BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, … · sebanyak delapan buah yang tersebar di lima rukun...
Transcript of BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, … · sebanyak delapan buah yang tersebar di lima rukun...
BAB IVGAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN
CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR
4.1 Gambaran Umum Desa
4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana
Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah
sebesar 178 hektare. Desa Cihideung Ilir termasuk dataran tinggi dan berada pada
ketinggian 250 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 2 - 4 meter
kubik. Secara administratif, Desa Cihideung Ilir terbagi ke dalam dua dusun, lima
rukun warga (RW), dan 24 rukun tetangga (RT). Secara geografis, Desa
Cihideung Ilir berbatasan dengan desa-desa lain di sekitarnya, yaitu terdiri dari:
1. Sebelah Utara : Desa Cibanteng/Jalan Provinsi.
2. Sebelah Timur : Desa Babakan/Kali Cihideung.
3. Sebelah Selatan : Desa Cihideung Udik.
4. Sebelah Barat : Desa Cihideung Udik.
Jika ditinjau dari letak geografisnya, Desa Cihideung Ilir mempunyai letak
yang cukup strategis karena akses Desa Cihideung Ilir yang relatif dekat dengan
Kampus Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu, Desa Cihideung Ilir termasuk
ke dalam “Desa Lingkar Kampus”. Kondisi ini memberikan keuntungan secara
geografis dan memberikan pengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi desa
tersebut, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Prasarana perhubungan yang terdapat di Desa Cihideung Ilir berupa jalan
raya. Jarak dari desa ke pusat kecamatan adalah 4 kilometer, jarak dari desa ke
ibukota kabupaten adalah 25 kilometer, dan jarak dari desa ke ibukota provinsi
adalah 130 kilometer. Prasarana perhubungan yang berupa jalan raya yang baik
memungkinkan tersedianya transportasi yang lancar bagi keberadaan mobil
pribadi dan angkutan umum seperti, ojek dan odong-odong sebagai sarana
transportasi di Desa Cihideung Ilir.
Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Cihideung Ilir terdiri dari
sarana pendidikan, prasarana kesehatan, transportasi dan perhubungan. Sarana
pendidikan yang terdapat di wilayah Desa Cihideung Ilir termasuk cukup lengkap.
Hal ini terlihat dari sudah tersedianya sarana pendidikan berupa sekolah mulai
dari jenjang play group (kelompok bermain) hingga jenjang SMA (Sekolah
Menengah Atas). Data selengkapnya mengenai sarana pendidikan yang terdapat di
Desa Cihideung Ilir dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Sarana Pendidikan, Desa Cihideung Ilir, per Oktober 2009
Sarana Pendidikan Jumlah (Unit)Play Group (kelompok bermain) 3Taman Kanak-kanak 3Sekolah Dasar/sederajat 5Sekolah Menengah Pertama/sederajat 2Sekolah Menengah Atas/sederajat 1
Sumber: Profil Desa Cihideung Ilir, 2009
Prasarana kesehatan yang terdapat di wilayah Desa Cihideung sudah
termasuk cukup lengkap. Hal tersebut terlihat dari tersedianya prasarana
kesehatan berupa poliklinik/balai pengobatan, posyandu, dokter praktek, dan
rumah bersalin. Desa Cihideung Ilir memiliki pos pelayan terpadu (Posyandu)
sebanyak delapan buah yang tersebar di lima rukun warga. Kegiatan yang
dilakukan oleh posyandu dapat meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga
karena ada pemberian Makanan Pendamping-Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk balita
dan makanan tambahan untuk Lansia. Selain itu, melalui posyandu juga bisa
dilakukan sosialisasi mengenai diversifikasi pangan sehingga tidak bergantung
