BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN -...

28
19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Diskripsi Profil Informan Informan dalam penelitian ini adalah pengusaha etnis Tionghoa yang sudah lama berkecimpung di bidang usahanya serta memiliki pengalaman berusaha sehingga dikenal luas di wilayah Boyolali serta informan tersebut memahami filosofi bisnis etnis Tionghoa yang bisa diketahui saat proses wawancara dimana informan bisa menjelaskan dan mengaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat empat orang pengusaha etnis Tionghoa yang telah diwawancarai dalam penelitian berkenaan dengan masalah yang diteliti dimana profil informan bisa dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Tabel Profil Informan Sumber: Data diolah, 2016 Profil informan menjelaskan tentang jenis kelamin, usia, tempat, tanggal lahir dan cerita singkat mengenai kehidupan informan. Setelah mengetahui tentang profil informan, peneliti menggali informasi tentang profil usaha masing- masing informan yang bisa dilihat pada tabel berikut: Kode Jenis Kelamin Usia (Tahun) Tempat Lahir Tanggal Lahir KI 1 Laki-laki 56 Pangkalan Bun 4 April 1960 KI 2 Laki-laki 29 Surakarta 20 April 1987 KI 3 Perempuan 53 Malang 28 September 1963 KI 4 Laki-laki 60 Boyolali 23 April 1956

Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN -...

19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Diskripsi Profil Informan

Informan dalam penelitian ini adalah

pengusaha etnis Tionghoa yang sudah lama berkecimpung di bidang usahanya serta memiliki

pengalaman berusaha sehingga dikenal luas di wilayah Boyolali serta informan tersebut memahami filosofi bisnis etnis Tionghoa yang

bisa diketahui saat proses wawancara dimana informan bisa menjelaskan dan mengaplikasikan

di dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat empat orang pengusaha etnis Tionghoa yang telah diwawancarai dalam penelitian berkenaan

dengan masalah yang diteliti dimana profil informan bisa dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Tabel Profil Informan

Sumber: Data diolah, 2016

Profil informan menjelaskan tentang jenis

kelamin, usia, tempat, tanggal lahir dan cerita

singkat mengenai kehidupan informan. Setelah mengetahui tentang profil informan, peneliti menggali informasi tentang profil usaha masing-

masing informan yang bisa dilihat pada tabel berikut:

Kode

Jenis

Kelamin

Usia

(Tahun)

Tempat

Lahir

Tanggal Lahir

KI 1 Laki-laki 56 Pangkalan Bun

4 April 1960

KI 2 Laki-laki 29 Surakarta 20 April 1987

KI 3 Perempuan 53 Malang 28 September

1963

KI 4 Laki-laki 60 Boyolali 23 April 1956

20

Tabel 4.2

Tabel Profil Usaha

Kode

Kegiatan Usaha

Jenis Usaha

Lama

Usaha (Tahun)

Modal

Usaha (Juta)

Omzet/

bulan (Juta)

Laba/

bulan (Juta)

Jumlah

Karyawan (Orang)

KI 1

Bengkel Motor: -Penjualan Sparepart -Service Motor

-Dagang

-Jasa

16

±250

±50

±300

±50

±60

±15

4

4

KI 2

Konter HP:

-Penjualan HP -Penjualan Aksesoris

-Server Pulsa

dan Perdana

-Service HP

-Dagang -Dagang

-Dagang

-Jasa

9

±200 ±100

±150

±50

±400 ±60

±3000

±50

±30 ±30

±50

±15

6 10

30

4

KI 3

Penjahit:

-Jasa Jahit Halusan

-Jasa

25

±100

±50

±30

11

KI 4

Toko Material:

-Penjualan Material

-Dagang

32

±1000

±1000

±100

14

Sumber: Data diolah, 2016

21

Key Informan 1 (KI 1) merupakan

informan pertama yang peneliti wawancarai. K1 lahir di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada

tanggal 4 April 1960. Sejak kecil beliau mengikuti ayahnya berpindah-pindah disekitar pulau jawa karena bekerja sebagai tentara. Saat setelah

menikah, beliau memutuskan untuk menetap dan tinggal di Boyolali membangun keluarga.

Saat pertama menikah, beliau bekerja sebagai sopir “omprengan” pada tahun 80an. setelah sekian lama akhirnya bisa membeli lima

angkutan sendiri, dan pada tahun 90an bisa memiliki belasan angkutan. Pada krisis 1998,

bisnis angkutannya bangkrut dan pada akhirnya membuka toko sparepart dan service motor pada tahun 2000.

Alasan membuka toko sparepart dan service ini dikarenakan background keahlian

sebelumnya mekanik saat sekolah dan bisa memperbaiki angkutan sendiri jika ada

kerusakan. Selain itu dana yang digunakan untuk membuka usaha pertama kali tidak cukup jika membuka sparepart mobil. Modal pertama

kali saat membuka usaha ± 100 jutaan dengan status lokasi usaha kontrak, sumber dana ini

didapat dari menjual seluruh angkutan yang ada. Awal mula buka usaha pasar yang dituju langsung user atau pemakai. Seiringnya

berjalannya waktu, banyak saingan antara usaha sejenis yang bermodal kecil juga buka usaha

tersebut maka semenjak tahun 2012 pasar usaha ini fokus pada penjualan partai atau suplaier yang memasoki sparepart di penjual kecil di

Boyolali, selain penjualan partai juga masih membuka penjualan langsung ke pemakai.

Toko sparepart dan service motor ini berlokasi di Boyolali dengan jam buka pukul 09.00 – 16.00 WIB. Usaha mempunyai empat

22

karyawan di penjualan sparepart dengan gaji harian dan empat teknisi dibagian service dengan

sistem bagi hasil 70% untuk teknisi dan 30% untuk pemilik. Untuk sekarang ini modal usaha keseluruhan jika dinominalkan oleh KI 1 ±

300jutaan dengan status lokasi usaha sekarang ini sudah menjadi hak milik. Dengan keuntungan bersih perbulan lebih dari 75 juta.

