BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi...

14
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Deskriptif Lokasi Penelitian Asrama Mahasiswa Nusantara UNG merupakan salah satu fasilitas pendukung milik Universitas Negeri Gorontalo yang berfungsi sebagai tempat tinggal mahasiswa yang berasal dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo. Asrama Mahasiswa Nusantara UNG biasa dikenal oleh masyarakat umum dengan nama Asrama Putri atau Ramsis. Asrama ini terletak di Jalan Arif Rahman Hakim dengan jumlah bangunan 50 blok, jumlah kamar 200 kamar, dan jumlah penghuni ± 500 orang. Disebut Asrama Nusantara karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari berbagai daerah yaitu mahasiswa Ternate, Kendari, Buol, Bali, Kotamobagu, Pagimana, Luwuk, Papua, Paguyaman, Sumalata, Tilamuta dan masih banyak lagi. Di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara UNG terdapat lima kantin yang berfungsi menyediakan makanan jadi yang siap dikonsumsi oleh mahasiswa dengan harga yang relatif murah. Namun, kondisi sanitasi kantin yang ada disekitar lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara UNG masih kurang memenuhi syarat. Perilaku penjamah makanan dalam mengelola dan melayani pembeli juga masih kurang baik seperti tidak menggunakan penutup kepala, celemek, bahkan masih ditemukan berbicara pada saat mengolah makanan serta di depan jajanan yang dijual. Makanan yang dijual di asrama ini hampir semua menggunakan sambal sebagai pelengkap makanan, sehingga dengan perilaku penjamah yang kurang baik akan sangat

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/5486/9/2012-1-13201-811408046-bab4... · Nusantara karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1 Deskriptif Lokasi Penelitian

Asrama Mahasiswa Nusantara UNG merupakan salah satu fasilitas pendukung milik

Universitas Negeri Gorontalo yang berfungsi sebagai tempat tinggal mahasiswa yang berasal

dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo.

Asrama Mahasiswa Nusantara UNG biasa dikenal oleh masyarakat umum dengan nama

Asrama Putri atau Ramsis. Asrama ini terletak di Jalan Arif Rahman Hakim dengan jumlah

bangunan 50 blok, jumlah kamar 200 kamar, dan jumlah penghuni ± 500 orang. Disebut Asrama

Nusantara karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari berbagai daerah yaitu

mahasiswa Ternate, Kendari, Buol, Bali, Kotamobagu, Pagimana, Luwuk, Papua, Paguyaman,

Sumalata, Tilamuta dan masih banyak lagi.

Di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara UNG terdapat lima kantin yang berfungsi

menyediakan makanan jadi yang siap dikonsumsi oleh mahasiswa dengan harga yang relatif

murah. Namun, kondisi sanitasi kantin yang ada disekitar lingkungan Asrama Mahasiswa

Nusantara UNG masih kurang memenuhi syarat. Perilaku penjamah makanan dalam mengelola

dan melayani pembeli juga masih kurang baik seperti tidak menggunakan penutup kepala,

celemek, bahkan masih ditemukan berbicara pada saat mengolah makanan serta di depan jajanan

yang dijual.

Makanan yang dijual di asrama ini hampir semua menggunakan sambal sebagai

pelengkap makanan, sehingga dengan perilaku penjamah yang kurang baik akan sangat

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/5486/9/2012-1-13201-811408046-bab4... · Nusantara karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari

berpengaruh pada makanan yang dihasilkan terutama sambal yang dibuat sendiri mengingat

keadaan tersebut akan memudahkan terjadinya kontaminasi bakteri seperti bakteri coli.

4.1.2 Hasil Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan lembar observasi untuk melihat hygiene

penjamah makanan serta melakukan pemeriksaan laboratorium untuk melihat keberadaan bakteri

E.coli dalam sambal yang dibuat sendiri oleh penjamah makanan serta digunakan sebagai

pelengkap makanan pada setiap kantin.

