BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

15
37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Laboratorium Satya Wacana yang merupakan salah satu sekolah dasar yang ada di Kota Salatiga. Subyek dalam penelitian ini adalah kelas II SD Laboratorium Satya Wacana. Kelas II yang dijadikan subyek penelitian ini adalah kelas paralel yang terdiri dari 2 kelas, yaitu: 1. Kelas IIB sebagai kelompok eksperimen. Siswa kelas IIB SD Laboratorium Satya Wacana berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. 2. Kelas IIA sebagai kelompok kontrol. Siswa kelas IIA SD Laboratorium Satya Wacana berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Karakteristik dari subyek penelitian ini adalah rata-rata siswa kelas II berumur 7 tahun, dan hampir semua siswa kelas II beragama Kristen. Untuk latar belakang pekerjaan orang tua siswa sangat bervariasi, mulai dari guru, wiraswasta, dosen, pedagang, dan ada juga yang orangtuanya berprofesi sebagai TNI. Alasan yang menjadi pertimbangan peneliti memilih SD Laboratorium Satya Wacana sebagai tempat penelitian adalah penelitian dengan topik pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari perbedaan jenis kelamin pada siswa kelas II belum pernah dilakukan di SD Laboratoriun Satya Wacana. Sedangkan alasan peneliti menggunakan kelas II sebagai subyek adalah dikarenakan siswa kelas II masih sulit melakukan abstraksi materi atau konsep matematika, dan juga kelas II di SD Laboratorium Satya Wacana terdiri dari dua kelas yang berada dalam satu lingkungan belajar yang sama, sehingga memungkinkan untuk menjadikan kelas IIA dan IIB menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Laboratorium Satya Wacana yang

merupakan salah satu sekolah dasar yang ada di Kota Salatiga. Subyek dalam

penelitian ini adalah kelas II SD Laboratorium Satya Wacana. Kelas II yang

dijadikan subyek penelitian ini adalah kelas paralel yang terdiri dari 2 kelas, yaitu:

1. Kelas IIB sebagai kelompok eksperimen. Siswa kelas IIB SD Laboratorium

Satya Wacana berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 18

siswa perempuan.

2. Kelas IIA sebagai kelompok kontrol. Siswa kelas IIA SD Laboratorium Satya

Wacana berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 12 siswa

perempuan.

Karakteristik dari subyek penelitian ini adalah rata-rata siswa kelas II

berumur 7 tahun, dan hampir semua siswa kelas II beragama Kristen. Untuk latar

belakang pekerjaan orang tua siswa sangat bervariasi, mulai dari guru, wiraswasta,

dosen, pedagang, dan ada juga yang orangtuanya berprofesi sebagai TNI.

Alasan yang menjadi pertimbangan peneliti memilih SD Laboratorium

Satya Wacana sebagai tempat penelitian adalah penelitian dengan topik pengaruh

penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari

perbedaan jenis kelamin pada siswa kelas II belum pernah dilakukan di SD

Laboratoriun Satya Wacana. Sedangkan alasan peneliti menggunakan kelas II

sebagai subyek adalah dikarenakan siswa kelas II masih sulit melakukan abstraksi

materi atau konsep matematika, dan juga kelas II di SD Laboratorium Satya

Wacana terdiri dari dua kelas yang berada dalam satu lingkungan belajar yang

sama, sehingga memungkinkan untuk menjadikan kelas IIA dan IIB menjadi kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

