BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab...

27
64 BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh BADAN PT PATRA JASA Dari data yang telah diperoleh, penulis menilai bahwa PT Patra Jasa dapat dikatakan telah melakukan suatu bentuk perencanaan atas laporan keuangannya, hal ini terlihat dari laporan laba ruginya yang dijabarkan secara lebih terperinci dalam profit and loss comparative report dimana banyak dilakukan koreksi-koreksi positif dan negatif yang keduanya berpengaruh terhadap perolehan Penghasilan Kena Pajaknya. Namun perencanaan pajak yang dilakukan masih ada yang belum sesuai dengan peraturan perpajakan untuk pajak penghasilan, oleh karena itu penulis akan mencoba melakukan evaluasi atas pelaksanaan dan perencanaan terhadap kewajiban pajaknya yaitu PPh pasal 23 dan PPh Badan. IV.1 Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak Penghasilan pasal 23 (PPh pasal 23) Pajak Penghasilan pasal 23 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri (orang pribadi maupun badan) dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong PPh pasal 21.

Transcript of BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab...

Page 1: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

64

BAB IV

EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh BADAN

PT PATRA JASA

Dari data yang telah diperoleh, penulis menilai bahwa PT Patra Jasa dapat

dikatakan telah melakukan suatu bentuk perencanaan atas laporan keuangannya, hal ini

terlihat dari laporan laba ruginya yang dijabarkan secara lebih terperinci dalam profit

and loss comparative report dimana banyak dilakukan koreksi-koreksi positif dan

negatif yang keduanya berpengaruh terhadap perolehan Penghasilan Kena Pajaknya.

Namun perencanaan pajak yang dilakukan masih ada yang belum sesuai dengan

peraturan perpajakan untuk pajak penghasilan, oleh karena itu penulis akan mencoba

melakukan evaluasi atas pelaksanaan dan perencanaan terhadap kewajiban pajaknya

yaitu PPh pasal 23 dan PPh Badan.

IV.1 Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak Penghasilan pasal 23 (PPh

pasal 23)

Pajak Penghasilan pasal 23 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang

diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri (orang pribadi maupun badan) dan

bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan

kegiatan selain yang telah dipotong PPh pasal 21.

Page 2: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

65

Sepanjang tahun 2005 PT Patra Jasa melakukan transaksi-transaksi yang

berhubungan dengan PPh pasal 23, transaksi tersebut adalah transaksi yang dilakukan

dimana PT Patra Jasa bertindak sebagai pemotong atas transaksi jasa yang diberikan dari

pihak penjual.

Transaksi jasa yang dilakukan PT Patra Jasa sepanjang tahun 2005 antara lain

penggunaan jasa akuntan publik Drs. Santoso Harsokusumo, Irwan dan rekan,

pemakaian jasa pemeliharaan/perawatan/perbaikan atas aktiva yang dimiliki, pemakaian

jasa konstruksi, jasa instalasi, katering, termit, cleaning service, sewa, penyediaan

tenaga kerja, dan jasa pengacara.

Dari analisa yang dilakukan penulis terhadap data PPh pasal 23-nya, penulis

berpendapat bahwa PT Patra Jasa belum melakukan perencanaan yang lebih maksimal

atas pajak ini.

Selama ini PT Patra Jasa telah berusaha untuk sedapat mungkin mematuhi seluruh

kewajibannya sebagai wajib pajak dan pemotong dengan cara membayarkannya ke KPP

dimana PT Patra Jasa terdaftar dengan tepat waktu yaitu pada tanggal 10 setiap

bulannya, dengan melakukan pembayaran yang tepat waktu maka likuiditas perusahaan

tidak terganggu.

Lain halnya jika PT Patra Jasa tidak melakukan pemotongan dan pembayaran atas

transaksi jasa yang telah diterima secara taat, perusahaan akan berisiko untuk terkena

sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan maksimal selama 24 bulan. Hal

seperti ini akan mengganggu likuiditas perusahaan karena non deductible expense

perusahaan bertambah.

Page 3: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

66

Dari hasil evaluasi yang dilakukan penulis mendapatkan bahwa di dalam laporan

keuangan laba-rugi perusahaan terdapat pengeluaran biaya atas transaksi jasa yang

dibebankan sebagai biaya dalam pelaporan Laba/Rugi dalam beban operasi hotel/motel

1. Jasa Profesional

Hotel/Motel menggunakan jasa profesional untuk pelaksanaan kegiatan audit

dari akuntan publik Drs. Santoso Harsokusumo, Irwan dan rekan. Selain itu

dikeluarkan sejumlah dana untuk Biaya Legal (Legal Fee) untuk masalah

perijinan, dan outsourcing fee yang bertujuan untuk melaksanakan tugas-tugas

tertentu yang bertujuan untuk perluasan bisnis perusahaan. Biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembayaran jasa-jasa profesional ini adalah

sebesar Rp 370.617.458

Peraturan telah menetapkan bahwa jasa profesional dikenakan tarif sebesar

50% dari jumlah obyek pajaknya, PPh pasal 23 untuk jasa ini dibayarkan tepat

waktu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Secara terperinci biaya untuk jasa

profesional dapat diuraikan sebagai berikut :

Audit Fee Rp 8.667.458,00

Legal Fee Rp 1.950.000,00

Outsourcing Fee Rp 360.000.000,00

total Rp 370.617.458,00

2. Aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat terus digunakan jika

dilakukan perawatan/pemeliharaan sehingga aktiva tersebut tetap dapat

digunakan untuk mendukung operasi perusahaan yang dapat meningkatkan

kinerja perusahaan ke arah yang lebih baik lagi.

Page 4: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

67

Begitupun dengan PT Patra Jasa, aktiva yang dimiliki perusahaan yang

sebagian besar berupa bangunan mengingat bidang usahanya yang bergerak di

bidang hospitality juga membutuhkan perawatan yang baik yang berpotensi

besar untuk menarik minat para tamu untuk menginap dengan tingkat

kenyamanan yang tinggi.

