BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1...

28
36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan rumusan yang diajukan oleh peneliti. Hasil penelitian ini disajikan mulai dari pratindakan sampai dengan pada akhir siklus. Dalam rencana tindakan ini mengacu pada tindakan penelitian model Kurt Lewin (1990), dimana masing- masing siklus terdiri atas 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Sebelum melakukan tindakan perencanaan peneliti terlebih dahulu yaitu melakukan tindakan pra siklus. Tindakan prasiklus diambil peneliti dari nilai hasil ulangan harian semester I tentang perubahan sifat benda. Berdasarkan kondisi awal atau prasiklus tersebut selanjutnya peneliti melakukan tahap perencanaan untuk siklus 1. Pada tahap perencanaan peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat evaluasi untuk akhir siklus, serta membuat lembar observasi guru dan siswa dalam pembelajaran. Setelah peneliti melakukan perencanaan selanjutnya melaksanakan tahapan yang kedua yaitu tahap pelaksanaan tindakan. Pada tahap pelaksanaan ini terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pelaksanaan yang akan dilakukan peneliti hanya berperan sebagai observer sedangkan kegiatan pengajaran dilakukan oleh guru kelas V. Tahapan yang terakhir adalah tahap refleksi, yaitu pada tahap ini peneliti melakukan analisis data. Hasil analisis data ini yang digunakan peneliti untuk melaksanakan rencana tindakan pada siklus 2. 4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan pada semester II tahun ajaran 2014/2015. Jarak lokasi SD Negeri 3 Nambuhan dengan kota sekitar 7 km. SD Negeri 3 Nambuhan berada pada jalan utama Danyang-Kuwu. Kondisi fisik SD masih tergolong baik, tetapi hasil belajar di SD masih kurang salah satunya pada mata pelajaran IPA. Jumlah kelas di SD Negeri 3 Nambuhan ada 6 dari kelas I hingga kelas VI, selain itu terdapat pula 1 perpustakaan, 1 kantin sekolah, 1 ruang guru dan 1 ruang kepala

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Tindakan

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

dengan rumusan yang diajukan oleh peneliti. Hasil penelitian ini disajikan mulai

dari pratindakan sampai dengan pada akhir siklus. Dalam rencana tindakan ini

mengacu pada tindakan penelitian model Kurt Lewin (1990), dimana masing-

masing siklus terdiri atas 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tindakan, pengamatan

(observasi), dan refleksi. Sebelum melakukan tindakan perencanaan peneliti

terlebih dahulu yaitu melakukan tindakan pra siklus. Tindakan prasiklus diambil

peneliti dari nilai hasil ulangan harian semester I tentang perubahan sifat benda.

Berdasarkan kondisi awal atau prasiklus tersebut selanjutnya peneliti melakukan

tahap perencanaan untuk siklus 1. Pada tahap perencanaan peneliti membuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat evaluasi untuk akhir siklus,

serta membuat lembar observasi guru dan siswa dalam pembelajaran. Setelah

peneliti melakukan perencanaan selanjutnya melaksanakan tahapan yang kedua

yaitu tahap pelaksanaan tindakan. Pada tahap pelaksanaan ini terdiri dari kegiatan

awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pelaksanaan yang akan

dilakukan peneliti hanya berperan sebagai observer sedangkan kegiatan

pengajaran dilakukan oleh guru kelas V. Tahapan yang terakhir adalah tahap

refleksi, yaitu pada tahap ini peneliti melakukan analisis data. Hasil analisis data

ini yang digunakan peneliti untuk melaksanakan rencana tindakan pada siklus 2.

4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi

Kabupaten Grobogan pada semester II tahun ajaran 2014/2015. Jarak lokasi SD

Negeri 3 Nambuhan dengan kota sekitar 7 km. SD Negeri 3 Nambuhan berada

pada jalan utama Danyang-Kuwu. Kondisi fisik SD masih tergolong baik, tetapi

hasil belajar di SD masih kurang salah satunya pada mata pelajaran IPA. Jumlah

kelas di SD Negeri 3 Nambuhan ada 6 dari kelas I hingga kelas VI, selain itu

terdapat pula 1 perpustakaan, 1 kantin sekolah, 1 ruang guru dan 1 ruang kepala

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

37

sekolah. Jumlah guru di SD Negeri 3 Nambuhan ada 8 orang, yaitu guru kelas I

sampai kelas VI, 1 guru agama Islam dan 1 guru Olah Raga. Subyek penelitian

yaitu seluruh siswa kelas V dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang yaitu 17

siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki.

4.1.2 Kondisi Awal/Prasiklus

Kegiatan proses pembelajaran yang paling pokok di kelas adalah adanya

interaksi antara guru dan siswa. Siswa sebagai pihak yang belajar dan guru

sebagai pihak yang mengajar sehingga guru memiliki peranan sangat penting

dalam proses belajar mengajar. Dalam mengelola adanya interaksi antara guru

dengan siswa maka guru dituntut untuk mampu mendesain program, menguasai

materi, serta mampu menentukan pemilihan model pembelajaran yang sesuai

sehingga tercipta kondisi kelas yang kondusif.

Dalam kegiatan proses pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas,

guru cenderung mengajar menggunakan model konvensional, yaitu ceramah.

Pembelajaran di kelas belum terjadi komunikasi yang baik antara siswa dan guru.

Saat kegiatan belajar mengajar siswa hanya sebagai pendengar, dan hanya terjadi

komunikasi satu arah. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran, siswa

sebagai penerima informasi secara pasif. Pembelajarannya masih sangat abstrak

dan teoritis, sehingga interaksi di antara siswa masih kurang. Melihat kondisi

pembelajaran yang terkesan mononton inilah berdampak pada hasil belajar siswa

kelas V yang masih rendah dibawah KKM yaitu 64 dalam menerima materi pada

mata pelajaran IPA semester I. Ini terlihat dari hasil belajar siswa kelas V hanya

10 siswa (40%) dari 25 siswa telah mencapai batas tuntas. Selebihnya 15 siswa

(60%) belum mencapai batas tuntas.

