BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 7. 7. · Seorang pemuda yang memiliki mimpi...

77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Film “?” Tanda Tanya Gambar 4.1 Cover Film “?” Tanda Tanya 4.1.1 Tim Produksi Produser Eksekutif : Erick Thohir Produser : Hanung Bramantyo, Celerina Judisari Sutradara : Hanung Bramantyo

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 7. 7. · Seorang pemuda yang memiliki mimpi...

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum Film “?” Tanda Tanya

    Gambar 4.1 Cover Film “?” Tanda Tanya

    4.1.1 Tim Produksi

    Produser Eksekutif : Erick Thohir

    Produser : Hanung Bramantyo, Celerina Judisari

    Sutradara : Hanung Bramantyo

  • Produser Pelaksana : Talita Amilia

    Penata Fotografi : Yadi Sugandi

    Penata Artistik : Fauzi

    Penata Suara : Satrio Budiono, Shaft Daultsyah

    Penata Musik : Tya Subiakto

    Penulis Skenario : Titin Watimena

    Pemilih Peran : Zaskia Adya Mecca

    Penata Kostum dan Tata Rias : Retno Ratih Damayanti

    Penyunting Gambar : Cesa David Luckmansyah

    Foto Poster : CS Wijaya

    Disain Poster : www.michaeltju.com

    4.1.2 Penokohan

    Tabel 4.1 Daftar Nama Tokoh Utama dan Karakter yang diperankan

    Nama Peran Gambar Keterangan

    Reza

    Rahadian

    Soleh

    Seorang lelaki pengangguran yang

    hidup dalam impiannya untuk

    menjadi seseorang yang berarti bagi

    istri, adik dan anaknya, namun

    belum mendapatkan jalan yang baik.

    Soleh akhirnya menjadi anggota

    banser NU

    http://www.michaeltju.com/

  • Revalina S

    Temat

    Menuk

    Seorang perempuan yang cantik dan

    soleha yakni istri dari Soleh. Cinta

    Menuk kepada suaminya begitu

    besar meski suaminya tidak

    memiliki pekerjaan. Menuk memilih

    Soleh daripada Hendra, anak dari

    Tan Kat Sun yang keturunan

    Tionghoa, karena Soleh beragama

    Islam. Untuk mencukupi kebutuhan

    mereka sehari-hari, Menuk bekerja

    di di restoran Kanton Pak Tan.

    Rio

    Dewanto

    Ping Hen

    Anak dari Tan Kat Sun dan Lim

    Giok Lie yang sedang mencari jati

    diri. Dalam proses pencarian jati diri

    tersebut, dia selalu bertentangan

    dengan kedua orangtuanya, termasuk

    dalam menjalankan usaha restoran.

    Hendra atau Ping Hen jatuh cinta

    pada Menuk dan merasa sakit hati

    berkepanjangan karena Menuk lebih

    memilih Soleh yang pengganguran

  • dikarenakan Soleh seorang Muslim.

    Henky

    Solaiman

    Tan Kat

    Sun

    Seorang ayah dan pengusaha

    restoran masakan Cina. Dalam

    kondisi kesehatannya yang tidak

    baik, pak Tan selalu bersikap positif

    dan menghargai orang disekitarnya,

    namun ia merasa jengkel dengan

    sikap anaknya yang tidak peduli

    terhadap usaha keluarga.

    Agus

    Kuncoro

    Surya

    Seorang pemuda yang memiliki

    mimpi menjadi bintang film tetapi

    selalu memerankan peranan-peranan

    kecil. Surya mendapatkan peran

    menjadi tokoh utama untuk pertama

    kalinya dalam pementasan

    penyalipan Yesus Kristus. Walaupun

    seorang Muslim, Surya berhasil

    memerankan dengan baik beberapa

    peran yang dipercayakan olehnya.

  • Endhita Rika

    Seorang janda beranak satu, pemilik

    toko buku yang baru saja berpindah

    agama. Karena status janda dan

    keputusannya pindah agama, Rika

    sering mendapat cemoohan dari para

    tetangga, namun Rika tetap pada

    pendiriannya. Rika juga harus

    menghadapi protes dari anaknya,

    Abi dan ibunya atas keputusannya

    tersebut.

    4.1.3 Sekilas tentang Film “?” Tanda Tanya

    Film “?” Tanda Tanya produksi Mahaka Pictures dan Dapur Film

    mengangkat pluralitas bangsa Indonesia dengan berbagai keberagaman

    agama dan juga etnis serta permasalahan sosialnya. Paham pluralisme dalam

    film ini terlihat pada narasi awal, “semua jalan setapak itu berbeda-beda,

    namun menuju ke arah yang sama: mencari satu hal yang sama dengan satu

    tujuan yang sama, yaitu Tuhan”.

    Film garapan Hanung Bramantyo ini mengangkat cerita yang

    cenderung sensitif di masyarakat Indonesia karena memberikan gambaran

    keberagaman dan fenomena-fenomena yang terjadi di Indonesia, baik dan

  • buruknya. Hal ini menyebabkan pro-kontra di masyarakat menyikapi

    rilisnya film ini.

    Hanung Bramantyo mengangkat sosok Soleh yang mewakili Banser

    Nahdlatul Ulama (NU), hal ini menuai protes dari Banser NU kota Surabaya

    karena dianggap mendeskreditkan Islam dengan penggambaran sosok Soleh

    yang mudah cemburu dan memiliki pemikiran dangkal.

    Saat film ini menjadi wacana di masyarakat, banyak ancaman

    pemboikotan Film “?” Tanda Tanya dari ormas-ormas Islam, seperti FPI,

    MUI, dan NU. Film ini berhasil rilis pada tanggal 7 April 2011 lalu, tetapi

    tak bertahan lama, hanya seminggu beredar di bioskop-bioskop karena

    laporan ormas Islam tersebut.

    Selain itu, FPI juga melakukan pencekalan pada Stasiun Televisi

    SCTV yang akan menayangkan Film “?” Tanda Tanya saat Hari Raya Idul

    Fitri. FPI menganggap bahwa SCTV turut membangun kebencian antar

    umat beragama jika menayangkan film tersebut.

    Selain kontroversinya tersebut, film “?” Tanda Tanya juga meraih

    beberapa prestasi di dalam industri perfilman. Sejak penayangan Film “?”

    Tanda Tanya pada 7 April 2011 di bioskop, penjualan tiket mencapai

    120.000 selama 5 hari tayang. Selain itu film ini juga berhasil menjadi

  • nominator di Festival Film Indonesia (FFI) 2011 dan juga Festival Film

    Bandung 2012 bahkan memenangkan salah satu nominasi.

    Festival Film Indonesia (FFI) 2011:

    Hanung Bramantyo menjadi nominator Sutradara Terbaik

    Titien Watimena menjadi nominator Penulis Skenario Terbaik

    Hanung Bramantyo menjadi nominator Penulis Cerita Asli Terbaik

    Yadi Sugandi menjadi pemenang Pengarah Sinematografi Terbaik

    Fauzi menjadi nominator Pengarah Artistik Terbaik

    Cesa David Lucmansyah menjadi nominator Penyunting Gambar

    Terbaik

    Satrio Budiono dan Saft Daultsyah menjadi nominator Penata Suara

    Terbaik

    Agus Kuncoro menjadi nominator Pemeran Pendukung Pria Terbaik

    Endhita menjadi nominator Pemeran Pendukung Wanita Terbaik

    Festival Film Bandung 2012

    Hanung Bramantyo menjadi nominator Sutradara Terpuji

    Yadi Sugandi menjadi nominator Penata Kamera Terpuji

    Tanda Tanya menjadi nominator Poster Terpuji Festival

  • 4.1.4 Sinopsis Film “?” Tanda Tanya

    Film “?” Tanda Tanya bercerita tentang fenomena keberagaman yang

    ada di Indonesia, baik itu agama maupun etnis, dua hal yang sensitif dalam

    kehidupan sosial masyarakat Indonesia saat ini. Film yang mengambil

    setting di kota Semarang ini mengangkat beberapa kasus yang pernah terjadi

    di Indonesia yang berlatar perbedaan agama dan etnis.

    Dalam film ini menceritakan tentang Soleh (diperankan oleh Reza

    Rahardian) suami dari Menuk (diperankan oleh Revalina S Temat) yang

    merasa tidak berarti bagi keluarganya karena dia seorang pengangguran.

    Sampai akhirnya Soleh menyuruh istrinya untuk menceraikan dirinya

    karena merasa derajatnya lebih rendah dibanding Menuk yang memiliki

    pekerjaan. Menuk bekerja oleh Tuan Tan Kat Sun (diperankan oleh Hengky

    Solaiman) sebagai pelayan di restoran “Conton Chinnese Food”. Menuk

    terpukul atas apa yang diucapkan suaminya, hingga pada akhirnya Soleh

    datang menemui Menuk untuk meminta maaf dan mengabarkan bahwa ia

    mendapatkan pekerjaan, pekerjaan yang selama ini dicita-citakan yakni

    menjadi anggota Banser Nahdlatul Ulama (NU). Menuk kurang senang

    mendengar berita itu, justru cenderung takut karena dia tahu bahwa tugas

    seorang Banser NU sangat berresiko bahkan nyawa taruhannya.

    Di sisi lain diceritakan tentang keluarga Tan Kat Sun, seorang

    Tionghoa beragama Kong Hu Cu yang memiliki anak bernama Ping Hen

  • (diperankan oleh Rio Dewanto). Tan Kat Sun dikenal sebagai seseorang

    yang memiliki toleransi agama yang tinggi karena pegawai yang bekerja di

    restoran masakan Cina miliknya beragama Islam. Tan Kat Sun selalu

    mengingatkan dan memberi waktu pegawainya untuk melaksanakan sholat

    di tempat yang disediakan. Toleransi sangat kental padanya, ia mau

    menjawab salam ketika Menuk mengucap “Assalammu’alaikum”, ia juga

    menghargai umat muslim ketika menjalankan ibadah puasa dengan menutup

    restorannya menggunakan kain putih serta memberi libur panjang kepada

    pegawainya yang merayakan hari raya Idul Fitri. Berbeda dengan sifat orang

    tuanya, Ping Hen memiliki sifat yang keras. Ia tidak memikirkan usaha

    orang tuanya yang berjuang membesarkan usaha restoran mereka, ia lebih

    sering menghabiskan waktu dengan bersenang-senang. Ia menjadi sosok

    yang keras hati akibat luka masalalunya. Ia kecewa dengan hubungan

    percintaan masalalunya bersama Menuk yang harus kandas karena

    perbedaan agama diantara mereka dan Menuk lebih memilih Soleh yang

    seagama.

    Di lain sisi juga diceritakan tentang kehidupan Rika (diperankan oleh

    Endhita) yang membuat keputusan besar dalam hidupnya yakni berpindah

    agama. Semua berpikir bahwa kegagalan pernikahannyalah yang

    menyebabkan ia mengambil keputusan menjadi seorang khatolik. Ia bercerai

    dengan suaminya karena ingin berpoligami. Ketegaran Rika menarik

    perhatian Surya (diperankan oleh Agus Kuncoro) yang peduli dengannya

  • dan Abi anaknya. Surya yang hanya seorang figuran yang memiliki mimpi

    sebagai bintang film terkenal selalu ada untuk Rika dan Abi. Tak jarang

    Rika juga membalas kebaikan Surya dengan menawarkan pekerjaan kepada

    Surya. Meskipun mereka berbeda agama, tetapi mereka tetap mampu hidup

    berdampingan dan memperlihatkan sikap toleransi. Konflik batin terjadi saat

    Surya diberi tawaran memerankan tokoh Yesus dalam drama Paskah di

    gereja tempat Rika beribadah. Tetapi setelah memantapkan hatinya ia mau

    dan berhasil memerankan tokoh Yesus dengan apik.