pada makanan pokok beras. Data selengkapnya mengenai prasarana kesehatan
yang terdapat di Desa Cihideung Ilir dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Prasarana Kesehatan, Desa Cihideung Ilir, per Oktober 2009
Prasarana Kesehatan Jumlah (Unit)Poliklinik/Balai Pengobatan 2Posyandu 8Dokter Praktek 1Rumah Bersalin 2
Sumber: Profil Desa Cihideung Ilir, 2009
Jumlah tenaga medis yang terdapat di Desa Cihideung Ilir sudah termasuk
cukup. Hal tersebut terlihat dari tersedianya beragam tenaga medis, antara lain
dokter swasta, bidan desa, bidan praktek swasta, dukun beranak terlatih, dan kader
39
posyandu. Dokter praktek swasta hanya berjumlah satu orang dan kader posyandu
yang ada di Desa Cihideung Ilir sebanyak 45 orang. Data selengkapnya mengenai
jumlah tenaga medis di Desa Cihideung Ilir dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Tenaga Medis, Desa Cihideung Ilir, 2009
Tenaga Medis Jumlah (Unit)Dokter Praktek Swasta 1Bidan Desa 2Bidan Praktek Swasta 1Dukun Beranak tidak Terlatih 5Kader Posyandu 45
Sumber: Laporan Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Cihideung Ilir, 2009
4.1.2 Kependudukan, Pendidikan dan Mata Pencaharian
Jumlah penduduk Desa Cihideung Ilir per Oktober 2009 adalah 9.393 jiwa
dengan total jumlah kepala keluarga 2.490 KK. Jumlah penduduk angkatan kerja
di Desa Cihideung Ilir terdiri dari penduduk usia yang bekerja dan penduduk usia
kerja yang tidak bekerja. Jumlah penduduk usia dewasa usia kerja 5.263 jiwa atau
56,03 persen dari total jumlah penduduk secara keseluruhan. Jumlah penduduk
usia kerja yang tidak bekerja 1.005 jiwa. Data selengkapnya mengenai jumlah
penduduk berdasarkan usia kerja yang bekerja dan usia kerja yang tidak bekerja
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja yang Bekerja dan Usia Kerja yang Tidak Bekerja, Desa Cihideung Ilir, per Oktober 2009
Penduduk Jumlah (Orang)Jumlah penduduk 9.393Jumlah KK 2.490Jumlah penduduk dewasa usia kerja 5.263Jumlah penduduk dewasa usia bekerja yang bekerja 4.258Jumlah penduduk dewasa usia kerja yang tidak bekerja 1.005
Sumber: Profil Desa Cihideung Ilir, 2009
Jumlah penduduk Desa Cihideung Ilir per Oktober 2009 terdiri dari 4.868
penduduk berjenis kelamin pria dan 4.525 penduduk berjenis kelamin wanita.
Jumlah penduduk Desa Cihideung Ilir berjenis kelamin pria lebih banyak daripada
40
jumlah penduduk berjenis kelamin wanita. Data selengkapnya mengenai jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Desa Cihideung Ilir, per Oktober 2009
Jenis Kelamin Jumlah (Orang)Pria 4.868Wanita 4.525
Sumber: Profil Desa Cihideung Ilir, 2009
Jumlah penduduk Desa Cihideung Ilir per Oktober 2009 yang berusia
antara 61 hingga 70 tahun merupakan usia terbanyak dibandingkan dengan usia
lainnya. Sebaliknya, penduduk yang berusia lebih dari 75 tahun hanya ada sedikit,
yaitu tujuh orang. Data selengkapnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan
tingkat usia dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia, Desa Cihideung Ilir, per Oktober 2009
Tingkat Usia (tahun) Jumlah (orang)0 – 10 1.28311-20 1.51921-30 1.17931-40 1.13041-50 98651-60 1.32861-70 1.63171-75 330> 75 7
Sumber: Profil Desa Cihideung Ilir, 2009
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Cihideung Ilir dapat dikatakan masih
cukup rendah. Hal ini dapat dilihat dari besarnya angka penduduk yang hanya
tamat SD sejumlah 2.780 orang dan yang tamat pasca sarjana hanya berjumlah 40
orang. Data mengenai jumlah penduduk Desa Cihideung Ilir berdasarkan tingkat
pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8.