38

4.2 Hasil Uji Instrumen

4.2.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes

Tabel 4.1

Hasil Validitas Soal Tes Hasil Belajar

No. Nomor Soal

Corrected

Item-Total

Correlation

No. Nomor Soal

Corrected

Item-Total

Correlation

1. 2 .268 10. 17 .277

2. 4 .420 11. 19 .460

3. 5 .493 12. 20 .493

4. 6 .509 13. 21 .404

5. 7 .498 14. 24 .277

6. 10 .284 15. 25 .460

7. 11 .406 16. 26 .439

8. 13 .468 17. 29 .406

9. 14 .498 18. 30 .309

Tabel diatas menunjukkan bahwa butir pernyataan pada instrument tes

dinyatakan valid jika nilai corrected item-total correlation > 0,2. Dari 30 soal

instrument tes yang diujikan dan dianalisis datanya menggunakan Cronbach

Alpha menunjukkan 18 soal dinyatakan valid, yaitu soal nomor 2, 4, 5, 6, 7, 10,

11, 13, 14, 17, 19, 20, 21, 24, 25, 26, 29, 30, sehingga layak untuk dipergunakan

sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Sedangkan untuk soal-soal yang tidak valid

tidak dipergunakan.

4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes

Tabel 4.2

Hasil Uji Reliabilitas Soal Tes

N N of items Mean Cronbach Alpha

31 18 12.7742 0.819

Tabel diatas menunjukkan data tentang uji reliabilitas, instrument tes

dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0,6. Dari hasil uji reliabilitas

instrument tes menunjukkan nilai Cronbach Alpha 0,819 sehingga instrument di

atas dinyatakan reliabel.

39

4.2.3 Hasil Uji Tingkat Kesukaran

Tabel 4.3

Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes

No. Kriteria Kesukaran Jumlah Soal Nomor Soal

1. Sukar - -

2. Sedang 9 2, 4, 7, 10, 14, 19, 21, 25, 30

3. Mudah 9 5, 6, 11, 13, 17, 20, 24, 26, 29

Dari hasil perhitungan diperoleh 9 butir soal termasuk kriteria mudah,

yaitu nomor 5, 6, 11, 13, 17, 20, 24, 26, dan 29, sedangkan butir soal termasuk

kriteria sedang berjumlah 9, yaitu nomor 2, 4, 7, 10, 14, 19, 21, 25, dan 30. Paket

soal ini belum secara sempurna memenuhi proporsi soal yang baik dikarenakan

tidak adanya soal dalam kriteria sukar. Untuk soal kategori mudah tetap

digunakan dalam penelitian dikarenakan apabila soal tersebut dibuang menjadikan

paket soal dirasa kurang dalam hal kuantitas yang diperlukan oleh peneliti untuk

mengukur karakteristik subyek.

4.3 Deskripsi Data

4.3.1 Metode Demonstrasi

4.3.1.1 Pelaksanaan Uji Coba Metode Demonstrasi

Sebelum dilakukan tindakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan tindakan

try out. Try out adalah uji coba mengajar dengan metode yang akan diteliti,

sehingga kita sebagai peneliti nanti bisa mengetahui kesiapan guru dalam

menggunakan metode yang akan kita teliti. Di dalam try out guru mengajar

dengan menggunakan metode yang akan diteliti yaitu metode demonstrasi. Tujuan

utama melakukan try out adalah untuk mengetahui kesiapan guru dalam

menggunakan metode demonstrasi di kelas. Selain ada guru yang bertugas

mengajar menggunakan metode demonstrasi, peneliti juga mengajak pengamat

atau observer untuk ikut dalam pelaksanaan try out, sehingga bukan hanya guru

yang dilihat kesiapannya tetapi juga pengamat.

Uji coba metode demonstrasi dilaksanakan pada hari Senin tanggal 27

Februari 2012 di kelas II SD Laboratorium Satya Wacana, Salatiga. Guru

menggunakan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar pelajaran IPA.

40

Dalam menggunakan metode demonstrasi, guru mendemonstrasikan posisi

matahari yang disertai dengan penjelasan singkat. Setelah itu guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan demonstrasi bersama

dengan kelompok yang telah ditentukan. Beberapa kelompok diminta

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Kendala yang terjadi saat pelaksanaan try out adalah kebanyakan siswa

berebut untuk mencoba melakukan demonstrasi sendiri sehingga kelas menjadi

kurang terkontrol. Tetapi secara keseluruhan kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakan metode demonstrasi berjalan dengan lancar. Hasil yang diperoleh

setelah peneliti melakukan try out adalah guru dan pengamat sudah siap untuk

melaksanakan pembelajaran dengan metode demonstrasi.