    Konflik sering terjadi ketika perbedaan tidak bisa di tolerir. Ketika

    Ping Hen berusaha menggantikan tugas ayahnya untuk mengurus

    restorannya, ia tidak memberikan waktu untuk pegawainya melaksanakan

    sholat, ia juga melepas kain penutup restoran saat bulan puasa karena ia

    berpikir dengan ditutupi kain, restoran menjadi sepi, bahkan lebaran Idul

    Fitri yang biasanya lima hari, ia merubah kebijakan dengan memberi libur

    hanya sehari. Hal ini membuat Soleh naik pitam dan membawa rombongan

    menuju restoran “Conton Chinnese Food” untuk memporak porandakan isi

    restoran karena dianggap tidak toleransi.

    Selain mengangkat konflik, film ini juga menceritakan fenomena

    penyelamatan gereja dari serangan terorisme berupa bom oleh anggota

    banser NU, yang disini diwakili oleh sosok Soleh. Saat perayaan Natal,

    Soleh yang sedang bertugas sebagai anggota banser NU menjaga gereja dan

    menemukan kotak mencurigakan yang ternyata berisi rakitan bom. Ia

  • membawa bom itu keluar dan mengorbankan nyawanya demi

    menyelamatkan semua orang.

    Di akhir cerita digambarkan sosok Hendra atau Ping Hen berpindah

    agama menjadi seorang Muslim dan menepati janjinya kepada Tan Kat Sun

    sebelum ayahnya itu meninggal. Untuk mengenang jasa Soleh yang menjadi

    pahlawan menyelamatkan jemaat gereja dari ancaman bom, maka gapura

    masuk ke gang “Pasar Baru” dirubah menjadi “Pasar Soleh”.

    4.2 Penyajian dan Analisis Data

    Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yakni penelitian Muhammad

    Iqbal yang berjudul Konstruksi “Citra Islam” dalam Film Tanda Tanya “?”,

    penulis berhasil mencari makna lain atau mematahkan konstruksi citra Islam

    yang dikemukakan oleh peneliti sebelumnya dengan mengambil beberapa scene

    (dari 165 scene yang ada) yang mewakili gambaran citra Islam dalam film

    tersebut.

    Penelitian sebelumnya mendapatkan bahwa citra agama Islam dipandang

    sebagai kemiskinan, rasisme, kekerasan dan terorisme, serta murtad. Penulis

    mendapati bahwa citra Islam dalam Film “?” Tanda Tanya tidak hanya seperti

    itu, melainkan ada pandangan-pandangan lain yang lebih baik dari hasil

    penelitian sebelumnya.

  • Dari hasil konstruksi Citra Islam, maka penulis menggali lebih dalam dan

    mendapatkan beberapa hasil tentang citra Islam yang bertolak belakang yakni

    berbagi, hidup berdampingan dan toleransi, damai dan pemaaf, serta soleh. hasil

    inilah yang nanti akhirnya akan dibandingkan dalam ranah kontestasi.

    4.2.1 Berbagi dan Tolong Menolong (Kaya Hati)

    Gambar 4.2 Adegan scene 98

    Potongan gambar diatas adalah adegan dalam scene 98. Terlihat ada

    sekelompok orang berkerumun dan salah satunya sedang membagikan

    makanan. Dalam cerita adegan diatas, setting waktu diambil saat bulan

    ramadhan. Dia adalah Ibu Novi pemilik kos-kosan yang bersedekah dengan

    membagikan makanan kepada anak-anak menjelang buka puasa.

  • Pengambilan gambar diatas adalah menggunakan Long Shot dimana

    memperlihatkan sebagian besar tokoh dan lingkungannya. Gambar diambil

    dari jarak jauh, seluruh objek terkena hingga latar belakang objek.

    Beberapa film dengan tema sosial biasanya menempatkan subjek dengan

    Long Shot, dengan pertimbangan bahwa situasi sosial (bukan subjek

    individual) yang menjadi fokus perhatian utama (Chandler, 2000). Dari

    pengambilan gambar tersebut dapat dimaknai sebagai hubungan sosial.

    Dengan pengambilan gambar yang jauh, maka tidak terlalu jelas

    terlihat gerakan tubuh para tokoh. Tetapi disini dapat dilihat yang menonjol

    adalah gerakan Ibu Novi. Tangannya memegang bungkusan dan

    menyerahkan kepada anak kecil didepannya. Hal ini dapat dimaknai

    sebagai sikap memberi.

    Beberapa tokoh yang berada dalam frame tersebut menggunakan

    kostum baju muslim, wanita memakai jilbab dan pria memakai sarung serta

    peci. Kostum yang menempel pada tokoh mengandung pesan yang ingin

    disampaikan pada orang lain. Dalam hal ini penulis memaknainya sebagai

    bentuk aktualisasi diri, pembuat film ingin menyampaikan dan membangun

    tokoh-tokoh tersebut sebagai orang muslim. Hal ini juga didukung oleh

    properti yang menjadi latar tempat mereka berada yakni beberapa kaligrafi

    dari pahatan kayu.

  • Menurut apa yang penulis anut, dalam ajarannya Islam

    menganjurkan bagi umatNya untuk selalu mengingat sesamanya, dan 2,5%

    dari rejeki yang diberikan Allah adalah hak orang lain yang kurang mampu.

    Banyak cara untuk mengaplikasikan hal tersebut, misalnya bersedekah,

    menyumbangkan pada panti asuhan ataupun berzakat.

    Dalam adegan yang diambil dari potongan gambar diatas, pembuat

    film berusaha menyampaikan ajaran Islam dan membangun citra agama

    Islam yang baik yakni saling berbagi. Hal ini dapat mematahkan penelitian

    sebelumnya yang mengatakan bahwa Citra Islam dalam film “?” Tanda

    Tanya berkaitan erat dengan kemiskinan. Miskin dalam penelitian

    sebelumnya dilihat berdasarkan materi, disini penulis mencoba melihat

    tidak hanya dari materi saja tetapi juga hati, yaitu kaya hati. Adegan

    berbagi diatas menunjukkan bahwa bu Novi pemilik kos-kosan adalah

    orang yang mampu, sehingga bisa membagikan rejeki berupa makanan

    kepada orang lain.

  • Gambar 4.3 Adegan scene 162

    Scene 162 diatas terlihat Rika dan Abi sedang membagikan makanan

    pada orang disekitarnya yang kurang mampu dalam rangka memperingati

    syukuran Khatam Qur’an Abi.

    Dalam adegan diatas menggunakan extreme long shot (ELS) yang

    menempatkan kamera pada titik terjauh di belakang subjek, dengan

    penekanan pada latar belakang. Dengan demikian dapat diketahui posisi

    objek tersebut terhadap lingkungannya. Teknik ini dipakai untuk memberi

    kesan luas dan keluarbiasaan. Pembuat film ingin memperlihatkan kegiatan

    yang terjadi secara keseluruhan. Saat membagikan makanan, datanglah

    kedua orang tua Rika naik becak.

  • Gerakan tubuh yang ditunjukkan dalam adegan diatas yang paling

    menonjol adalah tangan rika dan tangan Abi yang memegang bungkusan

    berwarna merah, gerakan tangan anak yang mengantri pertama seperti

    ingin menyambut bungkusan tersebut. Hal ini dimaknai sebagai sikap atau

    tindakan memberi.

    Dilihat dari kostum para tokoh, Rika dan Abi menggunakan pakaian

    yang bagus dan rapi, sedangkan masyarakat yang sedang mengantri

    menggunakan pakaian seadanya dan kurang rapi. Hal ini dapat dimaknai

    bahwa Rika dan Abi tergolong orang yang mampu atau “berada”.

    Sedangkan masyarakat yang mengantri dengan kostum yang dipakai

    dimaknai sebagai orang yang kurang mampu dan membutuhkan.

    Setting tempat yang berlatar belakang tulisan FOOTNOTE dan ada

    gambar buku sebelum huruf F serta patung anak membawa buku

    memberitahukan bahwa kejadian tersebut terjadi didepan toko buku

    bernama FOOTNOTE. Pada dinding toko buku terdapat MMT bertuliskan

    “Syukuran Khatam Qur’an Abi”, menunjukkan bahwa acara berbagi

    tersebut diadakan untuk merayakan keberhasilan Abi yang sudah khatam

    Qur’an.

    Islam mengajarkan untuk selalu bersyukur atas apa yang dicapai atau

    didapatkan. Agar kita selalu mengingat masih ada orang yang

  • membutuhkan dan kita lebih beruntung dari mereka, sehingga jika kita

    mampu disarankan untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Dalam

    Al-Qur’an surat Annisa 4:36 mengajarkan tentang perbuatan baik kepada

    orang-orang di sekitar kita, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu

    mempersekutukannya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua

    orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,

    tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan

    hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

    sombong dan membanggakan diri”.

    Pembuat film ingin membangun Citra Islam yang mau berbagi dan

    selalu bersyukur atas apa yang didapatkan. Seperti gambar diatas yakni

    bentuk ucapan syukur atas Abi yang berhasil Khatam atau menyelesaikan

    membaca Al-Qur’an, kemudian dibantu ibunya, Rika membagikan

    makanan kepada masyarakat sekitar yang kurang beruntung.

  • Gambar 4.4 Adegan scene 50

    Dari gambar 4.4 diatas yang merupakan potongan adegan scene 50

    terlihat bahwa setting tempat yang terjadi adalah dapur tempat memasak.

    Seseorang terjatuh saat sedang memasak yakni tuan Tan Kat Sun yang

    biasa dipanggil engkoh oleh pegawainya. Penyakit jantung yang ia derita

    tiba-tiba kambuh. Pegawai yang bekerja di restoran masakan cinanya

    panik. Mereka mencoba menolong Engkoh dan menggotong ke kamarnya.

    Adegan diambil dengan high angle, kamera melihat tokoh dari atas,

    dan membuat penonton merasa lebih kuat daripada tokoh. Gambar tersebut

    memberikan pemaknaan tentang dominasi, kekuasaan dan otoritas,

    penonton diposisikan menguasai kejadian dalam frame tersebut.

  • Body Language dalam adegan diatas terlihat beberapa karyawan

    berlari dan Menuk mengitari Engkoh yang terjatuh. Gerakan ini

    menggambarkan kekhawatiran para tokoh kepada tokoh lainnya. Selain itu

    gerakan pegawai perempuan yang mengangkat kepala Engkoh dan gerakan

    Menuk yang mengangkat kaki Engkoh diartikan sebagai sikap menolong.

    Kostum yang digunakan para tokoh dalam adegan tersebut adalah

    pakaian biasa, dan satu yang menonjol yakni tokoh Menuk yang

    menggunakan kerudung. Hal ini dapat dimaknai bahwa Menuk dengan

    kostum tersebut merupakan sosok yang mewakili Islam dan membentuk

    citra Islam yang saling tolong menolong.

