BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

21
54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Kao Kecamatan Kao adalah kecamatan yang terletak di Kabupaten Halmahera Utara, Propinsi Maluku Utara. Luas daerah Kecamatan Kao adalah 111. 20 Km 2 . Kecamatan Kao terdiri dari 14 Desa, dan memiliki jumlah penduduk pada tahun 2012 sebanyak 9.203 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 4.742 dan perempuan sebanyak 4.461 jiwa. Masyarakat yang tinggal di wilayah Kecamatan Kao kebanyakan mempunyai pekerjaan sebagai nelayan, petani, dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kecamatan Kao mempunyai dua tempat layanan kesehatan yaitu 1 Puskesmas rawat inap dan 1 rumah sakit. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada penderita TB paru berupa pemeriksaan dahak yang dilakukan tenaga kesehatan Puskesmas Kao ke Desa Desa yang ada di Kecamatan Kao. Obat yang diberikan sesuai dengan lama penderita itu menderita TB paru. Tenaga kesehatan juga sering mengontrol penderita dalam mengkonsumsi obat anti-tuberkulosis secara berkesinambungan.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Kao

Kecamatan Kao adalah kecamatan yang terletak di

Kabupaten Halmahera Utara, Propinsi Maluku Utara. Luas

daerah Kecamatan Kao adalah 111. 20 Km2. Kecamatan Kao

terdiri dari 14 Desa, dan memiliki jumlah penduduk pada tahun

2012 sebanyak 9.203 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak

4.742 dan perempuan sebanyak 4.461 jiwa. Masyarakat yang

tinggal di wilayah Kecamatan Kao kebanyakan mempunyai

pekerjaan sebagai nelayan, petani, dan Pegawai Negeri Sipil

(PNS).

Kecamatan Kao mempunyai dua tempat layanan

kesehatan yaitu 1 Puskesmas rawat inap dan 1 rumah sakit.

Pelayanan kesehatan yang diberikan pada penderita TB paru

berupa pemeriksaan dahak yang dilakukan tenaga kesehatan

Puskesmas Kao ke Desa – Desa yang ada di Kecamatan Kao.

Obat yang diberikan sesuai dengan lama penderita itu

menderita TB paru. Tenaga kesehatan juga sering mengontrol

penderita dalam mengkonsumsi obat anti-tuberkulosis secara

berkesinambungan.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

55

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Gambaran Umum Riset Partisipan

Partisipan 1 adalah istri dari penderita TB paru dan

tinggal satu rumah bersama penderita dan 1 orang anak

mereka. Partisipan 2 adalah anak dari penderita TB paru

dan tinggal serumah bersama penderita dan 4 orang

anggota keluarga lainnya (partisipan, penderita TB paru,

anak laki-laki dari penderita TB dan menantu). Partisipan

3 adalah istri dari penderita TB paru, tinggal dalam satu

rumah dengan penderita, bersama 2 orang anak.

Partisipan 4 adalah istri dari penderita TB paru yang

tinggal satu rumah dengan penderita, bersama dengan 1

orang anak. Partisipan 5 adalah istri dari penderita TB

paru yang tinggal serumah dengan penderita bersama 3

orang anak.

Tabel 4.1 Data Riset Partisipan

Data Umum

Partisipan 1

Partisipan 2

Partisipan 3

Partisipan 4

Partisipan 5

Inisial partisipan

Ibu.T Nn. N Ibu.S Ibu.A Ibu.A

Umur 48 Thn 24 Thn 34 Thn 45 Thn 48 thn

Agama Kristen Kristen Kristen Kristen Islam

Status pernikahan

Sudah Menikah

Belum Menikah

Sudah Menikah

Sudah Menikah

Sudah Menikah

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga

- Ibu Rumah Tangga

Ibu Rumah Tangga

Ibu Rumah Tangga

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

56

4.2.2 Observasi Riset Partisipan

Rumah Partisipan

Dari hasil observasi pada saat wawancara

dilakukan, rumah partisipan 1 terlihat cukup bersih di

ruang tamu, tidak terlihat sampah berserakan di

lantai. Rumah partisipan adalah rumah papan,

lantainya dari tanah dan sedikit lembab, tidak

mempunyai plafon maupun ventilasi, mempunyai

ruang tamu dan terdapat 3 kamar, serta dihuni oleh 4

orang dan terdapat sinar matahari. Di dapur

partisipan, lantai terlihat kotor. Terlihat banyak ayam

yang berkeliaran.