Untuk mencapai tujuan itu PT Patra Jasa melakukan perbaikan dan perawatan

(repair and maintenance) atas aktivanya, tidak hanya pada bangunan yang

dimiliki namun pada semua aktiva termasuk didalamnya kendaraan perusahaan

dan sistem dan unsur-unsur penunjang gedung. Total pengeluaran PT Patra

Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

atas jasa ini PT Patra Jasa melakukan pemotongan untuk PPh pasal 23 dengan

dasar tarifnya sebesar 40%, selain melakukan pemotongan PT Patra Jasa juga

menyetorkannya ke KPP tepat waktu.

3. Hotel/Motel Patra Jasa juga melakukan kegiatan sewa yang bertujuan untuk

meningkatkan kinerja para karyawan dan keperluan usaha. Biaya atas kegiatan

sewa terdiri dari penyewaan tempat, sewa mesin fotocopy, dan sewa fasilitas

sistem teknologi informasi. Biaya dari item sewa adalah sebesar Rp

541.598.556

Kantor pusat juga mengeluarkan biaya atas transaksi jasa. Jenis biaya yang dikeluakan

juga hampir sama dengan yang dikeluarkan oleh Hotel/Motel, yaitu :

1. Kantor pusat menggunakan jasa profesonal untuk penyediaan laporan

keuangan, jasa konsultasi hukum/pengacara dan legal untuk masalah perijinan,

jasa aktuaria untuk penghitungan dana pensiun.

Page 5: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

68

Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembayaran jasa-jasa

profesioanal ini adalah sebesar Rp 456.846.793,89

Atas jasa profesional ini PT Patra Jasa melakukan pemotongan atas jasa

profesional sebesar 50% dari jumlah obyek pajaknya, PPh pasal 23 untuk jasa

ini dibayarkan pada bulan diterimanya transaksi itu. Secara terperinci biaya

untuk jasa ini dapat diuraikan sebagai berikut :

Legal Fee Rp 9.362.100,00

Consultant Fee Rp 343.905.208,26

Audit Fee Rp 103.579.485,63

total Rp 456.846.793,89

2. Untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan perusahaan yang berpusat

di Jakarta dan unit-unit usaha yang berada di daerah diperlukan sistem on-line

yang memadai dan program komputer yang mendukung kerja para staf .

Oleh karena itu PT Patra Jasa melakukan instalasi program software tertentu

pada komputer setiap karyawannya, PT Patra Jasa mendapatkan jasa ini dari

PT IBM Indonesia dan untuk penggunaan software tersebut PT Patra Jasa

membayar sewa sebesar Rp 739.714.686,47

Sebagai pihak yang berwenang untuk melakukan pemotongan PPh pasal 23 PT

Patra Jasa melakukan pemotongan atas jasa yang diterimanya ini dengan tarif

sebesar 40%

3. Aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat terus digunakan jika

dilakukan perawatan/pemeliharaan sehingga aktiva tersebut tetap dapat

Page 6: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

69

digunakan untuk mendukung operasi perusahaan yang dapat meningkatkan

kinerja perusahaan ke arah yang lebih baik lagi.

Begitupun dengan PT Patra Jasa, aktiva yang dimiliki perusahaan yang sebagian

besar berupa bangunan mengingat bidang usahanya yang bergerak di bidang

hospitality juga membutuhkan perawatan yang baik yang berpotensi besar

untuk menarik minat para tamu untuk menginap dengan tingkat kenyamanan

yang tinggi.

Untuk mencapai tujuan itu PT Patra Jasa melakukan perbaikan dan perawatan

(repair and maintenance) atas aktivanya, tidak hanya pada bangunan yang

dimiliki namun pada semua aktiva termasuk didalamnya kendaraan perusahaan,

komputer dan mesin-mesin penunjang kerja.

Total pengeluaran PT Patra Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah

sebesar Rp 83.074.399,73 atas jasa ini PT Patra Jasa melakukan pemotongan

untuk PPh pasal 23 dengan dasar tarifnya sebesar 40%, selain melakukan

pemotongan PT Patra Jasa juga melaporkannya ke KPP tepat waktu.

Dari hal-hal tersebut telah terlihat bahwa PT Patra Jasa belum melakukan

perencanaan yang lebih maksimal terhadap pemenuhan kewajiban PPh pasal 23-nya,

karena selama ini PT Patra Jasa hanya memenuhi kewajibannya sebagai pemotong yang

menyetorkan pajaknya tepat waktu. Perencanaan atas PPh pasal 23 PT Patra Jasa dapat

dilakukan dengan cara memaksimalkan beban-beban tersebut dengan metode gross up.

Berikut ini adalah perhitungan gross up untuk perencanaan PPh pasal 23 (dari

Hotel/Motel dan kantor pusat) yang dibebankan dalam PPh Badan

Page 7: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

70

Perencanaan Sebelum Sesudah 1 Jasa profesional Audit Fee Rp 8,667,458.00 Legal Fee Rp 1,950,000.00 2 Outsourcing Fee Rp 360,000,000.00 2 Repair & Maintenance Furniture Rp 69,083,006.00 Curtain Rp 11,589,250.00

