjukkan bahwa
46.15% siswa atau sebanyak 14 mendapatkan nilai≥ 65 dan masuk pada kategori
tuntas.Siswa yang masuk pada kategori tidak tuntas dengan mendapatkan nilai < 65
sebesar 53.85% atau sebanyak 12 siswa.
50
4.2.2 Pelaksanaan Try Out Metode Index card match
Guru sebagai kolaborator peneliti telah menguji cobakan metode
pembelajaran index card match pada siswa kelas III SD Negeri Kopeng 01 sebelum
digunakan dalam penelitian. Uji coba metode index card match bertujuan untuk
memberikan pelatihan kepada guru mengenai pembelajaran yang menggunakan
metode index card match sesuai prosedur yang telah ditentukan.Selain itu, guru
semakin terampil menggunakan metode index card match dalam pembelajaran
setelah di lakukannya uji coba.Guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai
prosedur metode index card match pada saat dilaksanakannya uji coba.
Metode index card match mendapatkan respon positif dari siswa walaupun
baru pertama kali diterima.Dalam pembelajaran siswa belum terbiasa sehingga waktu
yang diperlukan lebih lama. Berdasarkan uji coba yang dilakukan dan dilihat bahwa
guru sudah dapat melaksanakan pembelajaran sesuai prosedur metode index card
match maka guru sebagai kolaborator sudah siap untuk melaksanakan pembelajaran
yang akan digunakan dalam penelitian.
4.2.3 Diskripsi Siklus 1
4.2.3.1 Perencanaan
Penyusunan rencana pembelajaran dilakukan setelah diperoleh instrument
yang dapat digunakan dalam penelitian.Rencana pembelajaran meliputi tahap pertama
yaitu menyusun RPP siklus pertama yang terdiri dari 3 pertemuan pada kompetensi
mengenal perkembangan teknologi.Pertemuan pertama penyampaian materi,
pertemuan kedua melanjutkan materi dan pemantapan materi melalui pelaksanaan
index card match dan pertemuan ketiga pelaksanaan evaluasi pembelajaran.Tahap
kedua yaitu menyusun lembar observasi keaktifan siswa berdasarkan indikator
keaktifan siswa serta menyusun lembar observasi penerapan index card match
berdasarkan langkah-langkah pembelajaran yang menggunakan metode index card
match. Tahap ketiga menyiapkanperlengkapan pembelajaran sesuai metode index
card matchmeliputi, kartu index, kartu tema dan tahap keempat menyusun soal
51
evaluasi akhir siklus untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dan keberhasilan
pembelajaran.
4.2.3.2Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 dilakukan sebanyak tiga kali
pertemuan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
1. Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2012 pada mata
pelajaran IPS kompetensi dasar mengenal perkembangan teknologi. Pada pertemuan
pertama terdapat dua indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menjelaskan
pengertian teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta menyebutkan jenis
teknologi produksi, komunikasi dantransportasi dengan langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut.
1) Kegiatan awal
Pada kegiatan awal guru memberikan apersepsi dengan bertanya pada anak
pernahkah kalian melihat mesin jahit, menggunakan Hand Phone atau pernah naik
kereta api?. Kemudian guru mengajak siswa bernyanyi lagu “Naik kereta api” secara
bersama.
2) Kegiatan inti
Pada kegiatan inti, sebelum menjelaskan materi pembelajaran guru terlebih
dahulu mendorong siswa untuk aktif belajar dengan melibatkan siswa mencari
informasi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi dalam
kehidupan sehari-hari. Agar terjadi interkasi antara guru dengan siswa, guru
melakukan tanya jawab untuk mendorong siswa memberikan dugaan sementara
berkaitan dengan materi. Guru menjelaskan materi perkembangan teknologi
produksi, komunikasi dan transportasi serta memberikan tanya jawab pada siswa agar
siswa lebih memahami dan mendalami materi kemudian guru meminta siswa
menjelaskan pengertian teknologi produksi komunikasi dan trasnportasi, Siswa juga
diminta mengidentifikasi contoh benda yang termasuk teknologi produksi komunikasi
dan transportasi tradisional dan menjelaskan manfaatnya.Selain siswa menjelaskan
teknologi tradisional, siswa diminta untuk mengidentifikasi contoh benda yang
52
termasuk teknologi produksi komunikasi dan transportasi modern dan menjelaskan
manfaatnya.
Untuk lebih memantapkan siswa mengani materi yang dipelajari, guru
memberikan umpan balik dengan memberikan penguatan pada siswa secara lisan dan
tulisan berkaitan dengan materi yang dipelajari. Guru bersama siswa melakukan
refleksi dan guru memberi kesempatan untuk bertanya mengenai pelajaran yang
belum jelas.
3) Kegiatan penutup
Pada kegiatan penutup guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi
yang sudah dipelajari dan guru menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
2. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua pada siklus pertama merupakan lanjutan dari pertemuan
pertama yaitu melanjutkan materi, pemantapan materi melalui pelaksanaan index
card match.Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2012 dengan
menyampaikan dua indikator yaitu membandingkan jenis teknologi produksi,
komunikasi dan transportasi yang digunakan jaman dahulu dan modern serta
menceritakan pengalaman menggunakan teknologi produksi, komunikasi dan
transportasi dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut
1) Kegiatan awal
Pada kegiatan awal guru memberikan apersepsi dengan mengulas kembali
sedikit materi pembelajaran yang dipelajari pada pertemuan berikutnya dengan
melakukan tanya jawab pada siswa.
2) Kegiatan inti
Di dalam kegiatan inti guru melanjutkan penyampaian materi yang masih
berkaiatan dengan perkembangan teknologi. Untuk membangkitkan keaktifan siswa,
guru mendorong siswa untuk mengajukan dugaan sementara dari materi yang akan
dipelajari dan guru merespon semua tanggapan yang diberikan siswa. Selain guru
menyampaikan materi pembelajaran, untuk menumbuhkan pastisipasi aktif siswa
53
dalam mengikuti pembelajaran guru melakukan tanya jawab pada siswa dengan
meminta siswa membandingkan kelebihan dan kelemahannya teknologi produksi,
komunikasi dan transportasi tradisional dan modern sehingga tercipta interaksi antara
guru dengan siswa ataupun siswa dengan guru. Guru meminta siswa menceritakan
pengalamannya menggunakan teknologi baik teknologi produksi, komunikasi dan
transportasi dan menceritakan kelebihan serta kekurangan menggunakan teknologi
tersebut.
Untuk meninjau ulang penguasaan siswa terhadap materi yang sudah dipelajari
dari pertemuan pertama sampai kedua, guru mengajak siswa bermain kartu index
card match atau pencocokan kartu.Dalam permainan index card match terdapat dua
kartu yang harus di cocokan yaitu kartu soal dan kartu jawaban. Sebelum siswa
membuat kartu soal dan kartu jawaban guru terlebih dahulu menentukan tema yang
disesuaikan dengan materi yang sudah dipelajari agar dalam siswa membuat kartu
soal dan kartu jawaban tidak sama. Guru meminta setiap siswa mengambil satu kartu
yang berisi tema secara acak, kemudian siswa mencari pasangan tema yang sama.
