BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum lokasi Penelitian
4.1.1 Letak Geografis
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara memiliki enam kecamatan yaitu,
Kecamatan Pinogaluman, Kecamatan Kaidipang, Kecamatan Bintauna,
Kecamatan Sangkub, Kecamatan Bolangitang Timur, dan Kecamatan Bolangitang
Barat. Awalnya kecamatan Bolangitang Barat dan Kecamatan Bolangitang Timur
merupakan satu Kecamatan yaitu kecamatan Bolangitang. Namun dengan adanya
program otonomi daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah, maka pada tahun
2009 kecamatan Bolangitang dimekarkan menjadi dua kecamatan yaitu
kecamatan Bolangitang Timur dan Kecamatan Bolangitang Barat dengan Luas
wilayah 293.75 km2, dan mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan laut sulawesi
Sebelah Selatan berbatasan dengan provinsi Gorontalo
Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Kaidipang
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bolangitang Timur
Secara Administrasi Kecamatan Bolangitang Barat terdiri dari 18 desa
dengan luas wilayah masing-masing desa dapat di lihat pada lampiran 1 halaman
58.
4.1.2 Kondisi Demografis
a. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Bolangitang Barat sampai Februari 2013
sesuai dengan data kecamatan berjumlah 15.154 jiwa yang terdiri dari 3.997 KK
dan tersebar pada 18 desa. Dari 18 desa yang ada dikecamatan Bolangitang Barat
jumlah penduduk terbanyak adalah desa Sonuo dengan jumlah penduduk 1.661
jiwa. Dan jumlah penduduk paling sedikit adalah desa Tanjung Buaya dengan
jumlah penduduk sebanyak 372 jiwa.
Dari jumlah penduduk yang mendiami kecamatan Bolangitang Barat maka
penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan
penduduk berjenis kelamin perempuan. Ini terbukti bahwa jumlah penduduk
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4.905 jiwa dan jumlah penduduk berjenis
kelamin perempuan jumlahnya sebanyak 4.622 jiwa. Untuk mengetahui jumlah
penduduk kecamatan Bolangitang Barat menurut jenis kelamin per desa dapat
dilihat pada lampiran II halaman 59.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah kunci dalam pembangunan Sumber Daya
Manusia yang mempunyai kesanggupan dalam mengelolah aset-aset bangsa atau
sumber daya alam, mampu menciptakan lapangan kerja yang nantinya akan
mensejahterakan bangsa. Sumber Daya Manusia yang dimaksud adalah yang
memiliki kemampuan dan keterampilan tidak hanya bersifat teknik saja tetapi juga
yang bersifat keahlian dan kemampuan mengorganisir.
Pendidikan juga senantiasa memberikan andil yang cukup besar dalam
upaya turut mencerdaskan kehidupan bangsa dari perpecahan. Dalam upaya
mengembangkan suatu daerah pada umumnya pendidikan sangat penting, karena
dengan pendidikan maka sumber daya manusia dapat dikembangkan. Lebih
jelasnya, data penduduk kecamatan Bolangitang Barat dari segi pendidikan dapat
dilihat pada lampiran 3 halaman 60.
Berdasarkan data dilapangan yang dicantumkan pada tabel diatas dapat
dilihat bahwa tingkat pendidikan di Kecamatan Bolangitang Barat masih sangat
minim sebab banyak penduduk yang hanya menyelesaikan studi di bangku
pendidikan SD, SLTP. SLTA yang tidak lagi melanjutkan studi ke jenjang yang
lebih tinggi yaitu strata satu ( S-I) dan seterusnya.
Selain jumlah penduduk seusia dengan tingkat pendidikan, adapun
lembaga pendidikan formal yang telah disediakan pemerintah di Kecamatan
Bolangitang Barat sebagaimana yang dicantumkan dalam lampiran 4 halaman 61.
c. Mata Pencaharian
Kecamatan Bolangitang Barat sebagai daerah agraris, oleh sebab itu
pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduknya. Masyarakat
yang menggantungkab hidup dari hasil bercocok tanam (Tani) jumlahnya 60%.
Selain tanaman pangan, seperti padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, dan kacang
kedelai, penduduk menanam pula sayur-sayuran, seperti cabe, terong, kacang
panjang dan bayam. Pisang, durian, langsat, jeruk, pepaya, mangga, nagka, dan
Rambutan adalah jenis buah-buahan yang mereka budidayakan. Disamping itu
juga masyarakat bolangitang Barat menanam kelapa, cenkih, coklat, dan pala
sebagai tanaman tahunan. Selain bercocok tanam ada sebagian penduduk yang
bergerak dalam sektor nelayan yang berkisar 10%, pedagang 10%, buruh 10%,
dan pegawai negeri sipil 10%. Presentase dari perbandingan mata pencaharian
masyarakat kecamatan Bolangitang Barat ternyata kebanyakan masyarakat yang
memenuhi kebutuhan hidup diluar dari negeri sipil.