41
Tabel 8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Desa Cihideung Ilir, per Oktober 2009
Tingkatan Pendidikan Jumlah (orang)Tamat SD/Sederajat 2.780Tamat SMP/Sederajat 375Tamat SMA/Sederajat 1.850Tamat Diploma 640Tamat Sarjana S1 350Tamat Pascasarjana 40
Sumber: Profil Desa Cihideung Ilir, 2009
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 5 terlihat bahwa jumlah
penduduk usia kerja yang bekerja lebih banyak daripada jumlah penduduk usia
kerja yang tidak bekerja. Terdapat 80,90 persen penduduk usia kerja yang bekerja
dan 19,10 persen penduduk usia kerja yang tidak bekerja. Berdasarkan data
tersebut, 80,90 persen penduduk usia kerja yang bekerja tersebar ke dalam
berbagai macam jenis mata pencaharian. Data selengkapnya mengenai sebaran
penduduk usia kerja yang bekerja, berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian, Desa Cihideung Ilir, 2009
Mata pencaharian Jumlah (orang)Petani 548Pedagang 945Pegawai negeri sipil 160TNI/POLRI 20Pensiunan PNS/POLRI/TNI 38Swasta 602Buruh Pabrik 588Pengrajin ind. rumahtangga 21Tukang Bangunan 191Penjahit 58Tukang Las 10Tukang Ojek 60Bengkel 15Sopir Angkutan 255Lain-lain 430
Sumber: Laporan Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Cihideung Ilir, 2009
42
Tabel 9 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Desa Cihideung
Ilir cukup bervariasi. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja di sektor non-
pertanian. Di sektor pertanian, dari keseluruhan penduduk hanya ada 548 orang
yang bekerja sebagai petani. Sisanya bekerja di sektor non-pertanian. Mata
pencaharian di sektor non-pertanian yang paling diminati adalah sebagai pedagang.
Terdapat 945 orang bekerja sebagai pedagang dan pekerjaan-pekerjaan lain di
sektor non-pertanian adalah sebagai pegawai negeri sipil, TNI/POLRI, pensiunan
PNS/POLRI/TNI, swasta, buruh pabrik, pengrajin industri rumahtangga, tukang
bangunan, penjahit, tukang las, tukang ojek, bengkel, sopir angkutan, dan lain-lain.
Berdasarkan hal tersebut penduduk Desa Cihideung Ilir termasuk ke dalam
kategori masyarakat transisi dimana mata pencahariannya sudah berubah dari
sektor pertanian ke sektor non-pertanian.
4.2 Karakteristik Rumahtangga Responden
Karakteristik rumahtangga responden adalah kondisi atau keadaan spesifik
rumahtangga yang berkaitan langsung dengan dirinya. Rumahtangga dalam
penelitian ini terbagi ke dalam dua tipe, yaitu rumahtangga yang dikepalai pria
(RTKP) dan rumahtangga yang dikepalai wanita (RTKW). Karakteristik
rumahtangga dalam penelitian ini baik pada RTKP maupun RTKW dibedakan ke
dalam tujuh kategori, yaitu usia seluruh anggota rumahtangga, jenis kelamin
seluruh anggota rumahtangga, jenis kelamin pengelola pangan rumahtangga,
tingkat pendidikan seluruh anggota rumahtangga, tingkat pendidikan pengelola
pangan rumahtangga, status pekerjaan seluruh anggota rumahtangga, dan jenis
pekerjaan seluruh anggota rumahtangga.
Struktur rumahtangga terbagi ke dalam empat kategori berdasarkan siklus
hidupnya, yaitu rumahtangga lajang, rumahtangga tanpa anak, rumahtangga tahap
ekspansi demografis awal, dan rumahtangga tahap ekspansi demografis lanjut.
RTKP dan RTKW masing-masing memiliki empat struktur rumahtangga.
Berdasarkan hasil penelitian, pada RTKP ditemukan keempat struktur
rumahtangga sedangkan pada RTKW hanya ditemui tiga kategori struktur
rumahtangga. Persentase rumahtangga tahap ekspansi demografis lanjut RTKP
43
dan RTKW lebih banyak dibandingkan dengan struktur rumahtangga lainnya.