Dari kegiatan siswa mencari pasangan tema sudah terlihat adanya intaksi antar siswa
satu dengan yang lain. Setelah siswa mendapatkan pasangan tema yang sama, guru
meminta setiap pasangan mengambil I kartu soal dan I kartu jawaban dan mengisinya
sesuai tema yang sudah didapatkannya. Semua kartu yang sudah di isi oleh siswa
dikumpulkan di tempat yang sudah disediakan dan kartu tersebut di campur jadi
satu.Setiap siswa diminta untuk mengambil satu kartu secara acak dan siswa yang
sudah mendapatkan kartu duduk ditempatnya lagi serta tidak boleh melihat kartu
tersebut sebelum semua siswa mendapatkan kartu. Guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk memikirkan isi dari kartu yang didapatkannya, kemudian siswa
mulai mencari pasangan kartu. Dengan kegiatan tersebut tercipta interaksi antar siswa
karena siswa akan saling mencari tahu kecocokan dari kartu yang didapatkannya
dengan kartu yang di miliki teman yang lain. Setelah siswa menemukan kartu
pasangannya, siswa bertanya pada guru apakah kartu tersebut sudah sesuai, sehingga
antara siswa dengan guru terjalin suatu komunikasi. Guru membimbing siswa dalam
kegiatan permainan pencocokan kartu. Siswa yang sudah mendapatkan pasangan
54
kartu duduk berdampingan sambil menunggu teman yang lain mendapatkan
pasangannya. Setelah semua siswa mendapatkan pasangannya, guru meminta setiap
pasangan maju ke depan untuk membacakan soal pada siswa lain dan meminta siswa
lain keculi pasangannya untuk menjawabnya dan jawaban tersebut akan ditanggapi
oleh siswa yang memegang kartu jawaban dan begitu seterusnya sampai semua
pasangan mendapatkan giliran. Setelah permainan index card match sudah selesai
siswa membuat rangkuman dari pengetahuannya selama bermain index card match.
Guru memberikan umpan balik dengan memberikan penguatan pada siswa
secara lisan dan tulisan berkaitan dengan materi yang dipelajari. Guru bersama siswa
melakukan refleksi dan guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya
mengenai pelajaran yang belum jelas.
3) Kegiatan penutup
Pada kegiatan penutup guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi
yang sudah dipelajari dan guru memberikan informasi pada siswa bahwa pada
pertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi pembelajaran yang sudah dilakukan
dari pertemuan pertama dan kedua tentang perkembangan teknologi.
3. Pertemuan ketiga
Pada pertemuan ketiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus pertama yang
dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2012.Kegiatan pada pertemuan ketiga adalah
melaksanakan evaluasi dari pembelajaran yang sudah dilakukan pada pertemuan
pertama dan kedua pada siklus I.
Evaluasi yang akan diberikan beruapa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan
ganda dan jumlah soal 27. Langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan pada
pertemuan ketiga yaitu guru menyakan kepada siswa tentang kesiapan siswa dalam
mengikuti evaluasi pembelajaran. sebelum guru membagikan soal evaluasi, guru
terlebih dahulu menata tempat duduk siswa supaya siswa tidak terlalu dekat
duduknya. Guru menjelaskan pada siswa tentang peraturan dalam mengerjakan soal
evaluasi, kemudian guru membagi soal evaluasi berserta lember jawab pada setiap
siswa. Siswa mengerjakan soal evalusai dengan baik dan guru mengawasi jalannya
55
tes dari awal sampai akhir. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi,
guru bersama siswa mencocokan bersama-sama dengan menukar lembar jawab
siswa ke teman yang lain, kemudian siswa dan guru mengetahui hasil nilai dari tes
yang telah dilaksanakan.
4.2.3.3 Pengamatan (Observasi)
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses kegiatan pembelajaran
berlangsung.Pengamatan difokuskan pada kegiatan pembelajaran yang ditekankan
pada aspek keaktifan siswa dan penerapan metode index card match selama kegiatan
pembelajaran siklus 1 melalui bantuan observer.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan observer guru telah menerapkan
metode index card match dengan baik. Guru dapat mengatur serta mengendalikan
keberlangsungan proses belajar mengajar. Pada saat permainan index card match
kondisi kelas terlihat ramai namun guru dapat mengantisipasi dengan cara meminta
siswa yang sudah mendapatkan pasangan untuk segera menempati tempat yang sudah
disediakan.
Observasi yang dilakukan pada tahap ini juga meliputi observasi keaktifan
siswa dengan cara mengamati aktifitas setiap siswa dan menyesuaikan dengan
indikator keaktifan pada lembar observasi.Berdasarkan pengamatan keaktifan siswa
yang telah dilakukan oleh observer menunjukkan sudah lebih dari separuh siswa yang
aktif dalam mengikuti pembelajaran namun, siswa masih ada yang bingung dalam
melaksankan pembelajaran dengan metode index card match walapun siswa sudah
turut serta dalam tugas belajarnya, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
masih terlihat belum menyeluruh.
4.2.3.4 Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti setelah dilaksanakannya tindakan
terkait dengan penerapan metode index card match, guru sebagai kolaborator,
observer dan perwakilan siswa untuk membahas hasil kegiatan selama proses
pembelajaran berlangsung. Berdasarkan observasi yang dilakukan observer terdapat
kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran dengan metode index card match.
56
Kelebihan proses pembelajaran dengan menggunakan metode index card
match diantaranya materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa
dan mampu menciptakan pembelajaran aktif dan menyenangkan. Selain kelebihan
juga terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran menggunakan metode index
card match yaitu karena metode pembelajaran index card match belum pernah
diterapkan sehingga guru masih banyak memberikan pengarahan dan bimbingan pada
siswa sehingga membutuhkan waktu pembelajaran menjadi lebih lama. Masih
terdapat siswa yang bingung saat mengikuti pembelajaran dengan metode index card
match, keaktifan siswa sudah terlihat tetapi belum semua siswa menunjukkan
keaktifan belajar, masih ada siswa yang belum berinteraksi dengan temannya karena
malu, juga masih ada siswa yang belum terlibat dalam pemecahan masalahdan masih
ada siswa yang belum menanggapi presentasi dari teman lain, selain itu waktu yang
diperlukan masih cukup banyak. Selain keaktifan prestasi belajar siswa juga
mengalami peningkatan jika dibandingan dengan pra siklus. Siswa lebih memahami
materi dengan menggunakan metode index card match. Dari hasil tes evaluasi siklus
I diketahui pembelajaran sudah mencapai target indikator kerja yang ditentukan yaitu
75% dari jumlah keseluruhan siswa mencapai ketuntasan belajar dengan memperoleh
nilai ≥ 65 (KKM) . Jadi pembelajaran dilanjutkan ke siklus II dengan materi yang
berbeda yaitu permasalahan sosial.
