BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN -...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN -...
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil dari pengamatan kualitas sperma mencit (konsentrasi sperma,
motilitas sperma, dan abnormalitas sperma) yang dilakukan di Laboratorium
Fisiologi secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Konsentrasi, Motilitas, dan Abnormalitas Sperma Mencit setelah Pemberian Jus Biji Pinang
Dosis Jus biji pinang (µg/ml)
Rata-rata Konsentrasi
Sperma (x105/ml semen)
Rata-rata Motilitas Sperma (%) Rata-rata
Abnormalitas Sperma (%)
Bergerak Maju
(Kriteria A)
Bergerak di Tempat
(Kriteria B) 0,0
(kontrol) 15,24 ± 2,38 16,04 ± 6,21 c 17,70 ± 14,78 bc 15,59 ± 08,09 bc 0,1 17,07 ± 12,41 8,13 ± 6,21 ab 13,87 ± 10,17 abc 30,71 ± 21,51 abc 0,3 24,07 ± 10,08 9,88 ± 4,72 bc 23,57 ± 2,29 c 41,32 ± 13,50 c 0,5 17,94 ± 7,38 5,19 ± 1,08 ab 9,30 ± 6,28 ab 45,79 ± 16,55 ab 0,7 17,44 ± 6,98 3,03 ± 3,33 ab 1,20 ± 2,39 a 36,63 ± 10,87 a 1,0 16,60 ± 5,24 2,24 ± 2,56 a 10,81 ± 4,91 abc 57,34 ± 3,99 abc
Keterangan: Nilai mean ± SD dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil
yang berbeda menunjukkan bahwa nilai mean tersebut berbeda signifikan pada selang kepercayaan 95% (Uji Duncan p > 0,05).
Hasil penelitian lebih lengkap dijabarkan sebagai berikut:
1. Konsentrasi Sperma Mencit
Konsentrasi sperma mencit diamati pada hari ke 15 setelah 14 hari
sebelumnya diberi perlakuan jus biji pinang. Hasil pengamatan uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan menunjukkan bahwa data rata-rata
konsentrasi sperma mencit pada keenam perlakuan memiliki nilai signifikansi
47
hitung 0.200 yang lebih besar dari nilai derajat kebebasan α 0.05 (Lampiran 7),
dengan demikian Ho diterima, sehingga data rata-rata konsentrasi sperma mencit
berdistribusi normal.
Uji homogenitas Levene dilakukan terhadap data rata-rata konsentrasi
sperma mencit, hasil pengujian menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,149 yang
lebih besar dari nilai derajat kebebasan α 0.05 (Lampiran 7), dengan demikian Ho
diterima, sehingga data rata-rata konsentrasi sperma mencit memiliki varians yang
homogen dan berasal dari populasi yang homogen. Gambar 4.1 memperlihatkan
histogram rata-rata konsentrasi sperma mencit setelah pemberian jus biji pinang.
15.2417.07
24.07
17.94 17.44 16.60
0
5
10
15
20
25
0 0,1 0,3 0,5 0,7 1,0
Gambar 4.1 Histogram Rata-rata Konsentrasi Sperma Mencit setelah Pemberian Jus Biji Pinang
Uji analisis varians (One Way Anova) dari data rata-rata konsentrasi
sperma menunjukkan nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai derajat
Dosis jus biji pinang (µg/ml)
Kon
sent
rasi
(x
105 s
perm
a/m
l su
spen
si s
emen
)
48
kebebasan α 0,05 yaitu 0,713, selain itu nilai F hitung data rata-rata konsentrasi
sperma mencit adalah sebesar 0,583 lebih kecil dari nilai F tabel yaitu 2,770
(Lampiran 7), maka Ho diterima, jadi keenam kelompok perlakuan memiliki nilai
rata-rata yang sama dan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara semua
kelompok perlakuan. Keenam dosis jus biji pinang tidak memberikan perbedaan
pengaruh terhadap konsentrasi sperma. Hasil analisis varian atau sidik ragam
menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata konsentrasi sperma mencit yang nyata
pada keenam kelompok perlakuan, sehingga uji lanjutan Duncan tidak dilakukan.
