BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus
Pembelajaran IPA kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang
semester II tahun pelajaran 2014/2015 pra siklus, menunjukkan bahwa belum ada
tindakan menggunakan pembelajaran berbasis CTL refleksi, pembelajaran
berlangsung tanpa rancangan dan desain pendekatan pembelajaran tertentu.
Pembelajaran yang berlangsung adalah pembelajaran berbasis guru. Guru tidak
menyajikan materi secara kontekstual yang berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari siswa. Misalnya pada materi yang dibahas pada saat itu adalah tentang
perubahan sifat benda. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru tidak meminta siswa
untuk menulis 3 perubahan sifat benda seperti yang mereka temukan dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya mencair, membeku, meleleh. Guru juga tidak
meminta siswa untuk menceritakan peristiwa-peristiwa yang dialami siswa dalam
kehidupan sehari-hari terkait dengan materi, misalnya guru tidak meminta siswa
untuk menceritakan ketika mereka memasak air kemudian mendidih, memasukkan
air ke dalam freezer pada kulkas akan menjadi es batu. Siswa hanya menerima
informasi dari ceramah yang disampaikan oleh guru terkait dengan materi dan dari
hasil membaca buku teks. Tidak ada keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Selama
membaca materi pada buku teks, siswa tidak diminta untuk menggarisbawahi istilah-
istilah penting yang ada dalam teks, yang nampak adalah siswa langsung diminta
untuk mengerjakan soal-soal yang ada di bawah bacaan. Setelah membaca materi
dalam buku teks, siswa tidak nampak menghubungkan materi dengan peristiwa-
peristiwa yang dialaminya seperti peristiwa pembusukan dapat mereka temukan pada
membusuknya buah, pemanasan pada mendidihnya air, pendinginan pada pembuatan
es batu, yang nampak siswa hanya menghafal materi yang ada pada buku teks. Siswa
juga tidak nampak merumuskan definisi dari materi perubahan sifat benda seperti
38
39
merumuskan beberapa peristiwa yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari
memanaskan air menjadi mendidih, memasukkan air kedalam kulkas menjadi es batu
merupakan contoh-contoh peristiwa perubahan sifat benda karena pemanasan,
pendinginan, yang nampak siswa memperoleh rumusan definisi perubahan sifat
benda tersebut dari kesimpulan yang dibuat oleh guru. Ketika guru menjelaskan
kesimpulan dari pembelajaran perubahan sifat benda, 85% dari seluruh siswa tidak
memperhatikan penjelasan guru. Tidak ada satu pun siswa yang dilibatkan dalam
membuat kesimpulan, yang nampak semua siswa diam dan hanya mendengarkan
penjelasan guru. Siswa tidak diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang
belum diketahui, yang nampak pada akhir pembelajaran siswa diminta mengerjakan
soal evaluasi dari guru.
Penilaian yang dilakukan oleh guru pada pra siklus hanya di akhir
pembelajaran saja, yakni berupa tes uraian dengan jumlah 5 soal. Guru hanya
mengukur kemampuan siswa pada aspek kognitif, sedangkan pengukuran sikap dan
keterampilan tidak dilakukan. Nampak ketika siswa melakukan diskusi kelompok
untuk menyelesaikan soal pada buku teks, guru hanya meminta siswa mengumpulkan
hasil pekerjaannya tanpa dilakukan pengukuran. Begitu pula pada saat siswa
melakukan diskusi, guru tidak tampak mengukur sikap dan keterampilan siswa. Jika
hasil belajar hanya diukur dari nilai tes seperti yang dilakukan oleh guru pada pra
siklus tanpa mengukur sikap dan keterampilan siswa, maka hasil belajar siswa berada
di bawah KKM yang ditentukan, yakni ≥ 80 . Kondisi ini ditunjukkan secara rinci
melalui tabel 4.1 berikut.
No. Skor Frekuensi Persentase (%)
1. 22 – 25 6 30
2. 26 – 29 5 25
3. 30 – 33 3 15
4. 34 – 37 5 25
5. 38 – 41 1 5
Jumlah 20 100 Sumber: Data Sekunder
Tabel 4.1
Distribusi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru
Semarang Berdasarkan Skor Hasil Belajar Pra Siklus
40
Berdasarkan tabel 4.1, menunjukkan bahwa distribusi skor hasil belajar pra
siklus antara 22 - 41. Skor yang ada berada di bawah KKM yang telah ditetapkan
yakni ≥ 80. Perolehan skor hasil belajar tersebar ke dalam 5 kelompok. Yakni skor
antara 22 – 25, dicapai oleh siswa sebanyak 6 orang (30% dari seluruh siswa).
Penyebaran skor antara 26 – 29, dicapai oleh 5 siswa (25% dari seluruh siswa), skor
antara 30 – 33 dicapai oleh 3 siswa (15% dari seluruh siswa), skor antara 34 – 37
dicapai oleh 5 siswa (25% dari seluruh siswa), dan penyebaran skor antara 38 – 41
dicapai oleh 1 siswa (5% dari seluruh siswa). Penyebaran skor hasil belajar terbanyak
diraih oleh kelompok skor 22 – 25 yakni 30% dari seluruh siswa mencapai skor yang
terendah. Kondisi ini menjadi permasalahan pembelajaran yang terkait dengan hasil
belajar. Dengan diperolehnya hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM ≥80,
maka segera dilakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas
(PTK).
Hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang
pra siklus dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.1 berikut.
Berdasarkan gambar 4.1 nampak bahwa hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD
Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang pra siklus, skor terbanyak yang diperoleh
siswa adalah 25, yang diperoleh 3 siswa (15%) dari seluruh siswa. Skor tertinggi
05
1015202530354045
0 1 2 3 4
Sko
r H
asil
Bel
ajar
IPA
Sis
wa
Jumlah Siswa
Skor
Gambar 4.1
Grafik Garis Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03
Banyubiru Semarang Berdasarkan Skor Hasil Belajar Pra Siklus
41
siswa adalah 41, yang hanya diperoleh 1 siswa (5%) dari seluruh siswa. Sedangkan
skor terendah adalah 22 yang diperoleh oleh 2 siswa (10%) dari seluruh siswa.
Permasalahan pembelajaran juga nampak dari skor minimum, skor
maksimum, dan skor rata-rata kelas. Deskripsi skor secara rinci disajikan melalui
tabel 4.2 berikut.
Deskripsi Skor
Skor Minimum 22
Skor Maksimum 41
Skor Rata-rata 29,6
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 4.2 nampak bahwa skor yang diperoleh siswa kelas 5 SD
Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang pra siklus berada di bawah KKM ≥ 80.
Pengukuran hasil belajar diperoleh dari pengukuran tes saja. Skor minimum yang
dicapai sebesar 22, skor maksimum sebesar 41, dan skor rata-rata 29,6. Dari tabel
4.2, nampak jelas, bahwa angka perolehan hasil belajar IPA siswa pada pra siklus
yang berupa skor minimum, skor maksimum dan skor rata-rata, masih jauh dari
KKM ≥ 80. Kondisi hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru
Semarang pra siklus ini, menimbulkan permasalahan belajar, sehingga perlu
diupayakan perbaikan pembelajaran, melalui peningkatan hasil belajar dan melalui
pelaksanaan tindakan pembelajaran berbasis CTL refleksi.