Dari hasil observasi partisipan ke 2, rumah

partisipan terbuat dari tembok dan seng, tapi masih

dalam perbaikan. Rumah terlihat berantakan.

Terlihat banyak pakaian di ruang tengah dan diatas

tempat tidur. Rumah masih berlantai tanah dan

sedikit lembab. Terdapat 2 kamar tidur. Ada sinar

matahari yang masuk di ruang tamu dan ruangan

lain. Tetapi untuk sementara partisipan dan

penderita tinggal di rumah anaknya penderita TB

yang lain sudah menikah dan rumah mereka terbuat

dari papan, mempunyai 3 kamar dan dihuni oleh 4

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

57

orang dan rumah terlihat gelap tidak mempunyai

plafon serta berlantai tanah tapi terlihat lembab.

Hasil observasi partisipan ke-3 pada saat

dilakukan wawancara, rumah partisipan terbuat dari

papan dan seng, mempunyai lantai semen, dan

terdapat ventilasi. Di dalam rumah terdapat 2 kamar

dan dihuni oleh 4 orang. Rumah terlihat sangat kotor,

terlihat pasir dan bungkusan cemilan di lantai.

Ruangan kamar terlihat gelap dan jendela tidak

terbuka, hampir semua ruangan tidak terpapar sinar

matahari.

Rumah pertisipan 4 terbuat dari papan dan

belum selesai dikerjakan. Rumah tersebut

mempunyai 2 kamar dan dihuni oleh 3 orang. Rumah

diterangi sinar matahari dan terlihat terang di semua

ruangan. Rumah terlihat kotor dan ada genangan air

di dapur, dan lantai rumah partisipan 4 hanya dari

tanah namun kondisinya kering. Terlihat beberapa

pakaian yang digantung di jendela ruang tamu.

Dari hasil observasi pada saat wawancara di

rumah partisipan 5, terlihat rumah yang terbuat dari

tembok dan keramik. Rumah tersebut mempunyai 3

kamar dan dihuni oleh 5 orang. Saat dilakukan

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

58

wawancara rumah terlihat bersih, tidak terlihat pasir

atau sampah berserakan di lantai, mempunyai

plafon dan ventilasi di ruang tamu dan setiap

ruangan, terlihat adanya sinar matahari di ruang

tamu dan ruang tengah. Di kamar penderita jendela

tidak terbuka dan terlihat gelap.

Interaksi Penderita TB Paru dengan Masyarakat

dan Keluarga

Dari hasil observasi pada saat dilakukan wawancara,

dari 5 partsipan, terlihat sering berinterkasi dengan

masyarakat desa, dan perilaku penderita dan

masyarakat setempat seperti biasa, tidak adanya

perbedaan atau isolasi untuk penderita TB itu

sendiri. Pada waktu peneliti melakukan wawancara

penderita sempat batuk dan tidak menutup mulut.

penderita juga kalau keluar rumah tidak pernah

menggunakan masker, dan kalau batuk tidak

menutup mulut.

4.2.3 Penemuan Sub Thema Dari Verbatim

Dari Analisa Verbatim Pada Riset Partisipan Ditemukan 3

Sub Tema Yang Akan Diuraikan Terperinci Dibawah Ini.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

59

1. Pengetahuan Keluarga Terhadap Penyakit TB

Sebelum partisipan melakukan berbagai

usaha untuk pemutusan rantai penularan TB paru,

peneliti mengkaji tingkat kognitif partisipan terhadap

penyakit TB. Partisipan 1 mengatakan tahu tentang

penyakit TB dan cara penularannya. Lebih

lengkapnya dapat dilihat dalam pernyataan

partisipan dibawah ini.

