BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL...
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 4 Mendenrejo Kradenan Blora yang
beralamatkan di Jalan Raya Randublatung Km 1,5 Mendenrejo Blora 58383. Unit
Penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SDN 4 Mendenrejo Kradenan Blora
yang terdiri dari:
Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Unit Penelitian
KelasJumlah Siswa
Total KeteranganLaki-Laki Perempuan
V A 11 13 24 Kelompok eksperimen
V B 10 14 24 Kelompok kontrol
Jumlah unit penelitian 48
SDN 4 Mendenrejo Kradenan Blora memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang guru,
4 wc siswa, 1 wc guru, 1 gudang, 1 lapangan olahraga, dan 1 perpustakaan. Latar
belakang sosial siswa mayoritas sama yaitu dari keluarga petani dan pedagang,
tetapi sebagian besar mata pencaharian mereka yaitu petani karena mereka tinggal
di daerah persawahan.
Pelaksanaan penelitian dimulai dari mengidentifikasi masalah di lapangan
dengan melakukan wawancara kepada guru kelas V. Setelah menemukan
permasalahan di lapangan, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menyusun
proposal penelitian, membuat surat ijin penelitian, membuat instrumen penelitian,
menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk kelas eksperimen dan
kelas kontrol, serta melakukan uji coba terhadap instrumen penelitian yang akan
digunakan.
Tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah melakukan pengambilan
data awal untuk mengetahui hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
dalam keadaan setara dengan menggunakan hasil pengerjaan tes I dengan materi
36
kegiatan ekonomi di Indonesia. Jika kedua kelompok tersebut terbukti homogen,
maka tahapan selanjutnya adalah memberi perlakukan kepada kedua kelas tersebut.
Pembelajaran yang biasa dilakukan di SDN 4 Mendenrejo Kradenan Blora pada
kelas V B yang menggunakan pembelajaran konvensional. Namun, dalam
penelitian ini akan diberikan model pembelajaran yang berbeda terhadap kedua
kelas tersebut tersebut, yaitu memberi perlakuan pembelajaran jigsaw dengan
permainan puzzle untuk kelas VA dan memberikan pembelajaran konvensional
seperti yang dilakukan oleh guru sebelumnya. Materi pembelajaran yang digunakan
adalah sama yaitu tentang masa penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia.
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan pengamatan
kegiatan penggunaan model pembelajaran jigsaw dengan permainan puzzle di
kelompok eksperimen. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar observasi yang
di dalamnya memuat panduan dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran
yang disesuaikan dengan langkah-langkah model pembelajaran jigsaw dengan
permainan puzzle. Observasi ini digunakan untuk melihat keefektifan dari
penggunaan model pembelajaran jigssaw dengan permainan puzzle Observasi ini
meliputi observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa.
Pemberian nilai pada setiap aktivitas siswa dinamakan sebagai penilaian
proses oleh peneliti, sedangkan penilaian hasil diperoleh dari nilai tes formatif.
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran dapat diketahui
dengan melihat nilai proses dan nilai hasil yang dinamakan oleh peneliti dengan
hasil belajar (Tes ke2).
Setelah proses eksperimen selesai, dilakukan analisa statistik dari data yang
telah terkumpul yang merupakan hasil belajar selama pembelajaran untuk
kemudian disusun dalam bentuk laporan penelitian.
Hasil Observasi Implementasi RPP Aktifitas Guru
Peneliti melakukan observasi atau pengamatan selama kegiatan
pembelajaran. Observasi yang dilakukan meliputi observasi aktifitas guru dan
keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan dalam setiap
pertemuan. Dalam penelitian ini terdiri dari dua kali pertemuan, sehingga hasil
observasi yang diperoleh mencakup aktifitas guru dalam pembelajaran selama dua
37
kali pertemuan. Observasi pertama yakni observasi tentang aktifitas guru dalam
pembelajaran. Hasil observasi aktifitas guru meliputi kemampuan guru dalam
melakukan kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Indikator dalam kegiatan awal guru selalu memberikan salam pembuka
dalam setiap pertemuan sehingga guru mencapai prosentase 100% pada indikator.
Pada indikator ke dua Guru melakukan apersepsi dan motivasi dalam setiap
pertemuan, prosentase perolehan 100%. Pada pertemuan 1 guru tidak menjelaskan
tujuan pembelajaran tetapi pada pertemuan 2 guru menjelaskan tujuan
pembelajaran kepada siswa, sehingga prosentase perolehan sebesar 50%. Pada
indikator 3, guru hanya memperoleh prosentase 50% karena pada pertemuan 1
guru tidak menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan, guru
baru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran saat pertemuan 2.
