BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1...

24
41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Buhu Penelitian ini di lakukan di Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo yaitu di wilayah kerja Puskesmas Buhu yang telah melaksanakan kegiatan klinik sanitasi, dimana kegiatan ini lebih mengintegrasikan terhadap penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan seperti penyakit ISPA. Berikut ini adalah gambaran secara umum dari Puskesmas Buhu. Gambaran Geografi Puskesmas Buhu : BATAS WILAYAH : Sebelah Timur : Wilker Puskesmas Limbar Sebelah Barat : Wilker Puskesmas Pongongaila Sebelah Utara : Kab. Gorut Sebelah Selatan : Wilker Puskesmas Global Tibawa Luas Wilayah : 114,71 Km 2 Wilayah Kerja : 5 Desa (Iloponu, Buhu, Ulobua (Desa Sulit), Labanu dan Motilango) Karakteristik Wilayah : - Terdapat pegunungan - Merupakan daerah aliran sungan (DAS)

Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1...

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Buhu

Penelitian ini di lakukan di Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo yaitu di

wilayah kerja Puskesmas Buhu yang telah melaksanakan kegiatan klinik sanitasi,

dimana kegiatan ini lebih mengintegrasikan terhadap penyakit-penyakit yang

berbasis lingkungan seperti penyakit ISPA. Berikut ini adalah gambaran secara

umum dari Puskesmas Buhu.

Gambaran Geografi Puskesmas Buhu :

BATAS WILAYAH :

Sebelah Timur : Wilker Puskesmas Limbar

Sebelah Barat : Wilker Puskesmas Pongongaila

Sebelah Utara : Kab. Gorut

Sebelah Selatan : Wilker Puskesmas Global Tibawa

Luas Wilayah : 114,71 Km2

Wilayah Kerja : 5 Desa (Iloponu, Buhu, Ulobua (Desa Sulit), Labanu dan

Motilango)

Karakteristik Wilayah :

- Terdapat pegunungan

- Merupakan daerah aliran sungan (DAS)

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

42

Gambaran Demografi wilayah kerja Puskesmas Buhu :

Wilyah kerja puskesmas Buhu yaitu memiliki jumlah penduduk 11.725

jiwa. Dengan jumlah penduduk miskin Jamkesmas 5.404 jiwa Jamkesta 310 Jiwa.

Dengan sarana kesehatan yang di miliki yaitu Puskesmas Induk 1 Buah, Pustu 2

Buah dan Polindes 1 buah, Poskesdes 3 Buah, Rumah Dinas 3 Buah. Untuk

ketenagaan wilayah kerja puskesmas Buhu memiliki tenaga Dokter 1 orang,

Perawat 6 orang, Perawat Gigi 2 orang, Bidan 5 Orang Sanitarian 2 orang

Nutrisions 1 orang, Magang 6 orang dan tenaga Abdi 3 orang.

Gambaran Social Budaya

Sebagian besar penduduk wilayah kerja Puskesmas Buhu beragama Islam dan

bekerja sebagai petani, penduduk di wilayah kerja Puskesmas Buhu sudah bersifat

modern sehingga mereka mengikuti perkembangan zaman terutama adalam

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yaitu sudah lebih mengendalikan

pengobatan medis dari pada pengobatan tradisional. Hal ini terlihat dari

banyaknya masyarakat yang mengunjungi Puskesmas Buhu setiap harinya. Saran

transportasi antar Desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Buhu adalah dengan

menggunakan kendaraan bermotor roda dua,roda tiga maupun roda empat.

4.1.2 Hasil Analisis Univariat

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek utama dalam penelitian yaitu

masyarakat yang datang dan berobat di puskesmas dan di nyatakan oleh petugas

medis sebagai penderita ISPA yang berada di wilayah kerja Puskesmas Buhu

Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo dimana keseluruhan penderita ISPA

yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas ini merupakan sampel penelitian dengan

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

43

jumlah 76 orang, dimana penderita tersebut tersebar dalam 5 Desa yaitu di Desa

Motilango, Labanu, Ulobua, Buhu, dan Iloponu.

Analisis univariat yang dilakukan meliputi data umum responden yaitu umur,

jenis kelamin, jenis pekerjaan dan jumlah anggota rumah tangga. Untuk data sanitasi

dasar meliputi tipe rumah, keadaan luas ventilasi, kamarisasi dan kepadatan hunian.

Data Umum Responden

1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Distribusi responden berdasarkan umur di wilayah kerja puskesmas Buhu

dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur

No Golongan Umur Jumlah

(Tahun) N %

1 19-24 3 3.9

2 25-30 29 38.2

3 31-36 15 19.7

4 37-42 6 7.9

5 43-48 14 18.4

6 49-54 5 6.6

7 55-60 4 5.3

Total (N) 76 100

Berdasarkan tabel 4.1 diatas bahwa di wilayah kerja puskesmas Buhu

responden yang berumur 25-30 tahun sebanyak 29 orang atau (38.2%) pada

golongan umur ini merupakan golongan umur responden terbanyak dari

keseluruhan sampel yaitu sejumlah 76 responden dan untuk golongan umur yang

terendah yaitu yang berumur 19-24 tahun sebanyak 3 orang atau (3.9%).

