BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambar Adegan Kekerasan Pada Film 9 Naga
Pada bab ini peneliti akan menjabarkan tampilan adegan kekerasan
dalam film 9 Naga. Peneliti akan menganalisa kekerasan yang terkandung
dalam isi film agar mempermudah peneliti setiap adegan yang tampak dalam
film. Bagaimana kekerasan yang ditampilkan seperti, memukul, menampar,
mencekik, menendang, menganiaya, memaki, membentak dan sebagainya.
Dalam hal ini peneliti menggunakan sampling terhadap setiap bentuk kekerasan
yang terjadi. Peneliti juga mendeskripsikan adegan-adegan setiap bentuk
kekerasan yang terjadi. Tujuan dari mendeskripsikan setiap adegan-adegan
adalah untuk memberikan gambaran secara umum tentang isi yang
mengandung kekerasan. Babak yang terdapat kekerasan dalam isi film 9 Naga
yaitu, babak 4, 6, 14,17, 23, 29, 34, 37. Babak-babak ini lah yang mengandung
unsur kekerasan dalam isi film 9 Naga. Dalam hal ini peneliti akan memulai
mendeskripsikan setiap babak yang mengandung unsur kekerasan.
55
Babak 4
Sumber : Film 9 Naga, CD 1
Adegan : Penembakan
Dalam adegan ini, Marwan yang selalu memimpin terjadinya
pembunuhan. Sedangkan Doni dan Leni hanya membantu Marwan melakukan
tugasnya untuk membuang korban ketepi sungai. Korban yang sudah
dimasukkan ke dalam karung dan diikat. Korban berdiri dengan menggunakan
dengkul menghadap Marwan. Doni berdiri di samping korban untuk bersiap
apabila korban sudah mati, Doni langsung membawanya ke sungai. Sedangkan
Leni berdiri di belakang Marwan, sambil melihat situasi sekitarnya. Saat keadaan
sudah mulai memungkinkan, Marwan menyiapkan senjata/pistol dan
memasukkan beberapa peluru ke dalamnya. Marwan menembakkan sebanyak
56
tiga kali, pada tembakan pertama, Marwan langsung menembakkan pelurunya ke
korban. Takut korban masih hidup, Marwan berpindah didepan Doni dan
menembakkan lagi sebanyak dua kali. Dalam adegan ini, pengambilan gambar
yang digunakan adalah longshoot atau pengambilan dengan jarak jauh. Dimana
gambar yang ditampilkan terlihat secara keseluruhan dan luas.
Babak 6
Sumber : Film 9 Naga, CD 1
Adegan : Pemukulan
Adegan ini masuk ke dalam babak enam yang masuk dalam kategori
pemukulan / penganiayaan. Dalam adegan ini flash back waktu Doni baru
pindah rumah dan kenal dengan Marwan dan Leni. Sedangkan Marwan dan
Leni sudah lebih dulu tinggal di daerah ini. Di siang hari, Doni yang sedang
57
diminta tolongi oleh ibunya untuk membelikan sesuatu diwarung. Saat Doni
diberi uang, seorang preman melihat dan mencegat pada waktu Doni berjalan
menuju warung. Dari kejauhan Marwan dan Leni sudah melihat Doni yang
sedang dibuntuti oleh preman lalu menghampirinya. Doni yang dicekik dan
didorong ke tembok oleh preman. Raut wajah Doni sangat ketakutan ketika
peristiwa itu terjadi.
Doni yang pada saat itu ketakutan dan tidak ingin memberi uangnya,
lalu preman tidak segan-segan untuk memukul bagian kepala Doni hingga dua
kali. Doni terjatuh dan dipukuli lagi, sampai-sampai kepala Doni ditendang.
Preman terus memukul dan menendang Doni hingga babak belur. Terkadang
Doni menepis pukulan preman tersebut dan terkadang Doni hanya pasrah
dengan pukulan yang menghantamnya. Preman itu meminta paksa uang Doni
tetapi Doni tidak juga memberikannya. Doni terus dipukul hingga akhirnya
Marwan datang membantu Doni.
Pengambilan gambar dalam adegan ini secara moving atau bergerak
mengikuti aktor. Dalam pengambilan gambar orang berkelahi, biasanya sering
digunakan dengan teknik ini. Karena teknik ini bisa membawa emosi penonton
seolah-olah melihat secara langsung keadaan yang terjadi. Gambar yang terlihat
shake (bergerak) dengan aturan gerakan yang tidak terlalu bergerak dengan
parah.
58
Sumber : Film 9 Naga, CD 1
Adegan : Penusukan
Masih dalam babak yang sama, ketika Doni dipukuli hingga babak
belur, Marwan tiba-tiba datang menolong Doni. Saat Marwan datang, Marwan
langsung menarik preman itu hingga jatuh. Preman ini memang tidak disenangi
oleh warga sekitar karena sering menggangggu lingkungan. Preman itu
langsung mendorong Marwan hingga jatuh ke tanah. Marwan yang tidak
berdaya lalu ditusuk oleh preman tersebut. Marwan hanya bisa menjerit
kesakitan dan memegang pisau yang menancap di dadanya.
Ketika Marwan ditusuk, Leni lalu menarik preman tersebut dan
mencekik dari belakang. Marwan yang masih kesakitan, mencoba menarik
pisau yang menancap di dadanya. Marwan lalu menusukan ke perut preman
59
tersebut hingga berkali-kali. Doni yang masih terkapar, hanya bisa melihat
Marwan membunuh preman tersebut. Adegan ini pertama kali Marwan
membunuh orang.