4.2 Sajian Data
4.2.1 Persepsi Masyarakat Tentang Adat Perkawinan Antar Kerabat Dekat
Islam senantiasa menganjurkan umatnya untuk melaksanakan perkawinan,
karena perkawinan merupakan sunnatullah, perkawinan merupakan jalan yang
paling mulia bagi laki-laki maupun permpuan untuk menyalurkan kebutuhan
biologisnya dan untuk melanjutkan keturunannya. Melaksanakan perkawinan
merupakan suatu bukti ketaatan kepada Allah dan RasulNya, karena banyak ayat
Allah dan hadist Nabi yang menganjurkan setiap umatnya untuk melakukan
perkawinan. Sekalipun demikian seseorang tidaklah bebas saja untuk menentukan
pilihannya, karena di dalam syari‟at Islam terdapat ketentuan-ketentuan tentang
siapa-siapa yang haram dinikahi.
Seperti halnya pada masyarakat Bolangitang Barat sering terjadi perkawinan
antar kerabat dekat misalnya perkawinan antar sepupu, satu marga, atau garis
keluarganya dekat tapi bukan sedarah kandung. Menurut pandangan tokoh agama
bapak S.A Baguna (wawancara tanggal 17April )bahwa perkawinan antar kerabat
dekat tidak ada halangan bagi laki-laki dan perempuan yang terikat tali hubungan
persaudaraaan sepupu melangsungkan perkawinan. Menurut syari‟at Islam
hukumnya adalah mubah ( boleh ), karena tidak dijumpai dalam Al-Qur‟an dan
Hadis yang secara tegas menganjurkan atau melarang perkawinan antara saudara
sepupu. Akan tetapi dalam syari‟at Islam dijelaskan bahwa perkawinan antara
orang yang jauh sunnah hukumnya. Hal ini berarti bahwa syari‟at Islam, demi
kemaslahatan, menganjurkan untuk menghindari perkawinan antara saudara
sepupu yang hubungan kekerabatannya sangat dekat.
Pada agama islam disunatkan ketika memilih calon pasangan hidup agar
mencari orang yang bukan kerabat dekatnya, seperti sepupunya sendiri. Dan
disunatkan untuk menikahi wanita yang sama sekali tidak memiliki hubungan
kekerabatan atau masih kerabat tapi kerabat jauh. Alasannya, karena salah satu
tujuan dari pernikahan adalah untuk menyambungkan hubungan antara orang-
orang dari berbagai suku dan daerah yang berbeda sebagaimana dikatakan oleh
Syekh Az-Zanjani, dan biasanya anak yang dilahirkan dari perkawinan antar
kerabat dekat itu badannya kurus, karena lemahnya syahwat seseorang terhadap
orang yang masih kerabat dekatnya sendiri.
Begitupula Menurut pandangan tokoh agama bapak Kamdi Baguna
(wawancara tanggal 17April )perkawinan antar kerabat dekat boleh dilaksnakan.
Walaupun kedua pasangan tersebut masih memiliki hubungan kerabat dekat
misalnya sepupu jika mereka saling menyetujui atau saling mencintai maka boleh
dilaksanakan perkawinan karena dalam agama islam diperbolehkan melaksanakan
perkawinan yang masih ada hubungan kerabat dekat asalkan bukan saudara
kandung yang tidak diperbolehkan.
Menurut pandangan tokoh adat bapak H. M.P Pamili (wawancara tanggal
18April ) bahwa perkawinan antar kerabat dekat itu boleh dilaksanakan dan
hukumnya sah akan tetapi prosesi pelaksanaan perkawinan tesebut harus
dilaksanakan dengan adat-adat tertentu yang ada di Kecamatan Bolangitang Barat
karena menurut kepercayaan masyarakat yang ada di bolangitang barat
perkawinan antar kerabat dekat ini bisa mendatangkan musibah bagi kedua
mempelai tersebut atau bisa juga pada keturunannya.
Menurut pandangan tokoh masyarakat bapak Jamdin Lauma (wawancara
tanggal 18April ) perkawinan antar kerabat dekat itu sah-sah saja dilaksanakan.
Jika ada perkawinan antar kerabat dekat bukanlah masalah yang besar karena
perkawinan perkawinan tidak hanya menyatukan dua orang manusia yang berbeda
jenis kelamin akan tetapi lebih mempererat tali silaturahmi antar kedua keluarga
masing-masing.
Begitupula menurut pandangan tokoh masyarakat bapak Sukriman Suli
(wawancara tanggal 18April ) bahwa perkawinan antar kerabat dekat itu memang
boleh dilaksanakan dan itu pun tidak ada larangan dalam perkawinan antar kerabat
dekat itu. Dengan adanya perkawinan tersebut maka akan menambah jumlah
anggota keluarga baru yang terjalin dalam kekerabatan Sistem pengetahuan yang
ada didalam pernikahan keluarga adalah saling kenal mengenal dan memahami
karakter masing-masing pasangan.