Key Informan 2 (KI 2), lahir di Surakarta

pada tanggal 20 April 1987. Ia sudah dari kecil berdomisili di Boyolali. Ia bersekolah di SD Kanisius Boyolali. Saat SMP, ia disekolahkan di

SMP Regina Pacis Solo. Awal masuk SMP dia termasuk anak yang pintar yang mendapat

ranking di kelas, tetapi karena jauh dari pantauan orang tua dan pergaulan yang kurang baik maka pada akhirnya sempat tidak lulus

SMP. Akhirnya dipindahkan ke SMP Widya Wacana dan lulus. SMA berada di Boyolali. Saat SMA belum sampai satu semester, dia tidak mau

melanjutkan sekolah dikarenakan terlalu banyak aturan disekolah. Saat SMA dia sudah

mempunyai usaha sampingan yaitu jualan pulsa dan HP bekas di teman-temannya atau disebut konter berjalan. Hal ini juga yang memperkuat

alasan, dia tidak mau sekolah karena sudah merasa enak kalau memegang uang. Setelah tidak sekolah, dia mulai mebuka usaha dengan

temannya dengan join tempat usaha. Usahanya mulai berkembang dan cukup mempunyai nama,

akhirnya meminta dibukakan toko kecil berukuran 4x4 meter di rumahnya semenjak

tahun 2007 sampai sekarang. Awal membuka usaha diperkirakan modal belasan juta yang didapat dari keuntungan usaha yang sudah

didapat sebelumnya. Konter handphone (HP) ini, sekarang ini

menjadi konter HP terbesar dan terlengkap di

23

Boyolali. Luas bangunan sekarang diperbesar kurang lebih 10x20 meter dengan berbagai bidang usaha baik server pulsa, penjualan

aksesoris, perdana, handphone, service dan semua seputar HP. Saat ini konter ini memiliki

sepuluh orang karyawan dibagian aksesoris HP, enam karyawan dibagian penjualan HP, sepuluh karyawan di bagian deposit dan penjualan pulsa,

delapan karyawan dibagian admin server, empat karyawan di bagian service HP dan belasan sales

marketing kelilingan deposit pulsa di Boyolali dan sekitarnya. Sistem kerja adalah shift dengan jam kerja toko 08.00 – 21.00 WIB. Selain itu juga

terdapat empat cabang lain yaitu dua cabang di swalayan daerah Boyolali dan tempat usaha

lainnya di Ampel dan Kartasura. Untuk sekarang ini diperkirakan modal yang digunakan ± 500juta dengan keuntungan bersih lebih dari 125jt

perbulan.

Key Informan 3 (KI 3) lahir di Malang

pada tanggal 28 September 1963. Pada saat menempuh pendidikan SLTA, beliau pindah di

Boyolali. Tidak lama setelah lulus sekolah, beliau langsung menikah. Setelah menikah, beliau menjalani kursus ketrampilan menjahit dan

akhirnya membuka usaha menjahit seorang diri dirumah dengan pelanggan tetangga-tetangganya.

Berawal dari mulut ke mulut, pelanggan bertambah banyak dan akhirnya mempekerjakan beberapa karyawan. Hingga pada sekarang ini

sudah memiliki karyawan sebelas orang yang terbagi menjadi dua tugas yaitu delapan orang

menjahit dan tiga orang membuat pola beserta KI 3 sendiri.

Usaha yang dijalankan KI 3 ini adalah

penjahit halusan yang bertempat usaha di Boyolali yang buka pada hari Senin sampai Sabtu pukul 08.30 – 16.30 WIB. Penjahit halusan

24

berbeda dengan penjahit konveksi. Didalam penjahit halusan, pelanggan datang sendiri serta mengukur dan meminta model sebagaimana yang

diinginkan sedangkan penjahit konveksi cenderung sudah ada ukuran dan model yang telah ada sebelumnya. Pelanggan beliau berasal

dari karyawan kantoran, PNS, dan keluarga yang mempunyai hajatan. Menurut beliau, usaha

tersebut terbesar di Boyolali jika dilihat dari jumlah karyawan yang dipekerjakan. Modal usaha pertama kali membuka usaha ini hanya

bermodal sebuah mesin jahit, tetapi sekarang ini beliau sudah memiliki belasan mesin jahit,

perlengkapan menjahit bahkan sudah mempunyai tempat usaha sendiri yang diperkirakan nominalnya lebih dari 100juta

diluar tempat usaha. Penghasilan bersih usaha perbulan diperkirakan lebih dari 30juta.

Key Informan 4 (KI 4) adalah informan

terakhir dalam penelitian ini. KI 4 lahir di

Boyolali pada tanggan 23 April 1956. Beliau dari kecil hingga sekarang ini tinggal di Boyolali. Usaha beliau adalah toko bangunan yang

menjual material bangunan. Toko beliau sudah berdiri sekitar 32 tahun yang lalu dimana dari

awal sampai sekarang toko tersebut berada disekitar pasar Boyolali. Pemilihan tempat di dekat pasar didasarkan pada waktu itu pusat

berdagangan hanya ada disekitar pasar sehingga apabila ingin laku harus mendekati keramaian. Toko ini buka pada hari senin sampai sabtu dari

pukul 08.00 sampai 16.00 dengan memiliki empat belas karyawan dimana terbagi menjadi

enam orang bagian toko, empat orang bagian gudang dan empat orang bagian antar pesanan.

Toko material ini bisa dikatakan yang

pertama di Boyolali dan masih eksis sampai sekarang ditengah persaingan bisnis yang ada.

25

Pelanggan dari usaha ini adalah orang individu yang sedang membangun rumah dan sebagian pengembang perumahan. Pembayarannya selain

tunai juga bisa secara kredit tetapi hanya pada orang-orang tertentu yang dirasa bisa dipercaya. Sistim kredit ini diberlakukan karena biasanya

orang-orang tersebut mengambil bahan dan diberi nota dahulu dan biasanya pembayaran

dikemudian hari bisa seminggu sekali, sebulan sekali, bahkan bisa tiga bulan sekali saat rumah tersebut baru selesei. Untuk total modal pada

saat ini lebih 1 milyar sudah masuk disini yang terdiri dari persediaan material dan alat

transportasi yaitu 1 truk dan 1 pick up. Dengan keuntungan kira-kira 100jutaan perbulan. Meskipun dana piutang juga besar, dikarenakan

untuk nominal-nominal transaksi besar biasanya berbentuk kredit.