4.3.1.2 Penerapan Metode Demonstrasi

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Selain itu, observasi juga dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka.

Dalam penelitian ini observasi dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah guru

dari SD Laboratorium Satya Wacana. Observasi dilaksanakan secara intensif,

adapun hasil observasi yang dikumpulkan dapat dilihat pada tabel 4.4, tentang

lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa pada tiga pertemuan adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.4

Hasil Observasi Pembelajaran Metode Demonstrasi

No Langkah-Langkah Pertemuan

I II III Aktivitas Guru Yang diamati

1. Apakah guru sudah

mendemonstrasikan suatu proses dan

prosedur disertai penjelasan yang

padat dan singkat?

√ √ √

2. Apakah guru sudah mengatur tempat

duduk siswa sesuai kebutuhan, dengan

pertimbangan jenis kelamin siswa?

√ √ √

3. Apakah guru sudah memberi

kesempatan kepada siswa untuk

mencoba melakukan demonstrasi

serupa guna pemahaman lebih

√ √ √

41

mendalam tentang topik?

4. Apakah guru sudah guru memastikan

semua siswa telah melakukan

demonstrasi seperti yang dilakukan

guru?

√ √ √

5. Apakah guru sudah memberikan soal

baru dan meminta siswa menggunakan

langkah serupa yang telah

didemonstrasikan guru?

√ √ √

6. Apakah selama penyelesaian soal,

guru berkeliling untuk memastikan

semua kelompok dan semua anggota

kelompok telah melakukan langkah

demonstrasi dengan benar?

√ √ √

7. Apakah guru sudah meminta siswa

maju untuk mempresentasikan

jawaban soal hasil demonstrasi yang

telah dilakukan di dalam kelompok?

√ √ ×

Aktivitas Siswa Yang diamati

1. Memperhatikan demonstrasi guru. √ √ √

2. Membentuk kelompok sesuai perintah

dari guru. √ √ √

3. Siswa melakukan demonstrasi di

dalam kelompok. √ √ √

4. Semua siswa telah melakukan

demonstrasi. √ √ √

5. Siswa mengerjakan soal baru dengan

langkah-langkah demonstrasi yang

benar.

√ √ √

6. Semua siswa dalam kelompok telah

melakukan demonstrasi. √ √ √

7. Siswa maju mempresentasikan

jawaban soal hasil demonstrasi. √ √ ×

Berdasarkan tabel 4.4 di atas tentang hasil pengamatan aktivitas

pembelajaran menggunakan metode demonstrasi. Pertemuan I dilaksanakan pada

hari Kamis tanggal 1 Maret 2012. Pertemuan II dilaksanakan pada hari Senin

tanggal 5 Maret 2012. Pertemuan III dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6

Maret 2012. Pada penelitian dengan pembelajaran sejumlah tiga kali pertemuan

ini, dihadiri oleh peneliti yaitu orang yang melakukan penelitian di SD

Laboratorium Satya Wacana, selanjutnya guru kelas II yang bertugas untuk

42

mengajarkan materi pembelajaran matematika dengan Metode Demonstrasi, dan

yang terakhir observer yaitu guru kelas IV yang bertugas mengobservasi jalannya

proses pembelajaran dengan tujuan agar dapat diketahui bahwa pembelajaran

menggunakan metode demonstrasi sudah berjalan baik, sesuai dengan pengertian

metode demonstrasi sendiri yaitu metode pembelajaran yang menunjukkan benda

atau proses tentang sesuatu yang sedang dipelajari di dalam kelas dengan disertai

penjelasan singkat dari guru dan peran serta siswa dalam pembelajaran sesuai

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) matematika yang telah dibuat.

Guru dan siswa sudah melakukan pembelajaran demonstrasi sesuai dengan

langkah-langkahnya. Tetapi pada pertemuan ketiga, guru tidak meminta siswa

untuk mempresentasikan hasil di depan kelas dikarenakan pada akhir pertemuan

ketiga ini akan diberikan posttest. Posttest yang diberikan berupa tes hasil belajar

dengan soal pilihan ganda.

