BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL...

21
53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL PENELITIAN 4.1.1 Gambaran Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah perawat yang sedang menjalankan tugas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Jumlah seluruh responden dalam penelitian yaitu 32 orang. Responden yang diteliti memiliki karakteristik berdasarkan jenis kelamin, lama bekerja, serta tingkat pendidikan. Berikut adalah tabel yang mendeskripsikan karakteristik responden. Tabel 4.1 Karakteristik responden di ruang instalasi rawat inap RSP dr. Ario Wirawan, Salatiga berdasarkan jenis kelamin, lama bekerja, serta pendidikan. Karakteristik Responden Jumlah (n:32) Presentase (%) Jenis Kelamin : Pria Wanita 13 19 40,6 59,4 Lama bekerja : 1-5 tahun 6-10 tahun >10 tahun 14 11 7 43,8 34,4 21,8 Tingkat Pendidikan: D3 S1 (S.Kep) S1+Profesi (S.Kep.Ns) 27 4 1 84,4 12,5 3,1

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN

4.1.1 Gambaran Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah perawat

yang sedang menjalankan tugas di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Jumlah

seluruh responden dalam penelitian yaitu 32 orang.

Responden yang diteliti memiliki karakteristik

berdasarkan jenis kelamin, lama bekerja, serta tingkat

pendidikan. Berikut adalah tabel yang mendeskripsikan

karakteristik responden.

Tabel 4.1 Karakteristik responden di ruang instalasi rawat inap RSP dr. Ario Wirawan, Salatiga berdasarkan jenis kelamin, lama bekerja, serta pendidikan.

Karakteristik Responden Jumlah (n:32)

Presentase (%)

Jenis Kelamin : Pria Wanita

13 19

40,6 59,4

Lama bekerja : 1-5 tahun 6-10 tahun >10 tahun

14 11 7

43,8 34,4 21,8

Tingkat Pendidikan: D3 S1 (S.Kep) S1+Profesi (S.Kep.Ns)

27 4 1

84,4 12,5 3,1

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

54

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa untuk

jenis kelamin, mayoritas responden yaitu wanita 19

orang (59,4%) sedangkan pria 13 orang (40,6%).

Mayoritas lama bekerja responden yaitu 1-5 tahun

sebanyak 43.8%, lama bekerja 6-10 tahun sebanyak

34,4%, dan lama bekerja 11-15 tahun sebanyak 15,6%.

Tingkat pendidikan responden mayoritas D3

keperawatan sebanyak 84,4% dan S1 (S.Kep) sebanyak

12,5% dan S1+Profesi (S.Kep Ners) sebanyak 3,1%.

4.1.2 Analisis Univariat

4.1.2.1 Variabel Independen

Distribusi frekuensi variabel independen

disajikan dalam tabel 4.2 dibawah ini:

Table 4.2 Distribusi frekuensi faktor –faktor yang mempengaruhi peran perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien (n=32)

Variabel Frekuensi (n=32 orang)

Presentase (%)

Konflik

Ada konflik

Tidak ada konflik

23 9

71,87 28,13

Peran

Sesuai peran yang berlebihan

Tidak sesuai peran yang berlebihan

28

4

87,5

12,5

Budaya

Sesuai budaya

Tidak sesuai

23 9

71,87 28,13

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

55

budaya

Keterlibatan

Ada keterlibatan

Tidak ada keterlibatan

26

6

81,25 18,75

Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari

keempat faktor yang mempengaruhi peran

perawat terlihat bahwa faktor peran perawat

dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien

menunjukkan presentasi yang paling tinggi

(87,50%), diikuti oleh faktor keterlibatan dengan

(81,25%), sedangkan faktor konflik dan budaya

mendapatkan presentasi yang sama yaitu

sebesar (71,87%).