    Dalam pengalaman dan kejadian nyata mengajarkan kita untuk

    berbuat baik kepada siapapun, tidak memandang perbedaan suku, etnis,

    agama, kelas sosial, dll. dalam Al-Qur’an disebutkan “Dan tolong-

    menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan

    tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (Al Maidah: 2).

    Dari ayat tersebut terlihat jelas bahwa Islam menganjurkan untuk saling

    tolong menolong.

    Dari hasil penelitian sebelumnya yang menemukan citra Islam

    identik dengan kemiskinan terpatahkan dengan citra Islam yang penulis

    dapatkan. Miskin atau kaya tidak hanya dilihat dari materi semata. Jika

  • peneliti sebelumnya hanya melihat dari sisi materi, penulis berusaha

    memberi pengertian bahwa dalam ajaran Islam mengutamakan kaya hati.

    Dalam hal ini pembuat film menampilkan kekayaan hati tersebut dalam

    sikap Menuk yang menolong Engkoh yang berbeda agama.

    Gambar 4.5 Adegan scene 109

    Setting tempat yang tergambar dalam penggalan adegan scene 109

    diatas adalah rumah sakit. Terlihat disana ada Rika menemani Surya yang

    memakai kostum Santa Claus membawa bingkisan yang diberikan

    sepasang suami istri didepannya. Suami istri itu meminta bantuan Surya

    berperan sebagai tokoh hero kesukaan anaknya untuk memberikan hadiah

    kepada Abi (anak mereka) yang sedang sakit.

  • Penggalan adegan diatas diambil dengan medium shot yang

    memperlihatkan aktor yang menempati area yang sama pada frame. Penulis

    memaknainya sebagai hubungan personal dengan subjek. Selain

    pengambilan gambar, Penonton seolah-olah ikut menyaksikan kejadian

    tersebut karena menggunakan angle eye level yang membuat penonton

    sederajat atau sejajar.

    Kostum yang digunakan tiga tokoh adalah baju yang bagus dan rapi.

    dapat dimaknai tokoh-tokoh tersebut sebagai orang yang mampu. Tokoh

    Surya memakai Kostum Santa Claus. Hal ini bukan berarti dia seorang

    Kristiani tetapi dengan didukung dialog yang disampaikan, ketika sepasang

    suami istri didepannya berterimakasih padanya dan dia menjawab dengan

    kata “Insyaallah” menunjukkan bahwa dia orang Islam. Hal ini dapat

    dimaknai bahwa tokoh Surya rela melakukan apapun dan menjadi tokoh

    siapapun untuk menolong sesamanya.

    Hal ini membuktikan bahwa Islam menganjurkan untuk saling

    tolong menolong. Dalam kondisi apapun dan meskipun berbeda agama,

    kita harus menanamkan dalam diri bahwa kita harus menolong sesama.

    Kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk

    kelangsungan hidup, seperti dalam keseharian penulis yang besar dalam

    lingkungan plural atau beragam, sehingga kita secara tidak langsung saling

    bergantungan antar umat beragama.

  • Semua itu diangkat pembuat film dalam adegan diatas, karena ingin

    menyampaikan bahwa Islam mengajarkan bahwa tolong menolong itu tidak

    pandang bulu kepada siapapun karena manusia pada hakikatnya tidak bisa

    hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain, dan tidak memungkiri

    bahwa Indonesia memiliki beragam kepercayaan.

    Gambar 4.6 Adegan scene 46

    Gambar 4.6 diatas memperlihatkan setting tempat disebuah pasar

    dalam kondisi hujan. Seorang pria memayungi seorang wanita yang lebih

    tua dan membawakan barang bawaannya.

    Pengambilan gambar dilakukan dengan extreme long shot (ELS)

    yaitu penekanan pada latar belakang. Tujuannya memperlihatkan latar dari

  • adegan tersebut yakni pasar sepanjang gang. Dapat dimaknai bahwa orang

    tersebut memayungi nenek sepanjang jalan.

    Kostum yang digunakan pria yaitu memakai baju koko dan peci

    berwarna hitam, simbol tersebut memberi makna bahwa orang tersebut

    beragama Islam. Bahasa tubuh yang ditunjukkan dalam adegan tersebut

    terfokus pada pria yang memayungi nenek dan menjinjing barang ditangan

    kanannya. Hal ini dapat dimaknai sebagai sikap menolong.

    Berdasarkan pengalaman mental dan juga pengalaman kebudayaan

    di sekitar penulis, mengajarkan bahwa kita harus menolong dan

    menghormati orang yang lebih tua dari kita, siapapun itu, tidak hanya

    berasal dari keluarga atau sanak saudara. Kepada tetangga ataupun kepada

    orang yang kita temui dimanapun yang membutuhkan bantuan.

    Pembuat film ingin menyampaikan pesan ajaran tersebut dengan

    mengangkat adegan Ustadz membantu orang yang lebih tua. Hal ini karena

    ingin menggambarkan citra Agama Islam yang menghormati orang-orang

    disekitar kita terutama orang yang usianya lebih tua.

  • Gambar 4.7 Adegan scene 60

    Penggalan adegan dalam scene 60 terlihat ustadz sedang memberi

    nasehat kepada Surya yang mendatanginya karena bimbang menerima

    pekerjaan yang ditawarkan oleh Rika, yakni berperan dalam pementasan

    drama di gereja sebagai Yesus. Dia bingung karena takut dikira murtad,

    tapi dia juga butuh pekerjaan. Pak Ustadz menyuruh dia untuk bertanya

    pada hatinya.

    Pengambilan gambar dilakukan dengan medium shot (MS) yang

    menjelaskan hubungan personal dengan subjek. Teknik lain yang

    digunakan dalam adegan ini adalah profil shot yakni jika dua orang sedang

    berdialog, tetapi pengambilan gambarnya dari samping, kamera satu

    memperlihatkan orang pertama dan kamera dua memperlihatkan orang

  • kedua. Dalam hal ini ingin lebih menunjukkan profil Surya yang sedang

    bimbang membuat keputusan.

    Kostum yang digunakan oleh kedua tokoh tersebut adalah kaos

    oblong berwarna putih dan abu-abu yang memiliki makna masing-masing

    seperti yang diungkapkan Barker (1954) dalam Mulyana, karakter warna

    mampu memberikan kesan pada seseorang yang akan dideskripsikan.

    Warna baju yang dipakai pak Ustadz adalah putih, yang memiliki makna

    menunjukkan kedamaian, permohonan maaf, pencapaian diri, spiritualitas,

    kedewaan, kesucian, kebersihan, kesederhanaan, kesempurnaan,

    kebersihan, cahaya, tak bersalah, keamanan, persatuan. Dapat dimaknai

    bahwa pak Ustadz mencerminkan tokoh yang spiritual, sederhana dan

    memberikan kedamaian serta bijaksana, didukung oleh dialog pak Ustadz

    yang menyuruh Surya bertanya pada hatinya. Selain itu, kostum yang

    dipakai Surya berwarna abu-abu yang memiliki makna mencerminkan

    keamanan, kepandaian, tenang dan serius, kesederhanaan, kedewasaan,

    konservatif, praktis, kesedihan, bosan, profesional, kualitas, diam, tenang.

    Pada tokoh Surya memakai kostum berwarna abu-abu untuk

    mengaktualisasi dirinya yang sederhana, tenang dan serius, berpikir

    sebelum mengambil keputusan, bahkan dengan bertanya kepada orang lain

    atas resiko yang akan terjadi.

  • Dalam pengalaman yang pernah dilihat oleh penulis bahwa tidak

    jarang orang yang bimbang atas beberapa pilihan dalam hidupnya datang

    pada Ustadz atau yang dianggap sebagai guru spiritual. Hal ini dikarenakan

    orang-orang tidak ingin salah mengambil keputusan dan menyesal pada

    akhirnya. Solusi bertanya pada hati sangat wajar disampaikan karena

    memang hati yang peka terhadap apa yang kita lakukan kaena kemantapan

    hati itu sangat penting dalam menjalankan keputusannya.

    Semua hal tersebut diangkat pembuat film untuk menunjukkan

    bahwa disaat kita bimbang untuk mengambil keputusan yang paling tepat,

    kita bisa bertanya atau meminta pendapat pada orang yang kita percaya,

    karena orang yang kita percaya tidak akan menjerumuskan pada

    pengambilan keputusan yang salah. Dan Islam mengajarkan pada kita

    untuk mempercayai apa kata hati, karena hati tidak akan menyesatkan pada

    kesalahan. Pembuat film berhasil membangun citra agama Islam yang baik.

  • 4.2.2 Hidup Berdampingan dan Toleransi

    Gambar 4.8 Adegan scene 124

    Gambar 4.8 diatas menggambarkan tokoh Surya yang datang

    kerumah Rika dalam suasana lebaran. Terlihat mereka sedang bersalaman

    di teras rumah Rika. Rika yang sudah berpindah agama menjadi seorang

    khatolik mengucapkan selamat pada Surya yang merayakan Idul Fitri.

    Adegan diambil dengan extreme long shot (ELS) yang memiliki

    kesan keluasan, yakni dengan memperlihatkan latar belakang kejadian.

    Gambar diatas ingin menunjukkan tempat berlangsungnya kejadian yaitu di

    teras rumah Rika yang memiliki pekarangan luas dan banyak tanaman.

  • Bahasa tubuh yang ditunjukkan yaitu tangan Rika dan Surya

    bersentuhan di ujung jari mereka tanda bersalaman. Makna bersalaman

    dalam adegan diatas adalah saling memaafkan karena didukung oleh

    suasana lebaran. Kostum yang digunakan Surya yakni sarung, baju koko

    dan peci berwarna hitam menunjukkan bahwa dia seorang Islam yang

    sedang merayakan hari raya Idul Fitri. Sedangkan pakaian yang digunakan

    Rika tidak menunjukkan tentang keislaman karena dalam film itu

    diceritakan Rika sudah berpindah agama. Makna yang terkandung dalam

    frame tersebut adalah toleransi antar agama.

    Tidak memungkiri bahwa Indonesia adalah negara Plural yang

    memiliki 6 agama yang diakui, sehingga dibutuhkan rasa toleransi yang

    tinggi. Karena kembali lagi pada hakikat manusia yang tidak bisa hidup

    sendiri dan membutuhkan orang lain. Berdasakan pengalaman mental

    penulis yang notabene hidup dalam lingkungan plural, toleransi sangat

    dibutuhkan untuk melangsungkan keharmonisan antar umat beragama.

    Disini pembuat film pintar dengan megangkat citra agama Islam

    yang mampu hidup berdampingan dan juga memupuk toleransi antar umat

    beragama. Pembuat film menyajikan banyak adegan tentang toleransi,

    salah satunya gambar 4.8 diatas. Keceriaan terlihat diatas perbedaan yang

    ada.

  • Gambar 4.9 Adegan scene 18

    Dalam potongan adegan diatas memiliki setting tempat di sebuah

    restoran masakan cina. Tan Kat Sun pemilik restoran masakan cina berada

    didapur dengan pegawainya sedang memasak. Terlihat juga dari balik kaca

    wanita berjilbab yakni Menuk memasuki restoran. Ia mengucapkan salam

    “assalamu’alaikum” saat memasuki tempat kerjanya itu, dan pemilik

    restoran yang diketahui beragama Kong Hu Cu tetap menjawab salam

    “walaikumsalam”.