(RP1)“..penyakit Tb itu penyakit tidak baik dan

menular. Penyakit itu datang dari jantung..”(14)

(RP1)“..Tb itu menular jika batuk tidak menutup

mulut. Terus saya sering mengatakan ke bapak

dahaknya itu jangan dibuang di sembarang

tempat…”(16)

Partisipan 2 waktu dikaji tentang pengetahuan

TB paru partisipan mengatakan tahu tentang

penyakit TB tetapi tidak tahu bagaimana cara

penularannya. Pernyataan partisipan dapat dilihat

dibawah ini.

(RP2)“.. yang saya tahu penyakit Tb itu

berbahaya dia menular itu saja yang kami

tahu..”(56)

(RP2)“..kami tidak tahu dia menular melalui apa,

yang kami tahu hanya penyakit Tb ini menular

tapi tidak tahu cara penularannya..”(58)

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

60

Partisipan 3 mengatakan tahu tentang penyakit

TB dan pernah mendengar bagaimana cara

penularan penyakit TB paru. Pernyataan partisipan 3

seperti dibawah ini.

(RP3)“…saya tahu penyakit Tb itu penyakit

mematikan dan menular..”(98)

(RP3)“..caranya yang kami tahu itu, dari

banyak macam cara tenaga kesehatan

mengatakan piring, gelas, sendok harus

dipisah tetapi saya tidak pisah, saya jadikan

satu. Soalnya bapak suami saya, kan tidak baik

kalau dipisah….”(100)

Partisipan 4 mengatakan tahu tentang penyakit

TB dan cara penularannya. Partisipan juga

mengatakan kalau warga desa Gol-Gol jijik dengan

mereka karena penyakit TB ini. Pernyataan

partisipan 4 seperti dibawah ini.

(RP4)“..ibu tahu penyakit bapak itu tidak baik,

dia menular, jadi orang-orang kampung sini

pada jijik dengan kami karena sakit Tb

ini…”(138)

(RP4)“…ia tahu caranya menular itu melalui

dahak yang kami buang dan tidak ditutup..”

(140)

Partisipan 5 mengatakan tahu tentang penyakit

TB dan bagaimana cara penularannya. Pernyataan

partisipan 5 terlihat dibawah ini.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

61

(RP5)“..kami semua disini tahu kalau penyakit

Tb itu tidak baik, penyakit ini dapat

menular…”(180)

(RP5)“..yang kami tahu itu Tb ini bisa menular

melalui dahak dan waktu bapak sakit kami tidak

berani masuk ke kamarnya bapak..”(182)

2. Keluarga sebagai Inisiator-Kontributor

Berhasilnya pemutusan rantai penularan TB

paru, didukung juga dengan upaya-upaya keluarga

terhadap penderita dalam mencegah penularan TB

paru sehingga penyakit TB paru tidak tertular ke

orang lain maupun keluarga.

Usaha-usaha yang dilakukan partisipan 1 dan

keluarga yaitu dengan selalu mengingatkan

penderita tentang bagaimana penderita harus

mencegah penularan penyakit TB, dan partisipan

berusaha agar rumah selalu bersih dan ada sinar

matahari yang menerangi ke dalam rumah.

(RP1)“… caranya saya menjaga kebersihan

dan membuka jendela agar sinar matahari

masuk di dalam rumah. Kalau bapak batuk saya

sering mengingatkan bapak kalau batuk harus

menutup mulut dan jangan membuang dahak di

sembarang tempat karena dapat menularkan ke

orang lain…”(22)

Partisipan 2 mengatakan tidak melakukan apa-

apa dalam mencegah penularan TB penderita. Dan

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

62

tidak ada usaha-usaha yang dilakukan partisipan

dan keluarga dalam mendukung pemutusan rantai

penularan TB paru karena kurangnya pengetahuan

terhadap bagaimana cara penularan TB paru.

(RP2)“… kami tidak melakukan apa-apa, kami

saja tidak tahu bagaimana cara penularannya

melalui apa saja, apalagi untuk

mencegahnya…”(64)

Partisipan 3 tidak terlalu banyak melakukan

usaha-usaha dalam pencegahan penularan

partisipan 3 ini hanya mengingatkan penderita TB

paru untuk tidak membuang dahak di sembarang

tempat.