Pada kegiatan inti terdapat 7 indikator yang diobservasi yaitu memberikan
materi masa penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia yang akan dibuat
permaianan puzzle, membimbing siswa dalam pembentukan kelompok ahli dan
kelompok asal, membimbing siswa berdiskusi dalam merangkai puzzle,
membimbing siswa dalam melaporkan hasil diskusi/presentasi, membimbing siswa
tanya jawab atau memberikan konfirmasi terhadap hasil presentasi, menentukan
pemenang dari pembelajaran jigsaw dalam permainan puzzle, memberikan hadiah
kepada kelompok yang terbaik dalam permainan puzzle. Indikator pertama pada
pertemuan 1 siswa menyimak materi masa penjajahan Belanda dan Jepang di
Indonesia yang akan dibuat permaianan puzzle tanpa penjelasan yang menyeluruh
dari guru, indikator ini guru hanya memperoleh skor 50%, sedangkan pertemuan 2
siswa menyimak materi masa penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia serta
mendapat bimbingan dari guru secara detail sehingga guru memperoleh prosentase
100%. Indikator kedua membimbing siswa dalam pembentukan kelompok ahli dan
kelompok asal, pada pertemuan 1 siswa kurang dibimbing guru dalam
pembentukan kelompok, sehingga pembagian kelompok tidak merata akibatnya ada
beberapa siswa yang tidak mendapat kelompok, prosentase guru 50%, pada
pertemuan kedua siswa dibimbing oleh guru dalam pembentukan kelompok ahli
dan kelompok asal prosentase guru 100%. Indikator ketiga membimbing siswa
38
berdiskusi dalam merangkai puzzle, pada pertemuan 1 guru tidak memberikan
penjelasan dalam cara-cara merangkai puzzle, prosentase guru 50%, sedangkan
pada pertemuan 2 guru membimbing dan memfasilitasi dalam kegiatan berdiskusi
prosentasi yang diperoleh guru adalah 100%. memberikan hadiah kepada kelompok
yang terbaik dalam permainan puzzle. Indikator ke empat membimbing siswa
dalam melaporkan hasil diskusi/presentasi prosentase yang diperoleh guru hanya
50% karena pada pertemuan 1 dalam proses pembelajaran guru tidak melibatkan
siswa untuk presentasi atas hasil diskusi kelompok, kemudia pertemuan 2 guru
melibatkan siswa untuk presentasi atas hasil diskusi kelompok dengan penggunaan
tata bahasa yang baku. Indikator ke lima yaitu membimbing siswa tanya jawab atau
memberikan konfirmasi terhadap hasil presentasi prosentase guru yang diperoleh
50%, pada pertemuan 1 guru belum memberikan kesempatan kepada kelompok lain
untuk menanggapi presentasi dan tanya jawab, kemudian pada pertemuan 2 guru
memberikan klarifikasi dan memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi
tersebut beserta kelompok lain. Indikator yang ke enam menentukan pemenang dari
pembelajaran jigsaw dalam permainan puzzle guru tidak menentukan pemenang
dalam pembelajaran hanya memberikan kata-kata pujian terhadap siswa yang
terbaik, prosentase yang diperoleh guru 50%, pada pertemuan 2 guru memberikan
kata-kata pujian beserta menentukan pemenang berdasarkan yang paling cepat
menghabiskan potongan puzzle, prosentase yang diperoleh 100%. Indikator ke
tujuh yaitu memberikan hadiah kepada kelompok yang terbaik dalam permainan
puzzle pada pertemuan 1 guru hanya memberikan tanda kejua peraan seperti
gambar bintang dari kertas yang diberikan bagi siswa yang tebaik sehingga
prosentase yang diperoleh guru 50%, pada pertemuan 2 guru memberikan tanda
kejuaraan beserta hadiah kepada siswa yang terbaik sehingga dapat meningkatkan
minat dalam pembelajaran, prosentase guru yang diperoleh 100%.