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi di lapangan bahwa
perkawinan antar kerabat dekat itu sering terjadi di daerah bolangitang barat hal
ini di karenakan selain dengan adanya perjodohan antara keluarga yang sering
melakukan perkawinan antar kerabat, dengan alasan untuk lebih mempererat tali
silaturahmi antar kedua keluarga masing-masing juga adanya rasa saling
mencintai diantara kedua pasangan tersebut yang menjadi salah satu penyebab
terjadinya perkawinan antar kerabat dekat. Dalam islamtidak dilarang adanya
perkawinan antar kerabat dekat misalnya sepupu, satu marga dan memiliki garis
keluarganya dekat asalkan bukan yang saudara kandung.
Sebagaimana yang Allah tegaskan dalam firman-Nya QS. Al-Ahzab:
50“Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu
yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang
termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah
untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki
bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak
perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara
perempuan ibumu.”
Ayat ini secara tegas menujukkan bolehnya menikahi saudara
sepupu.Syaikh abdurrahman as-Sa‟di mengatakan:Allah berfirman sebagai bentuk
kemurahan kepada Rasul-Nya, bahwa Allahmenghalalkan bagi Rasul-Nya sesuatu
yang Allah halalkan bagi orang beriman lainnya (yaitu menikahi sepupu). ayat ini
mencakup semua paman dan bibi dari bapak maupun ibu, yang dekat maupun
yang jauh.
Hal ini juga di tegaskan dalam surat An‟ Nisa ayat 23 yang artinya :
“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan,
saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang
perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu
yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki,
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibu yang
menyusukan kamu, saudara perempuan sepersusuan, ibu-ibu isterimu (mertua),
anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaan kamu dari isteri yang kamu
campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu
ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya, (dan diharamkam bagimu)
isteri-isteri anak kandungmu(menantu), dan menghimpunkan (dalam perkawinan)
dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masalampau,
sesunggguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Pernikahan itu disyariatkan dengan tujuan untuk merekatkan ukhuwah, dan
memperbanyak ikatan persaudaraan antar sesama, karena pernikahan itu secara
otomatis akan mengikatkan tali kekeluargaan antara keluarga calon pengantin
putra dan putri, dan tentunya setiap keduanya pasti memiliki sanak saudara, dan
jika pernikahan itu terjalin maka bertambahlah jumlah anggota keluarga dan sanak
saudara.
4.2.2 Makna dan Simbol dari Perkawinan Antar Kerabat Dekat
Berbicara mengenai simbol maka erat kaitannya dengan makna karena
tindakan-tindakan simbolik bermaksud untuk menyederhanakan suatu yang punya
makna yaitu apa yang oleh simbol tersebut harus dicari melalui intrepertasian
terhadapnya.Makna simbolik benda dalam adat perkawinan sebagai salah satu
karya sastra (budaya), menawarkan permasalahan manusia dan kemanusiaan,
hidup dan kehidupan. Namun hal itu dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai
dengan tujuannya yang sekaligus memasukkan unsur-unsur nilai religius dan
memang segala sesuatu itu berdasarkan kepada suatu yang religius Begitu pula
dengan upacara adat perkawinan antarkerabat dekat oleh masyarakat Bolangitang
Barat sangat erat dengan simbol baik simbol berupa aktifitas atau perilaku maupun
simbol berupa benda yang dipercayai oleh masyarakat memiliki kemanpuan
spiritual yang dapat mengubah hidup manusia.Pernikahan antar kerabat dekat bisa
memicu penyakit keturunan.Islam tidak melarang pernikahan dengan kerabat
dekat yang memang dibolehkan untuk dinikahi.Selama kedua pihak memang
menghendaki pernikahan tersebut, dan tidak didapati halangan medis yang
diketahui secara pasti.
Perkawinan antar kerabat dekat yang terjadi pada masyarakat bolangitang
barat memiliki makna dan symbol tertentu yang sudah dipercayai sejak lama
misalnya, penggunaan piring berwarna putih.Penggunaan piring yang berwarna
putih ini sudah dilaksanakan sejak turun temurun dalam pelaksanaan perkawinan
antar kerabat dekat misalnya perkawinan antar sepupu, satu marga atau garis
keluarganya dekat. Seperti yang dikatakan oleh bapak H. M.P Pamili sebagai
pemangku adat (wawancara 18 april) pelaksanaan perkawinan antar kerabat dekat
prosesinya sama dengan pelaksanaan perkawinan yang tidak memiliki hubungan
kerabat dekat akan tetapi yang membedakan disini yaitu sebelum pengantin
diantar kepelaminan didepan pintu pemangku adat harus memecahkan 2 piring
putih yang dibungkus dengan kain putih. Dua piring putih ini memiliki makna
agar kedua mempelai terhindar dari berbagai macam musibah. Karena menurut
kepercayaan masyarakat Bolangitang Barat jika seseorang kawin dengan orang
yang masih kerabat dekatnya bisa-bisa akan terjadi musibah kepada kedua
mempelai tersebut atau pada keturunannya.