    Adegan diatas diambil dengan teknik pengambilan gambar medium

    shot yakni subjek dan aktor menempati area yang sama pada frame, dan

    masih ada ruang untuk menunjukkan gerakan tangan. Makna yang dapat

    diambil adalah terdapat dua kegiatan berlangsung, saatn tuan Tan Kat Sun

  • dan satu orang pegawainya memasak didapur, di ruang lain terdapat

    kegiatan saat Menuk memasuki ruangan.

    Menuk memakai jilbab yang bermakna ingin mengaktualisasi diri

    sebagai seorang muslim. Sedangkan latar tempat kejadian tersebut terjadi

    di restoran masakan Cina. Memperlihatkan bahwa terdapat toleransi dlam

    frame diatas. Didukung oleh dialog salam yang diucapkan Menuk

    “assalamu’alaikum” dan dijawab oleh pemilik restoran “walaikumsalam”.

    Islam mengajarkan bahwa kita harus mengucapkan dan wajib

    menjawab salam. Hal ini juga dilakukan penulis dimanapun berada dan

    kepada siapapun, baik seagama ataupun berbeda agama. Kembali lagi

    melihat bahwa penulis hidup dalam perbedaan, sehingga harus mampu

    bertoleransi dan hidup berdampingan.

    Dari gambar 4.9 diatas menunjukkan bahwa Islam mampu hidup

    berdampingan dengan agama berbeda dan etnis yang berbeda pula karena

    menanam sikap toleransi.

  • Gambar 4.10 Adegan scene 134

    Adegan dengan setting toko buku terlihat Rika dan Abi sedang

    menghias pohon natal dalam persiapan memperingati hari raya Natal. Abi

    yang beragama Islam membantu ibunya yang beragama khatolik untuk

    menghias pohon Natal sebagai simbol umat nasrani. Terlihat keceriaan

    dalam adegan tersebut.

    Pengambilan gambar dilakukan dengan medium shot yakni subjek

    dan aktor menempati area yang sama pada frame, dan masih ada ruang

    untuk menunjukkan gerakan tangan. Memberi penggambaran adegan

    tersebut terjadi di dalam toko buku.

    Kebudayaan di lingkungan yang beragam akan menciptakan dengan

    sendirinya solidaritas dan sikap toleransi antar umat beragama. Penulis

  • yang hidup dengan orang tua yang berbeda agama mengerti bagaimana

    menyikapi perbedaan yakni dengan toleransi. Saling mengingatkan untuk

    beribadah adalah salah satu cara mendapatkan keharmonisan dalam

    perbedaan. Membantu menghias pohon Natal dan memberikan ucapan

    dalam peringatan-peringatan hari raya.

    Sekali lagi pembuat film menggambarkan bahwa Islam mampu

    hidup berdampingan dengan agama yang berbeda dengan menjunjung

    sikap toleransi yang tinggi. Saling menghormati dan menghargai keyakinan

    orang lain. Dalam adegan film diatas terjadi antara Abi dan ibunya.

    Gambar 4.11 Adegan scene 80

    Gambar diatas merupakan potongan adegan scene 80. Dapat dilihat

    bahwa banyak orang masuk ke gereja yakni para jemaat yang akan

  • beribadah ke gereja. Kemudian terdapat beberapa orang yang berjaga

    menggunakan seragam loreng lengkap yang menandakan bahwa mereka

    adalah kelompok Banser Nahdlatul Ulama.

    Beberapa anggota banser NU mulai menjaga gereja sebelum jemaat

    gereja berdatangan. Soleh terlihat cemas karena baru pertama kali ia

    bertugas sebagai anggota banser. Soleh menanyakan kepada anggota

    banser lainnya kenapa mereka menjaga gereja, karena sepengetahuan

    Soleh, seorang Muslim tidak boleh masuk kedalam gereja karena dianggap

    haram. Hal itu di bantah keras oleh anggota banser tersebut dan

    memberikan penjelasan kepada Soleh.

    Dialog antara Soleh (S) dan Anggota Banser (AB):

    S : “kita sebagai orang islam kok jaga gereja? Kan gak boleh

    masuk kedalam?”

    AB : “yang bilang gak boleh siapa?”

    S : “lha yo haram to mas”

    AB : “ gak ada yang haram Leh. Kamu denger gak tragedi bom

    gereja yang dilakuk an teroris itu?”

    S : “denger-denger”

    AB : “ kita sebagai umat Islam jadi jelek gara-gara berita itu. Kita

    sebagai ormas Islam terbesar menolak pandangan seperti itu dengan

    menjaga gereja seperti ini, dan ini Jihad. Tau gak?”

  • S : “ berarti harus siap kalo ngadepin bom?”

    AB : “iyalah, berani gak?”

    S : “Insyaallah, Insyaallah”

    Adegan tersebut diangkat dari fenomena yang terjadi di masyarakat

    Indonesia. Misalnya serangkaian bom malam Natal dibeberapa daerah di

    Indonesia dan Peristiwa Bom Bali tahun 2002 yang menewaskan 202 orang

    (164 warga asing dan 38 warga Indonesia) dan 209 korban luka-luka, hal

    ini menyebabkan citra agama Islam menjadi buruk karena diidentikkan

    dengan jaringan terorisme.

    Gambar tersebut diambil dengan teknik extreme long shot yang

    memiliki kesan keluasan, yakni dengan memperlihatkan latar belakang

    kejadian. Penggambilan gambar dengan teknik ini untuk memberikan

    penjelasan bahwa kejadian tersebut terjadi didepan gereja dan

    memperlihatkan kegiatan jemaat memasuki gereja.

    Dari latar belakang tersebut, pembuat film berusaha mengembalikan

    citra agama Islam dengan mengangkat beberapa tokoh Banser NU yakni

    ormas Islam sedang menjaga gereja yang notabene agama lain

    (kristen/khatolik). Dalam adegan diatas dapat disimpulkan bahwa makna

    dari penjagaan gereja oleh ormas Islam membuktikan bahwa Islam

  • menjunjung toleransi antar umat beragama dan membuktikan bahwa Islam

    bisa hidup berdampingan dengan agama lain.

    Gambar 4.12 Adegan scene 108

    Gambar 4.12 menggambarkan dua orang dewasa sedang mengobrol

    dan satu orang anak kecil sedang menikmati mie ayam, ber-setting tempat

    di warung mie ayam saat pria dewasa dan anak kecil selesai menjalankan

    ibadah sholat tarawih di Masjid. Rika, wanita dewasa itu menawarkan

    pekerjaan pada Surya untuk memerankan tokoh Santa Claus. Dalam adegan

    itu diceritakan Surya menjelaskan tentang Santa Claus.

    Dialog antara Surya (S) dan Rika (R):

    S : “ini Santa Claus atau Sinterklas?”

  • R : “Apa bedanya sih?”

    S : “kalau Sinterklas itu dia itu seorang Santo atau pendeta dari

    Spanyol. Nama aslinya Santo Nicolas, orangnya kayaaaaa

    banget. Ibunya orang item, piaraannya juga banyak. Dia itu

    punya kebiasaan, setiap hari kelahirannya tanggal lima

    Desember, dia merayakannya dengan membagi-bagi hadiah

    sama anak-anak miskin. Nah, pakaiannya juga kayak Santo,

    pake jubah putih panjang, pake topi, pake tongkat.”

    Dari penggalan dialog diatas, dapat diketahui bahwa pengetahuan

    Surya luas bahkan tentang agama lain. Kita lebih baik jika mengerti tentang

    pengetahuan-pengetahuan agama lain di sekitar kita agar kita nyaman

    hidup berdampingan. Dalam kehidupan kita harus saling menerima

    pendapat orang lain meskipun tentang agama yang kita yakini.

    Adegan diatas diambil dengan medium shot yakni subjek dan aktor

    menempati area yang sama pada frame, dan masih ada ruang untuk

    menunjukkan gerakan tangan. Kostm yang dipakai Surya dan Abi yaitu

    sarung, kaos, baju koko dan peci mendukung setting waktu yaitu setelah

    mereka melakukan sholat di masjid.

    Dalam potongan adegan ini pembuat film ingin menggambarkan

    citra Islam selain toleransi dan mampu hidup berdampingan, tetapi juga

  • memiliki pengetahuan yang luas dan mau berbagi pengetahuan pada orang

    lain yang belum tahu.

    Gambar 4.13 Adegan scene 135

    Gambar diatas memperlihatkan setting didalam rumah, terdapat

    pohon Natal menghiasi ruangan tersebut. Keceriaan tampak diwajah tiga

    orang yang duduk dan mengitari meja bundar yang diatasnya terdapat kue

    ulang tahun. Adegan ini menceritakan saat Rika dan Abi merayakan ulang

    tahun Surya dengan memberkan kue ulang tahun pada Surya. Kebahagiaan

    tampak nyata dalam film itu dengan penggambaran senyum, tawa dan tepuk

    tangan.

    Adegan diambil dengan medium shot yakni subjek dan aktor

    menempati area yang sama pada frame, dan masih ada ruang untuk

  • menunjukkan gerakan tangan. Properti dalam ruangan terlihat ada pohon

    natal sebagai simbol perayaan Natal. Sedangkan dalam Film tersebut

    diketahui bahwa Surya beragama Islam. Suasana keceriaan mendukung

    frame tersebut. Hal ini dapat dimaknai sebagai keceriaan hidup

    berdampingan antar umat beragama.

    Pengalaman pribadi penulis yang pernah ikut merayakan ulang tahun

    teman yang beragama lain, hal ini membuktikan bahwa persahabatan tidak

    selalu memandang perbedaan agama, tapi justru bagaiman menjadikan

    perbedaan itu saling melengkapi dalam kehidupan. Selain itu juga saling

    mendoakan yang terbaik di hari yang baik yakni hari kelahirannya.

    Apa yang penulis alami tergambar pada adegan scene 135 diatas.

    Keceriaan dan doa mewarnai perbedaan yang ada. Ini membuktikan bahwa

    adegan diatas tergolong pada Citri agama Islam yang mampu hidup

    berdampingan dan toleransi.

  • Gambar 4.14 Adegan scene 119

    Adegan dalam scene 119 menggambarkan seorang ibu membimbing

    anaknya berdoa sebelum memakan makanan yang ada didepannya. Rika ibu

    Abi tetap membimbing Abi membaca doa niat puasa meskipun ia sudah

    berpindah agama menjadi seorang Khatolik.

    “Nawaitu Shomaghodin an’adai fardzi syahri romadhona

    hadzihissanati lillahita’ala”, mereka membaca niat ini bersama. Rika

    senantiasa menemani Abi makan sahur dan menjalankan perannya sebagai

    ibu yang baik.

    Adegan diambil menggunakan long shot, sebuah shot yang

    menunjukkan semua atau sebagian besar subyek dan lingkungan sekitar.

    Makna yang dapat diambil dari adegan diatas adalah setting tempat di ruang

  • makan, dalam situasi subuh dengan jendela yang masih tertutup. Bahasa

    tubuh Abi dan Rika yang seperti membasuh muka, dimaknai sebagai

    mengakhiri membaca doa, yakni ketika berucap “amin”. Rika mendamping

    anaknya membaca niat puasa dari awal sampai akhir dimaknai sebagai sikap

    toleransi.

