BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/5/T1...46...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/5/T1...46...
46
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Penelitian
4.1.1. Gambaran Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri Sidorejo Lor 02 dan SD Negeri
Sidorejo Lor 06 yang berada di Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa
Tengah. Kedua SD ini berada pada satu gugus yaitu Gugus Imam Bonjol serta
status sekolah dan kelompok sekolah SD Negeri Sidorejo Lor 02 dan SD Negeri
Sidorejo Lor 06 sama yaitu sekolah negeri dan sekolah imbas.
Subjek pada penelitian ini yaitu semua siswa kelas V SD Negeri Sidorejo
Lor 02 yang berjumlah 21 siswa sebagai kelompok eksperimen dan semua siswa
kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 06 yang berjumlah 25 siswa sebagai kelompok
kontrol. Jadi, jumlah keseluruhan subjek penelitian yaitu 46 siswa.
4.1.2. Gambaran Pelaksanaan Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan tahap pra penelitian, yaitu melakukan uji
validitas instrumen soal pilihan ganda dan uji kesetaraan. Uji coba soal untuk
mengetahui validitas soal yang akan digunakan dilakukan pada tanggal 22
Februari 2012 dilakukan. Uji coba soal ini dilakukan di SD Negeri Dukuh 01
Salatiga dengan jumlah siswa sebanyak 38 siswa. Hasil dari uji validitas soal ini
diketahui bahwa semua indikator sudah terwakili terdapat paling sedikit 1 soal
yang valid. Hal ini berarti instrumen soal dapat digunakan untuk melakukan uji
kesetaraan dan penelitian.
Uji kesetaraan digunakan untuk menentukan desain penelitian yang akan
dilakukan pada penelitian ini. Uji kesetraan yang dilakukan menggunakan
instrumen soal pilihan ganda dengan materi pesawat sederhana. Uji kesetaraan
dilakukan pada dua sekolah, yaitu SD Negeri Sidorejo Lor 02 yang dilaksanakan
pada tanggal 28 Februari 2012 dan SD Negeri Sidorejo Lor 06 yang dilaksanakan
pada tanggal 2 Maret 2012. Setelah dilakukan uji kesetaraan didapatkan hasil
bahwa SD Negeri Sidorejo Lor 02 dan SD Negeri Sidorejo Lor 06, berdistribusi
normal, mempunyai varian yang sama, tetapi tidak setara. Oleh karena itu, pada
47
penelitian ini menggunakan desainPretest-Posttest, Non-Equivalent Control
Group Design.
Penerapan desainPretest-Posttest, Non-Equivalent Control Group Design,
yaitu sebelum diberikan perlakuan, pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol diberikan pretest. Pretest pada kelompok eksperimen diberikan pada
tanggal 5 Maret 2012, sedangkan pretes pada kelompok kontrol diberikan pada
tanggal 8 Maret 2012. Pretest digunakan untuk mengukur variabel terikat sebelum
perlakuan dilakukan. Setelah diberikan pretest maka kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol diberikan perlakuan (treatment). Pada penelitian ini,
pelaksanaan perlakuan (treatment) telah sesuai dengan sintak yang dibuat. Untuk
mengetahui hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran.
Pada akhir pembelajaran diberikan posttest untuk mengetahui hasil belajar IPA
pada siswa setelah diberikan perlakuan (treatment).
Dalam pemberian perlakuan ini yang bertindak sebagai guru (pengajar)
adalah guru kelas V pada kedua SD. Sebelumnya guru telah berlatih menerapkan
metode yang akan digunakan untuk memberikan perlakuan atau treatment. Hasil
dari latihan memperlihatkan bahwa kedua guru telah memahami dan dapat
menerapkan metode yang akan digunakan pada saat penelitian sesuai dengan
sintak.