Sebaran karakteristik struktur rumahtangga berdasarkan RTKP dan RTKW secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Sebaran Jumlah dan Persentase Rumahtangga Berdasarkan Tipe dan Struktur Rumahtangga, Komunitas Jembatan Serong, 2010
Karakteristik Struktur Rumahtangga
Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP)
n = 69
Rumahtangga yang Dikepalai Wanita (RTKW)
n = 24Jumlah
(rumahtangga)
Persentase (%)
Jumlah (rumahtangga
)Persentase
(%)Lajang 1 1,5 0 0Tanpa Anak 1 1,5 1 4,2Tahap Ekspansi Demografis Awal 15 21,7 1 4,2Tahap Ekspansi Demografis Lanjut 52 75,3 22 91,6Total 69 100 24 100
4.2.1 Rumahtangga Responden yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga Responden yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan UsiaUsia seluruh anggota rumahtangga baik pada RTKP maupun RTKW
dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu: (1) usia tidak produktif, dimana anggota
rumahtangga berusia 0 – 14 tahun dan 65 tahun ke atas, dan (2) usia produktif,
dimana anggota rumahtangga berusia 15 hingga kurang dari 64 tahun. Persentase
usia seluruh anggota rumahtangga RTKP dan RTKW yang termasuk ke dalam
kategori produktif lebih banyak daripada persentase usia seluruh anggota
rumahtangga yang termasuk ke dalam kategori tidak produktif. Namun demikian,
persentase usia seluruh anggota rumahtangga lebih banyak pada RTKW jika
dibandingkan dengan RTKP. Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat 67,9 persen
usia seluruh anggota rumahtangga RTKW termasuk ke dalam kategori produktif
dan 62,6 persen usia seluruh anggota rumahtangga RTKP termasuk ke dalam
kategori produktif. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa beban
tanggungan pada RTKP lebih banyak dibandingkan dengan beban tanggungan
RTKW. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya persentase usia seluruh anggota
rumahtangga RTKP yang termasuk ke dalam kategori tidak produktif
dibandingkan dengan RTKW. Berdasarkan rasio beban tanggungan, pada RTKW
44
setiap 48 orang anggota rumahtangga yang termasuk ke dalam kategori tidak
produktif ditanggung oleh 100 orang anggota rumahtangga yang termasuk ke
dalam kategori produktif. Beban rasio tanggungan pada RTKP, yaitu setiap 60
orang anggota rumahtangga yang termasuk ke dalam kategori tidak produktif
ditanggung oleh 100 orang anggota rumahtangga yang termasuk ke dalam
kategori produktif. Sebaran jumlah dan persentase rumahtangga yang dikepalai
pria (RTKP) dan rumahtangga yang dikepalai wanita (RTKW) berdasarkan usia
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Sebaran Jumlah dan Persentase Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Usia, Komunitas Jembatan Serong, 2010
Karakteristik Rumahtangga
Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP)
n = 69
Rumahtangga yang Dikepalai Wanita
(RTKW)n = 24
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Usia Seluruh Anggota RumahtanggaTidak Produktif 154 37,4 36 32,1Produktif 258 62,6 76 67,9Total 412 100 112 100
4.2.2 Rumahtangga Responden yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga Responden yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin seluruh anggota rumahtangga dan jenis kelamin pengelola
pangan rumahtangga terbagi ke dalam dua kategori, yaitu pria dan wanita.