    Saling mengingatkan dalam menjalankan kehidupan dalam pluralitas

    yang ada dialami oleh penulis, selain mengingatkan waktu sahur, orang tua

    penulis yang notabene beragama Kristen selalu mengingatkan untuk selalu

    menjalankan ibadah sholat dimanapun berada. Keharmonisan tercipta jika

    kita mau mendengarkan dan menerima.

    Penulis mengambil potongan adegan film pada gambar 4.14 ini

    karena didalamnya mengandung citra Islam sebagai agama yang mampu

    hidup berdampingan dan toleransi sehingga keharmonisan dalam hubungan

    antar umat beragama baik pada keluarga ataupun teman berjalan baik.

  • Gambar 4.15 Adegan scene 24

    Tampak jelas tergambar dalam scene 24 diatas ada seorang ibu

    sedang berdoa dengan membawa dupa dan persembahan didepannya,

    ditempat yang tidak jauh diruang sebelah terdapat seseorang yang juga

    sedang menjalankan ibadah sholat. Mamih panggilan untuk ibu yang sedang

    berdoa yakni istri dari tuan Tan Kat Sun melakukan ibadah sesuai dengan

    keyakinannya yakni Kong Hu Cu. Di rumahnya itu ia juga menyediakan

    tempat untuk para pegawainya yang ingin menjalankan ibadah sholat.

    Adegan ini menggunakan teknik pengambilan gambar dengan long

    shot. Makan pengambilan gambar ini untuk memperlihatkan peristiwa yang

    terjadi dalam satu frame. Adegan yang ditayangkan memiliki makna

    berdampingan, didukung dengan properti tempat sembahyang umat Kong Hu

  • Cu dan kostum Mukena yang dipakai Menuk menunjukkan agama Islam

    serta didukung gerakan tubuh mereka yang sedang melakukan sembahyang

    dalam kepercayaannya masing-masing.

    Hal ini hampir sama dengan kebudayaan lokal tempat dimana

    penulis tinggal. Ada beberapa Masjid yang bersebelahan atau berdekatan

    dengan Gereja. Contohnya Masjid Pandawa yang berada di dpan GKI,

    Masjid Kauman yang tidak jauh dari GKJ, serta Masjid Pancasila yang di

    sekitarnya terdapat beberapa bangunan Gereja. Dalam Al-Qur’an surat Al

    Kafirun:6 “Lakum diinukum wa liyadiin” yang berarti “untukmu agamamu

    dan untukkulah agamaku” mengandung makna toleransi dan tidak

    memaksakan keyakinan pada umat agama lain.

    Pengalaman yang penulis sebutkan tergambar dalam potongan

    adegan film diatas. Ini yang membuat penulis mencantumkan adegan ini

    kedalam kategori hidup berdampingan dan toleransi, karena makna yang

    terkandung dalam gambar tersebut mewakili citra Islam yang mampu

    berdampingan.

  • Gambar 4.16 Adegan scene 77

    Adegan diatas menggambarkan seorang wanita berjilbab

    mengantarkan kardus berisi makanan pada sekelompok orang yang berada

    dalam ruang ganti pemeran dalam pementasan drama. Ada lukisan

    bergambar Yesus disebelah kanan menandakan bahwa setting tempat adalah

    di gereja. Menuk mengantarkan pesanan makanan untuk para pemeran dalam

    pementasan paskah di ruang ganti. Dalam adegan tersebut juga terlihat Surya

    yang beragama Islam berada dalam kelompok yang sedang bersiap untuk

    pentas.

    Adegan tersebut menggunakan medium shot yang mengambil Menuk

    dari kepala sampai pinggang memiliki maksud memperlihatkan peristiwa

    yang berlangsung dan tetap terlihat latar tempatnya dengan mengambil

  • gambar dari sisi kiri agar simbol yang melambangkan gereja yakni gambar

    Yesus bisa terambil.

    Adapun dalam Al-Qur’an yang mengajarkan bahwa kita harus

    bersikap adil, tidak membeda-bedakan dan menerima keberadaan orang lain,

    yakni terkandung dalam surat Al-Maidah:8:

    “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi

    orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena

    Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali

    kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk

    berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih

    dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,

    sesunggahnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu

    kerjakan.” (Q.S Al-Maidah:8)

    Dalam pengalaman yang pernah penulis alami, hal ini sama dengan

    saat penulis membantu dalam acara retret yang diadakan fakultas. Saat itu

    penulis membantu dalam menyiapkan makanan. Penggambaran diatas sama

    dengan pengalaman penulis dan mengajarkan pentingnya toleransi untuk

    menjaga kebersamaan.

    Gambar diatas termasuk kedalam kategori citra Islam sebagai agama

    yang mampu hidup berdampingan, berdasarkan Surat dalam Al-Quran

  • tersebut diatas, Islam mengajarkan untuk bersikap adil kepada siapapun. Dan

    dalam gambar itu terlihat jelas simbol-simbol yang menyatukan perbedaan

    agama yakni kerudung dan gambar Yesus, yang bermakna mampu hidup

    berdampingan.

    4.2.3 Damai dan Pemaaf

    Gambar 4.17 Adegan scene 19

    Gambar 4.17 diatas merupakan dua adegan yang berurutan dalam

    scene 19 yang menggambarkan setting tempat di keramaian. Terdapat

    sekelompok orang dengan baju koko, sarung, peci dan ada seorang Tionghoa

    yang dalam adegan tersebut sedang dikeroyok. Ada seorang ustadz dengan

    peci putih, baju koko merah, celana putih mencoba melerai kejadian tersebut.

  • Pengeroyokan ini terjadi berawal dari adu mulut antara sekelompok

    Islam dan Ping Hen (Tiong Hoa) saling melemparkan kata-kata yang

    mengandung rasisme seperti “sipit”, “teroris asu”, “cino edan”. Kemudian

    datang seorang Ustadz yang melerai kejadian tersebut, mencoba memisahkan

    dan menyuruh sekelompok orang Islam pergi ke Masjid.

    Pengambilan gambar dalam adegan ini adalah extreme long shot

    yang menempatkan kamera pada titik terjauh dibelakang subjek, dengan

    penekanan pada latar belakang. Memberi kesan luas sehingga terlihat jelas

    peristiwa itu terjadi dimana.

    Dalam adegan tersebut yang mencolok adalah warna kostum yang

    dipakai pak Ustadz berbeda dengan yang lainnya yakni berwarna merah.

    Merah melambangkan kesan energi, kekuatan, hasrat, keberanian, resiko,

    perjuangan, perhatian. Disini tindakan yang dilakukan pak Ustadz

    merupakan suatu bentuk keberanian, yaitu saat melerai perkelahian. Hal ini

    didukung oleh bahasa tubuh pak Ustadz memisahkan, mencoba menarik Ping

    Hen dari pengeroyokan serta tangan yang membuka lebar. Dimaksudkan

    disini adalah melerai dan menghalangi orang-orang untuk mengeroyok Ping

    Hen lagi, melindungi agar Ping Hen tidak tersakiti. Sikap yang ditunjukkan

    pak Ustadz dapat dimaknai dalam sikap cinta damai.

  • Kejadian seperti ini merupakan hal yang kecil dibandingkan kejadian

    yang terjadi di Indonesia beberapa tahun yang lalu ketika etnis Cina

    didiskreditkan oleh masyarakat pribumi. Hal ini menjadi pengalaman

    kebudayaan yang terjadi di Indonesia. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari

    penulis, di area kampus tempat dimana penulis belajar yang memiliki

    beragam etnis memiliki sikap toleransi yang tinggi dan hidup damai

    berdampingan tanpa mendiskreditkan salah satu etnis.

    Penulis mengelompokkan potongan adegan film diatas kedalam

    kategori Citra Agama Islam yang damai karena tergambar bahwa pak Ustadz

    yang mewakili agama Islam berhasil melerai perkelahian antara sekelompok

    orang Islam dan Ping Hen dan itu menandakan bahwa Ustadz tersebut cinta

    perdamaian. Dalam penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa citra Islam

    sebagai agama kekerasan. Tidak semua dalam adegan film tersebut

    menggambarkan hal tersebut seperti yang dijelaskan peneliti sebelumnya,

    tetapi banyak adegan juga yang menggambarkan bahwa Islam sebagai

    agama yang damai, salah satunya adegan dimana Ustadz melerai.

  • Gambar 4.18 Adegan scene 152

    Gambar diatas memperlihatkan sekelompok orang lengkap dengan

    pakaian loreng dengan topi dan sepatu berjaga-jaga diluar gedung. Mereka

    anggota Banser NU yang sedang menjaga gereja saat malam Natal. Salah

    satu anggota banser yakni Soleh berlari dari dalam gereja keluar dan

    membawa kotak dalam pelukannya. Kotak itu berisi bom.

    Adegan diambil dengan long shot yang menunjukkan semua atau

    sebagian bear tokoh dan lingkungan disekitarnya. Gambar ini menunjukkan

    setting tempat kejadian yakni di pelataran depan gereja.

    Bahasa tubuh tokoh utama disini yakni Soleh sedang berlari tergesa-

    gesa membawa sebuah kotak besar dalam pelukannya yang berisi bom. Hal

  • ini dimaknai sebagai sikap Banser NU yang berusaha menyelamatkan gereja

    dari ancaman bom meski harus mempertaruhkan nyawanya sendiri.

    Gambaran tersebut sama dengan kejadian yang pernah terjadi di

    Indonesia yang menjadi pengalaman kebudayaan karena kejadian itu diingat

    oleh masyarakat Indonesia. Pembuat film mengangkat kejadian Riyanto

    yakni anggota Banser yang meninggal saat bertugas menjaga Gereja Eben

    Haezer Mojokerto tanggal 24 Desember 2000 dalam ledakan Misa Natal. saat

    itu Riyanto menemukan bungkusan plastik mencurigakan dan memeriksanya

    di depan anggota keamanan gereja. Begitu melihat isinya bom, Riyanto

    berteriak “Tiarap!” disusul kepanikan ratusan jemaat gereja. Riyanto nekad

    membekab bungkusan agar ledakannya tak melukai banyak orang. Tubuh

    pria asal Kelurahan Prajurit Kulon itu hancur akibat ledakan. Serpihan

    tubuhnya di temukan 100 meter dari tempat ledakan. Kejadian inilah yang

    diangkat pembuat film untuk mematahkan citra Islam sebagai agama teroris.1

    Ketika tokoh banser NU menyelamatkan gereja dari ancaman bom

    terorisme dimalam Natal. Kasus-kasus pengeboman yang terjadi berpengaruh

    pada opini masyarakat tentang citra Islam yang identik dengan terorisme,

    seperti halnya pada penelitian sebelumnya yakni citra Islam sebagai teroris.