Pada kegiatan akhir terdapat 2 indikator. Saat pertemuan 1 guru tidak
membimbing siswa untuk membuat rangkuman sehingga rangkuman yang dibuat
siswa kurang teratur, guru baru membimbing siswa membuat rangkuman pada
pertemuan 2. Prosentase peskoran yang diberikan oleh observer yaitu 50%. Guru
tidak lupa membahas hasil penemuan serta melakukan evaluasi, prosentase yang
39
diperoleh sebesar 100%. Tetapi pada pertemuan 1 guru tidak melakukan tindak
lanjut terkait materi pembelajaran, hal ini baru dilakukan guru pada pertemuan 2
sehingga prosentase perolehannya hanya 50%. Pada pertemuan 1 guru juga tidak
melaksanakan tes evaluasi (tes formatif), tes formatif hanya dilakukan pada
pertemuan 2, sehingga prosentase perolehannya 50%. Sesuai dengan hasil observasi
dapat disimpulkan bahwa guru sudah cukup baik sebagai fasilitator dalam kegiatan
pembelajaran. Secara lebih rinci hasil observasi aktifitas guru dalam kegiatan
pembelajaran (2 x pertemuan). Data hasil observasi aktifitas guru dalam
pembelajaran lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 2
Hasil Observasi Implementasi RPP untuk Siswa
Observer tidak hanya melakukan observasi kepada guru, observasi juga
dilakukan pada keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Observasi ini bertujuan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran saja
dan tidak digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Kegiatan siswa yang
diamati terdiri dari 8 indikator dalam setiap pertemuan. Dari hasil observasi
indikator pertama diketahui bahwa pada pertemuan 1 terdapat 21 siswa membawa
alat tulis, 3 siswa tidak membawa alat tulis. Pada pertemuan 2 siswa yang
membawa alat tulis meningkat menjadi 24 siswa. Pada indikator kedua terdapat 17
siswa yang mendengarkan penjelasan pelaksanaan pembelajaran, 7 orang yang
tidak mendengarkan penjelasan dari guru dan ramai sendiri. Pertemuan 2 siswa
yang mendengarkan penjelasan dari guru 20 siswa sedangkan 4 siswa masih ramai
sendiri.
Pada indikator 3, dari hasil observasi diketahui terdapat 18 siswa yang
menyimak materi pada pertemuan 1 dan meningkat 23 siswa pada pertemuan 2.
Terdapat 19 siswa aktif dalam berdiskusi kelompok merangkai puzzle dalam
kegiatan pembelajaran pada pertemuan 1 berlangsung dan meningkat menjadi 24
siswa aktif dalam berdiskusi kelompok merangkai puzzle pada pertemuan 2. Pada
indikator 5 pada pertemuan 1 terdapat 15 siswa disiplin dalam pembelajaran dan
melaksanakan tugas dengan dengan baik, dan meningkat pada pertemuan ke 2
terdapapat 21 siswa yang disiplin dalam pembelajaran. Pada indikator 6 dalam
kegiatan presentasi pada pertemuan 1 terdapat 4 kelompok yang melakukan
40
kegiatan presentasi. Pada pertemuan 6 seluruh siswa melakukan kegiatan
presentasi.
Pada pertemuan 1 dan 2 seluruh siswa juga mencatat dan membuat
rangkuman materi yang telah dipelajari. Sesuai dengan hasil pengamatan kegiatan
siswa dapat disimpulkan bahwa siswa senang, aktif dan rajin dalam kegiatan
pembelajaran penggunaan model jigsaw dengan permainan puzzle . Secara lebih
lengkap hasil observasi keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat
pada lampiran 3
Hasil Penelitian Penilaian Produk Atau Hasil
Hasil penelitian produk atau hasil dapat diketahui dengan cara melakukan
analisis data terhadap data-data mentah yang diperoleh dari penelitian. Data yang
diperoleh berupa skor tes 1 kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, skor tes 2
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam metode analisis data ada
beberapa hal yang harus dilakukan antara lain yaitu analisis deskriptif, uji
normalitas data dan uji hipotesis. Kuali ikasi data dan uji prasyarat analisis data
berarti menterjemahkan data dalam bentuk angka, sedangkan uji prasyarat analisis
berarti sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
analisis. Prasyarat analisis data dengan menggunakan statistik nonparametric
adalah skor yang diperoleh berdasarkan distribusi normal. Oleh karena itu, sebelum
dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji normalitas kolmogrov-smirno,
dengan menggunakan komputer melalui program Statistik Product and Service
Solution (SPSS) versi 19.0 dan uji t-tets.
Hasil penelitian penilaian produk diketahui dengan cara melakukan analisis
data. Analisis data yang digunakan yaitu uji t-test. Sebelum dilakukan analisis uji t-
test, agar data tidak menyimpang maka harus dilakukan uji deskriptif dan uji
normalitas terlebih dahulu. Dengan uji normalitas dapat dilihat data dalam
penelitian normal atau tidak. Syarat data yang digunakan dalam penelitian harus
normal. Berikut disajikan hasil analisis deskriptif dan normalitas pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
41
Skor Tes 1 Kelompok Eksperimen
Hasil penelitian penilaian produk yang pertama yaitu skor tes 1 kelompok
eksperimen. Hasil tes 1 kelompok eksperimen diketahui dengan cara
mengelompokkan data berdasarkan skor hasil tes 1 kelompok eksperimen SD
Negeri 4 Mendenrejo. Pengelompokan berdasarkan acuan Ketentuan Ketuntasan
Minimum (KKM) penelitian yaitu 90. Berdasarkan skor tes 1 kelompok
eksperimen, diketahui bahwa tidak ada siswa yang masuk dalam kategori tuntas
karena tidak ada siswa yang mendapat skor ≥ 90. Sebanyak 24 siswa mendapat skor
di bawah KKM 90, artinya 100% siswa pada kelompok eksperimen tidak tuntas.