4.2.4 Hasil Penelitian Siklus 1
4.2.4.1 Keaktifan Siswa Siklus 1
Berdasarkan observasi yang dilakukan diperoleh hasil rekapan keaktifan
siswa pada dalam mengikuti pembelajaran siklus I. Keaktifan siswa pada siklus I
sudah melebihi separuh dari jumlah siswa. Keaktifan siswa terdistribusi dalam
berbagai indikator.Tidak semua siswa melakukan aktifitas belajar sesuai indikator,
namun ada indikator yang dilakukan oleh semua siswa. Dari distribusi setiap
indikator akan dijumlahkan prosentasenya yang kemudian akan diperoleh rata-rata
keaktifan siswa secara klasikal. Dari hal tersebut dapat dilihat prosentase keaktifan
klasikal pada siklus I. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
57
Tabel 4.4
Keaktifan Siswa Siklus 1
Indikator
Aktif Tidak Aktif
Jumlah
Siswa Persentase
Jumlah
Siswa Persentase
1 26 100 0 0
2 12 46.15% 14 53.84%
3 25 96.15% 1 3.84%
4 15 57.69% 11 42.30%
5 22 84.61% 4 15.38%
6 9 34.61% 17 65.38%
7 17 65.38% 9 34.61%
8 14 53.84% 12 46.15%
Rata-Rata
Klasikal 67.30% 32.70%
Keterangan Indikator:
1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
2. Terlibat dalam pemecahan permasalahan.
3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya
4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah
5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis
8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam
menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya
Dari tabel keaktifan siswa pada siklus 1 menunjukkan 67.30% siswa sudah
masuk dalam kategori siswa aktif dan 32.70% siswa yang belum aktif saat mengikuti
pembelajaran siklus 1. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut
58
Diagram 4.4
Keaktifan Siswa Siklus 1
Diagram keaktifan siswa pada siklus I menunjukkan adanya siswa yang aktif
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran siklus 1 meningkat menjadi 67.30%.
Sedangkan siswa yang masih pasif saat mengikuti kegiatan pembelajaran siklus 1
sebesar 32.70%.Untuk mengetahui perbandingan keaktifan siswa pada pra siklus dan
siklus I dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.5
Perbandingan Keaktifan Siswa Pra Siklus Dan Siklus 1
Indikator
Pra Siklus Siklus 1
Siswa yang aktif
Jumlah
Siswa Persentase
Jumlah
Siswa Persentase
1 26 100 26 100
2 3 11.53% 12 46.15%
3 2 7.69% 25 96.15%
4 9 34.61% 15 57.69%
5 18 69.23% 22 84.61%
6 6 23.07% 9 34.61%
7 4 15.38% 17 65.38%
8 3 11.53% 14 53.84%
Rata rata
Klasikal 34.14 % 67.30%
Tabel perbandingan keaktifan pra siklus dan siklus 1 maka dapat dilihat
adanya peningkatan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.Keaktifan siswa
67,30%
32,70%
Aktif
belum aktif
59
pada siklus 1 mengalami peningkatan menjadi 65.68% dari keaktifan siswa pada pra
siklus sebesar 34.32%. Bila digambarkan perbandingan keaktifan belajar siswa dapat
dilihat pada diagram berikut
Diagram 4.5
Perbadingan Keaktifan Belajar
Berdasarkan diagram perbandingan keaktifan siswa pada pra siklus dan siklus I
menunjukkan adanya peningkatan. Pada pra siklus siswa yang masuk dalam kategori
aktif sebesar 34.14% dan pada siklus 1 meningkat menjadi 67.30%. Sedangkan siswa
yang masuk pada kategori belum aktif pada pra siklus sebesar 65.86% dan pada
siklus 1 menurun menjadi 32.70% siswa yang masuk dalam kategori belum aktif.
4.2.4.2 Prestasi Belajar Siklus 1
Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus I selesai dilakukan evaluasi untuk
mengukur pencapaian prestasi belajar yang diperoleh siswa.Dari hasil evaluasi
pembelajaran yang sudah dilakukan pada siklus I dapat diketahuai nilai yang
diperoleh siswa.Berdasarkan distribusi nilai yang diperoleh siswa dapat diketahui
pencapaian prestasi belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus Idan
dikategorikan menjadi 4 rentang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
Pra siklus Siklus 1
34,14%
67,30%
65,86%
32,70%
aktif belum aktif
60
Tabel 4.6
Distribusi Prestasi Belajar Siklus I
No Rentang Nilai Frekuensi Prosentase
1 45 – 54 0 0%
2 55 – 64 5 19.23%
3 65 – 74 8 30.77%
4 ≥ 75 13 50%
Jumlah 26 100 %
Rata-rata 76.56
Maksimal 96
Minimal 56
N 26
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa prestasi belajar pada siklus I
menunjukkan hasil rata-rata yang diperoleh 76,56 . Jumlah siswa yang mendapatkan
nilai≥ 75sebanyak 13 siswa dengan prosentase 50%.Sebanyak 8 siswa atau setara
dengan 30.77%mendapatkan nilai pada rentang nilai 66-74. Masih terdapat 5 siswa
yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 55-64 atau mendapatkan nilai dibawah
KKM 65 dengan prosentase 19.23% dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai
pada rentang nilai 45-54. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada pembelajaran
siklus 1 adalah 96 dan nilai terndah pada pembelajaran siklus I adalah 56.Untuk lebih
jelas distribusi prestasi belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada diagram berikut
Diagram 4.6
Distribusi Prestasi Belajar Siswa Siklus 1
61
Diagram distribusi prestasi belajar siswa pada siklus 1 mendiskripsikan
prestasi belajar dari 26 siswa pada pembelajaran siklus 1 menunjukkansudah tidak
ada siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 45-54.Terdapat 5 siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang nilai 55-64 dengan prosentase 19.23%.Siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang nilai 66-74 sebanyak 8siswa atau setara dengan
30.77%. Sebesar 50% siswa atau sebanyak 13 siswa mendapatkan nilai ≥75.Dari data
distribusi prestasi belajar siswa pada pembelajaran siklus 1 dapat dilihat ketuntasan
belajar yang diperoleh siswa pada tabel berikut.
Tabel 4.7
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 1
No Nilai Kategori Jumlah siswa
Jumlah Prosentase
1 ≥ 65 Tuntas 21 80.77%
2 < 65 Tidak tuntas 5 19.23%
Jumlah 26 100 %
Tabel distribusi ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran siklus 1
menunjukkan bahwa dari 26 siswa yang masuk pada kategori tuntas dengan nilai ≥ 65
sebanyak 21 siswa atau setara dengan 80.77%. Siswa yang masuk pada kategori tidak
tuntas dengan nilai < 65 sebanyak 5 siswa dengan prosentase 19.23%. Bila
digambarkan dalam diagram maka ketuntasan belajar siswa akan tampak sebagai
berikut
Diagram 4.7
KetuntasanBelajar Siswa Siklus 1
62
Berdasarkan analisa tentang ketuntasan belajar siswa yang digambarkan
dalam diagram distribusi ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran siklus 1 dapat
diketahui dari jumlah siswa kelas IV sebanyak 26 siswa, menunjukkan siswa yang
sudah tuntas sebanyak 21 siswa dengan nilai ≥ 65 atau setara dengan 80.77%
sedangkan siswa yang tidak tuntas 19.23% atau sebanyak 5 siswa dengan nilai <
65.Untuk mengetahui perbandingan prestasi belajar pra siklus dan siklus 1 dapat
dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.8
Perbandingan Prestasi Belajar Pada Pra Siklus Dan Siklus 1
No
Rentang
Nilai
Frekuensi
Pra siklus Siklus I
1 45 – 54 2 0
2 55 – 64 10 5
3 65 – 74 9 8
4 ≥ 75 5 13
Jumlah 26 26
Rata-rata 65 76
Maksimal 80 96
Minimal 46 56
N 26 26
Dilihat dari tabel perbandingan prestasi belajar siswa pada pra siklus dan
siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan.Peningkatan prestasi belajar siswa dapat
dilihat pada pembelajaran pra siklus sebanyak 2 siswa mendapatkan nilai pada
rentang nilai 45-56 dan pada siklus I sudah tidak ada siswa yang mendapatkan nilai
pada rentang nilai 45-56. Pada rentang nilai 55-64 menunjukkan bahwa pada
pembelajaran pra siklus terdapat 10 siswa dan pada siklus I hanya terdapat 5 siswa
yang belum tuntas belajar karena nilainya masih dibawah Kriteria Ketuntasan
Minimal. Terdapat 9 siswa pada pembelajaran pra siklus yang mendapatkan nilai
pada rentang nilai 65-74 dan pada siklus I terdapat 8 siswa yang mendapatkan nilai
pada rentang nilai 65-74. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai ≥75 mengalami
peningkatan dari pra siklus yang hanya 5 siswa menjadi 13 siswa pada siklus
I.Pencapaian nilai rata-rata kelas pada pra siklus sebesar 65 dan pada siklus I
meningkat menjadi 76 dari jumlah siswa sebanyak 26.Perolehan nilai tertinggi pada
63
pra siklus yaitu 80 dan pada siklus I perolehan nilai tertinggi meningkat menjadi
96.Nilai terendah pada siklus 1 naik menjadi 56 dari nilai terendah 46 pada pra siklus.