    1 Mojokerto Kenang Riyanto, Banser Korban Bom Natal, http://www.tempo.co/read/news/2012/12/26/058450478/p-Mojokerto-Kenang-Riyanto-

    Banser-Korban-Bom-Natal diunduh pada tanggal 12 April 2013 pukul 13:39

    http://www.tempo.co/read/news/2012/12/26/058450478/p-Mojokerto-Kenang-Riyanto-Banser-Korban-Bom-Natalhttp://www.tempo.co/read/news/2012/12/26/058450478/p-Mojokerto-Kenang-Riyanto-Banser-Korban-Bom-Natal

  • Penulis mengkategorikan ini sebagai citra Islam yang mencintai

    perdamaian, karena Banser NU mewakili agama Islam mau menjaga gereja

    (berbeda agama) bahkan rela mempertaruhkan nyawanya untuk

    menyelamaatkan jemaat gereja. Makna dari gambar diatas adalah seorang

    muslim yang mau mengorabankan nyawa demi orang lain dan menjaga nama

    baik Islam.

    Gambar 4.19 Adegan scene 59

    Adegan scene 59 terlihat dua orang laki-laki berpeci putih dan

    perempuan berjilbab coklat, yakni Soleh dan Menuk. Soleh menemui Menuk

    setelah pertengkaran hebat yang terjadi sebelumnya, Soleh menyuruh Menuk

    untuk menceraikannya karena dia merasa tidak berarti dan tidak bisa

    membahagiakan istri, anak, dan adiknya. Soleh meminta maaf kepada Menuk

  • dan menceritakan bahwa ia sudah mendapatkan pekerjaan menjadi anggota

    Banser NU.

    Dialog antara Soleh (S) dan Menuk (M):

    S : “maafin aku Nuk.”

    M : (mencium tangan suaminya) “kamu kemana aja sih mas?”

    S : “aku dapet kerjaan Nuk.”

    M : “alhamdulillah, kerja dimana?”

    S : “aku diterima jadi anggota banser, banser NU Nuk, N-U,

    Nahdatul Ulama.”

    M : “bukannya itu bahaya ya mas?”

    S : “gak bahaya Nuk, itu pekerjaan dijalan Allah, dan itu cita-cita

    aku. Kamu percaya sama aku Nuk?”

    M : “aku selalu percaya sama kamu mas.”

    Adegan ini menggunakan medium shot dalam pengambilan gambar

    dengan tujuan memperlihatkan hubungan personal karena lebih fokus pada

    tokoh. Gambar yang difokuskan pada tokoh dan latar belakang yang dibuat

    samar bertujuan untuk memperlihatkan keintiman pembicaraan diantara

    keduanya.

    Kostum dari keduanya sangat islamik karena menggunakan jilbab

    dan peci. Warna coklat mendominasi pakaian yang dipakai. Coklat

  • menunjukkan persahabatan, reliabilitas, kedamaian, praktis dan kerja keras.

    Hal ini ingin menggambarkan Menuk sebagai pekerja keras dan juga pemaaf

    karena cinta perdamaian, tidak ingin bertikai dengan suaminya.

    Berdasarkan pengalaman penulis, jika terjadi pertikaian atau

    pertengkarang, solusi paling baik adalah perdamaian. Perdamaian akan

    tercipta jika satu sama lain berjiwa besar untuk saling memaafkan.

    Masyarakat Indonesia yang berbudaya akan melakukan apa yang diajarkan

    padanya. Misalkan dalam suatu keyakinan, manusia diajarkan untuk saling

    memaafkan. Jika seorang merasa bersalah dan menyesali perbuatannya,

    maka ia akan mendatangi dan meminta maaf terlebih dahulu. Allah SWT

    berfirman “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang

    ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf:

    199)

    Dari gambar 4.19 dan dialog diatas terbaca makna bahwa Soleh dan

    Menuk sebagai umat Muslim saling memaafkan. Maka dari itu adegan ini

    dikaterogikan dalam citra Islam yang pemaaf.

  • Gambar 4.20 Adegan scene 162

    Potongan adegan film diatas terlihat tiga orang, salah satunya sedang

    mencium tangan wanita separuh baya berkerudung. Setting kejadian dalam

    adegan itu di depan toko buku (simbol buku) dan dalam acara syukuran

    Khatam Quran Abi. Orang tua Rika yang sebelumnya kecewa terhadap

    anaknya yang memutuskan berpindah agama datang kerumah Rika untuk

    menghadiri syukuran Abi cucu mereka yang sudah Khatam Qur’an. Dalam

    momen itu Rika meminta maaf kepada orang tuanya dan bersyukur bahwa

    mereka mau datang dan menjenguk anak cucunya.

    Medium shot diambil pembuat film untuk memperlihatkan peristiwa,

    tetapi masih terdapat simbol yang menandakan setting. Gerakan tubuh Rika

    yang mencium tangan orang tuanya dimaknai sebagai sikap permintaan maaf

  • karena sudah mengecewakan kedua orang tuanya. Disambut dengan senyum

    haru yang tersungging di wajah ayahnya. Hal ini dapat dimaknai bahwa

    orang tua Rika memaafkan tindakan anaknya.

    Kostum yang digunakan tokoh diatas adalah pakaian yang rapi dan

    bersih. Selain itu jilbab yang dikenakan ibu Rika mengisyaratkan bahwa

    ibunya memeluk agama Islam. Warna coklat yang mendominasi kostum

    mereka memiki makna perdamaian, atau dalam adegan ini diceritakan

    sebagai sikap saling memaafkan.

    Kebudayaan merupakan apa yang dipercaya, agama adalah salah

    satunya. Apapun yang diajarkan oleh agama bisa dijadikan pengalaman

    kebudayaan. Dalam hal ini, Islam mengajarkan agar saling memaafkan antar

    umat beragama, terlebih pada orang tua yang melahirkan kita. Dan

    sebaliknya, kita harus mau berjiwa besar memaafkan agar tercipta

    perdamaian.

    Adegan scene 162 tersebut tergolong pada pencitraan agama Islam

    yang pemaaf. Orang tua yang tersenyum menyambut permohonan maaf

    anaknya dapat dimaknai sebagai tindakan memaafkan. Mereka berlapang

    dada menerima anaknya kembali meski anaknya berpindah agama, dan

    mereka melupakan kekecewaan mereka.

  • Gambar 4.21 Adegan scene 61

    Terlihat dari adegan diatas bahwa seorang anak dan ibu mengaitkan

    jari kelingking dalam suatu ruangan. Rika senang saat Abi mendatangi toko

    buku miliknya. Rika yang merasa bersalah karena sebelumnya

    mengecewakan Abi dan Abi sempat tidak mau menemuinya.

    Adegan diambil menggunakan teknik medium close shot yang

    merupakan variasi dari medium shot dimana setting masih dapat dilihat dan

    frame bagian bawah dimulai dari dada si tokoh. Teknik ini biasanya

    digunakan untuk mempresentasikan secara padat kehadiran dua tokoh yang

    berada dalam satu frame.

    Kostum yang digunakan Abi menggambarkan setting waktu.

    Seragam sekolah itu menandakan bahwa waktu berlangsungnya kejadian

  • adalan siang hari setelah Abi pulang sekolah. Bahasa tubuh yang dilakukan

    keduanya yakni saling mengaitkan jari kelingking dimaknai sebagai sikap

    saling memaafkan.

    Dialog antara Abi (A) dan Rika (R):

    R : “jangan marah terus sama ibu dong Bi”

    A : “udah nggak kok, kata Ustadz kalo marah gak boleh lebiiih

    dari tiga hari, dosa”

    Dari penggalan adegan dan dialog diatas dapat dimaknai berdasarkan

    pengalaman mental dan juga pengalaman kebudayaan penulis. Berdasarkan

    pengetahuan penulis yang mengamati bahkan terkadang melakukan hal yang

    sama, saling mengaitkan jari kelingking itu pertanda saling memaafkan dan

    janji. Dalam hal ini dimaksudkan adlaah saling memaafkan. Sedangkan

    dialog antara keduanya sama seperti apa yang diajarkan dalam Islam, yakni

    berdosa bagi dia yang marah pada sesamanya lebih dari tiga hari.

    Berdasarkan pengalaman yang sudah dijelaskan diatas, sudah jelas

    bahwa Gambar 4.21 tergolong dalam citra agama Islam yang pemaaf. Dari

    tanda mengaitkan jari kelingking dimaknai sebagai saling memaafkan.

  • 4.2.4 Soleh

    Gambar 4.22 Adegan scene 163

    Gambar diatas menceritakan Hendra (Ping Hen) akhirnya

    menentukan pilihannya, ia memutuskan memilih berpindah memeluk agama

    Islam. Ia mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai syarat masuk agama

    Islam, ia dibimbing oleh seorang kyai ataau tokoh Islam dan disaksikan

    beberapa muslimin.

    “asyhadu’ala illa ha’illallah, wa asyhadu’anna

    muhammadarosulullah”

    Adegan diambil dengan teknik medium long shot dimana

    memperlihatkan latar tempat kejadian tetapi terfokus pada yang berada

    ditengah. Terpusat pada dua orang yang sedang berjabat tangan ditengah.

  • Kejadian berlatar tempat di dalam masjid karena melakukan kegiatan islamik

    yakni masuknya Hendra menjadi mualaf.

    Kostum yang dipakai tokoh-tokoh dalam adegan itu adalah baju

    koko berwarna putih dan peci putih. Putih memiliki makna ingin

    menunjukkan kedamaian, permohonan maaf, pencapaian diri, spiritualitas,

    kedewaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kesempurnaan,

    kebersihan, cahaya, tak bersalah, keamanan, persatuan. Hendra memakai peci

    berwarna hitam, dimaknai penulis sebagai pembeda dan pusat perhatian

    karena dia yang akan berpindah agama memeluk Islam. Didukung dengan

    bahasa tubuh yang dilakukan oleh Hendra dan pak Kyai yang berjabat tangan

    dimaknai sebagai tanda perjanjian.

    Pengalaman kebudayaan yang penulis yakini memang syarat masuk

    agama Islam adalah membaca dua kalimat syahadat dan selanjutnya

    menjalankan rukun Islam, yaitu syahadat, sholat, puasa, zakat, haji (bagi

    yang mampu).

    Penulis menjadikan rukun Islam sebagai indikator seseorang

    dikatakan soleh. Soleh sebagai pembanding hasil penelitian sebelumnya yang

    mengatakan bahwa citra Islam sebagai kemurtadan. Dijelaskan dalam

    penemuan-penemuan penulis bahwa Islam digambarkan memiliki citra yang

    baik yakni soleh. Dari gambar 4.22 dimasukkan kedalam kategori Soleh

  • karena merupakan salah satu rukun Islam. Tanda-tanda dalam adegan dan

    dialog dimaknai sebagai perilaku soleh.

    Gambar 4.23 Adegan scene 20

    Tergambar dalam potongan adegan film tersebut pak Ustadz menjadi

    imam dari beberapa makmum dibelakangnya, melakukan ibadah sholat

    berjamaah didalam masjid.

    Adegan diambil dengan teknik medium shot dimana subjek atau

    aktor yang mengitarinya menempati area yang sama pada frame. Pada kasus

    seorang tokoh yang sedang berdiri, frame bawah dimulai dari pinggang si

    tokoh, dan masih ada ruang untuk menunjukkan gerakan tangan. Pak Ustadz

    sebagai tokoh disini tetapi masih terlihat latar belakangnya yakni para

    makmum.

  • Cahaya matahari yang terang dari celah dinding Masjid menandakan

    latar waktu kejadian yakni siang hari saat Dzuhur. Kostum yang mencolok

    adalah warna baju koko yang dipakai pak Ustadz. Merah melambangkan

    keberanian. Dalam hal ini dimaknai sebagai keberanian memimpin makmum

    menjadi imam.

