BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi...

23
31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV ini menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan, berturut-turut akan dibahas mengenai deskripsi kondisi awal, hasil penelitian siklus 1 dan hasil penelitian siklus 2 serta pembahasan. 1.1 Deskripsi Pra Siklus Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Banjiran , Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang. Dalam hal ini siswa kelas IV yang berjumlah 27 siswa terdiri dari 15 siswa laki- laki dan 12 siswa perempuan. Sebelum penelitian dilaksanakan dalam pembelajaran matematika guru hanya terpaku pada model dan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan yang cenderung membuat siswa menjadi bosan dan mengantuk. Model, pendekatan dan metode yang lain seperti demonstrasi dan diskusi jarang diterapkan. Model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi. Dalam hal ini materi operasi hitung bilangan pecahan hanya diterangkan saja tanpa alat-alat peraga. Siswa diperintahkan membaca buku paket untuk menambah pengetahuannya. Hal ini membuat siswa menjadi jenuh dalam belajar karena pembelajaran terasa monoton tanpa ada variasi yang membuat siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Dengan kondisi pembelajaran tersebut membuat keaktifan, motivasi dan hasil belajar matematika tidak bisa mencapai ketuntas yang optimal sesuai yang diharapkan. Untuk mengetahui motivasi dan keaktifan belajar, penilaian siswa terhadap mata pelajalaran matematika, serta pendapat siswa tentang pembelajaran yang dilakukan, peneliti, memberikan angket untuk diisi siswa. Hasil dari angket tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 seperti tertera di bawah ini.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi...

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan, berturut-turut

akan dibahas mengenai deskripsi kondisi awal, hasil penelitian siklus 1 dan hasil penelitian

siklus 2 serta pembahasan.

1.1 Deskripsi Pra Siklus

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Banjiran , Kecamatan Warungasem Kabupaten

Batang. Dalam hal ini siswa kelas IV yang berjumlah 27 siswa terdiri dari 15 siswa laki-

laki dan 12 siswa perempuan. Sebelum penelitian dilaksanakan dalam pembelajaran

matematika guru hanya terpaku pada model dan metode ceramah, tanya jawab dan

penugasan yang cenderung membuat siswa menjadi bosan dan mengantuk. Model,

pendekatan dan metode yang lain seperti demonstrasi dan diskusi jarang diterapkan.

Model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi. Dalam hal ini materi operasi

hitung bilangan pecahan hanya diterangkan saja tanpa alat-alat peraga. Siswa

diperintahkan membaca buku paket untuk menambah pengetahuannya. Hal ini membuat

siswa menjadi jenuh dalam belajar karena pembelajaran terasa monoton tanpa ada variasi

yang membuat siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Dengan kondisi

pembelajaran tersebut membuat keaktifan, motivasi dan hasil belajar matematika tidak

bisa mencapai ketuntas yang optimal sesuai yang diharapkan. Untuk mengetahui motivasi

dan keaktifan belajar, penilaian siswa terhadap mata pelajalaran matematika, serta

pendapat siswa tentang pembelajaran yang dilakukan, peneliti, memberikan angket untuk

diisi siswa. Hasil dari angket tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 seperti tertera di bawah

ini.

32

Tabel 4.1

Rubrik Pernyataan Sikap Siswa Terhadap Guru Mata Pelajaran Matematika

No. Pertanyaan

Jumlah siswa yang menjawab

Ya (%) Ragu-

ragu (%) Tidak (%)

Frek % Frek % Frek %

1 Apakah matematika termasuk

pelajaran sulit

18 67 7 26 2 7

2 Apakah mata pelajaran

matematika menyenangkan

4 14 15 56 8 30

3 Apakah nilai matematika kamu

lebih tinggi dari mata pelajaran

lain

3 11 7 26 17 63

4 Apakah pembelajaran dari

gurumu menyenangkan

15 56 9 33 3 11

5 Apakah pembelajaran

matematika dari guru mudah

dipahami

12 44 5 19 10 37

6 Apakah pembelajaran

matematika yang dilakukan

gurumu membuat kamu

semangat belajar.