4.1.2.1 Karakteristik Penjamah Makanan

Karakteristik penjamah makanan yang bekerja pada kantin yang ada di lingkungan

Asrama Mahasiswa Nusantara UNG berdasarkan jenis kelamin dan umur dapat dilihat pada

tabel:

Tabel 4.2

Distribusi Penjamah Makanan Berdasarkan Jenis Kelamin pada Kantin di Lingkungan

Asrama Mahasiswa Nusantara Universitas Negeri Gorontalo

Jenis Kelamin Jumlah

n %

Laki-laki 1 10

Perempuan 9 90

Jumlah 10 100

Sumber : Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dalam usaha kecil seperti kantin atau warung

makan penjamah makanan yang berjenis kelamin perempuan masih lebih banyak ditemukan dari

laki-laki. Selain faktor perilaku, biasanya sikap laki-laki ada kecenderungan menganggap remeh

suatu pekerjaan dibanding perempuan.

Namun, jika dilihat dari keberadaan bakteri E.coli, perempuan dan laki-laki memiliki

risiko yang sama besar menyebabkan kontaminasi bakteri E.coli pada makanan yang diolah. Hal

ini dapat disebabkan dari sikap dan perilaku penjamah yang kurang baik serta pengetahuan

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/5486/9/2012-1-13201-811408046-bab4... · Nusantara karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari

penjamah yang kurang tentang personal hygiene seperti berbicara saat mengolah makanan, tidak

menggunakan penutup kepala, lupa mencuci tangan sebelum dan setelah mengolah makanan,

serta kurang menjaga kebersihan rambut dan kuku yang menyebabkan tingginya kontaminasi

bakteri E.coli pada makanan.

Tabel 4.3

Distribusi Penjamah Makanan Berdasarkan Umur pada Kantin di Lingkungan Asrama

Mahasiswa Nusantara Universitas Negeri Gorontalo

No Umur Jumlah

(Tahun) n %

1 20 – 30 2 20

2 40 – 50 7 70

3 50 – 60 1 10

Jumlah 10 100

Sumber : Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa penjamah makanan yang bekerja di

kantin di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara paling banyak yang berusia 40-50 tahun

dengan persentase tertinggi yaitu 7 orang (70%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pemilik

kantin sekaligus penjamah makanan di kantin yang ada di lingkungan Asrama Mahsiswa

Nusantara UNG berusia 40 tahun keatas sedangkan untuk usia dibawah 30 tahun biasanya

adalah anak atau anggota keluarga pemilik kantin tersebut.

4.1.2.2 Personal Hygiene Penjamah Makanan

Di bawah ini dapat dilihat tabel distribusi personal hygiene penjamah makanan setiap

kantin berdasarkan jenis kelamin.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/5486/9/2012-1-13201-811408046-bab4... · Nusantara karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari

Tabel 4.4

Crosstabulation Personal Hygiene Penjamah Makanan

Setiap Kantin Berdasarkan Jenis Kelamin

Kantin

Personal Hygiene Jumlah

Tidak Memenuhi

Syarat

Memenuhi

Syarat

n

%

L % P % L % P %

A 1 25 3 75 - - - - 4 100

B - - 1 100 - - - - 1 100

C - - - - - - 2 100 2 100

D - - - - - - 1 100 1 100

E - - 2 100 - - - - 2 100

Jumlah 1 10 6 60 - - 3 30 10 100

(Sumber : Data Primer 2012)

Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 10 orang penjamah makanan yang bekerja

pada kantin yang ada di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara UNG hampir semua tidak

memenuhi syarat sebagai penjamah makanan yang baik menurut Kepmenkes No. 942 tahun

2003.