Untuk lebih jelas, perbandingan pencapaian prestasi belajar pra siklus dan siklus 1
dapat dilihat pada diagram berikut
Diagram 4.8
Perbandingan Prestasi Belajar Pra Siklus Dan Siklus 1
Berdasarkan diagram perbandingan prestasi belajar pra siklus dan siklus I
dapat dilihat bahwa nilai rata-rata mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 76
dari nilai rata-rata 65 pada pra siklus. Peningkatan perolehan nilai tertinggi pada pra
siklus yaitu 80 dan pada siklus I menjadi 96 sedangkan perolehan nilai terendah
mengalami peningkatan yaitu 56 dari nilai terendah 46 pada pra siklus.
Dari data perbandingan prestasi belajar pra siklus dan siklus I menunjukkan
ketuntasan belajar siswa yang dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.9
Perbandingan Ketuntasan Belajar Pra Siklus Dan Siklus 1
No Nilai Kategori Pra siklus Siklus I
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
1 ≥ 65 Tuntas 14 53.85% 21 80.77%
2 < 65 Tidak tuntas 12 46.15% 5 19.23%
Tabel perbandingan ketuntasan belajar pra siklus dan siklus I menunjukkan
bahwa ada peningkatan. Pada pra siklus siswa yang masuk dalam kategori tuntas
sebesar 53.85% atau sebanyak 14 siswa dan pada siklus I siswa yang masuk pada
Rata-rata Maksimal Minimal
65 80 46
76 96 56
pra siklus siklus 1
64
kategori tuntas meningkat menjadi 21 siswa atau sebesar 80.77% dengan
mendapatkan nilai ≥65. Siswa yang masuk kategori tidak tuntas pada pra siklus
sebanyak 12 siswa atau sebesar 46.15% dan pada siklus I siswa yang masuk kategori
tidak tuntas sebesar 19.23% atau sebanyak 5 siswa. Untuk lebih jelas maka
perbandingan ketuntasan belajar pra siklus dan siklus 1 akan digambarkan pada
diagram berikut
Diagram 4.9
Perbandingan Ketuntasan Belajar Pra Siklus Dan Siklus 1
Berdasarkan diagram perbandingan ketuntasan belajar pra siklus dan siklus I
dapat dilihat pencapaian ketuntasan belajar siswa pada pra siklus dan siklus I
mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar siswa pada pra siklus menunjukkan
sebanyak 14 siswa yang sudah masuk pada kategori tuntas dengan nilai ≥ 65 atau
sebesar 53.85% dan sebanyak 12 siswa yang masuk pada kategori tidak tuntas dengan
nilai < 65 di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditentukan atau setara dengan
46.15%. Pada siklus 1 pencapaian ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan
dari ketuntasan belajar pada pra siklus menjadi 80.77% atau sebanyak 21 siswa
dengan mendapatkan nilai ≥65 sehingga masuk pada kategori tuntas dan yang
mendapatkan nilai <65 pada siklus 1 dengan jumlah siswa sebanyak 5 atau setara
dengan 19.23% masuk pada kategori tidak tuntas.
65
4.2.5 Diskipsi Siklus II
Pelaksanaan siklus kedua merupakan lanjutan dari siklus pertama. Kegiatan
pembelajaran siklus kedua sama dengan kegiatan siklus pertama namun yang
membedakanadalah materi yang akan disajikan. Pembelajaran siklus kedua
menyajikan materi pembelajaran pada kompetensi mengenal permasalahan sosial.
Pelaksananaan pembelajaran pada siklus kedua meruapan penyempurnaan dan tindak
lanjut yang terjadi pada siklus pertama dengan melihat kelebihan dan kekurangan
proses pembelajaran pada siklus pertama. Pembelajaran pada siklus kedua akan
dilaksanakan dalam 3 pertemuan dengan tahapan pelaksanaan pembelajaran sebagai
berikut
4.2.5.1 Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru menyiapkan perlengkapan yang diperlukan
dalam kegiatan belajar.Tahap pertama menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
yang terdiri dari 3 pertemuan. Pertemuan pertama penyampaian materi, pertemuan
kedua pemantapan materi melalui pelaksanaan index card match dan pertemuan
ketiga pelaksanaan evaluasi pembelajaran.Tahap kedua menyusun lembar observasi
keaktifan siswa dan penerapan metode index card match. Tahap ketiga menyiapkan
perlengkapan pembelajaran yang berupa kartu indexdan kartu tema sesuai metode
index card match dan tahap keempat menyusun soal evaluasi akhir siklusuntuk
mengukur tingkat pemahaman siswa dan keberhasilan pembelajaran.
4.2.5.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran siklus kedua dilaksanakan dalam 3 pertemuan
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, adapun kegiatan pembelajaran
sebagai berikut
1. Pertemuan pertama
Pertemuan pertama pada siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 16 April
2012.Materi yang akan disampaikan pada pertemuan pertama yaitu mengenal
permasalahan sosial.
66
1) Kegiatan awal
Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa kemudian guru
mengabsen siswa. Guru memberikan apersepsi pada siswa dengan bercerita tentang
permasalahan sosial yang terjadi dilingkungan sekolah kemudian guru menjelaskan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2) Kegiatan inti
Pada kegiatan inti, sebelum menjelaskan materi guru terlebih dahulu melibatkan
siswa untuk mencari informasi tentang permasalahan sosial yang terdapat di sekitar
lingkungan siswa. Setelah memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir
mengenai permasalahan sosial yang terjadi, guru meminta siswa menyebutkan contoh
permasalahan sosial dengan melakukan tanya jawab pada siswa.Kegiatan tersebut
bertujuan untuk membangun pengetahua awal yang dimiliki siswa dan kemudian
guru menjalaskan materi pembelajaran dan pada saat guru menjelaskan guru juga
berinteraksi pada siswa melalui tanya jawab agar siswa lebih memahami dan
mendalami materi pembelajaran.