Elevator/escavator Rp 24,695,000.00 Building Rp 394,491,433.00 Plumbing Rp 146,668,320.00 Carpentry Rp 46,34,200.00 Pest cont Rp 75,650,977.00 Water treatment Rp 146,199,606.00 Wall paper Rp 105,000.00 Vehicle Rp 48,499,840.00 3 Sewa Space rental Rp 75,923,042.00 Photocopy machine Rp 3,186,010.00 System facility/IT Rp 462,489,504.00 gross up 1 Jasa Profesional Audit fee = 7.5% x Rp 8,667,458.00/0.925 Rp 9,370,225.00 Legal fee = 7.5% x Rp 1,950,000.00/0.925 Rp 2,108,108.00 2 Outsourcingt fee = 6% x Rp 360,000,000.00/0.94 Rp 382,978,723.00 3 Repair & maintenance Furniture = 6% x Rp 69,083,006.00/0,94 Rp 73,492,560.00 Curtain = 1.5% x Rp 11,589,250.00/0.985 Rp 11,765,736.00 Elevator/escavator = 6% x Rp 24,695,000.00/0.94 Rp 26,271,277.00 Building = 6% x Rp 394,491,433.00/0.94 Rp 419,671,737.00 Plumbing = 6% x Rp 146,668,320.00/0.94 Rp 156,030,128.00 Carpentry = 6% x Rp 46,314,200/0.94 Rp 49,270,426.00 Pest cont = 1.5% x Rp 75,650,977.00/0.985 Rp 76,803,022.00 Water treatment = 6% x Rp 146,199,606.00/0.94 Rp 155,531,496.00 Wall paper = 6% x Rp 105,000.00/0.94 Rp 111,702.00 Vehicle = 6% x Rp 48,499,840.00/0.94 Rp 51,595,574.00

Page 8: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

71

3 Sewa Space Rental = 6% x Rp 75,923,042.00/0.94 Rp 80,769,194.00 Photocopy machine = 6% x Rp 3,186,010.00/0.94 Rp 3,389,372.00 System facility/IT = 6% x Rp 462,489,504.00/0.94 Rp 492,010,111.00 TOTAL Rp 1,875,512,646.00 Rp 1,991,169,391.00 PPh pasal 23 yang harus dibayar 1 Jasa profesional Audit fee = 7.5% Rp 650,059.00 Rp 702,767.00 Legal fee = 7.5% Rp 146,250.00 Rp 158,108.00 2 Outsourcing fee = 6% Rp 21,600,000.00 Rp 22,978,723.00 3 Repair & maintenance Furniture = 6% Rp 4,144,980.00 Rp 4,409,554.00 Curtain = 10% Rp 173,839.00 Rp 176,486.00 Elevator/escavator = 6% Rp 1,481,700.00 Rp 1,576,277.00 Building = 6% Rp 23,669,486.00 Rp 25,180,304.00 Plumbing = 6% Rp 8,800,099.00 Rp 9,361,808.00 Carpentry = 6% Rp 2,778,852.00 Rp 2,956,226.00 Pest cont = 1.5% Rp 1,134,765.00 Rp 1,152,045.00 Water treatment = 6% Rp 8,771,976.00 Rp 9,331,890.00 Wall paper = 6% Rp 6,300.00 Rp 6,702.00 Vehicle = 6% Rp 2,909,990.00 Rp 3,095,734.00 4 Sewa Space Rental = 6% Rp 4,555,383.00 Rp 4,846,152.00 Photocopy machine = 6% Rp 191,161.00 Rp 203,362.00 System facility/IT = 6% Rp 27,749,370.00 Rp 29,520,607.00 PPh pasal 23 yang disetor Rp 108,764,210.00 115,656,745.00 Pengurangan PPh badan akibat biaya Rp 1,875,512,646.00 1,991,169,391.00 Selisih kurang PPh Badan (Rp 1,991,169,391 - Rp 1,875,512,646) x 30% Rp 34,697,024.00 Selisih lebih pembayaran PPh 23 Rp (6,892,535.00) Penghematan beban pajak Rp 27,804,489.00

Tabel 4.1

Page 9: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

72

Penulis juga melakukan penghitungan atas kegiatan jasa kantor pusat yang

dibebankan perusahaan dalam Laporan Laba/Rugi

Perencanaan

Sebelum Sesudah

1 Jasa profesional

Legal fee Rp 9,362,100.00

Consultant Fee Rp 349,905,208.26

Audit Fee Rp 103,579,485.63

2 Sewa (sotware programme) Rp 739,714,686.47

3 Perbaikan dan perawatan Rp 83,074,399.73

gross up

1 Jasa Profesional

Legal fee = 7.5% x Rp 9,362,100.00/0.925 Rp 10,121,189.00

Consultant fee = 7.5% x Rp 349,905,208.26/0.925 Rp 378,275,901.00

Audit fee = 7.5% x Rp 103,579,485.63/0.925 Rp 111,977,822.00

2 Sewa (software programme)

6% x Rp 739,714,686.47/0.94 Rp 786,930,517.00

3 Perbaikan dan perawatan

6% x Rp 83,074,399.73/0.94 Rp 88,377,021.00

TOTAL Rp 1,285,635,880.09 Rp 1,375,682,450.00

PPh pasal 23 yang harus dibayar

1 Jasa profesional

Legal fee = 7.5% Rp 702,158 Rp 759,089

Consultant fee = 7.5% Rp 26,242,891 Rp 28,370,693

Audit fee = 7.5% Rp 7,768,461 Rp 8,398,337

2 Sewa (software programme) = 6% Rp 44,382,881 Rp 47,215,831

3 Perbaikan dan perawatan = 6% Rp 4,984,464 Rp 5,302,621

PPh pasal 23 yang disetor Rp 84,080,855 Rp 90,046,571

Pengurangan PPh badan akibat biaya Rp 1,285,635,880.09 Rp 1,375,682,450

Selisih kurang PPh Badan

(Rp 1,375,682,450 - Rp 1,285,635,880.09) x 30% Rp 27,013,971

Page 10: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

73

Selisih lebih pembayaran PPh 23 Rp (5,965,716)