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

44

2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja puskesmas

Buhu dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

n %

1 Perempuan 51 67.1

2 Laki-laki 25 32.9

Total (N) 76 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat terlihat bahwa di wilayah kerja puskesmas

Buhu jumlah responden perempuan terbanyak yaitu sejumlah 51 orang atau

(67.1%) dari jumlah keseluran responden yaitu berjumlah 76 orang, dan kemudian

untuk jumlah responden laki-laki sebanyak 25 orang atau (32.9%).

3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan di wilayah kerja puskesmas

Buhu dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini :

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah

n %

1 IRT 43 56.6

2 Pedagang 11 14.5

3 Petani 20 26.3

4 Wiraswasta 2 2.6

Total (N) 76 100

Berdasarkan tabel 4.3 di atas terlihat jelas bahwa di wilayah kerja puskesmas

Buhu untuk jenis pekerjaan yang tertinggi adalah jenis pekerjaan Ibu Rumah

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

45

Tangga sebesar 43 orang atau (56.6%), dan jenis pekerjaan sebagai wiraswasta

yang terendah yaitu sebanyak 2 orang atau (2.6%).

4. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga

Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota rumah tangga di wilayah

kerja puskesmas Buhu dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jumlah Anggota Rumah

Tangga

No Jumlah Anggota RT Jumlah

n %

1 1-4 org 44 57.9

2 5-8 org 29 38.2

3 >8 org 3 3.9

Total (N) 76 100

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat di lihat bahwa diwilayah kerja puskesmas

Buhu jumlah anggota rumah tangga yang tertinggi adalah 1-4 orang yaitu

sebanyak 44 responden atau (57.9%), dan untuk jumlah anggota rumah tangga

yang terendah yaitu jumlah anggota rumah tangga lebih dari 8 orang sebanyak 3

responden atau (3.9%).

Data Sanitasi Dasar

5. Distribusi Responden Berdasarkan Tipe Rumah

Distribusi responden berdasarkan tipe rumah di wilayah kerja puskesmas

Buhu dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini :

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

46

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Menrut Tipe Rumah

No Tipe Rumah Jumlah

n %

1 Permanen 18 23.7

2 Semi Permanen 34 44.7

3 Non Permanen 24 31.6

Total (N) 76 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas terlihat jelas bahwa di wilayah kerja puskesmas

Buhu jumlah tipe rumah yang terbanyak yang di huni yaitu tipe rumah non

permanen sebanyak 24 rumah atau (31.6%), dan yang tipe rumah yang terendah

yang dihuni yaitu tipe rumah permanen sebanyak 18 rumah atau (23.7%).

6. Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan Ventilasi

Distribusi responden berdasarkan keadaan luas ventilasi di wilayah kerja

puskesmas Buhu dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini :

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Luas Ventilasi

No Ventilasi Rumah Jumlah

n %

1 Memenuhi syarat 40 67.8

2 Tidak Memenuhi Syarat 19 32.2

Total (N) 59 100

Berdasarkan tabel 4.6 di atas bahwa di wilayah kerja puskesmas Buhu

keadaan ventilasi responden yang memenuhi syarat sebanyak 40 rumah atau

(67.8%) sedangkan untuk ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan

sebanyak 19 rumah atau (32.2%).

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

47

7. Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan Kamarisasi

Distribusi responden berdasarkan keadaan kamarisasi di wilayah kerja

puskesmas Buhu dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini :

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kamarisasi

No Kamarisasi Rumah Jumlah

n %

1 Memenuhi syarat 34 44.7

2 Tidak Memenuhi Syarat 42 55.3

Total (N) 76 100

Berdasarkan tabel 4.7 di atas bahwa di wilayah kerja puskesmas Buhu

keadaan kamarisasi responden yang memenuhi syarat sebanyak 34 atau

(44.7%),dan untuk keadaan kamarisasi responden yang tidak memenuhi syarat

sebanyak 42 rumah atau (55.3%).

8. Distribusi Responden Berdasarkan Kepadatan Penghuni

Distribusi responden berdasarkan kepadatan hunian di wilayah kerja

puskesmas Buhu dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini :

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kepadatan Hunian

No Kepadatan Hunian Jumlah

n %

1 Memenuhi syarat 31 40.8

2 Tidak Memenuhi Syarat 45 59.2

Total (N) 76 100

Berdasarkan tabel 4.8 di atas terlihat bahwa di wilayah kerja puskesmas Buhu

kepadatan hunian yang memenuhi syarat sebanyak 31 rumah atau (40.8%) dan

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

48

untuk kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat sebanyak 45 rumah atau

(59.2%).