Tabel 4.1
Hasil Observasi Latihan Treatment Metode Investigasi Kelompok
No. Sintak Total
Item
Item
Terlaksana Persentase
1. Mengidentifikasikan topik dan
mengatur murid ke dalam kelompok. 6 6 35%
2. Merencanakan tugas yang akan
dipelajari. 1 1 6%
3. Melaksanakan investigasi. 2 2 12%
4. Menyiapkan laporan akhir. 4 4 24%
5. Mempresentasikan laporan akhir. 2 1 6%
6. Evaluasi
Penilaian proses kerja dan hasil proyek
siswa.
2 2 12%
Jumlah 17 16 94%
Dari hasil observasi latihan perlakuan atau treatment pada kelompok
eksperimen yang menggunakan metode investigasi kelompok dapat diketahui
48
bahwa presentase keterlaksanaan perlakuan atau treatment adalah 94% berarti 6%
dari pelaksaan treatment tidak terlaksana. Oleh karena itu, perlakuan atau
treatment dengan menggunakan metode investigasi kelompok dapat digunakan
dalam penelitian. Untuk hasil observasi latihan perlakuan atau treatment dengan
menggunakan metode demonstrasi dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Observasi Latihan Treatment Metode Demonstrasi
No. Sintak Total
Item
Item
Terlaksana Presentase
A. Persiapan
1 1 4% 1. Guru mengkaji kesesuaian
metode dengan tujuan yang akan
dicapai.
2. Memilih, memilah peralatan yang
akan dipakai. 1 1 4%
3. Memperkirakan waktu yang akan
diperlukan. 1 1 4%
4. Mencoba peralatan terlebih
dahulu. 1 1 4%
B. Pelaksanaan
2 2 7%
1. Guru menjelaskan tujuan yang
akan dicapai dengan demonstrasi
tersebut.
2. Mempersiapkan siswa untuk
mengikuti demonstrasi dengan
menjelaskan prosedur atau cara
kerja peralatan yang dipakainya.
1 0 0%
3. Memperagakan suatu proses atau
prosedur yang disertai penjelasan,
ilustrasi, pertanyaan-pertanyaan
yang diikuti oleh seluruh siswa
secara seksama.
16 16 59%
C. Tindak Lanjut
1 1 4%
1. Siswa diberi kesempatan untuk
mendiskusikan, menanyakan
terhadap suatu proses atau urutan
langkah-langkah yang baru saja
selesai didemonstrasikan.
2. Siswa diberi kesempatan untuk
mendemonstrasikan ulang, bila
belum tepat atau salah guru dapat
memperagakan ulang.
1 1 4%
49
3. Guru memberikan tugas-tugas
kepada siswa untuk lebih
memperjelas terhadap bahan yang
baru saja didemonstrasikan.
1 1 4%
4. Guru mengadakan evaluasi. 1 1 4%
Jumlah 27 26 96%
Pemberian perlakukan yang dilanjutkan dengan pemberian posttest pada
kelompok eksperimen dilakukan pada tanggal 13 dan 15 Maret 2012, sedangkan
perlakuan pada kelas kontrol diberikan pada tanggal 16 dan 17 Maret 2012.
Posttest untuk mengukur variabel terikat setelah diberikan perlakuan. Hasil
observasi pelaksanaan treatment pada kedua kelompok sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil Observasi Treatment dengan Metode Investigasi Kelompok
No. Sintak Total
Item
Item
Terlaksana Persentase
1. Mengidentifikasikan topik dan
mengatur murid ke dalam kelompok. 6 6 35%
2. Merencanakan tugas yang akan
dipelajari. 1 1 6%
3. Melaksanakan investigasi. 2 2 12%
4. Menyiapkan laporan akhir. 4 4 24%
5. Mempresentasikan laporan akhir. 2 2 12%
6. Evaluasi
Penilaian proses kerja dan hasil proyek
siswa.
2 2 12%
Jumlah 17 17 100%
Dari hasil observasi treatment dengan menggunakan metode ivestigasi
kelompok dapat diketahui bahwa pelaksanaan treatment 100% terlaksana. Hal ini
berarti semua komponen sintak telah dilakukan pada saat pembelajaran. Hasil
observasi pelaksanaan treatment dengan menggunakan metode demonstrasi dapat
dilihat pada Tabel 4.4.