Tabel 4.5

Crosstabulation Personal Hygiene Penjamah Makanan

dengan Jenis Kelamin

Personal Hygiene Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki % Perempuan % n %

Tidak memenuhi syarat 1 14,3 6 85,7 7 100

Memenuhi syarat 0 0 3 100 3 100

Jumlah 1 10 9 90 10 100 (Sumber : Data Primer 2012)

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 10 orang penjamah makanan, ada 7 orang penjamah

yang personal hygienenya tidak memenuhi syarat yaitu 1 orang laki-laki (14,3%) dan 6 orang

perempuan (85,7%) sedangkan penjamah makanan yang personal hygienenya memenuhi syarat 3

orang (100%) yang berjenis kelamin perempuan.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/5486/9/2012-1-13201-811408046-bab4... · Nusantara karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari

Tabel 4.6

Crosstabulation Personal Hygiene Penjamah Makanan Berdasarkan Umur

Personal Hygiene Umur (Tahun) Jumlah

20-30 % 40-50 % 50-60 % n %

Tidak memenuhi syarat 1 14,3 5 71,4 1 14,3 7 100

Memenuhi syarat 1 33,3 2 66,7 0 0 3 100

Jumlah 2 20 7 70 1 10 10 100

(Sumber : Data Primer 2012)

Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa personal hygiene penjamah makanan berdasarkan

umur persentase tertinggi untuk personal hygiene yang tidak memenuhi syarat terdapat pada

umur 40-50 tahun (71,4%) sedangkan untuk personal hygiene penjamah makanan yang

memenuhi syarat persentase tertinggi juga pada umur 40-50 tahun (66,7%). Hal ini menunjukkan

bahwa usia 40-50 tahun merupakan usia dimana seseorang mencapai kedewasaannya. Namun,

jika dilihat dari jumlah persentase personal hygienenya masih banyak yang tidak memenuhi

syarat. Sehingga bertambahnya umur seseorang tidak menjamin sikap dan tindakannya tentang

kebersihan diri akan baik pula.

4.1.2.3 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherchia coli Pada Sambal

Untuk melihat keberadaan bakteri E.coli dalam sambal, peneliti menggunakan

pemeriksaan laboratorium melalui metode MPN (Most Probable Numbers) dengan

menggunakan dua uji yaitu uji penduga dan uji penguat. Pemeriksaan ini dilakukan selama 3 hari

dimana sampel diambil secara bersamaan dalam waktu yang sama dan langsung dibawa ke

laboratorium untuk diteliti. Adapun hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/5486/9/2012-1-13201-811408046-bab4... · Nusantara karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari

Tabel 4.7

Hasil Pemeriksaan Bakteri Coliform pada Sambal

dengan Menggunakan Uji Penduga

Sambal Pengenceran MPN Coliform

10-1

10-2

10-3

1 3 2 1 1,5 x 102

2 2 1 0 0,2 x 102

3 0 0 0 0

4 0 0 0 0

5 1 0 0 0

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, dapat dilihat bahwa setelah diinkubasi selama 2 x 24 jam

pada suhu 370C, dari 5 sampel sambal yang diteliti 2 sampel mengandung bakteri Coliform dan 3

sampel tidak mengandung bakteri Coliform. Berdasarkan hitungan tabel MPN 3 sampel sambal

yang bernilai 0 (nol) tersebut sebenarnya tercemar bakteri Coliform namun masih dalam skala

kecil.

Tabel 4.8

Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherchia coli pada Sambal

dengan Menggunakan Uji Penguat

Sambal Pengenceran Ket

10-1

10-2

10-3

1 + - + + (ada E.coli)

2 - + - + (ada E.coli)

3 - - - -

4 - - - -

5 + - - + (ada E.coli)

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam pada

suhu 370C, dari 5 sampel sambal yang diinkubasi 3 sampel positif mengandung bakteri E.coli

dan 2 sampel negatif.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/5486/9/2012-1-13201-811408046-bab4... · Nusantara karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari

Tabel 4.9

Keberadaan Bakteri Escherchia coli Pada Sambal Berdasarkan Kantin

Kantin

Keberadaan Bakteri Escherchia coli

Positif Negatif

A ada E.coli -

B ada E.coli -

C - tidak ada E.coli

D - tidak ada E.coli

E ada E.coli -

Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium pada

sampel sambal, 3 sampel sambal dari 5 sampel sambal yang diambil pada masing-masing kantin

ditemukan mengandung bakteri Escherchia coli.