Penghematan beban pajak Rp 21,048,255

Tabel 4.2

Dari perhitungan yang dilakukan dengan penggunaan metode gross up telah

terlihat perbedaan terhadap PPh pasal 23-nya, selain itu terlihat adanya penghematan

atas beban pajak terhadap PPh badan sebesar Rp 27.804.489

Selain itu penulis juga melakukan pemeriksaan ulang atas daftar bukti pemotongan PPh

pasal 23 dengan mengambil sample salah satu bukti pada bulan Mei 2005. Dalam hal ini

penulis menguji ketepatan penetapan dasar tarif dan jumlah yang disetorkan atas

terjadinya transaksi menurut Keputusan Dirjen Pajak no. Kep-305/PJ/2001 tanggal 18

april 2001 yang berlaku mulai tanggal 1 Mei 2001, transaksi-transaksi tersebut adalah :

a) Jasa di bidang profesional hukum Patra Jasa menggunakan Purbadi

Hardjoprajitno, SH sebagai pengacara. Biaya atas jasa ini dilaporkan sebesar

Rp 25.000.000 dengan tarif 15% x 50%

b) Untuk jasa konstruksi pengeluaran dilaporkan sebesar Rp 176.441.183 dengan

tarif 15% x 13.33%

c) Atas aktiva yang dimiliki PT Patra Jasa melakukan pemeliharaan/perawatan

dengan pengeluaran sebesar Rp 67.970.334 dengan tarif 15% x 40%

d) Pengeluaran untuk jasa cleaning service sebesar Rp 100.587.708 dengan tarif

15% x 10%

e) Transaksi atas jasa catering adalah sebesar Rp 536.625.000 dengan tarif 15%

x 10%

Page 11: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

74

f) Biaya penyediaan tenaga kerja dikeluarkan sebesar Rp 482.294 tarif sebesar

15% x 40%

g) Jasa untuk teknologi informasi dikeluarkan sebesar Rp 143.575.000 tarifnya

sebesar 15% x 40%

h) Biaya penyewaan kendaraan dan tanaman adalah Rp 8.486.000 dikenakan

tarif sebesar 15% x 40%

i) Jasa laundry/pencucian dikeluarkan PT Patra Jasa sebesar Rp 9.564.000 yang

dikenakan tarif sebesar 15% x 10%

j) Jasa sipil/rancang bangun dikeluarkan sebesar Rp 44.892.953 dikenakan tarif

sebesar 15% x 13. 33%

Sebelumnya tercantum pada perhitungan bahwa besarnya PPh pasal 23 bulan Mei 2005

yang harus disetorkan PT Patra Jasa adalah sebesar Rp 28.953.678 namun setelah

penulis lakukan pemeriksaan dan penghitungan ulang atas data transaksinya, terdapat

kesalahan jumlah pada besarnya pajak pasal 23 atas beberapa transaksinya, yang

seharusnya sejumlah Rp 29.007.652,22 yaitu :

• CV Cahaya Mandiri, nilai transaksi sebesar Rp 535.120, menurut Keputusan

Dirjen pajak no. Kep-305/PJ/2001 tanggal 18 April 2001 bahwa transaksi atas

jasa konstruksi dikenakan tarif sebesar 15% x 13.33% dari jumlah brutonya. Dari

transaksi ini terdapat selisih sebesar Rp 53.513 dengan uraian sebagai berikut:

Perhitungan menurut perusahaan

( 15% x 13.33% ) x Rp 29.439.000 = Rp 535.120

Perhitungan yang benar

( 15% x 13.33% ) x Rp 29.439.000 = Rp 588.633

Selisih ( kurang bayar ) Rp 53.513

Page 12: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

75

• Transaksi-transaksi lainnya terdapat kesalahan pembulatan, namun tidak terlalu

material

Tidak terdapat kesalahan terhadap ketepatan objek pemotongan, dasar

pengenaan tarif pemotongan serta perhitungan yang dilakukan perusahaan. Berdasarkan

hasil analisa tersebut penulis menyimpulkan bahwa kesalahan yang terjadi bukan

merupakan kesalahan penghitungan namun kesalahan penulisan yang mengakibatkan

kurang bayar secara total sebesar Rp 53.975,22 sehingga jumlah PPh pasal 23 bulan Mei

yang harusnya dibayarkan adalah sebesar Rp 29.007.652,22 Atas kurang bayar ini

perusahaan dapat dikenakan sanksi administrasi yaitu bunga sebesar 2% per bulan

maksimal 24 bulan. Berikut ini adalah uraian atas penghitungan PPh pasal 23 menurut

perusahaan yang didalamnya terkandung kesalahan dan penghitungan yang telah

dilakukan pembetulan.

Page 13: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

76

Transaksi Jasa sepanjang bulan Mei 2005

JENIS-JENIS JASA

Nilai Transaksi

1 Profesional Hukum Rp 25,000,000.00

2 Konstruksi Rp 176,441,183.00

3 Pemeliharaan/perawatan Rp 67,970,354.00

4 Cleaning Service Rp 100,587,708.00

5 Catering Rp 536,625,000.00

6 Penyedia Tenaker Rp 482,294.00

7 Teknologi Informasi Rp 143,575,000.00

8 Sewa kendaraan Rp 7,550,000.00

9 Laundry Rp 9,564,000.00

10 Sipil/rancang bangun Rp 44,892,953.00

11 Sewa tanaman Rp 936,000.00

TOTAL Rp 1,113,624,492.00

PPh pasal 23 yg harus disetor

perhitungan menurut persh. perhitungan yang benar

1 Profesional Hukum 7.5% Rp 1,875,000.00 Rp 1,875,000.00

2 Konstruksi 2% Rp 3,474,857.00 Rp 3,528,823.66

3 Pemeliharaan/perawatan 6% Rp 4,078,220.00 Rp 4,078,221.24

4 Cleaning Service 1.5% Rp 1,508,810.00 Rp 1,508,815.62

5 Catering 1.5% Rp 8,049,375.00 Rp 8,049,375.00

6 Penyedia Tenaker 6% Rp 28,936.00 Rp 28,937.64

7 Teknologi Informasi 6% Rp 8,614,500.00 Rp 8,614,500.00

8 Sewa kendaraan 3% Rp 226,500.00 Rp 226,500.00

9 Laundry 1.5% Rp 143,460.00 Rp 143,460.00

10 Sipil/rancang bangun 2% Rp 897,859.00 Rp 897,859.06

11 Sewa tanaman 6% Rp 56,160.00 Rp 56,160.00

Rp 28,953,677.00 Rp 29,007,652.22

Perhitungan menurut perusahaan Rp 28,953,677.00

Perhitungan yang benar Rp 29,007,652.22

Selisih ( kurang bayar) Rp (53,975.22)