Hasil belajar jika ditinjau dari ketuntasan belajar, maka skor yang
ditunjukkan oleh tabel 4.2 yakni skor minimum, skor maksimum dan skor rata-rata
(semua skor) berada di bawah 80 (angka minimal untuk ketuntasan), sehingga hasil
belajar berdasarkan ketuntasan belajar pada pra siklus 100% siswa kelas 5 tidak
tuntas dalam belajar. Demikian pula, dalam tabel 4.1 tentang kelompok skor,
Tabel 4.2
Deskripsi Skor Minimum, Skor Maksimum dan Skor Rata-Rata Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03Banyubiru Semarang
Berdasarkan Skor Hasil Belajar Pra Siklus
42
diperoleh hasil belajar dengan skor di antara 22-41, adalah skor di bawah KKM,
maka ketuntasan belajar siswa kelas 5 sebesar 100% tidak tuntas dalam belajar.
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus 1
1. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan tindakan, langkah awal yang dilakukan adalah
mengidentifikasi masalah pembelajaran. Dari hasil identifikasi, kemudian dilakukan
analisis terhadap hasil identifikasi permasalahan yang ada pada siswa kelas 5 SD
Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang. Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa
kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang semester II tahun pelajaran
2014/2015 memiliki permasalahan dalam pembelajaran yang terkait dengan kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan guru dan hasil belajar siswa. Hal ini nampak,
melalui tabel 4.1 seluruh siswa (100%) tidak tuntas dalam belajar IPA. Hal ini
diperburuk lagi, dengan skor rata-rata yang jauh dari KKM ≥80, skor minimum dan
maksimum yang masih di bawah KKM. Oleh karena itu, permasalahan ini perlu
segera diatasi, melalui pemberian tindakan yang berupa pembelajaran berbasis CTL
refleksi. KD IPA yang dipergunakan untuk pemecahan masalah pembelajaran,
ditentukan dengan kesepakatan bersama guru kelas 5, yakni menggunakan KD 6.1
Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, yang disusun dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) beserta perangkatnya (lihat lampiran 1). Di samping itu, langkah
yang ditempuh adalah dengan mengembangkan lembar observasi untuk melakukan
pengamatan terhadap tindakan pembelajaran berbasis CTL refleksi yang dilakukan
guru, dan lembar observasi untuk respon siswa dalam pembelajaran berbasis CTL
refleksi (lihat lampiran 10).
43
2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi siklus 1
Pertemuan 1
Pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus 1 pertemuan 1 dilaksanakan
pada hari Sabtu, 28 April 2015 dengan KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
Kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir.
Guru kelas 5 melaksanakan RPP yang sudah disediakan dan dipelajari. Dalam
kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, nampak sebagai berikut:
Pada kegiatan awal guru memberikan salam, mengabsensi siswa, namun guru
belum nampak mempersiapkan kondisi siswa untuk belajar seperti mengatur tempat
duduk, meminta siswa menyiapkan alat tulis dan buku di meja. Guru melakukan
apersepsi dengan meminta siswa untuk memejamkan mata sejenak kemudian
membuka kembali. Dalam melakukan apersepsi seluruh siswa sudah terlibat. Guru
memotivasi siswa dengan melakukan tepuk kompak sebelum pembelajaran dimulai.
Seluruh siswa nampak bersemangat untuk melakukan. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai siswa. Nampak siswa memperhatikan dengan
cermat, namun ada 3 siswa yang ribut sendiri, kemudian guru menegur dengan tegas.
Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran, nampak guru tidak memerinci langkah-
langkah pembelajaran yang akan dilakukan seperti bagaimana urutan kegiatan yang
akan dilaksanakan guru dan siswa selama pembelajaran.
Pada kegiatan inti, guru membagi teks sifat-sifat cahaya kepada siswa.
Nampak seluruh siswa serius dalam membaca teks yang diberikan oleh guru. Setelah
selesai mebaca, siswa diminta untuk menuliskan 3 sumber cahaya yang mereka
temukan dalam bacaan, pada potongan-potongan kertas yang telah disiapkan guru.
Nampak seluruh siswa menulis seperti yang diperintahkan guru. Kemudian guru
meminta siswa secara berpasangan untuk mengemukakan 2 peristiwa positif dan 2
peristiwa negatif yang berhubungan dengan pemanfaatan cahaya dalam kehidupan
sehari-hari. Siswa mengemukakan dengan baik seperti, dalam mengemukakan
peristiwa positif tentang cahaya, siswa mengemukakan bahwa peristiwa tersebut
dapat dijumpai pada manfaat cahaya matahari, sehingga benda-benda di sekitar dapat
terlihat jelas pada siang hari, manfaat cahaya lampu senter pada malam hari, untuk
44
melihat benda-benda di kegelapan. Sedangkan pada saat mengemukakan peristiwa
negatif tentang cahaya, siswa nampak mengemukakan peristiwa ketika mereka
mengamati kolam renang yang terlihat dangkal, dan ketika mengamati kolam ikan
dimana ikan terlihat berukuran lebih besar dibandingkan dengan ukuran ikan yang
sebenarnya. Dalam mengemukakan peristiwa positif dan negatif nampak 4 siswa
yang masih kesulitan dalam mengemukakan, namun guru membimbing siswa
tersebut. Selain itu, guru mengajak siswa untuk melakukan percobaan tentang sifat
cahaya yang merambat lurus dan dapat dipantulkan, supaya siswa lebih mudah dalam
menghubungkan dengan peristiwa yang mereka temukan dan mereka alami dalam
kehidupan sehari-hari.
Pada kegiatan penutup guru dan siswa melakukan refleksi dari hasil
pembelajaran yang dilakukan, seperti melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang
masih kesulitan. Misalnya dalam menulis 3 sumber cahaya, masih ada 3 siswa yang
keliru dalam menyebutkan; dalam mengemukakan peristiwa positif dan negatif
tentang cahaya siswa kesulitan dalam menafsirkan peristiwa negatif tentang cahaya,
kemudian guru menjelaskan melalui ilustrasi contoh seperti ketika akan berenang,
kolam renang yang terlihat lebih dangkal dari yang sebenarnya. Peristiwa ini dapat
menimbulkan penafsiran negatif manakala orang yang melihat adalah orang yang
tidak bisa berenang, maka ia akan berfikir jika ia berenang di kolam yang terlihat
dangkal tersebut tidak terjadi apa-apa, padahal kolam yang sebenarnya adalah dalam,
yang dapat membahayakan orang tersebut. Setelah kegiatan refleksi, guru dan siswa
menyimpulkan materi yang telah dipelajari, seperti menyebutkan sumber-sumber
cahaya dan pengertian cahaya, mengemukakan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan
sehari-hari yang berhubungan dengan cahaya. Kemudian guru menutup pembelajaran
dengan do’a. Guru tidak nampak melakukan tindak lanjut kepada siswa.
Pada saat pembelajaran siklus 1 pertemuan 1 berlangsung, dilakukan
pengamatan oleh observer. Observer mengamati proses pembelajaran dari awal
hingga akhir pembelajaran, dengan cara memberi tanda cheek list (√) pada lembar
observasi yang telah disediakan (lihat lampiran 10). Lembar observasi tersebut
meliputi lembar observasi tindakan CTL refleksi oleh guru dan siswa yang berisi
butir pernyataan, untuk mengamati tindakan guru dalam pengelolaan pembelajaran,
45
dan respon siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dari hasil observasi, dapat
diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran
berlangsung.
