BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten … fileDesa Les secara administratif merupakan...

12
35 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Kabupaten Buleleng dan Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Propinsi Bali yang terletak di belahan utara Pulau Bali memanjang dari barat ke timur. Secara geografis, Kabupaten Buleleng terletak pada posisi 8 o 03’40”- 8 o 23’00” lintang selatan dan 114 o 25’55”-115 o 27’28” bujur timur. Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Buleleng adalah 136.588 hektar atau 24,25 persen dari luas Propinsi Bali. Terdiri dari sembilan kecamatan, yakni Kecamatan Gerokgak, Seririt, Bungsubiu, Banjar, Sukasada, Buleleng, Sawan, Kubutambahan, dan Kecamatan Tejakula. Desa Les secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Tejakula yang memiliki luas 97,68 km 2 dan terletak di sisi timur Kabupaten Buleleng. Kecamatan Tejakula berjarak 38 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Buleleng. Kecamatan ini memiliki garis pantai sepanjang 27,23 km yang merupakan garis pantai kedua terpanjang di kabupaten ini. Topografi Kecamatan Tejakula adalah daratan rendah dengan suhu rata-rata 28 o C. Kecamatan Tejakula terdiri atas 10 desa, salah satunya adalah Desa Les yang berada disebelah timur Desa Tejakula (ibukota Kecamatan Tejakula). Kabupaten Buleleng memiliki potensi yang besar dalam bidang perikanan, seperti yang digambarkan pada Gambar 4. Setiap kecamatan dalam wilayah administratif Kabupaten Buleleng memiliki potensi perikanan. Kecamatan Tejakula selain dikenal potensial untuk pembudidayaan rumput laut juga memiliki potensi sebagai daerah penghasil ikan hias. Desa Les, Desa Penuktukan, dan Desa Tembok merupakan tiga desa pada Kecamatan Tejakula yang sekarang menjadi penghasil ikan hias terbesar, juga sebagai penghasil ikan hias ramah lingkungan di Bali.

Transcript of BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten … fileDesa Les secara administratif merupakan...

Page 1: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten … fileDesa Les secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Tejakula yang memiliki luas 97,68 km2 dan terletak di sisi timur

35

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Profil Kabupaten Buleleng dan Kecamatan Tejakula

Kabupaten Buleleng merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di

Propinsi Bali yang terletak di belahan utara Pulau Bali memanjang dari barat ke

timur. Secara geografis, Kabupaten Buleleng terletak pada posisi 8o03’40”-

8o23’00” lintang selatan dan 114

o25’55”-115

o27’28” bujur timur. Secara

keseluruhan luas wilayah Kabupaten Buleleng adalah 136.588 hektar atau 24,25

persen dari luas Propinsi Bali. Terdiri dari sembilan kecamatan, yakni Kecamatan

Gerokgak, Seririt, Bungsubiu, Banjar, Sukasada, Buleleng, Sawan,

Kubutambahan, dan Kecamatan Tejakula.

Desa Les secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Tejakula

yang memiliki luas 97,68 km2 dan terletak di sisi timur Kabupaten Buleleng.

Kecamatan Tejakula berjarak 38 km dari pusat pemerintahan Kabupaten

Buleleng. Kecamatan ini memiliki garis pantai sepanjang 27,23 km yang

merupakan garis pantai kedua terpanjang di kabupaten ini. Topografi Kecamatan

Tejakula adalah daratan rendah dengan suhu rata-rata 28oC. Kecamatan Tejakula

terdiri atas 10 desa, salah satunya adalah Desa Les yang berada disebelah timur

Desa Tejakula (ibukota Kecamatan Tejakula).

Kabupaten Buleleng memiliki potensi yang besar dalam bidang perikanan,

seperti yang digambarkan pada Gambar 4. Setiap kecamatan dalam wilayah

administratif Kabupaten Buleleng memiliki potensi perikanan. Kecamatan

Tejakula selain dikenal potensial untuk pembudidayaan rumput laut juga memiliki

potensi sebagai daerah penghasil ikan hias. Desa Les, Desa Penuktukan, dan Desa

Tembok merupakan tiga desa pada Kecamatan Tejakula yang sekarang menjadi

penghasil ikan hias terbesar, juga sebagai penghasil ikan hias ramah lingkungan di

Bali.