4.1.3 Pembahasan

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Pelaksanaan

Klinik Sanitasi Dengan Kejadian Penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas

Buhu. Berdasarkan hasil analisis Univariat yang telah dilakukan terhadap 76

responden pembahasannya sebagai berikut:

1. Umur

Di wilayah kerja puskesmas Buhu jumlah penderita ISPA pada tahun 2012

berdasarkan data yang di dapatkan tercatat bahwa golongan umur yang terbanyak

sebagai penderita ISPA yaitu pada golongan umur 20-44 tahun sebanyak 371

untuk golongan umur 45 tahun sampai dengan lebih dari 70 tahun sebanyak 275

penderita. Pada tahun berjalan 2013 jumlah penderita ISPA yang tercatat dalam

wilayah kerja puskesmas Buhu yaitu pada golongan umur 23-58 tahun sebanyak

76 penderita. Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan bahwa untuk

golongan umur terbanyak sebagai responden yaitu 25-30 tahun atau (38.2%). Hal

ini merupakan kelompok umur dewasa awal. Berdasarkan hasil penelitian oleh

Agung, 2006 kejadian penyakit ISPA sangat erat kaitannya dengan umur, umur

merupakan determinan untuk terjadinya penyakit ISPA resiko terkena penyakit

ini pada usia awal muda yaitu sebesar 2.56 kali lebih besar dari pada usia dewasa

lanjut ataupun lansia. Pada golongan umur ini sangat rentan untuk terkena

penyakit ISPA, karena jika di lihat dari kebiasaan umumnya pada laki-laki

kebiasaan mereka untuk merokok merupakan salah satu penyebab terkena

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

49

penyakit ISPA, sedangkan pada perempuan terpapar langsung oleh kepulan asap

dapur.

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang di dapat terdahulu bahwa jumlah penderita ISPA pada

tahun 2012 yang terbanyak yaitu jenis kelamin perempuan sebanyak 538

penderita dan laki-laki sebanyak 412 penderita. Sedangkan untuk jumlah

penderita ISPA pada tahun berjalan 2013 jenis kelamin perempuan sebanyak 55

penderita (67.1%) dan laki-laki sebanyak 21 penderita (32.9%). Dengan jumlah

penderita ISPA yang lebih banyak perempuan Hal ini di sebabkan karena

perempuan merupakan pekerja rumah tangga yang setiap harinya berada

dilingkungan dapur untuk memasak dan memungkinkan selalu terpapar dengan

asap , seperti yang di tegaskan dalam (Aswan, 2008) apalagi kegiatan memasak

dengan menggunakan bahan bakar biomassa yang menghasilkan polutan udara

yang secara langsung dapat berbahaya dari saluran pernafasan untuk kaum

perempuan.

3. Pekerjaan

Wilayah kerja Puskesmas Buhu sebagian besar penduduknya merupakan

petani, jenis pekerjaan berkaitan erat dengan tingkat ekonomi pendapatan dari

masyarakat itu sendiri, untuk itu status ekonomi juga dapat mempengaruhi status

kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang di sajikan dalam tabel

distribusi frekuensi bahwa sebagian responden berjenis kelamin perempuan 51

orang (67%) dan jenis kelamin laki-laki 25 orang (33%). Mayoritas responden

dengan jenis pekerjaan IRT 43 orang (56.6%), petani 20 orang (26.3%) yang

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

50

dimaksud dengan petani disini yaitu petani kebun yang mayoritasnya menanami

jagung dan juga buah yaitu pepaya dan pisang, sedangkan yang bekerja sebagai

pedagang 11 orang (14.5%) dan sebagai wiraswasta sebanyak 2 orang (2.6%).

Dengan jenis pekerjaan IRT yang terbanyak responden penderita ISPA hal ini di

karenakan kaum ibu ataupun perempuan merupakan pekerja semua urusan rumah

tangga, mereka sering terpapar oleh asap dari kegiatan mereka ketika memasak,

berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan hampir sebagian rumah letak

dapurnya tidak memiliki lubang tempat keluarnya asap dari hasil kegiatan

memasak, sehingga asap-asap yang di hasilkan menyebar keruangan lainnya yang

dapat membahayakan kesehatan bagi penghuni dalam rumah utamanya pada

saluran pernafasan. (Aswan, 2008) menyatakan bahwa Bila letak dapur yang

sering di pergunakan oleh ibu rumah tangga dalam kegiatan memasak tidak

memenuhi syarat maka dapat terjadi akumulasi polutan dalam ruangan dapur dan

penyebaran polutan tersebut ke ruangan lainnya dalam rumah sehingga

menimbulkan paparan bagi penghuni rumah. Polutan udara tersebut mengandung

beberapa zat yang bersifat merusak sistem pertahanan saluran pernapasan

sehingga memperbesar risiko bagi penghuninya untuk menderita ISPA.