Pertemuan 2
Pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus 1 pertemuan ke 2
dilaksanakan pada hari Senin, 30 Maret 2015, masih menggunakan KD yang sama
dengan pertemuan ke 1, yakni KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Kegiatan
pembelajaran pada pertemuan ini dimulai dengan, guru mempersiapkan siswa untuk
belajar seperti memberi salam, mengabsensi siswa, dan nampak guru telah
mempersiapkan kondisi siswa seperti mengatur tempat duduk dan meminta siswa
untuk menyiapkan buku dan alat tulis di meja. Guru nampak memberikan apersepsi
melalui tanya jawab tentang aktivitas siswa sebelum berangkat ke sekolah, apakah
siswa bercermin terlebih dahulu sebelum berangkat. Seluruh siswa nampak sahut-
sahutan dalam menjawab pertanyaan guru. Guru mengajak semua siswa tepuk tangan
untuk menambah motivasi belajar siswa. Guru sudah nampak memerinci tujuan
pembelajaran, dengan menyampaikan judul materi yang akan dibahas dan langkah-
langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan guru memberi teks tentang sifat-
sifat cahaya kepada siswa sebagai pengantar pembelajaran yang akan dilaksanakan
pada pertemuan ke 2. Nampak siswa membaca teks tentang sifat-sifat cahaya dengan
cermat. Namun ada 1 siswa yang tidak memperhatikan sehingga guru harus
memperingatkan dengan tegas. Selama membaca, siswa diminta untuk
menggarisbawahi istilah-istilah penting yang terdapat di dalam bacaan. Dalam
kegiatan menggarisbawahi, nampak seluruh siswa berkonsentrasi memahami bacaan
sambil mencari istilah-istilah penting yang terdapat di dalam bacaan, seperti cahaya
merambat lurus, menembus benda bening, pemantulan cahaya, pembiasan cahaya,
dan penguraian cahaya. Untuk membuat siswa lebih memahami materi, guru pun
mengajak siswa untuk melakukan percobaan seperti yang dilakukan pada saat
pertemuan ke- 1, namun percobaan yang difokuskan pada hari itu adalah tentang sifat
46
cahaya yang dapat dibiaskan, cahaya dapat menembus benda bening, dan cahaya
dapat diuraikan. Selama percobaan, siswa dilibatkan penuh, nampak guru selalu
memberi kesempatan kepada siswa untuk mencobanya sendiri. Sehingga siswa dapat
membuktikan teori yang mereka peroleh melalui percobaan, dan menghubungkan
setiap peristiwa dari hasil percobaannya dengan peristiwa kehidupan sehari-hari.
Guru nampak menghubungkan materi hari itu dengan materi yang telah dipelajari
pada pertemuan sebelumnya. Setelah percobaan selesai, guru dan siswa nampak
melakukan diskusi bersama untuk merumuskan definisi tentang sumber cahaya dan
sifat-sifat cahaya. Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi
pembelajaran, seperti melakukan tanya jawab terkait dengan materi yang masih
kesulitan.
Pada saat pembelajaran siklus 1 pertemuan 2 berlangsung, juga dilakukan
pengamatan oleh observer untuk mengamati jalannya proses pembelajaran dari awal
hingga akhir pembelajaran, dengan cara memberi tanda cheek list (√) pada lembar
observasi yang telah disediakan (lihat lampiran 10). Lembar observasi tersebut
meliputi lembar observasi tindakan CTL refleksi oleh guru dan siswa yang berisi
butir pernyataan untuk mengamati tindakan guru dalam pengelolaan pembelajaran,
dan respon siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dari hasil observasi, dapat
diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran
berlangsung.
3. Refleksi
Setelah kegiatan pembelajaran siklus 1 selesai, maka dilakukan refleksi
pembelajaran, dengan menganalisis hasil pengamatan dari lembar observasi, dan
catatan yang dilakukan oleh observer. Hasil observasi terhadap respon siswa, secara
rinci disajikan melalui tabel 4.3 di halaman berikut.
47
N
o
Aktivitas
Tindakan
Pertemuan 1 Pertemuan 2
T TT T TT
F % F % F % F % F % F %
1 Kegiatan
Awal
3 12,50 2 8,33 5 20,8
3
5 20,8
3
0 0 5 20,83
2
Kegiatan Inti
berbasis
CTL refleksi
16 66,67 0 0 16 66,6
7
16 66,6
7
0 0 16 66,67
3 Kegiatan
Akhir
2 8,33 1 4,17 3 12,5
0
2 8,33 1 4,17 3 12,50
Jumlah 21 87,50 3 12,5
0
24 100,
00
23 95,8
3
1 4,17 24 100,00
Sumber : Data Primer
Keterangan : T = Terlaksana
TT = Tidak Terlaksana
F = Frekuensi
Berdasarkan tabel 4.3, nampak bahwa hasil dari pengamatan terhadap
pelaksanaan tindakan CTL refleksi yang dilakukan siswa pada siklus 1, meliputi
pengamatan terhadap kegiatan awal, kegiatan inti berbasis CTL refleksi dan kegiatan
akhir.
Pada pertemuan ke-1 kegiatan awal, pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan
siswa, seperti menyimak apersepsi, memperoleh motivasi dan menyimak tujuan
pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik, namun pada kegiatan mengatur
tempat duduk, mempersiapkan alat tulis di meja, dan menyimak langkah-langkah
pembelajaran belum nampak dilaksanakan oleh siswa, karena guru lupa memberi
pengarahan pada siswa dan menyampaikan langkah-langkah pembelajaran sebelum
kegiatan inti dimulai. Dalam kegiatan inti ada 16 kegiatan yang menjadi fokus dalam
pengamatan. Dari 16 kegiatan tersebut, siswa telah melaksanakan semua kegiatan, 5
kegiatan diantaranya merupakan kegiatan yang berbasis CTL refleksi, meliputi
kegiatan menulis 3 sumber cahaya, mengemukakan 2 peristiwa positif tentang
cahaya, mengemukakan 2 peristiwa negatif tentang cahaya, menulis cerita positif
tentang cahaya, dan menulis cerita negatif tentang cahaya. Seluruh kegiatan inti pada
pertemuan ke-1 sudah dilakukan dengan baik oleh siswa, perhatian siswa dalam
pembelajaran yang sudah tumbuh, keberanian siswa dalam mengeluarkan gagasan
Tabel 4.3
Distribusi Aktivitas Tindakan CTL refleksi Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03
Banyubiru Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015
Pertemuan 1 dan Pertemuan 2 Siklus 1
48
sudah cukup baik. Namun ada 5 siswa yang tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti
pembelajaran. Dalam kegiatan penutup, dari 3 kegiatan, hanya 1 kegiatan yang tidak
dilakukan oleh siswa, yakni melaksanakan tindak lanjut.
Pada pertemuan 2, 95,83% kegiatan sudah dilakukan lebih baik oleh siswa.
Di samping itu, catatan observer menunjukkan adanya kelebihan dalam pelaksanaaan
tindakan, yakni 85% siswa sudah menunjukkan perhatian, seperti bertanya apabila
ada kesulitan, mencatat istilah-istilah penting dalam buku, dan 75% siswa sudah
berani mengeluarkan gagasan.
Distribusi aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan oleh siswa
secara rinci dapat disajikan melalui gambar 4.2 di halaman berikut:
Berdasarkan gambar 4.2, nampak bahwa distribusi frekuensi akttivitas
tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan oleh siswa dari kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir selalu mengalami peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2.
Frekuensi tindakan CTL refleksi pada kegiatan awal yang dilakukan siswa pada
pertemuan ke-1 sebanyak 3, meningkat pada pertemuan ke-2 menjadi 5 atau semua
kegiatan telah dilakukan. Pada kegiatan inti, keseluruhan tindakan CTL refleksi
02468
101214161820
Pe
rtem
uan
1
Pe
rtem
uan
2
Pe
rtem
uan
1
Per
tem
uan
2
Pe
rtem
uan
1
Pe
rtem
uan
2
Kegiatan Awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir
Jum
lah
Tin
dak
an C
TL R
efle
ksi
Kegiatan Tindakan CTL Refleksi
Terlaksana
Gambar 4.2
Grafik Garis Distribusi Frekuensi Aktivitas Tindakan CTL refleksi Siswa Kelas 5
SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun Pelajaran
2014/2015 Pertemuan 1 dan Pertemuan 2 Siklus 1
49
sudah dilaksanakan oleh siswa baik pertemuan ke-1 maupun pertemuan ke-2. Pada
kegiatan akhir tindakan CTL refleksi pertemuan ke-1 maupun pertemuan ke-2, 2
kegiatan sudah dilaksanakan siswa.