Page 14: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

77

IV.2 EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN BADAN

Penyajian laporan keuangan komersial yang disusun atas dasar PSAK (Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan) tidak dapat dijadikan dasar penghitungan PPh Badan yang

pada akhir periode, yang telah ditetapkan oleh negara harus dilaporkan ke KPP dan

disetorkan besarnya pajak yang terutang ke bank. Laporan Laba Rugi Fiskal merupakan

laporan yang menjadi dasar dilakukannya penghitungan PPh Badan, untuk menghasilkan

Laporan Keuangan (Laba-Rugi) Fiskal sebelumnya perlu dilakukan rekonsiliasi.

Dalam Laporan rekonsiliasi dilakukan koreksi baik koreksi negatif maupun positif,

demikian juga dengan laporan-laporan keuangan PT Patra Jasa.

Koreksi positif banyak dilakukan atas laporan keuangan PT Patra Jasa khususnya pada

laporan laba-ruginya yang berpotensi menurunkan laba kena pajaknya, berikut ini

penjelasan yang penulis dapat berikan atas koreksi-koreksi fiskal dan negatif yang

dilakukan oleh PT Patra Jasa sepanjang periode tahun 2005 :

1. Koreksi Fiskal Negatif

a. Pendapatan PT Patra Jasa sepanjang tahun 2005 berasal dari hotel/motel, unit

perumahan, dan perkantoran dengan total keseluruhan pendapatan sebesar Rp

126.837.380.515

Berdasarkan pasal 4 ayat 2 Undang-undang PPh dan Keputusan Dirjen Pajak

no. Kep-227/PJ/2002 yang ditetapkan 23 April 2002 dan berlaku mulai 1 Mei

2002 bahwa pendapatan yang berasal dari hasil persewaan tanah dan bangunan

pajak penghasilannya diatur tersendiri yaitu dengan tarif final sebesar 10%.

Page 15: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

78

Hal ini dikarenakan perbedaan sumber asal dan kriteria pendapatan. Pendapatan

dari sewa atas tanah dan bangunan diperlakukan berbeda dengan tarif umum.

Atas pendapatan ini PT Patra Jasa telah melaporkannya ke KPP dan

menyetorkannya ke bank yang telah ditunjuk tanggal 10 setiap bulannya.

Karena telah dibayarkan dan dilaporkan, maka dilakukan koreksi negatif

terhadap pendapatan yang berasal dari unit perumahan dan perkantoran dengan

jumlah total koreksi dari kedua pendapatan tersebut sebesar Rp 54.870.095.797

yang sangat mempengaruhi perolehan laba bersihnya. Sehingga pendapatan

yang menjadi penghasilan bruto PT Patra Jasa tahun 2005 hanya berasal dari

pendapatan hotel yaitu sebesar Rp 71.967.284.718

b. PT Patra Jasa mendapatkan penerimaan bunga atas giro dan simpanan yang

berada di bank dalam bentuk deposito. Pendapatan bunga yang diterima tahun

2005 adalah sebesar Rp 1.556.375.615

Menurut pasal 4 ayat 2 Undang-undang PPh dan Keputusan Menteri Keuangan

no. 51/KMK.04/2000 yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2001 bahwa

pendapatan atas bunga yang berasal dari tabungan dan deposito pengenaan

pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah yang dikenakan tarif 20%.

Karena penerimaan bunga merupakan pendapatan yang bersifat final dan diatur

tersendiri menurut peraturan perpajakan maka perusahaan melakukan

pembayaran atas pendapatan ini dan melaporkannya ke KPP.

Karena pendapatan tersebut pajaknya sudah dibayarkan maka perusahaan

melakukan koreksi negatif atas item ini sehingga tidak dapat menambah

penghasilan brutonya. Pajak penghasilan atas pendapatan bunga dari bank yang

harus dibayar oleh PT Patra Jasa adalah sebesar :

Page 16: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

79

PPh final = 20% x Rp 1.556.375.615 = Rp 311.275.123

c. Selain koreksi fiskal yang telah dijelaskan sebelumnya, PT Patra Jasa juga

melakukan koreksi fiskal tambahan. Koreksi fiskal tambahan ini tercantum

pada SPT PPh 1771-I Lampiran-I dengan jumlah koreksi sebesar Rp

4.993.562.625 yang dapat dirinci sebagai berikut :

Total Deffered Charged Hotel Rp 3.007.267.072

Total Deffered Charged Head Office Rp 3.500.707.707

Proporsional biaya non deductable

( 43.26% x Rp 3.500.707.707 ) (Rp 1.514.406.154,05)

Biaya deductable Head office Rp 1.986.301.552,95

Total Deffered Charged Rp 4.993.562.625

Pada dasarnya deffered charged adalah beban yang dikeluarkan oleh

perusahaan untuk hotel dan kantor pusat (head office) yang bertujuan untuk

meningkatkan kinerja para karyawan dan urusan legalisasi, misalnya

pemasangan sistem teknologi informasi dan permasalahan sertifikasi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 138 tahun 2000, ditetapkan tanggal 21

Desember 2000 yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2001 bahwa biaya yang

berkaitan dengan pendapatan yang bersifat final dihitung dengan menggunakan

angka proporsional.