Persentase jenis kelamin seluruh anggota rumahtangga RTKP dan RTKW
berbeda. Jika dibandingkan antara RTKP dan RTKW maka pada RTKP
persentase jenis kelamin seluruh anggota rumahtangga lebih banyak yang berjenis
kelamin pria sedangkan pada RTKW persentase jenis kelamin seluruh anggota
rumahtangga lebih banyak yang berjenis kelamin wanita. Berdasarkan Tabel 12
terdapat 53,6 persen jenis kelamin seluruh anggota rumahtangga RTKP berjenis
kelamin pria dan 58,9 persen jenis kelamin seluruh anggota rumahtangga RTKW
berjenis kelamin wanita. Persentase jenis kelamin seluruh anggota rumahtangga
RTKP lebih banyak berjenis kelamin pria dan hal ini sesuai dengan data
monografi Desa Cihideung Ilir mengenai jenis kelamin penduduk yang tercantum
45
dalam Profil Desa Cihideung Ilir, 2009, yang menunjukkan bahwa jumlah
penduduk pria di Desa Cihideung Ilir lebih banyak daripada jumlah penduduk
yang berjenis kelamin wanita.
Jika dilihat berdasarkan pengelola pangan rumahtangga maka persentase
pada RTKP dan RTKW lebih banyak yang berjenis kelamin wanita. Tabel 12
menunjukkan bahwa pada RTKP, terdapat 98,6 persen jenis kelamin pengelola
pangan berjenis kelamin wanita dan 100 persen jenis kelamin pengelola pangan
RTKW berjenis kelamin wanita. Terdapat 1,4 persen jenis kelamin pengelola
pangan RTKP yang berjenis kelamin pria. Ia menjadi pengelola pangan di
rumahtangganya karena ia termasuk ke dalam struktur rumahtangga tanpa anak.
Pada RTKP, pengelola pangan lebih banyak yang berjenis kelamin wanita diduga
disebabkan oleh sibuknya pria dalam mencari nafkah sehingga kewenangan untuk
mengelola pangan dilimpahkan ke wanita (pasangannya). Oleh karena itu,
pengelola pangan rumahtangga pada hampir semua tipe rumahtangga berjenis
kelamin wanita. Sebaran jumlah dan persentase rumahtangga yang dikepalai pria
(RTKP) dan rumahtangga yang dikepalai wanita (RTKW) berdasarkan jenis
kelamin secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Sebaran Jumlah dan Persentase Anggota dan Pengelola Pangan Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Jenis Kelamin, Komunitas Jembatan Serong, 2010
Karakteristik Rumahtangga
Rumahtangga yang Dikepalai Pria
(RTKP)n = 69
Rumahtangga yang Dikepalai Wanita
(RTKW)n=24
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Jenis Kelamin Seluruh Anggota RumahtanggaPria 221 53,6 46 41,1Wanita 191 46,4 66 58,9Total 412 100 112 100Jenis Kelamin Pengelola Pangan Rumahtangga Pria 1 1,4 0 0Wanita 68 98,6 24 100Total 69 100 24 100
46
4.2.3 Rumahtangga Responden yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga Responden yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan seluruh anggota rumahtangga dan tingkat pendidikan
pengelola pangan rumahtangga terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) tingkat
pendidikan rendah, dimana jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani oleh
anggota dan pengelola pangan rumahtangga baik lulus maupun tidak lulus hingga
tingkat SD atau sederajat dan termasuk juga yang tidak pernah sekolah dan belum
sekolah, (2) tingkat pendidikan sedang, dimana jenjang pendidikan formal yang
pernah dijalani oleh anggota dan pengelola pangan rumahtangga baik lulus
maupun tidak lulus hingga tingkat SMP atau sederajat, (3) tingkat pendidikan
tinggi, dimana jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani oleh anggota dan
pengelola pangan rumahtangga baik lulus maupun tidak lulus hingga tingkat SMA
atau sederajat dan lebih dari SMA (Diploma dan Sarjana).
Persentase tingkat pendidikan seluruh anggota rumahtangga baik RTKP
maupun RTKW lebih banyak yang termasuk ke dalam kategori rendah. Namun
demikian, tingkat pendidikan seluruh anggota rumahtangga yang termasuk ke
dalam kategori rendah lebih banyak pada RTKW dibandingkan dengan RTKP.
Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa pada RTKP, terdapat 74,8 persen
tingkat pendidikan seluruh anggota rumahtangga termasuk ke dalam kategori
rendah dan 79,5 persen tingkat pendidikan seluruh anggota rumahtangga RTKW
termasuk ke dalam kategori rendah. Tingginya angka tingkat pendidikan seluruh
anggota rumahtangga RTKW yang termasuk ke dalam kategori rendah diduga
diakibatkan oleh terbatasnya pendapatan yang diperoleh rumahtangga tersebut.