2. Motilitas Sperma Mencit
Motilitas sperma merupakan daya gerak sperma pada bagian
ekor/flagellum untuk dapat bergerak, sehingga memudahkan sperma menuju
kepada sel telur (ovum) ketika proses pembuahan. Motilitas sperma mencit
diamati pada lima bidang pandang improved nebauer (haemocytometer). Data
motilitas sperma yang didapatkan adalah persentase rata-rata konsentrasi sperma
mencit yang motil/bergerak dengan kriteria A (bergerak maju) dan kriteria B
(bergerak di tempat) pada masing-masing kelompok perlakuan.
Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan pada data rata-rata
motilitas sperma kriteria A menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,200 yang
lebih besar dari derajat kebebasan α 0,05 sehingga Ho diterima dan data
berdistribusi normal (Lampiran 8). Hasil uji homogenitas Levene menunjukkan
nilai signifikansi sebesar 0,429 yang lebih besar dari nilai derajat kebebasan α
0,05 maka data bervarians homogen dan berasal dari populasi yang homogen
49
(Lampiran 8). Uji sidik ragam/analisis varians (One Way Anova) yang dilakukan
terhadap data rata-rata motilitas sperma mencit kriteria A menunjukkan nilai
signifikansi 0,03 yang lebih rendah dari derajat kebebasan α 0,05 (Lampiran 8),
maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti data memiliki rata-rata yang
berbeda, nilai F hitung yang didapatkan adalah 5,349 (Lampiran 8), nilai ini lebih
besar dari F tabel 2,770 maka terdapat perbedaan yang nyata pada rata-rata
motilitas sperma mencit kriteria A antara keenam kelompok perlakuan, keenam
dosis perlakuan memberikan perbedaan pengaruh terhadap motilitas sperma
mencit kriteria A (motilitas bergerak maju).
Uji lanjutan perbandingan berganda Duncan yang dilakukan terhadap data
rata-rata motilitas sperma kriteria A menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata
antar keenam kelompok perlakuan (Lampiran 8), hasil menunjukkan terdapat
perbedaan motilitas sperma mencit kriteria A antara kelima kelompok dosis
perlakuan jus biji dengan kontrol.
Rata-rata kecepatan sperma motil telah diuji normalitas dan
homogenitasnya (Lampiran 10), pada analisis varians (One Way Anova) nilai
signifikansi 0,920 lebih besar dari derajat kebebasan 0,05 dan nilai F hitung
(0.276) lebih kecil dari nilai F table (2.770) (Lampiran 10), maka Ho diterima,
sehingga keenam kelompok perlakuan tidak memberikan perbedaan pengaruh
terhadap kecepatan motilitas bergerak maju sperma mencit. Data rata-rata
motilitas sperma mencit kriteria A dan kecepatannya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
50
Tabel 4.2 Rata-rata Motilitas Sperma Bergerak Maju (Kriteria A) Sperma Mencit dan Rata-rata Kecepatannya setelah Pemberian Jus Biji Pinang
Dosis Jus Biji
Pinang (µg/ml) Motilitas Sperma
Mencit Kriteria A (%) Rata-rata Kecepatan Motilitas Kriteria A
(µm/detik) 0,0 (kontrol) 16,04 ± 6,21 c 24,55 ± 6.53
0,1 8,13 ± 6,21 ab 21,24 ± 16,46 0,3 9,88 ± 4,72 bc 22,68 ± 2,67 0,5 5,19 ± 1,08 ab 18,40 ± 0,43 0,7 3,03 ± 3,33 ab 17,67 ± 12,84 1,0 2,24 ± 2,56 a 17,80 ± 15,25
Keterangan: Nilai mean ± SD dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf
kecil yang berbeda menunjukkan bahwa nilai mean tersebut berbeda signifikan pada selang kepercayaan 95% (Uji Duncan p > 0,05).
Motilitas sperma mencit kriteria B (bergerak di tempat) telah diamati, hasil
uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data persentase rata-rata
motilitas mencit kriteria B berdistribusi normal karena nilai sigifikansi 0,200 lebih
besar dari derajat kebebasan α 0,05 sehingga Ho diterima (Lampiran 8). Uji
homogenitas Levene menunjukkan nilai signifikansi 0,324 yang lebih besar dari
derajat kebebasan α 0,05 (Lampiran 8), maka Ho diterima dan data memiliki
varians yang homogen yang berarti data berasal dari populasi yang homogen.