Aktivitas pembelajaran dengan CTL refleksi yang dilakukan oleh guru,
secara rinci disajikan melalui tabel 4.4 berikut.
N
o
Aktivitas
Tindakan
Pertemuan 1 Pertemuan 2
T TT T TT
F % F % F % F % F % F %
1 Kegiatan
Awal
3 12,50 2 8,33 5 20,8
3
5 20,8
3
0 0 5 20,83
2
Kegiatan Inti
berbasis
CTL refleksi
16 66,67 0 0 16 66,6
7
16 66,6
7
0 0 16 66,67
3 Kegiatan
Akhir
2 8,33 1 4,17 3 12,5
0
2 8,33 1 4,17 3 12,50
Jumlah 21 87,50 3 12,5
0
24 100,
00
23 95,8
3
1 4,17 24 100,00
Sumber : Data Primer
Keterangan : T = Terlaksana
TT = Tidak Terlaksana
F = Frekuensi
Berdasar tabel 4.4, nampak bahwa aktivitas tindakan CTL refleksi yang
dilakukan guru pada siklus 1, nampak ada beberapa kekurangan dalam pengelolaan
pembelajaran, diantaranya pada saat pembelajaran, guru belum nampak menjelaskan
tujuan pembelajaran secara rinci, dalam mendampingi diskusi guru juga belum
nampak membimbing dan mendekati siswa yang kesulitan, guru juga belum nampak
dalam membantu siswa yang kesulitan memembuat kesimpulan. Kelebihan guru
dalam pembelajaran, adalah telah melakukan seluruh aktivitas sesuai RPP secara
runtut. Sedangkan dari catatan observer yang diberikan adalah, guru lupa
menyampaikan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan; guru
memotivasi siswa secara monoton; guru menggunakan metode pembelajaran yang
kurang efektif; guru membimbing siswa secara klasikal, guru mengelola waktu
kurang tepat, dan guru menggunakan alat peraga kurang efektif. Kekurangan-
Tabel 4.4
Distribusi Aktivitas Tindakan CTL refleksi Guru Kelas 5 SD Negeri
Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun Pelajaran
2014/2015 Pertemuan 1 dan Pertemuan 2 Siklus 1
50
kekurangan yang muncul dalam pertemuan 1 siklus 1 akan diperbaiki pada
pertemuan 2.
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan 2, 95,83% tindakan sudah
dilaksanakan lebih baik dibandingkan pertemuan 1 oleh guru dan siswa. Kekurangan
guru yang nampak adalah guru lupa menyampaikan langkah-langkah pembelajaran
yang akan dilaksanakan dan tidak memberikan tindak lanjut kepada siswa. Kelebihan
guru pada pertemuan kedua yaitu, guru nampak lebih menarik dalam memberikan
motivasi siswa, metode yang digunakan guru lebih bervariasi, dan guru sudah mulai
berkeliling, mendampingi siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran.
Distribusi aktivitas tindakan CTL refleksi guru secara rinci dapat disajikan
melalui gambar 4.3 Distribusi Aktivitas Tindakan CTL refleksi guru kelas 5 SDN
Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II tahun pelajaran 2014/2015 pada
siklus 1 pertemuan 1 dan 2 berikut.
Berdasarkan gambar 4.3, nampak bahwa distribusi frekuensi akttivitas
tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan oleh guru dari kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir selalu mengalami peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2.
Frekuensi tindakan CTL refleksi pada kegiatan awal yang dilakukan siswa pada
02468
101214161820
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2
Kegiatan Awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir
Jum
lah
Tin
da
kan
CT
L re
fle
ksi
Kegiatan Tindakan CTL Refleksi
Terlaksana
Gambar 4.3
Grafik Garis Distribusi Aktivitas Tindakan CTL refleksi Guru Kelas 5
SDN Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun Pelajaran
2014/2015 Pertemuan 1 dan Pertemuan 2 Siklus 1
51
pertemuan ke-1 sebanyak 3, meningkat pada pertemuan ke-2 menjadi 5 atau semua
kegiatan telah dilakukan. Pada kegiatan inti, keseluruhan tindakan CTL refleksi
sudah dilaksanakan oleh guru baik pertemuan ke-1 maupun pertemuan ke-2. Pada
kegiatan akhir tindakan CTL refleksi pertemuan ke-1 maupun pertemuan ke-2, 2
kegiatan sudah dilaksanakan guru.
4. Hasil Belajar Siklus 1
Hasil belajar pada siklus 1 diperoleh dari tes formatif, pengukuran sikap dan
keterampilan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis CTL
refleksi, meliputi: menulis 3 sumber cahaya, mengemukakan 2 peristiwa negatif,
mengemukakan 2 peristiwa positif, menulis cerita peristiwa positif tentang cahaya,
menulis peristiwa negatif tentang cahaya, menggarisbawahi 3 istilah penting tentang
cahaya, membuat tabulasi antara sumber cahaya dan sifat-sifat cahaya, merumuskan
definisi tentang sumber cahaya dan sifat-sifat cahaya, serta merefleksi sumber,
peristiwa, dan sifat-sifat cahaya. Hasil belajar IPA siklus 1, secara rinci disajikan
melalui tabel 4.5 berikut.
No Skor Frekuensi Siswa Persentase (%)
1 65 – 69 2 10
2 70 – 74 0 0
3 75 – 79 2 10
4 80 – 84 11 55
5 85 – 88 5 25
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.5, nampak bahwa distribusi hasil belajar IPA berdasarkan
skor hasil belajar mengalami peningkatan dari sebelumnya (pra siklus). Skor hasil
belajar yang diperoleh siswa antara 65 - 88. Hasil belajar siklus 1 ini, menunjukkan
adanya kenaikan skor sebelumnya yakni antara 22 – 41.
Tabel 4.5
Distribusi Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa
Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun
Pelajaran 2014/2015 Berdasarkan Skor Hasil Belajar Siklus 1
52
Hasil belajar IPA berdasarkan skor hasil belajar siklus 1 yang diperoleh siswa
dapat disajikan melalui gambar 4.4 di halaman berikut.
Berdasarkan gambar 4.4 grafik distribusi hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD
Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang semester II tahun pelajaran 2014/2015
siklus I, menunjukkan bahwa skor yang paling banyak diperoleh siswa adalah 84,
yang diperoleh 6 siswa (30% dari seluruh siswa). 1 siswa memperoleh skor terendah,
yakni 65. Sedangkan skor tertinggi adalah 88 yang hanya diperoleh 1 siswa. Adapun
deskripsi skor hasil belajar siklus 1, secara rinci disajikan melalui tabel 4.6 di
halaman berikut.