(RP3)“…saya ingatkan bapak tidak boleh

buang dahak di sembarang tempat..”(106)

Usaha yang dilakukan partisipan 4 dalam

pencegahan penularan TB penderita, dengan cara

memisahkan alat makan penderita, mengingatkan

penderita tidak boleh membuang dahak di

sembarang tempat. Pernyataan selengkapnya

sebagai berikut.

(RP4)“….ibu sering mengingatkan bapak kalau

buang dahak itu jangan di sembarang tempat.

Terus piring, gelas dan alat makannya bapak

semuanya saya pisah, soalnya saya takut kami

dapat tertular. Kalau bapak selesai makan atau

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

63

minum tempat makannya saya beri abu tungku

panas dan biarkan selama 1 jam baru

dicuci…”(146)

Partisipan 5 melakukan usaha pencegahan

pada keluarga dengan memisahkan alat makan. Dan

tidak mau masuk ke dalam kamarnya penderita

karena takut penyakit TB akan menular ke keluarga.

(RP5)“…dirumah kami pisahkan alat makan

(piring, gelas, sendok) sendiri. Soalnya kami

takut sakitnya bapak menular pada kami. Kalau

bapak belum mendapat obat, kami tidak pernah

masuk ke kamar bapak. Setelah diberikan obat

sudah minum, sekarang kami sudah bisa

masuk kamarnya bapak…”(188)

3. Keluarga Memberikan Perawatan pada Penderita

TB

Upaya-upaya yang dilakukan partisipan

terkait merawat anggota keluarga yang sakit dalam

pemutusan rantai penularan TB paru dengan cara

pencegahan penularan TB paru dan usaha dalam

pengobatan penderita serta membantu penderita

untuk meningkatkan kesembuhan dari penyakit TB

paru.

Usaha yang dilakukan partisipan 1 dalam

membantu kesembuhan penderita adalah dengan

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

64

cara mengingatkan penderita untuk selalu minum

obat selain itu partisipan sering membawa penderita

untuk kontrol lagi ke Puskesmas Desa untuk

pengobatan penyakit Tb paru penderita.

(RP1)“… saya sering mengingatkan bapak

untuk teratur minum obat dan kalau obat sudah

habis saya membawa bapak kontrol lagi ke

puskesmas desa supaya dikasih obat lagi untuk

bapak..” (34)

Pada partisipan 2 tidak ada usaha yang

dilakukan partisipan atau keluarga terhadap

kesembuhan penderita TB paru. Partisipan

mengatakan yang tahu hanya ibu bidan desa dan

penderita saja. Semua keluarga tidak tahu tentang

pengobatan penderita.

(RP2)“…kami tidak lakukan apa-apa tapi bidan

desa datang dan berikan obat kepada mama,

kami sekeluarga tidak tahu apa yang harus

kami lakukan karena yang tahu hanya ibu

bidan dan mama..”(78)

Partisipan 3 mengatakan tidak ada yang

mereka lakukan dalam kesembuhan penderita,

karena penderita sudah mendapat obat dan nanti

akan sembuh sendiri.

(RP3)“…saya tidak lakukan apa-apa, saya

tahu bapak pasti sembuh karena sudah

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

65

diberikan obat dari Puskesmas dan diminum

oleh bapak…”(120)

Partisipan 4 melakukan usaha dalam

kesembuhan penderita dengan selalu mengingatkan

penderita untuk minum obat dan membawa

penderita kontrol ke Puskesmas Kao agar penderita

cepat sembuh. Penderita sudah 3 bulan mendapat

pengobatan.

(RP4)“….saya ingatkan bapak untuk selalu

minum obat dan kalau sudah jadwal kontrol

saya membawa bapak untuk kontrol, saya mau

bapak cepat sembuh. Sudah 3 bulan ini bapak

minum obat….”(146)

Usaha yang dilakukan partisipan adalah

dengan selalu mengawasi penderita untuk minum

obat dan selalu ingatkan penderita agar tidak lupa

minum obat. Dan penderita pun tidak pernah lupa

untuk minum obat. Sudah selama 5 bulan ini,

partisipan selalu mendukung dalam kesembuhan

penderita.