    Berdasarkan pengalaman pribadi penulis dan apa yang penulis

    yakini, Islam menganjurkan untuk melakukan ibadah sholat dan sebisa

    mungkin berjamaah (makmum) karena pahala yang didapatkan 27 kali lipat

    dibandingkan sholat sendiri.

    Gambar 4.23 diatas dikategorikan kedalam citra Islam yang soleh

    karena adegan sholat merupakan cerminan dari rukun Islam yang kedua

    setelah syahadat.

    Gambar 4.24 Adegan scene 62

  • Gambar diatas menggambarkan adegan dimana ada jamaah muslim

    baik laki-laki maupun perempuan berkumpul di masjid untuk mendengarkan

    tausiyah (ceramah) dari pak Ustadz yang berada didepan. Dalam film ini

    diceritakan bahwa pak ustadz memberi ceramah tentang ajaran Islam untuk

    bersikap baik dan sopan dalam berpenampilan serta menjaga diri.

    Adegan diatas menggunakan teknik long shot karena ingin

    memperlihatkan situasi yang terjadi. Pak Ustadz sebagai pusat perhatian

    berada di titik jauh kamera dan dikelilingi jemaah yang mendengarkan

    tausiyahnya. Kostum yang digunakan berupa baju koko, peci, jilbab

    menandakan mereka sebagai jemaah masjid yang agamis.

    Berdasarkan apa yang penulis ketahui bahwa Islam mengajarkan

    pada umat untuk melakukan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Sikap-

    sikap itu dapat ditunjukkan dengan sholat, mengaji, menyalurkan informasi

    yang bermanfaat, menolong orang, dll.

    Dalam hal ini, adegan film diatas merupakan salah satu adegan yang

    dapat dimaknai dengan kata soleh, karena melakukan apa yang

    diperintahkanNya dengan menyebarkan informasi (ceramah) yang

    bermanfaat bagi orang lain dan berisi kebaikan.

  • Gambar 4.25 Adegan scene 96

    Potongan adegan film diatas terlihat bahwa seseorang sedang

    membaca Al-Qur’an didalam masjid. Diceritakan bahwa Surya membaca

    Surat Al-Ikhlas setelah ia memerankan tokoh Yesus dalam pementasan

    drama paskah di gereja. Ia merasa bersalah dan takut, menangis dan

    memohon ampunan.

    Adegan diatas diambil dengan teknik long shot dimana tokoh

    diambil badan utuh dan masih terlihat latarnya. Dari properti yang digunakan

    berupa karpet bergambar ka’bah menandakan kejadian tersebut berlatar

    tempat di masjid dan berlatar watu siang hari karena sinar matahari yang

    masuk dari celah dinding masjid.

  • Kostum yang dipakai berwarna coklat yang bermakna perdamaian.

    Disini pembuat film ingin menunjukkan bahwa Surya takut akan dosa yang

    ia pikir ia sudah menduakan Tuhan dengan peran yang dilakoninya.

    Surat Al-Ikhlas merupakan surat tentang Keesaan Allah,

    “katakanlah: “Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah

    tempat meminta segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada

    pula diperanakkan. Dan tidak ada yang setara dengan Dia”

    Islam mengajarkan bahwa Allah itu Esa. Dan berdasarkan

    pengalaman penulis diberitahu oleh seorang ustadz bahwa jika kita merasa

    bersalah yang paling singkat adalah membaca surat Al-Ikhlas.

    Jadi dalam adegan diatas dapat dikategorikan kedalam cerminan

    Islam yakni Soleh.

  • Gambar 2.26 Adegan scene 119

    Potongan adegan diatas sama dengan gambar 4.14 yakni Rika

    menemani Abi anaknya untuk makan Sahur di bulan puasa. Ia membimbing

    Abi membaca niat puasa meskipun ia sudah memeluk agama lain.

    Adegan diambil menggunakan long shot, sebuah shot yang

    menunjukkan semua atau sebagian besar subyek dan lingkungan sekitar.

    Makna yang dapat diambil dari adegan diatas adalah setting tempat di ruang

    makan, dalam situasi subuh dengan jendela yang masih tertutup. Bahasa

    tubuh Abi dan Rika yang seperti membasuh muka, dimaknai sebagai

    mengakhiri membaca doa, yakni ketika berucap “amin”. Rika mendamping

    anaknya membaca niat puasa dari awal sampai akhir dimaknai sebagai sikap

    toleransi.

  • Berdasarkan pengalaman mental dan pengetahuan yang sudah

    dijelaskan sebelumnya bahwa rukun Islam ada lima, dan salah satunya adalah

    puasa. Disini digambarkan bahwa Abi adalah anak yang soleh, ia melakukan

    perintah Allah dengan melakukan ibadah puasa. Sehingga adegan ini juga

    digolongkan kedalam kategori citra Islam yang soleh.

    Gambar 2.27 Adegan scene 98

    Sama halnya dengan gambar 2.26, bahwa adegan film ini sudah ada

    di kategori berbagi, yakni saat Ibu Novi pemilik kos-kosan membagi

    makanan pada anak-anak menjelang buka puasa.

    Pengambilan gambar diatas adalah menggunakan Long Shot dimana

    memperlihatkan sebagian besar tokoh dan lingkungannya. Gambar diambil

    dari jarak jauh, seluruh objek terkena hingga latar belakang objek. Beberapa

  • film dengan tema sosial biasanya menempatkan subjek dengan Long Shot,

    dengan pertimbangan bahwa situasi sosial (bukan subjek individual) yang

    menjadi fokus perhatian utama (Chandler, 2000). Dari pengambilan gambar

    tersebut dapat dimaknai sebagai hubungan sosial.

    Dengan pengambilan gambar yang jauh, maka tidak terlalu jelas

    terlihat gerakan tubuh para tokoh. Tetapi disini dapat dilihat yang menonjol

    adalah gerakan Ibu Novi. Tangannya memegang bungkusan dan

    menyerahkan kepada anak kecil didepannya. Hal ini dapat dimaknai sebagai

    sikap memberi.

    Beberapa tokoh yang berada dalam frame tersebut menggunakan

    kostum baju muslim, wanita memakai jilbab dan pria memakai sarung serta

    peci. Kostum yang menempel pada tokoh mengandung pesan yang ingin

    disampaikan pada orang lain. Dalam hal ini penulis memaknainya sebagai

    bentuk aktualisasi diri, pembuat film ingin menyampaikan dan membangun

    tokoh-tokoh tersebut sebagai orang muslim. Hal ini juga didukung oleh

    properti yang menjadi latar tempat mereka berada yakni beberapa kaligrafi

    dari pahatan kayu.

    Berdasarkan pengalaman penulis bahwa zakat yang merupakan

    rukun Islam sebagai salah satu indikator seseorang dikatakan soleh. Disini

    zakat itu sendiri berarti amal. Beramal bisa dilakukan dengan bersedekah

  • ataupun berbagi, seperti tampak di potongan adegan diatas. Maka dari itu

    penulis juga memasukkan adegan scene 98 juga termasuk kedalam kategori

    soleh, karena membagi-bagikan makanan dimaknai sebagai zakat.

  • 1.2.5 Kontestasi “Citra Islam” dalam Film Tanda Tanya “?”

    Tabel 4.2 Perbandingan hasil penelitian Citra Islam dalam Film “?” Tanda Tanya

    No Citra Islam penelitian sebelumnya

    (Muhammad Iqbal)

    Citra Islam dalam penelitian ini

    (Agnes Eferdina Mamoribo)

    1. Kemiskinan

    Scene 16 Menuk sebagai Muslimah dan mempunyai Suami yang taat

    beragama, bekerja di restoran China,

    terlebih restoran cina tersebut

    menjajakan menu makanan yang

    diharamkan dalam agama Islam yaitu

    daging babi.

    Scene 30 dialog antara Sholeh dan Menuk, Sholeh mengatakan “ mau

    bayar pake apa uang sekolahnya nuk?”,

    kemudian Menuk menawarkan solusi

    untuk pake uangnya terlebih dahulu,

    namun uangnya tidak cukup buat bayar

    uang sekolah selama tiga bulan.

    Berbagi & Tolong Menolong

    (kaya hati)

    Scene 98 Terlihat ada sekelompok orang berkerumun dan salah satunya sedang

    membagikan makanan. Dalam cerita

    adegan diatas, setting waktu diambil saat

    bulan ramadhan. Dia adalah Ibu Novi

    pemilik kos-kosan yang bersedekah dengan

    membagikan makanan kepada anak-anak

    menjelang buka puasa.

    Scene 162 Sekelompok orang berjajar mengantri didepan toko buku “Footnote”

    dan seorang perempuan beserta anaknya

    membagi bungkusan berwarna merah. Dari

    potongan gambar diatas terlihat bahwa itu

    dilakukan untuk memperingati syukuran

    khatam Qur’an Abi.

  • Scene 38 Sholeh mendatangi Menuk ditempatnya bekerja. Sholeh

    melampiaskan kekesalannya kepada

    menuk dihadapan orang rame, Sholeh

    mengatakan “ aku ini mas, kaka, bojo

    yang ga bisa apa-apa nuk, ga pantas aku

    jadi suamimu, ceraikan aku nuk, lebih

    baik cari yang lebih hebat sana !”

    Scene 22 tokoh Surya pemuda yang tidak mempunyai pekerjaan dan punya

    cita-cita menjadi artis, ikut serta

    menjadi figuran dalam penggarapan

    sebuah film, ia dimarahi terlebih

    dikasari dalam syuting film tersebut

    demi mendapatkan pekerjaan dan

    mengejar cita-citanya, ia merasa kesal

    karena sudah berusaha sebaik mungkin

    tetapi tidak mendapat pujian.

    Scene 28 ibu kost marah-marah dan mengomeli Surya, ibu kost menagih

    Scene 50 Seseorang terjatuh saat sedang memasak yakni tuan Tan Kat Sun yang

    biasa dipanggil engkoh oleh pegawainya.

    Penyakit jantung yang ia derita tiba-tiba

    kambuh. Pegawai yang bekerja di restoran

    masakan cinanya panik. Mereka mencoba

    menolong Engkoh dan menggotong ke

    kamarnya.

    Scene 109 Terlihat disana ada Rika menemani Surya yang memakai kostum

    Santa Claus membawa bingkisan yang

    diberikan sepasang suami istri didepannya.

    Suami istri itu meminta bantuan Surya

    berperan sebagai tokoh hero kesukaan

    anaknya untuk memberikan hadiah kepada

    Abi (anak mereka) yang sedang sakit. Tanda

    bahwa Surya beragama Islam terlihat dalam

    penggalan dialog antara mereka saat

    sepasang suami istri berterimakasih padanya

    dan dia menjawab dengan kata “Insyaallah”.

  • uang kost yang belum dibayar Surya

    selama dua bulan lebih, jika tidak

    mampu membayar ia akan diusir keluar

    dari kost tersebut, dan ia memilih keluar

    dan tinggal dimesjid.

    Scene 51 Rika menawarkan Surya pekerjaan, dan ternyata pekerjaannya

    adalah menjadi pemeran Yesus pada

    acara paskah disebuah gereja, Surya

    menerima ;pekerjaan itu, walaupun

    terasa janggal karena ia adalah seorang

    pemuda Islam, terlebih ia memakai

    mesjid sebagai tempat latihannya

    menjadi pemeran Yesus. Ketertarikan

    Surya terhadap peran menjadi Yesus

    tidak lepas dari iming-iming materi

    yang dikatakan Rika, bahwa bayarannya

    lumayan besar untuk drama tersebut.