0102030405060708090
100
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Sko
r H
asil
Bel
ajar
IPA
Sis
wa
Jumlah Siswa
Skor Siswa
Gambar 4.4
Grafik Garis Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi
Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang
Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 Berdasarkan
Skor Hasil Belajar Siklus 1
53
Tabel 4.6
Deskripsi Skor Minimum, Skor Maksimum dan Skor Rata-Rata Hasil Belajar
IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5
SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II
Tahun pelajaran 2014/2015 Siklus 1
Deskripsi Skor
Skor Minimum 65
Skor Maksimum 88
Skor Rata-rata 81,35
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.6, nampak bahwa skor minimum hasil belajar yang
dicapai siswa kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang semester II tahun
pelajaran 2014/2015 siklus 1, KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, dengan
tindakan CTL refleksi meningkat menjadi 65, yang sebelumnya (pra siklus) hanya
mencapai 22. Perolehan skor maksimum meningkat menjadi 88, yang sebelumnya
(pra siklus) hanya mencapai 41, dan skor rata-rata kelas yang diperoleh meningkat
menjadi 81,35, yang sebelumnya (pra siklus) hanya mencapai 29,6. Perolehan skor
ini, menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan pembelajaran
sebelumnya, yang masih berbasis guru dan tidak menggunakan desain pembelajaran
tertentu. Artinya peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus 1 adalah
signifikan atau bermakna.
Mendasarkan hasil belajar dari tabel 4.5 dan tabel 4.6, maka distribusi
ketuntasan belajar akan ditunjukkan melalui gambar 4.5 di halaman berikut.
54
Berdasarkan gambar 4.5 nampak bahwa, hasil belajar IPA berdasarkan
ketuntasan belajar siswa kelas 5, pada siklus 1 mencapai 80,00% (16 siswa) dari
seluruh siswa (20), dan 20,00% (4 siswa) dari 20 siswa tidak tuntas dalam belajar
IPA KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. KKM yang ditentukan sebesar lebih
dari atau sama dengan 80 (KKM ≥ 80). Keadaan ini menunjukkan peningkatan
ketuntasan belajar yang signifikan, yakni dari 0 % meningkat menjadi 80,00 %, yang
merupakan peningkatan ketuntasan belajar yang signifikan.
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus 2
1. Perencanaan
Perencanaan dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam siklus 2,
mendasarkan pada hasil refleksi siklus 1, yakni mengacu pada kelemahan dan
kelebihan yang terjadi. Adapun perencanaan yeng disiapkan adalah sama dengan
yang telah dilaksnakan dalam siklus 1. Perbedaan yang muncul terletak pada
Kompetensi Dasar yang diberikan. Pada siklus 2 menggunakan KD 6.2 Membuat
suatu karya/ model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan
20%
80%
Tidak Tuntas Tuntas
Gambar 4.5
Diagram Lingkaran Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis
CTL Refleksi Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5
SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II
Tahun Pelajaran 2014/2015 Siklus 1
55
menerapkan sifat-sifat cahaya. Dengan demikian soal tes formatif menyesuaikan
dengan kompetensi dasar yang diberikan (lihat lampiran 1 RPP dan perangkatnya).
2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Pertemuan 1
Pelaksanan tindakan dan observasi siklus 2 pada pertemuan ke- 1
dilaksanakan pada hari Kamis, 9 April 2015 dengan KD 6.2 Membuat suatu karya/
model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan, dan pmenerapkan
sifat-sifat cahaya. Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir.
Kegiatan awal guru memulai pembelajaran dengan mempersiapkan siswa
untuk mengikuti pembelajaran seperti mengabsensi siswa, mengatur tempat duduk,
mempersiapkan alat tulis di meja. Setelah seluruh siswa siap untuk mengikuti
pembelajaran, guru memberikan apersepsi dengan menunjukkan gambar alat-alat
optik yang sering mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari melalui LCD, seperti
gambar mata, lup, kamera, periskop, teleskop, dan mikroskop. Siswa nampak lebih
bersemangat ketika guru memberikan motivasi sebelum pembelajaran dimulai, yakni
dengan mengajak seluruh siswa untuk melakukan tepuk kompak yang diinstruksikan
oleh guru. Kemudian guru menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
Pada kegiatan inti, guru dan siswa sudah nampak melakukan langkah-langkah
pembelajaran berbasis CTL refleksi dengan lebih runtut dan utuh. Pembelajaran
berbasis CTL refleksi dimulai dengan guru menayangkan gambar alat-alat optik pada
LCD, kemudian siswa menuliskan 3 alat optik yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya
dalam potongan kertas, sesuai dari hasil penjelasan guru melalui penayangan gambar
pada LCD. Guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok, dengan menugaskan masing-
masing kelompok untuk membuat lup menggunakan bahan-bahan sederhana. Dalam
proses pembuaan lup sederhana, masing-masing kelompok mengemukakan kegunaan
masing-masing bahan yang digunakan, seperti bohlam lampu bekas, air jernih, karet
balon, tang, obeng, dan karet gelang. Masing-masing kelompok juga mengemukakan
kegunaan alat sederhana yang telah mereka rancang. Selain mengemukakan
56
kegunaan alat, masing-masing kelompok juga mengemukakan kesulitan yang dialami
saat merancang alat bersama kelompok. Dalam kegiatan tersebut seluruh siswa
bersemangat dalam mengemukakan kegunaan maupun kesulitan dalam pembuatan
lup sederhana. Mereka juga nampak menceritakan kegunaan dan kesulitan dalam
pembuatan lup sederhana dengan teman satu kelompok.
Kegiatan akhir guru dan siswa melakukan refleksi pembelajaran dengan tanya
jawab tentang kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran. Misalnya
dalam langkah-langkah menulis 3 alat optik siswa kesulitan dalam membedakan
teleskop, periskop, dan mikroskop. Pada langkah mengemukakan maupun
menceritakan kegunaan alat-alat optik ada beberapa alat yang mempunyai kegunaan
yang hampir sama seperti kegunaan lup dan mikroskop, teleskop dan periskop. Pada
langkah mengemukakan maupun menceritakan kesulitan yang dialami saat
merancang lup sederhana, masing-masing kelompok memiliki kesulitan yang
berbeda. Dari kegiatan refleksi yang dilakukan, guru dan siswa dapat menarik
kesimpulan bahwa alat-alat optik terdiri dari mata, mikroskop, lup, periskop,
teleskop, kamera, dan OHP. Kegunaan masing-masing alat sesuai dengan
penerapannya. Misalnya teleskop digunakan pada saat melihat benda-benda luar
angkasa, sedangkan periskop digunakan dalam kapal selam. Mikroskop lebih teliti
dalam mengamati benda-benda kecil dibandingkan dengan lup, namun kegunaan
kedua benda ini sama, yakni melihat benda-benda yang ukurannya kecil. Setelah
seluruh siswa terlibat dalam kegiatan menyimpulkan pembelajaran, guru menutup
pembelajaran dengan do’a dan memberikan tindak lanjut kepada siswa untuk
mempelajari materi yang akan dilaksanakan dalam pertemuan kedua.
Pada saat pembelajaran siklus 2 pertemuan ke-1 berlangsung, juga dilakukan
pengamatan oleh observer seperti yang dilakukan pada siklus 1 untuk mengetahui
kelebihan dan kelemahan selama pembelajaran berlangsung.
Pertemuan 2
Pertemuan ke- 2 siklus 2 dilaksanakan pada hari Jum’at, 10 April
2015 dengan KD yang masih sama, yakni KD 6.2 Membuat suatu karya/ model,
misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat
57
cahaya. Kegiatan awal dalam pertemuan ke-2 hampir sama dengan yang dilakukan
pada pertemuan ke-1, yang nampak berbeda adalah kegiatan motivasi dan langkah-
langkah yang disampaikan guru. Perbedaannya terketak pada substansi materi yang
diajarkan.
Kegiatan inti guru membagikan teks langkah-langkah pembuatan periskop
dan lup sederhana kepada seluruh siswa. Kemudian guru meminta siswa untuk
membaca dan menggarisbawahi istilah-istilah penting yang terdapat dalam teks.