Begitupula menurut bapak H.S Hanapi selaku pemangku adat (wawancara
19 april) simbol dari perkawinan antar kerabat dekat itu adanya piring putih yang
harus dipecahkan didepan kedua pengantin sebelum pengantin itu diantar
kepelaminan. Piring putih yang digunakan ini harus piring khusus yang sudah ada
dan sering dipakai sejak zaman nenek moyang masyarakat bolangitang barat pada
zaman dahulu. Yang uniknya lagi jika hanya salah satu piring saja yang pecah
maka masyarakat dibolangitang barat mempercayai bahwa akan terjadi musibah
kepada kedua mempelai tersebut atau tidak kepada keturunannya. jadi dengan
dipecahkannya piring putih didepan kedua mempelai mempunyai makna bahwa
sebagai syarat untuk mengusir kesialan yang ada pada kedua mempelai tersebut
agar keduanya terhindar dari berbagai macam musibah dalam mengarungi rumah
tangga nanti.
Menurut bapak Yusuf Pohontu selaku tokoh agama (wawancara 19 april)
pelaksanaan perkawinan antar kerabat dekat itu sama seperti perkawinan yang
tidak memiliki hubungan kerabat dekat akan tetapi yang membedakannya adanya
piring putih yang disediakan oleh pemangku adat yang merupakan simbol dari
pelaksanaan perkawinan antar kerabat dekat itu sendiri.
Jadi berdasarkan wawancara dan hasil observasi di lapangan bahwa
penggunaan piring putih itu hanya di gunakan pada perkawinan antar kerabat
dekat sedangkan pada perkawinan yang tidak memiliki hubungan kerabat dekat
tidak menggunakan piring putih. Karena piring putih ini merupakan makna dan
symbol dari perkawinan antar kerabat dekat. pada masyarakat bolangitang barat.
perkawinan antar kerabat dekat itu boleh saja dilaksanakan dan prosesinya seperti
pada perkawinan yang tidak mempunyai hubungan kerabat dekat akan tetapi yang
membedakan disini adanya piring putih yang dibungkus dengan kain putih yang
telah disediakan oleh pemangku adat sebagai simbol dari perkawinan antar
kerabat dekat. Dan piring itu dipecahkan didepan kedua mempelai sebelum kedua
mempelai diantar kepelaminan. Makna dari piring putih tersebut sebagai pengusir
kesialan kepada kedua mempelai dan agar mereka terhindar dari berbagai macam
musibah.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Persepsi Masyarakat Tentang Adat Perkawinan Antar Kerabat Dekat
Bangsa indonesia yang terdiri dari berpuluh ribu pulau dan bermacam-
macam suku, sangat terkenal dengan beraneka ragam adat istiadatnya, terutama
dalam masalah perkawinan. Hampir setiap suku yang mendiami setiap pulau
ataupun daerah di indonesia mempunyai cara dan adat perkawinan masing-
masing. Meskipun dalam pulau atau daerah tersebut hampir semua penduduknya
memeluk satu agama. Perkawinan adalah merupakan ibadah karena dengan
perkawinan dilakukan untuk menyempurnakan separuh agamanya sebagaimana
Rasulullah saw. Bersabda :“Disaat seseorang telah menikah berarti ia telah
menyempurnakan separuh agamanya“
Bagi warga negara indonesia, perkawinan secara sah apabila memenuhi
aspek hukum agama dan hukum negara dalam hal ini undang-undang nomor 1
Tahun 1974 tentang perkawinan. Menurut undang-undang ini perkawinan
didefinisikan sebagai berikut;
“Perkawinan ialah ikatan lahir dan bathin antara seorang pria dengan seoran
wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga
yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa”.
Sementara dasar sahnya sebuah perkawinan disebut dalam undang-undang ini :
“perkawinan adalah sah apabila dilaksanakan menurut hukum masing-masing
agama dan kepercayaan itu”
Agama telah mengatur tentang tata cara menentukan orang yang akan dijadikan
pendamping hidup nanti, Rasulullah SAW bersabda: “Nikahilah wanita itu
karena empat hal, Hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya, maka
pilihlah yang beragama maka engkau akan selamat” (HR Bukhari-Muslim)
Setiap perkawinan di daerah mempunyai adat yang berbeda, Demikian
pula halnya dengan daerah Bolaang Mongondow Utara, khusunya Kecamatan
Bolangitang Barat yang penduduknya sebagian besar menganut Agama
Islam.Dalam masalah perkawinan mereka memiliki adat istiadat tertentu, yang
harus dilaksanakan sebelum terjadinya akad nikah terhadap kedua calon
pengantin.