Dalam adegan ini pengambilan gambar masih menggunakan teknik
moving, medium close up, extreme close up. Teknik moving di dalam adegan ini
agar penonton juga bisa merasakan emosi yang di alami. Hampir semua film
yang didalamnya ada perkelahian, rata-rata menggunakan teknik ini. Gambar
yang terlihat bergerak mengikuti aktor. Teknik medium close up, biasanya
digunakan saat korban terkapar jatuh dan perpindahan scene. Gambar yang
terlihat setengah badan atau lebih dekat lagi. Sedangkan teknik extreme close
up, digunakan untuk melihat saat-saat tragis seperti penusukan, jadi gambar
yang terlihat lebih dekat dibanding medium close up.
60
Babak 14
Sumber : Film 9 Naga, CD 1
Adegan : Pencekikan dan Penusukan
Adegan ini tidak jauh beda dengan adegan sebelumnya. Tetapi kali ini,
Marwan bertugas sebagai pembunuh bayaran yang diperintahkan oleh Dipo.
Kali ini Marwan mendapat kerjaan yang kedua. Kali ini Marwan kerja dengan
Doni, sedangkan Leni menunggu di mobil. Marwan yang sudah berhasil lebih
dulu masuk ke dalam rumah korban. Sedangkan Doni, sedang mengurus satu
body guard korban untuk dibunuh juga. Body guard yang sedang berjaga di
balkon rumah, dan melihat situasi. Ketika body guard lengah, Doni masuk dan
mencekiknya dari belakang dan tanpa suara, body guard tewas.
Marwan yang sudah menunggu di kegelapan sebuah ruangan dan
melihat situasi rumah. Sebelum Marwan masuk, pembantu korban masuk untuk
61
memberikan secangkir teh panas kepada majikannya. Setelah pembantu itu
keluar, Marwan masuk dan mengambil pisau dari saku, langsung menusukkan
ke korban. Marwan menusuk beberapa kali tusukan dipinggang korban. Setelah
beberapa tusukan, korban lalu tewas dan korban di bawa ke tepi sungai untuk
dilarung.
Dalam adegan ini, teknik pengambilan gambar yang digunakan adalah
teknik panning, medium close up, long shoot. Teknik panning disini, dimana
pengambilan gambar bergerak pindah dari gambar A ke B. Panning ini
tergantung obyek yang akan dituju, teknik panning dibagi menjadi dua, yaitu
Panning kanan dan panning kiri. Kalau didalam adegan ini, teknik panning
yang digunakan yaitu panning kanan. Dimana teknik ini berpindah ke objek
sebelah kanan.
Sedangkan teknik medium close up digunakan saat pelaku mencekik
korban, gambar yang terlihat setengah badan atau lebih. Teknik long shoot
digunakan untuk melihat keseluruhan suasana, gambar terlihat sangat luas.
Teknik ini biasanya digunakan untuk melihatkan suasana yang ada didalam
adegan.
62
Babak 17
Sumber : Film 9 Naga, CD 1
Adegan : Pembunuhan
Adegan pembunuhan ini masuk didalam babak tujuh belas. Disini
Marwan bertugas untuk membunuh dua korban yang disuruh oleh Dipo.
Disalah satu restoran mewah, korban sedang menikmati hidangan yang
disediakan oleh restoran. Korban dijaga oleh satu body guard yang duduk
didekat dengan korban. Ketika salah satu korban sedang ke toilet, Marwan dan
Doni masuk ke dalam restoran. Marwan dan Doni langsung menuju ke korban,
sebelumnya Doni menembak body guard dengan beberapa tembakan. Marwan
langsung menembak ke korban dengan beberapa tembakan. Marwan yang
sudah menembak korban dan mencari korban yang satunya. Marwan menyusuri
63
dapur dan keluar dari pintu belakang. Marwan melihat keadaan sekitar dan
berjalan ke arah depan restoran, sebelum sampai didepan, polisi yang
mendengar suara tembakan langsung mencari dari mana asalnya.
Saat Marwan melihat polisi, Marwan langsung lari kebelakang, saat
pelarian berlangsung, polisi sempat melepaskan tembakan peringatan tetapi
Marwan tetap berlari. Setelah itu, Marwan menembakkan pistol ke arah polisi.
Saat itu Marwan langsung sembunyi diselah-selah tembok restoran dan Marwan
juga mengisi peluru kembali. Saat Marwan sembunyi, Marwan mendengar
suara orang berjalan, dan pada saat itu juga Marwan keluar dan menembak ke
arah berlawanan. Ternyata yang tertembak adalah Doni, temannya sendiri.
Marwan yang menembakkan beberapa peluru, langsung terdiam dan
menurunkan senjatanya. Saat penembakkan tersebut, Doni masih bisa berjalan
dan terjatuh didepan Marwan.
Pada babak ini adegan yang ditampilkan dapat dikategorikan sebagai
pembunuhan menggunakan senjata (pistol). Pengambilan gambar di adegan ini
menggunakan teknik medium close up dan extreme close up. Dimana medium
close up melihatkan aktifitas pelaku yang sedang beraksi sedangkan extreme
close up, melihatkan ekspresi pelaku. Pelaku disini adalah pemain utama yaitu
Marwan, Doni, dan Leni.
64
Babak 23
Sumber : Film 9 Naga, CD 2
Adegan : Pemukulan dan ekspresi
Dalam babak ini, Marwan datang untuk menemui Adi, adik Doni.