Oleh karena itu, diduga RTKW lebih cenderung mengutamakan kebutuhan
pangan dibandingkan akan kebutuhan pendidikan karena sebagian besar
pendapatan RTKW termasuk ke dalam kategori tingkat pendapatan rendah yang
pendapatan per bulannya berkisar antara Rp. 210.000 hingga Rp. 940.700.
Persentase tingkat pendidikan pengelola pangan rumahtangga baik pada
RTKP maupun RTKW lebih banyak yang termasuk ke dalam kategori tingkat
pendidikan rendah bahkan pada RTKW tidak ada pengelola pangan yang tingkat
pendidikannya termasuk ke dalam kategori tinggi. Berdasarkan Tabel 13 diketahui
bahwa terdapat 95,8 tingkat pendidikan pengelola pangan RTKW termasuk ke
47
dalam kategori rendah dan 75,4 tingkat pendidikan pengelola pangan RTKP
termasuk ke dalam kategori rendah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan hasil penelitian tingkat pendidikan pengelola pangan baik pada
RTKP maupun RTKW termasuk ke dalam kategori rendah. Tingginya tingkat
pendidikan pengelola pangan RTKW yang termasuk ke dalam kategori rendah
diduga berhubungan dengan tingkat ketahanan pangan. Hal tersebut disebabkan
oleh adanya dugaan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan pengelola pangan
maka akan semakin tinggi pula pengetahuan pangan dan gizinya sehingga akan
berdampak pada semakin tahan ketahanan pangannya. Sebaliknya jika tingkat
pendidikan pengelola pangan rendah maka diduga semakin rentan ketahanan
pangannya karena diduga tingkat pendidikan pengelola pangan yang rendah
berdampak pada kurangnya pengetahuan pangan dan gizi sehingga hal tersebut
berpengaruh ketika memilih dan membeli jenis bahan pangan.
Menurut data monografi Desa Cihideung Ilir, secara keseluruhan tingkat
pendidikan penduduk Desa Cihideung Ilir sudah cukup baik, dan itu terbukti
dalam penelitian ini dimana sebagian besar seluruh anggota rumahtangga baik
pada RTKP dan RTKW termasuk ke dalam kategori tingkat pendidikan rendah.
Hal ini diduga disebabkan karena belum tingginya kesadaran akan pentingnya
pendidikan dan penduduk yang mampu sekolah hingga tingkat SD berasal dari
strata ekonomi lemah, sehingga mereka tidak memiliki cukup biaya untuk
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Sebaran jumlah dan
persentase rumahtangga yang dikepalai pria (RTKP) dan rumahtangga yang
dikepalai wanita (RTKW) berdasarkan tingkat pendidikan secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel 13.