Di Daerah Bolangitang Barat sering juga melaksanakan perkawinan antar
kerabat dekat misalnya, antar sepupu, satu marga, dan garis keluarganya dekat.hal
ini disebaban adanya faktor perjodohan maupun rasa saling suka antara kedua
pasangan tersebut dengan tujuan untuk lebih mempererat tali silaturahmi. Dan
prosesi pelaksanaan perkawinan antar kerabat dekat ini sama dengan prosesi
pelaksanaan perkawinan yang tidak memiliki hubungan kerabat dekat akan tetapi
yang membedakan disini dengan penggunaan piring putih yang dipecahkan
didepan kedua pengantin tersebut.
Menurut pandangan dalam agama islam tidak dilarang perkawinan antar
kerabat dekat ini asalkan bukan yang sedarah kandung. Akan tetapi lebih
disunatkan untuk memilih calon pasangan yang bukan dari kerabat dekat,
misalnya sepupunya sendiri. Alasannya anak yang dilahirkan dari perkawinan
antar kerabat dekat itu terlahir dengan keadaan yang tidak normal atau cacat. Hal
ini juga di dukung dengan adanya hasil temuan di lapangan yaitu adanya anak
yang terlahir cacat akibat perkawinan antar kerabat dekat yang terjadi di
bolangitang barat, dan biasanya anak yang di lahirkan dari perkawinan antar
kerabat dekat itu badannya kurus, karena lemahnya syahwat seseorang terhadap
orang yang masih kerabat dekatnya sendiri.
(www.Andtheem.blogspot.com) Pada ilmu kedokteran salah satu bahaya
yang bisa timbul dari perkawinan antar kerabat dekat adalah sulit untuk mencegah
terjadinya penyakit yang terkait dengan gen buruk orangtua pada anak-anaknya
kelak. pernikahan dengan saudara yang sangat dekat bisa meningkatkan secara
drastis kemungkinan mendapatkan dua salinan gen yang merugikan, dibandingkan
jika menikah dengan orang yang berasal dari luar keluarga. Hal ini disebabkan
masing-masing orang membawa salinan gen yang buruk dan tidak ada gen normal
yang dapat menggantikannya, sehingga pasti ada beberapa masalah yang nantinya
bisa menyebabkan anak memiliki waktu hidup pendek. Profesor Alan Bittles,
direktur dari pusat genetik manusia di Perth, Australia telah mengumpulkan data
mengenai kematian anak yang dilahirkan dari pernikahan antara sepupu dari
seluruh dunia.
Salah satu dari tujuan perkawinan adalah untuk menyambungkan
hubungan antara orang-orang dari berbagai suku dan daerah yang berbeda dan
juga untuk menjalankan salah satu kewajiban umat manusia yang harus
dilaksnakan untuk mendapatkan keturunan. Namun dalam hal ini perkawinan
yang di lakukan tidaklah asal-asalan karena untuk memperoleh keturunan yang
baik harus di lakukan dengan cara yang baik pula yaitu dengan melakukan
perkawinan menurut agama dan adat istiadat yang ada di daerah tersebut.
Namun dewasa ini seiring dengan perkembangan zaman banyak orang-
orang yang melakukan perkawinan antar kerabat dekat yang disebabkan dengan
adanya perjodohan dari para keluarga dengan alasan untuk lebih mempererat tali
silaturahmi. Seperti halnya yang terjadi di daerah bolangitang barat yang sering
melakukan perkawinan antar kerabat dekat, mereka sadar akan dampak dan akibat
yang akan terjadi jika melakukan perkawinan antar kerabat dekat sehingga dalam
melaksanakan perkawinan tersebut mereka menggunakan adat tertentu yang
mereka percayai dan sudah di lakukan sejak dulu secara turun temurun dengan
tujuan untuk mencegah dampak dan akibat dari perkawinan antar kerabat dekat
tersebut.
Berdasarkan pembahasan diatas yang merupakan hasil temuan dilapangan
mengenai perkawinan antar kerabat dekat dan akibat yang di timbulkan dari
perkawinan tersebut maka untuk mencegah dampak dan akibat yang ditimbulkan
sebaiknya seseorang yang ingin melakukan perkawinan sebaiknya mencari orang
yang bukan kerabat dekatnya atau yang tidak memilki hubungan kekerabatan.
Adapun solusi yang dapat di berikan adalah agar keluarga-keluarga
seorang muslim tidak tertutup dalam soal pernikahan. Sebuah keluarga mestinya
menjalin tali perkawinan dengan keluarga orang lain yang bukan berasal dari satu
keturunan. setiap manusia tidak mengingkari keberadaan faktor-faktor genetic
yang ikut memengaruhi keturunan. Namun, Allah menciptakan alam semesta ini
atas prinsip sebab akibat yang berlaku hanya dengan kehendak Allah.Oleh Karena
itu, sebaiknya mengikuti prinsip sebab akibat itu, dan menyerahkan hasilnya
kepada Allah sebagai satu-satunya Zat Yang Maha Bijaksana.