Berdasarkan Kepmenkes RI No.715 tahun 2003 makanan memenuhi syarat bila angka

bakteri E.coli 0 per gram sampel makanan. Dengan demikian, 3 sampel sambal yang ditemukan

positif mengandung bakteri E.coli tidak memenuhi syarat Kepmenkes.

4.1.2.4 Hubungan Personal Hygiene Penjamah Makanan dengan Keberadaan Bakteri

Escherchia coli pada Sambal

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui hubungan personal hygiene penjamah

makanan dengan keberadaan bakteri Escherchia coli pada sambal dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.10

Crosstabulation Personal Hygiene Penjamah Makanan dengan Keberadaan E.coli pada

Sambal

Personal Hygiene Positif E.coli Jumlah α P

Positif % Negatif % n %

Tidak memenuhi syarat 7 100 0 0 7 100

Memenuhi syarat 0 0 3 100 3 100 0,05 0,008

Jumlah 7 70 3 30 10 100 (Sumber : Data Primer 2012)

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/5486/9/2012-1-13201-811408046-bab4... · Nusantara karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 7 penjamah yang personal hygienenya tidak

memenuhi syarat setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium pada sambal yang mereka hasilkan

ditemukan positif mengandung bakteri Escherchia coli.

Berdasarkan uji Fisher Exact menunjukkan bahwa Ho ditolak. Hal ini membuktikan

bahwa ada hubungan bermakna antara hygiene penjamah makanan dengan keberadaan bakteri

Escherchia coli pada sambal (p value = 0,008) di kantin di lingkungan Asrama Mahasiswa

Nusantara UNG.

Untuk melihat besar kuat hubungan penjamah makanan dengan keberadaan bakteri

Escherchia coli pada sambal di kantin di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara UNG

menggunakanan rumus :

ɵ = 𝑎𝑑−𝑏𝑐

𝑎+𝑏 𝑐+𝑑 𝑎+𝑐 (𝑏+𝑑)

= [ 7.3)−(0.0 ]

7+0 0+3 7+0 (0+3)

= 21

7 3 7 (3)

= 21

441

= 21

21

ɵ = 1,000.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapat nilai 1,000. Hal ini menunjukkan bahwa

kuat hubungan hygiene penjamah makanan dengan keberadaan bakteri E.coli pada sambal

berdasarkan tabel kuat hubungan adalah sangat kuat. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa hygiene penjamah makanan sangat berpengaruh terhadap keberadaan bakteri E.coli pada

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/5486/9/2012-1-13201-811408046-bab4... · Nusantara karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari

makanan khususnya sambal yang dibuat sendiri oleh penjamah makanan tersebut dengan nilai

kuat hubungan 1,000 (sangat kuat).

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pada 10 orang penjamah makanan dan sambal yang mereka

gunakan sebagai pelengkap makanan maka pembahasan dilakukan yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan hygiene penjamah makanan dengan Keberadaan bakteri E.coli pada

sambal di kantin di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara UNG.

4.2.1 Karakteristik Penjamah Makanan Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa penjamah makanan yang

berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari laki-laki. Beberapa teori dari berbagai penelitian

menyatakan bahwa perbedaan jumlah penjamah laki-laki dan perempuan didasarkan dari

perbedaan perilaku. Selain perbedaan perilaku, umumnya pada usaha kecil seperti kantin atau

warung makanan perempuan paling banyak melamar kerja sebagai penjamah makanan karena

sikap laki-laki ada kecenderungan menganggap remeh suatu pekerjaan dibanding perempuan. Di

samping itu, faktor lain seperti adanya hubungan kekeluargaan dengan pemilik kantin merupakan

salah satu faktor yang menyebabkan perempuan lebih banyak bekerja sebagai penjamah

makanan dari pada laki-laki.