(RP5)“…pertama kami membawa bapak

untuk pengobatan tradisional, karena tidak

sembuh maka kami membawa ke puskesmas

Kao untuk diperiksa dan diberikan obat saya

selalu ingatkan bapak minum obat sampai

bapak sudah minum obat baru saya

tinggalkan. Dan sudah 5 bulan berjalan bapak

tidak pernah lupa untuk minum obat..”(202)

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

66

4.3 Uji Keabsahan Data

4.3.1 Triangulasi Sumber

1. Pengetahuan Keluarga Terhadap Penyakit Tb

Dari ke-4 keluarga riset partisipan dan 1

tenaga kesehatan. Partisipan 1, 3, 4 dan 5 adalah

penderita TB paru, mengatakan tahu tentang

penyakit TB paru dan bagaimana cara

penularannnya. Sedangkan untuk partisipan ke-2,

yang menjadi triangulasi adalah bidan desa itu

sendiri, dan mengatakan tahu tentang penyakit TB

dan cara penularannya, bahkan bidan desa selalu

meberitahukan informasi tentang penyakit TB pada

keluarga dan penderita.

2. Keluarga sebagai Insiator-Kontributor

Dari ke-4 keluarga partisipan dan 1 tenaga

kesehatan. Penderita TB paru, partisipan 1, 3

mengatakan untuk partisipan 1 berperan dengan

mengingatkan selalu membuka jendela-jendela

ruangan rumah. Untuk partisipan 3 partisipan tidak

melakukan apa-apa dalam pencegahan penularan

TB ini. Untuk keluarga partisipan 2, 4 dan 5 keluarga

menyiapkan tempat dahak didalam kamar. Partisipan

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

67

2 yang dikatakan bidan desa bahwa penderita

menaruh baskom berisi abu tungku panas untuk

tempat pembuangan dahak, partisipan 4

memasukan baskom berisi pasir di dalam kamar dan

partisipan 5 memasukan kaleng cat untuk tempat

dahak penderita.

3. Keluarga Memberikan Perawatan pada Penderita

TB.

Penderita partisipan 1, 3, 4 dan 5

mengatakan partisipan dan keluarga membantu

penderita dalam kesembuhan, dengan membawa

kontrol dan selalu mengingatkan penderita untuk

minum obat secara teratur dan penderita juga tidak

lupa untuk meminum obat. Sedangkan untuk

partisipan 2 keluarga memang tidak tahu tentang

pengobatan, karena yang selalu mengantarkan obat

ke penderita adalah bidan desa setempat. Jadi

keluarga atau partisipan 2 tidak terlalu tahu dengan

pengobatan penderita.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

68

4.4 Pembahasan

Dari hasil analisa data di atas didapatkan bahwa

pengetahuan keluarga tentang penyakit TB paru dan cara

penularan TB paru yaitu; pengetahuan partisipan 1, 2, 3, 4 dan

5 tentang pengertian TB paru masih minim. Sejauh yang

peneliti lihat dan dengar ketika wawancara bahwa partisipan 1

sampai 5 hanya mengetahui kalau penyakit TB paru itu

menular, dan tidak tahu penyebab dari penyakit TB paru.

Peneliti bisa katakan belum tahu karena dilihat dari perkataan

partisipan 1 kalau penyakit TB itu menular dan penyakit TB

paru datang dari jantung. Bila dikaitkan dengan teori

Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu,

dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan

terhadap objek tertentu. Tetapi sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui pancaindra yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Partisipan 1,

melalui hasil wawancara diketahui hanya mendapat informasi

tentang penyakit TB paru satu kali dari bidan dengan materi

yang terfokus pada penyakit TB menular, pantangan makanan

untuk penderita dan bagaimana mencegah penularan TB paru.