4.1.2.2 Variabel Dependen

Distribusi frekuensi variabel dependen

disajikan dalam tabel 4.3 dibawah ini:

Table 4.3 Distribusi frekuensi variabel pemenuhan kebutuhan spiritual pasien (n=32)

Variabel Frekuensi (n=32 orang)

Presentase (%)

Pemenuhan kebutuhan Spiritual

Memenuhi kebutuhan Spiritual

Tidak memenuhi kebutuhan Spiritual

29 3

90,62 9,38

Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa

presentase pemenuhan kebutuhan spiritual

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

56

pasien mencapai (90,62%) sedangkan hanya

(9,38 %) yang tidak memenuhi kebutuhan

spiritual pasien.

4.1.3 Uji Normalitas Data

Analisis pengujian normalitas data pada hasil

penelitian ini menggunakan teknik uji Kolmogorov

Smirnov test (uji K-S). Dikatakan data berdistribusi

normal jika nilai signifikansinya > 0,05. Hasil analisis uji

normalitas variabel konflik, peran, budaya, keterlibatan

dan kebutuhan spiritual dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Variabel konflik,

peran, budaya dan keterlibatan dengan kebutuhan

spiritual di Instalasi Rawat Inap RSP. dr. Ario Wirawan,

Salatiga.

Variabel Uji Kolmogorov -Smirnov

Uji Shapiro-Wilk

df P value df P value

Konflik

Peran yang

berlebihan

Budaya

Keterlibatan

32

32

32

32

0,152

0,066

0,104

0,200

32

32

32

32

0,231

0,079

0,426

0,233

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

57

Kebutuhan

Spiritual

32

0,064

32

0,190

Dalam uji normalitas pada tabel 4.4 dengan

menggunakan kolmogorov smirnov test (uji K-S),

diperoleh signifikansi untuk variabel konflik dengan P > α

= P (0,152) > α (0,05) dan untuk variable peran dengan

P > α = P (0,066) > α (0,05) untuk variabel budaya P > α

= P (0,104) > α (0,05) untuk variable keterlibatan dengan

P > α = P (0,200) > α (0,05) dan untuk variabel

kebutuhan spiritual dengan P > α = P (0,064) > α (0,05)

dengan ketentuan jika signifikansi < 0,05 maka distribusi

normal ditolak dan apabila signifikansi > 0,05 maka

distribusi normal diterima. Oleh karena itu data variabel

konflik, peran, budaya, keterlibatan dan kebutuhan

spiritual merupakan data yang normal karena

signifikansi > 0,05.

4.1.4. Uji linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah

dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau

tidak secara signifikan. Analisis pengujian linearitas data

dengan menggunakan test for linearity. Hasil analisis

pengujian linearitas antara variabel konflik, peran,

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

58

budaya dan keterlibatan dengan kebutuhan spiritual

dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel 4.5 Hasil Uji Linearitas Variabel konflik, peran,

budaya dan keterlibatan dengan kebutuhan spiritual di

Instalasi Rawat Inap RSP. dr. Ario Wirawan, Salatiga.

Variabel df Mean F p-value

Konflik* pemenuhan kebutuhan Spiritual

32

0,432

0,034

0,858

Peran yang berlebihan* pemenuhan kebutuhan spiritual

32

47,323

5,187

0,034

Budaya* pemenuhan kebutuhan spiritual

32

173,828

25,274

0,000

Keterlibatan* pemenuhan kebutuhan spiritual

32

0,186

0,015

0,904

Berdasarkan hasil uji linearitas pada variabel

konflik, peran, budaya dan keterlibatan dengan

kebutuhan spiritual dapat diketahui bahwa nilai (p <

0,05), maka disimpulkan bahwa tidak terdapat linearitas

hubungan antara variabel konflik dengan kebutuhan

spiritual karena p (0,858) > α (0,05), terdapat linearitas

antara variabel peran dengan kebutuhan spiritual karena

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

59

p (0,034) < α (0,05), terdapat linearitas hubungan antara

variabel budaya dengan kebutuhan spiritual karena p

(0,00) < α (0,05) dan tidak terdapat linearitas hubungan

antara variabel keterlibatan dengan kebutuhan spiritual

karena p (0,94) > α (0,05).

4.1.5 Analisa Bivariat

Analisis korelasi sederhana digunakan untuk

mengetahui keeratan hubungan antara 2 variabel atau

lebih dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi.