4.1.3 Hasil Analisis Prasiklus

Pada prasiklus peneliti mengambil nilai dari hasil ulangan semester I

tentang perubahan sifat benda yang dilakukan sebelum melakukan tindakan siklus

I. Berikut nilai hasil ulangan yang peneliti peroleh sebelum melakukan tindakan

siklus I.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

38

Tabel 4.1

Daftar Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus Kelas V Semester I

Tahun Ajaran 2014/2015 SD Negeri 3 Nambuhan

No. Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) KKM (64)

1. < 64 15 60 % Tidak Tuntas

2. ≥ 64 10 40 % Tuntas

Jumlah Siswa 25

Secara lebih rinci, persentase ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas V

pada kondisi awal dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini:

Gambar 4.1

Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

Agar lebih mudah dalam menentukan kelompok interval nilai atau data

yang sudah diperoleh, maka peneliti menggunakan pengelompokkan dalam

bentuk tabel, sehingga akan lebih mudah melihat dan mengetahui tentang

jangkauan skor tertinggi dan skor terendah, banyaknya kategori serta interval dari

data yang ada. Dalam hal ini, peneliti menggunakan rumus menurut Sugiyono

0%

20%

40%

60%

80%

< 64 ≥ 64

Tidak Tuntas Tuntas

60%

40%

pe

rse

nta

se

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

39

(2011) yang menggunakan rumus K=1+3,3 log n. Adapun rumus untuk

menentukan Range, banyak kategori, dan interval adalah sebagai berikut:

Range / Jangkauan = Skor tertinggi – skor terendah

Banyak kategori / kelas = 1 + 3,3 log n

Interval (K) = Range (banyak kategori)

Dalam menentukan pembuatan interval nilai cara menentukan interval

nilai dengan baik, peneliti menggunakan rumus untuk memudahkan mengatur

jarak interval nilai sesuai hasil nilai yang diperoleh siswa dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Log 25 = 1,397

K = 1 + 3,3 log25

K = 1 + 3,3.1,397

K = 1 + 4,6101

K = 5,6101 dibulatkan menjadi 6.

Berdasarkan data hasil belajar prasiklus, setelah dilakukan analisis

berdasarkan nilai hasil belajar IPA prasiklus dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah

ini.

Tabel 4.2

Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

Interval Frekuensi Keterangan Persentase

77 – 82 2 Tuntas 8%

71 – 76 5 Tuntas 20%

65 – 70 3 Tuntas 12%

59 – 64 8 Tidak Tuntas 32%

53 – 58 4 Tidak Tuntas 16%

47 – 52 3 Tidak Tuntas 12%

KKM 64

Tuntas 10

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

40

Tidak Tuntas 15

Jumlah Siswa 25

Nilai Tertinggi 80

Nilai Terendah 47

Berdasarkan hasil prasiklus dapat diketahui pada tabel 4.2 menunjukkan

bahwa hasil belajar siswa tersebut rendah. Berdasarkan nilai prasiklus diatas

perbandingan siswa yang belum mencapai KKM adalah 15 siswa dengan

persentase sebesar 60%, sedangkan siswa yang tuntas dari KKM adalah 10 siswa

atau 40 %. Dilihat dari tabel diatas dapat diketahui jumlah siswa yang mencapai

interval nilai 77 – 82 sebanyak 2 orang dengan persentase 8%, jumlah siswa yang

mencapai interval nilai 71 – 76 sebanyak 5 orang dengan persentase 20%, jumlah

siswa mencapai interval nilai 65 – 70 sebanyak 3 orang dengan persentase 12%,

jumlah siswa mencapai interval nilai 59 – 64 sebanyak 8 orang dengan persentase

32%, jumlah siswa mencapai interval nilai 53 – 58 sebanyak 4 orang dengan

persentase 16%, dan jumlah siswa mencapai interval nilai 47 – 52 sebanyak 3

orang dengan persentae 12%. Jadi, jumlah keseluruhan siswa ada 25 siswa dimana

jumlah siswa dinyatakan tuntas ada 10 siswa dan tidak tuntas ada 15 siswa,

dengan perolehan nilai tertinggi yaitu 80 dan terendah 47.

Pada pembelajaran IPA ini, guru masih menggunakan metode

konvensional, sehingga masih ada 15 siswa yang belum mencapai nilai batas

tuntas KKM. Peneliti berinisiatif untuk mengadakan penelitian tindakan kelas

demi membantu meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran Make A Match pada pembelajaran IPA “Gaya Magnet”.

Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada prasiklus dapat dilihat pada

gambar 4.2 dibawah ini:

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

41

Gambar 4.2

Diagram Nilai Hasil Belajar IPA Prasiklus

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

Berdasarkan pada patokan penilaian peneliti bahwa siswa dapat dikatakan

tuntas apabila siswa mendapatkan nilai mencapai KKM 64, maka persentase

keseluruhan siswa yang mencapai kriteria KKM maupun yang belum mencapai

kriteria KKM, disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

No. Nilai Sebelum Tindakan Keterangan

Jumlah Siswa Persentase (%)

1. < 64 15 60 % Tidak Tuntas

2. ≥ 64 10 40 % Tuntas

Jumlah 25 100 %

KKM 64

Nilai Tertinggi 80

Nilai Terendah 47

Seperti pada tabel 4.3 diatas, persentase ketuntasan hasil belajar siswa

kelas V SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan

sebelum dilakukan tindakan, dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai

0

2

4

6

8

47 – 52 53 – 58 59 – 64 65 – 70 71 – 76 77 – 82

3 4

8

3

5

2

Fre

kue

nsi

Kategori

Nilai Prasiklus

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

42

dibawah KKM sebanyak 15 siswa dengan persentase 60%. Sedangkan siswa yang

mencapai nilai KKM sebanyak 10 siswa dengan persentase 40% dari total seluruh

siswa sebanyak 25 siswa. Nilai terendah hasil belajar siswa adalah 47, sedangkan

nilai tertinggi hasil belajar siswa adalah 80.

Dari tabel diatas dapat disajikan diagram persentase hasil belajar IPA

siswa pada prasiklus yang belum mencapai KKM dan yang sudah mencapai KKM

yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.3

Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

4.2 Deskriptif Data Penelitian

4.2.1 Pelaksanaan Siklus I

Pada bagian pelaksanaan siklus I terdiri dari empat sub bab yaitu

perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang sesuai

dengan tahap penelitian Kurt Lewin (1990). Pada bagian pelaksanaan siklus I

akan diuraikan pada perencanaan tindakan apa yang akan dilakukan dan

diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya akan diuraikan pula

pelaksanaan tindakan dan observasi, kemudian akan diuraikan refleksi

berdasarkan hasil observasi.