Setelah menjelaskan materi pembelajaran, guru meminta siswa menyebutkan
contoh dan menjelaskan permasalahan sosial yang terjadi.Dilihat dari contoh
permasalahan sosial yang ada, siswa diminta untuk menggolongkan contoh
permasalahan sosial tersebut berdasarkan jenis permasalahannya. Kemudian siswa
menjelaskan dampak yang terjadi akibat permasalahan sosial yang terjadi dan cara
mengatasi permasalahan sosial tersebut.
Sebelum pembelajaran pada pertemuan pertama berakhir, guru memberikan
umpan balik dengan memberikan penguatan pada siswa secara lisan dan tulisan
berkaitan dengan materi yang dipelajari. Guru bersama siswa melakukan refleksi dan
guru memberi kesempatan untuk bertanya mengenai pelajaran yang belum jelas.
3) Kegiatan penutup
Pada kegiatan penutup guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi
yang sudah dipelajari dan guru menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran pada
pertemuan berikutnya yaitu bermain pencocokan kartu (index card match) yang
berkaitan dengan materi yang dipelajari yaitu permasalahan sosial.
67
2. Pertemun kedua
Pertemuan kedua pada siklus kedua merupakan pemantapan materi dari kegiatan
belajar pada pertemuan pertama siklus keduayang dilaksanakan pada tanggal 18 April
2012. Pemantapan materi akan dilakukan melalui metode index card match. Adapun
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut
1) Kegiatan awal
Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa kemudia guru
mengabsen siswa.guru memberikan apersepsi pada siswa dengan meminta siswa
bercerita pengalaman mengenai contoh masalah yang pernah dihadapi/dijumpai siswa
kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2) Kegiatan inti
Pada kegiatan inti guru mengulang sedikit materi pembelajaran yang sudah
dipelajari pada pertemuan pertama menganai masalah sosial. Saat menjelaskan guru
juga melakukan tanya jawab pada siswa untuk mengasah ingatan siswa mengenai
materi yang sudah dipelajari seperti contoh masalah sosial, penggolongan masalah
sosial berdasarkan jenis permasalahnnya, penyebab munculnya masalah sosial,
dampak yang ditimbulkan akibat masalah sosial serta cara mengatasi masalah sosial.
Setelah ingatan siswa sudah mulai terasah, guru mempersiapkan siswa untuk
bermain pencocokan kartu (index card match) untuk meninjau ulang penguasaan
siswa terhadap materi yang sudah dipelajari pada pertemuan pertama.rangkuman dari
pengetahuannya selama bermain index card match. Langkah-langkah pembelajaran
metode index card match yang digunakan pada siklus keduasama dengan langkah-
langkah pembelajaran metode index card match yang digunakan pada siklus pertama.
Pada pembelajaran siklus kedua siswa sudah memahami kegiatan pembelajaran
dengan metode index card match, sehingga setelah mendapatkan tema siswa
mengetahui apa yang harus mereka lakukan dengan pasangannya yaitu mengisi kartu
soal dan jawaban berdasarkan tema yang diperoleh dengan cara melihat materi yang
bersesuaian dengan tema. Siswa mengumpulkan kartu soal dan kartu jawaban yang
telah mereka isi bersama pasangannya.Semua kartu soal dan kartu jawaban yang telah
terkumpul kemudian diacak oleh guru dan setiap siswa mengambil satu kartu secara
68
acak.Apabila semua siswa sudah mendapatkan kartu maka guru meminta siswa untuk
mencari pasangan dari kartu yang didapatkanya.Setiap siswa yang sudah menemukan
pasangan dari kartu yang dimilikinya diminta untuk duduk berpasangan sesuai
dengan temapta yang telah ditentukan guru, hal ini bertujuan agar bagi siswa yang
belum menemukan pasangan lebih mudah mencari pasangannya. Jika semua siswa
sudah mendapatkan pasangan kartu maka guru meminta pasangan siswa untuk
mempresentasikan ke depan kelas agar semua siswa dapat mengetahui isi dari kartu
tersebut. Pasangan siswa yang mendapatkan kartu soal diminta membacakan soal
yang didapatkannya dan meminta siswa lain untuk menanggapinya.Dari berbagai
jawaban yang dikemukakan oleh siswa ditanggapi oleh pasangan siswa yang
mendapatkan kartu jawaban.Kegiatan tersebut berlangsung sampai semua pasangan
mendapatkan giliran. Setelah permainan pencocokan kartu selasai guru meminta
siswa membuat rangkuman dariapa yang mereka pelajari dari permainan kartu.Dari
kegiatan permainan pencocokan kartu tersebut keaktifan siswa dalam belajar dapat
terbentuk lebih baik karena tercipta interaksi siswa dengan siswa atau siswa dengan
guru.
Penguatan dari yang telah dipelajari siswa disampaikan guru dengan cara
memberikan umpan balik beruapa pembahasan kembali mengani garis besar yang
telah dipelajari. Guru meminta tanggapan pada siswa tentang kegiatan pembelajaran
yang baru saja mereka lakukan dan memberikan kesempatan pada siswa untuk
bertanya menganai materi pembelajaran yang belum mereka pahami.
3) Kegiatan penutup
Setelah kegiatan pembelajaran selesai guru bersama siswa membuat
kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari dan guru memberikan informasi
pada siswa bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi
pembelajaran yang sudah dilakukan pada pertemuan pertama dan kedua tentang
permasalahan sosial.
3. Pertemuan ketiga
Pada pertemuan ketiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus kedua yang
dilaksanakan pada tanggal 19 April 2012.Kegiatan pada pertemuan ketiga adalah
69
melaksanakan evaluasi dari pembelajaran yang sudah dilakukan pada pertemuan
pertama dan kedua pada siklus II.Evaluasi yang akan diberikan berupa tes tertulis
dengan bentuk soal pilihan ganda dan jumlah soal 25. Langkah-langkah kegiatan yang
akan dilakukan pada pertemuan ketiga yaitu guru menyakan kepada siswa tentang
kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran. Sebelum guru membagikan soal
evaluasi, guru terlebih dahulu menata tempat duduk siswa supaya siswa tidak terlalu
dekat duduknya. Guru menjelaskan pada siswa peraturan dalam mengerjakan soal
evaluasi, kemudian guru membagi soal evaluasi berserta lembar jawab pada setiap
siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan baik dan guru mengawasi jalannya tes
dari awal sampai akhir.Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, guru
bersama siswa mencocokkan bersama-sama dengan menukar lembar jawab siswa ke
teman yang lain, kemudian siswa dan guru mengetahui hasil nilai dari tes yang telah
dilaksanakan.
4.2.5.3Pengamatan (Observasi)
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses kegiatan pembelajaran
berlangsung.Pengamatan difokuskan pada kegiatan pembelajaran yang ditekankan pada
aspek keaktifan siswa dan penerapan metode index card match selama kegiatan
pembelajaran siklus II melalui bantuan observer
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan observer,keaktifan siswa pada siklus
kedua mengalami peningkatan.Peningkatan keaktifan tersebut sudah terlihat
menyeluruh.Peningkatan nampak saat siswa mempunyai antusiasme menjawab
pertanyaan guru serta bertanya pada guru.Saat siswa mengisi kartu pertanyaan dan kartu
soal mereka mulai saling bertukar pendapat dengan pasangannya untuk mendiskusikan
soal dan jawaban yang berkualiitas untuk diisikan pada kartu sehingga terjalin
komunikasi aktif antar siswa.Pada kegiatan pembelajaran siklus kedua keaktifan siswa
juga terlihat saat siswa menanggapi pertanyaan dari teman.Mereka tidak malu-malu lagi
menjawab pertanyaan dari teman bahkan mereka saling berebutan untuk menjawab.