50
Tabel 4.4
Hasil Observasi Treatment Metode Demonstrasi
No. Sintak Total
Item
Item
Terlaksana Presentase
A. Persiapan
1 1 3% 1. Guru mengkaji kesesuaian
metode dengan tujuan yang akan
dicapai.
2. Memilih, memilah peralatan yang
akan dipakai. 1 1 3%
3. Memperkirakan waktu yang akan
diperlukan. 1 1 3%
4. Mencoba peralatan terlebih
dahulu. 1 1 3%
B. Pelaksanaan
2 2 6%
1. Guru menjelaskan tujuan yang
akan dicapai dengan demonstrasi
tersebut.
2. Mempersiapkan siswa untuk
mengikuti demonstrasi dengan
menjelaskan prosedur atau cara
kerja peralatan yang dipakainya.
1 1 3%
3. Memperagakan suatu proses atau
prosedur yang disertai penjelasan,
ilustrasi, pertanyaan-pertanyaan
yang diikuti oleh seluruh siswa
secara seksama.
20 20 65%
C. Tindak Lanjut
1 1 3%
1. Siswa diberi kesempatan untuk
mendiskusikan, menanyakan
terhadap suatu proses atau urutan
langkah-langkah yang baru saja
selesai didemonstrasikan.
2. Siswa diberi kesempatan untuk
mendemonstrasikan ulang, bila
belum tepat atau salah guru dapat
memperagakan ulang.
1 1 3%
3. Guru memberikan tugas-tugas
kepada siswa untuk lebih
memperjelas terhadap bahan yang
baru saja didemonstrasikan.
1 1 3%
4. Guru mengadakan evaluasi. 1 1 3%
Jumlah 31 31 100%
51
Dari hasil observasi treatment dengan menggunakan metode demonstrasi
dapat diketahui bahwa pelaksanaan treatment 100% terlaksana. Hal ini berarti
bahwa keseluruhan komponen sintak metode demonstrasi telah dilakukan.
4.2. Analisis Data
Analisis data hasil belajar IPA pada siswa yang didapat dari hasil
selisihposttest-pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yaitu
analisis diskriptif dan analisis parametik. Analisis data pada penelitian ini
menggunakan SPSS window’s version 16.
4.2.1.Analisis Deskriptif
Tes hasil belajar IPA pada siswa menghasilkan skor pretest dan posttest.
Dari skor pretest dan posttest dapat diketahui selisihnya dengan cara
mengurangkan skor posttest dengan skor pretest. Hasil pretest, posttest, dan
selisih posttest dan pretest kelompok eksperimen selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran.
Dari skor maksimum dan minimum pretest kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, kemudian dibuat tabel distribusi frekuensi skor pretest hasil
belajar IPA. Oleh karena itu, perlu ditentukan interval kelas yang akan digunakan.
Untuk menentukan interval kelas digunakan rumus:
Range/ jangkauan = skor maksimal – skor minimal
= 60 – 27
= 33
Banyaknya kategori Sturges (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 33
= 1 + 5,011
= 6,011 dibulatkan menjadi 6
interval = Range
Banyaknya kategori
= 33
6
= 5,5 dibulatkan menjadi 6
Dari perhitungan dapat diketahui bahwa interval kelas adalah 5,5 yang
kemudian dibulatkan menjadi 6. Jadi, interval kelas yang digunakan dalam
52
penelitian ini adalah 6. Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi skor hasil
belajar IPA dari pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA dari Pretest pada Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No. Interval
Kelompok
Eksperimen Kelompok Kontrol
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
1 27 − 32 3 14% 0 0%
2 33 − 38 4 19% 3 12%
3 39 − 44 4 19% 7 28%
4 45 − 50 5 24% 4 16%
5 51 − 56 3 14% 7 28%
6 57 − 62 2 10% 4 16%
Jumlah 21 100% 25 100%
Dari Tabel 4.5. dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi skor pretest pada
kelompok eksperimen dengan jumlah frekuensi 21 dan total presentase 100%,
pada interval 27 – 32 frekuensinya 3 dengan presentase 14%. Pada interval 33 –
38 nilai frekuensinya 4 dengan presentase 19%. Pada interval 39 – 44 nilai
frekuensinya 4 dengan presentase 19%. Pada interval 45 – 50 nilai frekuensinya 5
dengan presentase 24%. Pada interval 51 – 56 nilai frekuensinya 3 dengan
presentase 14%. Pada interval 57 – 62 nilai frekuensinya 2 dengan presentase
10%. Hal ini berarti presentase terendah pada distribusi frekuensi skor selisih
posttest-pretest kelompok eksperimen yaitu 10% yang berada pada interval 57 –
62 dengan frekuensi 2, sedangkan presentase tertinggi yaitu 24% yang berada
pada interval 45 – 50 dengan frekuensi 5.