Page 2: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten … fileDesa Les secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Tejakula yang memiliki luas 97,68 km2 dan terletak di sisi timur

36

Gambar 4. Peta Pesebaran Wilayah Potensi Perikanan(sumber: www.bulelengkab.go.id)

4.2 Profil Desa Les

Desa Les merupakan salah satu dari sepuluh desa yang berada di

Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali.

4.2.1 Sejarah Desa Les

Diceritakan bahwa penduduk Desa Panjingan selalu didatangi dan dirusak

oleh bajak laut sehingga mereka merasa tidak aman dan selalu dalam ketakutan.

Hal ini menyebabkan semua warga desa terpaksa ngenes/mekiles (berpindah

tempat dan bersembunyi di tempat yang lain) agar terbebas dari kedatangan bajak

laut itu. Menurut penuturan secara turun menurun dari orang-orang tua di Desa

Les, Desa Les adalah bagian dari Kancasatak (perhimpunan/persekutuan) dari

desa-desa yang jumlah seluruh warganya sebanyak 200 KK, desa-desa itu

sekarang adalah:

1. Desa Les Penuktukan

2. Desa Sambirenteng/ Banjar Geretek

3. Desa Tembok

4. Desa Pinggan

5. Desa Si Yakin

Page 3: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten … fileDesa Les secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Tejakula yang memiliki luas 97,68 km2 dan terletak di sisi timur

37

Desa Pinggan dan Desa Si Yakin termasuk Kecamatan Kintamani,

Kabupaten Bangli, sedangkan Desa Les, Penuktukan, Sambirenteng, Geretek dan

Tembok termasuk Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Kancasatak ini

sampai sekarang masih menyungsung Kahyangan Kancasatak yaitu Pura Dalem

Blingkang yang terletak di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, serta Pura

Segara Pegonjongan dan Pura Puseh Panjingan yang terletak di Kecamatan

Tejakula, Kabupaten Buleleng.

Mengenai asal usul nama “Les” sendiri, dapat dijelaskan sebagai berikut:

nama “Les” berasal dari kata ngenes yang sama artinya dengan mekiles yaitu pergi

dari suatu tempat ke tempat lain sambil bersembunyi. Akan tetapi karena

kata ngenes ditulis dengan huruf bali maka huruf “nge” melele maka oleh orang-

orang yang paham dengan pasang Sastra Bali ‘nge’ melele / ’me’ megantungan

‘ne’ metengenan ‘se’ di baca Les, dan sampai saat ini tetap dibaca Les (dikutip

dari situs resmi pemerintah Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali).

Desa Les merupakan desa yang masih memegang teguh warisan kebudayaan

dan agama dari leluhur. Kebudayaan Hindu sangat kental disini, upacara adat

diadakan di beberapa Pura yang tersebar di seluruh desa. Adapun upacara adat

besar yang mereka lakukan antara lain:

1. Upacara Galungan dan Kuningan, merupakan upacara setahun sekali

yang merupakan upacara terbesar di Bali. Pada Hari Raya ini umat

Hindu Bali dari seluruh nusantara diwajibkan untuk kembali ke Bali dan

berdoa bersama di Pura keluarga masing-masing.

2. Upacara Bulan Mati dan Bulan Hidup, dilaksanakan sebulan sekali pada

saat bulan purnama (bulan hidup) dan pada saat akhir bulan (bulan mati).

3. Upacara Tumpek, merupakan upacara awal bulan kalender Bali yang

diadakan setiap 35 hari sekali.

4.2.2 Kondisi Geografis dan Demografis

Desa Les merupakan salah satu desa yang berada dalam Kecamatan

Tejakula yang memiliki batas teritori wilayah, yakni: sebelah utara berbatasan

dengan laut Bali, sementara sebelah selatan berbatasan dengan hutan Bangli,

Kecamatan Kintamani. Sebelah timur berbatasan langsung dengan Desa

Penuktukan, sementara di sebelah barat berbatasan dengan Desa Tejakula, kedua

Page 4: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten … fileDesa Les secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Tejakula yang memiliki luas 97,68 km2 dan terletak di sisi timur

38

desa tersebut masih di dalam satu kecamatan yang sama, yakni Kecamatan

Tejakula. Beberapa desa di Kecamatan Tejakula biasanya dibatasi oleh sungai

musiman yang melintas diantara dua desa. Desa Les terdiri atas sembilan dusun,

yakni dusun Kanginan, Butiyang, Panjingan, Tegallinggah, Kawanan, Selonding,

Tubuh, Lempedu, dan Dusun Panyumbahan.