Partisipan 2, 3, dan 5 melalui hasil wawancara diketahui hanya

mendapat informasi satu kali dari bidan desa dengan materi

yang terfokus pada penyakit TB dapat menular. Partisipan 4,

mendapat informasi dari tenaga kesehatan Puskesmas Kao

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

69

kalau penyakit TB menular dan pantangan makanan untuk

penderita TB paru. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang. (Efendy, 2009).

Partisipan 1, 4 dan 5 tahu tentang cara penularan TB

paru karena dari pernyataan partisipan bahwa penyakit TB

paru dapat menular melalui dahak yang tidak ditutup, batuk

tidak menutup mulut dan membuang dahak di sembarang

tempat. Pernyataan ini sesuai dengan teori pencegahan TB

paru yaitu pencegahan penularan TB paru dapat diinstruksikan

melalui pentingnya menjaga kebersihan, menutup mulut dan

hidung ketika batuk dan bersin, membuang tisu bekas pakai

dengan baik dan bagi penderita TB paru jangan membuang

dahak di sembarang tempat. Cara membuang dahak yang

benar yaitu, menimbun dahak dengan tanah/pasir, tampung

dahak dalam kaleng berisi lisol, air sabun, spritus, dan dapat

dibuang di lubang WC. (Asih, 2004). Sedangkan partisipan 2

tidak tahu bagaimana cara penularan TB paru. Partisipan 2

kurang terpapar dengan informasi-informasi tentang penyakit

TB paru. Partisipan 2 hanya mendapat informasi kalau

penyakit TB paru dapat menular tetapi tidak dengan informasi

bagaimana cara penularannya. Partisipan 3 mendapat

informasi kalau penyakit TB ini dapat menular melalui alat

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

70

makan penderita penyakit tuberkulosis paru. Pernyataan

partisipan 3 tidak sesuai dengan teori. Menurut Muttaqin

(2008), penularan pertama penyakit TB paru disebabkan

bakteri Mycobacterium tuberculosis yang terdapat dalam

droplet (percikan dahak) yang dikeluarkan penderita TB paru

sewaktu batuk, bersin bahkan saat berbicara.

Dengan adanya pengetahuan keluarga tentang

bagaimana cara penularan TB paru dan penyakit TB paru itu

sendiri, maka dengan begitu keluarga akan melakukan upaya

pencegahan dan pengobatan untuk pemutusan rantai

penularan TB paru. Menurut Sukana & Manalu (2011), faktor

pengetahuan pada keluarga sangatlah penting dalam

penularan TB paru. Dengan kurangnya pengetahuan keluarga

tentang TB paru maka akan menunjukkan suatu perilaku yang

tidak baik antara lain kebiasaan penderita meludah di

sembarang tempat, batuk tanpa menutup mulut, dan

pengobatan yang tidak teratur.

Upaya pencegahan yang dilakukan partisipan 3, 4 dan 5

cukup baik, dalam melakukan perannya sebagai anggota

keluarga dalam mengingatkan penderita TB paru untuk tidak

membuang dahak di sembarang tempat dan memisahkan alat

makan penderita. Adapun partisipan 1 melakukan perannya

sebagai anggota keluarga dalam pemutusan rantai penularan

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

71

dengan baik. Hasil observasi peneliti, menunjukan bahwa

rumah yang ditempati partisipan 1 terlihat bersih, tidak terlihat

sampah yang berhamburan di lantai, dan terdapat sinar

matahari yang menerangi rumah pada setiap ruangan yang

ada. Partisipan 1 juga melakukan perannya sebagai istri dan

anggota keluarga dalam mengingatkan penderita TB paru

untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat dan kalau

batuk harus menutup mulut. Partisipan 4 dan 5 menyediakan

tempat dahak untuk penderita TB paru di dalam kamar, seperti

baskom berisi pasir, dan kaleng cat kosong. Tindakan yang

dilakukan partisipan 4 dan 5 ini tidak sesuai dengan teori,

sehingga dapat memungkinkan terjadinya penularan pada

anggota keluarga lainnya atau orang lain. Adapun cara

membuang dahak yang benar yaitu, menimbun dahak dengan

tanah/pasir, tampung dahak dalam kaleng berisi lisol, air

sabun, spritus dan membuang dilubang WC (Asih, 2004).