Marwan merasa bersalah sudah membunuh Doni dan akhirnya Marwan
memberanikan diri untuk bertemu dengan Adi. Di sore hari, saat Doni sedang
bermain bola sendiri, Marwan tiba-tiba datang menemuinya. Doni sempat kaget
melihat Marwan datang tanpa kakaknya Doni. Marwan mendekatkan diri ke
Adi, untuk memberikan komik kesayangan mereka berdua (Doni dan Adi). Adi
sempat menanyakan kakaknya, dan Marwan langsung memberikan komik
tersebut. Adi mengerti apabila komik ini selalu dibawa oleh Doni. Adi langsung
65
menangis menerima komik kesayangannya. Tidak kuat menahan tangisnya, Adi
langsung memukul dengan tangan kosong. Adi memukul hingga Marwan jatuh
terkapar ditanah, lalu Adi mencekik leher Marwan dengan tangan. Sambil
meneteskan air mata, Adi terus memukuli Marwan hingga babak belur. Adi
yang tidak pernah setuju apabila kakaknya ikut kerja dengan Marwan. Adi
sudah ngerti dari dulu kalau kakaknya menjadi pembunuh bayaran. Tetapi Adi
hanya terdiam saat dia mengetahuinya. Dengan kondisi perekonomiannya, Adi
menerima keadaan ini karena Adi juga sadar akan dirinya ingin memasuki
jenjang kuliah.
Pada babak ini adegan kekerasan yang terjadi adalah kekerasan melukai
dengan tangan kosong dan pencekikan. Ekspresi kekerasan disini juga terlihat
ketika Adi ingin memukul Marwan. Raut wajah Adi dengan raut wajah
dendam. Ekspresi non verbal ini dilakukan dengan cara sengaja, karena Adi
yang kesal dengan kelakuan Marwan.
66
Babak 29
Sumber : Film 9 Naga, CD 2
Adegan : Ekspresi kekerasan, pelecehan
Adegan ini dimana adegan Marwan sedang mengambil uang dari laci
Dipo. Marwan menunggu di ruang Dipo untuk beberapa saat. Tidak lama, Dipo
datang dan menyapa Marwan menanyakan ada keperluan apa datang kesini.
Marwan meminta separuh uang hasil membunuh satu orang. Menurut Dipo,
Marwan sembrono dalam mengerjakan perkerjaannya. Dipo mengatakan
“makanya nyari anak buah tuh yang becus! Bencong taman lawang lu kasih
kerja beginian!!!”. Tetapi Marwan melawan perkataan Dipo “gue udah bunuh
satu orang! Paling ga lu utang separuh dari uang gue!!”. Dalam adegan ini terus
adu mulut antara Dipo dan Marwan. Akhirnya Dipo mengusir Marwan dengan
alasan banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan kelakuan Dipo
67
seperti itu, Marwan tidak terima, karena Dipo masih hutang separuh jatah uang
yang diberinya. Kesabaran Marwan habis, Marwan lalu menarik Dipo,
mencekik Dipo dari belakang dan menusukkan pisau ke bagian pinggang Dipo.
Dipo tidak bisa melawan serangan dari Marwan, Dipo hanya bisa teriak
kesakitan. Dengan beberapa tusukan akhirnya Dipo tewas dan Marwan
mengambil kunci dari kantong baju Dipo. Setelah mengambil kunci, Marwan
langsung mengambil semua uang yang ada dalam laci Dipo dan keluar dari
ruangan. Marwan keluar dari ruangan, anak buah Dipo yang mengisi harinya
dengan bermain billiard curiga dengan Marwan yang keluar dari ruangan
dengan bercucuran keringat. Anak buahnya masuk ke ruangan untuk mengecek
keadaan didalam, saat keluar ruangan anak buah tersebut member isyarat
kepada teman-teman yang lain. Saat Marwan jalan menuju keluar, Marwan
langsung ditodong pistol didepan wajahnya. Marwan langsung bisa mengatasi
keadaan di arena billiard dan menembakkan beberapa peluru ke arah kawanan
Dipo. Akhirnya Marwan meninggalkan arena dengan membawa tas berisi uang.
Pada babak ini adegan kekerasan yang terjadi adalah pelecehan saat
Dipo berkata “bencong lu ajak kerja kaya ginian”. Perkataan yang dimaksudkan
adalah bahwa kerjanya anak buah Marwan yang tidak becus yang diibaratkan
seperti kelakuan bencong yang hanya bisa mangkal dipinggir jalan untuk
menunggu pelanggan datang. Adegan kekerasan yang lain dalam babak ini
adalah penusukan yang terjadi pada Dipo. Dipo ditusuk dari belakang oleh
Marwan (peran utama) yang kesal dengan kelakuan Dipo tidak mau memberi
68
sisa uang kerjanya. Adegan kekerasan yang lain adalah pemukulan dengan
tangan kosong dan penembakkan yang dilakukan oleh peran utama yaitu
Marwan. Dalam adegan ini pengambilan gambar yang dilakukan dengan teknik
longshoot, medium close up.