Page 17: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

80

Hal ini dikarenakan asal sumber pendapatan yang bersifat final yang

menyebabkan biaya yang dapat dikurangi hanya sebagian dari besarnya biaya

yang dikeluarkan.

Karena menggunakan angka proporsi maka besarnya biaya yang layak

dikurangkan dan diakui sebagai biaya pengurang/deductible expense hanya

sebesar 56.74% dari total deeffered ofiice Rp 3.500.707.707 , sehingga

besarnya biaya atas deffered charged Head Office adalah sebesar Rp

1.986.301.552,95

d. Perusahaan menggunakan penghitungan atas biaya-biaya yang dikeluarkan

dengan menggunakan angka proporsional sebesar 43.26% untuk biaya non

deductiblenya. Namun pada biaya training, seminar and recruitment-ext dan

outsourcing-outsource untuk biaya non deductable-nya dihitung dengan

menggunakan proporsional sebesar 44.65%

Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 138 tahun 2000 ditetapkan pada 21

Desember 2000 bahwa biaya yang digunakan untuk mendapatkan, menagih,

dan memelihara penghasilan yang bersifat final tidak dapat dibebankan

seluruhnya namun dihitung dengan menggunakan angka proporsional.

Hal ini dikarenakan kesalahan atas penghitungan biaya tersebut terhadap

penggunaan angka proporsional. Karena pada dasarnya angka proporsional

44.65% adalah proporsional pengurang atas biaya non deductible periode tahun

2004.

Kesalahan ini memang tidak terlalu fatal, namun pada akhirnya membuat

terjadinya perbedaan pada total penghitungan. Dan atas kedua biaya ini

Page 18: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

81

dilakukan penghitungan kembali sehingga terjadi koreksi fiskal negatif dengan

total sebesar Rp 3.002.870,99

Pada dasarnya hal ini adalah kesalahan penghitungan, namun dapat terhindar

apabila sebelum dilaporkan, penyusun laporan ini dapat melakukan

penghitungan ulang dan pemeriksaan terhadap penghitungan biayanya yang

menggunakan angka proporsional. Karena kesalahan ini pada laporan laba-rugi

dilakukan penambahan biaya (koreksi negatif) atas biaya training, seminar and

recruitment-ext sebesar Rp 283.720,61 dan biaya outsourcing-outsource Rp

2.719.150,37

2. Koreksi Fiskal positif

a. Beban kepegawaian untuk karyawan hotel terdapat beban medical expense dan

meal expense sebesar Rp 2.530.483.911.

Menurut pasal 9 huruf 1e UU no.17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan,

biaya yang dikeluarkan perusahaan atas kedua beban tersebut merupakan suatu

bentuk kenikmatan yang diberikan oleh perusahaan kepada pegawainya dan

tidak termasuk ke dalam biaya fiskal.

Beban ini timbul karena perusahaan memberikan fasilitas kesehatan dan

pemberian makan yang semuanya ditanggung oleh perusahaan.

Karena kedua pembayaran atas beban tersebut ditanggung oleh perusahaan,

maka menurut fiskal beban tersebut bukanlah termasuk dalam biaya fiskal

sehingga harus dikoreksi fiskal positif.

Page 19: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

82

Pada dasarnya biaya untuk pemberian makan pegawai merupakan bentuk natura

yang diberikan oleh perusahaan yang termasuk dalam golongan biaya komersil

sehingga harus dikoreksi. Namun pengecualian diberikan untuk biaya

pemberian makan, sehingga biaya ini boleh dijadikan biaya fiskal. Sedangkan

untuk biaya kesehatan pada dasarnya memang murni suatu bentuk natura, yang

tidak boleh dijadikan biaya fiskal. Oleh karena itu agar dapat dijadikan biaya,

penulis merekomendasikan agar perusahaan dapat memberikan suatu bentuk

tunjangan kesehatan keapada pegawai hotel tersebut, yang dapat dijadikan

biaya fiskal bagi perusahaan sebagai pihak pemberi kerja..

c. Penghitungan atas beban usaha kantor pusat secara keseluruhan dilakukan

dengan menggunakan angka proporsional yang berasal dari :

d.

PROPORSI PENDAPATAN USAHA

REVENUE

HOTEL/MOTEL REVENUE

71,967,284,718.00 Deductable

HOUSING REVENUE 19,953,525,238.00 Non Deductable

OFFICE REVENUE

34,916,570,559.00 Non Deductable

TOTAL REVENUE

126,837,380,515.00

Pendapatan Deductable / Total Pendapatan 56.74

Pendapatan Non Deductable / Total Pendapatan 43.26

100.00

Page 20: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

83

Berdasarkan Peraturan Pemerintah no.138 tahun 2000 yang ditetapkan tanggal

21 Desember 2000 yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2001 bahwa biaya

untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara pendapatan yang pengenaan

pajaknya bersifat final dihitung dengan menggunakan angka proporsional

tertentu.

Hal ini dikarenakan sektor Head Office yang memperoleh pendapatan dari

sewa, membuat biaya-biaya operasi perusahaan yang dikeluarkan tidak dapat

diakui seluruhnya sebagai biaya fiskal/deductible expense.

Karena menggunakan angka proporsional maka besarnya biaya operasi

perusahaan yang diakui menurut fiskal hanya sebesar 56.74% dan sisanya

sebesar 43,26% menjadi non deductible expense yang hanya dilaporkan dalam

Laporan Laba/Rugi.

c. Tahun 2005 PT Patra Jasa mencatat adanya biaya dari bank (bank charges) atas

dimilikinya sejumlah simpanan sebesar Rp 16.252.758

Berdasarkan pasal 6 Undang-undang PPh tahun 2000 biaya ini bukanlah biaya

fiskal yang dilayakan untuk mengurangi penghasilan bruto.