Tabel 4.5

Nilai Kelas Eksperimen Menggunakan Metode Demonstrasi

Mean Total Mean Laki-laki Mean Perempuan

Pretest 44,8333 46.8333 43.5000

Posttest 73,500 79.8333 69.2778

Gain 28.6667 33 25.7778

Total mean pretest yang didapat pada kelas eksperimen dengan

menggunakan metode demonstrasi adalah sebesar 44,8333, sedangkan mean

posttest yang didapat adalah sebesar 73,500. Dari tabel di atas, dapat dilihat

bahwa ada peningkatan nilai dari pretest ke posttest pada siswa laki-laki dengan

menggunakan metode demonstrasi, mean pretest meningkat dari 46,83 menjadi

79,83 pada posttest, median pretest dari 44 meningkat menjadi 78 setelah posttest.

Sedangkan peningkatan nilai dari pretest ke posttest pada siswa perempuan

dengan menggunakan metode demonstrasi, mean pretest meningkat dari 43,50

menjadi 69,278 pada posttest, median pretest dari 39 meningkat menjadi 67

setelah posttest.

43

4.3.2 Metode Konvensional

Tabel 4.6

Nilai Kelas Kontrol Menggunakan Metode Konvensional

Mean Total Mean Laki-laki Mean Perempuan

Pretest 45.5333 45.667 45.333

Posttest 58.2333 59.944 55.667

Gain 12.7 14.27 10.334

Total mean pretest yang didapat pada kelas kontrol dengan menggunakan

metode konvensional adalah sebesar 45,5333, sedangkan mean posttest yang

didapat adalah sebesar 58,2333. Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa ada

peningkatan nilai dari pretest ke posttest pada siswa laki-laki dengan

menggunakan metode konvensional, mean pretest meningkat dari 45,667 menjadi

59,944 pada posttest, median pretest dari 44 meningkat menjadi 58,5 setelah

posttest. Sedangkan peningkatan nilai dari pretest ke posttest pada siswa

perempuan dengan menggunakan metode konvensional, mean pretest meningkat

dari 45,333 menjadi 55,667 pada posttest, median pretest dari 47 meningkat

menjadi 56 setelah posttest.

4.4 Uji Hipotesis

4.4.1 Hasil Uji Normalitas Data

4.4.1.1 Hasil Uji Normalitas Pretest

Tabel 4.7

Hasil Uji Normalitas Pretest

Eksperimen Kontrol

N Sig. N Sig.

30 0.065 30 0.136

a. Lilliefors Significance Correction

Tabel di atas menunjukkan bahwa taraf signifikan nilai pretest kelas

eksperimen (metode demonstrasi) sebesar 0,065 dan kelas kontrol (metode

44

konvensional) sebesar 0.136. Hasil uji data pretest Kolmogorov-Smirnov lebih

besar dari signifikan 0,05 (sig. > 0,05), sehingga sebaran data nilai pretest

dinyatakan terdistribusi normal.

4.4.1.2 Hasil Uji Normalitas Posttest

Tabel 4.8

Hasil Uji Normalitas Posttest

Eksperimen Kontrol

N Sig. N Sig.

30 0.200 30 0.091

Tabel di atas menunjukkan bahwa taraf signifikan nilai posttest kelas

eksperimen sebesar 0,200 dan kelas kontrol (metode konvensional) sebesar 0.091.

Hasil uji data posttest Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari signifikan 0,05 (Sig.

> 0,05), sehingga sebaran data nilai posttest dinyatakan terdistribusi normal.

4.4.2 Hasil Uji Homogenitas Data

4.4.2.1 Hasil Uji Homogenitas Pretest

Tabel 4.9

Hasil Uji Homogenitas Pretest

Eksperimen Kontrol

N N Sig. Based on Mean

30 30 0.120

Tabel uji homogenitas pretest di atas menunjukkan bahwa signifikan

(based on Mean) sebesar 0,120, yang berarti lebih besar dari 0,05 (Sig. > 0,05),

sehingga dapat dinyatakan bahwa subyek penelitian ini mempunyai varian pretest

yang homogen.