Luas wilayah Desa Les adalah 769 hektar, termasuk di dalamnya hutan

seluas 200 hektar dan wilayah pesisir seluas 135 hektar. Sebagian besar wilayah

Desa Les merupakan tegalan atau ladang dan hutan lindung. Daerah persawahan

hanya empat persen sedangkan wilayah pemukiman umum hanya enam persen

dari total luas desa. Pantai Desa Les membujur dari barat ke timur sepanjang dua

kilometer. Bentuk geografis Desa Les yang merupakan kombinasi dataran rendah

dan dengan dataran tinggi membuat suhu udara dan mata air desa ini cukup unik.

Tabel 6 menggambarkan persentase pemanfaatan wilayah Desa Les.

Topografi Desa Les bila dilihat secara melintang, laut Bali berada di

sebelah utara desa dan perbukitan di sebelah selatan. Hal ini membuat suhu rata-

rata di daerah pesisir ini cukup sejuk. Suhu rata-rata Desa Les adalah antara 25oC

sampai 31oC. Suhu akan sangat dingin bila malam dan pagi hari karena ada aliran

udara yang berasal dari gunung. Sumber air Desa Les adalah mata air dari gunung

yang berada di selatan desa dan air sumur bor. Kedua sumber air ini cukup

berbeda, air dari pegunungan cenderung dingin dan segar dengan kadar salinitas

nol. Berbeda dengan air sumur bor yang masih memiliki kadar salinitas yang

cukup tinggi. Kondisi pantai berbatu mulai dari bongkahan batu ukuran kecil

hingga sedang dan berpasir warna kelabu hingga hitam dimana warna kelabu ini

merupakan hasil sisa dari letusan gunung api yakni Gunung Agung (LINI, 2008).

Mata pencaharian penduduk Desa Les beraneka ragam, seperti nelayan

ikan konsumsi, nelayan ikan hias, pekerja bangunan, pedagang, dan beberapa

pengusaha. Namun sebagian besar terkonsentrasi pada sektor pekerjaan non-

formal bertani dan berternak. Jumlah nelayan ikan hias yang masih aktif ada

sekitar 50 orang dan sekitar 100 orang lainnya merupakan nelayan ikan konsumsi.

Ada empat kelompok nelayan di desa ini, salah satunya mengkhususkan diri

sebagai kelompok nelayan ikan hias.

Page 5: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten … fileDesa Les secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Tejakula yang memiliki luas 97,68 km2 dan terletak di sisi timur

39

Tabel 6. Pemanfaatan Wilayah Desa Les Tahun 2010

No Pemanfaatan WilayahLuas

Hektar Persentase1 Pemukiman Umum 48 6%2 Sawah 30 4%3 Tegalan/Ladang 394 52%4 Perkebunan 45 5%5 Hutan Lindung 200 26%6 Kuburan 3 0.40%7 Bangunan Umum 49 6%

Total 769 100%Sumber: Data Monografi Desa Les, Kecamatan Tejakula, Bali (2010)

Mata pencaharian terbesar di Desa Les adalah sebagai petani peladang,

dengan luas lahan yang dimanfaatkan sebagai ladang di Desa Les sebanyak 394

hektar. Luas sawah yang terbentang di Desa Les hanya sebesar 30 hektar dengan

78 orang buruh tani yang tersebar. Hampir seluruh keluarga di Desa Les memiliki

usaha ternak babi, ataupun ternak sapi. Sebagian besar masyarakat Desa Les

merantau keluar desa, bagi perempuan menjadi karyawan perusahaan swasta dan

menjadi pembantu di Denpasar, sementara laki-laki akan bekerja sebagai buruh

kasar. Pada Tabel 7 terlihat persentase mata pencaharian penduduk Desa Les pada

tahun 2010.