Partisipan 2 tidak melakukan apa-apa dalam pemutusan

rantai penularan ini, sehingga bisa dilihat peran keluarga untuk

partisipan 2 tidak baik karena kurangnya informasi tentang

penyakit TB paru dan pengetahuan partisipan terhadap

penyakit TB paru, dan juga bisa dikatakan tidak baik karena

terkait dengan hasil penelitian Lukman (2002) mengatakan

keluarga yang mempunyai strategi koping yang baik, akan

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

72

berpengaruh bagi keluarga dalam mempertahankan keutuhan

keluarga, kerja sama dan rasa optimis dalam menghadapi

keadaan. Dalam hal ini strategi koping dipengaruhi oleh

pendidikan dan pengetahuan keluarga, sikap keluarga,

ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan, serta persepsi

keluarga terhadap penyakit TB paru itu sendiri. Oleh karena itu

kepatuhan penderita TB paru dalam pengobatan, berhubungan

dengan strategi koping dan tingkat stress penderita.

Selain peran keluarga dalam melakukan upaya

pencegahan dalam pemutusan rantai penularan TB paru,

pengobatan juga temasuk dalam pemutusan rantai penularan.

Dengan begitu tujuan utama pengobatan penderita TB paru

adalah menurunkan angka kematian dan kesakitan serta

mencegah penularan dengan cara menyembuhkan penderita

TB paru dan strategi penanggulangan TB paru DOTS (Directly

Observed Treatmen Short-Course) (Depkes RI, 2009).

Peran partisipan 1 dan 4 cukup baik dalam membantu

pengobatan penderita TB. Dikatakan cukup baik karena

partisipan 1 dan 4, melakukan peran sebagai pengingat untuk

penderita agar penderita tidak lupa untuk meminum obat.

Partisipan 1 dan 4 juga membawa penderita untuk kontrol ke

Puskemas supaya penderita TB paru cepat sembuh. Partisipan

5 melakukan dengan cukup baik. Usaha dalam pengobatan

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

73

yang dilakukan partisipan 5 dalam menyembuhkan penderita

TB paru dengan mencoba pengobatan-pengobatan tradisional

untuk kesembuhan penderita TB paru. Ketika upaya

pengobatan tradisional tidak sembuh, partisipan membawa

penderita Tb paru pergi ke Puskesmas diperiksa dan diberikan

obat. Peran partisipan 5 dalam pengobatan juga cukup baik,

karena partisipan 5 berperan sebagai Pengawas Menelan Obat

(PMO) untuk penderita TB paru. Hal ini tampak dalam

pernyataan partisipan 5 yang menjaga penderita sampai

selesai meminum obat baru keluar dari kamarnya. Menurut

Widayanti (2012), dukungan keluarga yang diterima penderita

TB paru dipengaruhi oleh penilaiannya terhadap peran

keluarga dalam mendorong kesembuhan penderita. Partisipan

5 juga menyadari perannya sebagai PMO, yang harus

mendorong kesembuhan penderita dengan baik. Persepsi

terhadap dukungan keluarga sebagai PMO adalah pandangan

dan penilaian penderita TB terhadap interaksi dengan keluarga

berupa informasi, perhatian, dorongan, dan bantuan dari PMO

sehingga memunculkan kualitas hubungan yang dapat

mempengaruhi kesembuhan penderita. Sedangkan partisipan

2 dan 3 tidak melakukan usaha pengobatan dalam mendukung

kesembuhan penderita TB paru. Partisipan 2 memiliki

keterbatasan pengetahuan terkait pengobatan dan kurang

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6724/4/T1_462008066_BAB IV.pdf · paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.

74

mendapat informasi. Partisipan 3, tidak melakukan apa-apa

dalam membantu kesembuhan penderita karena partisipan

juga tidak tahu bagaimana harus melakukan perannya sebagai

PMO, dan keterbatasan pengetahuan terkait penyakit TB paru

sehingga membuat partisipan 2 dan 3 tidak melakukan apa-

apa dalam membantu pemutusan rantai penularan TB paru

dengan cara pengobatan.