Koefisiensi korelasi sederhana menunjukkan seberapa

besar hubungan yang terjadi antara dua variabel.

Metode yang digunakan dalam uji analisis sederhana

adalah Pearson Correlation atau Product Moment

Pearson. Hasil analisis korelasi sederhana antara

variabel konflik, peran, budaya dan keterlibatan dengan

kebutuhan spiritual dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.5 Hasil analisis korelasi sederhana antara

Variabel konflik, peran, budaya dan keterlibata dengan

kebutuhan spiritual di Instalasi Rawat Inap RSP. dr. Ario

Wirawan, Salatiga.

Variabel p-value

N Pearson Correlation

Konflik 0,850

32 -0,035

Peran yang berlebihan

0,041

32 -0,363

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

60

Budaya 0,000

32 0,696

Keterlibatan 0,902

32 0,023

Berdasarkan hasil analisa korelasi didapat

koefisiensi korelasi antara konflik dan kebutuhan

spiritual adalah -0,035 karena nilai r berada antara 0,000

– 0,199 maka dapat dikatakan bahwa konflik dan

pemenuhan kebutuhan spiritual memiliki korelasi yang

sangat rendah. Terdapat tanda minus (-) didepan angka

0,035 pada tabel menunjukan bahwa korelasi memiliki

pola negatif atau tidak searah sehingga dapat diartikan

bahwa, semakin rendah konflik maka pemenuhan

kebutuhan spiritual kepada pasien semakin baik.

Koefisiensi korelasi antara peran yang berlebihan

dan kebutuhan spiritual adalah -0,363 karena nilai r

berada antara 0,200 – 0,399 maka dapat dikatakan

bahwa peran dan pemenuhan kebutuhan spiritual

memiliki korelasi yang rendah. Terdapat tanda minus (-)

didepan angka 0.363 pada tabel menunjukan bahwa

korelasi memiliki pola negatif atau tidak searah,

sehingga dapat diartikan bahwa, semakin rendah peran

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

61

yang berlebihan maka pemenuhan kebutuhan spiritual

kepada pasien semakin baik.

Koefisiensi korelasi antara budaya dan

kebutuhan spiritual adalah 0,696 karena nilai r berada

antara 0,600 – 0,799 maka dapat dikatakan bahwa

budaya dan pemenuhan kebutuhan spiritual memiliki

korelasi yang kuat. Tidak terdapat tanda minus (-)

didepan angka 0,696 pada tabel menunjukan bahwa

korelasi memiliki pola positif atau searah, sehingga

dapat diartikan bahwa, semakin tinggi faktor budaya

maka pemenuhan kebutuhan spiritual kepada pasien

semakin baik.

Koefisiensi korelasi antara keterlibatan dan

kebutuhan spiritual adalah 0,023 karena nilai r berada

antara 0,000 – 0,199 maka dapat dikatakan bahwa

konflik dan pemenuhan kebutuhan spiritual memiliki

korelasi yang sangat rendah. Tidak terdapat tanda

minus (-) didepan angka 0,023 pada tabel menunjukkan

bahwa korelasi memiliki pola positif atau searah,

sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi

keterlibatan maka pemenuhan kebutuhan spiritual

kepada pasien semakin baik.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

62

4.2 PEMBAHASAN

Setiap individu memiliki pemahaman tersendiri

mengenai spiritualitas karena masing-masing memiliki

cara pandang yang berbeda mengenai hal tersebut.

Perbedaan definisi dan konsep spiritualitas dipengaruhi

oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup

seseorang, serta persepsi mereka tentang hidup dan

kehidupan. Menurut Farran (dalam Potter Perry, 2005)

pengaruh tersebut nantinya dapat mengubah

pandangan seseorang mengenai konsep spiritulitas

dalam dirinya sesuai dengan pemahaman yang ia miliki

dan keyakinan yang ia pegang teguh. Hal serupa juga

diungkapkan Wiramihardjo (2009), bahwa spiritualitas

adalah kekuatan-kekuatan yang bersangkutan dan nilai

(value) dan makna (meaning). Nilai dari sesuatu dan

makna apa yang terdapat dalam suatu situasi itu

merupakan dorongan utama yang melahirkan suatu

perilaku. Taylor dan Craven (dalam Dwidiyanti 2008),

juga mengungkapkan bahwa spiritualitas dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu, tahap perkembangan

seseorang, keluarga, latar belakang etnik dan budaya,

pengalaman hidup sebelumnya, krisis dan perubahan,

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

63

terpisah dari ikatan spiritual, serta isu moral terkait

dengan terapi.