Jarak tempuh menuju Desa Les dari ibukota Kabupaten Buleleng,

Singaraja (Kabupaten Buleleng) adalah 35 kilometer sekitar satu jam

menggunakan kendaraan bermotor. Akses mencapai Les dari Singaraja dapat

menggunakan kendaraan umum yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan

desa-desa lain sepanjang Bali utara. Jarak tempuh dari Desa Les menuju ibukota

propinsi, Denpasar adalah sekitar 124 kilometer dengan waktu tempuh dapat

mencapai empat jam dengan kendaraan bermotor. Tidak terdapat angkutan umum

yang menghubungkan Les dan Denpasar, sehingga masyarakat Les akan

mengandalkan kendaraan pribadi atau menggunakan jasa travel plat hitam.

Page 6: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten … fileDesa Les secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Tejakula yang memiliki luas 97,68 km2 dan terletak di sisi timur

40

Tabel 7. Jenis Pekerjaan Penduduk Desa Les Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010No Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Petani 1851 1368 32192 Buruh Tani 53 25 783 Pegawai Negri Sipil 49 30 794 Pedagang Keliling 1 0 15 Peternak 240 310 5506 Nelayan 150 0 1507 Pengrajin Industri Rumah

Tangga0 10 10

8 Montir 4 0 49 Pembantu Rumah Tangga 0 65 65

10 TNI 4 0 411 POLRI 5 0 512 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 7 4 1113 Pengusaha Kecil dan

menengah5 2 7

14 Pengusaha Besar 2 0 215 Karyawan Perusahaan Swasta 356 483 83916 Karyawan perusahaan

Pemerintah6 12 18

Jumlah Penduduk 2733 2309 5042Sumber: Data Monografi Desa Les, Kecamatan Tejakula (2010)

Potensi Desa Les antara lain potensi wisata bahari laut maupun gunung,

industri rumah tangga jajan Bali (seperti dodol dan kerupuk manuk), kerajinan

anyaman bambu, dan pengrajin perak. Kondisi alam Desa Les mendukung untuk

dikembangkan ekowisata. Ekowisata bawah laut yang sedang dikembangkan

adalah taman terumbu karang, sedangkan ekowisata alam pegunungan yang

menjadi perhatian adalah air terjun, Yeh Mampeh, dan pesona gua, serta wisata

hiking atau mendaki gunung. Selain itu, garam adalah komoditas potensial dari

Desa Les. Terdapat sebuah perusahaan pengolahan air laut menjadi garam

tradisional di Desa Les yang bergerak sejak Desa Les berdiri.

Jumlah penduduk Desa Les adalah sebesar 7453 jiwa pada tahun 2010.

Jumlah penduduk perempuan sebesar 3712 jiwa atau sekitar 49 persen seimbang

dengan jumlah penduduk pria 3741 jiwa sekitar 51 persen dari jumlah total

penduduk Desa Les. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada Tabel 8 berikut.

Page 7: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten … fileDesa Les secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Tejakula yang memiliki luas 97,68 km2 dan terletak di sisi timur

41

Tabel 8. Perbandingan Jenis Kelamin Penduduk Desa Les Tahun 2010

No. Jenis Kelamin Jumlah PendudukJiwa Persen

1. Perempuan 3712 492 Laki-laki 3741 51

Total 7453 100Sumber: Data Monografi Desa Les, Kecamatan Tejakula, Bali (2010)

Tahun 2009 jumlah kepala keluarga yang menetap di Desa Les, adalah

sebanyak 2094 KK. Keluarga tersebut tersebar di sembilan dusun di Desa Les.

Penyebaran keluarga di Desa Les cenderung merata karena sumber air tersebar

rata diseluruh desa. Keseluruhan warga Desa Les beretnik Bali. Mayoritas

penduduk Desa Les, 99 persen beragama Hindu, sedangkan sisanya beragama

Islam. Perbedaan agama bukan merupakan masalah bagi masyarakat Desa Les.