Hal ini dikarenakan bank charges merupakan biaya yang dikeluarkan atas

kegiatan 3M untuk pendapatan yang bersifat final, selain itu juga sebagai

konsekuensi dimilikinya suatu rekening bank.

Page 21: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

84

Biaya ini secara otomatis sudah dipotong dan dilaporkan oleh pihak bank yang

bersangkutan sehingga perusahaan tidak dapat membebankan item ini sebagai

biaya fiskal sehingga harus dikoreksi fiskal positif sebesara Rp 16.252.758.

d. Penyisihan biaya pesangon (severance expense) merupakan beban yang dibentuk

sebagai cadangan biaya untuk mengantisipasi pembayaran pesangon bagi

karyawan yang telah memasuki masa pensiun. Penghitungan untuk biaya ini

digunakan jasa aktuaria.

Menurut pasal 9 ayat 1 Undang-undang PPh pembentukan dana cadangan

bukan biaya pengurang penghasilan bruto.

Peraturan perpajakan tidak mengenal pembentukan dana cadangan pensiun dan

pembentukan dana ini bukanlah biaya fiskal.

Atas dasar tersebut perusahaan melakukan koreksi fiskal positif terhadap biaya

penyisihan pesangon ini sebesar Rp 5.638.540.432.

e Dalam periode tahun 2005, PT Patra Jasa membentuk dana penyisihan piutang

ragu-ragu. Besarnya penyisihan atas piutang ragu-ragu yang dibentuk adalah

Rp 1.104.653.145

Berdasarkan pasal 9 ayat 1 huruf c tentang Pajak Penghasilan, bahwa dana

cadangan piutang tak tertagih hanya diijinkan dibentuk untuk jenis usaha bank,

sewaguna usaha, asuransi, dan pertambangan.

Hal ini dikarenakan biaya penyisihan atas piutang tak tertagih yang dibentuk

oleh perusahaan pada dasarnya bukanlah biaya fiskal selain itu jenis usaha yang

berbeda dengan yang ditetapkan oleh pemerintah bagi perusahaan pembentuk

dana cadangan.

Page 22: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

85

Atas dasar peraturan perpajakan tersebut maka biaya penyisihan piutang tak

tertagih yang dibentuk PT Patra Jasa harus dilakukan koreksi positif Rp

1.104.653.145

f. Dalam others expense terdapat rincian bahwa perusahaan memiliki item tax

penalties sebesar Rp 4.500.342

Menurut pasal 9 ayat 1 Undang-undang PPh tahun 2000 segala sanksi mengenai

perpajakan tergolong dalam biaya non fiskal.

Tax penalties merupakan suatu bentuk hukuman perpajakan yang biasanya

berupa denda atas sejumlah uang terhadap kewajiban perpajakannya. Denda

mengenai perpajakan pada umumnya timbul disebabkan karena kurangnya

pemahaman yang sempurna wajib pajak, dalam hal ini yang dilakukan oleh staf

pajak perusahaan terhadap kewajiban-kewajiban perpajakan.

Oleh karena itu perusahaan harus secepatnya melakukan pembayaran atas

dendanya yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya untuk menghindari

bertambahnya akumulasi denda yang berpotensi menganggu likuiditas

perusahaan. Oleh kaena itu perusahaan melakukan koreksi sebesar Rp

4.500.342

Tax penalties pada dasarnya dapat dihindari apabila perusahaan dalam hal ini

staff pajaknya juga memiliki pemahaman atas peraturan perpajakan dan

dipenuhinya seluruh ketentuan-ketentuan sebagai wajib pajak dalam

pelaksanaan kewajibannya.

g. Dalam beban operasi dari sektor hotel terdapat pengeluaran sejumlah uang yaitu

donasi/sumbangan sebesar Rp 6.696.000

Page 23: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

86

Menurut pasal 9 ayat 1 Undang-undang PPh sumbangan bukanlah termasuk ke

dalam golongan biaya fiskal.

Hal ini dikarenakan kelalaian dan kurangnya pemahaman staf pajak boleh jadi

merupakan penyebab dimasukannya item sumbangan sebagai biaya fiskal.

Karena tidak dilakukan koreksi maka perusahaan menempatkan sumbangan

sebagai biaya fiskal, oleh karena itu perusahaan harus melakukan koreksi fiskal

positif atas sumbangan ini.

Kesalahan dalam penghitungan seperti ini dapat dihindari jika staff keuangan

dan pajak melakukan penghitungan ulang, karena kesalahan kecil seperti ini

juga berpengaruh dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak-nya sehingga

perusahaan dapat terhindar dari hukuman pajak.

h. Perusahaan mengeluarkan sejumlah dana office expense pada head office untuk

pembayaran berlangganan koran dan majalah sebesar Rp 10.154.530,84

Berdasarkan pasal 6 ayat 1 Undang-undang PPh tahun 2000, biaya yang

dikeluarkan untuk berlangganan koran dan majalah tidak termasuk biaya fiskal.

Masuknya biaya berlangganan koran dan majalah sebagai biaya fiskal hanya

dikarenakan kebutuhan pihak kantor pada informasi yang diberikan tentang

bisnis, namun pada dasarnya hal ini tidak ada kaitannya dengan kegiatan

operasi perusahaan secara langsung.

Perusahaan harus melakukan koreksi fiskal positif. Karena perlakuan atas biaya

ini yang dijadikan biaya fiskal membuat pendapatan yang diperoleh semakin

kecil, disamping itu tidak ada kriteria yang terkandung dalam biaya ini untuk

dijadikan biaya fiskal, dilakukan koreksi positif atas biaya ini sebesar Rp

10.154.530.81

Page 24: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

87

Untuk melakukan koreksi yang tepat, penyusun laporan rekonsiliasi setidaknya

memahami kriteria-kriteria tertentu atas biaya fiskal khususnya yang berkaitan

dengan kegiatan 3M secara langsung.

i. PT Patra Jasa mengeluarkan biaya kepegawaian head office untuk biaya medical

sebesar Rp 676.391.915 dan sepenuhnya dibebankan sebagai biaya fiskal.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 138 tahun 2000 yang ditetapkan tanggal

21 Desember tahun 2000 bahwa segala biaya yang digunakan untuk kegiatan

3M bagi penghasilan yang bersifat final digunakan angka proporsi.