Berdasarkan gambaran distribusi frekuensi setiap

faktor yang mempengaruhi peran perawat dalam

memenuhi kebutuhan spiritual pasien yang telah

dibahas sebelumnya, dapat diketahui bahwa faktor

peran perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual

pasien menunjukkan presentasi yang paling tinggi

(87,50%), diikuti oleh faktor keterlibatan (81,25%),

sedangkan faktor konflik dan budaya mendapatkan

presentasi yang sama yaitu sebesar (71,87%).

Sedangkan berdasarkan hasil analisa korelasi,

faktor budaya memperoleh hubungan yang paling kuat

dengan nilai r = 0,696, diikuti oleh faktor peran yang

berlebihan dengan nilai r = -0,363, dilanjutkan dengan

faktor konflik dengan nilai r = -0,035 dan yang

memperoleh hubungan yang paling paling rendah

adalah faktor keterlibatan dengan r = 0,023

4.2.1 Fakor Keterlibatan

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

64

Berdasarkan hasil analisa univariat pada

faktor keterlibatan, dari 32 responden perawat,

hanya terdapat 6 orang responden (18,75%)

yang tidak ada faktor keterlibatan, sedangkan 26

orang responden (81,25%) mempunyai faktor

keterlibatan. Sedangkan dari hasil analisa

bivariat didapatkan hasil koefisiensi korelasi

antara keterlibatan dan kebutuhan spiritual

adalah 0,023 karena nilai r berada antara 0,000–

0,199 maka dapat dikatakan bahwa konflik dan

pemenuhan kebutuhan spiritual memiliki korelasi

yang sangat rendah. Faktor keterlibatan

merupakan kemampuan untuk merasakan apa

yang dirasakan oleh orang lain, menjadi bagian

dari orang lain dan mampu merefleksikan secara

objektif perasaan orang lain (Narayanasamy,

2009).

Perawat yang memiliki keterlibatan

dengan pasien atau menjadi bagian dari diri

pasien, akan mampu untuk berempati dan

membangun hubungan yang baik dengan pasien

seperti yang dikemukakan oleh Baron (2007)

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

65

bahwa kemampuan individu untuk memahami

perasaan orang lain akan mendorong individu

untuk bersikap empati (memahami dan mengerti

perasaan orang lain) dan mampu membangun

hubungan yang memuaskan diri sendiri dan

orang lain.

Kemampuan perawat untuk terlibat dan

memahami serta mendukung pasien akan

mendorong terciptanya hubungan perawat-

pasien yang terbuka, saling percaya, dan saling

menghargai. Pengembangkan hubungan saling

percaya dan saling membantu antara perawat

dan pasien merupakan hal yang sangat penting

dalam transpersonal caring (Watson, 2005).

Berdasarkan hasil diatas peneliti

berpendapat bahwa dengan kemampuan

perawat untuk terlibat atau menjadi bagian dari

diri pasien maka diharapkan perawat akan

mampu untuk berempati dan mengerti perasaan

pasien agar tercipta hubungan yang terbuka dan

saling percaya dan pemenuhan kebutuhan

spiritual pun dapat tercipta.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

66

4.2.2 Faktor Budaya

Berdasarkan hasil analisa univariat pada

faktor budaya, dari 32 responden perawat,

terdapat 9 orang responden (28,13%) yang tidak

sesuai faktor budaya, sedangkan 23 orang

responden (71,25%) sesuai faktor budaya.