Berikut pengakuan dari Kepala Desa Les mengenai fenomena ini:

“…Tenggang rasa antar umat beragama disini begitu kuatsehingga tidak pernah tejadi perkelahian ataupun selisih pahamantar umat Hindu dan Islam disini.” (NA,52)Sarana pendidikan yang dimiliki Desa Les antara lain dua PAUD, satu

Taman Kanak-Kanak, lima Sekolah Dasar Negeri dan satu Sekolah Menengah

Pertama Terbuka (sumber: www.kabbuleleng.go.id) . Adapun Sekolah Menengah

Atas terdekat berada di Desa Tejakula. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Les

cenderung rendah, terutama pada keluarga nelayan dan buruh bangunan (pekerja

kasar). Nelayan ikan hias Desa Les, sebagian besar tidak menamatkan pendidikan

menengah pertama. Kendala utama dalam pendidikan adalah ketidakmampuan

ekonomi dalam memenuhi biaya pendidikan. Terutama pada keluarga nelayan

ikan hias, pendidikan adalah sesuatu yang susah untuk dipenuhi. Pendapat

mengenai hal ini disampaikan oleh salah satu nelayan ikan hias MP (31 tahun):

“…Bahkan 50 orang dari nelayan ikan hias, hanya beberapayang berhasil menamatkan SMP (Sekolah Menengah Pertama),sisanya hanya tamat SD. Ada juga yang tidak pernah sekolahsama sekali dan buta huruf.”Kemiskinan membuat nelayan tidak mampu menyekolahkan anggota

keluarga. Khusus untuk keluarga nelayan ikan hias, biasanya anak laki-laki yang

telah menyelesaikan pendidikan menengah pertama akan membantu bapaknya

bekerja di laut ataupun bekerja di proyek bangunan (sektor non-formal tentunya).

Lain lagi dengan anak perempuan yang setelah menyelesaikan pendidikan

menengah pertama merantau ke kota (Denpasar) atau pilihan lainnya menikah.

Page 8: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten … fileDesa Les secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Tejakula yang memiliki luas 97,68 km2 dan terletak di sisi timur

42

Pernikahan pada usia yang sangat belia (15-21 tahun) akibat tuntutan ekonomi

merupakan hal biasa di Desa Les.

Gambar 4. Penduduk Desa Les Berdasarkan Agama

4.3 Profil Kelompok Nelayan Ikan Hias Mina Bhakti Soansari

Praktek penangkapan ikan hias yang mengandalkan sinanida memiliki

beberapa efek negatif bagi ekologi laut Les. Terjadi kerusakan berantai akibat

penggunaan sianida, dimulai dari kerusakan terumbu karang yang menyebabkan

hilangnya tempat hidup berbagai ikan hias. Hal ini mengakibatkan menurunnya

jumlah keberlimpahan dan keberagaman ikan hias di Desa Les. Menurunnya

jumlah ikan hias yang terdapat di alam kemudian mempengaruhi ekonomi nelayan

yang sangat bergantung pada alam. Selama kurun waktu 15 tahun kerusakan alam

yang terjadi membawa nelayan menghadapi titik kritis. Titik kritis merupakan saat

dimana nelayan harus menerima kenyataan bahwa sudah tidak ada lagi ikan yang

dapat ditangkap diperairan Desa Les. Titik kritis tersebut membawa nelayan

kepada masa transisi.

Masa transisi menurut para nelayan Les adalah selang waktu antara

sadarnya nelayan atas perbuatan merusak lingkungan yang selama ini dilakukan

dengan kemungkinan nelayan ikan hias harus berpindah profesi karena sudah

tidak ada ikan lagi yang bisa ditangkap. Pertimbangan lain adalah tetap berprofesi

sebagai nelayan ikan hias, namun harus melakukan perbaikan atas kerusakan

lingkungan yang terjadi agar tidak menjadi lebih parah. Pendampingan oleh

beberapa LSM yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan para nelayan mulai

0

1000

2000

3000

4000

Series1

Series2

Jum

lah

Pend

uduk

Penduduk Desa Les Berdasarkan Agama yang Dianut

42

Pernikahan pada usia yang sangat belia (15-21 tahun) akibat tuntutan ekonomi

merupakan hal biasa di Desa Les.