Uji analisis varians (One Way Anova) menunjukkan nilai signifikansi
0,023 yang lebih kecil dari nilai derajat kebebasan α 0,05 (Lampiran 8), maka Ho
ditolak dan H1 diterima, maka tiap kelompok perlakuan memiliki rata-rata yang
berbeda, selain itu nilai F hitung 3,474 lebih besar dari F tabel 2,770, maka
51
terdapat perbedaan yang nyata pada rata-rata motilitas sperma mencit kriteria B
antar kelompok perlakuan.
Keenam dosis perlakuan memberikan perbedaan pengaruh terhadap
motilitas sperma mencit kriteria B. Uji perbandingan berganda Duncan dilakukan
sebagai uji lanjutan, hasilnya memperlihatkan perbedaan motilitas sperma mencit
kriteria B yang nyata antara kelima dosis perlakuan dengan kontrol (Lampiran 8).
Gambar 4.2 memperlihatkan grafik rata-rata motilitas sperma mencit baik kriteria
A maupun kriteria B setelah pemberian jus biji pinang, dari grafik diketahui
penurunan persentase motilitas mencit yang signifikan.
0
5
10
15
20
25
0 0,1 0,3 0,5 0,7 1,0
Keterangan: Motilitas Sperma Kriteria A
Motilitas Sperma Kriteria B
Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Motilitas Sperma Mencit Kriteria A (bergerak
maju) dan Motilitas Sperma Mencit Kriteria B (Bergerak di Tempat) setelah Pemberian Jus Biji Pinang.
Dosis jus biji pinang (µg/ml)
Jum
lah
sper
ma
mot
il da
lam
per
sen
(%)
52
3. Abnormalitas Sperma Mencit
Hasil persentase rata-rata sperma mencit abnormal menunjukkan bahwa
sperma mencit mengalami abormalitas sekunder. Morfologi sperma mencit pada
keenam kelompok perlakuan yang diamati tidak mengalami abnormalitas primer
(Gambar 4.3).
a. Sperma normal dan hanya kepala
saja
b. Sperma normal, hanya kepala, dan
hanya ekor saja
c. Sperma normal.
d. Sperma normal, hanya ekor, dan
hanya kepala saja.
Gambar 4.3 Sperma Normal dan Sperma Abnormal (Sekunder) pada Mencit Pembesaran 400X (Sumber: dokumentasi pribadi)
Abnormalitas sekunder sperma berupa persentase sperma mencit yang
terpisah antara bagian kepala dengan ekornya. Uji normalitas Kolmogorov-
Kepala sperma
Sperma normal
Ekor sperma
kepala sperma
53
Smirnov memperlihatkan nilai signifikansi 0,200 yang lebih besar dari derajat
kebebasan 0,05 (Lampiran 9), maka Ho diterima, sehingga data berdistribusi
normal. Uji homogenitas Levene menunjukkan nilai signifikansi 0,273 yang lebih
besar dari derajat kebebasan 0,05 (Lampiran 9), maka Ho diterima, sehingga
keenam kelompok perlakuan berasal dari populasi yang homogen. Analisis varian
(One Way Anova) menunjukkan nilai signifikansi 0,009 yang lebih kecil dari
derajat kebebasan 0,05 (Lampiran 9), maka Ho ditolak dan H1 diterima, nilai F
hitung 4,305 lebih besar dari nilai F tabel 2,770 sehingga keenam dosis perlakuan
memberikan perbedaan pengaruh yang nyata terhadap abnormalitas sekunder
sperma mencit. Uji lanjutan Duncan menunjukkan bahwa abnormalitas sekunder
pada lima kelompok perlakuan dosis jus biji pinang memiliki perbedaan yang
nyata terhadap kontrol (Lampiran 9). Gambar 4.4 memperlihatkan diagram pie
abnormalitas sperma mencit.