4.2 Diskripsi Profil Investasi

Setelah mengetahui profil singkat informan

dan usahanya, peneliti ingin menggali tentang investasi apa saja yang sudah pernah dilakukan masing-masing informan. Dimana hasilnya bisa

dilihat di tabel berikut :

26

Tabel 4.3 Tabel Profil Investasi

Sumber: Data diolah, 2016

Dari penjelasan informan, dapat diketahui jenis investasi yang dilakukan terbagi menjadi dua macam yaitu yang berkenaan dengan usaha

dan tidak berkenaan dengan usaha. Setiap informan melakukan investasi dalam sektor

usaha yaitu tempat lokasi berusaha, untuk KI 3 dan KI 4 memiliki tempat usaha yang terpisah dari rumah tempat tinggalnya, KI 1 memilih

tempat usaha yang gabung dengan rumah atau rumah dan toko (ruko), sedangkan KI 2 tempat

usaha berada dibagian depan jalan dan rumah ada dibagian belakang toko. Setiap informan melakukan investasi di peralatan usaha yang

berbeda-beda sesuai jenis usaha yang digelutinya seperti yang bisa dilihat di tabel diatas. Selain tempat usaha dan peralatan usaha yang dimiliki

setiap informan, diketahui bahwa khusus untuk

Kode

Macam-macam Investasi yang dimilik

Berkenaan dengan

usaha

Tidak berkenaan

dengan usaha

KI 1

a. Bangunan Ruko b. Peralatan Service

Motor

a. Deposito Bank

Daerah.

b. Investasi Tanah

KI 2

a. Tempat Usaha Toko. b. Peralatan Server Pulsa

dan Service HP. c. Tempat Cabang Baru.

a. Tanah dan

Bangunan Tempat

Tinggal. b. Deposito Bank

Swasta

KI 3

a. Tempat Usaha Jahit.

b. Peralatan Mesin Jahit

a. Tanah dan

Bangunan Tempat

Tinggal.

b. Deposito Bank Daerah.

c. Emas Perhiasan

KI 4

a. Tempat Usaha Toko.

b. Gudang Material.

c. Peralatan atau Mesin

Pengolah Material. d. Truk dan Pickup.

a. Tanah dan

Bangunan Tempat

Tinggal.

b. Deposito Bank

Daerah.

27

KI 2 mempunyai beberapa cabang lokasi tempat usaha meliputi di Kartasura, Ampel dan beberapa lokasi di swalayan yang ada di sekitar Boyolali.

Untuk KI 4 mempunyai lokasi gudang guna menyimpan material dan truk besar serta pickup

digunakan untuk mengantar material. Dari penelitian ini terungkap bahwa

informan KI 1 dan KI 3 yang memiliki usaha lebih

lama, mereka sudah tidak terlalu banyak melakukan investasi di usaha yang digeluti

untuk sekarang ini. Hal ini dikarenakan usaha tersebut sudah mempunyai pasar tersendiri yang sudah dibangun sejak puluhan tahun yang lalu.

Untuk KI 2 yang memiliki usaha yang terbilang belum lama, ia masih melakukan investasi yang sangat besar di sektor usaha sekarang ini

dikarenakan untuk memperbanyak alat-alat, stok barang yang dijual, penambahan karyawan

bahkan pembukaan beberapa cabang guna memperluas pasar. Disisi lain faktor usia juga mempengaruhi tentang intensitas investasi yang

dilakukan. Usia yang relatif masih muda, melihat masa depannya masih panjang sehingga sering memanfaatkan peluang-peluang yang ada.

Sedangkan usia yang sudah cukup tua yang lebih suka menikmati hidupnya dan lebih nyaman

menjalani apapun yang sudah ada sehingga mereka sudah tidak berfikir untuk melakukan investasi besar-besaran. Terdapat hal yang

berbeda pada KI 4, meskipun terbilang berumur KI 4 sekarang ini gencar investasi pada usahanya

dengan mempunyai rencana untuk memperbesar gudangnya dan memperbanyak modal guna memperbanyak persediaan bahan material, hal

ini dilakukan karena pembangunan di Boyolali sedang berkembang pesat dan kebutuhan akan bahan material terus melonjak.

Terdapat hal menarik saat ditanya soal investasi yang telah dilakukan informan, selain

28

jawaban yang ada di tabel diatas diketahui semua informan menjawab persediaan barang dagang sebagai salah satu contoh investasi. Dari

hal tersebut diketahui bahwa informan belum bisa membedakan pasti antara penganggaran modal dimana pemanfaatan lebih dari satu tahun

atau modal kerja dimana pemanfaatannya kurang dari satu tahun. Sehingga saat

wawancara, peneliti harus menjelaskan lebih detail akan hal tersebut.

Sedangkan investasi tidak berkenaan

dengan kegiatan usaha bisa dilihat dari sisi sektor keuangan, Semua informan diketahui

memiliki deposito. Mereka melakukan investasi dalam bentuk deposito dikarenakan adanya kelebihan dana diluar kebutuhan dana untuk

operasional usahanya. Terdapat perbedaan dalam menanamkan deposito di masing-masing informan. Untuk KI 1, KI 3 dan KI 4

menanamkan dananya di Bank Daerah yaitu BPD Boyolali sedangkan untuk KI 2 melakukan

kegiatan deposit di bank swasta BCA dan Mandiri.

Meskipun KI 1, KI 3 dan KI 4 memilih

melakukan deposito di Bank Daerah tetapi mereka tetap memiliki rekening di bank swasta

seperti KI 1 dan KI 4 di BCA dan KI 3 di BRI. Pemilihan Bank Daerah tersebut dikarenakan bunga deposito yang lebih tinggi yaitu 9.5%.