0%

20%

40%

60%

80%

< 64 ≥ 64

Tidak Tuntas Tuntas

60%

40%

pe

rse

nta

se

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

43

1) Tahap Perencanaan Tindakan

Setelah memperoleh data dari hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3

Nambuhan pada kondisi awal, selanjutnya peneliti melakukan diskusi dengan

guru kelas V untuk melakukan kegiatan penelitian pada siklus I. Dalam siklus I ini

peneliti melakukan 2 kali pertemuan, dimana masing-masing setiap pertemuan

terdiri atas 2 jam pelajaran (2 x 35 menit).

Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti dengan guru kelas V menyiapkan

terlebih dahulu rencana pembelajaran dimana peneliti membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selanjutnya dikonsultasikan kepada guru kelas

V untuk mengetahui apakah RPP tersebut sesuai atau tidak yang telah dibuat

peneliti diterapkan di sekolah tersebut. Peneliti juga menyiapkan lembar observasi

berupa aktivitas siswa dan kegiatan mengajar guru dalam proses pembelajaran.

Soal tes yang digunakan adalah soal pilihan ganda berjumlah 25 butir soal, tahap

pemilihan 25 soal tersebut pertama-tama diawali dengan membaca materi yang

akan diajarkan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

sudah di uji validitas dan reliabilitas instrument soal dari 30 butir soal pada SD

Negeri 1 Nambuhan kelas VI.

Peneliti disini berperan langsung sebagai observer kegiatan siswa dan

kegiatan mengajar guru. Peneliti juga bisa berkolaborasi dengan guru saat

kegiatan pembelajaran, selain itu peneliti dibantu oleh 1 mahasiswa yang berperan

sebagai pengambil dokumentasi foto selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Materi yang dipilih dalam siklus 1 ini adalah gaya magnet. Peneliti juga

mempersiapkan alat peraga atau media yang akan digunakan dalam pembelajaran

melalui model pembelajaran Make A Match yaitu dengan membuat kartu-kartu

berpasangan yang terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan pada tanggal 13 April 2015, dengan

kompetensi dasar mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi

melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, dan gaya magnet) dengan memilih

materi yang akan diajarkan yaitu gaya magnet. Untuk indikator pembelajaran pada

pertemuan pertama adalah siswa dapat mengidentifikasi jenis, bagian dan kutub-

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

44

kutub magnet, mengelompokan benda-benda magnetis dan non magnetis,

menunjukkan kekuatan gaya magnet dan mengidentifikasi sifat kemagnetan. Pada

pertemuan kedua adalah siswa dapat memberikan contoh penggunaan gaya

magnet dalam kehidupan sehari-hari dan siswa dapat membuat magnet sederhana.

Pemberian test formatif dilakukan di akhir siklus I untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar siswa.

Pada pertemuan pertama kegiatan awal guru membuka pembelajaran

dengan memberi salam, mempresensi siswa dan melakukan apersepsi dengan

menunjukkan sebuah magnet dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang

memacu siswa untuk aktif berfikir terkait dengan materi yang akan dipelajari serta

memberikan motivasi terhadap siswa. Kemudian guru kelas menjelaskan kepada

siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan memberikan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru menjelaskan langkah pembelajaran

dengan model pembelajaran Make A Match yaitu pembelajaran dengan cara

mencari kartu pasangan. Kartu-kartu pasangan tersebut terdiri dari kartu berupa

soal pertanyaan dan kartu berupa kunci jawaban, sehingga siswa harus mencari

kartu pasangan yang sesuai dengan kartu yang di dapatkan. Guru menjelaskan

sekilas tentang gaya magnet serta melakukan tanya jawab dengan siswa agar

siswa lebih memahami dan mendalami materi yang disampaikan. Pelaksanaan

permainan pertama-tama yang dilakukan yaitu pembentukan kelompok.

Pembentukan kelompok ini dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan

agar setiap kelompok dapat bekerja sama dengan baik. Guru membimbing siswa

dalam kelompok untuk melakukan pengamatan dan melakukan eksperimen untuk

mengidentifikasi dalam membuktikan sifat-sifat magnet dan benda magnetis

maupun non magnetis. Selanjutnya guru memberikan lembar kerja yang berisi

beberapa pertanyaan untuk dikerjakan tiap kelompok. Kemudian guru

memberikan kesimpulan pada siswa mengenai hasil kerja kelompok. Guru

kemudian membagi kelompok lagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dan

kelompok B. Sebelumnya guru menjelaskan kembali tentang langkah-langkah

pembelajaran model Make A Match secara jelas dan rinci. Guru menyiapkan kartu

permainan yang berupa kartu berisi soal dan kartu berisi jawaban. Kemudian

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

45

membagikan kartu pada kelompok A yang mendapatkan kartu soal secara acak

dan kelompok B mendapatkan kartu jawaban secara acak pada masing-masing

siswa serta menjelaskan cara penggunaan kartu tersebut.

Pada tahap permainan mencari pasangan kartu kondisi kelas dapat

terkontrol dengan baik dan berjalan lancar dalam mencari pasangan, tetapi ada

beberapa siswa yang belum mendapatkan pasangan. Siswa yang mendapatkan

pasangan kartu dalam waktu yang ditentukan pasangan tersebut dinyatakan

berhasil dan siswa yang belum mendapatkan kartu pasangannya dianggap gagal.

Kemudian siswa yang sudah mendapatkan kartu pasangannya diminta untuk

mempresentasikan kartu pasangannya di depan kelas dan siswa yang lain

mendengarkan temannya yang sedang presentasi dan memberikan tanggapan.

Tahap terakhir adalah memberikan kesimpulan, guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan, memperbaiki atau menambah kesimpulan materi yang telah

dibahas, pada kegiatan penutup guru membimbing siswa membuat rangkuman

dan melakukan refleksi.

Pada pertemuan kedua pada siklus I merupakan kelanjutan dari pertemuan

pertama yang dilaksanakan pada tanggal 14 April 2015 yaitu melanjutkan materi

serta pemantapan materi melalui pelaksanaan model pembelajaran Make A Match.

Kegiatan awal guru memberikan apersepsi dengan mengulas kembali sedikit

materi pembelajaran yang dipelajari pada pertemuan pertama dengan melakukan

tanya jawab pada siswa dan memberikan motivasi siswa. Guru menjelaskan

kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu masih

melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make A

Match. Kegiatan inti guru melanjutkan penyampaian materi yang berkaitan

dengan gaya magnet yaitu cara membuat magnet sederhana. Kemudian pada

kegiatan elaborasi langkah pembelajaran sama dengan pertemuan pertama.