PT Patra Jasa menempatkan biaya ini sebagai biaya fiskal karena perusahaan

memiliki hubungan kerjasama dengan Rumah Sakit PERTAMINA untuk

memberikan tunjangan kesehatan kepada pegawainya, sehingga perusahaan

menanggung besarnya biaya perawatan rumah sakit pegawainya. Biaya ini

tidak boleh dibebankan seluruhnya sebagai biaya fiskal dan perusahaan harus

mengikuti prosedur yang telah dilakukan sebelumnya dimana seluruh biaya

deductible yang dikeluarkan oleh head office dihitung dengan menggunakan

proporsi sebesar 56.74%

Oleh karena itu biaya ini harus dilakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp

292.607.142,43 karena angka tersebut merupakan besarnya biaya medikal yang

tidak dapat dikurangi. Sehingga biaya yang diakui sebagai biaya fiskal menjadi

hanya sebesar Rp 383.784.772,57

Pada dasarnya seluruh biaya fiskal head office dihitung dengan menggunakan

angka proporsi, dan dalam hal ini perusahaan dituntut untuk konsisten dalam

melaporkan dan mengurangi biaya-biaya fiskalnya secara keseluruhan dengan

proporsi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Page 25: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

88

IV.3 REKONSILIASI SEBELUM DAN SESUDAH PERENCANAAN

Rekonsiliasi fiskal penting dilakukan perusahaan untuk mengetahui besarnya

Penghasilan Kena Pajak yang menjadi dasar penghitungan besarnya pajak terutang

perusahaan. Rugi fiskal perusahaan pada tahun 2005 tercatat sebesar (Rp

29.418.628.877,11) dengan koreksi fiskal yang dilakukan sebesar (Rp

17.703.484.621,36)

Namun setelah dilakukan pemeriksaan dan penghitungan atas perencanaan pajak PT

Patra Jasa maka terjadi perubahan atas besarnya rugi fiskal yang mengalami kenaikan

sebesar Rp 2.429.732.423,71 sehingga total rugi fiskal setelah perencanaan adalah

sebesar Rp (31.848.361.300,82) dengan uraian atas penjelasan perencanaan sebagai

berikut:

a. Biaya kesehatan dan biaya makan yang ditanggung oleh perusahaan dapat

dijadikan sebagai biaya fiskal dengan mengganti pengeluaran biaya tersebut

sebagai tunjangan kesehatan dan tunjangan makan. Karena menurut peraturan

yang berlaku segala bentuk tunjangan merupakan biaya fiskal bagi pemberi

kerja dan objek penghasilan yang diperhitungakan dalam pajak

penghasilannya. Tunjangan kesehatan yang diberikan perusahaan adalah

sebesar Rp 1.035.918.595 dan Rp 1.494.565.316 bagi tunjangan makan.

b. Kesalahan perusahaan yang menempatkan sumbangan sebagai biaya

mengharuskan perusahaan melakukan koreksi positif atas biaya tersebut

sebesar Rp 6.696.000

Page 26: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

89

c. Biaya pasal 23 untuk biaya profesional yang dibebankan dalam pelaporan

biaya fiskal dihitung dengan gross up (tabel 4.1). Dengan metode

penghitungan tersebut biaya-nya mengalami kenaikan sebesar Rp 23.839.598

d. Biaya atas sewa juga merupakan biaya pasal 23, dengan penghitungan gross

up (tabel 4.1) biaya sewa meningkat dengan total Rp 34.570.121

e. Biaya atas perawatan dan perbaikan atas aset yang dimiliki perusahaan juga

mengalami penghitungan gros up (tabel 4.1) sehingga mengakibatkan

biayanya meningkat dengan total Rp 57.247.026

f. Biaya medical (head office) seharusnya dihitung dengan angka proporsional

sebesar 56.74% , namun untuk biaya ini perusahaan belum mengenakan

penghitungan berdasarkan proporsional, oleh karena itu perusahaan harus

melakukan koreksi positif sebesar Rp 292.607.142.43

g. Biaya training, seminar and recruitment-ext mengalami kesalahan

penghitungan dengan angka proporsional yang mengakibatkan non deductible

expense-nya berbeda dari yang seharusnya. Oleh karena itu dilakukan koreksi

negatif sebesar Rp 238.720,61

h. Biaya berlangganan koran dan majalah bukanlah biaya yang berhubungan

langsung dengan operasi perusahaan. Atas dasar itu dilakukan koreksi positif

sebesar Rp 10.154.530,84

i. Biaya profesional atas head office dilakukan perencanaan pajak dengan

penghitungan gross up (tabel 4.2), sehingga biayanya meningkat sebesar Rp

37.528.119

j. Biaya sewa software komputer juga mengalami penghitungan gross up (tabel

4.2) sehingga mengalami kenaikan sebesar Rp 47.215.831

Page 27: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2007-3-00032-AK-Bab 4.pdf · Jasa untuk biaya perbaikan dan perawatan ini adalah sebesar Rp 963.296.632

90

k. Biaya outsourcing-outsource mengalami kesalahan penghitungan karena

angka poroporsional yang salah sehingga dilakukan koreksi negatif sebesar

Rp 2.719.150,37

l. Biaya perbaikan yang merupakan biaya pasal 23 dilakukan penghitungan dengan

gross up (tabel 4.2) yang mengakibatkan biayanya meningkat sebesar Rp

5.302.621