Sedangkan dari hasil analisa bivariat didapatkan

hasil koefisiensi korelasi antara budaya dan

kebutuhan spiritual adalah 0,696 karena nilai r

berada antara 0,600–0,799 maka dapat

dikatakan bahwa budaya dan pemenuhan

kebutuhan spiritual memiliki korelasi yang kuat.

Faktor budaya merupakan salah satu dari

perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata

sebagai manusia yang bersifat sosial

(Narayanasamy, 2006). Budaya yang berupa

norma, adat istiadat menjadi acuan perilaku

manusia dalam kehidupan dengan orang yang

lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama

dalam suatu tempat, selalu diulangi, membuat

manusia terikat dalam proses yang dijalaninya.

Keberlangsungaan terus–menerus dan lama

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

67

merupakan proses internalisasi dari suatu nilai–

nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter,

pola pikir, pola interaksi perilaku yang

kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada

pendekatan intervensi keperawatan. Dapat

dikatakan juga dengan kata lain pembentukan

karakter, pola pikir dan perilaku dibentuk dari

budaya (Leininger, 2002).

Norma yang dimaksud adalah seperti yang

diklasifikasikan ANA yaitu menghormati pasien

sebagai pribadi yang unik, menghormati hak

pasien untuk penentuan nasib sendiri,

menghormati privasi dan kerahasiaan pasien,

tanggung jawab kompetensi seseorang,

penilaian, dan tindakan, dan tanggung jawab

untuk mempromosikan tindakan yang lebih baik

untuk memenuhi kebutuhan pasien, keluarga,

dan kelompok. Hasil ini sejalan dengan hasil

penelitian Carnevale Franco A (2009) yang

menemukan bahwa perawat yang menjalankan

norma-norma akan mampu mencapai tujuan

keperawatan, tidak hanya bisa meningkatkan

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

68

perlakuan hormat kepada pasien, tetapi dapat

membantu untuk mencegah hasil yang

merugikan.

Berdasarkan hasil diatas peneliti

berpendapat bahwa budaya merupakan hasil

interaksi-interaksi manusia yang dilakukan

secara terus-menerus dan dijadikan norma yang

mempengaruhi perilaku dan pola pikir seseorang.

Perawat yang menjalankan tugas sesuai norma

akan mampu untuk menghormati hak pasien,

menghargai keyakinan pasien serta mampu

melaksanakan intervensi yang lebih baik untuk

memenuhi kebutuhan pasien yang holistik.

4.2.3 Faktor Konflik

Berdasarkan hasil analisa univariat pada

faktor konflik, dari 32 responden perawat,

terdapat 23 orang responden (71,87%) yang

memilik faktor konflik, sedangkan 9 orang

responden (28,13%) tidak memliki faktor konflik.

Sedangkan dari hasil analisa bivariat didapatkan

hasil koefisiensi korelasi antara konflik dan

kebutuhan spiritual adalah -0,035 karena nilai r

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

69

berada antara 0,000–0,199 maka dapat

dikatakan bahwa konflik dan pemenuhan

kebutuhan spiritual memiliki korelasi yang sangat

rendah. Faktor konflik merupakan pertentangan

dalam diri perawat yang membuat perawat

merasa antara mampu dan tidak menjalankan

tanggung jawabnya (Narayanasamy, 2009).

Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat

dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi

manusia. Tetapi yang menjadi persoalan adalah

bukan bagaimana meredam konflik, tapi

bagaimana menanganinya secara tepat sehingga

tidak merusak hubungan diri sendiri, antarpribadi

bahkan merusak tujuan organisasi. Konflik

dianggap sebagai suatu hal yang wajar di dalam

organisasi. Konflik bukan dijadikan suatu hal

yang destruktif, melainkan harus dijadikan suatu

hal konstruktif untuk membangun organisasi

tersebut, misalnnya bagaimana cara peningkatan

kinerja organisasi (Myers, 2003). Konflik dalam

diri perawat tidak selamanya dianggap buruk, tapi

dapat dijadikan pembelajaran, seperti yang

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

70

dikatakan oleh (Stewart & Logan, 1993) bahwa

konflik dapat menjadi sarana pembelajaran

dalam memanajemen diri sendiri, suatu kelompok

atau organisasi. Konflik tidak selamanya

membawa dampak buruk, tetapi juga

memberikan pelajaran dan hikmah di balik

adanya perseteruan.