Pelaksanaan pertama guru membentuk kelompok untuk berdiskusi kelompok

dalam pembuatan magnet sederhana. Pembentukan kelompok dilakukan secara

heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerja sama

dengan baik. Guru melakukan demonstrasi pembuatan magnet sederhana, dan

secara kelompok siswa melakukan eksperimen dengan bimbingan guru. Setelah

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

46

itu guru dan siswa menyimpulkan hasil eksperimen yang sudah dilakukan. Guru

memberikan pertanyaan pada siswa tentang kegunaan gaya magnet dalam

kehidupan sehari-hari. Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match yang

sebelumnya sudah dilaksanakan pada pertemuan pertama.

Guru menyiapkan kartu permainan yang akan digunakan, yaitu kartu berisi

soal dan kartu yang berisi jawaban. Kemudian guru membagikan kartu pada

kelompok A yang mendapatkan kartu berisi jawaban dan kelompok B yang

mendapatkan kartu berisi soal pada masing-masing siswa secara acak dengan

menjelaskan cara penggunaan kartu tersebut. Pada tahap permainan mencari

pasangan dimulai kondisi kelas terkontrol dan teratur dalam mencari pasangan

kartu dalam waktu yang sudah ditentukan. Namun masih ada beberapa siswa yang

belum mendapatkan kartu pasangan. Siswa yang mendapatkan kartu pasangannya

secara berpasangan dinyatakan berhasil kemudian mempresentasikan kartunya.

Siswa yang belum menemukan kartu pasangannya dinyatakan gagal. Permainan

dilanjutkan kembali sampai siswa mendapatkan kartu secara berpasangan dan

berhasil. Setelah semua siswa mendapatkan kartu pasangannya kemudian siswa

menyimpulkan materi dengan bimbingan guru. Guru memberikan kesempatan

pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti.

Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk membuat

kesimpulan pembelajaran yang sudah dilaksanakan dan melakukan refleksi.

Kemudian diakhir siklus 1 guru memberikan evaluasi berupa test tulis pilihan

ganda. Kemudian siswa mengerjakan test. Guru menjelaskan pada siswa tentang

peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian guru membagikan lembar

test pada setiap siswa. Test tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah ada

peningkatan hasil belajar dari kondisi awal (prasiklus) ke siklus I.

3) Tahap Observasi

Pada siklus I peneliti mengamati aktivitas siswa sedangkan pengambilan

dokumentasi foto selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran peneliti dibantu

oleh 1 orang mahasiswa. Dalam kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru kelas

dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match. Pada saat guru

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

47

menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran Make A Match beberapa siswa

masih kesulitan memahami cara kegiatan tersebut, namun setelah melakukan

kegiatan permainan mencari pasangan siswa mengikuti kegiatan dengan cukup

baik dan ada beberapa siswa yang belum paham saat guru memberikan instruksi.

Guru juga masih perlu belajar dan mengerti cara pembelajaran dengan

menerapkan model Make A Match, karena saat permainan mencari kartu pasangan

guru belum menguasai keadaan kelas masih terlihat beberapa siswa yang kurang

aktif dalam mencari kartu pasangannya.

Pada hasil obeservasi siklus I menunjukkan adanya peningkatan kualitas

guru dalam mengajar yang sebelumnya pada kondisi awal hanya menggunakan

metode konvensional yakni ceramah dan pada siklus I guru menggunakan model

pembelajaran Make A Match. Melalui model pembelajaran Make A Match terjadi

peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

mengalami peningkatan meskipun masih banyak ditemukan siswa yang belum

tuntas KKM.

Kelemahan-kelemahan dalam model pembelajaran tersebut dapat diatasi

dengan cara memberikan motivasi kepada siswa dengan menumbuhkan rasa

percaya diri serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih berperan

aktif dalam pembelajaran sehingga semua siswa terlibat dalam kegiatan

pembelajaran.

4) Tahap Refleksi

Berdasarkan pada pembelajaran siklus I yang telah dilaksanakan hasil

belajar IPA sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal

(prasiklus) sebelum diadakan tindakan siklus I ini dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Dalam pelaksanaan siklus I masih

ditemukan siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM yang telah ditentukan dari

pihak sekolah. Kondisi di kelas siswa yang aktif mengikuti pembelajaran belum

menyeluruh. Guru harus mempersiapkan diri dalam melakukan pembelajaran dan

mengkondisikan kelas supaya siswa lebih aktif secara menyeluruh.

Kelemahan dari pelaksanaan pembelajaran siklus I akan digunakan

peneliti dan guru kelas V untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran pada siklus

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

48

II. Pada siklus II ini model pembelajaran Make A Match akan lebih ditekankan

dan diharapkan adanya peningkatan hasil belajar IPA .

4.2.2 Pelaksanaan Siklus II

1) Tahap Perencanaan Tindakan

Setelah melakukan kegiatan siklus 1, selanjutnya peneliti berkonsultasi

dengan guru kelas V untuk melakukan kegiatan siklus II berdasarkan kekurangan-

kekurangan yang terjadi pada siklus I. Pada siklus II ini dilakukan agar pada

pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus II dapat berlangsung lebih baik

untuk menyempurnakan siklus I. Sama dengan halnya yang dilakukan pada siklus

I, pada siklus II ini peneliti melakukan 2 kali pertemuan, dimana masing-masing

pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2 x 35 menit).

Pada siklus II peneliti dengan guru kelas V menyiapkan rencana

pembelajaran dimana peneliti membuat RPP. Selain itu peneliti juga menyiapkan

lembar observasi berupa aktivitas siswa dan kegiatan mengajar guru. Sama halnya

pada siklus I peneliti berperan langsung sebagai observer kegiatan dan kegiatan

mengajar guru. Pengambilan dokumentasi foto selama kegiatan pembelajaran

berlangsung peneliti dibantu oleh 1 mahasiswa. Materi yang dipilih oleh guru

kelas V adalah kelanjutan dari siklus I yaitu pesawat sederhana.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan sikus II yang dilakukan pada tanggal 22 April 2015.