4. Jumlah Anggota Rumah Tangga

Wilayah kerja puskesmas Buhu memiliki jumlah penduduk yang tidak sedikit,

jumlah anggota rumah tangga yang tinggal dalam satu rumah melebihi dari

besarnya rasio ruangan rumah. Berdasarkan hasil penelitian bahwa jumlah

anggota rumah tangga yang tinggal dalam satu rumah sebagian besar yaitu terdiri

dari 1-4 orang dengan jumlah 44 responden (57.9%), sedangkan jumlah anggota

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

51

rumah tangga yang tinggal dalam satu rumah dengan jumlah 5-8 orang sebanyak

29 responden atau (38.2%), kemudian jumlah anggota rumah tangga yang tinggal

dalam satu rumah dengan jumlah lebih dari 8 orang sebanyak 3 responden atau

(3.9%) dimana masing-masing terdiri dari 9,10 sampai dengan 11 orang dalam

satu rumah dalam hal ini jumlah anggota rumah tangga yang tinggal dalam satu

rumah jika sudah lebih dari 3 atau 4 orang maka tingkat kepadatan hunian sudah

tidak memenuhi syarat kesehatan, karena anggota rumah tangga lainnya sudah

tidak memeliki ruang gerak lagi, dan juga dapat berpotensi besar dalam

menularkan penyakit terhadap anggota rumah lainnya. Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan bahwa rumah yang memiliki tingkat kepadatan hunian yang

lebih dalam satu rumah mereka terdiri dari 2-3 rumah tangga yang juga di

dalamnya terdapat bayi dan juga balita, Jumlah anggota rumah tangga yang

melebihi dari standar kesehatan sama dengan tingkat kepadatan hunian yang tidak

memenuhi syarat kesehatan. Dari hasil penelitian yang telah di lakukan bahwa

jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah tidak memenuhi sayarat

memungkikan terjadinya kejadian penyakit ISPA. Penelitian ini di dukung oleh

hasil penelitian Dela Oktaviani (2010) bahwa tingkat kepadatan hunian dan

jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah kemungkinan besar

terkena kejadian penyakit ISPA. Jika dalam satu rumah memiliki tinggkat

kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat dan apabila terdapat bayi ataupun

balita hal ini memungkinkan bayi dan balita tersebut rentan terkena penyakit,

khususnya penyakit yang berbasis lingkungan di sekitarnya.

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

52

5. Tipe Rumah

Di Wilayah kerja Puskesmas Buhu tipe rumah yang dihuni oleh masyarakat

yaitu tipe rumah permanen, semi permanen dan non permanen, hampir sebagian

besar merupakan tipe rumah semi permanen dan non permanen, namum setelah

adanya pelaksanaan kegaiatan dari puskesmas yaitu Klinik Sanitasi jumlah rumah

yang memenuhi syarat kesehatan mulai meningkat meskipun hanya sampai

beberapa rumah dengan semi permanen. Berdasarkan data yang di dapatkan

bahwa dari jumlah rumah yang ada di wilayah kerja puskesmas ini yaitu 2224

rumah, rumah yang sudah memenuhi syarat kesehatan sebanyak 1136 rumah atau

(51%), hal ini menunjukan peningkatan jumlah tipe rumah yang sudah memenuhi

syarat kesehatan sebagai rumah sehat sederhana.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan tipe rumah yang dihuni

oleh penderita ISPA di wilayah kerja puskesmas Buhu dengan adanya

pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi bahwa yang menghuni rumah yang layak

huni dengan tipe permanen sebanyak 18 responden atau (23.7%) dimana jenis

kelamin perempuan yang menghuni tipe rumah permanen sebanyak 13 responden

atau (25.5%) dan laki-laki sebanyak 5 responden atau (20.0%). Dalam hal ini tipe

permanen dengan melihat keadaan jendela dan ventilasi mereka hanya ditutupi

dengan potongan-potongan bambu dan juga keadaan ventilasi mereka ditutupi

dengan kardus bekas maupun triplek, dengan keadaan yang seperti ini tidak

memungkinkan terjadinya pertukaran udara dalam rumah yang dapat

membebaskan oksigen untuk masuk ke dalam rumah.

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

53

Penderita yang menghuni rumah dengan tipe semi permanen sebanyak 34

responden atau (44.7%), untuk jenis kelamin perempuan yang menghuni tipe

rumah semi permanen sebanyak 24 responden atau (47.1%) dan untuk jenis

kelamin laki-laki sebanyak 10 responden atau (40.0%). Kondisi rumah seperti ini

hampir sebagian memiliki tingkat kepadatan hunian yang banyak tidak sebanding

dengan ukuran rumah yang mereka huni dan juga kondisi lingkungan rumah yang

sangat memprihatinkan yang memicu timbulnya penyakit akibat lingkungan

mereka sendiri. Kemudian penderita yang menghuni rumah tipe non permanen

sebanyak 24 responden atau (31.6%) untuk jenis kelamin perempuan yang

menghuni tipe rumah non permanen sebanyak 14 responden atau (27.5%) dan

untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 10 responden atau (40.0%). Untuk kondisi

tipe rumah non permanen ini hampir sebagian besar adalah memiliki jumlah

anggota rumah tangga yang lebih dari 4 orang yang tinggal dalam satu rumah,

selain itu juga keadaan kamarisasi yang terbatas tidak cukup untuk jumlah

anggota rumah tangga yang tinggal di dalamnya. Dalam hal ini dengan tingkat

kepadatan hunian pada tipe rumah non permanen ini merupakan rumah bantuan

layak huni pada masyarakat miskin dan bukan merupakan bagian dari kegiatan

tindak lanjut dari klinik sanitasi. Jumlah anggota rumah tangga yang tinggal di

dalamnya melebihi ukuran kapasitas rumah yang sudah tidak sesuai sehingga

kejadian penyakit ISPA akan semakin meningkat.