    Scene 46 Terlihat sosok ustadz (berpeci hitam) sedang memayungi seorang wanita

    yang lebih tua dan membawakan barang

    bawaannya di sebuah pasar dalam kondisi

    hujan.

    Scene 60 Ustadz sedang memberi nasehat kepada Surya yang mendatanginya karena

    bimbang menerima pekerjaan yang

    ditawarkan oleh Rik, yakni berperan dalam

    pementasan drama di gereja sebagai Yesus.

    Dia bingung karena takut dikira murtad,

    tapi dia juga butuh pekerjaan. Pak Ustadz

    menyuruh dia untuk bertanya pada hatinya.

    2. Rasisme

    Scene 18 perkelahian antara sekelompok pemuda Islam dengan

    pemuda Cina Pinghen. Disini para

    pemuda Islam menghina Pinghen

    terlebih dahulu dengan mengatakan “

    Sipit, cino edan”.

    Hidup Berdampingan & Toleransi

    Scene 124 Surya mendatangi rumah Rika

    dalam suasana lebaran. Terlihat mereka

    sedang bersalaman di teras rumah Rika.

    Rika yang sudah berpindah agama menjadi

    seorang khatolik mengucapkan selamat pada

    Surya yang merayakan Idul Fitri.

  • Scene 88 Sholeh yang memiliki masalah pribadi dengan pinghen, ketika

    Menuk bercerita kepada Sholeh

    tindakan Pinghen yang semena-mena

    terhadap karyawan saat bulan puasa,

    Sholeh menganggap Pinghen dan semua

    orang cina itu sifat buruknya sama saja.

    Scene 18 Tan Kat Sun pemilik restoran masakan cina berada didapur dengan

    pegawainya sedang memasak. Terlihat juga

    dari balik kaca wanita berjilbab yakni

    Menuk memasuki restoran. Ia mengucapkan

    salam “assalamu’alaikum” saat memasuki

    tempat kerjanya itu, dan pemilik restoran

    yang diketahui beragama Kong Hu Cu tetap

    menjawab salam “walaikumsalam”.

    Scene 134 Rika dan Abi sedang menghias pohon natal dalam persiapan memperingati

    hari raya Natal. Abi yang beragama Islam

    membantu ibunya yang beragama khatolik

    untuk menghias pohon Natal sebagai simbol

    umat nasrani. Terlihat keceriaan dalam

    adegan tersebut.

    Scene 80 Beberapa anggota banser NU

    mulai menjaga gereja sebelum jemaat gereja

    berdatangan. Soleh terlihat cemas karena

    baru pertama kali ia bertugas sebagai

  • anggota banser. Soleh menanyakan kepada

    anggota banser lainnya kenapa mereka

    menjaga gereja, karena sepengetahuan

    Soleh, seorang Muslim tidak boleh masuk

    kedalam gereja karena dianggap haram. Hal

    itu di bantah keras oleh anggota banser

    tersebut dan memberikan penjelasan kepada

    Soleh.

    Scene 108 dua orang dewasa sedang mengobrol dan satu orang anak kecil sedang

    menikmati mie ayam, ber-setting tempat di

    warung mie ayam saat pria dewasa dan anak

    kecil selesai menjalankan ibadah sholat

    tarawih di Masjid. Rika, wanita dewasa itu

    menawarkan pekerjaan pada Surya untuk

    memerankan tokoh Santa Claus. Dalam

    adegan itu diceritakan Surya menjelaskan

    tentang Santa Claus.

    Scene135 Rika dan Abi merayakan ulang tahun Surya dengan memberkan kue ulang

    tahun pada Surya. Kebahagiaan tampak

    nyata dalam film itu dengan penggambaran

    senyum, tawa dan tepuk tangan.

  • Scene 119 Rika ibu Abi tetap membimbing Abi membaca doa niat puasa meskipun ia

    sudah berpindah agama menjadi seorang

    Khatolik.

    Scene 24 seorang ibu sedang berdoa dengan membawa dupa dan persembahan

    didepannya, ditempat yang tidak jauh

    diruang sebelah terdapat seseorang yang

    juga sedang menjalankan ibadah sholat.

    Mamih panggilan untuk ibu yang sedang

    berdoa yakni istri dari tuan Tan Kat Sun

    melakukan ibadah sesuai dengan

    keyakinannya yakni Kong Hu Cu. Di

    rumahnya itu ia juga menyediakan tempat

    untuk para pegawainya yang ingin

    menjalankan ibadah sholat.

    Scene 77 Menuk mengantarkan pesanan makanan untuk para pemeran dalam

    pementasan paskah di ruang ganti. Dalam

    adegan tersebut juga terlihat Surya yang

  • beragama Islam berada dalam kelompok

    yang sedang bersiap untuk pentas.

    3. Kekerasan dan Terorisme

    Scene 18 perkelahian antara pemuda Islam dan Pinghen, ada ucapan Pinghen

    yang dilontarkan kepada para pemuda

    Islam yaitu “dasar teroris asu”.

    Scene 71 Sholeh dan Banser rela menjaga gereja karena citra buruk umat

    Islam saat aksi penusukan pendeta

    dihalaman gereja didaerahnya dahulu.

    Kekerasan orang Islam terhadap agama

    Kristen di Indonesia telah menjadi isu

    yang hangat.

    Scene 104 penyerangan restoran Cina oleh sekelompok pemuda yang

    dipimpin oleh Sholeh, sambil

    meniakkan Allhuakbar mereka

    menyerang orang-orang yang ada

    Damai & Pemaaf

    Scene 19 adu mulut antara sekelompok

    Islam dan Ping Hen (Tiong Hoa) saling

    melemparkan kata-kata yang mengandung

    rasisme seperti “sipit”, “teroris asu”, “cino

    edan”. Kemudian datang seorang Ustadz

    yang melerai kejadian tersebut, mencoba

    memisahkan dan menyuruh sekelompok

    orang Islam pergi ke Masjid.

    Scene 152 sekelompok orang lengkap dengan pakaian loreng dengan topi dan

    sepatu berjaga-jaga diluar gedung. Mereka

    anggota Banser NU yang sedang menjaga

    gereja saat malam Natal. Salah satu anggota

    banser yakni Soleh berlari dari dalam gereja

    keluar dan membawa kotak dalam

    pelukannya. Kotak itu berisi bom.

    Scene 59 Soleh menemui Menuk setelah pertengkaran hebat yang terjadi

    sebelumnya, Soleh menyuruh Menuk untuk

  • didalam dan menghancurkan seluruh isi

    restoran.

    Scene 114 Sholeh menemukan bom yang terletak disalah satu kursi seorang

    jemaat, setelah pikir panjang ia

    membawa lari bom tersebut keluar

    gereja, namun tidak berapa lama bom

    meledak dimuka halaman gereja dalam

    pelukan erat Sholeh dan menimbulkan

    kekacauan.

    menceraikannya karena dia merasa tidak

    berarti dan tidak bisa membahagiakan istri,

    anak, dan adiknya. Soleh meminta maaf

    kepada Menuk dan menceritakan bahwa ia

    sudah mendapatkan pekerjaan menjadi

    anggota Banser NU.

    Scene 162 Orang tua Rika yang sebelumnya kecewa terhadap anaknya yang

    memutuskan berpindah agama datang

    kerumah Rika untuk menghadiri syukuran

    Abi cucu mereka yang sudah Khatam

    Qur’an. Dalam momen itu Rika meminta

    maaf kepada orang tuanya dan bersyukur

    bahwa mereka mau datang dan menjenguk

    anak cucunya.

    Scene 61 seorang anak dan ibu mengaitkan jari kelingking dalam suatu ruangan. Rika

    senang saat Abi mendatangi toko buku

    miliknya. Rika yang merasa bersalah karena

    sebelumnya mengecewakan Abi dan Abi

    sempat tidak mau menemuinya.

  • 4. Murtad

    Scene 27 Saat menunggu Abi pulang mengaji, Surya mengatakan bahwa Rika

    telah menghianati dua hal besar dalam

    Islam yang pertama pernikahan dan

    kedua adalah Allah.

    Scene 37 Saat datang ke toko buku Surya dimarahi oleh Rika karena ia

    kesal akan perkataan orang-orang yang

    mengatakan dia sebagai kafir, memang

    didalam Islam seharusnya orang yang

    pindah agama dari Islam disebut kafir,

    terlebih ia hidup dalam lingkungan yang

    penuh dengan orang Islam. Namun ada

    perkataan Surya yang mengarah pada

    tindakan mendukung tindakan

    murtad,yaitu “saya bangga sama mbak

    berani mengambil keputusan besar

    dalam hidup, sementara saya mbak 10

    tahun hanya menjadi figuran”.

    Soleh

    Scene 163 Hendra (Ping Hen) akhirnya menentukan pilihannya, ia memutuskan

    memilih berpindah memeluk agama Islam.

    Ia mengucapkan dua kalimat syahadat

    sebagai syarat masuk agama Islam, ia

    dibimbing oleh seorang kyai ataau tokoh

    Islam dan disaksikan beberapa muslimin.

    Scene 20 seorang imam dan beberapa makmum dibelakangnya sedang melakukan

    ibadah sholat berjamaah didalam masjid.

    Diceritakan dalam film tersebut setting

    waktu terjadi siang hari saat Dzuhur.

    Scene 62 jamaah muslim baik laki-laki maupun perempuan berkumpul di masjid

    untuk mendengarkan tausiyah (ceramah)

    dari pak Ustadz yang berada didepan.

    Dalam film ini diceritakan bahwa pak

    ustadz memberi ceramah tentang ajaran

    Islam untuk bersikap baik dan sopan dalam

  • Scene 42 Rika teringat masa lalunya dengan mantan suaminya ketika ia

    menolak mempertahankan

    pernikahannya, karena suaminya ingin

    berpoligami. Ia mengatakan langsung

    kepada suaminya tidak bisa menerima

    tindakan yang akan dilakukan

    suaminya. Hukum Poligami inilah yang

    ditentang oleh Rika, dan dampaknya ia

    menolak hukum itu dan pindah agama

    menjadi Kristiani.

    Scene 81 Rika menelfon ibunya

    bahwa dia telah pindah ke agama

    Kristen, ia mengatakan telah dibaptis

    dan namanya telah diganti.

    Mendengar hal itu orangtua Rika

    langsung mematikan telfon dari

    Rika.

    berpenampilan serta menjaga diri.

    Scene 96 seseorang sedang membaca Al-Qur’an didalam masjid. Diceritakan bahwa

    Surya membaca Surat Al-Ikhlas setelah ia

    memerankan tokoh Yesus dalam

    pementasan drama paskah di gereja. Ia

    merasa bersalah dan takut, menangis dan

    memohon ampunan.

    Scene 119 Rika menemani Abi anaknya

    untuk makan Sahur di bulan puasa. Ia

    membimbing Abi membaca niat puasa

    meskipun ia sudah memeluk agama lain.

    Scene 98 Ibu Novi pemilik kos-kosan membagi makanan pada anak-anak

    menjelang buka puasa.