15.59%
30.71%
41.32%
45.79%
36.63%
57.34%
dosis 0 dosis 0,1 dosis 0,3 dosis 0,5 dosis 0,7 dosis 1,0
Gambar 4.4 Diagram Pie Rata-rata Persentase Abnormalitas Sperma Mencit
setelah Pemberian Jus Biji Pinang
54
B. Pembahasan
Hasil konsentrasi sperma mencit setelah diberi jus biji pinang diketahui
tidak berbeda nyata (Tabel 4.1) antara kelompok perlakuan dengan kontrol (p <
0,05) (Lampiran 7), konsentrasi sperma mencit yang diamati termasuk dalam
kategori sub fertile karena kurang dari 80 juta spermatozoa motil/volume ejakulat
(Adil, 1987), atau dapat dikategorikan sebagai oligozoospermia karena jumlahnya
< 40 juta/ml (Yatim, 1994). Meskipun demikian dari histogram pada Gambar 4.1
diketahui terjadi kenaikan konsentrasi sperma mencit dari dosis perlakuan 0,0 –
0,3 µg/ml lalu mengalami penurunan kembali pada konsentrasi 0,5 – 1,0 µg/ml.
Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh adanya pengaruh alkaloid arekolin
dalam jus biji pinang muda terhadap sekresi hormon testosteron mencit. Hormon
testosteron merupakan hormon yang diproduksi oleh sel-sel Leydig dan berperan
penting dalam proses spermatogenesis. Penelitian yang dilakukan oleh Wang et
al. (2008) menyebutkan bahwa pemberian arekolin secara in-vitro pada tikus
jantan dapat meningkatkan sekresi testosteron dari sel Leydig tikus, sekresi
hormon testosteron meningkat pada pemberian arekolin 10-8 – 10-6 M pada tikus
jantan. Berdasarkan penelitian tersebut sekresi hormon testosteron oleh sel Leydig
pada tikus jantan meningkat sesuai dengan meningkatnya konsentrasi arekolin
yang diberikan.
Hormon testosteron termasuk ke dalam hormon steroid yang disintesis dari
kolesterol, proses sintesis steroid dan turunannya ini dinamakan steroidogenesis
(Norris, 1980). Tahapan sintesis hormon testosteron dimulai dari pengangkutan
kolesterol ke membran dalam mitokondria yang difasilitasi oleh protein StAR
55
(Stocco & Clark, 1996; Miller & Strauss, 1999). Di membran dalam mitokondria
terdapat protein P450scc yang merubah kolesterol menjadi pregnenolon (Miller,
1995 & Hadley, 2000), pregnenolon ini akan melewati serangkaian tahapan
enzimatis, sehingga berubah menjadi androstenedion yang merupakan prekursor
dari testosteron (Norris, 1980).
Androstenedion akan diubah oleh enzim 17β-HSD (17β-hydroxysteroid
dehydrogenase) menjadi testosteron (Wang et al., 2008). Arekolin meningkatkan
ekspresi protein StAR (Steroidogenic Acute Regulatory Protein), aktivitas enzim
P450scc, dan aktivitas enzim 17β-HSD (17β-hydroxysteroid dehydrogenase) pada
proses steroidogenesis (khususnya pembentukan testosteron) (Wang et al., 2008),
hal inilah yang memungkinkan meningkatnya jumlah sekresi testosteron oleh sel
Leydig mencit pada dosis perlakuan 0,3 µg/ml (Gambar 4.1) yang berujung pada
peningkatan proses spermatogenesis, sehingga spermatozoa yang dihasilkan
meningkat.
Spermatogenesis tidak terlepas dari peran mekanisme hypothalamus-
hypofisis yang mengendalikan gonadotropin berupa FSH dan LH yang sangat
penting bagi spermatogenesis. LH merangsang produksi testosteron oleh sel-sel
Leydig, tetapi bila kadar testosteron tubuh melampaui batas tertentu, testosteron
akan melakukan feedback negative terhadap hypothalamus untuk mengurangi
sekresi GnRF, maka kadar LH akan menurun, hal ini akan menurunkan kadar
testosteron (Norris, 1980; Adyana, 2008). Hal tersebut yang memungkinkan
terjadinya penurunan konsentrasi sperma mencit pada dosis perlakuan 0,5 – 1,0
µg/ml (Gambar 4.1). Pada konsentrasi 0,5 µg/ml hingga 1,0 µg/ml kemungkinan
56
testosteron telah mencapai batas tertentu untuk spermatogenesis, sehingga
terjadilah feedback negative yang berujung pada dikuranginya pengeluaran
testosteron dan dikuranginya spermatogenesis (Adyana, 2008), namun meskipun
demikian pemberian jus biji pinang terhadap konsentrasi sperma mencit ini tidak
berpengaruh signifikan.