Berdasarkan hasil wawancara pada saat penelitian bahwa setelah melakukan

wawancara dengan petugas sanitasi di puskesmas untuk perbaikan kondisi

lingkungan rumah sekitar mereka, hanya beberapa dari mereka tidak

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

54

melaksanakan saran dari petugas sanitasi dengan alasan bahwa keadaan

lingkungan mereka sudah seperti itu dan tidak ada yang harus diperbaiki. Namun

beberapa masyarakat yang melaksanakan saran dari petugas sanitasi, kondisi

sanitasi dasar khususnya kondisi perumahan mereka mulai membaik meskipun

dengan adanya perubahan yang sedikit.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Suriana (2006) bahwa jumlah

rumah sehat mulai meningkat dengan adanya kegiatan Klinik Sanitasi yang di

adakan di puskesmas. Hal ini dapat membantu meningkatkan taraf hidup

masyarakat yang kurang mampu dalam meningkatkan kesehatannya yang di lihat

dari sarana sanitasi dasar perumahannya. Untuk itu dalam pelaksanaan klinik

sanitasi di puskesmas ini dapat membantu memecahkan masalah penyakit yang

berbasis lingkungan.

Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan

jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi

daya kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi

reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya

pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan pemukiman).

Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman pada dasarnya

disebabkan karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah, karena

rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya.

6. Luas Ventilasi

Venilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dan bakteri-bakteri

terutama bakteri pathogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

55

menerus, Bakteri yang dibawa oleh udara akan selalu mengalir. Dengan adanya

ventilasi yang baik maka udara segar dapat dengan mudah masuk ke dalam rumah

sehingga kejadian ISPA akan semakin berkurang.

Untuk keberadaan ventilasi rumah yang dihuni oleh penderita ISPA diwilayah

kerja Puskesmas Buhu bahwa rumah yang memiliki ventilasi sebanyak 59 rumah

atau (78%) dan rumah yang tidak memiliki ventilasi yaitu sebanyak 17 rumah atau

(22%), dalam hal ini rumah yang tidak memiliki ventilasi yaitu sebagian besar

rumah tipe non permanen, hanya langsung jendela tanpa dibuat ventilasi, adapun

ventilasi yang ada hanya berbentuk lingkaran dengan diameter 10-15cm, sehingga

udara dan cahaya matahari tidak bisa masuk secara optimal ke dalam rumah

berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Oktaviani (2010) bahwa rumah yang

tidak memiliki ventilasi berpeluang lebih besar untuk terkena penyakit ISPA,

sedangkan berdasarkann hasil penelitian yang di lakukan oleh Agung Sukamawa

(2006) bahwa ventilasi merupakan determinan dari kejadian penyakit ISPA,

apalagi pada anak balita yang menempati rumah tanpa ventilasi besar resikonya

untuk terjadinya penyakit ISPA. dalam hal ini rumah yang tidak memiliki

ventilasi yaitu sebagian besar rumah tipe non permanen, hanya langsung jendela

tanpa dibuat ventilasi, adapun ventilasi yang ada hanya berbentuk lingkaran

dengan diameter 10-15cm, sehingga udara dan cahaya matahari tidak bisa masuk

secara optimal ke dalam rumah ( Notoatmodjo, 2003). Dengan adanya ventilasi

yang baik maka udara segar dapat dengan mudah masuk ke dalam rumah sehingga

kejadian ISPA akan semakin berkurang. Sedangkan ventilasi yang tidak baik

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

56

dapat menyebabkan kelembaban tinggi dan membahayakan kesehatan sehingga

kejadian ISPA akan semakin bertambah.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan Untuk rumah dengan

keadaan ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 40 rumah atau

(67.8%) dimana keadaan luas ventilasi yang memenuhi syarat dengan jenis

kelamin perempuan sebanyak 25 responden atau (65.8%) dan untuk jenis kelamin

laki-laki sebanyak 15 responden atau (71.4%). Rumah yang memiliki ventilasi

baik atau memenuhi syarat dapat melancarkan proses pertukaran udara yang

masuk ke dalam rumah,namun dalam hal ini keadaan ventilasi mereka di tutupi

dengan menggunakan kardus, tripleks maupun kertas karton maka udara tidak

dapat masuk dan tidak terjadi pertukaran udara dalam rumah, sehingga potensi

penularan penyakit sangat besar. Dan untuk rumah yang memiliki keadaan

ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu sejumlah 19 rumah atau

(32.2%) Dimana penderita ISPA jenis kelamin perempuan yang di lihat dari

keadaan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat sebanyak 13 responden atau

(34.2%) sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 6 responden atau (28.6%).