Pada kelompok eksperimen hasil tes 1 memperoleh Skor maksimal 88 sedangkan
skor minimal 44, dengan rata-rata Skor 64. Hal ini terjadi karena tes 1 dilakukan
sebelum diberikan perlakuan, sehingga siswa hanya berbekal pengetahuan awal
saja. Data skor tes 1 kelompok eksperimen lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 5
Skor Tes 1 Kelompok Kontrol
Hasil penelitian penilaian produk yang ke dua yakni skor tes 1 kelompok
kontrol. Hasil tes 1 kelompok kontrol diketahui dengan cara mengelompokkan data
berdasarkan skor hasil tes 1 kelompok kontrol Blora. Pengelompokan berdasarkan
acuan Ketentuan Ketuntasan Minimum (KKM) penelitian yaitu 90. Berdasarkan
skor tes 1 kelompok kontrol, diketahui bahwa 1 siswa yang masuk dalam kategori
tuntas. Sebanyak 23 siswa mendapat skor di bawah KKM 90, artinya 98% siswa
pada kelompok kontrol tidak tuntas. Pada Kelompok kontrol hasil tes 1
memperoleh skor maksimal 92 sedangkan skor minimal 40, dengan rata-rata skor
69. Hal ini terjadi karena tes 1 dilakukan sebelum diberikan perlakuan, sehingga
siswa hanya berbekal pengetahuan awal saja. Data skor tes 1 kelompok kontrol
lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 5
Skor Tes 2 Kelompok Eksperimen
Hasil penelitian penilaian produk yang ke tiga yakni hasil skor tes 2
kelompok eksperimen. Pada tes 2 kelompok eksperimen memperoleh skor
maksimal 94 sedangkan skor minimal 86, dengan rata-rata skor 94. Skor akhir
yang diperoleh siswa dari tes 2 secara rinci disajikan pada tabel 4.2.
42
Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Skor Ketuntasan Hasil Tes 2 Kelompok Eksperimen
No. Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan1. 86 1 4,2 Tidak tuntas2. 88 2 8,3 Tidak tuntas3. 89 6 25,0 tuntas4. 90 2 8,3 tuntas5. 91 5 20,8 tuntas6. 92 7 29,2 tuntas7. 94 1 4,2 tuntas
Σ 24 100%
Dari tabel 4.2 diketahui bahwa terdapat 9 siswa yang memperoleh skor <
90, sehingga 12,5% siswa pada kelompok eksperimen tidak tuntas. Namun, jumlah
siswa yang tuntas jauh lebih banyak yaitu 21 siswa dengan persentase 37,5%. Siswa
yang sudah tuntas dari KKM jauh lebih banyak, hal ini terjadi karena tes 2
dilakukan setelah siswa mendapat perlakuan dengan belajar menggunakan model
pembelajaran jigsaw dengan permainan puzzle sehingga siswa jauh lebih mudah
memahami materi yang telah diberikan serta dapat mengerjakan tes formatif dengan
baik.
Siswa dalam mengerjakan tes 2 tidak hanya mempunyai bekal pengetahuan
awal saja melainkan ditambah pembelajaran jigsaw dengan permainan puzzle.
Dengan perlakuan ini siswa menjadi lebih aktif dan semangat dalam belajar dan
materi yang telah disampaika lebih kuat di ingat oleh siswa. Soal tes 2 sama dengan
tes 1 tetapi hasilnya sangat berbeda karena perlakuannya juga berbeda. Secara lebih
jelas berikut ini disajikan gambaran visual diagram lingkaran skor tes 2 kelompok
eksperimen.
43
Gambar 4.1Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Skor Ketuntasan Hasil Tes 2
Kelompok Eksperimen
Data skor tes 2 kelompok eksperimen secara lebih lengkap dapat dilihat
pada lampiran 5
Skor Tes 2 Kelompok Kontrol
Hasil penelitian penilaian produk yang ke empat yakni hasil skor tes 2
kelompok kontrol. Hasil tes 2 kelompok kontrol diketahui dengan cara
mengelompokkan data berdasarkan skor hasil tes 2 kelompok kontrol SDN 4
Mendenrejo Kradenan Blora. Pengelompokan berdasarkan acuan Ketentuan
Ketuntasan Minimum (KKM) penelitian yaitu 90.