Setelah siswa memahami langkah-langkah pembuatan periskop sederhana, guru
membagi siswa dalam 4 kelompok untuk membuat periskop dengan bahan-bahan
sederhana seperti 2 kotak pasta gigi, 2 buah cermin datar, lem, dan gunting. Siswa
nampak lebih bersemangat dalam merancang periskop sederhana yang mereka buat
bersama kelompok dengan memperhatiakan setiap langkah dan kegunaan alat dan
bahan yang mereka gunakan. Guru dan siswa bertanya jawab untuk membuat
tabulasi antara jenis karya yang telah merepa buat baik pada pertemuan 1 maupun
pertemuan 2 dengan alat dan bahan yang digunakan, kegunaan alat, kesulitan dalam
pembuatan, dengan sifat-sifat cahaya yang diterapkan. Dengan membuat tabulasi
tersebut, siswa dapat merumuskan definisi dari alat-alat optik.
Kegiatan akhir guru dan siswa melakukan refleksi pembelajaran. Misalnya
dalam langkah menggarisbawahi istilah penting masing-masing siswa berbeda dalam
menggarisbawahi istilah yang mereka anggap penting yang terdapat dalamteks
langkah-langkah pembuatan periskop dan lup sederhana. Dalam langkah membuat
tabulasi siswa menemukan hubungan antara karya yang mereka buat dengan sifat-
sifat cahaya. Dari membuat berbagai hubungan siswa dapat merumuskan definisi
tentang alat-alat optik seperti apa itu lup dan periskop sebenarnya jika dilihat
daripenerapan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah melakukan kegiatan refleksi
pembelajaran, guru dan siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan, yakni tentang definisi dan kegunaan dari alat-alat optik, sifat-sifat
cahaya yang diterapkan dalam alat-alat optik. Misalnya lup menggunakan lensa
cembung sehingga sifat cahaya yang diterapkan adalah pemantulan cahaya.
Pembelajaran pada pertemuan ke-2 diakhiri dengan do’a dan tindak lanjut dari guru
58
kepada siswa, yakni siswa diminta untuk mempelajari materi yang telah dilaksanakan
dalam pertemuan 1 maupun pertemuan 2.
Pada saat pembelajaran siklus 2 pertemuan 2 berlangsung, juga dilakukan
pengamatan oleh observer seperti yang dilakukan pada pertemuan 1 untuk
mengetahui kelebihan dan kelemahan selama pembelajaran berlangsung.
3. Refleksi
Setelah kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke-1 dan ke-2 siklus 2 selesai,
maka dilakukan refleksi. Hasil observasi terhadap aktivitas siswa di dalam mengikuti
pembelajaran IPA KD 6.2 Membuat suatu karya/ model, misalnya periskop atau
lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, yang dilaksanakan
melalui 2 pertemuan, meliputi observasi terhadap kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir.
Pada pertemuan 1, nampak bahwa 5 kegiatan awal atau 100% kegiatan awal
telah dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan inti ada 16 kegiatan yang menjadi fokus
dalam pengamatan. Dari 16 kegiatan tersebut, siswa telah melaksanakan semua
kegiatan, atau 100% telah dilakukan oleh siswa, 5 diantarannya merupakan langkah-
langkah pembelajaran CTL refleksi, yang meliputi kegiatan menulis 3 alat-alat optik,
mengemukakan 2 kegunaan dari alat-alat optik, mengemukakan 2 kesulitan dalam
pembuatan periskop dan lup, menulis cerita tentang kegunaan alat-alat optik, dan
menulis cerita tentang kesulitan dalam membuat periskop dan lup. Dalam kegiatan
akhir nampak seluruh kegiatan telah dilakukan dengan baik oleh siswa. Namun
dalam pertemuan ke-1 siklus 2 terdapat kekurangan, yakni masih ada 2 siswa yang
tidak berani bertanya di kelompoknya, ketika berdiskusi.
Pada pertemuan ke-2, 100% kegiatan sudah dilaksanakan lebih baik dari
pertemuan 1 oleh siswa. Di samping itu catatan observer tentang kegiatan
pembelajaran pada pertemuan ke-2 siklus 2 muncul bebrapa kelabihan, diantaranya
95% siswa lebih berani bertanya dan menjawab, seluruh siswa lebih bersemangat
dalam belajar, yang nampak dari keseriusan dalam diskusi kelompok maupun diskusi
kelas.
59
Aktivitas pembelajaran dengan CTL refleksi yang dilakukan oleh guru pada
pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2, seluruh kegiatan juga sudah dilaksanakan
dengan baik oleh guru. Kelebihan yang nampak dari guru adalah telah melakukan
seluruh kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP, dan kinerja guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis CTL refleksi sudah baik. Walaupun
masih ada 4 siswa yang membuat keributan di kelas, namun guru sudah nampak
tegas dalam memperingatinya. Aktivitas tindakan CTL refleksi pada kegiatan awal,
inti dan akhir, seluruhnya sudah dilaksanakan oleh guru, baik pada pertemuan ke-1
maupun pertemuan ke-2.
Hasil Belajar Siklus 2
Hasil belajar pada siklus 2 diperoleh dari tes formatif, pengukuran sikap dan
keterampilan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis CTL
refleksi, meliputi: menulis 3 alat optik, mengemukakan kegunaan alat optik,
mengemukakan 2 kesulitan dalam pembuatan alat optik (lup dan periskop), menulis
cerita tentang kegunaan alat optik, menulis cerita tentang kesulitan dalam pembuatan
lup dan periskop, menggarisbawahi istilah penting yang terdapat pada langkah-
langkah pembuatan lup dan periskop, membuat tabulasi antara alat-alat optik, bahan
dan alat yang digunakan, kegunaan alat optik, kesulitan dalam proses pembuatan
dengan sifat-sifat cahaya yang diterapkan, merumuskan definisi tentang alat-alat
optik, dan merefleksi tentang hasil karya yang diciptakan ( periskop dan lup) dan
alat-alat optik lain terkait dengan kegunaan, kesulitan, dan sifat-sifat cahaya yang
diterapkan.
Hasil belajar IPA pada siklus 2 secara rinci disajikan melalui tabel 4.7 di
halaman berikut.
60
No Skor Frekuensi Siswa Persentase (%)
1 80 - 83 6 30
2 84 - 87 4 20
3 88 - 91 6 30
4 92 - 95 2 10
5 96 - 99 2 10
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.7, nampak bahwa distribusi skor hasil belajar IPA
mengalami peningkatan dari sebelumnya yakni 65 - 88 menjadi 80 – 99. Dari skor
yang diperoleh menunjukkan bahwa seluruh siswa tuntas dalam belajar dengan skor
≥ 80. Peningkatan perolehan skor hasil belajar ini bermakna, karena dalam
pembelajaran ada tindakan belajar yang berupa pembelajaran berbasis CTL refleksi,
dan siswa terlibat langsung dalam belajar.
Hasil belajar yang diperoleh siswa dapat disajikan dalam bentuk grafik,
melalui gambar 4.6 berikut:
0102030405060708090
100110
0 1 2 3 4
Sko
r H
asil
Bel
ajar
IPA
Sis
wa
Jumlah Siswa
Skor Siswa
Tabel 4.7
Distribusi Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa
Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun
Pelajaran 2014/2015 Berdasarkan Skor Hasil Belajar Siklus 2
Gambar 4.6
Grafik Garis Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa
Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun
Pelajaran 2014/2015 Berdasarkan Skor Hasil Belajar Siklus 2
61
Berdasarkan gambar 4.6, nampak bahwa skor 87 paling banyak diperoleh
oleh siswa, yakni 3 siswa (15% dari seluruh siswa), 2 siswa memperoleh skor
terendah, yakni 81. Dan 1 siswa (5% dari seluruh siswa) memperoleh skor tertinggi,
yakni 99.