70
4.2.5.4 Refleksi
Kegiatan refleksi dilaksanakan setelah dilaksanakannya tindakan terkait dengan
penerapan metode index card match. Refleksi dilakukan oleh guru sebagai kolaborator,
peneliti, observer dan perwakilan siswauntuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan dan untuk melihat kembali apakah tindakan yang dilaksanakan dapat
menghasilkan perbaikan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer menunjukkan bahwa pada
pembelajaran siklus II dengan metode index card match terjadi peningkatan keaktifan
siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada lembar observasi siswa yang menunjukkan semua
aspek keaktifan siswa sudah masuk dalam kategori baik.Kekurangan yang terjadi pada
pembelajaran siklus I sudah tidak terjadi pada siklus II.Kebingungan siswa pada
kegiatan pembelajaran siklus 1 sudah tidak terlihat pada kegiatan pembelajaran siklus II
karena seluruh siswa sudah mengikuti dan melaksanakan pembelajaran dengan
baik.Antusiame siswa yang besar mulai terlihat saat guru meminta siswa bermain index
card match.Saat melaksanakan pembelajaran dengan metode index card match pada
siklus II siswa sudah tidak malu-malu lagi berinteraksi dengan temannya dan siswa
saling berebutan untuk menanggapi pertanyaan dari teman. Selama kegiatan permainan
index card match atau pencocokan kartu guru sudah tidak banyak memberikan arahan
dan bimbingan karena siswa sudah mengerti apa yang harus dilakukannya saat bermain
pencocokan kartu sehingga waktu yang diperlukan tidak terlalu lama.Peningkatan
keaktifan siswa juga terlihat saat siswa berinteraksi dengan guru seperti bertanya pada
guru mengenai hal belum dipahami dan menjawab pertanyaan dari guru dengan jelas
dan penuh antusias. Dapat disimpulkan melalui metode index card match yang
diterapkan pada siklus II keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat
meningkat. Selain keaktifan, prestasi belajar siswa juga mengalami peningkatan, karena
melalui metode index card match siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran.
Dalam mengerjakan soal evaluasi akhir siklus II siswa tidak mengalami kesulitan karena
mereka sudah memahami tentang materi yang di ujikan.
71
4.2.6 Hasil Penelitian Siklus II
4.2.6.1 Keaktifan Siswa Siklus II
Bersadarkan observasi awal yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SD Negeri
Kopeng 01 diperoleh hasil bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran sudah
mengalami peningkatan. Keaktifan belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.10
Perhitungan Rekap Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus II
Indikator
Aktif Tidak Aktif
Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase
1 26 100% 0 0%
2 24 92.30% 2 7.69%
3 26 100% 0 0%
4 19 73.07% 7 26.92%
5 25 96.15% 1 3.84%
6 11 42.30% 15 57.69%
7 22 84.61% 4 15.38&
8 26 100%
0%
Rata Rata
Klasikal
86.05%
13.95%
Keterangan Indikator:
1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
2. Terlibat dalam pemecahan permasalahan
3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya
4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah
5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis
8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam
menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya
72
Tabel keaktifan siswa pada siklus II menunjukkan bahwa sebesar 86.05%
siswa sudah masuk dalam kategori aktif sebesar 13.95% siswa masih belum
menunjukkan keaktifan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada diagram berikut
Diagram 4.10
Keaktifan Siswa Siklus II
Berdasarkan diagram keaktifan siswa pada siklus II menunjukkan bahwa
siswa yang aktif selama mengikuti pembelajaran pada siklus II sebesar 86.05% siswa
dan sebesar 13.95% siswa masih belum menunjukkan keaktifan selam mengikuti
pembelajaran. Untuk mengetahui perbandingan keaktifan siswa pada pra siklus,
siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.11
Perbandingan Keaktifan Siswa Pra siklus, Siklus I Dan Siklus II
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Siswa Yang Sudah Aktif
Indikator Jumlah
Siswa Persentase
Jumlah
Siswa Persentase
Jumlah
Siswa Persentase
1 26 100 26 100 26 100%
2 3 11.53% 12 46.15% 24 92.30%
3 2 7.69% 25 96.15% 26 100%
4 9 34.61% 15 57.69% 19 73.07%
5 18 69.23% 22 84.61% 25 96.15%
6 6 23.07% 9 34.61% 11 42.30%
7 4 15.38% 17 65.38% 22 84.61%
8 3 11.53% 14 53.84% 26 100%
Rata Rata
Klasikal 34.14 % 67.30% 86.05%
86,05%
13,95%
aktif
Belum Aktif
73
Tabel perbandingan keaktifan siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II
menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa. Keaktifan belajar siswa
pada siklus II menjadi 86.05% dari siklus I yang menunjukan keaktifan siswa sebesar
67.30% dan dari keaktifan siswa pra siklus hanya sebesar 34.14%. Jadi siswa yang
masih belum menunjukkan keaktifan saat mengikuti pembelajaran pada pra siklus
sebesar 65.86%, pada siklus I siswa yang belum aktif berkurang menjadi 32.70% dan
pada siklus II siswa yang belum aktif hanya sebesar 13.95%. Untuk mengetahui
perbandingan peningkatan keaktifan siswa dari pra siklus, siklus 1 dan siklus II dapat
digambarkan melalui diagram dibawah ini
Diagram 4.11
Perbandingan Keaktifan Siswa Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II
Berdasarkan diagram perbandingan keaktifan belajar siswa pada pra siklus,
siklus dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan. Keaktifan siswa pada pra
siklus sebesar 34.14% dan pada siklus I meningkat menjadi 67.30%. Pada siklus II
keaktifan siswa mengalami peningkatan menjadi 86.05%. Pada pra siklus siswa yang
masih belum menunjukkan keaktifan sebesar 65.86% dan pada siklus I siswa yang
belum menunjukkan keaktifan menjadi 32.70%. Siswa yang belum menunjukkan
keaktifan pada siklus II hanya sebesar 13.95%.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
pra siklus siklus 1 siklus 2
34,14%
67,30%86,05%
65,86%
32,70%13,95%
aktif belum aktif
74
4.2.6.2 Prestasi Belajar Siklus II
pembelajaran pada siklus II dapat dilihat data pencapaian prestasi belajar
siswa pada tabel berikut
Tabel 4.12
Distribusi Prestasi Belajar Siklus II
Beradasarkan tabel distribusi prestasi belajar pada siklus II dapat dilihat dari
26 siswa kelas IV menunjukkan rata-rata kelas 85. Nilai tertinggi yang diperoleh
siswa pada siklus II adalah 96 sedangkan 68 merupakan nilai terendah yang diperoleh
siswa.Untuk persebaran nilai sudah tidak terdapat siswa yang memperoleh nilai pada
rentang nilai 45 – 54 maupun 55 – 64.Sebanyak 4 siswa atau sebesar 15,38% siswa
yang memperoleh nilai pada rentang nilai 65 – 74. Siswa paling banyak memproleh
nilai ≥ 75 dengan prosentase sebesar 84,62% atau sebanyak 22 siswa. Agar lebih jelas
distribusi prestasi belajar siklus II dapat digambarkan dalam diagram berikut
Diagram 4.12
Distribusi Prestasi Belajar Siklus II
0
5
10
15
20
25
45 – 54 55 – 64 65 – 74 ≥ 75
0%0%
15,38%
84,62%
rentang nilai
45 – 54
55 – 64
65 – 74
≥ 75
No Rentang Nilai Frekuensi Prosentase
1 45 – 54 0 0%
2 55 – 64 0 0%
3 65 – 74 4 15,38%
4 ≥ 75 22 84,62%
Jumlah 26 100 %
Rata-rata 84,96
Maksimal 96
Minimal 68
N 26
75