4.4.2.2 Hasil Uji Homogenitas Posttest

Tabel uji homogenitas posttest di bawah menunjukkan bahwa signifikan

(based on Mean) sebesar 0,091, yang berarti lebih besar dari 0,05 (Sig. > 0,05),

sehingga dapat dinyatakan bahwa subyek penelitian ini mempunyai varian posttest

yang homogen.

45

Tabel 4.10

Hasil Uji Homogenitas Posttest

N N Sig. Based on Mean

30 30 0.091

4.4.3 Hasil Uji Anova Dua Arah

Tabel 4.11

Hasil Uji Analisis Data Anova Dua Arah

4.4.3.1 Uji Hipotesis 1

Terdapat pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar

matematika pada siswa kelas II SD Laboratorium Satya Wacana.

Ho: Tidak ada pengaruh penerapan metode demonstrasi dengan penerapan metode

konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa kelas II.

Ha: Ada pengaruh penerapan metode demonstrasi dengan penerapan metode

konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa kelas II.

Dasar pengambilan keputusan berdasarkan signifikan (Sig.) adalah:

1. Apabila Sig. > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

2. Apabila Sig. < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Dari data hasil penelitian pada tabel 4.11 di atas, pada kolom metode

didapat harga Sig. Metode = 0.000, sehingga harga Sig. ini lebih kecil dari 0,05

(Sig. < 0,05). Maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti dalam penelitian ini

ada pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar matematika

pada siswa kelas II SD Laboratorium Satya Wacana.

Source df Mean

Square

F Sig.

Metode 1 4040.100 26.147 .000

JKelamin 1 792.100 5.126 .027

Metode*

JKelamin

1 141.878 .918 .342

Error 56 154.516

Total 60

46

Tabel 4.12

Perbandingan Mean Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Mean Pretest 44.8333 45.5333

Posttest 73.500 58.2333

Gain 28.6667 12.7

Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan mean pada kelas eksperimen

yang menggunakan metode demonstrasi. Dari mean pretest kelas eksperimen

adalah 44,8333 meningkat menjadi 73,500 pada posttest atau meningkat sebesar

28,6667. Sedangkan pada kelas kontrol meningkat sebesar 12,7 dari mean pretest

45,5333 menjadi 58,2333 pada posttest.

Deskripsi data di atas menunjukkan bahwa pada kelas yang menggunakan

metode demonstrasi mempunyai mean posttest yang lebih tinggi dibandingkan

dengan mean posttest metode konvensional, dan juga peningkatan mean dari

pretest sampai dengan posttest pada kelas yang menggunakan metode demonstrasi

lebih besar daripada peningkatan mean pada kelas kontrol. Ini membuktikan

bahwa metode demonstrasi berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar

matematika siswa lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional.

4.4.3.2 Uji Hipotesis 2

Terdapat pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar

matematika ditinjau dari perbedaan jenis kelamin pada siswa kelas II SD

Laboratorium Satya Wacana.

Ho: Tidak ada pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar

matematika antara siswa laki-laki dan perempuan pada siswa kelas II SD

Laboratorium Satya Wacana.

Ha: Ada pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar

matematika antara siswa laki-laki dan perempuan pada siswa kelas II SD

Laboratorium Satya Wacana.

Dasar pengambilan keputusan berdasarkan signifikan (Sig.) adalah:

1. Apabila Sig. > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak

2. Apabila Sig. < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

47

Dari data hasil penelitian pada tabel 4.11 di atas, pada kolom jenis kelamin

didapat harga Sig. Jenis Kelamin = 0.027, sehingga harga Sig. ini lebih kecil dari

0,05 (Sig. < 0,05). Maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti dalam

penelitian ini ada pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar

matematika antara siswa laki-laki dan perempuan pada siswa kelas II SD

Laboratorium Satya Wacana.