Berdasarkan distribusi skor hasil belajar pada tabel 4.7, dapat diketahui
besarnya skor hasil belajar yang berupa skor minimum, skor maksimum dan skor
rata-rata. Secara rinci, deskripsi hasil belajar IPA siklus 2, ditunjukkan melalui tabel
4.8 di halaman berikut.
Tabel 4.8
Deskripsi Skor Minimum, Skor Maksimum dan Skor Rata-Rata Hasil Belajar
IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5
SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II
Tahun pelajaran 2014/2015 Siklus 2
Berdasarkan tabel 4.8 nampak bahwa skor minimum hasil belajar yang
dicapai siswa kelas 5 pada pembelajaran IPA KD 6.2 Membuat suatu karya/ model,
misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat
cahaya dengan pembelajaran berbasis CTL refleksi sebesar 80, skor maksimum
sebesar 99, dan skor rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 87,55. Perolehan ini
menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan pembelajaran
sebelumnya pada siklus 1. Artinya peningkatan hasil belajar siswa nampak pada
kenaikan skor minimum dari 65 menjadi 80; kenaikan skor maksimum dari 88
meningkat menjadi 99, dan skor rata-rata dari 81,35 menjadi 87,55. Skor hasil belajar
yang diperoleh dalam siklus 2, baik skor minimum, skor maksimum maupun skor
rata-rata, menunjukkan skor di atas 80, yang merupakan batas minimal ketuntasan
80. Dengan demikian, pencapaian hasil belajar IPA pada siklus 2, telah mencapai
ketuntasan belajar 100% atau seluruh siswa (20 siswa) kelas 5 SD Negeri Sepakung
03 Banyubiru Semarang Semester II tahun pelajaran 2014/ 2015.
Deskripsi Skor
Skor Minimum 80
Skor Maksimum 99
Skor Rata-rata 87,55
Sumber: Data Sekunder
62
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil analisis tindakan pembelajaran berbasis CTL refleksi siswa kelas 5 SD
Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang semester II tahun 2014/ 2015,
menunjukkan adanya peningkatan aktivitas tindakan pembelajaran berbasis CTL
refleksi yang dilakukan oleh siswa, dari siklus 1 ke siklus 2, yang ditunjukkan
melalui tabel 4.9 di halaman berikut.
Tabel 4.9
Perbandingan Aktivitas Tindakan CTL Refleksi Siswa Kelas 5
SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II
Tahun Pelajaran 2014/ 2015 Siklus 1 dan Siklus 2 Aktivitas Kegiatan awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir
S 1 S 2 S 1 S 2 S 1 S 2
F % F % F % F % F % F %
Aktivitas Tindakan
CTL refleksi yang
dilakukan
3 60,00 5 100 16 100 16 100 2 66,67 0 100
AktivitasTindakan
CTL refleksi yang
belum dilakukan
2 40,00 0 0 0 0 0 0 1 33,33 0 0
Jumlah Aktivitas 5 100 5 100 16 100 16 100 3 100 0 100
Keterangan : S = Siklus Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.9 nampak bahwa dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi
peningkatan jumlah aktivitas yang dilakukan oleh siswa, baik dalam kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Perbandingan aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan oleh siswa
setiap siklusnya, secara rinci dapat disajikan melalui gambar 4.7 berikut.
63
Gambar 4.7
Grafik Garis Perbandingan Aktivitas Tindakan CTL Refleksi Siswa Kelas 5
SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II
Tahun Pelajaran 2014/ 2015 Siklus 1 dan Siklus 2
Berdasarkan gambar 4.7, nampak bahwa perbandingan aktivitas tindakan CTL
refleksi yang dilakukan siswa baik dalam kegiatan awal, inti, maupun akhir setiap
siklusnya mengalami peningkatan. Pada siklus 1 kegiatan awal, ada 3 aktivitas
tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan siswa, kemudian meningkat menjadi 5
aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilakukan pada siklus 2. Dalam kegiatan inti
baik siklus 1 maupun siklus 2, dari 16 aktivitas tindakan CTL refleksi, seluruhnya
telah terlaksanakan, sedangkan dalam kegiatan akhir pada siklus 1, terdapaat 2
aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan siswa, kemudian meningkat
menjadi 3 aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan siswa pada siklus 2.
Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis CTL refleksi,
ditunjukkan melalui tabel 4.10 di halaman berikut.
02468
101214161820
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2
Kegiatan Awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir
Jum
lah
Tin
da
kan
CT
L R
efl
eks
i
Axis Title
Terlaksana
64
Tabel 4.10
Perbandingan Aktivitas Tindakan CTL Refleksi Guru Kelas 5
SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II
Tahun pelajaran 2014/2015 Siklus 1 dan Siklus 2 Aktivitas Kegiatan Awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir
S 1 S 2 S 1 S 2 S 1 S 2
F % F % F % F % F % F %
Aktivitas Tindakan CTL refleksi yang dilakukan
3 60,00 5 100 16 100 16 100 2 66,67 0 100
AktivitasTindakan CTL refleksi yang belum dilakukan
2 40,00 0 0 0 0 0 0 1 33,33 0 0
Jumlah Aktivitas 5 100 5 100 16 100 16 100 3 100 0 100
Keterangan : S = Siklus Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.10 nampak bahwa, dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi
peningkatan jumlah aktivitas yang dilakukan oleh guru, baik dalam kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Perbandingan Aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilaksnakan oleh guru
pada siklus 1 dan 2 secara rinci disajikan melalui gambar 4.8 di halaman berikut.
Gambar 4.8
Grafik Garis Perbandingan Aktivitas Tindakan CTL Refleksi Guru Kelas 5
SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II
Tahun Pelajaran 2014/ 2015 Siklus 1 dan Siklus 2
Berdasarkan gambar 4.10, nampak bahwa perbandingan aktivitas tindakan
CTL refleksi yang dilakukan guru baik dalam kegiatan awal, inti, maupun akhir
0
5
10
15
20
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2
Kegiatan Awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir
Jum
lah
Tin
dak
an C
TL R
efle
ksi
Axis Title
Terlaksana
65
setiap siklusnya mengalami peningkatan. Pada siklus 1 kegiatan awal, ada 3 aktivitas
tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan guru, kemudian meningkat menjadi 5
aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilakukan pada siklus 2. Dalam kegiatan inti
baik siklus 1 maupun siklus 2, dari 16 aktivitas tindakan CTL refleksi, seluruhnya
telah terlaksanakan, sedangkan dalam kegiatan akhir pada siklus 1, terdapaat 2
aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan guru, kemudian meningkat
menjadi 3 aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan guru pada siklus 2.
Hasil penelitian yang diperoleh dari hasil belajar IPA melalui pembelajaran
berbasis CTL refleksi, berdasarkan ketuntasan belajar, rata-rata, skor minimum dan
maksimum siswa kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang semester II
Tahun pelajaran 2014/2015, secara rinci disajikan melalui tabel 4.11 di halaman
berikut.