Dengan kompetensi dasar menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat

pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat dengan materi pelajaran pesawat

sederhana. Untuk indikator pembelajaran pertemuan pertama adalah menjelaskan

pengertian pesawat sederhana, mengidentifikasi berbagai pesawat sederhana dan

menggolongkan berbagai alat rumah tangga misal pengungkit (tuas), bidang

miring, katrol dan roda berporos. Pada pertemuan kedua adalah mengidentifikasi

kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana dan cara menggunakan pesawat

sederhana misal pengungkit (tuas), bidang miring, katrol dan roda berporos.

Pemberian soal tes dilakukan diakhir siklus untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar siswa.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

49

Pada pertemuan pertama kegiatan awal guru membuka pelajaran dengan

mengajak semua siswa untuk berdoa dengan keyakinan agama masing-masing,

kemudian memberi salam, mempresensi kehadiran siswa dan melakukan apersepsi

dengan bertanya pada siswa tentang pesawat sederhana dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada siswa untuk aktif berfikir. Guru

menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan

dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Guru menjelaskan sekilas tentang pengertian pesawat sederhana,

kemudian siswa dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing beranggotakan 5

orang untuk mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana. Siswa dengan

bimbingan guru melakukan kerja kelompok untuk menggolongkan berbagai alat

rumah tangga menurut jenis pesawat sederhana. Guru memberikan lembar kerja

kelompok untuk dikerjakan, dengan bimbingan guru siswa mengerjakan lembar

kerja yang diberikan guru. Setiap kelompok menyampaikan hasil kerja kelompok,

kemudian siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi pembelajaran.

Selanjutnya guru menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan model Make A Match yaitu pembelajaran dengan cara

mencari kartu pasangan. Kartu-kartu pasangan tersebut terdiri dari kartu berupa

soal pertanyaan dan berupa kartu kunci jawaban, sehingga siswa harus mencari

kartu pasangan yang sesuai dengan kartu yang didapatkan. Pelaksanaan pertama

yaitu pembentukan kelompok. Siswa dibagi menjadi dua kelompok secara

heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerja sama

dengan baik yaitu kelompok A mendapatkan kartu berupa soal pertanyaan dan

kelompok B berisi kunci jawaban. Sebelumnya guru menjelaskan kembali tentang

langkah-langkah pembelajaran model Make A Match secara jelas dan lebih rinci

agar siswa lebih paham dan mengerti lagi cara permainannya yang sebelumnya

sudah dilakukan pada pelaksanaan siklus I. Kemudian guru membagikan kartu –

kartu sesuai kelompok yang sudah di bentuk secara acak serta menjelaskan cara

permainannya dengan waktu yang ditentukan.

Pada tahap permainan mencari kartu berpasangan dimulai, guru

membimbing jalannya proses permainan dengan mengkontrol suasana kelas

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

50

menjadi lebih kondusif dan efektif. Saat mencari kartu berpasangan terdapat tiga

pasangan yang belum menemukan kartu pasangan dengan waktu yang sudah

ditentukan. Siswa yang mendapatkan kartu pasangannya dianggap berhasil,

sedangkan siswa yang belum mendapatkan kartu pasangannya dianggap gagal.

Siswa yang sudah mendapatkan kartu pasangannya maju kedepan kelas untuk

mempresentasikan kartu pasangannya. Siswa yang lain diberi kesempatan untuk

memberikan pertanyaan atau tanggapan. Permainan dilakukan dua kali agar

materi yang diajarkan melalui pembelajaran dengan model Make A Match mudah

dipahami oleh siswa. Tahap terakhir adalah memberikan kesimpulan

pembelajaran yang sudah dilakukan. Pada kegiatan penutup guru melakukan

refleksi dan membimbing siswa dalam membuat rangkuman sebagai tindak lanjut.

Pada pertemuan kedua yang dilaksanakan pada tanggal 23 April 2015

proses pembelajaran sama halnya pada pertemuan pertama. Pelaksanaan pada

pertemuan kedua ini siswa dibentuk dalam kelompok untuk mengidentifikasikan

kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana dan cara penggunaannya. Guru

membimbing siswa dalam kerja kelompok. Kemudian guru dan siswa

menyimpulkan hasil kerja kelompok dengan memberikan tambahan materi yang

belum jelas. Guru memberikan arahan untuk melakukan kegiatan pembelajaran

dengan model pembelajaran Make A Match untuk menyempurnakan hasil belajar

siswa pada siklus I dengan lebih memaksimalkan proses pembelajaran agar lebih

efektif lagi dan pencapaian indikator keberhasilan tercapai. Selama permainan

dimulai siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran yaitu dengan mencari kartu

pasangannya. Selama permainan berlangsung siswa sangat antusias untuk mencari

kartu pasangannya dengan waktu yang sudah ditentukan dan hasilnya pun tidak

adanya kendala yang ditemui saat permainan berlangsung. Guru ikut andil dalam

permainan agar suasana menjadi lebih terkontrol dan kondusif. Akhir

pembelajaran siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran yang

sudah dilakukan. Guru melakukan refleksi diakhir pembelajaran, kemudian guru

memberikan evaluasi berupa tes tulis pilihan ganda siklus II untuk mengetahui

adanya peningkatan hasil belajar melalui model pembelajaran Make A Match

dalam pembelajaran pada siklus II.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

51

3) Tahap Observasi

Hasil observasi pada siklus II secara keseluruhan guru sudah

melaksanakan pembelajaran dengan baik antara lain menyiapkan ruang, alat dan

media pembelajaran. Pada siklus II ini pemahaman guru mengenai langkah-

langkah melalui model pembelajaran Make A Match sudah terlihat. Guru

memeriksa kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran serta memotivasi siswa

yang membuat gaduh agar tenang dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran.

Guru juga menjelaskan aturan dalam pembelajaran IPA yang akan dilaksanakan

melalui model pembelajaran Make A Match.

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah memotivasi siswa untuk

mengikuti kegiatan pembelajaran, menyampaikan apersepsi dengan mengulas

sedikit materi yang lalu untuk mengetahui kesiapan siswa dalam melanjutkan

materi, serta menjelaskan tujuan pembelajaran dan arahan agar siswa memiliki

gambaran tentang kegiatan yang akan dilakukan.

Guru menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah pembelajaran

Make A Match secara lebih jelas dan rinci. Guru sudah memberi aturan-aturan

secara tegas kepada siswa yang kurang sportif dalam mengikuti permainan

sebelumnya agar permainan dapat berjalan lancar sesuai aturan yang telah

disepakati.