Namun, jika dilihat dari keberadaan bakteri E.coli, perempuan dan laki-laki memiliki

risiko yang sama besar menyebabkan kontaminasi bakteri E.coli pada makanan yang diolah. Hal

ini dapat disebabkan karena sikap dan perilaku penjamah pada saat mengolah makanan serta

pengetahuan penjamah yang masih kurang tentang pentingnya personal hygiene juga menjadi

salah satu penyebab masih tingginya kontaminasi bakteri E.coli pada makanan yang dihasilkan.

Hasil penelitian senada dilakukan oleh Susanna (2003) dimana jumlah pedagang laki-laki

lebih sedikit dibandingkan responden perempuan dan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/5486/9/2012-1-13201-811408046-bab4... · Nusantara karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari

Yosvita Maria (2011) pada Instalasi Gizi RSUD Dr. Kanujoso Balikpapan dimana jenis kelamin

tenaga pengolah makanan sebagian besar adalah perempuan sebanyak 8 orang (80 %), serta hasil

penelitian Afriyenti (2002) di Instalasi Gizi RSJ Pekanbaru dan Instalasi Gizi RSI Ibnu Sina

Pekanbaru dimana sebagian besar (83,3%) penjamah makanan di Instalasi Gizi RSJ Pekanbaru

dan seluruh penjamah makanan di Instalasi Gizi RSI Ibnu Sina Pekanbaru adalah perempuan.

Namun, agak berbeda dengan hasil penelitian Agustina (2009) yang dimana dari 23 pedagang

makanan jajanan tradisional sebagai responden terdapat 52,2% responden berjenis kelamin laki-

laki dan 47,8% responden berjenis kelamin perempuan.

Namun, jika dilihat dari personal hygienenya dari 10 orang penjamah makanan ada 7

orang penjamah yang personal hygienenya tidak memenuhi syarat yaitu 1 orang laki-laki

(14,3%) dan 6 orang perempuan (85,7%) sedangkan untuk penjamah makanan yang personal

hygienenya memenuhi syarat yaitu 3 orang (100%) yang berjenis kelamin perempuan. Hasil

penelitian ini agak berbeda dari hasil penelitian Agustina (2009) 52,2% responden yang higiene

perorangan yang sudah baik, sedangkan sisanya sebesar 47,8% responden higiene perorangannya

tidak baik.

Beberapa hal seperti berbicara saat mengolah makanan, tidak menggunakan penutup

kepala, lupa mencuci tangan sebelum mengolah makanan, tidak menggunakan celemek dan

pakaian yang bersih dan rapis serta kurang menjaga kebersihan rambut dan kuku yang

menyebabkan personal hygiene penjamah makanan yang ada di kantin di lingkungan Asrama

Mahasiswa Nusantara UNG masih banyak yang tidak memenuhi syarat sebagai seorang

penjamah makanan berdasarkan Kepmenkes No.942 tahun 2003.

4.2.2 Karakteristik Penjamah Makanan Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3, ada 7 orang penjamah makanan berusia 40-

50 tahun, 2 orang (20%) yang berusia 20-30 dan 1 orang (10%) yang berusia 50-60 tahun.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/5486/9/2012-1-13201-811408046-bab4... · Nusantara karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari

Namun, jika dilihat dari personal hygienenya persentase tertinggi untuk personal hygiene yang

tidak memenuhi syarat terdapat pada umur 40-50 tahun (71,4%), sedangkan untuk personal

hygiene penjamah makanan yang memenuhi syarat juga terdapat pada umur 40-50 tahun

(66,7%).

Teori dari berbagai penelitian menyatakan bahwa umur mempengaruhi pembentukan

sikap dan perilaku seseorang. Hal penelitian senada dilakukan oleh Marsaulina tahun 2004 di

DKI Jakarta yang menyimpulkan adanya hubungan antara kebersihan perorangan dengan umur

penjamah makanan. Semakin bertambahnya umur diharapkan seseorang bertambah pula

kedewasaannya, makin mantap pengendalian emosinya dan makin tepat segala tindakannya.