Peneliti selanjutnya juga bertanya apakah tidak takut risikonya juga tinggi jika di Bank Daerah, tetapi kedua informan ini menjawab hal yang

hampir sama yaitu mereka percaya dana yang dimasukkan akan aman karena sudah lama

menjadi nasabah dan tidak pernah terjadi apa-apa selain itu juga ada jaminan dari pemerintah daerah jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

disisi lain juga mereka sudah menjadi nasabah sudah lama yaitu sejak lama pertama merintis

29

usaha. Selain itu ada hal menarik yang dijelaskan oleh informan, bahwa mereka mempunyai suatu komunitas sesama etnis

Tionghoa di Boyolali biasanya dari teman-teman gereja dikarenakan etnis Tionghoa di boyolali relatif sedikit dan kebanyakan dalam satu gereja

yang sama yaitu Bethel. Komunitas ini dijadikan sarana sharing informasi apapun, salah satunya

soal deposito di bank daerah ini. Sehingga etnis Tionghoa di Boyolali cenderung memilih Bank Daerah untuk kegiatan deposito dikarenakan

masukan sesama etnis Tionghoa. Sedangkan untuk KI 2 diketahui tidak

memiliki rekening di Bank Daerah tetapi ia memiliki semua rekening bank nasional lainnya baik BCA, Mandiri, BII, BRI, Danamon, BNI, dll.

Hal ini dikarenakan untuk transaksi deposit pulsa yang dijalankan bisa melalui transfer antar bank sehingga ia memberikan fasilitas yang

lengkap di bank-bank yang downline miliki. Tetapi untuk deposito KI 2 hanya mempunyai

deposito di Bank BCA dan Mandiri dikarenakan di kedua bank ini sering terjadi transaksi dalam operasional usaha yang nominal cukup besar

yaitu ratusan juta setiap harinya. Selain itu juga KI 2 sudah menjadi nasabah prioritas di kedua

bank tersebut. Sehingga pemilihan melakukan kegiatan deposito di BCA dan Mandiri tersebut dikarenakan akses atau kemudahan yang diberi

kedua bank tersebut lebih daripada bank lain. Sedangkan saat peneliti tanya apakah faktor bunga deposito mempengaruhi dalam pemilihan,

ternyata tidak terlalu berpengaruh karena ia memindahkan uang di deposito per tiga bulanan.

Akses yang paling utama, karena nanti kalau sudah dana cair per tiga bulan pasti dana tersebut digunakan untuk hal lainnya. Peneliti

terakhir bertanya apakah investasi di sektor keuangan yang dimiliki hanya deposito, tidak ada

30

yang lain seperti saham dan sebagainya. Diketahui keempat informan hanya memiliki deposito, bahkan mereka tidak tahu menahu

bagaimana cara kerja investasi saham. Investasi yang tidak berkenaan dengan

kegiatan usaha bisa dilihat dalam investasi

sektor riil yang dilakukan. Keempat informan memilih investasi yang sama yaitu memiliki

tempat tinggal. Tetapi ada juga investasi lain yang dilakukan selain itu serperti pada KI 1 menjelaskan bahwa sekarang ini beliau lebih

sering investasi tanah. Menurut beliau investasi tanah dirasa memiliki risiko yang kecil jika

sedangkan peluang keuntungannya sangat besar, ditambah lagi perekonomian di Boyolali yang sedang tumbuh jadi kalau mau investasi yang

paling bagus sekarang di tanah. Saat ditanya soal sumber dana yang digunakan investasi tanah, KI 1 menjelaskan hanya menggunakan uang dari

hasil keuntungan usaha sparepartnya yang sudah berjalan puluhan tahun selain itu juga

keuntungan dari jual beli tanah yang ada. Beliau juga menjelaskan tidak berani melakukan peminjaman di bank, dikarenak tidak mau

seperti terkejar-kejar hutang dan tidak mau usaha sparepart yang sudah ada ini nanti kena

dampak dari peminjaman hutang. Investasi yang berbeda dilakukan oleh KI 3.

Dikarenakan beliau wanita maka lebih suka

melakukan investasi dalam bentuk emas atau perhiasan. Hal ini dikarenakan selain melakukan

investasi, emas atau perhiasan juga bisa dipakai dalam keseharian. Sehingga ada dua keuntungan yang bisa didapat. Sedangkan untuk KI 2

mengaku tidak memiliki atau berfikiran dalam waktu dekat ini investasi sektor riil karena

tenaga, waktu dan dana masih terkuras dalam pengembangan usaha yang ada sekarang ini. Hal hampir senada diutarakan KI 4 yang juga fokus

31

investasi pada usahanya, hal ini dikarenakan kebutuhan akan bahan material yang tambah besar, sehingga sekarang fokus pada mencukupi

permintaan itu dahulu.

4.3 Analisis Penelitan

Setelah mendapatkan hasil wawancara dari informan, selanjutnya peneliti melakukan

analisis dan menjelaskan secara terperinci sebagai berikut :

4.3.1 Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa Didalam penelitian ini, peneliti

pertama-tama ingin menggali pemahaman informan tentang filosofi bisnis etnis Tionghoa yang meliputi cuan, cengli dan

cincai. Pertama-tama yang dilakukan peneliti adalah menanyakan apa arti yang terlintas pertama kali jika peneliti

menyebutkan kata cuan, cengli dan cincai (Top of mind) dimana hasilnya bisa dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Tabel Top of Mind

Pemahaman Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa

Kode

Top of Mind Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa

Cuan Cengli Cincai

KI 1

Laba

Jujur,

Terpercaya

Jangan "Saklek",

Jangan Kaku, Monoton

KI 2

Laba

Terpercaya

Yang penting tidak

rugi

KI 3

Laba

Kepercayaan

Sikap saling bantu

/ dermawan

KI 4

Laba

Fair / adil

Bisa memaklumi

keadaan

Sumber: Data diolah, 2016

32

Hal pertama kali yang terlintas dari kata cuan, keempat informan menjawab hal yang sama yaitu keuntungan/laba/

profit. Sedangkan saat diajukan kata cengli, yang terlintas dipikiran informan adalah

kepercayaan, terpercaya, kejujuran dan keadilan. Tetapi ada hal yang menarik saat peneliti ajukan kata cincai. Saat kata cincai

diajukan peneliti, keempat informan dalam menjawab tidak selancar saat ditanya arti

kata cuan dan cengli sebelumnya. Keempat informan seperti berfikir kata yang tepat yang mewakili kata cincai. Hal ini terbukti

dengan jawaban informan tentang cincai yang beragam. Informan pertama, KI 1 saat diajukan kata cincai menjawab demikian,

“jangan “saklek”, jangan kaku”. Informan kedua yaitu KI 2 menjelaskan cincai

dengan arti “yang penting sama-sama jalan”. Informan ketiga, KI 3 menjelaskan

cincai dengan kata “saling bantu”. Sedangkan informan terakhir KI 4 menjelaskan cincai dengan kata “bisa memaklumi keadaan”. Berdasarkan top of mind masing-masing informan kata cuan,

cengli dan cincai diketahui jawaban yang beragam, yang harus digali lagi apakah

maksud kata tersebut mempunyai kesamaan pemahaman atau tidak.