Pada tahap permainan mencari pasangan kondisi kelas sudah terkendali

dan lebih baik lagi dari permainan sebelumnya, sehingga guru tidak kesulitan

dalam mengatur jalannya permainan.

Pada tahap terakhir yaitu evaluasi guru sudah membimbing siswa dalam

pembuatan kesimpulan tentang materi pembelajaran, sama halnya pada akhir

siklus I, diakhir siklus II guru juga memberikan evaluasi berupa test. Test tersebut

bertujuan untuk mengetahui efektifitas dalam pembelajaran IPA mengenai gaya

magnet dan pesawat sederhana apakah ada peningkatan hasil belajar dari kondisi

awal (prasiklus), siklus I ke siklus II. Pada akhir pembelajaran guru melakukan

refleksi.

Berdasarkan observasi guru pelaksanan siklus II telah menunjukkan

adanya peningkatan cara dan kualitas mengajar yang dilakukan oleh guru melalui

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

52

model pembelajaran Make A Match apabila dibandingkan pada siklus I. Dengan

melakukan pendekatan khusus dalam pembelajaran Make A Match misalnya guru

memberikan motivasi pada siswa yang kurang aktif dalam permainan dan tidak

mengikuti pembelajaran dengan baik guru sudah mampu menguasai keadaan

kelas, sehingga dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam menerapkan

model pembelajaran Make A Match.

Pada siklus II ini peneliti juga mengamati aktivitas siswa dengan dibantu 1

mahasiswa yang berperan dalam pengambilan dokumentasi foto selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Saat pembelajaran berlangsung siswa sudah

memahami langkah-langkah model pembelajaran Make A Match. Siswa terlihat

antusias ketika akan mengikuti pembelajaran. Pada saat guru menjelaskan kembali

langkah-langkah model pembelajaran Make A Match beberapa siswa sudah

memahami dengan baik dan pada saat permainan siswa bermain dengan sportif

serta aktif dengan mematuhi aturan-aturan dengan baik.

Pada tahap terakhir yaitu evaluasi sama halnya pada akhir siklus I dan

siklus II siswa mengerjakan soal tes yang bertujuan untuk mengetahui hasil

belajar siswa dari kondisi awal ke siklus I, dan ke siklus II. Pada akhir

pembelajaran siswa menerima refleksi dari guru.

Dari observasi siswa pada siklus II ini peneliti menemukan adanya

peningkatan yang baik terhadap hasil belajar IPA dibandingkan dengan kondisi

awal (prasiklus) sebelum diadakan tindakan dan siklus I melalui model

pembelajaran Make A Match.

Dapat disimpulkan pada siklus II ini bahwa guru berhasil meningkatkan

hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan. Hal tersebut terbukti

dengan adanya peningkatan rata-rata kelas dan jumlah siswa yang tuntas sesuai

dengan nilai KKM yang telah ditentukan dari sekolah dan sesuai dengan indikator

keberhasilan minimal yaitu 80% dari keseluruhan jumlah siswa mencapai nilai

diatas KKM yaitu 64.

4) Tahap Refleksi

Pada siklus II terjadi peningkatan aktivitas siswa dan guru yang lebih baik

dari siklus I. Kelebihan tersebut antara lain :

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

53

a) Adanya rasa percaya diri siswa telah meningkat. Hal tersebut terlihat dari

keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru, serta

adanya keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok.

b) Guru dapat menguasai keadaan kelas, sehingga dapat dikatakan bahwa

guru telah berhasil menerapkan pembelajaran melalui model pembelajaran

Make A Match.

4.3 Hasil Analisis Data

4.3.1 Siklus I

4.3.1.1 Data Siklus I

Dalam siklus I proses belajar mengajar melalui model pembelajaran Make

A Match terjadi kenaikan nilai rata-rata dari prasiklus serta adanya kenaikan

jumlah siswa yang telah tuntan KKM ≥ 64. Hasil evaluasi pada akhir siklus

sebagai tolak ukur pemahaman siswa tentang materi gaya magnet yang telah

disampaikan oleh guru rata-rata yang diperoleh adalah 68,80 sedangkan pada

kondisi awal (prasiklus) yang diperoleh dari ulangan harian sebelum diadakan

siklus I nilai rata-rata hanya mencapai 62,36 dari siklus ini terlihat adanya

peningkatan rata-rata hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil tes pada siklus I terdapat 7 siswa atau 28% yang

mendapat nilai kurang dari KKM 64, dan 18 siswa atau 72% yang mendapat nilai

diatas 64 dengan nilai tertinggi 88 dan nilai terendah yaitu 56. Hal ini berarti

pembelajaran yang telah dilaksanakan kurang optimal karena masih ditemukan

siswa yang belum mencapai KKM dan indikator keberhasilan yang masih rendah,

sehingga perlu tindakan dalam perbaikan siklus I.

Pengolahan data hasil belajar siswa pada siklus I untuk mendapatkan

range, kelas, dan interval sama dengan pengolahan data prasklus. Untuk

memperjelas hasil siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

54

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus I

Siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

No. Interval Frekuensi

1. 81 – 88 2

2. 76 – 80 2

3. 71 – 75 6

4. 66 – 70 4

5. 61 – 65 8

6. 56 – 60 3

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat yang berada dalam rentang skor

56 – 60 sebanyak 3 siswa, dalam rentang skor 61 – 65 sebanyak 8 siswa, rentang

skor 66 – 70 sebanyak 4 siswa, rentang skor 71 – 75 sebanyak 6 siswa, rentang

skor 76 – 80 sebanyak 2 siswa dan rentang skor 81 – 88 sebanyak 2 siswa.

Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada

gambar 4.4 dibawah ini:

Gambar 4.4

Diagram Nilai Hasil Belajar IPA Siklus 1

Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

0

2

4

6

8

56 – 60 61 – 65 66 – 70 71 – 75 76 – 80 81 – 88

2 2

6

4

8

3

Fre

kue

nsi

Kategori

Nilai Siklus 1

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

55

4.3.1.2 Analisis Ketuntasan Sikus I

Dalam analisis ketuntasan siklus I disajikan hasil belajar IPA siswa kelas

V pada siklus I disajikan dalam tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I

Siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

No. Nilai Setelah Tindakan Siklus I Keterangan

Jumlah Siswa Persentase

1. < 64 7 28% Tidak Tuntas

2. ≥ 64 18 72% Tuntas

Jumlah 25 100%

KKM 64

Rata – Rata 68,80

Nilai Tertinggi 88

Nilai Terendah 56

Berdasarkan tabel 4.5 di atas terlihat bahwa masih banyak siswa yang

nilainya masih belum tuntas atau belum memenuhi KKM yaitu 64. Hal tersebut

terlihat siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM sebanyak 7 siswa dengan

persentase 28% dari total keseluruhan siswa, sedangkan siswa yang mencapai

KKM sebanyak 18 siswa dengan persentase 72% dari total seluruh siswa

sebanyak 25. Nilai terendah hasil belajar siswa adalah 56 sedangkan nilai tertinggi

hasil belajar siswa adalah 88. Rata-rata yang diperoleh pada siklus I adalah 68,80.

Secara lebih rinci, ketuntasan hasil tes siklus I dapat dilihat pada gambar

4.5 di bawah ini:

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

56

Gambar 4.5

Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

4.3.2 Siklus II

4.3.2.1 Data Siklus II

Pada proses pembelajaran siklus II melalui model pembelajaran Make A

Match dengan indikator keberhasilan pada siklus II dikatakan sudah berhasil

karena sudah mencapai 96%.

Hasil tes pada akhir siklus sebagai tolak ukur tingkat pemahaman siswa

yang telah disampaikan oleh guru rata-rata yang diperoleh adalah 78,08

sedangkan pada siklus I rata-rata yang diperoleh adalah 68,80 dari siklus ini

terlihat adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3

Nambuhan.

Berdasarkan hasil tes pada siklus II terdapat 24 siswa atau 96% yang

mendapat nilai diatas 64 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60 dari 1

siswa atau 4% yang mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah ditetapkan

disekolah. Hal ini berarti pembelajaran yang telah dilaksanakan melalui model

pembelajaran Make A Match sudah baik, hal itu dikarenakan siswa dapat

menguasai dan memahami materi yang diajarkan serta mendapatkan nilai yang

mencapai indikator keberhasilan.

0%

20%

40%

60%

80%

< 64 ≥ 64

Tidak Tuntas Tuntas

28%

72% p

ers

en

tase

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

57

Pengolahan data hasil belajar siswa pada siklus II untuk mendapatkan

range, kelas, dan interval sama dengan pengolahan data prasiklus dan siklus I.

Dengan demikian peneliti ini akan mendapatkan hasil distribusi tindakan pada

siklus II dapat dilihat hasil pembelajaran pada siklus II yang telah dilaksanakan

pada tabel 4.6

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

No. Interval Frekuensi

1. 90 – 100 3

2. 84 – 89 6

3. 78 – 83 2

4. 72 – 77 7

5. 66 – 71 4

6. 60 – 65 3

Berdasarkan pada tabel 4.6 dapat dilihat dari jumlah 25 siswa, yang berada

dalam rentang skor 60 – 65 sebanyak 3 siswa, dalam rentang skor 66 – 71

sebanyak 4 siswa, dalam rentang skor 72 – 77 sebanyak 7 siswa, dalam rentang

skor 78 – 83 sebanyak 2 siswa, dalam rentang skor 84 – 89 sebanyak 6 siswa, dan

dalam rentang skor 90 – 100 sebanyak 3 siswa.

Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada

gambar 4.6 dibawah ini:

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

58

Gambar 4.6

Diagram Nilai Hasil Belajar IPA Siklus 2

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

4.3.2.2 Analisis Ketuntasan Siklus II

Dalam analisis ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas V pada siklus II

disajikan dalam tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

No. Nilai Siklus II Keterangan

Jumlah Siswa Persentase (%)

1. < 64 1 4% Tidak Tuntas

2. ≥ 64 24 96% Tuntas

Jumlah 25 100%

KKM 64

Rata-Rata 78,08

Nilai Tertinggi 100

Nilai Terendah 60

0

2

4

6

8

60 – 65 66 – 71 72 – 77 78 – 83 84 – 89 90 – 100

3 4

7

2

6

3

Fre

kue

nsi

Kategori

Nilai Siklus 2

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

59

Dari hasil analisis tes siklus II, terlihat peningkatan yang maksimal dan

sangat baik. Hal tersebut terlihat dari jumlah siswa memperoleh nilai diatas KKM

yaitu 64 sebanyak 24 siswa dengan persentase 96% dengan nilai tertinggi 100,

sedangkan siswa yang belum berhasil mencapai nilai KKM terdapat 1 siswa yaitu

dengan nilai terendah 60 dengan persentase 4%. Nilai rata-rata yang diperoleh

meningkat menjadi 78,08.

Secara lebih rinci, ketuntasan hasil belajar siklus II dapat dilihat pada

gambar 4.7 dibawah ini:

Gambar 4.7

Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 2

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

4.4 Analisis Komparatif

Berdasarkan hasil analisis ketuntasan yang telah dilakukan peneliti di SD

Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan, maka akan

dilakukan analisis komparatif untuk mengukur perubahan yang terjadi pada hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPA agar dapat terlihat dengan jelas hasil

perbandingan nilai pada prasiklus dan nilai siklus I, dan siklus II.

Berikut ini akan disajikan dalam tabel maupun diagram perbandingan hasil

belajar sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus I.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

< 64 ≥ 64

Tidak Tuntas Tuntas

4%

96%

pe

rse

nta

se

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 2

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

60

Tabel 4.8

Perbandingan Hasil Belajar IPA Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

Skor Kriteria

Hasil

Belajar

Prasiklus Siklus I Siklus II

Jumlah

Siswa

Persen-

tase

(%)

Jumlah

Siswa

Persen-

tase

(%)

Jumlah

Siswa

Persen-

tase

(%)

< 64 Tidak

Tuntas

15 60% 7 28% 1 4%

≥ 64 Tuntas 10 40% 18 72% 24 96%

Jumlah 25 100% 25 100% 25 100%

Rata-Rata 62,36 68,80 78,08

Nilai Tertinggi 80 88 100

Nilai Terendah 47 56 60

KKM = 64

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa sebelum tindakan, pada kondisi

awal siswa yang tuntas dalam belajar adalah 10 siswa dengan persentase 40%.