10 37 9 33 8 30

Dari data di atas dapat diketahui bahwa, sebagian besar siswa ragu-ragu dan

menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan. Alasan siswa

karena pelajaran matematika membuat kepala pusing karena harus berfikir terus. Hanya

sedikit saja siswa yang mendapat nilai yang lebih baik dari pelajaran yang lain, sebagian

besar siswa malas berfikir bila ada pelajaran matematika. Tetapi sebagian siswa ada yang

merasa senang dengan matematika karena beralasan bahwa dengan matematika siswa

33

bisa mudah berhitung. Hanya sebagian kecil siswa yang memahami pembelajaran dari

guru, sehingga siswa kurang semangat. Upaya diperoleh gambaran tentang pra siklus

yang lebih jelas peneliti mengadakan tes tertulis. Tes awal ini diberikan dalam bentuk isian.

Nilai hasil tes pra siklus siswa dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Distribusi Skor Hasil Belajar Pada Kondisi Pra Siklus

No Nilai Jumlah Siswa Persentase

1 35 2 7,4

2 40 4 14,8

3 50 6 22,2

4 55 2 7,4

5 60 3 11,2

6 65 1 3,7

7 70 1 3,7

8 80 6 22,2

9 90 2 7,4

Jumlah 27 100

Rata-rata Kelas 59,81

Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa nilai hasil tes kondisi awal terendah 35

sebanyak 2 siswa, nilai tertinggi 90 sebanyak 2 orang hal ini menunjukkan kesenjangan

hasi

belajar siswa cukup tinggi.Keadaan ini juga ditunjukkan pada diagram 4.1 di bawah ini.

34

Diagram 4.1 Ketuntasan Belajar Pada Kondisi Pra Siklus

Pada pelaksanaan kondisi awal dapat dilihat bahwa nilai tertinggi 90 ada 2 siswa

dan nilai terendah 35 ada 2 siswa. Berdasarkan data di atas direkapitulasi hasil tes pada

pra siklus dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Distribusi Ketuntasan Belajar Matematika Pada Kondisi Pra Siklus

Uraian Skor

Nilai Terttinggi 90

Nilai Terendah 35

Nilai Rata-rata 59,81

Siswa yang tuntas 8

Persentase (%) Siswa tuntas 29,63

Siswa yang belum tuntas 19

% Siswa yang belum tuntas 70,37

Berdasarkan data-data di atas dapat dilihat betapa kecilnya persentase siswa yang

tuntas belajarnya. dari KKM yang ditentukan sebesar 80, kebanyakan siswa belum dapat

mencapainya. Hal ini menunjukkan betapa rendahnya hasil belajar matematika. Dapat

dilihat pula adanya kesenjangan yang besar antara nilai tertinggi dan terendah.

01020304050607080

X > 80 (Tuntas) X < 80 (Tidak Tuntas)

P

e

r

s

e

n(

%)

Nilai Ketuntasan

35

1.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu 7 Maret 2012 dan Rabu 14 Maret 2012 di

ruang kelas IV SD Negeri Banjiran Kecamatan warungasem Batang. Dari peserta didik

kelas IV yang berjumlah 27 siswa, semuanya hadir di sekolah sehingga pelaksanaan

siklus pertama ini dapat diikuti oleh seluruh peserta didik.

4.2.1 Perencanaan Tindakan

Dari gambaran umum tentang kondisi awal siswa, dapat ditarik kesimpulan adanya

masalah dalam pembelajaran matematika di kelas yang diteliti, yaitu rendahnya hasil

belajar diakibatkan siswa kurang aktif dan sulit mengambil inisiatif.

Berdasarkan permasalahan yang ada, peneliti membuat suatu perencanaan tindakan

penelitianuntuk siklus I dengan dengan menyusun suatu skenario pembelajaran.

Skenariao yang dibuat ini mulai dicoba dengan menggunakan pendekatan matematika

realistik. Materi yang digunakan sesuai dengan Kompetensi Dasar 6.3 mengenai operasi

hitung penjumlahan bilangan pecahan.

Skenario pembelajaran secara rinci tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang terdapat dalam lampiran 1, namun secara garis besar dapat dijelaskan seperti

tabel 4.4

Tabel 4.4

Skenario Pembelajaran Matematika Siklus I

No. Kegiatan Guru Kegiatan siswa

A.

1

Pra Pembelajaran

Menyampaikan tujuan pembelajaran dan

langkah-langkah pembelajaran.

Memperhatikan penjelasan guru

36

2. Menyiapkan alat-alat pembelajaran.

B.

1.

2.

3.

4

5

6

7

8.

Pelaksanaan Pembelajaran

Memberi permasalahan sederhana,

misalnya sebuah apel dipotong menjadi

8 bagian sama besar maka 2 bagian

potongan tersebut adalah .../...