Dari hasil penelitian bahwa rumah yang memiliki ventilasi yang tidak memenuhi

syarat kesehatan terdapat penderita ISPA yang selama 2 bulan terakhir 3 kali

berturut-turut datang berobat ke puskesmas dengan hasil diagnosa dokter yang

sama. Setelah petugas sanitasi datang ke rumah penderita ternyata kondisi rumah

non permanen dan tidak memiliki ventilasi. Sehingga menyebabkan tidak adanya

pertukaran udara maupun cahaya yang bisa masuk langsung ke dalam rumah.

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

57

Penderita tidak melaksanakan saran yang di berikan oleh petugas sanitasi setelah

konsultasi di ruangan klinik sanitasi pada pemeriksaan sebelumnya.

Secara umum penilaian ventilasi rumah dapat dilakukan dengan cara

membandingkan antara luas ventilasi dan luas lantai rumah, dengan menggunakan

rollmeter. Berdasarkan indikator penghawaan rumah, luas ventilasi yang

memenuhi syarat kesehatan adalah lebih dari sama dengan 10% dari luas lantai

rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah kurang

dari 10% dari luas lantai rumah.

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Oktaviani (2009) bahwa

ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat tingkat kejadian penyakit ISPA akan

lebih besar di bandingkan dengan rumah yang memiliki ventilasi yang memenuhi

syarat. Hasil penelitian yang di lakukan oleh Aswan (2008) yaitu kondisi ventilasi

rumah yang tidak memenuhi syarat kemungkinan besar terkena kejadian ISPA.

Rumah yang ventilasinya tidak memenuhi syarat lebih banyak yang menderita

ISPA dibandingkan dengan rumah yang ventilasinya memenuhi syarat.

Untuk itu keadaan ventilasi rumah sangatlah perlu di perhatikan, karena

dengan kondisi ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan memungkinkan kondisi

dalam rumah terbebas dari bakteri pathogen yang dapat menimbulkan penyakit.

7. Kamarisasi

Keberadaan kamarisasi dalam satu rumah sangatlah diperlukan hal ini guna

untuk mengisolasi penderita ISPA dalam ruangan tertentu sehingga membatasi

kontak antara penderita dengan penghuni rumah lainnya dan membatasi sebaran

kuman di udara dalam rumah. Bila kamarisasi rumah tidak memenuhi syarat dan

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

58

ada penderita ISPA dalam rumah, maka kemungkinan kontak penderita dengan

penghuni lainnya tidak dibatasi dan kuman dapat tersebar bebas di udara ke

bagian rumah lainnya sehingga menimbulkan risiko yang lebih besar bagi

penghuni lainnya untuk tertular penyakit. Luas ruang tidur minimal 8 m2, dan

tidak dianjurkan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali dibawah

umur 5 tahun (Kusnoputranto, 2002). Di wilayah kerja puskesmas Buhu

berdasarkan hasil penelitian bahwa keadaan kamarisasi dalam rumah penderita

sebagian besar tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu sejumlah 42 rumah atau

(55.3%) di mana untuk jenis kelamin perempuan yan di lihat dari keadaan

kamarisasi yang tidak memenuhi syarat sebanyak 28 responden atau (54.9%)

sedangkan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 14 responden atau (56.0%).

Dengan ukuran kamar yang tidak sesuai dengan jumlah penghuni yang menempati

kamar tersebut, selain itu pula terdapat bayi maupun balita dalam penghuni kamar.

Untuk rumah yang memiliki kamar yang memenuhi syarat kesehatan yaitu

sejumlah 34 rumah atau (44.7%) dimana untuk jenis kelamin perempuan yang di

lihat dari keadaan kamarisasi yang memenuhi syarat sebanyak 23 responden atau

(45.1%) sedankan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 11 responden atau

(44.0%), dalam hal ini rumah yang memiliki kamarisasi yang memenuhi syarat

sebagian hanya dihuni oleh 1-2 orang dengan rasio perbandingan luas kamar.

Kamarisasi dengan tingkat kepadatan hunian kamar yang lebih dari dua orang

memudahkan untuk terjadinya penularan penyakit. Seperti pada penelitian yang di

lakukan oleh Dewi (2012) bahwa kamarisasi yang tidak memenuhi syarat rasio

ruangan kamar tidur dengan jumlah penghuni yang menempati kamar tersebut

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

59

lebih dari 2 orang maka beresiko besar untuk terkena penyakit ISPA. Studi

terhadap kondisi rumah menunjukan hubungan yang tinggi antara koloni bakteri

dan kepadatan hunian penghuni kamar per meter persegi. Luas kamar yang kecil

dengan jumlah penghuni kamar yang banyak akan memperbesar kemungkinan

penularan penyakit melalui droplet atau kontak langsung. Selain itu pada hasil

penelitian yang di lakukan bahwa di wilayah kerja puskesmas buhu rumah

responden ada juga kamar yang tidak di pakai oleh penghuni rumah karena

mereka lebih suka tidur diruangan yang lebih luas dari pada kamar mereka seperti

pada ruang keluarga atau ruangan tempat biasa menonton tv. Hasil penelitian yang

telah di lakukan bahwa penderita yang telah berkonsultasi dengan petugas sanitasi