Babak 34
Sumber : Film 9 Naga, CD 2
Adegan : Pemukulan, menjambak, menganiaya
Adegan ini terjadi saat Leni sedang berjalan diperkampungannya, tiba-
tiba dua orang muncul dari lorong sebelah kiri. Saat itu Leni kaget dan leni
langsung didorong dari depan dengan kencang hingga Leni ingin jatuh. Saat itu
juga, Leni wajahnya dipukuli hingga babak belur. Leni dijaga oleh satu orang
dan satu lagi memukuli Leni. Setelah Leni babak belur tidak berdaya, Leni
69
dibawa masuk kedalam lorong tersebut, dan ditaruh disebuah rumah yang sudah
tidak didiami lagi. Leni merengek kesakitan akibat dipukuli oleh kawanan
Dipo. Kawanan ini menculik Leni sebagai tawanan agar uang yang Marwan
ambil dikembalikan. Pada saat itu juga salah satu dari kawanan menghubungi
Marwan melalui ponsel. Mereka meminta Marwan untuk datang dan membawa
uang yang telah ia ambil. Marwan berkata juga bahwa Leni tidak ada kaitannya
dengan pencurian uang dan tewasnya Dipo karena dibunuh.
Adegan kekerasan yang muncul pada babak ini ada pemukulan dengan
tangan kosong hingga babak belur. Anak buah Dipo yang kesal dengan
kelakuan Marwan dan kawan-kawan lalu memukuli Leni. Adegan kekerasan
yang lain yaitu menjambak dan menganiaya Leni. Disini Leni dijambak dan
dianiaya karena Leni dijadikan tawanan agar Marwan datang untuk
memberikan uang yang telah diambilnya. Karena kesal dan ingin balas dendam,
kawanan ini menculik Leni yang mereka tahunya Leni adalah anak buah
Marwan. Backsound disini irama musik yang mencekam pada waktu Leni
menggerang-gerang kesakitan.
70
Babak 37
Sumber : Film 9 Naga, CD 2
Adegan : Penodongan
Pada adegan ini, penculik meminta Marwan datang untuk
mengembalikan uang Dipo yag telah ia ambil. Marwan pun meminta pada
sekawanan penculik untuk membebaskan Leni yang sudah disanderanya. Leni
keluar dengan tidak menggunakan pakaian serta di ikuti oleh salah satu
penyandera dengan menodongkan pistol dilehernya. Marwan menunggu
didepan pintu pagar rumah penyandera, dengan menggunakan jaket yang
dibuatkan oleh istrinya, Marwan pun masuk menemui Leni didepan pintu
dalam. Marwan meminta Leni untuk tetap menjaga istri dan anaknya. Leni
bungkam seribu bahasa, karena Leni menganggap Marwan sudah menjadi
kakaknya. Karena Marwan sudah menjadi panutan bagi Leni. Sebelum Marwan
masuk, Marwan mengambil kunci di saku celananya dan menyelipkannya
ditangan Leni. Leni hanya bisa menangis saat Marwan mulai di tarik oleh
penyandera. Marwan masuk ke dalam sambil membawa sebuah tas.
71
Di dalam adegan ini, memang tidak terlihat adegan kekerasan yang di
tayangkan, namun ekspresi kekerasan non verbal yang diperlihatkan dalam
tayangan ini. Saat Leni keluar dari dalam rumah, Leni sudah ditodong pistol
oleh salah satu kawanan penculik. Sampai Marwan diperintah oleh kawanan
penculik untuk masuk dan memberikan uangnya. Sesampai di dalam, Marwan
langsung di tembak oleh kawanan, karena Marwan telah membohongi penculik
dengan isi tas yang berisi guntingan koran. Tanpa banyak kata, kawanan
penculik pun langsung menembak Marwan.
Dalam adegan ini memang tidak terlihat adegan kekerasannya. Namun
adegan kekerasan yang diperlihatkan dalam babak ini adalah penodongan
terhadap Leni, dan pembunuhan terhadap Marwan. Di dalam babak ini peneliti
melihat beberapa kekerasan yang dilakukan oleh kawanan penculik terhadap
Marwan dan Leni. Marwan yang diminta untuk mengembalikan uang Dipo,
ternyata tas yang ia bawa hanya potongan-potongan kertas. Dan pada akhirnya
Marwan ditembak oleh kawanan Dipo. Backsound dalam babak ini mencekam,
ketika Marwan masuk ke dalam rumah dan ditembak oleh kawanan Dipo dan
Leni perlahan berjalan pulang. Ketika Leni berjalan pulang, Leni mendengar
suara tembakan di dalam rumah. Leni menangis, karena Leni sudah
menganggap Marwan saudara sendiri.
72
4.2 Hasil Penelitian
Kekerasan adalah ancaman atau paksaan secara fisik dan non fisik yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang terhadap orang/kelompok orang
lain dengan akibat tidak menyenangkan atau penderitaan secara fisik dan non
fisik. Kekerasan dapat dilakukan secara fisik oleh pelaku kekerasan dengan cara
memukul, menampar, mendorong, mencekik, menendang, melempar barang ke
tubuh, menginjak, melukai dengan tangan kosong atau dengan alat/senjata,
menganiaya, membunuh serta perbuatan lain yang relevan. Kekerasan juga
dapat dilakukan secara non fisik, yakni pelaku melakukan kekerasan kepada
korban dengan cara membentak, menyumpah, mengancam, memaki, mengatai,
merendahkan, memerintah, melecehkan, menguntit atau tindakan lain yang
menimbulkan rasa takut. Motif dalam melakukan kekerasan pun juga beragam,
ada yang disengaja dan ada yang tidak disengaja. Motif kekerasan disengaja
merupakan kekerasan yang disertai maksud dalam diri pelaku yang dinyatakan
secara verbal atau visual. Sedangkan kekerasan yang tidak disengaja merupakan
kekerasan yang tidak disertai maksud dari pelaku.