Semakin tinggi umur penjamah makanan maka semakin baik kebersihan penjamah makanan.

Beberapa penelitian mengaitkan berbagai kategori umur penjamah makanan dengan

perilaku dan pengetahuan penjamah makanan. Sebuah survei di Inggris menunjukkan bahwa

81% penduduk usia 55 tahun atau lebih selalu memastikan agar makanannya disajikan dalam

keadaan panas dan memakannya segera setelah disajikan, sementara pemuda usia kurang dari 24

tahun yang melakukannya hanya 54% (WHO, 2006).

Hasil penelitian senada dilakukan oleh Yosvita Maria (2011) di Instalasi Gizi RSUD Dr.

Kanujoso Balikpapan. Hasil penelitian dari data karakteristik subjek penelitian untuk umur

tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi 60% berusia 25 – 45 tahun serta hasil penelitian

Afriyenti (2002) di Instalasi Gizi RSJ Pekanbaru dan Instalasi Gizi RSI Ibnu Sina Pekanbaru

dimana usia penjamah makanan di RSJ Pekanbaru (50%) dan RSI Ibnu Sina Pekanbaru (44,4%)

berusia 30-40 tahun dan ini merupakan usia produktif.

Tingginya persentase penjamah makanan yang tidak memenuhi syarat menunjukkan

bahwa personal hygiene penjamah makanan pada lima kantin yang ada di lingkungan Asrama

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/5486/9/2012-1-13201-811408046-bab4... · Nusantara karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari

Mahasiswa Nusantara UNG masih kurang baik, sehingga hal tersebut akan sangat berpengaruh

pada kualitas makanan yang akan mereka hasilkan. Berdasarkan hasil uraian diatas, semakin

bertambahnya usia tidak menjamin personal hygienenya semakin baik.

4.2.3 Hubungan Personal Hygiene Penjamah Makanan dengan Keberadaan Bakteri

Escherchia coli pada Sambal

Hasil penelitian dengan uji Fisher Exact Test menunjukkan bahwa ada hubungan hygiene

penjamah makanan dengan keberadaan bakteri Escherchia coli pada sambal di kantin di

lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara Universitas Negeri Gorontalo dengan nilai p value

0,008 dengan kuat hubungan 1,000 (sangat kuat). Hal ini didasarkan dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada sampel sambal yang dibuat oleh 7 orang penjamah makanan yang personal

hygienenya tidak memenuhi syarat ditemukan positif mengandung bakteri Escherchia coli.

Dengan adanya Escherichia coli menunjukan telah terjadi kontaminasi yang berasal dari

feses. Selain itu, keberadaan Escherichia coli merupakan indikasi dari kondisi prosessing atau

sanitasi yang tidak memadai. Hal ini tampak dari sikap penjamah yang masih kurang baik selama

proses pengolahan seperti berbicara sambil mengolah sambal, ada sebagaian penjamah makanan

yang ditemukan selain bertindak sebagai penjamah makanan juga bertindak sebagai kasir

sehingga tangan penjamah kontak langsung dengan uang lalu kembali mengolah makanan tanpa

mencuci tangan. Oleh karena itu, hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor penyebab

kontaminan bakteri terhadap makanan.

Penjamah makanan (foodhandler) merupakan sumber utama kontaminasi makanan.