Setelah mengetahui top of mind dari

masing-masing filosofi bisnis etnis Tionghoa. Selanjutnya peneliti ingin

menggali lagi apa maksud top of mind tersebut. Keseluruhan informan menjawab

hal yang sama saat ditanyai maksud arti cuan yaitu keuntungan, keuntungan disini dijelaskan oleh keseluruhan informan

berupa profit atau materi atau uang seperti apa yang dikemukakan oleh KI 1 sebagai

33

berikut “Kalau cuan semua orang sudah tau ya soal keuntungan atau duitlah”. Jawaban

tersebut peneliti gali terus dengan menanyakan apakah ada arti atau penjelasan lainnya dari kata cuan, semua

informan seperti agak kesusahan dalam menjelaskan arti lain dari cuan dan pada akhirnya hanya menjelaskan hal sekitar

apa yang sudah dijelaskan tersebut. Peneliti masih kurang puas dan

menanyakan apakah mempunyai banyak pelanggan, mempunyai nama baik, mempunyai banyak relasi merupakan

sebuah keuntungan dalam usaha. Dan apakah hal ini termasuk dalam cuan?

Respons dari keseluruhan informan seperti baru mengetahui bahwa cuan tidak hanya pada profit atau uang. Hal ini seperti

disampaikan KI 2 yaitu “ya bisa dikatakan keuntungan juga berarti, termasuk cuan juga berarti itu”.

Filosofi bisnis yang kedua adalah cengli. Top of mind yang terbentuk dari

cengli adalah kepercayaan, terpercaya, kejujuran dan keadilan. Penjelasan dari

keempat informan ini saling berhubungan, arti kejujuran disini seperti yang dijelaskan oleh KI 1 bahwa “kalau orang mau jualan harus jujur, apa yang dijual kualitasnya harus sesuai yang diomongkan jangan sampai pelanggan seperti ditipu”. Keadilan disini dimaksudkan KI 4 bahwa “orang hidup harus fair/adil, misal orang sudah bekerja keras untuk kita ya harus kita hargai sesuai apa yang dia kerjakan, kalau orang salah juga harus kita tegur jadi adil”. Kejujuran dan keadilan ini merupakan

bagian dari integritas dan kredibelitas seorang etnis Tionghoa sehingga nantinya

34

bisa dipercaya dan terpercaya. Sehingga orang dalam berbisnis itu harus cengli, harus bisa dipercaya oleh semua

stakeholder. Penjelasan diatas merupakan satu kesatuan yang mendasari orang itu cengli seperti yang diungkapkan oleh KI 1,

“kalau cengli yang om pahami, orang itu harus jujur, berkualitas dan bisa dipercaya”.

Filosofi terakhir adalah cincai. Top of

mind dari cincai dijawab beragam dari masing-masing informan. Dari KI 1 tadi menyebutkan bahwa cincai itu “jangan “saklek”, jangan kaku”.Hal ini hampir sama seperti yang dikemukakan oleh KI 4 yaitu

“bisa memaklumi keadaan”. Setelah peneliti gali lebih lanjut dari kedua informan ini

ternyata dijelaskan kalau membuka usaha harus fleksibel / tidak kaku/ memaklumi keadaan terhadap perubahan dan keadaan

baik perubahan waktu dan zaman serta keadaan sosial karena kalau kaku tidak bisa menyesuaikan keadaan bakal susah

sendiri. Hal ini beliau contohkan dengan pengalaman dahulu sampai sekarang

tentang keadaan etnis Tionghoa di Boyolali seperti yang diutarakan KI 1 berikut:

“yang jelas yang om rasain disini kan etnis minoritas gak bisa saklek disini. Kalau misal kita keras/kaku nanti pasti ada yang seneng buat-buat masalah dalam usaha. Suka tidak suka kita harus pahami kita numpang disini, jadi harus pintar-pintar atur suasana dengan

masyarakat asli sini.”

Jadi cincai yang beliau maksud janganlah kaku, pintar-pintar membaca

keadaan dan membawa suasana saat bersosialisasi dengan sekitar dikarenakan etnis Tionghoa merupakan kaum minoritas

35

di Boyolali sehingga usaha bisa berjalan dengan lancar. Selain itu beliau juga menjelaskan perubahan pergerakan bisnis

karena perubahan waktu, pesaing, dan sebagainya. Seperti yang usaha beliau lakukan yaitu dari yang awalnya hanya

melakukan penjualan langsung ke konsumen sekarang ditambah menjadi

penyuplai sparepart, hal ini ditempuh karena dalam menajalankan usaha tidak

boleh kaku. Karena kalau kaku sekarang ini pasti akan menurun dan bangkrut.

Sedangkan top of mind cincai

menurut KI 2 adalah “yang penting sama-sama jalan”. Maksud arti kata tersebut ia

jelaskan seperti ini :

“Meskipun disini harga agak tinggi, tapi kalau ada pembeli yang suka nawar masih aku kasih potongan juga. Yang penting dia beli, barangku keluar. Untung dikit gak papa. Daripada cuannya dikasih ke konter lainnya

mending buat aku aja.”

KI 2 menjelaskan bahwa target konsumen dari usahanya adalah masyarakat mengengah keatas sehingga

dia menerapkan harga yang relatif lebih mahal dibanding konter kecil lainnya.

tetapi jika ada yang menawar harga sering kali ia kasih potongan yang penting barang laku terjual. Prinsip dia selama tidak ada

yang dirugikan, tidak jadi masalah yang penting sama-sama jalan.