Tabel 4.11
Perbandingan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi
Berdasarkan Ketuntasan Belajar, Rata-rata, Skor Minimum dan Maksimum
Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II
Tahun pelajaran 2014/2015 Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
Nilai Keterangan
Prasiklus Siklus I Siklus II
F P(%) F P(%) F P(%)
≥80 Tuntas 0 0 16 80 20 100
<80 Tidak
Tuntas
20 100 4 20 0 0%
Jumlah 20 100 20 100 20 100
Rata-rata 29,60 81,35 87,55
Minimum 22 65 80
Maksimum 41 88 99
Keterangan : F = Frekuensi
P = Persentase Sumber: Data Primer
66
Berdasarkan tabel 4.11 nampak bahwa hasil belajar yang ditinjau dari
ketuntasan belajar, skor minimum, skor maksimum dan skor rata-rata dari pra siklus,
ke siklus 1 dan ke siklus 2 selalu mengalami peningkatan.
Peningkatan hasil belajar IPA siswa berdasarkan ketuntasan dari pra siklus,
ke siklus 1 dan 2, yang secara rinci disajikan melalui gambar 4.9 berikut.
Gambar 4. 9
Diagram Batang Perbandingan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis
CTL Refleksi Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri
Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun pelajaran
2014/2015 Pra Siklus Siklus 1 dan Siklus 2
Berdasarkan gambar 4.9, nampak bahwa ada perbandingan peningkatan hasil
belajar berdasarkan ketuntasan belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Sepakung 03
Banyubiru Semarang semester II tahun 2014/ 2015 pra siklus, siklus 1 dan siklus 2.
Pada pra siklus jumlah siswa yang tuntas adalah 0, kemudian meningkat menjadi 16
siswa pada siklus 1 dan meningkat menjadi 20 siswa pada siklus 2. Peningkatan
jumlah ketuntasan belajar IPA terjadi, setelah pada siklus 1 dan siklus 2, diberi
tindakan belajar yang berupa pembelajaran berbasis CTL refleksi. Dalam
pembelajaran berbasis CTL refleksi, siswa difokuskan untuk berpikir ke belakang
mengurutkan kembali peristiwa pembelajaran yang sudah dilakukan terutama yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
0
5
10
15
20
25
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Jum
lah
Sis
wa
Siklus
Tuntas
Tidak Tuntas
67
Pada pembelajaran pra siklus, siswa tidak difokuskan pada pembelajaran
yang kontekstual. Hasil belajar diukur melalui hasil tes yang merupakan aspek
kognitif, sedangkan 2 aspek lainnya yakni aspek afektif dan psikomotor tidak pernah
dilakukan pengukuran, yang merupakan bagian dari penentuan hasil belajar. Nampak
hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang semester II
tahun pelajaran 2014/2015, untuk mata pelajaran IPA KD 4.2 Menyimpulkan hasil
penyelidikan tentang perubahan sifat benda jauh dibawah KKM ≥ 80.
Peningkatan hasil belajar IPA siklus 1 dan siklus 2 terjadi setelah diberikan
tindakan berupa pembelajaran berbasis CTL refleksi, hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Suryanto (2002), bahwa pembelajaran dengan pendekatan
Contextual Teaching Learning (CTL) yang menggunakan bermacam-macam
masalah kontekstual sebagai titik awal, yang kemudian siswa dapat belajar sendiri
untuk memecahkan berbagai masalah dengan menggunakan pengetahuan dan
kemampuannya. Dalam memecahkan masalah siswa dapat melakukan refleksi seperti
yang dikemukakan oleh Agus Suprijono (2009) yakni menulis kata-kata kunci yang
akan menjadi bahan pembelajaran dalam potongan kertas, mengemukakan peristiwa
penting positif yang berhubungan dengan kata-kata kunci, mengemukakan peristiwa
negatif yang berhubungan dengan kata-kata kunci, menceritakan hal-hal positif dari
masing-masing peristiwa penting yang telah dialami, menceritakan hal-hal negatif
dari masing-masing peristiwa penting yang telah dialami, menggarisbawahi istilah-
istilah yang dianggap penting, membuat tabulasi antara satu peristiwa dengan
peristiwa lainnya, merumuskan definisi dari peristiwa penting yang telah ditemukan,
dan merefleksi tentang peristiwa penting.
Pembelajaran IPA berbasis CTL refleksi, dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa difokuskan pada
pengalaman yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini, nampak pada
hasil belajar yang ditunjukkan oleh grafik perbandingan hasil belajar IPA
berdasarkan skor minimum, skor maksimum dan skor rata-rata, siswa kelas 5 SD
Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang semester II tahun pelajaran 2014/2015 pra
siklus, siklus 1 dan siklus 2 melalui gambar 4.10 di halaman berikut.
68
Gambar 4.10
Grafik Garis Perbandingan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis
CTL Refleksi Berdasarkan Skor Minimum, Skor Maksimum dan Skor
Rata-Rata Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru
Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/ 2015
Pra Siklus Siklus 1 dan Siklus 2
Berdasarkan gambar 4.10, nampak bahwa perbandingan hasil belajar IPA
mengalami peningkatan berdasarkan (1) skor minimum, antara pra siklus : siklus 1 :
siklus 2 adalah 22,00 : 65,00 : dan 80,00, (2) skor maksimum, antara prasiklus :
siklus 1 : siklus 2 adalah 41,0: 88,00 : 99,00. (3) skor rata-rata, antara pra siklus :
siklus 1 : siklus 2 adalah 29,60 : 81,35 : 87,55.
Perbandingan hasil belajar IPA berdasarkan skor minimum, skor maksimum
dan skor rata-rata antar siklus menunjukkan bahwa hasil belajar meningkat.
Peningkatan ini dialami juga penelitian yang dilakukan oleh Ardy Meitadi
Dwikarindrinata pada tahun 2012, dimana perbandingan hasil belajar mengalami
peningkatan berdasarkan (1) skor minimum, antara pra siklus : siklus 1 : siklus 2
adalah 57,00 : 76,00 : dan 86,00, (2) skor maksimum, antara prasiklus : siklus
1 : siklus 2 adalah 87,00: 94,00 : 96,00. (3) skor rata-rata, antara pra siklus : siklus
1 : siklus 2 adalah 71,25 : 89,85 : 92,00. Hal ini tejadi karena langkah-langkah
pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL refleksi yaitu, menuliskan peristiwa
penting dalam potongan kertas, mengemukakan peristiwa penting yang positif,
0
20
40
60
80
100
120
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Sko
r H
asil
Bel
ajar
IPA
Sis
wa
Siklus
Skor Minimum
Skor Maksimum
Skor Rata-Rata
69
mengemukakan peristiwa penting yang negatif, menceritakan hal-hal positif dari
masing-masing peristiwa penting, menceritakan hal-hal negatif dari masing-masing
peristiwa penting, menggarisbawahi istilah-istilah yang dianggap penting, membuat
tabulasi antara waktu dan terjadinya peristiwa penting, merumuskan definisi
peristiwa penting, mengevaluasi tentang peristiwa penting. Selain menggunakan
pendekatan CTL refleksi, pengukuran hasil belajar yang dilakukan meliputi
pengukuran proses berupa unjuk kerja refleksi dan pengukuran hasil belajar berupa
tes formatif. Penelitian ini juga sejalan dengan Yustina Belo Saranga pada tahun
2014, yang menunjukkan perbandingan hasil belajar IPA mengalami peningkatan
berdasarkan (1) skor minimum, antara pra siklus : siklus 1 : siklus 2 adalah
22,00 : 58,25 : dan 59,25, (2) skor maksimum, antara prasiklus : siklus 1 : siklus 2
adalah 34,00: 82,25 : 83,75. (3) skor rata-rata, antara pra siklus : siklus 1 : siklus 2
adalah 30,17 : 70,06 : 73,00. Peningkatan hasil belajar terjadi karena pengukuran
hasil belajar yang dilakukan meliputi pengetahuan dan unjuk kerja.