Selain perkawinan antar kerabat dekat pada masyarakat bolangitang barat,
juga terdapat proses perkawinan yang tidak memakai adat istiadat ataupun tidak
diikat oleh peraturan adat tersebut. Pada masyarakat Bolangitang Barat dalam
melaksanan perkawinan terbagi beberapa kriteria jalan untuk menuju ke
perkawinan yaitu:
a. Monangagu
Monangagu adalah seorang laki-laki dan seorang perempuan yang merasa
sudah ada kecocokan untuk hidup bersama (berumah tangga), mendapat tantangan
dan hambatan dari orang tua atau tidak ada biaya untuk merayakan pesta
perkawinan mereka. Maka dengan kesepakatan bersama antara laki-laki dan
perempuan tersebut, sang lelaki mengajak perempuan yang hendak dijadikan
istrinya itu ke rumah tokoh masyarakat atau pemangku adat atau Kepala Desa,
yang mereka anggap dapat menyelesaikan persoalan mereka, untuk
menyampaikan maksud dan tujuannya.
Setelah tokoh masyarakat/pemangku adat/kepala desa yang mereka
datangi itu mengetahui maksud dan tujuan mereka, maka dipanggillah orang tua si
laki-laki tersebut. Dipnggilnya orang tua laki-laki tersebut di maksudkan untuk
memberitahukan masalah anaknya. Lalu pihak keluarga laki-laki mengadakan
musyawarah untuk menentukan saat diadakan pesta perkawinan (akad).
Sedangkan untuk pihak keluarga perempuan diberitahukan bahwa anaknya tidak
perlu dicari lagi dan mereka hanya menunggu saatnya untuk “pomiya”
(perdamaian) , yaitu setelah selesai akad nikah oleh pihak keluarga laki-laki.
Sepasang pengantin baru ini, secara beramai-ramai diajak kerumah orang tua
perempuan untuk berdamai atau didamaikan. Pada pelaksanaan perkawinan
dengan jalan monangagu ini yaitu tidak ada pelaminan tidak ada kegiatan lain
seperti hatam Qur‟an, Gunting rambut dan kegiatan lainnya.
b. Monimbulo atau mo’poniko
Monimbulo atau mo‟poniko adalah apabila seorang perempuan telah
terpikat oleh seorang laki-laki, akan tetapi laki-laki tersebut hanya ingin
mempermainkannya atau hanya ingin menjerumuskan dia, maka perempuan tadi
mendatangi tokoh masyarakat atau pemangku adat atau kepala desa yang
dianggap mampu mengurus perkara mereka. Lalu perempuan tersebut melaporkan
segala perbuatan laki-laki tersebut pada dirinya. Kemudian melalui tokoh
masyarakat tadi yang ia datangi perempuan tadi menuntut tanggung jawab dari
laki-laki yang ia maksudkan „
Maka oleh tokoh masyarakat, pemangku adat atau kepala desa, laki-laki
yang dimaksudkan tadi diapnggil dan ditanyai tentang benar tidaknya laporan
perempuan itu. Dalam perkara ini bila laki-laki mengakui dan menyatakan
bertanggung jawab, maka dilangsungkanlah akad nikah untuk mereka. Namun
bila laki-laki tidak mengakui laporan tadi, maka tidak akan terjadi akad nikah.
c. Monuoto
Monuoto adalah yaitu laki-laki dan perempuan yang saling mencintai dan
ingin membina hidup bersama dalam suatu rumah tangga, namun tidak disetujui
oleh orang tua. Maka dengan sengaja laki-laki tersebut memasuki kamar
perempuan yang ia maksudkan, kemudian meninggalkan benda apa saja milik
laki-laki tersebut seperti: pisau, peci, sepatu dan lain-lain sebagai tanda atau bukti
bahwa laki-laki tersebut telah memiliki kamap perempuan yang ia maksud.
Setelah itu laki-laki tersebut mendatangi seorang yang bisa dipercaya untuk
menyampaikan hal ini pada orang tua perempuan. Adapun kejadian ini dirancang
bersama antara laki-laki dan perempuan yang saling cinta tadi. Namun tak
sepengetahuan orang tua perempuan.Dengan demikian pihak keluarga laki-laki
dan pihak perempuan bermusyawarah untuk segera melangsungkan perkawinan
(akad nikah).
d. Polakoo
Polakoo atau yang disebut dengan peminangan yaitu pihak laki-laki
mendatangi keluarga perempuan untuk meminang. Orang tua laki-laki
mengadakan pertemuan dengan orang tua perempuan yakni menyampaikan
permohonan tentang komitmen untuk berumah tangga yang otonom dari keluarga
pihak calon mempelai wanita.
Pada pelaksananan “Polakoo” atau peminangan diawal pelaksanaannya
adalah keluarga pihak calon mempelai pria mengutus salah seorang yang
diperintahkan oleh salah seorang pemangku adat yang diberi kepercayaan oleh
pihak calon mempelai pria untuk menyampaikan suatu pesan kepada kedua orang
tua calon mempelai wanita dengan mengemukakan maksud bahwa sebentar atau
satu dua hari ini akan ada seseorang yang berniat baik untuk datang berkunjung
kerumah bapakdan ibu Sudah merupakan suatu hal yang membudaya pada
masyarakat Bolangitang Barat jika sekiranya terdapat tamu yang berpenampakan
baik akan mendapat sambutan dari tuan rumah berupa sapaan sehingga secara
otomatis akan terjadi suatu dialog dalam bahasa Bolangitang.