Kondisi kelompok kontrol jika dilihat dari hasil tes 1 dan tes 2 mengalami
peningkatan lebih sedikit dibandingkan kelompok eksperimen. Berdasarkan hasil
tes 1 diketahui bahwa ada 1 siswa yang tuntas mencapai KKM 90, tetapi
berdasarkan hasil tes 2 tidak ada siswa yang tuntas mencapai KKM 90
Peningkatan juga dapat dilihat dari perolehan skor maksimal, skor minimal,
rata-rata serta jumlah skor seluruh siswa dari hasil tes 2 kelompok kontrol. Pada tes
2 kelompok kontrol mendapat skor maksimal 94 sedangkan skor minimal 86,
dengan rata-rata skor 90. Skor tes 2 kelomok kontrol secara rinci disajikan pada
tebel 4.3.
44
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Skor Ketuntasan Hasil Tes 2 Kelompok Kontrol
No. Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan1. 78 2 8,3 Tidak tuntas2. 80 2 8,3 Tidak tuntas3. 82 7 29,2 Tidak tuntas4. 84 9 37,5 Tidak tuntas5. 87 1 4,2 Tidak tuntas6. 89 3 12,5 Tidak tuntas
Σ 24 100%
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa terdapat tidak ada siswa yang memperoleh
Skor < 90, sehingga 100% siswa pada kelompok kontrol tidak tuntas.
Peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen jauh lebih banyak jika
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan
kegiatan pembelajarannya. Pada kelompok eksperimen pembelajaran jigsaw dengan
permaianan puzzle dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model
pembelajaran jigsaw dengan permainan puzzle terhadap hasil belajar siswa kelasV
SDN 4 Mendenrejo Kradenan Blora. Mengetahui besarnya pengaruh perlakuan
yang diberikan dapat diketahui dengan cara membandingkan skor rata-rata tes
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perolehan skor rata-rata kelompok
eksperimen dari tes 1 dan skor tes 2 mengalami peningkatan yang cukup besar.
Rata-rata skor tes 1 kelompok eksperimen 64% sedangkan rata-rata skor tes 2 90%.
Selisih rata-ratanya 26%. Rata-rata skor tes 1 kelompok kontrol 69 sedangkan rata-
rata tes 2 83. Selisih rata-ratanya 14%. Secara lebih rinci disajikan dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4Distribusi Skor Rata-Rata Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
KelompokSkor Rata-Rata Peningkatan
Skor Rata-RataTes 1 Tes 2
Eksperimen 64 90 26%
Kontrol 69 83 14%
45
Hasil Penelitian Penilaian Proses
Hasil penelitian yang ke dua yakni hasil penelitian penilaian proses. Selain
melakukan analisis deskriptif penilaian produk, peneliti juga melakukan analisis
deskriptif penilaian proses. Penilaian proses hanya diberikan pada kelompok
eksperimen karena pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran
kooperatif menggunakan model pembelajaran jigsaw dengan permainan puzzle
sehingga selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa aktif belajar. Penilaian
proses dilakukan pada saat kegiatan, diskusi kelompok, dan presentasi. Penilaian
dilakukan dengan cara mengobservasi kegiatan siswa selama kegiatan belajar
berlangsung. Observasi dilakukan dengan bantuan rubrik penilaian sesuai dengan
RPP yang telah terlebih dahulu dibuat (rubrik peskoran terlampir pada RPP
lampiran 4).
Hasil Penilaian Kegiatan diskusi kelompok
Penilaian proses yang pertama yaitu penilaian diskusi kelompok. Sesuai
dengan rubrik penilaian yang terdapat pada RPP kelompok eksperimen, penilaian
diskusi terdiri dari 4 indikator. Indikator pertama yakni jumlah pendapat yang
disampaikan siswa. Siswa memperoleh skor 3 jika siswa menyampaikan 3 pendapat
saat diskusi. Jumlah siswa yang mendapat skor 3 yakni 19 siswa. Siswa
memperoleh skor 4 jika siswa menyampaikan 4 pendapat saat diskusi. Jumlah siswa
yang mendapat skor 4 sama dengan jumlah siswa yang mendapat skor 3 yakni 19
siswa. Indikator ke dua adalah kejelasan siswa dalam menyampaikan substansi.
Siswa memperoleh skor 3 jika siswa menyampaikan substansi dengan jelas. Jumlah
siswa yang memperoleh skor 3 yaitu 13 siswa. Siswa memperoleh skor 4 jika siswa
menyampaikan substansi dengan sangat jelas. Jumlah siswa yang memperoleh skor
4 sebanyak 8 siswa.
Indikator ke tiga pada penilaian diskusi yakni waktu yang digunakan siswa
dalam diskusi. Siswa memperoleh skor 3 jika siswa berdiskusi selama 7 menit.