Dari diagram distribusi prestasi belajar pada siklus II menujukkan pencapaian
nilai siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Sudah tidak terdapat siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang nilai 45 – 54 dan pada rentang nilai 55 – 64. Dari 26
siswa, sebesar 15.38 % siswa atau sebanyak 4 siswa mendapatkan nilai pada rentang
nilai 65-74. Terdapat 22 Siswa yang mendapatkan nilai ≥75 dengan prosentase
sebesar 84.62 %. Untuk lebih jelasnya distribusi prestasi belajar siswa pada
pembelajaran siklus II dapat dilihat ketuntasan belajar yang diperoleh siswa pada
tabel berikut
Tabel 4.13
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II No Nilai Kategori Jumlah siswa
Jumlah Prosentase
1 ≥ 65 Tuntas 26 100%
2 < 65 Tidak tuntas 0 0 %
Jumlah 26 100 %
Tabel ketuntasan belajar yang diperoleh siswa pada siklus II menunjukkan
sudah tidak terdapat siswa yang masuk dalam kategori tidak tuntas dengan nilai
< 65. Dari 26 siswa mendapatkan nilai ≥ 65 sehingga pada pembelajaran siklus II
semua siswa kelas IV masuk dalam ketegori tuntas dengan prosentase 100 %. Bila
digambarkan dalam diagram maka ketuntasan belajar siswa akan tampak sebagai
berikut
Diagram 4.13
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
76
Dari diagram ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran siklus II
menunjukkan 100 % siswa dari 26 siswa masuk dalam kategori tuntas dengan nilai
≥65. Sudah tidak terdapat siswa yang masuk dalam kategori tidak tuntas dengan nilai
<65.
Pencapaian prestasi belajar siswa dari pra siklus, siklus I dan siklus II Untuk
mengetahui perbandingan pencapaian prestasi belajar siswa pada pra siklus, siklus I
dan siklus II. Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari setiap tindakan yang
telah dilakukan pada tiap siklusnya. Peningkatan prestasi belajar yang diperoleh siswa
dapat dilihat pada tabel perbandingan prestasi belajar berikut
Tabel 4.14
Perbandingan Prestasi Belajar
Pada Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II
No Rentang Nilai Frekuensi
Pra siklus Siklus 1 Siklus 2
1 45 - 54 2 0 0
2 55 – 64 10 5 0
3 65 – 74 9 8 4
4 ≥ 75 5 13 22
Jumlah 26 26 26
Rata-rata 65 76 85
Maksimal 80 96 96
Minimal 46 56 68
N 26 26 26
Dilihat dari tabel perbandingan pencapaian prestasi belajar siswa pada pra
siklus, siklus I dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan.Peningkatan prestasi
belajar siswa dapat dilihat pada pembelajaran pra siklus sebanyak 2 siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang nilai 45-56 sedangkan pada siklus I dan siklus II
sudah tidak ada siswa yang berada pada rentang nilai 45-56. Siswa yang mendapatkan
nilai pada rentang nilai 55-64 menunjukkan bahwa pada pembelajaran pra siklus
terdapat 10 siswa dan pada siklus 1 hanya terdapat 5 siswa yang belum tuntas belajar
karena nilainya masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal sedangkan pada siklus II
77
sudah tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 55-64. Pada
pembelajaran pra siklus terdapat 9 siswa yang mendaptkan nilai pada rentang nilai
65-74, pada siklus I terdapat 8 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 65-74
dan pada siklus II hanya terdapat 4 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai
65-74 . Jumlah siswa yang mendapatkan nilai ≥75 mengalami peningkatan dari pra
siklus yang hanya 5 siswa menjadi 13 siswa pada siklus I dan pada siklus II menjadi
22 siswa. Pencapaian nilai rata-rata kelas pada pra siklus sebesar 65, pada siklus 1
meningkat menjadi 76 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 85 dari jumlah
siswa sebanyak 26. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada pembelajaran pra siklus
yaitu 80, pada siklus 1 nilai tertinggi yang diperoleh siswa meningkat menjadi 96 dan
pada siklus II nilai tertinggi yang diperoleh siswa masih tetap pada siklus 1 yaitu 96.
Nilai terendah yang diperoleh siswa pada pra siklus yaitu 46, pada siklus 1 meningkat
menjadi 56 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 68. Untuk lebih jelas,
perbandingan pencapaian prestasi belajar pra siklus, siklus 1 dan siklus II dapat
dilihat pada diagram berikut
Diagram 4.14
Perbandingan Prestasi Belajar Pada Pra Siklus, Siklus 1 Dan Siklus II
78
Berdasarkan diagram perbandingan prestasi belajar pra siklus, siklus I dan
siklus II dapat dilihat bahwa nilai rata-rata mengalami peningkatan pada pra siklus
sebesar 65, pada siklus I menjadi 76 dan pada siklus II menjadi 85. Peningkatan nilai
tertinggi yang diperoleh siswa ditunjukkan dengan nilai tertinggi pada pra siklus yaitu
80, pada siklus 1 menjadi 96 dan pada siklus 2 masih tetap 96. Sedangkan perolehan
nilai terendah mengalami peningkatan yaitu 46 pada pra siklus, 56 pada siklus I dan
68 pada siklus II.Dari data perbandingan prestasi belajar pra siklus, siklus 1 dan
siklus Ii menunjukkan ketuntasan belajar siswa yang dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.15
Perbandingan Ketuntasan Belajar Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II
No Nilai Kategori Pra siklus Siklus 1 Siklus 2
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
1 ≥ 65 Tuntas 14 53.85% 21 80.77% 26 100%
2 < 65 Tidak tuntas 12 46.15% 5 19.23% 0 0%
Tabel perbandingan ketuntasan belajar pra siklus, siklus I dan siklus II
menunjukkan bahwa ada peningkatan. Pada pra siklus siswa yang masuk dalam
kategori tuntas dengan mendapatkan nilai ≥ 65 sebesar 53.85% atau sebanyak 14
siswa, pada siklus I siswa yang masuk pada kategori tuntas meningkat menjadi 21
siswa atau sebesar 80.77% dan pada siklus II menjadi 100% atau dari 26 siswa masuk
dalam kategori tuntas. Siswa yang masuk kategori tidak tuntas pada pra siklus
sebanyak 12 siswa atau sebesar 46.15%. pada siklus I siswa yang masuk kategori
tidak tuntas sebesar 19.23% atau sebanyak 5 siswa dan pada siklus II sudah tidak ada
siswa yang masuk kategori tidak tuntas. Untuk lebih jelas maka perbandingan
ketuntasan belajar pra siklus dan siklus I akan digambarkan pada diagram berikut
79
Diagram 4.15
Perbandingan Ketuntasan Belajar Pra Siklus, Siklus 1 Dan SiklusII
Berdasarkan diagram ketuntasan belajar pada pra siklus, siklus I dan siklus II
dapat dilihat perbandingan ketuntasan belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan
siklus II yang mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar siswa pada pra siklus
menunjukkan sebanyak 14 siswa yang sudah masuk pada kategori tuntas dengan nilai
≥ 65 atau sebesar 53.85% dan sebanyak 12 siswa yang masuk pada kategori tidak
tuntas dengan nilai < 65 di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditentukan atau
setara dengan 46.15%. Pada siklus I pencapaian ketuntasan belajar siswa mengalami
peningkatan sebesar 80.77% atau sebanyak 21 siswa dengan mendapatkan nilai ≥ 65
sehingga masuk pada kategori tuntas dan yang mendapatkan nilai < 65 pada siklus I
dengan jumlah siswa sebanyak 5 atau setara dengan 19.23% masuk pada kategori
tidak tuntas. Peningkatan pencapaian ketuntasan belajar siswa juga terjadi pada siklus
II dengan prosentase ketuntasan 100% karena dari 26 jumlah siswa mendapatkan nilai
≥ 65 sehingga masuk dalam kategori tuntas.