Jumlah dan persentase ini berubah setelah diberikan tindakan. Terjadi peningkatan

jumlah maupun persentase siswa pada siklus I yang tuntas belajar menjadi 18

siswa dengan persentase 72%. Dengan kata lain, terjadi peningkatan jumlah

maupun ketuntasan belajar siswa yaitu 8 siswa setelah diberikan tindakan pada

siklus 1 dengan persentase peningkatan 32%. Sebaliknya, sebelum tindakan model

pembelajaran Make A Match diterapkan, siswa yang belum tuntas berjumlah 15

siswa dengan persentase 60%. Jumlah dan persentase ini mengalami penurunan

menjadi 7 siswa dengan persentase 28%. Dengan kata lain, terjadi penurunan

jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan

pada siklus I dibandingkan sebelum tindakan yaitu terjadi penurunan 8 siswa

dengan persentase 32%. Pada siklus II dilihat jumlah siswa yang mencapai nilai

sesuai KKM mengalami peningkatan yang lebih baik yaitu berjumlah 24 siswa

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

61

dengan persentase 96%, sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai nilai

sesuai KKM mengalami penurunan yaitu hanya 1 siswa dengan persentase 4%.

Hal ini membuktikan bahwa terjadinya peningkatan hasil belajar siswa dari

kondisi awal sebelum diberi tindakan (kondisi awal) atau prasiklus dan kondisi

setelah diberi tindakan pada siklus I dan siklus II.

Data tersebut disajikan dalam diagram perbandingan jumlah siswa yang

tuntas sebelum tindakan (prasiklus) dan setelah tindakan pada siklus I dan siklus

II disajikan pada gambar 4.8 sebagai berikut:

Gambar 4.8

Diagram Perbandingan Hasil Belajar IPA Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Pada proses pembelajaran sebelum adanya tindakan siklus I guru

cenderung sebagai penentu jalannya proses pembelajaran. Dalam pembelajaran

dikelas belum terjadi komunikasi yang baik antara siswa dan guru. Saat kegiatan

belajar mengajar siswa hanya sebagai pendengar dan hanya terjadi komunikasi

satu arah. Guru dalam penyampaian materi, penggunaan media dan alat peraga

masih kurang maksimal menyebabkan pembelajaran hanya berfokus pada buku

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Prasiklus Siklus 1 Siklus 2

60%

28%

4%

40%

72%

96%

Pe

rse

nta

se

Perbandingan Hasil Belajar IPA Prasiklus, Siklus 1, Siklus 2

≥ 64 Tuntas

< 64 Tidak Tuntas

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

62

paket. Pengamalam siswa dalam menggali pengetahuan masih kurang, ini dapat

dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa masih rendah.

Nilai rata-rata yang didapat siswa sebelum diadakan tindakan (kondisi

awal) atau prasiklus adalah 62,36. Siswa yang mencapai nilai KKM 64 hanya ada

10 siswa (40%). Nilai tertinggi yang diperoleh pada kondisi awal atau prasiklus

adalah 80 sedangkan untuk nilai terendah adalah 47.

Menurut Lorna Curran (dalam Miftahul Huda,2014) pada penerapan

model pembelajaran Make A Match dapat memupuk kerja sama siswa dalam

menjawab pertanyaan dengan mencocokan kartu yang didapat, proses

pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian siswa lebih antusias mengikuti

proses pembelajaran dan keaktifan siswa tampak sekali pada siswa mencari

pasangan sesuai dengan kartu yang didapat dengan batasan waktu yang

ditentukan. Dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match ini, siswa

dapat memahami materi yang dipelajari, memotivasi belajar siswa, serta

pembelajarannya lebih menarik perhatian siswa untuk aktif dan kreatif sehingga

siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini menyebabkan hasil

belajar siswa meningkat dan belajar sepanjang hayat dapat terwujud.

Peningkatan hasil belajar IPA dapat dilihat dari perolehan pada test

formatif pada akhir siklus I dan siklus II.

1. Siklus I

Pada siklus I melalui model pembelajaran Make A Match siswa telah

mencapai nilai KKM sebanyak 18 siswa (72%), sedangkan yang belum

mencapai nilai KKM sebanyak 7 siswa (28%). Nilai rata-rata kelasnya

adalah 68,80. Untuk nilai tertinggi yang diperoleh adalah 88 sedangkan nilai

terendah adalah 56.

2. Siklus II

Pada siklus II juga melalui model pembelajaran Make A Match siswa yang

telah mencapai nilai KKM sebanyak 24 siswa (96%), sedangkan yang belum

mencapai nilai KKM hanya 1 siswa (4%). Nilai rata-rata kelasnya adalah

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16241/4/T1_292011131_BAB IV... · 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil

63

78,08. Untuk nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100, sedangkan nilai

terendah adalah 60.

Meskipun masih ditemukan siswa yang belum mencapai nilai KKM

namun apabila berdasarkan pada indikator keberhasilan, penelitian ini sudah

dikatakan berhasil.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas dan 1 siswa yang belum

mencapai nilai KKM rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan karena

alasan siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran dikarenakan pola

asuh orang tua yang kurang memperhatikan anak. Guru kelas menyatakan bahwa

orang tua siswa tersebut kurang memperhatikan belajar anak dalam hal membaca

anak tersebut masih mengeja dan membacanya kurang lancar sehingga belajarnya

kurang yang mengakibatkan anak tersebut sulit memahami materi pelajaran.

Hal ini terbukti dengan rendahnya nilai yang diperoleh baik prasiklus,

siklus I, dan siklus II, sehingga diperlukan perhatian khusus terhadap siswa

tersebut seperti memberikan tambahan jam belajar tambahan untuk memberikan

pendekatan khusus pada anak tersebut dan melakukan diskusi pada orang tua atau

wali tentang perkembangan anak tersebut. Namun meskipun siswa tersebut belum

mencapai nilai KKM, tetapi siswa tersebut telah mengalami peningkatan hasil

belajar apabila dibandingkan dari prasiklus, siklus I dan siklus II.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Sri Rejeki (2010) yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Make A

Match Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas

V di SDN 2 Sengonwetan Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010”. Dari hasil

analisis data tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Make A Match

dapat meningkatkan hasil belajar IPA di SDN 2 Sengonwetan.

Berdasarkan perolehan nilai yang didapat pada siklus I dan siklus II

pembelajaran melalui model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan

hasil belajar siswa baik secara kognitif maupun fisik yang berdampak pada

peningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V Semester II di SD Negeri 3

Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun ajaran 2014/2015.