Berdasarkan uraian hasil uji univariat diatas

terlihat bahwa terdapat 23 orang responden

(71,87%) orang yang memiliki konflik artinya

cukup banyak perawat yang merasa ada

pertentangan dalam dirinya yang bisa berdampak

buruk pada pelayanan yang diberikan. Hal ini

terlihat dari jawaban respoden yang menyatakan

bahwa mereka merasa tidak menjalankan peran

masing-masing dengan baik, dan mereka merasa

gagal dalam menjalankan peran. Hal ini bukan

hanya saja dapat mengganggu tujuan pribadi,

tapi juga dapat mengganggu tujuan kelompok.

Terlepas dari itu, peneliti berpendapat bahwa

konflik tidak selalu berkonotasi buruk, tergantung

bagaimana cara memanajemen konflik. Konflik

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

71

sangat dibutuhkan dalam diri perawat untuk

proses pembelajaran dan hikmah menuju

pemberian pelayanan kesehatan kearah yang

lebih baik.

4.2.4 Faktor peran yang berlebihan

Berdasarkan hasil analisa univariat pada

faktor peran yang berlebihan, dari 32 responden

perawat, terdapat 28 orang responden (87,5%)

yang sesuai faktor peran yang berlebihan,

sedangkan 4 orang responden (12,5%) tidak

sesuai faktor peran yang berlebihan. Sedangkan

dari hasil analisa bivariat didapatkan hasil

koefisiensi korelasi antara peran yang berlebihan

dan kebutuhan spiritual adalah -0,363 karena

nilai r berada antara 0,200–0,399 maka dapat

dikatakan bahwa peran dan pemenuhan

kebutuhan spiritual memiliki korelasi yang

rendah. Faktor peran yang belebihan merupakan

merupakan serangkain keadaan yang

mengakibatkan individu tidak mampu

menjalankan perannya sesuai dengan harapan

(Narayanasamy, 2009).

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

72

Perawat dengan tingkat peran yang

berlebihan tinggi akan mengalami kesulitan untuk

berkomunikasi dan bertindak dengan cara yang

tepat. Seperti yang dikemukakan oleh

Narayanasamy (2009), bahwa perawat yang

mampu memahami perannya, lebih mampu untuk

berkomunikasi dan bertindak dengan cara yang

tepat. Selain itu juga peran yang berlebihan akan

membuat seorang perawat kurang peka

terhadap kebutuhan pasien. Narayanasamy

(2009) menyatakan perawat yang peka akan

lebih mampu untuk memenuhi kebutuhan pasien

yang tak terucap sekalipun.

Berdasarkan hasil uji univariat, ditemukan 28 orang responden

(87,5%) sesuai peran yang berlebihan. Ini berarti bahwa ada

serangkaian keadaan atau kondisi yang berpengaruh, sehingga

perawat tidak mampu menjalankan peran sesuai harapan. Hal

ini dapat terjadi karena dari hasil jawaban responden,

responden merasa tidak nyaman dalam memberikan pelayanan

khususnya dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien, ada

pula jawaban yang menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan

spiritual bukan merupakan tugas mereka, itu seharusnya

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/4/T1_462008029_BAB IV.pdf · perawat terlihat bahwa faktor peran perawat dalam memenuhi

73

dilakukan oleh pemuka agama, dan ada juga jawaban yang

menyatakan bahwa pendidikan mereka tidak cukup untuk

melaksanankan pemenuhan kebutuhan spiritual, ada pula yang

jawaban yang menyatakan bahwa waktu yang mereka punya

terbatas untuk bisa melakukan pemenuhan kebutuhan spiritual.

Berdasarkan gambaran diatas peneliti berpendapat bahwa

perawat memiliki batas kemampuan baik dari segi

pengetahuan, tenaga, dan waktu sehingga jika peran yang

diberikan melebihi batas kemampuan perawat, maka peran

yang diemban tidak akan dapat dijalankan secara optimal.