Tangan, nafas, rambut dan keringat dapat mencemari makanan. Pemindahan feses (kotoran)

manusia dan hewan melalui karyawan merupakan sumber potensial mikroorganisme pathogen

yang dapat masuk kedalam rantai pangan. Kebersihan penjamah, terutama kebersihan tangan

sangat perlu diperhatikan. Keadaan tangan yang kotor dan memiliki kuku panjang serta

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/5486/9/2012-1-13201-811408046-bab4... · Nusantara karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari

kebiasaan mencuci tangan sebelum dan setelah menjamah makanan memungkinkan terjadinya

kontaminasi bakteri seperti bakteri E.coli. Selain itu, kurangnya pengetahuan tentang hygiene

perorangan serta perilaku yang kurang baik pada saat mengolah makanan akan menyebabkan

menurunya kualitas makanan yang dihasilkan.

Purnawijayanti (2001:41) mengemukakan bahwa “kebersihan penjamah makanan atau

higiene perorangan merupakan kunci kebersihan dalam pengolahan makanan yang aman dan

sehat”.

Andry Hartono (dalam Moro, 2011) mengemukakan bahwa : ”tingkat pengetahuan

tentang higiene sanitasi makanan juga dapat mempengaruhi para pekerja untuk menerapkan

higiene sanitasi makanan saat mereka sedang melakukan proses produksi”.

Selain personal hygiene, pengetahuan yang perlu diketahui oleh penjamah makanan

berdasarkan Depkes (2003) yaitu bahan pencemaran terhadap makanan, penyakit bawaan

makanan, prinsip higiene sanitasi makanan bagi penjamah makanan, dan pemeliharaan

kebersihan lingkungan serta personal hygiene. Dengan demikian, penjamah makanan harus

mengikuti prosedur yang memadai untuk mencegah kontaminasi pada makanan yang

ditanganinya. Prosedur yang penting bagi pekerja pengolahan makanan adalah pencucian tangan,

kebersihan dan kesehatan diri.

Hasil penelitian senada dilakukan oleh Frediyaz Moro 2011 di Warung Penyet Sekaran

Gunungpati Kota Semarang. Hasil pemeriksaan terhadap 25 penjamah makanan, pengetahuan

penjamah makanan yang buruk terdapat 6 (85,7%) sampel dengan keberadaan Escherichia coli

yang tidak memenuhi syarat dengan nilai p value 0,030. Penelitian senada dilakukan oleh Hanif

Amalia Hidayat (2010) studi pada kantin di lingkungan Universitas Diponegoro Tembalang.

Hasil pemeriksasan Hubungan antara praktik penjamah makanan mengenai higiene sanitasi

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/5486/9/2012-1-13201-811408046-bab4... · Nusantara karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari

makanan dengan keberadaan E.coli pada nasi rames diuji dengan Fisher Exact Test

menunjukkan ada hubungan antara praktik penjamah makanan mengenai higiene sanitasi

makanan dengan keberadaan E.coli pada nasi rames (p=0,005).

Kebersihan kuku, tangan, rambut, dan pakaian merupakan aspek personal hygiene yang

harus diketahui oleh penjamah makanan karena jika tidak dilakukan dengan benar akan

memudahkan terjadinya kontaminasi bakteri pada makanan terutama makanan-makanan yang

diolah langsung oleh penjamah makanan dalam hal ini sambal yang mereka buat untuk

digunakan sebagai pelengkap makanan.

Berdasarkan hasil pengamatan tentang aspek personal hygiene seperti menjaga

kebersihan kuku, rambut, mencuci tangan sebelum mengolah makanan, menggunakan alas

tangan pada saat mengolah makanan, mengenakan pakaian yang bersih dan rapi, menggunakan

celemek dan penutup kepala serta tidak berbicara pada saat mengolah makanan masih belum

dilakukan dengan benar oleh semua penjamah makanan yang bekerja pada lima kantin yang ada

di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara UNG karena para penjamah makanan lebih

mementingkan kecepatan dalam melayani pembeli dari pada kualitas makanan yang aman dan

sehat untuk dikonsumsi sehingga hal tersebut menyebabkan tingginya kontaminasi bakteri E.coli

pada makanan dalam hal ini sambal yang dibuat sendiri serta tidak memenuhi syarat Kepmenkes

No.942 tahun 2003 tentang penjamah makanan yang baik.