KI 3 menjelaskan sekilas makna cincai dengan kata “saling menolong. Saling bantu” ini dijelaskan lebih mendetail seperti

yang diutarakan berikut :

36

“Cincai atau saling bantu ini tante pegang teguh, ini prinsip hidup tante sih. Hidup didunia ini ya harus saling bantu karena dulu tante pas pertama jadi orang “kere” disini juga sering dibantu orang sampai jadi begini, makanya harus tante balas bantu orang juga. Kalau dihubungkan sama usaha jahitan ini, tadi misal karyawan sini udah gak kerja sini tapi saya tetep tawarin kerjaan yang dibawah kerumah itu kalau mau. Ini juga anak-anak deket sini juga banyak yang cari ilmu disini,tante terima karena biasanya anak lulusan sma susah dapat kerjaan,

apalagi banyak juga cuman lulusan smp. Keluarganya miskin,anak-anak ini kerja juga bantu keluarganya. Saya dulu juga pernah

merasakan miskin soalnya.”

4.3.2 Pertimbangan Keputusan Investasi Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa

Setelah mengetahui pemahaman filosofi bisnis dan keputusan investasi dari informan, selanjutnya peneliti ingin

mengetahui apa penggunaan filosofi bisnis etnis Tiongha dijadikan sebagai

pertimbangan dalam membuat keputusan investasi. Apakah penerapan filosofi cuan, cengli dan cincai digunakan sebagai

pertimbangan dalam membuat keputusan investasi. Filosofi pertama yang ditanyakan peneliti adalah filosofi cuan diartikan

sebagai keuntungan yang berhubungan dengan materi. Filosofi cuan ini merupakan

pertimbangan dalam membuat keputusan investasi yang sangat penting seperti yang dikemukakan oleh KI 3 berikut:

“Cuan itu kan keuntungan, jadi kalau mau mengambil keputusan dalam investasi harus hitung-hitungan. Untung rugi dihitung masak-masak kalau lebih banyak untungnya baru diambil keputusan itu”.

37

Keseluruhan informan menjelaskan hal yang sama yaitu dalam membuat keputusan investasi hal yang harus

diperhatikan adalah cuan, mereka tidak mau melakukan investasi jika tidak menghasilkan cuan. Dan jika ada beberapa

alternatif investasi maka yang diutamakan adalah yang menghasilkan cuan terbesar

seperti yang diutarakan KI 1 berikut:

“Kalau om invest di usaha om sekarang ini ya

mungkin gak ada variasinya. Gara-gara tau invest tanah lebih menguntungkan ya boleh

lah om coba.”

Tetapi pada situasi-situasi tertentu tidak hanya cuan yang dicari terus

menerus, terkadang juga ada pertimbangan-pertimbangan lain yang

diperhatikan yang berhubungan dengan filosofi lainnya seperti cincai yaitu dermawan contohnya meskipun mencari

cuan tetapi juga membantu orang yang kesusahan. Seperti yang dikemukakan oleh KI 1 berikut:

“Dalam situasi-situasi tertentu om tidak melulu mencari cuan semata, seperti waktu itu tetangga yang orang pasar ada yang sedang kesusahan. Dia itu kaki tangan koperasi yang ditugaskan cari nasabah dipasar. Koperasinya ini suatu saat kabur, terus dia dicari-cari semua nasabahnya yang dipasar. Mau gak mau harus kembalikan dana para nasabahnya makanya dia kepepet jual tanah ke om. Om juga tau kalau dia kepepet butuh dana cepat, tapi om juga gak beli semurah-

murahnya. Malah om pikir kasih harga lebih itu. Om mikir bantu orang dahulu, baru mikir cuan-cuan dikit gak papa. Tapi siapa sangka, Tuhan punya jalan. Ini sekarang malah jadi pusat kota tanah yang om beli dulu karena kabupaten pindah”

38

Filosofi kedua yang ditanyakan adalah cengli yang dipahami sebagai kejujuran dan keadilan yang mengarah ke

integritas dan kredibelitas yang nantinya membentuk kepercayaan. Kepercayaan ini sangat dipegang teguh oleh etnis Tionghoa

dalam melakukan kegiatan usaha maupun investasinya. Dari penuturan informan,

dapat diketahui bahwa kepercayaan ini berhubungan terhadap pihak lain. Dikalangan etnis Tionghoa dikenal dengan

istilah hopeng (teman baik) dimana hopeng ini sangat dipengaruhi dari cengli atau

kepercayaan. Hal ini seperti apa yang terjadi pada pemilihan investasi sektor keuangan berupa deposito dimana deposito

yang dipilih oleh K1, K3 dan K4 sama-sama memilih deposit di bank daerah. K1, K3 dan K4 diketahui merupakan teman baik

sesama etnis Tionghoa di Boyolali dan merupakan jemaat di gereja yang sama.

Setidaknya seminggu sekali mereka berkumpul menjadi satu meskipun dalam acara komsel, selain beribadah di acara

tersebut juga dijadikan share informasi mengenai hal-hal lainnya salah satunya

informasi soal deposito tersebut dimana dari informasi tersebut mayoritas dalam kelompok komsel tersebut melakukan

deposito di bank yang sama yaitu bank daerah. Seperti yang dijelaskan oleh KI 3

berikut :

“kita sesama etnis Tionghoa di Boyolali harus

memiliki hopeng (teman baik) dan cengli (bisa dipercaya) makanya kita kompak disini, paling tidak seminggu sekali kumpul-kumpul meskipun acara komsel gereja dimana sebagai tempat sharing dan bertukar informasi dalam bentuk apapun salah

satunya dalam usaha maupun bank tadi”.