Pada bagian tulisan ini akan dijabarkan secara rinci gambaran frekuensi
bentuk adegan kekerasan, ekspresi kekerasan, motif kekerasan, pelaku dan
ekspresi kekerasan, motif dan pelaku kekerasan, pelaku dan korban kekerasan.
73
4.2.1 Bentuk Adegan Kekerasan
Tabel 4.1
Bentuk Kekerasan dalam Film 9 Naga
No Dimensi F %
1 Fisik 7 87,50
2 Psikologis 1 12,50
3 Lain-lain 0
Jumlah 8 100,00
Rata-rata 2,67
Standar Deviasi 1,67
Varians 2,79
Sumber: Data Primer diolah, 2012
Pada tabel 4.1 di atas terlihat bahwa bentuk adegan kekerasan fisik
tampak menonjol dalam film 9 Naga dengan frekuensi sebesar 7 dengan
presentase 87%. Hal ini dapat digambarkan bahwa film 9 Naga dimensi fisik
sering digunakan dalam bentuk kekerasan. Sedangkan kekerasan dalam dimensi
psikis dilakukan dalam frekuensi yang sangat sedikit yakni sebanyak 1 kali
dengan prosentase 13%. Adegan fisik dalam film 9 Naga ini ditunjukkan
dengan memukul, menampar, mendorong, mencekik, menusuk dan menendang.
Sedangkan kekerasan psikis yang ditunjukkan dalam film 9 Naga ini adalah
kekerasan melalui makian, bentakan, ancaman dan mengeluarkan kata-kata
kasar. Bentuk adegan kekerasan dalam film 9 Naga memiliki varians sebesar
2,79 dengan standar deviasi sebesar 1,67 dari masing-masing adegan kekerasan
dengan nilai rata-rata sebesar 2.67 untuk total kekerasan sebanyak 8 frekuensi
74
yakni 7 frekuensi kekerasan fisik dan 1 frekuensi kekerasan psikis. Dari data
pada tabel 4.1 terlihat bahwa derajat varian dari tiap variabel bersifat
homogenitas artinya data tersebut mudah dikontrol.
4.2.2 Ekspresi Kekerasan
Tabel 4.2
Ekspresi Kekerasan Dalam Film 9 Naga
No Dimensi F %
1 Verbal 1 12,50
2 Non Verbal 7 87,50
Jumlah 8 100,00
Rata-rata 4,00
Standar Deviasi 1,73
Varians 3
Sumber: Data Primer diolah, 2012
Pada tabel 4.2 di atas terlihat bahwa ekspresi adegan kekerasan
nonverbal tampak menonjol dalam film 9 Naga dengan frekuensi sebesar 7
dengan presentase 87,5%. Hal ini dapat digambarkan bahwa film 9 Naga
dimensi nonverbal sering digunakan dalam bentuk kekerasan. Sedangkan
kekerasan dalam dimensi verbal dilakukan dalam frekuensi yang sangat sedikit
yakni sebanyak 1 kali dengan prosentase 12,5%. Adegan kekerasan nonverbal
dalam film 9 Naga ini ditunjukkan dengan menunjukkan tindakan langsung atau
secara fisik, yakni melalui memukul, menampar, mendorong, mencekik,
menusuk dan menendang. Sedangkan ekspresi kekerasan verbal yang
ditunjukkan dalam film 9 Naga ini adalah kekerasan melalui gesture (tingkah
75
laku), ekspresi wajah, dan paralingustik (ucapan yang terputus karena marah,
suara meninggi). Dalam film 9 Naga ini kekerasan verbal ditunjukkan dengan
makian, bentakan, ancaman dan mengeluarkan kata-kata kasar. Ekspresi
kekerasan dalam film 9 Naga memiliki varians sebesar 3 dengan standar deviasi
sebesar 1,72 dari masing-masing adegan kekerasan dengan nilai rata-rata
sebesar 4 untuk total kekerasan sebanyak 8 frekuensi yakni 7 frekuensi ekspresi
kekerasan nonverbal dan 1 frekuensi ekspresi kekerasan verbal. Dari data pada
tabel 4.2 terlihat bahwa derajat varian dari tiap variabel bersifat homogenitas
artinya data tersebut mudah dikontrol.
4.2.3 Motif Kekerasan
Tabel 4.3
Motif Kekerasan Dalam Film 9 Naga
No Dimensi F %
1 Sengaja 8 100,00
2 Tidak Disengaja 0 0,00
Jumlah 8 100,00
Rata-rata 4
Standar Deviasi 2,00
Varians 4
Sumber: Analisis Data Primer, 2012
Adegan kekerasan dapat dibagi sesuai dengan motifnya, yakni sengaja
atau tidak disengaja. Motif kekerasan sengaja merupakan kekerasan yang
disertai dengan maksud dari pelaku yang dinyatakan secara verbal atau visual.
Sedangkan kekerasan yang tidak disengaja merupakan kekerasan yang tanpa
76
disertai maksud dari diri pelaku, tetapi tetap memberikan efek penderitaan bagi
korban. Pada tabel 4.3 di atas terlihat bahwa motif adegan kekerasan yang
disengaja tampak sangat menonjol dalam film 9 Naga dengan frekuensi sebesar
8 dengan presentase 100%. Hal ini dapat digambarkan bahwa film 9 Naga
dimensi kesengajaan sering digunakan dalam bentuk kekerasan. Kekerasan
yang dilakukan dalam film ini dilakukan dengan sengaja, yakni pelaku sengaja
melakukan kekerasan pada korban karena ada suatu alasan atau latar belakang.