Gambar 4. Penduduk Desa Les Berdasarkan Agama

4.3 Profil Kelompok Nelayan Ikan Hias Mina Bhakti Soansari

Praktek penangkapan ikan hias yang mengandalkan sinanida memiliki

beberapa efek negatif bagi ekologi laut Les. Terjadi kerusakan berantai akibat

penggunaan sianida, dimulai dari kerusakan terumbu karang yang menyebabkan

hilangnya tempat hidup berbagai ikan hias. Hal ini mengakibatkan menurunnya

jumlah keberlimpahan dan keberagaman ikan hias di Desa Les. Menurunnya

jumlah ikan hias yang terdapat di alam kemudian mempengaruhi ekonomi nelayan

yang sangat bergantung pada alam. Selama kurun waktu 15 tahun kerusakan alam

yang terjadi membawa nelayan menghadapi titik kritis. Titik kritis merupakan saat

dimana nelayan harus menerima kenyataan bahwa sudah tidak ada lagi ikan yang

dapat ditangkap diperairan Desa Les. Titik kritis tersebut membawa nelayan

kepada masa transisi.

Masa transisi menurut para nelayan Les adalah selang waktu antara

sadarnya nelayan atas perbuatan merusak lingkungan yang selama ini dilakukan

dengan kemungkinan nelayan ikan hias harus berpindah profesi karena sudah

tidak ada ikan lagi yang bisa ditangkap. Pertimbangan lain adalah tetap berprofesi

sebagai nelayan ikan hias, namun harus melakukan perbaikan atas kerusakan

lingkungan yang terjadi agar tidak menjadi lebih parah. Pendampingan oleh

beberapa LSM yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan para nelayan mulai

0

1000

2000

3000

4000

islam Kristen Katolik Hindu BudhaSeries1 6 0 0 3735 0

Series2 4 0 0 3708 0

Penduduk Desa Les Berdasarkan Agama yang Dianut

42

Pernikahan pada usia yang sangat belia (15-21 tahun) akibat tuntutan ekonomi

merupakan hal biasa di Desa Les.

Gambar 4. Penduduk Desa Les Berdasarkan Agama

4.3 Profil Kelompok Nelayan Ikan Hias Mina Bhakti Soansari

Praktek penangkapan ikan hias yang mengandalkan sinanida memiliki

beberapa efek negatif bagi ekologi laut Les. Terjadi kerusakan berantai akibat

penggunaan sianida, dimulai dari kerusakan terumbu karang yang menyebabkan

hilangnya tempat hidup berbagai ikan hias. Hal ini mengakibatkan menurunnya

jumlah keberlimpahan dan keberagaman ikan hias di Desa Les. Menurunnya

jumlah ikan hias yang terdapat di alam kemudian mempengaruhi ekonomi nelayan

yang sangat bergantung pada alam. Selama kurun waktu 15 tahun kerusakan alam

yang terjadi membawa nelayan menghadapi titik kritis. Titik kritis merupakan saat

dimana nelayan harus menerima kenyataan bahwa sudah tidak ada lagi ikan yang

dapat ditangkap diperairan Desa Les. Titik kritis tersebut membawa nelayan

kepada masa transisi.

Masa transisi menurut para nelayan Les adalah selang waktu antara

sadarnya nelayan atas perbuatan merusak lingkungan yang selama ini dilakukan

dengan kemungkinan nelayan ikan hias harus berpindah profesi karena sudah

tidak ada ikan lagi yang bisa ditangkap. Pertimbangan lain adalah tetap berprofesi

sebagai nelayan ikan hias, namun harus melakukan perbaikan atas kerusakan

lingkungan yang terjadi agar tidak menjadi lebih parah. Pendampingan oleh

beberapa LSM yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan para nelayan mulai

Penduduk Desa Les Berdasarkan Agama yang Dianut

Page 9: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten … fileDesa Les secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Tejakula yang memiliki luas 97,68 km2 dan terletak di sisi timur

43

digerakkan untuk melakukan praktek perikanan yang ramah lingkungan. Hasil

pendampingan ini membuat nelayan mengambil sikap untuk meninggalkan

penggunaan potassium-sianida dalam penangkapan ikan hias. Pada tanggal 29

Oktober 2001 dibentuklah kelompok nelayan ikan hias di Desa Les dengan nama

Mina Bhakti Soansari.