Distribusi frekuensi skor pretest pada kelompok kontrol dengan jumlah
frekuensi 25 dan total presentase 100%, pada interval 27 – 32 frekuensinya 0
dengan presentase 0%. Pada interval 33 – 38 nilai frekuensinya 3 dengan
presentase 12%. Pada interval 39 – 44 nilai frekuensinya 7 dengan presentase
28%. Pada interval 45 – 50 nilai frekuensinya 4 dengan presentase 16%. Pada
interval 51 – 56 nilai frekuensinya 7 dengan presentase 28%. Pada interval 57 –
53
62 nilai frekuensinya 4 dengan presentase 16%. Hal ini berarti presentase terendah
pada distribusi frekuensi skor pretest kelompok eksperimen yaitu 0% yang berada
pada interval 27 – 32 dengan frekuensi 0, sedangkan presentase tertinggi yaitu
28% yang berada pada interval 39 – 44 dan 51 – 56 dengan frekuensi 7. Untuk
lebih jelas mengetahui distribusi frekuensi skor pretest kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar diagram distribusi frekuensi skor
pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA dariPretest pada
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Sedangkan untuk mengetahui distribusi frekuensi skor posttest hasil
belajar IPA, maka perlu ditentukan interval kelas yang akan digunakan. Dalam
menentukan interval kelas digunakan skor maksimum dan minimum posttest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk menentukan interval kelas
digunakan rumus:
Range/ jangkauan = skor maksimal – skor minimal
= 93 – 53
= 40
Banyaknya kategori Sturges (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 40
54
= 1 + 5,286
= 6,286 dibulatkan menjadi 6
interval = Range
Banyaknya kategori
= 40
6
= 6,666 dibulatkan menjadi 7
Dari perhitungan dapat diketahui bahwa interval kelas adalah 6,666 yang
kemudian dibulatkan menjadi 7. Jadi, interval kelas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 7. Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi skor hasil
belajar IPA dari skor posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA dari Posttest pada Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No. Interval
Kelompok
Eksperimen Kelompok Kontrol
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
1 53 − 59 1 5% 3 12%
2 60 − 66 1 5% 3 12%
3 67 − 73 10 48% 11 44%
4 74 − 80 6 29% 3 12%
5 81 − 87 2 10% 3 12%
6 88 − 94 1 5% 2 8%
Jumlah 21 100% 25 100%
Dari Tabel 4.6. dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi skor posttest pada
kelompok eksperimen dengan jumlah frekuensi 21 dan total presentase 100%,
pada interval 53 – 59 frekuensinya 1 dengan presentase 5%. Pada interval 60 – 66
nilai frekuensinya 1 dengan presentase 5%. Pada interval 67 – 73 nilai
frekuensinya 10 dengan presentase 48%. Pada interval 74 – 80 nilai frekuensinya
6 dengan presentase 29%. Pada interval 81 – 87 nilai frekuensinya 2 dengan
presentase 10%. Pada interval 88 – 94 nilai frekuensinya 1 dengan presentase 5%.