Memberi tugas siswa menyimak materi

penjumlahan pecahan yang berpenyebiut

sama dan tidak sama.

Memberi pertanyaan siswa tentang

penjumlahan pecahan.

membentuk kelompok yang terdiri 5-6

orang

Membimbing kelompok dalam diskusi

Memandu presentasi

Melakukan refleksi

Melaksanakan evaluasi

Memecahkan masalah sederhana

tersebut dengan cara siswa sendiri.

Menyimak materi penjumlahan

pecahan berpenyebut sama dan tidak

sama.

Menjawab pertanyaan tentang

penjumlahan pecahan

Melaksanakan tugas kelompok

memecahkan masalah dengan simbol

matematika

Melaksanakan diskusi kelompok

Melakukan presentasi

Mengajukan pertanyaan dan pendapat

tentang pelaksanaan pembelajaran

Mengerjakan lembar evaluasi

4.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Masing-

masing pertemuan 2 x 35 menit. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu 7 Maret

2012, sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan hari Rabu 14 Maret 2012.

37

Saat pelaksanaan tindakan penelitian siklus I ini peneliti dibantu oleh rekan sejawat

sebagai kolaborator yaitu guru. Kolaborator ini bertugas membantu mengobservasi

aktifitas peneliti dan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Setelah itu diminta

pendapat dan sarannya dalam kegiatan refleksi untuk mengevaluasi kegiatan

pembelajaran yang telah dilaksanakan dan perencanaan tindakan berikutnya.

Hasil observasi yang diperoleh pada tindakan siklus I adalah tentang kegiatan

peneliti dan kegiatan siswa. Hasil observasi tentang aktifitas peneliti dan siswa selama

pembelajaran dari pengamat diperoleh nilai rata-rata, beserta hasil evaluasinya. Aktivitas

peneliti dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan matematika

realistik adalah teknik pembelajaran yang menekankan pada kegiatan siswa sehingga

peneliti hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi segala kegiatan yang dilakukan siswa.

Dengan demikian kegiatan siswa jadi menyenangkan dan tidak membosankan. Dari

observasi aktivitas belajar siswa diperoleh data seperti pada tabel 4.5

Tabel 4.5

Distribusi Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I

No Aspek yang

Diamati

Kategori Jumlah

Siswa

Persentase

1. Keaktifan Senang mengerjakan (4) 14 52

Kurang senang mengerjakan (3) 13 48

Tidak senang mengerjakan (2) -

2 Inisiatif Selalu memberi tanggapan (4) 9 33

Jarang memberi tanggapan (3) 14 52

Tidak pernah memberi tanggapan (2) 4 15

3 Konsentrasi Selalu memperhatikan (4) 15 56

Memperhatikan (3) 10 37

Kurang memperhatikan (2) 2 7

4 Kerjasama Mengerjakan bersama teman (4) 16 59

Mengerjakan Sendiri (3) 11 41

Diam saja (2) -

38

Dengan memperhatikan data-data di atas dapat diketahui bahwa dengan penerapan

pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran, siswa yang kurang aktif, kurang

konsentrasi, kurang inisiatif dan kurang kerjasama dapat diminimalisir. Sebagian besar

siswa memiliki konsentrasi dan kerja sama yang baik.

Dari hasil angket siswa setelah siklus I, peneliti memperoleh data seperti pada tabel

4.6.

Tabel 4.6

Distribusi Tentang Penilaian Siswa Terhadap Mata Pelajaran dan

Proses Pembelajaran Pada Siklus I

No Pertanyaan

Jumlah Siswa Yang Menjawab

Ya (%) Ragu-ragu

(%) Tidak (%)

F % F % F %

1 Apakah matematika termasuk pelajaran

sulit setelah gurumu mengajar dengan

pendekatan matematika realistik.

1 3,7 6 22,2 20 74,1

2 Apakah pelajaran matematika menyenang

kan setelah guru mengajar dengan pen

dekatan matematika realistik

23 85,2 2 7,4 2 7,4

3 Apakah nilai matematika kamu lebih tinggi

dibanding mapel lain setelah gurumu

mengajar dengan PMR

5 18,5 14 51,9 8 29,6

4 Apakah pembelajaran matematika dari

gurumu mudah dipahami

25 92,6 1 3,7 1 3,7

5 Apakah pembelajaran dari gurumu

sekarang menyenangkan

24 88,9 3 11,1 - -

6 Apakah pembelajaran matematika yang

dilakukan oleh gurumu membuat kamu

semangat belajar.