Jumlah siswa yang memperoleh skor 3 yaitu 11 siswa. Siswa memperoleh skor 4
jika siswa berdiskusi selama 10 menit. Jumlah siswa yang memperoleh skor 4 yaitu
13 siswa. Berdasarkan hasil observasi tidak terdapat siswa yang memperoleh skor 1
46
dan 2, dapat disimpulkan bahwa siswa sudah baik dalam melakukan kegiatan
diskusi.
Hasil Penilaian Kegiatan Presentasi
Penilaian proses ke tiga yakni penilaian presentasi. Sesuai dengan rubrik
penilaian presentasi pada RPP kelompok eksperimen terdapat 4 indikator. Skor
penilaian yakni 1, 2, 3 dan 4. Setelah dilakukan observasi tidak ada siswa yang
memperoleh skor peSkoran 1 dan 2, skor perolehan siswa yakni 3 dan 4. Pada
indikator 1 keberanian siswa dalam menyampaikan hasil diskusi. Dari 6 kelompok
hanya 5 kelompok yang berani menyampaikan hasil diskusi di depan kelas. hasil
diskusinya hanya disampaikan oleh 1 orang saja dalam kelompoknya. Siswa yang
memperoleh skor 4 yakni 5 kelompok dari 20 siswa artinya setiap siswa dari
masing-masing kelompok sudah berani menyampaikan hasil diskusinya.
Indikator ke dua rasa percaya diri. Dari 6 kelompok terdapat 3 kelompok
yang mempunyai rasa percaya diri memperoleh skor 3, siswa yang memperoleh
skor 3 memang jelas dan tegas dalam menyampaikan hasil diskusi. Siswa yang
memperoleh skor 4 adalah siswa yang memiliki rasa percaya diri tinggi, tegas, serta
berani menatap audience saat presentasi. Siswa yang memperoleh skor 4 sebanyak
3 kelompok.
Indikator ke tiga yaitu keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan dari
kelompok lain. Siswa memperoleh skor 3 jika siswa berani menjawab 1 pertanyaan
dari kelompok lain dengan jawaban yang tepat. Jumlah siswa yang memperoleh
skor 3 yakni 8 siswa. Siswa yang memperoleh skor 4 yaitu siswa yang berani
menjawab 5 pertanyaan dari kelompok lain dengan jawaban yang tepat. Jumlah
siswa yang memperoleh skor 4 yaitu 11 siswa.
Indikator ke empat yakni penggunaan bahasa dalam presentasi. Siswa
memperoleh skor 3 jika siswa menyampaikan presentasi dengan bahasa yang
kurang tepat dan kurang komunikatif. Terdapat 4 kelompok dari 16 siswa siswa
yang memperoleh skor 3. Siswa memperoleh skor 4 jika siswa menyampaikan
presentasi dengan bahasa yang tepat dan komunikatif. Jumlah siswa yang mendapat
skor 4 lebih sedikit daripada siswa yang mendapat skor 3 terdapat 2 kelompok dari
47
8 siswa. Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa siswa sudah cukup baik
dalam melakukan kegiatan presentasi.
Hasil Uji Normalitas Data
Sebelum dilakukan analisis uji t, terlebih dahulu dilakukan analisis uji
normalitas data dari skor tes 1 dan tes 2 kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Setelah dilakukan uji normalitas dapat dilakukan uji t menggunakan skor
tes 2 pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Uji normalitas bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya penyebaran
data dari variabel penelitian. Uji normalitas variabel penggunaan lingkungan alam
menggunakan teknik One sample Kolmogrov-Smirnov Test, perhitungan dilakukan
dengan menggunakan SPSS 19.0.Uji normalitas data terdiri dari dari uji normalitas
Skor tes 1 dan uji normalitas skor tes 2.
Normalitas Data Skor Tes 1 Kelompok Eksperimen
Normal atau tidaknya penyebaran data pada data skor tes 1 kelompok
eksperimen diketahui dengan cara melakukan uji normalitas data. Di bawah ini
disajikan tabel uji normalitas Skor tes 1 kelompok eksperimen
Hasil Uji Normalitas Tes Homogenitas (Tes I)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestNilai tes 1 Kelompok
eksperimentN 24Normal Parametersa,b Mean 68,6667
Std. Deviation 12,83903Most ExtremeDifferences
Absolute ,150Positive ,071Negative -,150
Kolmogorov-Smirnov Z ,734Asymp. Sig. (2-tailed) ,654a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.
48
Dari tabel 4.5 tampak bahwa hasil uji kolmogrov-smirnov Z untuk hasil tes 1
bahwa distribusi pengukuran pada skor tes 1 kelompok eksperimen normal.