Tabel 4.13

Perbandingan Mean Hasil Belajar Dengan Metode Demonstrasi Ditinjau Dari

Jenis Kelamin

Metode Demonstrasi

Laki-laki Perempuan

Mean Pretest 46.8333 43.5000

Posttest 79.8333 69.2778

Gain 33 25.7778

Hal ini terbukti dari rata-rata nilai pretest dan posttest pada kelompok laki-

laki dan kelompok perempuan pada kelas eksperimen. Mean pretest siswa laki-

laki kelas eksperimen adalah 46.8333 meningkat menjadi 79.8333 pada posttest

atau mengalami peningkatan sebesar 33. Sedangkan siswa perempuan kelas

eksperimen meningkat sebesar 25,7778 dari mean pretest 43.5000 menjadi

69.2778 pada posttest. Deskripsi data di atas menunjukkan bahwa mean posttest

siswa laki-laki lebih tinggi daripada mean posttest siswa perempuan. Mean

posttest laki-laki sebesar 79,8333 sedangkan siswa perempuan hanya 69,2778

yang berarti pada penggunaan metode demonstrasi siswa laki-laki mempunyai

hasil belajar matematika yang lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan.

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis pada nilai pretest pada siswa kelas II SD

Laboratorium Satya Wacana menunjukkan bahwa kedua kelas, yaitu kelas II A

dan II B pada SD Laboratorium Satya Wacana mempunyai varians nilai yang

homogen pada angka Sig. 0,120. Ini membuktikan bahwa kedua kelas tidak

berbeda secara signifikan. Setelah mengetahui bahwa kelas II A dan II B tidak

berbeda secara signifikan, maka peneliti menentukan kelas II B sebagai kelas

48

eksperimen dengan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi, sedangkan

kelas II A digunakan sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran menggunakan

metode konvensional.

Waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran pada masing-masing

kelas, yaitu kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional dan kelas

eksperimen yang menggunakan metode demonstrasi adalah 3 kali pertemuan (6

jam pelajaran). Berdasarkan hasil observasi pembelajaran yang dilakukan,

didapatkan bahwa proses pembelajaran pada kelas eksperimen berlangsung

dengan baik, mulai dari aspek persiapan, kegiatan inti dan kegiatan akhir

dinyatakan baik dan sesuai dengan prosedur dalam pembelajaran metode

demonstrasi. Selanjutnya, siswa pada masing-masing kelas diberikan posttest

dengan soal yang sama.

Setelah dilakukan uji dengan anova dua arah ternyata pada variabel

metode mempunyai signifikansi 0,000 atau Sig. < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha

diterima, yang berarti dalam penelitian ini ada pengaruh penerapan metode

demonstrasi dengan penerapan metode konvensional terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas II SD Laboratorium Satya Wacana. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pada kelas yang menggunakan metode demonstrasi

mempunyai mean posttest yang lebih tinggi dibandingkan dengan mean posttest

metode konvensional, dan juga peningkatan mean dari pretest sampai dengan

posttest pada kelas yang menggunakan metode demonstrasi lebih besar daripada

peningkatan mean pada kelas dengan menggunakan metode konvensional. Ini

membuktikan bahwa metode demonstrasi berpengaruh terhadap peningkatan hasil

belajar matematika siswa lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Nurhidayat

(2010) dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kreativitas

Pembelajaran Matematika Dalam Menentukan Letak Suatu Benda Pada Diagram

Kartesius Melalui Penggunaan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas VI SD

Negeri 1 Gesikan”. Berdasarkan hasil penelitian Nurhidayat disimpulkan bahwa

metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran diperoleh hasil bahwa

49

sebesar 96,3% dari total keseluruhan siswa telah dinyatakan tuntas dalam

mengikuti pembelajaran matematika kompetensi dasar menentukan posisi titik

dalam sistem koordinat. Selain itu ada beberapa kelebihan metode demonstrasi

menurut Bahri dan Aswan (2010) adalah:

1. Dapat membimbing siswa kearah berfikir satu saluran pikir.

2. Dapat untuk mengurangi kesalahan karena diterapkan pada waktu itu juga.

3. Perhatian siswa terpusat pada hal-hal yang dianggap penting.

4. Permasalahan yang terpendam dapat mendapatkan penjelasan langsung

guru.