Ditanggapinya maksud tersebut oleh orang tua perempuan maka seseorang
yang di utus oleh pemangku adat dari pihak laki-laki segera memohon diri untuk
kembali. Dalam kunjungan pertama ini pihak laki-laki belum mendapatkan
keputusan bahwa sudah diterimanya lamaran dari pihak perempuan. Sehingga
selang beberapa hari dari kunjungan pertama, maka pemangku adat dari pihak laki
akan melaksanakan kunjungan yang ke dua untuk mengetahui apakah sudah
mendapat jawaban atau kabar yang pasti. Dimana permintaan dari pihak lelaki
untuk mempersunting gadis tersebut diterima atau tidak. Bila permintaan itu
diterima, maka acaranya akan berlanjut pada tahapan berikutnya.
Pada tahapan ketiga ini merupakan kunjungan yang terakhir yang masing-
masing kedua belah pihak akan mengundang Bapak Kepala Desa, pegawai syar‟i,
pemangku adat, tokoh masyarakat dan keluarga terdekat. Adapun yang menjadi
pokok pertemuan ini adalah penyerahan lamaran, dan pada saat itu juga
dibicarakan masalah-masalah seperti penentuan harta mahar atau mas kawin,
penentuan biaya, dan pelaksanaan perkawinan.
4.3.2 Makna dan Simbol dari Perkawinan Antar Kerabat Dekat
Simbol berasal dari kata Yunani Symbolos artinya tanda atau cirri yang
memberitahukan sesuatu hal kepada orang lain bahwa simbol adalah tanda buatan
yang bukan berwujud kata-kata untuk mewakili atau menyingkat suatu artian
apapun. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, simbol berarti lambang yaitu
tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu. Sedangkan
makna mengandung arti atau maksud, suatu pengertian yang diberikan kepada
sesuatu bentuk kebahasaan.
Simbolis berarti perlambangan, sedangkan kata makna mengandung
pengertian tentang arti atau maksud tertentu.Jadi simbol merupakan bentuk
lahiriah yang mengandung maksud, sedangkan makna adalah arti yang terkandung
di dalam lambang tertentu.Dengan demikian simbol dan makna merupakan dua
unsur yang berbeda tetapi saling berkaitan bahkan saling melengkap. Kesatuan
simbol dan makna akan menghasilkan suatu bentuk yang mengandung maksud.
Lambang dan simbol juga merupakan manifestasi atau penjabaran langsung yang
bertumpu pada penghayatan terhadap jiwa dan raga yang mempunyai bentuk serta
watak dengan unsurnya masing-masing, dan sebagai wujud penjabaran batin
seseorang yang dapat berupa hasil karya seni.
Kebudayaan manusia sangat erat hubungannya dengan simbol, sehingga
manusia disebut makhluk bersimbol.mendefenisikan simbol sebagai sesuatu yang
dianggap, dengan persetujuan bersama, sebagai sesuatu yang memberikan sifat
alamiah atau mewakili atau mengingatkan kembali dengan memiliki kwalitas
yang sama atau dengan membayangkan kenyataan atau pikiran. melihat simbol
sebagai obyek sosial dalam suatu interaksi, ia digunakan sebagai perwakilan dan
komunikasi yang ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya orang
tersebut memberi arti, menciptakan dan mengubah obyek fisik (benda-benda),
kata-kata (untuk mewakili obyek fisik, perasaan, ide-ide dan nilai-nilai) serta
tindakan yang dilakukan orang untuk memberi arti dalam berkomunikasi dengan
orang lain. Pada dasarnya segala bentuk-bentuk upacara yang dilaksanakan oleh
manusia adalah sebuah bentuk simbolisme, maksud dan makna upacara itulah
yang menjadi tujuan manusia untuk memperingatinya.
Perkawinan merupakan kebutuhan fitri setiap manusia yang memberikan
banyak hasil yang penting, diantaranya adalah pembentukan sebuah keluarga
yang didalamnya seseorang pun dapat menemukan kedamaian pikiran.
Perkawinan merupakan perlindungan bagi seseorang yang merasa seolah-olah
hilang dibelantara kehidupan, orang dapat menemukan pasang hidup yang akan
berbagi dalam kesenangan dan penderitaan.