25 92,6 2 7,4 - -

39

Dari data tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dengan diterapkannya pendekatan

pembelajaran matematika realistik membuat siswa semangat belajar dan tidak ada lagi

siswa merasa bosan dengan matematika. Pembelajaran menjadi mudah dipahami dan

menyenangkan. Apa yang dilakukan oleh peneliti dalam pembelajarannya menambah

gairah belajar bagi siswa.

Tentang hasil belajar matematika siswa dalam siklus I, peneliti mendapatkan data hasil

evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus. Evaluasi yang dikerjakan siswa berbentuk tes

tertulis obyektif dan uraian. Hasil tes yang diperoleh dapat diliohat dalam tabel 4.7

Tabel 4.7

Distribusi Skor Tes Berdasarkan Ketuntasan dan Persentase Kondisi Siklus I

No Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan

1 55 2 7,41 Tidak Tuntas

2 60 2 7,41 Tidak Tuntas

3 65 2 7,41 Tidak Tuntas

4 70 1 3,70 Tidak Tuntas

5 80 9 33,33 Tuntas

6 85 4 14,81 Tuntas

7 90 2 7,41 Tuntas

8 95 3 11,11 Tuntas

9 100 2 7,41 Tuntas

Jumlah 27 100

Rata-rata 79,81

Dari data distribusi skor hasil tes siklus I didapat nilai belum tuntas tinggi 54- 66

ada 4 siswa, nilai belum tuntas rendah 67-79 ada 3 siswa, nilai tuntas rendah 80-92 ada

40

15 siswa nilai tuntas tinggi > 93 ada 5 siswa. Data skor nilai ini dapat kita lihat pada

diagram 4.2

Diagram 4.2

Distribusi Skor Tes Matematika Berdasarkan Jumlah Siswa Pada Siklus I

Dari data diagram 4.2 di atas dapat kita lihat bahwa setelah siklus I dilaksanakan skor

tertinggi bertambah sedangkan skor terendah kondisi sebelumnya.

Tabel 4.8

Distribusi Ketuntasan Belajar Matematika Pada Kondisi Siklus 1

No Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan

1 ≥ 80 20 74,07 Tuntas

< 80 7 25,93 Belum Tuntas

41

Dari data tabel 4.8, distribusi ketuntasan belajar siswa kelas IV SD Negeri Banjiran

Kecamatan Warungasem kabupaten Batangpada siklus I terlihat bahwa siswa yang tuntas

ada 20 siswa ( 74,07 % ), Sedangkan siswa yang belum tuntas ada 7 ( 25,93 % ). Data

ketuntasan belajar siswa pada kondisi siklus 1 dapat dilihat pada diagram 4.3

Diagram 4.3

Ketuntasan Belajar Pada Kondisi Siklus 1

Rekapitulasi hasil tes formatif pada siklus I dapat kita lihat pada tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.9

Distribusi Nilai TesTertinggi dan Terendah Pada Kondisi Siklus I

Uraian Skor

Nilai Tertinggi 100

Nilai Terendah 55

Nilai Rata-rata 79,81

Siswa yang Tuntas (KKM 80) 20

% Siswa yang Tuntas 74,07

Siswa yang Belum Tuntas 7

% Siswa yang Belum Tuntas 25,93

42

Berdasarkan rekapitulasi nilai tertinggi dan terendah tes formatif pada siklus I

terdapat nilai tertinggi 100, nilai terendah 55, nilai rata-rata 79,81 berararti masih di bawah

KKM, siswa yang belum tuntas 7 orang (26 %), siswa yang tuntas 20 orang (74%). Data

ketuntasan Belajar pada kondisi siklus 1 dapat dilihat pada diagram 4.2

4.2.3 Refleksi

Refleksi dilaksanakan pada hari Rabu 7 Maret 2012 dan Rabu 14 Maret 2012.