39

Hopeng atau teman baik tidak selalu harus se-etnis dengan etnis Tionghoa, hopeng disini lebih mengarah pada

kejujuran, fair, integritas maupun kredibelitas yang berasal dari pengalaman terhadap orang tersebut atau orang lain

sehingga nantinya bisa dipercaya dan dijadikan hopeng. Seperti yang di

sampaikan oleh K1 :

“Om, pertama kali mau investasi tanah ragu-

ragu awalnya. Memang tau kalau keuntungannya besar, tapi kurang tau mengawalinya. Waktu itu om coba cari-cari informasi, sampai ketemu temen om ini. Temen om ini meskipun bukan dari etnis Tionghoa, tapi om percaya sama dia. Dia sudah lama kerja di bidang perumahan di Boyolali, jadi sudah punya pengalaman soal hal itu. Sampai sekarang pun, om kadang-kadang masih minta nasihatnya kalau ada tanah yang mau om beli, prospeknya bagaimana buat pertimbangan jadi dibeli

atau tidak ”.

Filosofi ketiga adalah cincai yang

diartikan dengan keluwesan dan tidak kaku dengan keadaan. Cincai juga bisa diartikan sikap dermawan. Keadaan

lingkungan yang terus berubah-ubah maka penerapan filosofi cincai sangat penting dalam keputusan investasi. Menurut KI 1

dalam mengambil keputusan investasi tidak selalu hanya didasarkan pada cuan

semata, melainkan ada nilai-nilai lain yang bisa dipakai dalam mengambil keputusan tersebut seperti yang dikemukakan berikut:

40

“Dalam situasi-situasi tertentu om tidak melulu mencari cuan semata, seperti waktu itu tetangga yang orang pasar ada yang sedang kesusahan. Dia itu kaki tangan koperasi yang ditugaskan cari nasabah dipasar. Koperasinya ini suatu saat kabur, terus dia dicari-cari semua nasabahnya yang dipasar. Mau gak mau harus kembalikan dana para nasabahnya makanya dia kepepet jual tanah ke om. Om juga tau kalau dia kepepet butuh dana cepat, tapi om juga gak beli semurah-murahnya. Malah om pikir kasih harga lebih itu. Om mikir bantu orang dahulu, baru mikir

cuan-cuan dikit gak papa. Tapi siapa sangka, Tuhan punya jalan. Ini sekarang malah jadi pusat kota tanah yang om beli dulu karena

kabupaten pindah”

Sehingga diketahui bahwa cincai merupakan salah satu pertimbangan dalam

melakukan keputusan investasi selain melihat cuan semata. Sikap saling membantu dan toleransi terhadap sesama ini dipegang

teguh oleh KI 1 dengan alasan bahwa beliau hidup sudah berumur dan selama ini sudah

terpenuhi semua kebutuhan yang ada tinggal berdampak dan membantu sesama yang perlu ditingkatkan sehingga dalam

menjalankan aktifitasnya beliau tidak hanya memikirkan cuan semata. Tetapi beliau jelaskan juga perbedaan antara berinvestasi

atau memberikan bantuan. Jika berinvestasi tetap pertimbangan cuan harus tetap ada,

baru cincai bisa dimasukkan kedalamnya. Sedangkan kalau beramal atau memberi bantuan murni harus cincai yang ada, jangan

ada unsur mencari cuan ada didalamnya. Setelah diketahui bahwa filosofi bisnis

etnis Tionghoa ini digunakan sebagai

pertimbangan keputusan investasi, selanjutnya peneliti ingin mengetahui antara

cuan, cincai dan cengli mana skala prioritas

41

yang digunakan pertama kali dalam pengambilan keputusan investasi. Hasil skala prioritas yang dipilih informan dapat dilihat

di tabel berikut :

Tabel 4.5

Tabel Prioritas Penggunaan Filosofi Bisnis

dalam Pengambilan Keputusan Investasi

Sumber: Data diolah, 2016

Untuk prioritas pertama, keempat

informan sepakat bahwa cuan merupakan

pertimbangan prioritas yang digunakan pertama kali dalam membuat keputusan

investasi. Hal ini dilakukan karena tidak ada yang mau dalam melakukan investasi tidak memperoleh keuntungan seperti yang

diutarakan oleh KI 2 berikut :

“Cuan sih yang pertama, cuan itu prinsip utama kalau mau investasi. Mana ada mau investasi atau yang jualan rugi. Ya harus

untung. Tapi ya jangan kejar untung terus.”

Tetapi terdapat hal yang menarik setelah pemilihan cuan, untuk KI 2 dan KI

4 memilih cengli sedangkan KI 1 dan KI 3 memilih cincai. KI 2 dan KI 4 berpendapat

bahwa cengli ini merupakan upaya untuk meyakinkan bahwa benar-benar cuan itu bisa didapat nantinya. Upaya ini dilakukan

karena informan takut akan risiko dari

Kode

Prioritas Penggunaan Filosofi Bisnis

dalam Pengambilan Keputusan

Investasi

Pertama Kedua Ketiga

KI 1 Cuan Cincai Cengli

KI 2 Cuan Cengli Cincai

KI 3 Cuan Cincai Cengli

KI 4 Cuan Cengli Cincai

42

investasi tersebut dimana dilihat dari ketidakyakinan informasi dari kondisi yang berubah-ubah sehingga sangat perlu

informan diyakinkan dengan pihak-pihak yang bisa dipercaya yaitu yang memiliki sikap kejujuran, fair, integritas dan

kredibelitas. Seperti yang dikemukakan oleh KI 2 berikut :

“Pertama kali aku buka server pulsa sendiri itu kan dari rekomendasi temenku yang dari

Surabaya, sama-sama main di pulsa. Dia kasih saran buka sendiri saja karena lebih menguntungkan dan tidak seribet yang saya pikirkan diawal, ya aku percaya saja karena udah udah temen dari SMP. Jadi aku ikut saja dan memang bener lebih

menguntungkan dan tidak ribet.”

Sedangkan KI 1 dan KI 3 memilih prioritas kedua adalah cincai. Cincai disini

dimaksud dengan kepedulian terhadap sesama. Cincai dipilih setelah cuan karena dalam investasi tidak boleh hanya

mementingkan harta semata, selain itu harus juga memikirkan sekitarnya karena orang hidup tidak hanya mencari materi

saja. Hal ini dijelaskan oleh KI 1 berikut :

“Kalau investas cari untung juga jangan banyak-banyak, kalau bisa sekalian bantu orang. Karena orang hidup kan mati juga gak

bawa harta.”