Gambaran visual kenormalan penyebaran data karakteristik dapat dilihat pada
gambar kelompok eksperimen normal yaitu sebesar 0,659 dengan probabilitas
signifikan 0,400. Hal ini menunjukkan 4.2 berikut:
Gambar 4.2Grafik Uji Normalitas Tes 1 Kelompok Eksperimen
Normalitas Data Skor Tes 2 Kelompok Eksperimen
Normal atau tidaknya penyebaran data pada data skor tes 2 kelompok
eksperimen dapat diketahui dengan melakukan uji normalitas data. Di bawah ini
disajikan tabel uji normalitas skor tes 2 kelompok eksperimen.
Dari tabel 4.6 tampak bahwa hasil uji kolmogrov-smirnov Z untuk hasil tes 2
kelompok eksperimen normal yaitu sebesar 0,743 dengan probabilitas signifikan
0,638. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi pengukuran untuk variabel pada skor
tes 2 kelompok eksperimen adalah normal. Gambaran visual kenormalan
penyebaran data karakteristik dilihat pada gambar 4.6
49
Hasil Uji Normalitas Tes Homogenitas (Tes II)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai tes II kelompokeksperiment
N 24Normal Parametersa,b Mean 83,3333
Std. Deviation 2,98790Most ExtremeDifferences
Absolute ,245Positive ,245Negative -,161
Kolmogorov-Smirnov Z 1,201Asymp. Sig. (2-tailed) ,112a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.
Dari tabel 4.6 tampak bahwa hasil uji kolmogrov-smirnov Z untuk hasil tes 2
kelompok eksperimen normal yaitu sebesar 0,112 dengan probabilitas signifikan
0,443. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi pengukuran untuk variabel pada skor
tes 2 kelompok eksperimen adalah normal. Gambaran visual kenormalan
penyebaran data karakteristik dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3Grafik Uji Normalitas Tes 2 Kelompok Eksperimen Normalitas Data Skor Tes
1 Kelompok Kontrol
50
Uji normalitas data juga dilakukan terhadap data yang diperoleh pada
kelompok kontrol. Untuk melihat normal atau tidaknya penyebaran data pada data
skor tes 1 kelompok kontrol dilakukan dengan uji normalitas data. Di bawah ini
disajikan tabel uji normalitas skor tes 1 kelompok kontrol.
Hasil uji normalitas tes IOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai tes I kelas kontrolN 24Normal Parametersa,b Mean 64,0833
Std. Deviation 11,45090Most ExtremeDifferences
Absolute ,135Positive ,135Negative -,080
Kolmogorov-Smirnov Z ,660Asymp. Sig. (2-tailed) ,776a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.
Dari tabel 4.7 tampak bahwa hasil uji kolmogrov-smirnov Z untuk hasil tes 1
kelompok kontrol normal yaitu sebesar 0,886 dengan probabilitas signifikan 0,413.
Hal ini menunjukkan bahwa distribusi pengukuran untuk variabel tes 1 pada skor
tes 1 kelompok kontrol adalah normal. Gambaran visual kenormalan penyebaran
data karakteristik dilihat pada Grafik 4.4.
51
Gambar 4.4Grafik Uji Normalitas Tes 1 Kelompok Kontrol
Normalitas Data Skor Tes 2 Kelompok Kontrol
Uji normalitas data yang berikutnya yaitu uji normalitas data Skor tes 2
kelompok kontrol. Untuk melihat normal atau tidaknya penyebaran data pada data
skor tes 2 kelompok kontrol dilakukan dengan uji normalitas data. Di bawah ini
disajikan tabel uji normalitas Skor tes 2 kelompok kontrol.
Hasil uji normalitas tes IIOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai tes II kelas kontrolN 24Normal Parametersa,b Mean 90,3750
Std. Deviation 1,81330Most ExtremeDifferences
Absolute ,176Positive ,151Negative -,176
Kolmogorov-Smirnov Z ,865Asymp. Sig. (2-tailed) ,443a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.
52
Dari tabel diatas tampak bahwa hasil uji kolmogrov-smirnov Z untuk hasil
tes 1 kelompok kontrol normal yaitu sebesar 1,029 dengan probabilitas signifikan
0,240. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi pengukuran variabel pada skor tes 2
kelompok kontrol adalah normal. Gambaran visual kenormalan penyebaran data
karakteristik dilihat pada gambar 4.5
Gambar 4.5Grafik Uji Normalitas Tes 2 Kelompok Kontrol
4.2 ANALISIS HASIL PENELITIAN
Untuk menguji signifikansi perbedaan mean antar kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, analisis data yang digunakan adalah uji t-
test. Di bawah ini disajikan tabel hasil uji t-test skor tes 2 kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.