Hal ini berarti presentase terendah pada distribusi frekuensi skor posttest
kelompok eksperimen yaitu 5% yang berada pada interval 53 – 59,60 – 66, dan 88
55
– 94 dengan frekuensi 1, sedangkan presentase tertinggi yaitu 48% yang berada
pada interval 67 – 73dengan frekuensi 10.
Distribusi frekuensi skor posttest pada kelompok kontrol dengan jumlah
frekuensi 25 dan total presentase 100%, pada interval 53 – 59 frekuensinya 3
dengan presentase 12%. Pada interval 60 – 66 nilai frekuensinya 3 dengan
presentase 12%. Pada interval 67 – 73 nilai frekuensinya 11 dengan presentase
44%.Pada interval 74 – 80 nilai frekuensinya 3 dengan presentase 12%. Pada
interval 81 – 87 nilai frekuensinya 3 dengan presentase 12%. Pada interval 88 –
94 nilai frekuensinya 2 dengan presentase 8%. Hal ini berarti presentase terendah
pada distribusi frekuensi skor posttest kelompok kontrol yaitu 8% yang berada
pada interval 88 – 94 dengan frekuensi 2, sedangkan presentase tertinggi yaitu
44% yang berada pada interval 67 – 73 dengan frekuensi 11. Untuk lebih jelas
mengetahui distribusi frekuensi skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dapat dilihat pada gambar diagram distribusi frekuensi skor posttest
kelompok kontrol dan kelompok kontrol.
Gambar 4.2. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA dariPretest pada
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Sedangkan untuk mengetahui distribusi frekuensi skor selisih pretest-
posttest hasil belajar IPA, perlu ditentukan interval kelas terlebih dahulu.
56
Penentuan interval kelas menggunakan skor maksimum dan minimum selisisih
posttest dan pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perhitungan
untuk menentukan interval kelas sebagai berikut:
Range/ jangkauan = skor maksimal – skor minimal
= 47 – 0
= 47
Banyaknya kategori Sturges (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 47
= 1 + 5,517
= 6,517 dibulatkan menjadi 7
interval = Range
Banyaknya kategori
= 47
7
= 6,714 dibulatkan menjadi 7
Dari perhitungan dapat diketahui bahwa interval kelas adalah 6,714 yang
kemudian dibulatkan menjadi 7. Jadi, interval kelas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 7. Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi skor hasil
belajar IPA dari selisih posttest-pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA dari Selisih Posttest-Pretest pada
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No. Interval Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
1 0 − 6 0 0% 2 8%
2 7 − 13 2 10% 2 8%
3 14 − 20 3 14% 6 24%
4 21 − 27 3 14% 7 28%
5 28 − 34 5 24% 4 16%
6 35 − 41 4 19% 4 16%
7 42− 48 4 19% 0 0%
Jumlah 21 100% 25 100%
57
Dari Tabel 4.7. dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi skor selisih
posttest-pretest pada kelompok eksperimen dengan jumlah frekuensi 21 dan total
presentase 100%, pada interval 0 – 6 frekuensinya 0 dengan presentase 0%. Pada
interval 7 – 13 nilai frekuensinya 2 dengan presentase 10%. Pada interval 14 – 20
nilai frekuensinya 3 dengan presentase 14%. Pada interval 21 – 27 nilai
frekuensinya 3 dengan presentase 14%. Pada interval 28 – 34 nilai frekuensinya 5
dengan presentase 24%. Pada interval 35 – 41 nilai frekuensinya 4 dengan
presentase 19%. Pada interval 42 – 48 nilai frekuensinya 4 dengan presentase
19%. Hal ini berarti presentase terendah pada distribusi frekuensi skor selisih
posttest-pretest kelompok eksperimen yaitu 0% yang berada pada interval 0 – 6
dengan frekuensi 0, sedangkan presentase tertinggi yaitu 24% yang berada pada
interval 28 – 34 dengan frekuensi 5. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram distribusi frekuensi skor selisih posttest-pretest kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.