Motif kekerasan ini ditunjukkan dengan adanya kesadaran melakukan
kekerasan, misalnya menyekap lalu menembak, kemudian membuang mayat
yang telah tertembak. Hal itu dilakukan dengan sengaja oleh pelaku kekerasan.
Motif kekerasan dalam film 9 Naga memiliki varians sebesar 4 dengan standar
deviasi sebesar 2 dari masing-masing adegan kekerasan dengan nilai rata-rata
sebesar 4 untuk total kekerasan sebanyak 8.
77
4.2.4 Pelaku dan Ekspresi Kekerasan
Tabel 4.4
Pelaku dan Ekspresi Kekerasan Film 9 Naga
Dimensi laki-laki Perempuan
Utama Pembantu Utama Pembantu
F % F % F % F %
Verbal 1 12,50 0 0,00 0 0 0 0
Non-Verbal 5 62,50 2 25,00 0 0 0 0
Gabungan 0 0 0,00 0 0 0 0
Jumlah 6 75,00 2 25,00 0 0 0 0
Rata-rata 2,00 0,67 0 0 0 0
Standar
Deviasi 1,82 0,94 0 0 0 0
Varians 3,3 0,89 0 0 0 0
Sumber: Data primer Diolah, 2012
Pada tabel 4.4 di atas terlihat bahwa aspek pelaku dan ekspresi adegan
kekerasan baik nonverbal maupun verbal tampak bahwa pemeran utama laki-
laki yang paling dominan dalam melakukan ekspresi kekerasan baik nonverbal
maupun verbal dengan total frekuensi 5 atau 62.5% untuk kekerasan nonverbal
yang dilakukan oleh pemeran utama laki-laki dan frekuensi 1 kali atau 12,5%
untuk kekerasan verbal yang dilakukan oleh pemeran utama laki-laki. Untuk
kekerasan verbal yang dilakukan oleh pemeran pembantu laki-laki tidak ada,
tetapi kekerasan nonverbal yang dilakukan oleh pemeran pembantu laki-laki
dilakukan dengan frekuensi 2 atau 25%. Pemeran utama wanita dan pemeran
pembantu wanita tidak melakukan ekspresi kekerasan dalam film 9 Naga. Pada
78
tokoh utama laki-laki, ekspresi kekerasan dalam film 9 Naga memiliki varian
sebesar 3,3 dengan standar deviasi sebesar 1,82 dari masing-masing adegan
kekerasan dengan nilai rata-rata sebesar 2 untuk total kekerasan sebanyak 6
frekuensi yakni 5 frekuensi ekspresi kekerasan nonverbal dan 1 frekuensi
ekspresi kekerasan verbal. Sedangkan pada tokoh pembantu laki-laki ekspresi
kekerasan dalam film 9 Naga memiliki varian sebesar 0.89 dengan standar
deviasi sebesar 0.94 dari masing-masing adegan kekerasan dengan nilai rata-
rata sebesar 0.67 untuk total kekerasan sebanyak 2 frekuensi, yakni frekuensi
ekspresi kekerasan non verbal. Dari data pada tabel 4.4 terlihat bahwa derajat
varian dari tiap variabel bersifat heterogenitas artinya data tersebut sulit
dikontrol.
4.2.5 Motif dan Pelaku Kekerasan
Tabel 4.5
Motif dan Pelaku Kekerasan
No Dimensi laki-laki Perempuan
Utama Pembantu Utama Pembantu
F % F % F % F %
1 Sengaja 5 62,50 3 37,50 0 0 0 0
2
Tidak
Disengaja 0 0,00 0 0,00 0 0 0 0
Jumlah 5 62,50 3 37,50 0 0 0 0
Rata-rata 2,50 1,50 0 0 0 0
Standar Deviasi 1,73 1,22 0 0 0 0
Varians 3 1,5 0 0 0 0
Sumber: data diolah, 2012
79
Pada tabel 4.5 di atas terlihat bahwa aspek pelaku dan motivasi adegan
kekerasan baik sengaja maupun tidak sengaja tampak bahwa pemeran utama
laki-laki yang paling dominan dalam melakukan ekspresi kekerasan yang
disengaja dengan total frekuensi 5 atau 62.5% dan frekuensi 3 kali atau 37,5%
untuk kekerasan yang disengaja yang dilakukan oleh pemeran pembantu laki-
laki. Pemeran utama wanita dan pemeran pembantu wanita tidak melakukan
motif kekerasan dalam film 9 Naga. Pada tokoh utama laki-laki, ekspresi
kekerasan dalam film 9 Naga memiliki varian sebesar 3 dengan standar deviasi
sebesar 1,73 dari masing-masing adegan kekerasan dengan nilai rata-rata
sebesar 2,5 untuk total kekerasan sebanyak 5 frekuensi. Sedangkan pada tokoh
pembantu laki-laki motif kekerasan dalam film 9 Naga memiliki varian sebesar
1,5 dengan standar deviasi sebesar 1,22 dari masing-masing adegan kekerasan
dengan nilai rata-rata sebesar 2,5 untuk total kekerasan sebanyak 3 frekuensi.