Pada hipotesis kedua, setelah dilakukan uji dengan anova dua arah ternyata

pada variabel jenis kelamin mempunyai signifikansi 0,027 atau Sig. < 0,05, maka

Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti dalam penelitian ini ada pengaruh

penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar matematika antara siswa

laki-laki dan perempuan pada siswa kelas II SD Laboratorium Satya Wacana..

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelas menggunakan metode

demonstrasi, peningkatan mean dari pretest ke posttest pada siswa laki-laki lebih

tinggi dibandingkan peningkatan mean pada siswa perempuan. Ini membuktikan

bahwa pada penggunaan metode demonstrasi siswa laki-laki mempunyai hasil

belajar matematika yang lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan. Hasil

penelitian ini sejalan dengan pendapat dari Jensen (2008), yang menyatakan

bahwa laki-laki biasanya lebih unggul daripada perempuan dalam hal

keterampilan atau tugas-tugas sebagai berikut:

1. Kemampuan matematis dan penyelesaian masalah.

2. Navigasi bentuk-bentuk geometris ruang.

3. Berbagai tugas spasial.

4. Konsentrasi dan fokus yang lebih luas.

Dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran, hasil

belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Selain itu,

dengan menggunakan metode demonstrasi pada kelas heterogen, didapat hasil

bahwa hasil belajar siswa laki-laki dengan menggunakan metode demonstrasi

lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa perempuan menggunakan

50

metode demonstrasi. Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka dapat

dijelaskan beberapa implikasi teoritis dan implikasi praktis sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis:

a. Setelah membandingkan teori demonstrasi dengan penelitian ini

hasilnya adalah sejalan dan saling melengkapi. Selain itu setelah

dilakukan uji perbandingan mean pada kelas eksperimen dengan

menggunakan metode demonstrasi dan kelas kontrol menggunakan

metode konvensional didapat hasil bahwa kelas dengan pembelajaran

metode demonstrasi mempunyai hasil belajar yang lebih tinggi

dibanding kelas dengan metode konvensional. Dalam penelitian ini

terbukti bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa.

b. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapat hasil bahwa dalam

pembelajaran matematika dengan menggunakan metode demonstrasi

siswa laki-laki mempunyai hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan

dengan siswa perempuan. Jadi, di dalam pembelajaran matematika

menggunakan metode demonstrasi siswa laki-laki lebih unggul dengan

hasil belajar yang lebih tinggi.

2. Implikasi Praktis:

a. Pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat digunakan sebagai

salah satu metode pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar

siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nurhidayat

yang menyatakan bahwa metode demonstrasi dalam pembelajaran

matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam metode

demonstrasi guru mendemonstrasikan suatu proses yang di dalamnya

terkandung penyampaian materi. Selanjutnya guru meminta siswa

melakukan demonstrasi sendiri. Guru membimbing dan mengarahkan

jalannya demonstrasi yang dilakukan siswa, dan juga meminta beberapa

siswa maju untuk mendemonstrasikan sesuai petunjuk dari guru.

Dengan begitu kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif. Siswa

terlibat aktif dalam pembelajaran dan bisa menguasai materi dengan

51

baik. Maka gunakanlah metode demonstrasi jika siswa di kelas pasif

dalam kegiatan pembelajaran, dengan begitu siswa akan menjadi aktif

dan hasilnya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Jenis kelamin siswa turut menentukan hasil belajar siswa menggunakan

metode demonstrasi. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Jensen yang

menyatakan bahwa laki-laki biasanya lebih unggul daripada perempuan

dalam hal matematis dan penyelesaian masalah. Dalam kegiatan

pembelajaran menggunakan metode demonstrasi perhatikan juga jenis

kelamin siswa, yang ikut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.