Selain itu, terdapat hal menarik yang

dikemukakan informan, bahwa meskipun informan bisa memprioritaskan cuan, cincai maupun cengli sebagai

pertimbangan dalam membuat keputusan investasi tetapi keempat responden berpendapat ketiga filosofi ini merupakan

satu kesatuan yang harus ada dalam keputusan investasi dan tidak bisa

43

meniadakan salah satu diantara filosofi tersebut.

4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang

diuraikan diatas diketahui bahwa keempat

informan memiliki pemahaman yang sama tentang investasi yaitu mengeluarkan sejumlah

dana dan akan mendapatkan keuntungan dikemudian hari. Sehingga diketahui bahwa investasi berhubungan dengan dua aspek yaitu

sumber dana yang dikeluarkan dan keuntungan yang didapat. Pemahaman ini sama seperti yang

dikemukakan menurut Tandelilin (2001) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan

tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Penerapan investasi yang dilakukan pun beraneka ragam seperti dalam

bidang usaha terdapat persediaan barang dagang, peralatan dan tempat usaha, selain itu

mereka juga berinvestasi jenis deposito, tanah bahkan emas. Hal ini sesuai dengan Haming dan Basalamah (2003) yang menjelaskan

investasi merupakan pengeluaran pada saat sekarang untuk membeli aktiva riil (tanah,

rumah, mobil dan sebagainya), pengadaan barang modal atau aktiva keuangan dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang

lebih besar di masa yang akan datang. Dari penjelasan apa dan bagaimana investasi yang dilakukan etnis Tionghoa bisa diketahui bahwa

mereka paham tentang investasi. Dilihat dari filosofi bisnis, bisa diketahui

bahwa informan memahami cuan hanya dilihat sebagai keuntungan atau profit semata. Padahal makna cuan menurut Thoe (2008) menjelaskan

bahwa dalam arti luas cuan jangan dipandang sebagai uang saja, namun mengacu pada

44

kondisi yang bermanfaat, apapun itu bentuknya. Cuan merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi, hal ini

dikarenakan tidak ada yang mau rugi dalam melakukan investasi. Tetapi jika ada beberapa alternatif investasi, cuan yang terbesar yang

dijadikan pertimbangn pertama dalam pemilihan alternatif investasi tersebut. Setelah diketahui

keuntungan apa yang didapat, baru berfikir tentang risiko, pendanaan dan bagaimana cara menjalankan investasi tersebut.

Filosofi yang kedua adalah cengli. Cengli disini dipahami dengan kepercayaan yang bisa

diketahui dari pengalaman akan sikap-sikap yang terbentuk selama ini. Sikap ini meliputi kejujuran dan sikap fair sehingga terbentuk

integritas dan kredibelitas. Hal ini serupa apa yang dijelaskan oleh Seng (2013) yaitu sikap

cengli menjadikan dirinya pribadi yang berkarakter yang memiliki integritas dan kredibel. Cengli sendiri dalam keputusan

investasi tidak berdiri sendiri, cengli disini berhubungan dengan filosofi lainnya yaitu hopeng atau teman baik. Sehingga dalam

memilih teman baik pasti harus ada cengli agar orang tersebut bisa dipercaya sehingga akhirnya

bisa meyakinkan dengan memberikan informasi-informasi yang relevan dalam pertimbangan mengambil keputusan suatu investasi yang ada.

Filosofi cincai memiliki arti yang sangat luas, hal ini bisa dilihat dari jawaban informan

yang beranekaragam tetapi peneliti menarik kesimpulan yang sama yaitu cincai mengajarkan agar tidak kaku, menjadi fleksibel dan bisa

kompromi (Thoe, 2008). Cincai sendiri bisa diartikan dengan sikap dermawan, saling bantu dan toleransi terhadap sesama. cincai disini

mengajarkan kita bahwa memang ada pertimbangan formal yaitu cuan dan cengli

45

dalam keputusan investasi, tetapi selain itu juga harus dijunjung nilai-nilai lain yang ada yaitu cincai merupakan toleransi terhadap sesama.

Pertimbangan cincai sangat penting karena orang hidup tidak hanya mengejar kekayaan semata melainkan juga bisa berdampak dan

membantu sesama. Ketiga filosofi bisnis yang dipegang teguh

oleh etnis Tionghoa yaitu cuan, cengli dan cincai digunakana sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan investasi. Filosofi ini tidak

bisa berdiri sendiri atau meniadakan filosofi lainnya. Keseluruhan filosofi merupakan satu

kesatuan yang harus digunakan secara bersama-sama. Cincai dan cengli merupakan pertimbangan formal dalam keputusan investasi

tetapi harus ada nilai-nilai cincai yang mendasari keputusan investasi sehingga investasi yang dilakukan bisa berdampak luas

dan tidak merugikan orang lain. Filosofi bisnis cuan, cincai, cengli

merupakan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Diantara ketiga filosofi ini diketahui prioritas pertama dalam pengambilan keputusan

investasi adalah filosofi cuan. Cuan merupakan pertimbangan pertama, hal ini dikarenakan

semua orang tidak mau rugi dalam berinvestasi. Cuan juga digunakan sebagai pertimbangan pertama apakah investasi itu diterima atau

tidak. Setelah cuan pertimbangan selanjutnya sebagian informan ada yang memprioritaskan cengli. Hal ini dikarenakan cengli yang

meyakinkan bahwa cuan yang nantinya didapat itu benar adanya sehingga perlu informasi-

informasi yang relevan yang bisa diketahui dari hopeng atau teman baik yang cengli atau bisa dipercaya. Tetapi sebagian informan juga ada

yang berpendapat prioritas kedua adalah cincai. Pertimbangan formal cuan dan merupakan

46

pertimbangan wajib yang harus ada dalam keputusan investasi tetapi perlu dilengkapi dengan cincai atau toleransi sehingga investasi

yang diambil tidak hanya menjadi keserakahan semata. Perbedaan prioritas kedua antara cengli maupun cuan ini disebabkan pandangan

masing-masing individu, jika orang tersebut lebih besar berjiwa sosial maka akan cenderung

memilih cincai dan sebaliknya. Tetapi hal ini juga dilihat situasi kondisi saat kejadian sebenarnya saat ingin melakukan investasi.