Dari data pada tabel 4.5 terlihat bahwa derajat varian dari tiap variabel bersifat
heterogenitas artinya data tersebut sulit dikontrol. Dalam film 9 Naga tersebut
adegan kekerasan yang disengaja Nampak dari adegan yang ditampilkan pelaku
kekerasan berupa adegan verbal atau visual atau kekerasan fisik. Sedangkan
adegan tidak disengaja, dilakukan saat pelaku tidak sengaja melakukan
kekerasan pada korban secara psikis dengan mengatai, membentak,
mengancam, dan marah.
80
4.2.6 Bentuk Kekerasan dan Pelaku Kekerasan
Tabel 4.6
Bentuk Kekerasan dan Pelaku Kekerasan
No Dimensi laki-laki Perempuan
Utama Pembantu Utama Pembantu
F % F % F % F %
1 Fisik 5 62,50 2 25,00 0 0 0 0
2 Psikologis 1 12,50 0 0,00 0 0 0 0
3 Lain-lain 0 0 0,00 0 0 0 0
Jumlah 6 75,00 2 25,00 0 0 0 0
Rata-rata 2,00 0,67 0 0 0 0
Standar
Deviasi 1,41 1,14 0 0 0 0
Varians 2 1,3 0 0 0 0
Sumber: data diolah, 2012
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada film 9 Naga kekerasan yang
dilakukan oleh pemeran utama pria memiliki frekuensi sebanyak 5 atau 62,5%
untuk kekerasan fisik dan 1 atau 12,5% untuk kekerasan psikis. Untuk pemeran
pembantu laki-laki melakukan kekerasan fisik sebanyak 2 frekuensi atau 25%,
sedangkan untuk kekerasan psikis tidak dilakukan oleh pemeran pembantu laki-
laki. Untuk kedua tokoh pemeran utama dan pemeran pembantu wanita tidak
melakukan adegan kekerasan baik fisik ataupun psikologis. Dalam film 9 Naga
ini, pemeran laki-laki lebih mendominasi cerita baik itu peran utama dan
pembantu, sedangkan peran utama dan pembantu wanita kurang mendominasi
sehingga topik utama mengenai kekerasan tidak terlihat pada tokoh wanita.
81
Kekerasan fisik yang dilakukan baik oleh pemeran utama dan pembantu laki-
laki berupa tamparan, pukulan, penembakan, pembuangan mayat, tendangan,
dan lain-lain. Sedangkan kekerasan psikis yang dilakukan adalah makian,
cacian, kata-kata kasar, dan kata-kata merendahkan. Pada film 9 Naga
menunjukkan varian sebesar 2, standar deviasi sebesar 1.41 dan rata-rata
sebesar 2 untuk kekerasan yang dilakukan oleh pemeran utama laki-laki,
sedangkan kekerasan yang dilakukan pemeran pembantu laki-laki menunjukkan
varian sebesar 1.3 dengan standar deviasi sebesar 1.14 untuk rata-rata sebesar
0.67.
4.2.7 Korban Kekerasan
Tabel 4.7
Korban Kekerasan dalam Film 9 Naga
No Dimensi laki-laki Perempuan
Utama Pembantu Utama Pembantu
F % F % F % F %
1 Fisik 7 70,00 2 20,00 0 0 0 0
2 Psikologis 1 10,00 0 0,00 0 0 0 0
3 Lain-lain 0 0 0,00 0 0 0 0
Jumlah 8 80,00 2 20,00 0 0 0 0
Rata-rata 2,67 0,67 0 0 0 0
Standar
Deviasi 1,70 1,00 0 0 0 0
Varians 2,89 1 0 0 0 0
Sumber: Data diolah, 2012
82
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada film 9 Naga kekerasan yang
dialami oleh pemeran utama pria memiliki frekuensi sebanyak 7 atau 70%
untuk kekerasan fisik dan 1 atau 10% untuk kekerasan psikis. Untuk pemeran
pembantu laki-laki mengalami kekerasan fisik sebanyak 2 frekuensi atau 20%,
sedangkan untuk kekerasan psikis tidak dialami oleh pemeran pembantu laki-
laki. Untuk kedua tokoh pemeran utama dan pemeran pembantu wanita tidak
mengalami adegan kekerasan baik fisik ataupun psikis. Kekerasan fisik yang
dialami baik oleh pemeran utama dan pembantu laki-laki berupa tamparan,
pukulan, penembakan, pembuangan mayat, tendangan, dan lain-lain. Sedangkan
kekerasan psikis yang dilakukan adalah makian, cacian, kata-kata kasar, dan
kata-kata merendahkan. Pada film 9 Naga menunjukkan varian sebesar 2,89
dengan standar deviasi sebesar 1.70 dan rata-rata sebesar 2,67 untuk kekerasan
yang dialami oleh pemeran utama laki-laki, sedangkan kekerasan yang dialami
pemeran pembantu laki-laki menunjukkan varian sebesar 1dengan standar
deviasi sebesar 1 untuk rata-rata sebesar 0,67.