Perkawinan juga merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk
semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya perkawinan bertujuan untuk
memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan lahir batin menuju kesejahteraan
dunia dan akhirat. Menurut hukum adat, perkawinan merupakan urusan kerabat,
keluarga, persekutuan, martabat juga bisa merupakan urusan pribadi, bergantung
kepada tata susunan masyarakat yang bersangkutan. perkawinan antar kerabat
dekat atau perkawinan yang dilakukan antar sepupu (yang masih memiliki satu
keturunan) baik dari pihak ayah sesaudara (patrilineal) atau dari ibu sesaudara
(matrilineal). Kaum kerabat boleh menikah dengan saudara sepupunya karena
mereka yang terdekat dengan garis utama keturunan dipandang sebagai
pengemban tradisi kaum kerabat.
Salah satu bentuk perkawinan yang masih berlaku pada sebagian
masyarakat Bolangitang Barat adalah bentuk perkawinan antar kerabat dekat
misalnya antar sepupu satu marga dan garis keluarganya dekat. Perkawinan antar
kerabat dekat pada masyarakat Bolangitang Barat pelaksanaannya sama seperti
pelaksanan perkawinan pada umumnya yaitu adanya lamaran sekaligus penentuan
hari untuk melaksanakan perkawinan dan lain-lain akan tetapi yang
membedakannya disini adanya piring putih yang dipecahkan didepan kedua
mempelai sebelum mereka diantar kepelaminan . Dimana pelaksanaan perkawinan
antar kerabat dekat ini menggunakan piring berwarna putih sebagai simbol
pelaksanaan perkawinan antar kerabat dekat itu.
Simbol sebagai salah satu inti dari kebudayaan dan menjadi pertanda dari
tindakan manusia selalu ada dan masuk dalam segala unsur kehidupan. Simbol-
simbol yang berupa benda-benda, sebenarnya terdapat dari tindakan manusia.
Tetapi sebaliknya, tindakan manusia harus mempergunakan simbol-simbol
sebagai mendia penghantar dalam komunikasi antar sesama. Penggunaan simbol
dalam wujud budaya ternyata dilaksanakan dengan penuh kesadaran pemahaman
dan penghayatan yang tinggi, yang dianut secara tradisional dari satu generasi
kegenerasi selanjutnya.
Makna simbolik benda yang digunakan dalam prosesi adat perkawinan
masyarakat bolangitang barat, ditinjau dari fungsinya adalah sebagai pemantapan
lahir dan batin bagi kedua mempelai, dimana kedua mempelai adalah dua insan
yang berlainan jenis dari segala sisi namun sama dalam titik hidup dan kehidupan.
Berbicara mengenai simbol maka erat kaitannya dengan makna karena
tindakan-tindakan simbolik bermaksud untuk menyederhanakan suatu yang punya
makna yaitu apa yang oleh simbol tersebut harus dicari melalui intrepertasian
terhadapnya. Dengan demikian kebudayaan manusia sarat dengan simbol-simbol
baik itu dalam tingkat perbuatan atau gagasan, manusia memakai ungkapan
simbol ungkapan yang simbolis ini merupakan ciri khas manusia yang jelas
membedakannya dengan hewan.
Manusia saat berprilaku bertindak maupun religinya selalu diwarnai dan
diikuti dengan simbol-simbol hal ini simbolisme sangat menonjol peranannya
dalam religi.Hari Raya Idul Adha (Hari Raya Kurban) yang menceritakan Nabi
Ibrahim AS diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya Ismail
AS dengan segenap ketulusan, Nabi Ibrahim melaksanakan perintah itu sehingga
anaknya digantikan dengan seekor domba sampai sekarang penyembelihan hewan
kurban pada hari raya Idul Adha tetap Dilaksanakan sebagai simbol mengingatkan
kita untuk mentaati perintah Allah SWT.
Upacara itu diakui sebagai kegiatan yang berguna dan dapat menyegarkan
jiwa, sehingga perlu diupayakan akan kelestariannya serta mendapat pembinaan
secara terus menerus. Oleh karena itu telah mengakar menjadi tradisi, makna
upacara yang diselenggarakan pada waktu-waktu tertentu tidak untuk kegiatan
sehari-hari disebut upacara tradisional.
Begitu pula dengan upacara adat perkawinan antar kerabat dekat oleh
masyarakat bolangitang barat sangat erat dengan simbol baik simbol
berupa aktifitas atau perilaku maupun simbol berupa benda yang dipercayai
memiliki kemanpuan spiritual yang dapat mengubah hidup manusia. Simbol-
simbol perkawianan antar kerabat dekat misalnya piring putih yang di bungkus
dengan kain putih dan di pecahkan di hadapan kedua mempelai. Hal ini di
percayai sejak turun temurun untuk menghindarkan kedua mempelai atau
keturunannya dari segala macam musibah
Pendapat tersebut diatas mendedikasikan bahwa upacara mengandung
makna-makna yang diinterprestasikan oleh pendukung suatu kebudayaan sebagai
sesuatu yang berarti dalam hidup. Karena dianggap berarti hampir setiap suku
bangsa diberbagai jenis upacara baik itu perkawinan ataupun peringatan lainnya
masih dilaksanakan walaupun upacara-upacara itu kemudian mengalami berbagai
perubahan tetapi makna yang terkandung sama.