48
Tabel 13. Sebaran Jumlah dan Persentase Anggota dan Pengelola Pangan Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Komunitas Jembatan Serong, 2010
Karakteristik Rumahtangga
Rumahtangga yang Dikepalai Pria
(RTKP)n = 69
Rumahtangga yang Dikepalai Wanita
(RTKW)n=24
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Tingkat Pendidikan Seluruh Anggota RumahtanggaRendah 308 74,8 89 79,5Sedang 65 15,8 15 13,4Tinggi 39 9,5 8 7,1Total 412 100 112 100Tingkat Pendidikan Pengelola Pangan RumahtanggaRendah 52 75,4 23 95,8Sedang 10 14,5 1 4,2Tinggi 7 10,1 0 0Total 69 100 24 100
4.2.4 Rumahtangga Responden yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga Responden yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Status Pekerjaan Status pekerjaan seluruh anggota rumahtangga terbagi ke dalam dua
kategori, yaitu tidak bekerja dan bekerja. Persentase status pekerjaan seluruh
anggota rumahtangga yang termasuk ke dalam kategori tidak bekerja pada RTKP
dan RTKW lebih banyak dibandingkan dengan persentase status pekerjaan
seluruh anggota rumahtangga yang termasuk ke dalam kategori bekerja. Jika
dibandingkan antar tipe rumahtangga, persentase status pekerjaan seluruh anggota
rumahtangga yang termasuk ke dalam kategori tidak bekerja pada RTKP lebih
banyak dibandingkan dengan persentase status pekerjaan seluruh anggota
rumahtangga RTKW yang termasuk ke dalam kategori tidak bekerja. Berdasarkan
Tabel 14 menunjukkan bahwa pada RTKP terdapat 65 persen status pekerjaan
seluruh anggota rumahtangga yang termasuk ke dalam kategori tidak bekerja dan
pada RTKW terdapat 61,6 persen status pekerjaan seluruh anggota rumahtangga
yang termasuk ke dalam kategori tidak bekerja. Pada RTKP, umumnya anggota
rumahtangga yang tidak bekerja, yaitu wanita (ibu) dan anak-anak yang sudah
termasuk kategori usia produktif namun tidak bekerja. Jumlah anggota
rumahtangga yang bekerja melalui pendapatan yang diperolehnya digunakan
49
untuk menanggung beban hidup anggota rumahtangga lainnya yang belum
bekerja. Sebaran jumlah dan persentase rumahtangga yang dikepalai pria (RTKP)
dan rumahtangga yang dikepalai wanita (RTKW) berdasarkan status pekerjaan
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Sebaran Jumlah dan Persentase Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Status Pekerjaan, Komunitas Jembatan Serong, 2010
Karakteristik Rumahtangga
Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP)
n = 69
Rumahtangga yang Dikepalai Wanita
(RTKW)n=24
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Status PekerjaanTidak Bekerja 268 65 69 61,6Bekerja 144 35 43 38,4Total 412 100 112 100
4.2.5 Rumahtangga Responden yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga Responden yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Mata Pencaharian Jenis pekerjaan anggota rumahtangga yang bekerja terbagi ke dalam
delapan kategori, yaitu: (1) PNS, (2) Karyawan Swasta, (3) Buruh Pabrik, (4)
Petani, (5) Buruh Tani, (6) Sopir/Tukang Ojek, (7) Berdagang, (8) Lain-lain
(pembantu rumahtangga, guru, tukang urut, montir/teknisi, kenek/tukang parkir).
Persentase mata pencaharian anggota rumahtangga yang bekerja pada RTKP dan
RTKW lebih banyak bekerja di sektor pertanian dibandingkan di sektor non-
pertanian. Pada RTKP mata pencaharian di sektor pertanian, hanya terdapat 13,9
persen yang bekerja baik sebagai petani maupun buruh tani dan di RTKW
terdapat 4,8 persen yang bekerja sebagai buruh tani. Mata pencaharian di sektor
non-pertanian, baik pada RTKP maupun RTKW yang paling diminati adalah
sebagai buruh pabrik. Di sektor non-pertanian, terdapat 25,7 persen RTKP bekerja
sebagai buruh pabrik dan 33,3 persen RTKW bekerja sebagai buruh pabrik.