4.2.7 Penerapan Metode index card match
Dalam penelitian ini guru telah menerapkan metode index card match dalam
kegiatan pembelajaran siklus I dan siklus II. Sebelum guru menerapkan metode index
card match dalam penelitian, guru sudah diberikan kesempatan untuk melaksanakan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Pra siklus siklus I siklus II
14
2126
12
5
tidak tuntas
tuntas
80
try out penerapan metode index card match di kelas yang berbeda. Hasil dari
penerapan metode index card match dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.16
Penerapan metode index card match pada siklus I dan siklus II
Dari tabel di penerapan metode index card match pada siklus I dan siklus II
dapat dilihat bahwa guru sudah mampu menerapkan metode index card match dengan
baik sesuai prosedur pembelajaran dengan metode index card match.
4.2 Pembahasan dan Implikasi
4 3.1 Pembahasan
Berdasarkan paparan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa
kelas IV SD Negeri Kopeng 01 pada mata pelajaran IPS, maka dapat diketahui
adanya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan
No Tahap Aspek observasi (indikator) Ya
I Kegiatan
awal
1. Guru memeriksa kesiapan siswa
2. Guru mengabsen siswa
3. Guru melakukan kegiatan apersepsi
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
√ √
√ √
√ √
√ √
II Kegiatan
inti
5. Guru melibatkan siswa mencari informasi dari materi yang akan di
pelajari
6. Guru melakukan tanya jawab pada siswa
7. Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan baik dan jelas
8. Guru menjelaskan langkah-langkah dan peraturan permainan
pencocokan kartu yang akan dilakukan
9. Guru memberikan kartu tema pada siswa
10. Guru membimbing siswa mencari pasangan tema
11. Guru membimbing siswa dalam mengisi kartu soal dan kartu jawaban
12. Guru mengumpulkan kartu yang sudah diisi siswa dan mengacak semua
kartu
13. Guru mengarahkan siswa dalam pengambilan kartu
14. Guru mengarahkan dan membimbing siswa mencari pasangan kartu
15. Guru mengatur tempat duduk siswa
16. Guru mengarahkan pasangan siswa mempresentasikan isi kartu
17. Guru mengarahkan siswa untuk memberikan tanggapan
18. Guru mengarahkan siswa membuat rangkuman
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
3 Kegiatan
penutup
19. Guru memberikan umpan balik
20. Guru memberikan refleksi dari kegiatan yang sudah dilakukan
21. Guru memberikan kesimpulan
22. Guru memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis
23. Guru memberikan tindak lanjut berupa perbaikan dan pengayaan
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
81
metode index card match. Setelahdilakukan tindakan terkait penerapan metode index
card match keaktifan siswa sudah terlihat ada peningkatan. Peningkatan tersebut
terlihat dari antusiame siswa yang besar saat siswa diminta untuk bermain index card
match. Selain itu juga kekatifan siswa nampak saat siswa dapat berinteraksi dengan
guru ataupun dengan siswa lainnya. Metode index card match lebih menarik
perhatian siswa dan mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Melalui metode index card matchmateri pembelajaran yang dipelajari lebih mudah
diserap sehingga dapat meningkatkan tingkat pemahaman siswa selama mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Hal tersebut sejalan dengan Yuni (2009) yang mengatakan bahwa metode
index card match merupakan metode pembelajaran ini melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut dimana siswa yang lebih aktif dari
pada gurunya. Hasil dari penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Ahmini (2011) menyatakan bahwa penerapan metode index card matchdapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa di SDN Kandri 01 Kota
Semarang. Penelitan ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ervan
Yopi Putranto (2011) yang menyatakan bahwa melalui metode index card match
yang diterapkan dapat meningkatkan aktifitas siswa dan prestasi belajar siswa di
SDNegeri Pesanggrahan 02 kota Batu.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas IV di SD
Negeri Kopeng 01 dapat dikategorikan menjadi II kelompok. Kelompok I terdiri dari
siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar tanpa diadakannya suatu tindakan.
Siswa yang berada pada kelompok ini merupakan siswa yang memilikiantusiasme
yang tinggi terhadap pembelajaran. Selain memiliki antusias yang tinggi mereka juga
memiliki tingkat pemahaman yang tinggi sehingga prestasi belajar yang diperoleh
telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditentukan. Sedangkan pada
kelompok II terdiri dari siswa yang mencapai ketuntasan belajar setelah diberikannya
tindakan.Siswa pada kelompok ini memiliki antusias yang kurang dalam mengikuti
pembelajaran karena mereka merasa bahwa pembelajaran yang mereka terima belum
82
menarik sehingga perhatian mereka tidak terfokus pada pembelajaran dan berdampak
pada prestasi belajar siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang
telah ditentukan. Untuk menarik perhatian pada kelompok ini dalam mengikuti
pembelajaran maka guru melakukan tindakan melalui metode pembelajran index card
match.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa melalui metode pembelajaran
index card match dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPS kelas IV SD Negeri Kopeng 01 Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputro (2011) yang
menunjukkan bahwa denganMetode Pembelajaran Index Card Matchdapat
meningkatakan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
4.3.2 Implikasi Praktis
Dari hasil temuan menyatakan bahwa melalui metode Index card match
keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Kopeng 01 pada mata
pelajaran IPS dapat meningkat, maka implikasi praktis dalam penelitian ini yaitu
sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi guru untuk pemilihan dan penerapan
metode index card match sehingga dapatmemberikan pengalaman. Selain itu
implikasi praktis bagi siswa yaitu diharapkan siswa tidak malu-malu lagi dalam
mengeluarkan pendapat, berinteraksi dengan teman atau guru untuk mencari
informasi terkait dengan materi yang dipelajari, dapat turut serta atau aktif dalam
kegiatan belajar di sekolah sehingga dapat menambah pengalaman baru bagi siswa
dan dapat meningkatkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Sedangkan implikasi praktis bagi sekolah yaitu diharapkan kepala sekolah selaku
pemimpin di sekolah dapat memberikan dukungan dalam pemilihan metode
pembelajaran untuk perbaikan pembelajaranterkait penerapan metode index card
match. Selain itu juga melalui berbagai pemilihan metode pembelajaran terutama
index card match dapat menimbulkan variasi dalam proses belajar mengajar di
sekolah.