Distribusi frekuensi skor selisih posttest-pretest pada kelompok kontrol
dengan jumlah frekuensi 25 dan total presentase 100%, pada interval 0 – 6
frekuensinya 2 dengan presentase 8%. Pada interval 7 – 13 nilai frekuensinya 2
dengan presentase 8%. Pada interval 14 – 20 nilai frekuensinya 6 dengan
presentase 24%. Pada interval 21 – 27 nilai frekuensinya 7 dengan presentase
28%. Pada interval 28 – 34 nilai frekuensinya 4 dengan presentase 16%. Pada
interval 35 – 41 nilai frekuensinya 4 dengan presentase 16%. Pada interval 42 –
48 nilai frekuensinya 0 dengan presentase 0%. Hal ini berarti presentase terendah
pada distribusi frekuensi skor selisih posttest-pretest kelompok eksperimen yaitu
0% yang berada pada interval 42 – 48 dengan frekuensi 0, sedangkan presentase
tertinggi yaitu 28% yang berada pada interval 21 – 27 dengan frekuensi 7. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram distribusi frekuensi skor selisih posttest-
pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
58
Gambar 4.3. Diagram Batang Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA dari Selisih
Posttest-Pretest pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Hasil analisis deskriptif skor selisih posttest-pretest antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol yang dilihat dari skor minimum,
maksimum, mean, dan standar deviasi dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Analisis Deskriptif Skor Selisih Posttest-Pretest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Dari hasil uji deskriptif dapat dilihat bahwa pada kelompok eksperimen
dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa dihasilkan skor minimum 7,00, skor
maksimum 47,00, mean 32,0476, dan standar devisiasi 11,39946. Pada kelompok
kontrol dengan siswa yang berjumlah 25 menghasilkan skor minimum 0, skor
maksimum 40, mean 25,0800, dan standar deviasi (ukuran persebaran) 10,80478.
Semakin kecil standar deviasi berarti semakin kecil persebarannya atau semakin
tidak terlalu jauh dari rata-rata berarti data tersebar disekitar rata-rata.
59
4.2.2.Analisis Parametrik
Analisisparametik yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji t dengan
independent sample t-test. Independent sample t-test digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan rata-rata antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.Data yang digunakan pada analisis uji t yaitu selisih antara skor posttest
dengan skor pretest (skor posttest-skor pretest).
Setelah diketahui selisih skor posttest-pretest, kemudian dilakukan uji
prasyarat sebelum uji t, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas
data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program SPSS
window’s version 16. Kriterianya yaitu apabila signifikansi hasil perhitungan lebih
besar dari > 0,05 berarti data berdistribusi normal. Hasil normalitas skor selisih
posttest dengan pretest dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas Skor Selisih Pretest dengan Posttest
Dari hasil analisis normalitas pada Tabel 4.9.diketahui bahwa skor
signifikasi kelompok eksperimen sebesar 0,200 dan skor signifikasi kelompok
kontrol 0,103, berarti skor signifikasi kedua kelompok lebih besar dari 0,05. Oleh
karena itu, dapat diartikan bahwa skor selisih posttest dengan pretest pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal. Pada Gambar
4.4. ditampilkan gambar plot yang menunjukkan bahwa kelompok eksperimen
berdistribusi normal.
60
Gambar 4.4. Grafik Hasil Uji Normalitas Skor Selisih Posttest-Pretest
Kelompok Eksperimen
Sedangkan pada Gambar 4.5.ditampilkan gambar plot yang menunjukkan
bahwa kelompok kontrol berdistribusi normal.
Gambar 4.5. Grafik Hasil Uji Normalitas Skor Selisih Posttest-Pretest
Kelompok Kontrol
61
Setelah diketahui normalitas data, maka dilakukan uji homogenitas untuk
mengetahui kesamaan varian. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Uji Homogenitas Skor Selisih Posttest-Pretest
Hasil uji homogenitas dapat dilihat dari output Test of Homogeneity of
Variances. Dapat diketahui bahwa signifikasi sebesar 0,721. Karena signifikasi
lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol mempunyai varian yang sama. Angka Levene Statistic
menunjukkan semakin kecil nilainya maka semakin besar homogenitasnya. df1=
jumlah kelompok data-1 atau 2-1=1, sedangkan df2= jumlah data-jumlah
kelompok data atau 46-2=44.