Rata-rata persentase motilitas sperma mencit kriteria A (bergerak maju)
dan B (bergerak di tempat) setelah diberi perlakuan jus biji pinang muda
memperlihatkan hasil yang berbeda nyata antara kelompok perlakuan dengan
kontrol (Tabel 4.2). Motilitas sperma mencit dengan kriteria A yaitu motilitas
bergerak maju mengalami penurunan pada kelima kelompok perlakuan dosis jus
biji pinang (Gambar 4.2), persentase sperma motil (bergerak maju) pada dosis 0,1
µg/ml hingga 1,0 µg/ml mengalami penurunan berbeda nyata dibandingkan
dengan kontrol (Gambar 4.2).
Kelompok kontrol (0 µg/ml) memiliki persentase motilitas sperma
bergerak maju paling besar yaitu 16,04 % dibandingkan dengan kelima kelompok
perlakuan lainnya (Tabel 4.2). Dosis 1,0 µg/ml merupakan dosis yang persentase
motilitasnya paling rendah yaitu 2,24 % dengan signifikansi 0,101 (p > 0,05)
(Lampiran 8). Kelompok kontrol berbeda nyata dengan kelompok dosis jus biji
pinang 0,1 – 1,0 µg/ml, dengan signifikansi 0,066 (p > 0,05) (Lampiran 8).
Kelompok dosis 0,1 µg/ml berbeda nyata dengan kelompok kontrol, kelompok
perlakuan dosis 0,3 dan 1,0 µg/ml, sedangkan dengan kelompok perlakuan dosis
0,5 dan 0,7 tidak memiliki perbedaan yang nyata (Tabel 4.2). Motilitas sperma
dengan kriteria motilitas bergerak maju merupakan sperma-sperma yang bergerak
57
aktif lurus melewati kotak hitung improved nebauer (haemocytometer) berukuran
200 µm. Kecepatan motilitas diketahui tidak memiliki perbedaan yang nyata
antara kontrol dengan kelompok perlakuan seperti yang terlihat pada Tabel 4.2.
Rata-rata persentase motilitas sperma mencit kriteria B (bergerak di
tempat) mengalami kenaikan pada 0,3 µg/ml (Tabel 4.1) dibandingkan dengan
kelompok kontrol, hal ini berhubungan dengan besarnya konsentrasi sperma pada
kelompok perlakuan dosis 0,3 µg/ml (Tabel 4.1) yang berpengaruh terhadap
persentase motilitas sperma. Persentase motilitas kriteria B kemudian mengalami
penurunan kembali dari konsentrasi 0,5 hingga 1,0 µg/ml (Gambar 4.2).
Persentase motilitas sperma dengan kriteria bergerak di tempat mengalami
penurunan yang nyata pada konsentrasi 0,7 µg/ml dibanding kelompok kontrol,
persentasenya sebesar 1,20 % dengan signifikansi 0,058 (p > 0,05) (Lampiran 8).
Persentase motilitas sperma kriteria B pada konsentrasi 0,3 merupakan yang
terbesar yaitu 23,57 % dengan signifikansi 0,057 (p > 0,05) (Lampiran 8). Kedua
data tentang motilitas sperma baik motilitas bergerak maju dan motilitas di
tempat, keduanya menunjukkan adanya penurunan rata-rata persentase sperma
mencit setelah diberikan jus biji pinang muda seperti yang terlihat pada grafik
rata-rata persentase motilitas sperma mencit setelah diberi perlakuan jus biji
pinang (Gambar 4.2).