Persentase mata pencaharian sebagai buruh pabrik lebih banyak dibandingkan
dengan mata pencaharian lainnya, seperti PNS, karyawan swasta, petani, buruh
tani, sopir/tukang ojek, berdagang, dan lain-lain (pembantu rumahtangga, guru,
tukang urut, montir/teknisi, kenek/tukang parkir). Oleh karena itu, dapat
50
disimpulkan bahwa baik pada RTKP maupun RTKW, persentase mata
pencaharian di sektor pertanian lebih sedikit dibandingkan dengan persentase
jenis pekerjaan di sektor non pertanian. Hal tersebut juga sesuai dengan data
monografi Desa Cihideung Ilir, dimana penduduk yang bekerja di sektor pertanian
lebih sedikit daripada penduduk yang bekerja di sektor non pertanian. Hal tersebut
diduga bisa disebabkan oleh semakin sempitnya lahan pertanian yang ada dan
semakin bertambahnya pabrik yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggal
sehingga mereka lebih memilih bekerja di sektor non pertanian. Sebaran jumlah
dan persentase rumahtangga yang dikepalai pria (RTKP) dan rumahtangga yang
dikepalai wanita (RTKW) berdasarkan mata pencaharian secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Sebaran Jumlah dan Persentase Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Mata Pencaharian, Komunitas Jembatan Serong, 2010
Karakteristik Rumahtangga
Rumahtangga yang Dikepalai Pria
(RTKP)n = 69
Rumahtangga yang Dikepalai Wanita
(RTKW)n=24
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
PNS 5 3,5 0 0Karyawan Swasta 12 8,3 5 11,9Buruh Pabrik 37 25,7 14 33,3Petani 2 1,4 0 0Buruh Tani 18 12,5 2 4,8Sopir/Tukang Ojek 21 14,6 3 7,1Berdagang 21 14,6 12 28,6Lain-lain (pembantu rumahtangga, guru, tukang urut, montir/teknisi, kenek/tukang parkir)
28 19,4 6 14,3
Total 144 100 42 100
4.2.6 Rumahtangga Responden yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga Responden yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan rumahtangga terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu: (1)
tingkat pendapatan rumahtangga rendah, dimana pendapatan yang diperoleh oleh
rumahtangga lebih besar dari Rp. 210.000 hingga Rp. 940.700 dalam satu bulan,
(2) tingkat pendapatan rumahtangga sedang, dimana pendapatan yang diperoleh
51
oleh rumahtangga lebih besar dari Rp. 940.700 hingga Rp. 1.800.000 dalam satu
bulan, (3) tingkat pendapatan rumahtangga tinggi, dimana pendapatan yang
diperoleh oleh rumahtangga lebih besar dari Rp. 1.800.000 hingga Rp. 8.925.000
dalam satu bulan. Tingkat pendapatan rumahtangga RTKP berbeda jika
dibandingkan dengan RTKW. Pada RTKP, tingkat pendapatan rumahtangga lebih
banyak yang termasuk ke dalam kategori tinggi sedangkan pada RTKW, tingkat
pendapatan rumahtangga lebih banyak yang termasuk ke dalam kategori rendah.
Tabel 16 menunjukkan bahwa sebesar 36 persen RTKP tingkat
pendapatannya termasuk ke dalam kategori sedang dan tinggi sedangkan pada
RTKW hanya 25 persen rumahtangga tingkat pendapatannya termasuk ke dalam
kategori sedang dan tinggi. Perbedaan tingkat pendapatan dikedua rumahtangga
tersebut dikarenakan wanita yang bekerja hanya mampu mengakses pekerjaan-
pekerjaan yang berupah rendah sedangkan pria yang bekerja mampu mengakses
pekerjaan yang berupah tinggi sehingga pendapatan yang diperolehnya pun lebih
tinggi daripada pendapatan yang diterima oleh wanita. Wanita yang bekerja
umumnya bekerja di pabrik sebagai buruh pabrik. Upah yang diterima wanita
yang bekerja di pabrik lebih sedikit daripada upah yang diterima oleh pria karena
wanita yang bekerja di pabrik umumnya hanya paruh waktu. Sebaran jumlah dan
persentase rumahtangga yang dikepalai pria (RTKP) dan rumahtangga yang
dikepalai wanita (RTKW) berdasarkan tingkat pendapatan rumahtangga secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Sebaran Jumlah dan Persentase Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Tingkat Pendapatan Rumahtangga, Komunitas Jembatan Serong, 2010
Karakteristik Rumahtangga
Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP)
n = 69
Rumahtangga yang Dikepalai Wanita (RTKW)
n=24Jumlah
(rumahtangga)
Persentase (%)
Jumlah (rumahtangga
) Persentase
(%)Tingkat Pendapatan RumahtanggaRendah 19 28 12 50Sedang 25 36 6 25Tinggi 25 36 6 25Total 69 100 24 100
52