Bersama teman sejawat sesama guru SD Negeri Banjiran refleksi dilaksanakan. Instrumen

yang perlu dievaluasi diantaranya pelaksanaan pembelajaran, hasil observasi dan hasil tes

formatif. Hasilnya dari 27 siswa yang sudah menguasai materi pembelajaran 20 siswa

(74%) yang belum menguasai materi pembelajaran 7 siswa (26%). Jadi yang sudah tuntas

74% dan yang belum tuntas 26 %. Meskipun sudah tampak ada kenaikan hasil belajar

setelah perbaikan pada siklus I dibandingkan pembelajaran awal namun belum memenuhi

standar ketuntasan yang diharapkan maka perlu perbaikan pembelajaran. Kekurangan dan

kelemahan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II.

4.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Hasil analisis pada siklus I menjadi bahan untuk perbaikan pada siklus II. Data

yang diperoleh pada siklus I baik berupa observasi maupun evaluasi hasil belajar akan

dijadikan acuan pada perbaikan siklus II ini.

4.3.1 Perencanaan Tindakan

Rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II disusun oleh peneliti.

Rencana itu tertuang dalam RPP Siklus II (RPP terlampir pada lampiran)

Skenario pembelajaran siklus II kegiatan intinya sama dengan kegiatan inti pada

kegiatan siklus I, yaitu melalui penerapan pendekatan matematika realistik. Secara

kronologis, skenario pembelajaran siklus II adalah seperti tertera pada tabel 4.10

43

Tabel 4.10

Skenario Pembelajaran Matematika Siklus 2

No. Kegiatan Guru Kegiatan siswa

A.

1 2.

Pra Pembelajaran Menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran. Menyiapkan alat-alat pembelajaran.

Memperhatikan penjelasan guru

B.

Pelaksanaan Pembelajaranahan 1.Memberi permasalahan sederhana, misal nya Ani membeli gula 2/5 kg, kemudian membeli lagi ¾ kg. Gula yang dibeli Ani seluruhnya adalah .... 2. Memberi tugas siswa menyimak

3. Memberi pertanyaan kepada siswa

4. Membentuk kelompopk siswa

5. Membimbing kelompok dalam

berdiskusi

6. Memandu presentasi

7. Melakukan refleksi

8. Melaksanakan evaluasi

Memecahkan masalah sederhana tersebut dengan cara siswa sendiri.

Menyimak materi

Menjawab pertanyaan

Melaksanakan tugas kelompok

Melakukan diskusi kelompok

Mielakukan presentas

Mengajukan pertanyaan dan pendapat

Mengerjakan lembar evaluasi

4.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Pada siklus II ini pelaksanaan tindakan pembelajaran dilaksanakan dalam 2 kali

pertemuan dengan durasi waktu 2 x 35 menit. Pertemuan I dilaksanakan pada Rabu 21

Maret 2012 dan pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Rabu 28 Maret 2012. Pada

pelaksanaan penelitian siklus II ini semua tindakan yang dilaksanakan peneliti masih

dibantu oleh teman sejawat sebagai kolaborator, sehingga dengan kolaborasi antara

peneliti dan guru akan menghasilkan penelitian yang akurat. Kolaborator membantu

mengobservasi aktivitas pembelajaran baik aktivitas guru sebagai peneliti maupun aktivitas

siswa.

Hasil observasi pada siklus II adalah observasi tentang kegiatan peneliti maupun kegiatan

siswa. Hasil Observasi tentang aktifitas guru selama pembelajaran dari pengamat

diperoleh nilai rata-rata. Adapun dari observasi terhadap aktivitas belajar siswa diperoleh

data pada tabel 4.11.

44

Tabel 4.11

Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II

No Aspek yang

Diamati

Kategori Jumlah

Siswa

Prosentase

(%)

1. Keaktifan Senang mengerjakan (4) 24 89

Kurang senang mengerjakan (3) 3 11

Tidak senang mengerjakan (2) - -

2 Inisiatif Selalu memberi tanggapan (4) 15 56

Jarang memberi tanggapan (3) 12 44

Tidak pernah memberi tanggapan (2) - -

3 Konsentrasi Selalu memperhatikan (4) 25 93

Memperhatikan (3) 2 7

Kurang memperhatikan (2) - -

4 Kerjasama Mengerjakan bersama teman (4) 23 85

Mengerjakan Sendiri (3) 4 15

Diam saja (2) - -

Berdasarkan data-data di atas dapat diketahui bahwa dengan penerapan

pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran, siswa yang kurang aktif, kurang

konsentrasi, kurang inisiatif dan kurang kerjasama berkurang bahkan tidak ada sama

sekali. Sebagian besar siswa memiliki konsentrasi dan kerja sama yang baik. Keaktifan

siswa juga meningkat sangat signifikan. Dari hasil angket siswa setelah siklus II, peneliti

memperoleh data seperti pada 4.12

45

Tabel 4.12

Distribusi Hasil Penilaian Siswa Terhadap Mata Pelajaran dan

Proses Pembelajaran Pada Siklus II

No Pertanyaan

Jumlah Siswa Yang Menjawab

Ya (%) Ragu-ragu

(%) Tidak (%)

F % F % F %

1 Apakah matematika termasuk pelajaran

sulit setelah gurumu mengajar dengan

pendekatan matematika realistik.