ada beberapa yang melaksanakan saran dari petugas sanitasi, yaitu mereka

meminimalisir kontak langsung dengan anggota keluarga lainnya yang tinggal

dalam rumah tersebut dengan mengisolasi diri sendiri di dalam kamar, namun ada

juga dengan kondisi kamar yang seadanya mereka tidur bersama sampai lebih dari

3 orang termasuk balita, dengan alasan karena tidak ada lagi ruangan yang bisa

dipergunakan umtuk tidur, sehingga peluang penularan penyakit semakin besar

dengan kondisi yan seperti itu. Selain itu dengan kondisi kepadatan hunian kamar

yang tidak memenuhi syarat, ada beberapa dari mereka hanya memperbaiki

pencahayaan yang masuk dalam rumah ataupun kamar dengan cara menggunakan

ventilasi dan juga jendela guna terjadinya pertukaran udara dalam ruangan

sehingga dapat membunuh bakteri patogen yang ada di dalamrumah.

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

60

8. Kepadatan Hunian

Wilayah kerja puskesmas Buhu memiliki jumlah penduduk yang tidak sedikit,

jumlah anggota rumah tangga yang tinggal dalam satu rumah melebihi dari

besarnya rasio ruangan rumah. Berdasarkan data yang di peroleh bahwa hampir

sebagian besar jumlah anggota rumah yang tinggal dalam satu rumah lebih dari 4

orang bahkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu ada dalam 1 rumah

jumlah anggota yang tinggal dalam rumah tersebut sebanyak 11 orang yang

terdiridari 2 KK yang termasuk tinggal di dalamnya yaitu bayi dan juga balita.

Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan jumlah penghuninya akan

mempunyai dampak kurangnya oksigen dalam ruangan sehingga daya tahan tubuh

penghuninya menurun, kemudian cepat timbulnya penyakit saluran pernafasan

seperti ISPA. Ruangan yang sempit akan membuat nafas sesak dan mudah tertular

penyakit oleh anggota keluarga yang lain. Kepadatan hunian rumah akan

meningkatkan suhu ruangan yang disebabkan oleh pengeluaran panas badan yang

akan meningkatkan kelembaban akibat uap air dari pernapasan tersebut. Dengan

demikian, semakin banyak jumlah penghuni rumah maka semakin cepat udara

ruangan mengalami pencemaran gas atau bakteri. Dengan banyaknya penghuni,

maka kadar oksigen dalam ruangan menurun dan diikuti oleh peningkatan CO 2

ruangan dan dampak dari peningkatan CO2 ruangan adalah penurunan kualitas

udara dalam rumah.

Untuk tingkat kepadatan hunian sebaiknya harus disesuaikan dengan syarat

kesehatan yaitu dengan melihat rasio ruangan dengan jumlah penghuni yang

tinggal di dalam rumah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

61

wilayah kerja puskesmas buhu bahwa rumah yang tingkat kepadatan hunian yang

tidak memenuhi syarat sebanyak 45 rumah atau (59.2%) di mana untuk jenis

kelamin perempuan sebanyak 34 responden atau (66.7%) dan untuk jenis kelamin

laki-laki sebanyak 11 responden atau (44.0%). Sedangkan untuk rumah yang

tingkat kepadatan hunian yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 31 rumah

atau (40.8%) dimana terdiri dari jenis kelamin perempuan yang di lihat dari

tingkat kepadatan hunian yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 17

responden atau (33.3%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 14 responden atau

(56.0%). Tingkat kepadatan hunian baik dalam ruangan rumah maupun kepadatan

hunian kamar sebagian besar tidak memenuhi syarat kesehatan, hal itu di

sebabkan karena adanya jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

terlalu banyak.

Hal ini terlihat jelas bahwa jumlah anggota rumah yang tinggal dalam satu

rumah sudah tidak sesuai dengan rasio ruangan. Secara spesifik, kepadatan

penghuni meningkatkan risiko infeksi karena meningkatnya jumlah orang yang

potensial tertular. Akibatnya, anak-anak yang tinggal di tempat yang padat

penghuni menderita infeksi lebih sering dan bahkan lebih. Berdasarkan hasil

penelitian oleh Aswan (2008) bahwa tingkat kepadatan penghuni yang tidak

memenuhi syarat beresiko terkena penyakit ISPA. Rumah yang padat penghuni

lebih banyak yang menderita ISPA dibandingkan dengan rumah tidak padat

penghuni.

Pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi di puskesmas tentunya dapat membantu

permasalahan sanitasi dasar yang ada di wilayah kerjanya, namun keberhasilan

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

62

dari kegiatan ini harusnya ada peran aktif dari petugas sanitasi yang ada di

puskesmas. Jika tercipta kerja sama antara penderita ataupun klien/masyarakat

dengan petugas sanitasi yang ada maka pelaksanaan klinik sanitasi akan berhasil

utamanya dalam pemecahan masalah sanitasi dasar yang buruk ataupun

lingkungan yang tidak sehat. Kondisi yang seperti itu merupakan target capaian

keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi, namum di lihat dari hasil

observasi dan penelitian berdasarkan wawancara yang telah di lakukan di wilayah

kerja puskesmas buhu bahwa pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi belum

sepenuhnya memenuhi kriteria keberhasilan, hal ini di sebabkan karena kunjungan

pasien penderita penyakit berbasisis linkungan salah satunya ISPA meningkat

keruang klinik berdasarkan rujukan petugas medis, kunjungan petugas sanitarian

ke lapangan ataupun kegiatan tindak lanjut dari ruang klinik sanitasi ke penderita

atau klien/masyarakat menurun atau jarang di lakukan, penyakit berbasis

lingkungan seperti ISPA masih tetap menjadi urutan pertama dalam 10 penyakit

menonjol di wilayah kerja puskesmas ini.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah di lakukan pada saat penelitian di

lakukan bahwa penderita ISPA yang telah di rujuk keruang klinik sanitasi setelah

di wawancarai oleh sanitarian tentang permasalahan kesehatan lingkungan yang di

hadapai sanitarian membuat janji untuk melakukan kunjungan rumah sebagai

tindak lanjut dari kegiatan di ruang klinik sanitasi, namun tidak ada kunjungan

dari sanitarian. Hal itu di sebabkan karena ada beberapa dari pasien tidak mau

untuk di lakukan kunjungan rumah dengan berbagai macam alasan dan juga di

sebabkan oleh akses jalan menuju rumah penderita sangat sulit dengan melihat

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

63

kondisi wilayahnya serta transportasi yang sulit menuju ke tempat yang menjadi

sasaran kunjungan petugas sanitasi.

Selain itu pula masih terbatasnya petugas sanitasi yang ada di wilayah kerja

puskesmas yaitu hanya terdiri dari 2 orang sehingga menyebabkan terbatasnya

jangkauan petugas sanitasi untuk mebina semua desa yang ada di wilayah kerja

puskesmas karena luas wilayahnya, dan masih terbatasnya dana untuk kerperluan

kegiatan klinik sanitasi. Pelaksanaan klinik sanitasi ini masih sangat perlu untuk

mendapat perhataian dari dinas terkait guna mengatasi permasalahan sanitasi

dasar serta kondisi kesehatan lingkungan yang buruk. Namun dari beberapa

permasalahan yang ada, kegiatan ini belum terlalu menjadi prioritas utama di

puskesmas, karena hanya di sesuaikan dengan kondisi yang ada.

Dari hasil penelitian keseluruhan di dapatkan 6 rumah responden yang di lihat

dari keadaan luas ventilasi, kamarisasi serta kepadatan hunian semuanya

memenuhi syarat, namun salah satu anggota rumah tangga yang tinggal dalam

rumah tersebut merupakan penderita ISPA, hal ini dikarena ISPA merupakan

kelompok penyakit yang di sebabkan oleh Virus dan juga bakteri, meskipun

bakteri juga dapat terlibat sejak awal atau yang bersifat sekunder terhadap infeksi

Virus. Kemudian di tularkan melalui udara yang berbentuk aerosol yang terhirup

oleh orang tersebut ataupun kontak langsung tangan dengan sekret yang terinfeksi

dan kemudian menyentuh hidung atau mata. Semua jenis infeksi ini dapat

mengaktifkan respon imun dan juga inflamasi sehingga dapat terjadi

pembengkakan pada jaringan yang terinfeksi oleh virus tersebut, reaksi inflamasi

dapat menyebabkan peningkatan produksi mukus yang berperan menimbulkan

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 ...eprints.ung.ac.id/6881/6/2013-1-13201-811409076-bab4...Data Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi

64

ISPA. Yaitu hidung tersumbat, sputum berlebihan, pilek, sakit kepala, demam

ringan dapat terjadi akibat reaksi inflamasi tersebut.

Penyakit ISPA merupakan infeksi minor yang di peroleh dimasyarakat yang

di sebabkan oleh virus, ISPA juga dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi

penderita berusia lanjut atau penderita yang sangat muda. Untuk itu selain melihat

kondisi rumah yang tidak yang memenuhi syarat kesehatan ataupun kondisi

rumah yang memenuhi syarat, kondisi kesehatan pribadi pun harus di

perhatikan,karena jika keadaan sistem imun seseorang tidak stabil maka

kemungkinan besar tubuh kita mudah terserang oleh penyakit utamanya penyakit

yang di sebabkan oleh virus yang di timbulkan dari keadaan lingkungan yang

tidak sehat.