Kelompok nelayan ini dibentuk atas keinginan dari para nelayan ikan hias

Desa Les untuk meninggalkan potassium-sianida. Dengan adanya kelompok

nelayan, maka para nelayan akan memiliki wadah untuk saling bertukar pikiran

dan berbagi informasi mengenai penangkapan ikan hias. Kelompok nelayan ikan

hias Mina Bhakti Soansari disahkan secara resmi pada tanggal 29 September 2002

oleh pemerintahan Desa Les, Kecamatan Tejakula, dan Kabupaten Buleleng.

Pada saat pembentukannya kelompok ini terdiri atas 60 orang nelayan ikan hias.

Kepengurusan kelompok nelayan Mina Bhakti Soansari ini dipimpin oleh

bapak I Made Merta (Pak Eka) dengan bertindak sebagai penasehat organisasi

Kepala Desa Les bapak I Nengah Alus dan Kelian Adat Jero Ketut Murai. Posisi

sekretaris diduduki oleh bapak I Nyoman Traida, Bendahara oleh bapak I Gede

Gumiarta, dan pemasaran oleh I Made Partiana. Sedangkan Humas dilaksanakan

oleh bapak Nyoman seperti yang terlihat pada Gambar 5. Kepengurusan ini

dibantu oleh aktifnya anggota kelompok nelayan. Dimulai pada tahun 2003,

kelompok nelayan Mina Bhakti Soansari mencoba merehabilitasi Terumbu karang

yang berada di depan desa mereka, dengan cara transplantasi pada substrat buatan.

Upaya pemulihan ini sudah menampakkan hasil dengan kembalinya jenis-jenis

ikan di area yang direhabilitasi. Atas kesepakatan anggota kelompok dan

pemanfaat pesisir lain, sepanjang 400 meter area terumbu karang ditetapkan

sebagai daerah bebas tangkap (no-take zone).

Kelompok nelayan Soansari bersama LSM pendamping menerapkan

praktek perikanan yang ramah lingkungan sejak tahun 2001. Program ini

mengganti pola tangkap, alat tangkap, dan merubah pola pikir nelayan ikan hias.

Selain itu untuk mewujudkan pola perdagangan yang ramah lingkungan pada

tahun 2003 Kelompok nelayan bersama para LSM pendamping mendirikan PT.

Bahtera Nusantara LEStari. Perusahaan ini merupakan hasil inisiasi beberapa

LSM dan kelompok nelayan dengan visi untuk meningkatkan perekonomian

Page 10: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten … fileDesa Les secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Tejakula yang memiliki luas 97,68 km2 dan terletak di sisi timur

44

nelayan. Adapun beberapa pihak yang turut bergabung membangun perusahaan

ini antara lain: Telapak, Yayasan Bahtera Nusantara, dan Kelompok Nelayan Ikan

Hias Soansari sendiri. Perusahaan ini merupakan perusahaan eksportir ikan hias

ramah lingkungan dan bersertifikasi PRL (pada tahun 2006 nelayan penangkap

ikan hias telah disertifikasi oleh MAC).

Dalam perjalanannya perusahaan ini mengalami kendala pada pendanaan

sehingga kolaps pada tahun 2008. Perjalanan lima tahun perusahaan ini, roda

perekonomian perusahaan ini lambat berputar karena keterbatasan dana yang ada.

Kemampuan perusahaan mempersiapkan ikan berkualitas terbaik seperti yang

diminta oleh pihak importir juga berkurang. Biaya operasioanal yang tinggi tidak

didukung oleh permodalan yang baik.