Penurunan motilitas sperma dapat terjadi akibat adanya pengaruh arekolin
terhadap ekspresi cyclooxygenase-2 pada sel sperma. Alkaloid terbesar dalam biji
A. catechu L. adalah arekolin. Arekolin dapat menginduksi ekspresi
cyclooxygenase-2 sel sperma, pada dosis bebas menghasilkan respon inflamasi
58
(peradangan). Situasi ini bertanggung jawab terhadap gerakan flagel spermatozoa
dan menyebabkan reduksi motilitas sperma, fakta tentang adanya pengaruh
arekolin terhadap motilitas sperma merupakan yang pertama kali dilaporkan (Er et
al., 2006). Berdasarkan hasil pengamatan motilitas sperma maka terdapat
pemberian jus biji pinang muda memberikan pengaruh yang nyata terhadap
penurunan motilitas sperma mencit.
Hasil pengamatan terhadap abnormalitas sperma mencit setelah diberi
perlakuan jus biji pinang muda memperlihatkan bahwa perlakuan jus biji pinang
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap abnormalitas sekunder
sperma mencit pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (Tabel 4.1),
terjadi kenaikan abnormalitas sekunder terhadap sperma Mus musuculus L.
setelah pemberian jus biji pinang (Gambar 4.4).
Secara berturut-turut persentase abnormalitas sekunder yang berupa
terpisahnya kepala dan ekor sperma dari konsentrasi 0,1 µg/ml hingga 1 µg/ml
mengalami kenaikan dibandingkan dengan kontrol (Gambar 4.4). Walaupun pada
konsentrasi 0,7 µg/ml terjadi penurunan persentase abnormalitas namun nilainya
tetap lebih besar dari kelompok kontrol (Gambar 4.4). Kelompok kontrol
memiliki rata-rata persentase abnormalitas sebesar 15,59 %, sedangkan kelompok
perlakuan dosis 0,7 µg/ml memiliki persentase 36,63 % serta terlihat perbedaan
yang nyata (Tabel 4.1 dan lampiran 9). Rata-rata persentase abnormalitas sperma
terbesar terdapat pada kelompok perlakuan dosis jus biji pinang 1,0 µg/ml, yaitu
57,34 % (Tabel 4.1).
59
Penelitian yang dilakukan Sinha & Rao (1985 dalam Er et al., 2006)
menyebutkan bahwa arekolin memiliki kemampuan untuk mengubah morfofungsi
gonad pada mencit jantan yang meliputi abnormalitas primer pada bentuk sperma
serta ketidakteraturan sintesis DNA pada sel germinal dan sel-sel lainnya pada
tubuh manusia. Meskipun abnormalitas yang diamati adalah abnormalitas
sekunder yang terdiri dari kepala seperma yang terpisah dari badannya dan ekor
yang patah, namun hasil yang didapatkan sangat berbeda nyata, sehingga
diperkirakan jus biji pinang turut berperan menyebabkan terjadinya kerapuhan
sperma mencit, sehingga mudah sekali rusak ketika dilakukan proses pengamatan.
Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa konsentrasi sperma mengalami peningkatan
yang tidak signifikan pada kelima dosis perlakuan jus biji pinang dibandingkan
dengan kontrol. Motilitas masing-masing data menunjukkan penurunan rata-rata
persentase yang signifikan pada motilitas bergerak maju maupun bergerak di
tempat, untuk kelima dosis perlakuan jus biji pinang terhadap kontrol.
Data rata-rata persentase abnormalitas sperma menunjukkan peningkatan
yang signifikan pada kelima dosis perlakuan jus biji pinang terhadap kontrol.
Walaupun ada peningkatan konsentrasi sperma pada dosis jus biji pinang 0,3
µg/ml sebesar 24,07 (x 105 sperma/ml suspensi semen) (Tabel 4.1) namun
menjadi tidak berarti jika tidak didukung dengan keadaan motilitas sperma yang
baik terlebih abnormalitas sperma sekunder yang tinggi. Hal ini sejalan dengan
hipotesis yang diajukan bahwa pemberian jus biji pinang dapat menurunkan
kualitas sperma. Data tersebut memperlihatkan bahwa pemberian jus biji pinang
muda tidak signifikan dalam meningkatkan konsentrasi sperma serta menurunkan
60
motilitas sperma dan meningkatkan abnormalitas sperma sekunder secara
signifikan pada konsentrasi 0,7 µg/ml dan 1,0 µg/ml.