Setelah diketahui bahwa skor kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol berdistribusi normal dan memiliki varian yang sama, maka dilakukan uji t
dengan independent sample t-test. Hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11
Hasil Uji t
Karena kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki varian sama
atau dengan kata lain kedua kelas homogen, maka analisis uji beda t-test
menggunakan asumsi equal variance assumed. Pada hasil uji t dapat diketahui
bahwa nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,039 dan perbedaan rata-rata (mean
62
difference) sebesar 6,96762 dengan perbedaan rata-ratanya berkisar antara
0,35831 sampai 13,57693.
4.3.Uji Hipotesis
Tahap yang dilakukan setelah melakukan uji beda pada kelompok
penelitian yaitu uji hipotesis. Pengujian dilakukan untuk mengetahui diterima atau
tidaknya hipotesis yang sudah diajukan. Uji hipótesis pada penelitian ini
didasarkan pada uji t dengan independent sample t-test. Menurut Priyatno (2010),
H0 diterima jika signifikansi lebih besar dari 0,05 dan H0 ditolak jika signifikansi
lebih kecil dari 0,05.
Pada hasil uji beda sebagaimana yang telah disajikan pada Tabel 4.11.
diketahui bahwa nilai t adalah 2,125 dengan signifikasi sebesar 0,039. Karena
signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka kesimpulannya H0 ditolak, ini berarti bahwa
H1 diterima. Secara empirik, hasil dari pengujian hipotesis yaitu terbukti ada
perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara penggunaan metode
investigasi kelompok dengan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA di
kelas V SD Imbas Gugus Imam Bonjol Salatiga semester II tahun ajaran
2011/2012. Nilai t positif menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan metode
investigasi kelompok lebih tinggi daripada rata-rata penggunaan metode
demonstrasi.
4.4. Pembahasan Hasil penelitian
Treatment atau perlakuan yang diterapkan pada dua kelompok dapat
terlaksana dengan baik. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada kelompok
eksperimen dan kelompok kotrol sudah sesuai dengan sintak pada metode
pembelajaran yang digunakan. Sebelum kedua kelompok diberikan perlakuan atau
treatment, kedua kelompok diberikan pretest. Setelah kedua kelompok diberikan
treatment, maka diberikan posttest. Dari skor pretest dan posttest yang telah
didapatkan, kemudian diketahui selisihnya. Selisihposttest dan pretest pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontroldilakukan pengujian perbedaan rata-
rata dengan uji t yang dilakukan dengan bantuan SPSS window’s version 16.
Teknik ini digunakan untuk menguji perbedaan mean hitung dari kelompok kelas
eksperimen dan kelas kontrol (untuk mencari efektivitas). Teknik uji t yang dipilih
63
yaitu uji Independent Samples Test. Sebelum data diuji t, dilakukan uji prasyarat
terlebih dahulu yaitu uji normalitas dan homogenitas.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol berdistribusi normal atau tidak. Pada uji normalitas ini
menggunakanskor selisih pretest dengan posttest. Dari hasil uji normalitas skor
selisih pretest dengan posttest dengan menggunakan one-sample kolmogorov-
smirnov test, diketahui bahwa signifikasi pada kelompok eksperimen adalah 0,200
dan signifikasi pada kelompok kontrol adalah 0,103. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai signifikasi lebih besar dari 0,05, maka dapat diartikan bahwa skor selisih
posttest dengan pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
berdistribusi normal.Dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol berdistribusi normal.