- 10 37,04 17 62,96

2 Apakah pelajaran matematika menyenang

kan setelah guru mengajar dengan pen

dekatan matematika realistik

25 93 2 7 - -

3 Apakah nilai matematika kamu lebih tinggi

dibanding mapel lain setelah gurumu

mengajar dengan PMR

10 37 14 52 3 11

4 Apakah pembelajaran matematika dari

gurumu mudah dipahami

24 89 3 11 - -

5 Apakah pembelajaran dari gurumu

sekarang menyenangkan

23 85 4 15 - -

6 Apakah pembelajaran matematika yang

dilakukan oleh gurumu membuat kamu

semangat belajar.

25 93 2 7 - -

Dari data di atas dapat diketahui bahwa dengan diterapkannya pendekatan

pembelajaran matematika realistik membuat siswa semangat belajar dan tidak ada lagi

siswa merasa bosan dengan matematika. Pembelajaran menjadi menyenangkan dan

mudah dipahami. Apa yang dilakukan oleh peneliti dalam pembelajarannya menambah

gairah belajar bagi siswa.

Dari evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus II diperoleh data hasil belajar

matematika. Evaluasi yang dikerjakan siswa berbentuk tes tertulis obyektif dan uraian.

Hasil tes yang diperoleh dapat dilihat dalam tabel 4.13

46

Tabel 4.13

Distribusi Skor Nilai Matematika pada Tes Siklus II

No Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan

1 60 2 7,41 Tidak Tuntas

2 70 1 3,70 Tidak Tuntas

3 75 1 3,70 Tidak Tuntas

4 80 2 7,41 Tuntas

5 85 13 48,15 Tuntas

6 90 2 7,41 Tuntas

7 95 1 3,70 Tuntas

8 100 5 18,52 Tuntas

Jumlah 27

Rata-rata 85,37

Dari data distribusi skor hasil tes siklus 2 didapat nilai belum tuntas tinggi 54-66 ada 2

siswa, nilai belum tuntas rendah 67-79 ada 2 siswa, nilai tuntas rendah 80-92 ada 18 siswa

nilai tuntas tinggi > 93 ada 5 siswa. Data skor nilai ini dapat dilihat pada diagram 4.4

47

Diagram 4.4

Skor Tes Matematika Berdasarkan Jumlah Siswa pada Siklus II

Dapat kita lihat bahwa setelah dilaksanakannya siklus II nilai tertinggi bertambah dan nilai

terendahnya berkurang dibandingkan pada siklus I.

Tabel 4.14

Distribusi Ketuntasan Belajar Matematika Pada Kondisi Siklus 2

No Nilai Jumlah Siswa Persentase Keterangan

1 ≥ 80 23 85,19 Tuntas

2 < 80 4 14,81 Tidak Tuntas

Dari data tabel 4.14 distribusi ketuntasan belajar siswa kelas IV SD Negeri Banjiran

Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang pada siklus II terlihat bahwa siswa yang

tuntas belajar ada 23 siswa (85,19%) sedangkan 4 siswa (14,81) belum tuntas. Data

Ketuntasan Belajar pada siklus 2 dapat dilihat pada diagram 4.5

48

Diagram 4.5

Ketuntasan Belajar Pada Kondisi Siklus 2

Rekapitulasi hasil tes formatif pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.15

Tabel 4.15

Rekapitulasi Nilai Tertinggi dan Terendah Tes Pada Kondisi Siklus 2

Uraian Skor

Nilai Tertinggi 100

Nilai Terendah 60

Nilai Rata-rata 85,37

Siswa yang tuntas (KKM 80) 23

% Siswa yang Tuntas 85,19

Siswa yang Belum Tuntas 4

% Siswa yang Belum Tuntas 14,81

Berdasarkan rekapitulasi nilai tertinggi dan terendah tes formatif pada siklus II

terdapat nilai tertinggi 100, nilai terendah 55, nilai rata-rata 85,37 berararti sudah berada di

atas KKM, siswa yang belum tuntas 4 siswa (14,81 %), siswa yang tuntas 23 orang

(85,19%).