4.3 Pembahasan
Dari hasil penelitian di atas dapat dijelaskan beberapa tujuan yang terkait
dengan analisis isi film 9 Naga. Menurut Mc Quail (2000:305) analisis terhadap
isi pesan komunikasi bertujuan untuk pertama, mendeskripsikan dan membuat
perbandingan terhadap isi media. Secara umum tayangan adegan kekerasan di
film 9 Naga sama dengan film Tali Pocong Perawan (Hamatara, 2009). Dimana
sebagian besar kekerasan ditampilkan dengan kekerasan fisik, yakni kekerasan
83
yang menyebabkan tubuh manusia tersakiti secara jasmani bahkan bisa sampai
pembunuhan (Windhu 1992 : 68). Kekerasan ini dapat berupa memukul,
menampar, mencekik, menendang, melempar barang ke tubuh, menginjak,
melukai dengan senjata tajam dan membunuh. Kekerasan fisik pada suatu film
biasanya merupakan suatu kewajaran untuk ditampilkan dengan tujuan untuk
mengekspresikan isi dari film tersebut. Berbeda dengan (Mardikowati, 2009)
yang meneliti tentang Motif Gratifikasi Dalam Menonton Film Ayat-Ayat Cinta
yang di Sutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film Ayat-Ayat Cinta yang
menceritakan dua mahasiswa yang sedang studi di Mesir. Dalam film ini tidak
mengandung unsur kekerasan. Sedangkan Rengganis, (2009) yang meneliti
tentang Analisis Isi Adegan Seks Dalam Film “Basahhh”. Film yang
menceritakan empat remaja cowok yang sedang dalam proses pencarian jati diri
seiring dengan pubertas yang mereka alami. Dalam film ini kebanyak
menampilkan eksploitasi keindahan tubuh wanita yang dianggap dapat
meningkatkan birahi. Jadi dalam film ini tidak mengandung unsur kekerasan.
Kedua, membuat perbandingan antara isi media dengan realitas sosial.
Saat ini kita tahu bahwa masyarakat telah banyak berubah dalam menyikapi
suatu masalah, banyak kekerasan dilakukan untuk menyelesaikan masalah
mereka. Suatu film biasanya diangkat dengan berdasarkan pada realitas yang
ada. Film 9 Naga diangkat dengan suatu tema yang berisi kekerasan yang
disebabkan karena himpitan ekonomi. Dalam realitas, keadaan masyarakat kita
saat ini, khususnya masyarakat menengah ke bawah sedang menghadapi
84
masalah ekonomi yang berdampak pada kehidupan sosial budaya masyarakat,
salah satunya budaya kekerasan yang banyak terjadi di masyarakat. Di dalam
film 9 Naga adegan kekerasan yang ditampilkan mendekati realitas yang ada.
Dimana sebagian kekerasan dilakukan secara fisik dan dilakukan oleh pemeran
laki-laki. Oleh karena itu isi dari film 9 Naga dapat dikatakan merupakan
refleksi dari nilai-nilai sosial atau realitas sosial yang lebih nyata dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya kondisi sosial ekonomi, pengaruh lingkungan
sekitar tempat tinggal, budaya serta sistem kepercayaan masyarakat.
Film adalah media komunikasi massa yang ampuh, bukan saja untuk
hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Dalam ceramah-ceramah
penerangan pendidikan kini banyak digunakan film sebagai alat pembantu
untuk memberikan penjelasan (Effendy 1993 : 209). Dalam fungsi dan efek film
(Mc Quail,2000), Film 9 NAGA ini memberikan penjelasan dan gambaran
mengenai sisi kehidupan manusia. Film dan televisi berperan dalam menjelma
warna buram budaya masyarakat karena daya simbolisme dari televisi dan film
yang bisa mereduksi dan memanipulasi realitas menjadi cermin retak atau
fragmen-fragmen tak utuh dari kehidupan (Fahmi, 1997:173). Dimana manusia
yang pernah melakukan kejahatan tidak hanya memiliki sisi kelam saja, tetapi
juga sisi terang, yakni tanggung jawab terhadap keluarga, solidaritas terhadap
kawan, dan hati nurani. Sehingga dapat memberikan pelajaran yang berharga
dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai sebuah kehidupan.
85
Pada Film 9 Naga juga menampilkan efek-efek visual yang mendekati
kenyataan, sehingga dapat membawa penontonnya untuk ikut merasakan dan
mengalami hal-hal yang ditampilkan dalam film tesebut. Penonton bukan saja
dapat “memahami” atau “merasakan” apa yang dipikirkan atau dialami pemain
itu dalam menjalankan peranannya, tetapi lebih lagi dari pada itu : antara
pemain dan penonton hampir tidak ada lagi perbedaan (Effendy 1993 : 207).
Dengan demikian film 9 Naga dapat lebih mudah dalam memberikan pengaruh
kepada penonton.
Media performance (Mc Quail, 2000) film 9 Naga ini diperuntukkan
bagi usia dewasa karena kekerasan yang ditampilkan dalam film 9 Naga juga
memiliki pengaruh yang kurang baik pada moral masyarakat diantaranya dalam
menyelesaikan masalah masyarakat cenderung menggunakan kekerasan, kata-
kata yang diucapkan dalam film pun dapat juga ditiru oleh masyarakat menjadi
kata-kata yang umum sebagai ungkapan kekecewaan mereka.
Meskipun film 9 Naga banyak menampilkan unsur kekerasan, tetapi hal
ini tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan dalam perfilman karena tidak
seratus persen dari film tersebut menunjukkan kekerasan. Akan tetapi dengan
kekerasan yang ditampilkan dalam film tersebut perlu diwaspadai karena akan
membawa dampak negative bagi para penontonnya yang sebagian besar remaja.
Dikhawatirkan para remaja akan meniru adegan yang ditampilkan dalam film 9
Naga tersebut.
86
Secara umum menurut analisis isi, meskipun mengandung kekerasan,
film 9 Naga telah memenuhi kriteria sebagai film yang bermutu dan berkualitas
karena memenuhi tri fungsi film, kontruktif, dan persuasif (Effendy, 1993).