53
Hasil Uji Beda Skor Tes 2
Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol
Independent Samples Test
Levene'sTest forEquality
ofVariances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df
Sig.(2-
tailed)
MeanDifferenc
e
Std. ErrorDifferenc
e
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Lower Upper
VAR00001
Equalvariancesassumed
2,597
,114
9,870
46 ,000 7,04167 ,71343 5,60561
8,47773
Equalvariances notassumed
9,870
37,918
,000 7,04167 ,71343 5,59730
8,48603
Berdasarkan tabel 4.9, dapat dilihat hasil F hitung levene test sebesar 2,597
dengan probabilitas 0,114 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua sampel
memiliki variance sama atau dengan kata lain kedua kelompok homogen. Dengan
demikian analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal variance
assumed. Dari tabel di atas terlihat bahwa hasil uji t sebesar 9,870 dengan
probabilitas signifikansi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran jigsaw dengan
permaianan puzzle daripada menggunakan pembelajaran konvensional.
Hasil Uji Hipotesis
Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, setelah diperoleh dari hasil uji
beda maka analisis hipotesisnya adalah:
54
Ada pengaruh positif signifikan penggunaan model pembelajaran Jigsaw
dengan permainan puzzle terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 4
Mendenrejo kecamatan Kradenan Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Ajaran
2011/2012.
Berdasarkan analisis uji hipotesis, hipotesis ditolak jika signifikansi > 0,05
(H > 0,05) dan hipotesis diterima jika signifikansi < 0,05 (H < 0,05). Dari hasil
signifikansi diperoleh skor signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05)
maka hipotesis diterima.
4.3 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Dalam kegiatan pembelajaran IPS di kelas V, pada materi masa penjajahan
Belanda dan Jepang di Indonesia terlihat bahwa skor hasil belajar siswa kelas V A
SDN 4 Mendenrejo Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora (kelompok eksperimen)
lebih baik dari pada skor tes hasil belajar siswa kelas V B SD Negeri 4 Mendenrejo
Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora (kelompok kontrol) yang pembelajarannya
dilakukan secara konvensional.
Data yang diperoleh membuktikan bahwa hasil pembelajaran kooperatif
learning dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw dengan permainan
puzzle lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran konvensional. Hasil
skor rata-rata Tes 2 kelompok eksperimen kelas V A mencapai hasil 90,5
sedangkan rata-rata skor Tes 2 kelompok kontrol kelas V B mencapai hasil 83.
Perbedaan rata-ratanya 7. Dilihat dari segi perolehan skor rata-rata tes 2, dapat
disimpulkan bahwa kelompok eksperimen sudah mencapai ketuntasan KKM 90
karena 90,5 > 90, sedangkan rata-rata kelompok kontrol belum tuntas mencapai
KKM, karena masih di bawah KKM 90. Dari hasil tes 2 dapat disimpulkan pada
kelompok eksperimen ada 15 siswa yang tuntas mencapai KKM 90, dengan
persentase 37,5%. dan 9 siswa tidak tuntas, persentasenya 12,5% sebesar. Dari sini
sudah terlihat peningkatan yang signifikan, mulanya pada tes 1 belum ada siswa
yang tuntas pada tes 2 setelah dibetikan perlakuan 85% tuntas mencapai KKM.
Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada siswa yang tuntas mencapai KKM 90,
dengan persentase 100% dan tidak tuntas sebanyak 24 siswa.
55
Penelitian ini sejalan dengan penelitian fauzan (2010) yang menyatakan
bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan upaya meningkatkan
hasil belajar IPS tentang pengenalan negara-negara di dunia dengan permainan
puzzle jigsaw pada siswa kelas VI SDN 1 Logede Kecamatan Pejagoan Kabupaten
Kebumen Semester 1 tahun pelajaran 2009/2010.
Terjadinya perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol salah satunya disebabkan adanya penggunaan model
pembelajaran Jigsaw dengan permainan puzzle pada kelas eksperimen.
Pembelajaran pada kelompok eksperimen mendorong siswa untuk aktif, saling
bekerjasama dalam memecahkan suatu permasalahan. Pembelajaran yang
digunakan juga mengajarkan siswa arti kerjasama, tanggung jawab, kreatif, dan
percaya diri. Siswa dibimbing melakukan diskusi dan presentasi di kelas.
Secara umum terjadinya perbedaan hasil belajar dan pencapaian tingkat
berpikir siswa dimungkinkan karena dalam model pembelajaran jigsaw dengan
permainan puzzle dikembangkan keterampilan siswa dalam bekerja sama untuk
memecahkan permasalahan yang telah diberikan, memotivasi siswa agar
pencapaian hasil belajar lebih tinggi.