49

Berdasarkan hasil analisis hasil belajar ditinjau dari indikator-indikator yang akan dicapai,

maka perbandingan hasil belajar siswa dari kondisi awal, siklus I, siklus II dapat dilihat

pada tabel 4.16.

Tabel 4.16

Perbandingan Skor Antara Keadaan Pra Siklus, Sikllus I dan Siklus II

No Kategori Hasil

Belajar Skor Tes

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Jml

Siswa %

Jml

Siswa %

Jml

Siswa %

1 Belum Tuntas < 80 19 70,37 7 25,93 4 14,81

2

Tuntas ≥ 80 8 29,63 20 74,07 23 85,19

Jumlah

100

27

100

27 27 100

Rata-rata 59,81 79,81 85,37

Dari data hasil belajar sesuai tabel di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa dari

kondisi awal ke siklus I dan siklus I ke siklus II terjadi peningkatan. Data tersebut di atas

dapat disajikan dalam diagram 4.6

Diagram 4.6

Perbandingan Skor Hasil Belajar Matematika Pada Kondisi Pra Siklus,Siklus 1, Siklus 2

50

Dari analisa data yang disajikan dapat kita lihat beberapa kenyataan yang terjadi

selama penelitian.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dari kondisi awal ke siklus I,

dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan yang signifkan.

4.3.3 Refleksi

Refleksi dilaksanakan pada hari Rabu 21 Maret 2012 dan Rabu 28 Maret 2012.

Bersama teman sejawat sesama guru SD Negeri Banjiran refleksi dilaksanakan. Instrumen

yang perlu dievaluasi diantaranya pelaksanaan pembelajaran, hasil observasi dan hasil tes

formatif. Hasilnya dari 27 siswa yang sudah menguasai materi pembelajaran 23 siswa

(85%) yang belum menguasai materi pembelajaran 4 siswa (15%). Jadi yang sudah tuntas

85% dan yang belum tuntas 15 %. Dengan demikian penelitian dianggap berhasil dan

tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan paparan hasil penelitian, maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar

siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar menggunakan pendekatan matematika

realistik. Hal-hal yang dapat dilihat peningkatannya yaitu pada aspek hasil belajar.Hasil

belajar siswa berdasarkan hasil ulangan, evaluasi dari siklus I dan siklus II selalu

mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.17 diskripsi

statistik hasil pra siklus, siklus I dan siklus II.

Tabel 4.17

Perbandingan Skor Rata-rata, Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dan Skor Pada Kondisi Pra

Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2

No Uraian Pra Siklus Siklus I Siklus II

1 Rata – Rata 59.81 79,81 85,37

2 Ketuntasan 29,6% (8 siswa) 74,1%(20 siswa) 85,2% (23 siswa)

Berdasarkan indikator kinerja, tindakan pembelajaran dapat dikatakan berhasil

meningkat hasil belajarnya jika lebih dari atau sama dengan 85% siswa telah tuntas belajar

dengan KKM ≥ 80 hal ini nampak pada ketercapain siklus 2.

51

Hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I, dan siklus II, bila dituangkan dalam

bentuk diagram 4.7 nampak perbandingan skor rata-rata pada kondisi pra siklus, siklus 1

dan siklus 2.

Diagram 4.7

Perbandingan Skor Rata rata Pada Kondisi Pra Siklus Siklus 1 dan Siklus 2

Perbandingan ketuntasan belajar dapat dilihat pada diagram 4.8.

52

Diagram 4.8

Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Pada Keadaan Pra Siklus Siklus 1 dan

Siklus 2

Tabel 4.18

Perbandingan Skor Minimal dan Skor Maksimal Antara Kondisi Pra Siklus

Siklus 1 dan siklus 2

No Uraian Pra Siklus Siklus I Siklus II

1 Skor Minimal 35 55 60

2 Skor Maksimal 90 100 100

Dari data pada tabel 4.18 tentang Skor minimal dan maksimal pada kondisi pra

siklus, siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada diagram 4.9

53

Diagram 4.9

Perbandingan Skor Minimal dan Maksimal Antara Kondisi Pra Siklus

Siklus 1 dan Siklus 2