4.4 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah penduduk Desa Les yang bermata

pencaharian sebagai nelayan ikan hias. Rata-rata umur responden dalam penelitian

Pelindung/PenasehatKepala Desa Les

Nengah AlusKelian Adat

Jero Ketut Murai

KETUA: Made Merta

HUMASNyoman

Widia

PEMASARANMade Partiana

SEKRETARIS: Nyoman Triada

BENDAHARAGede Gumiarta

ANGGOTA

Gambar 5. Susunan Kepengurusan Kelompok Nelayan Ikan HiasMina Bhakti Soansari

Page 11: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten … fileDesa Les secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Tejakula yang memiliki luas 97,68 km2 dan terletak di sisi timur

45

ini adalah termasuk dalam kategori usia muda dan usia dewasa (antara 18 hingga

49 tahun) menurut Havighurts dan Acherman dalam Sugiah (2006). Berdasarkan

latar belakang pendidikannya mayoritas responden yang merupakan nelayan ikan

hias di Desa Les berpendidikan rendah, yakni tidak pernah sekolah, tidak tamat

SD, atau hanya tamat SD. Sedangkan sisanya responden hanya lulus Sekolah

Menengah Pertama. Tidak ada responden yang berpendidikan di atas Sekolah

Menengah Pertama.

Tabel 9. Persentase Tingkat Pendidikan Responden

No. Tingkat PendidikanJumlah Responden

(Orang) (%)

1. Rendah (tidak sekolah/tidak tamat

SD/hanya tamat SD)10 67

2. Sedang (tamat SMP/sederajat) 5 43

3. Tinggi (tamat SMA/sederajat) 0 0

Total 15 100

Rendahnya tingkat pendidikan nelayan juga mempengaruhi rendahnya

tingkat pendidikan keluarga nelayan. Hal ini karena ketiadaan biaya keluarga

nelayan untuk menyekolahkan anak-anaknya dan motivasi untuk berpendidikan

yang rendah. Salah seorang nelayan ikan hias memaparkan kondisi pendidikan

keluarganya:

“… Saya cuma tamat kelas 3 SD, tidak apa-apa yang pentingsaya sudah bisa membaca dan menulis. Itu yang penting. Anaksaya yang pertama, peremepuan tamat SMA sekarang jadipelayan took di Denpasar. Anak saya yang kedua laki-laki, cumatamat SMP saja. Dia akan menlanjutkan usaha saya mencariikan di laut, jadi tidak perlulah sekolah tinggi-tinggi. Istri sayasaja tidak pernah sekolah.” (NA,47)

Terdapat dua tipe nelayan ikan hias di Desa Les berdasarkan cara

penangkapan ikan hiasnya, yaitu nelayan pinggiran dan nelayan kompresor.

Nelayan pinggiran adalah nelayan ikan hias yang hanya menangkap ikan hias di

wilayah pinggir pantai dengan kedalaman maksimum lima meter. Sedangkan

nelayan kompresor adalah nelayan yang menangkap ikan hias dengan

menggunakan alat bantu pernapasan, kompresor. Biasanya nelayan kompresor

menangkap ikan di kedalaman lebih dari lima meter. nelayan kompresor yang

Page 12: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten … fileDesa Les secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Tejakula yang memiliki luas 97,68 km2 dan terletak di sisi timur

46

membutuhkan perahu untuk menangkap ikan. Nelayan pinggiran hanya dengan

menggunakan alat bantu seperti masker dan fin. Nelayan ikan hias yang menjadi

responden penelitian ini sebanyak 67 persen adalah nelayan pinggiran, sedangkan

33 persen lainnya merupakan nelayan kompresor.

Berdasarkan kepemilikan perahu, dan kondisi tempat tinggal responden

hanya tujuh persen yang memiliki kapal sendiri dan berkondisi tempat tinggal

permanen dan cukup luas. Sementara itu sebagian besar nelayan bertempat tinggal

semi permanen, bahkan 34 persen responden yang bertempat tinggal non-

permanen. Tempat tinggal non-permanen ini biasanya berupa gubug dengan luas

10m2 dengan dinding dan atap dari daun kelapa yang telah dikeringkan kemudian

dianyam. Jumlah pendapatan responden cukup beragam antara Rp. 500.000 per

bulan hinggan Rp. 2.000.000 per bulan. Responden penelitian ini homogen dalam

latar belakang agama, etnik, dan kependudukan. Responden merupakan penduduk

asli desa Les, yang beragama Hindu, dan beretnik Bali. Tidak ada pendatang yang

menjadi nelayan ikan hias di Desa Les, sehingga responden penelitian ini juga

tidak ada yang merupakan warga pendatang.