Setelah dilakukan uji normalitas dan hasilnya kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol berdistribusi normal, maka dilakukan uji homogenitas. Uji
homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol mempunyai varian yang sama atau tidak. Pada uji homogenitas
ini menggunakan skor selisih pretest dengan posttest. Hasil uji homogenitas dapat
dilihat dari output Test of Homogeneity of Variances. Dapat diketahui bahwa
signifikasi sebesar 0,721. Karena signifikasi lebih besar dari 0,05 (0,721>0,05)
maka dapat disimpulkan bahwa antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol mempunyai varian yang sama.
Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukan bahwa pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan mempunyai varian
yang sama, sehingga dapat dilakukan uji t. Dari nilai t hitung selanjutnya dilihat
dengan signifikasi atau probabilitas. Jika diperoleh signifikasi > 0,05 maka H0
diterima dan H1 ditolak. Akan tetapi, apabila signifikasi < 0,05 maka H1 diterima
dan H0 ditolak. Pada hasil uji beda diketahui bahwa nilai t adalah 2,125 dengan
signifikasi sebesar 0,039. Karena signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka
kesimpulannya H0 ditolak, ini berarti bahwa H1 diterima. Secara empirik, hasil
dari pengujian hipotesis yaitu memang ada perbedaan efektivitas pembelajaran
yang signifikan antara penggunaan metode investigasi kelompok dengan metode
64
demonstrasi dalam pembelajaran IPA di kelas V SD Imbas Gugus Imam Bonjol
Salatiga semester II tahun ajaran 2011/2012.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa antara metode investigasi
kelompok dan metode demonstrasi lebih bagus metode investigasi kelompok. Hal
ini dibuktikan dengan hasil analisis deskriptif skor selisih posttest-pretest pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yang menunjukkan bahwa mean
kelompok eksperimen sebesar 32,0476 dan mean kelompok kontrol 25,0800. Hal
ini berarti bahwa mean atau rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dari pada
mean kelompok kontrol. Melalui ketercapaian kriteria kentutasan minimum
(KKM) juga dapat diketahui metode mana yang lebih bagus. Sesuai dengan KKM
mata pelajaran IPA yaitu 64, dapat diketahui bahwa dari 21 siswa pada kelompok
eksperimen hanya 2 siswa yang tidak lulus KKM, sedangkan pada kelompok
kontrol dari 25 siswa ada 6 siswa yang tidak lulus KKM. Hal ini berarti bahwa
ketercapaian KKM yang lebih banyak yaitu pada kelompok eksperimen. Sehingga
dapat diketahui bahwa metode investigasi kelompok lebih bagus daripada metode
demonstrasi.
Antara metode investigasi kelompok dan metode demonstrasi lebih bagus
metode investigasi kelompok dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dari penerapan pembelajaran dengan metode investigasi kelompok
yang telah dipaparkan pada kajian teori, ada pada saat pelaksanaan pembelajaran.
Pembelajaran yang terlaksana berpusat pada siswa, membuat suasana saling
bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar
belakang, siswa memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, adanya
motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap
pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Pembelajaran menggunakan metode
investigasi kelompok melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan sub topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Hal ini berarti siswa lebih aktif dalam pencarian pengetahuan dan guru hanya
berlaku sebagai fasilitator dan pembimbing siswa dalam pembelajaran. Melalui
metode investigasi kelompok, siswa akan mendapatkan pengalaman langsung
65
dengan menemukan sendiri. Belajar akan lebih bermakna apabila menemukan
sendiri.
Hasil penelitian pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ratih Endarini Sudarmono pada tahun 2009 dengan judul
”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Melalui Penerapan
Metode Group Investigations pada Pembelajaran IPAdi SD Sidorejo Lor 02
Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2009/2010”. Kesimpulan penelitian dari Ratih
Endarini Sudarmono, yaitu aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN Sidorejo
Lor 02 Salatiga dapat ditingkatkan melalui metode group investigations yang di
dalamnya meliputi 6 tahap yaitu: tahap pengelompokan, tahap perencanaan, tahap
penyelidikan, tahap pengorganisasian, tahap presentasi, dan tahap evaluasi.