BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab...

24
49 BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) Perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan antara akuntansi komersial yang mendasarkan laba pada konsep dasar akuntansi yaitu pembandingan antara pendapatan dengan biaya-biaya terkait, sedangkan dari segi fiskal tujuan utamanya adalah penerimaan negara. Perbedaan antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal dikelompokkan menjadi perbedaan waktu dan perbedaan tetap. Beda waktu adalah perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan beban tertentu antara menurut akuntansi dengan ketentuan perpajakan. Perbedaan waktu ini terjadi karena perbedaan metode pencatatan antara akuntansi dengan pajak. Sedangkan beda tetap adalah perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan laba menurut Standar Akuntansi Keuangan tanpa ada koreksi di kemudian hari. Dalam menyusun laporan keuangan akuntansi baik komersial maupun laporan keuangan fiskal, perusahaan dapat menyusunnya secara terpisah, atau melakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan akuntansi. Koreksi tersebut dapat berupa koreksi positif dan koreksi negatif. Koreksi fiskal positif adalah perbedaan dalam pengakuan transaksi-transaksi pendapatan dan biaya tertentu, antara akuntansi dengan Undang-undang perpajakan

Transcript of BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab...

Page 1: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

49

BAB IV

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA

PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

Perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan

fiskal menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak.

Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan antara akuntansi

komersial yang mendasarkan laba pada konsep dasar akuntansi yaitu pembandingan

antara pendapatan dengan biaya-biaya terkait, sedangkan dari segi fiskal tujuan

utamanya adalah penerimaan negara. Perbedaan antara laporan keuangan komersial

dengan laporan keuangan fiskal dikelompokkan menjadi perbedaan waktu dan

perbedaan tetap.

Beda waktu adalah perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan beban tertentu

antara menurut akuntansi dengan ketentuan perpajakan. Perbedaan waktu ini terjadi

karena perbedaan metode pencatatan antara akuntansi dengan pajak. Sedangkan beda

tetap adalah perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal

berbeda dengan perhitungan laba menurut Standar Akuntansi Keuangan tanpa ada

koreksi di kemudian hari.

Dalam menyusun laporan keuangan akuntansi baik komersial maupun laporan

keuangan fiskal, perusahaan dapat menyusunnya secara terpisah, atau melakukan

koreksi fiskal terhadap laporan keuangan akuntansi. Koreksi tersebut dapat berupa

koreksi positif dan koreksi negatif.

Koreksi fiskal positif adalah perbedaan dalam pengakuan transaksi-transaksi

pendapatan dan biaya tertentu, antara akuntansi dengan Undang-undang perpajakan

Page 2: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  50

yang menyebabkan laba berdasarkan pajak lebih besar dari laba berdasarkan akuntansi.

Sedangkan koreksi fiskal negatif adalah perbedaan pengakuan transaksi-transaksi

pendapatan dan biaya tertentu antara akuntansi dengan undang-undang perpajakan yang

menyebabkan laba berdasarkan pajak lebih kecil dari laba akuntansi

Dalam rangka pemanfaatan Undang-undang perpajakan secara optimal untuk

meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT. Jasa Raharja (Persero), penulis akan

menguraikan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Mengacu pada teori yang telah

diuraikan pada Bab II, penulis akan mencoba meninjau Penghitungan Pajak Penghasilan

pada PT. Jasa Raharja (Persero) selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Agar

mendapat gambaran yang lebih jelas tentang keadaan perusahaan, maka berikut ini

penulis akan menyajikan evaluasi Laporan Keuangan PT. Jasa Raharja (Persero) per 31

Desember 2005 sampai 2007. Dengan mengevaluasi pos-pos pendapatan dan biaya-

biaya yang menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan pada tahun-tahun tersebut.

IV.1 Evaluasi atas Pendapatan Underwriting

Evaluasi pada pos ini dimaksudkan untuk melihat transaksi-transaksi

keuangan yang terjadi apakah sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang

berlaku, sehingga rekonsiliasi yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan

antara akuntansi komersial dan akuntansi fiskal dapat dilakukan sepenuhnya dan

berkesinambungan.

Pos akun penghasilan pada PT. Jasa Raharja (Persero) atas pendapatan

dengan rincian sebagai berikut :

Page 3: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  51

a. Premi Bruto.

Premi bruto adalah pendapatan perusahaan yang terdiri dari pelaksanaan UU

No.33/1964 tentang Iuran Wajib (IW) atas penumpang umum (darat, laut,

pesawat udara dan kereta api), dan pelaksanaan UU No.34 tentang

Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ),

Ansuransi Umum (General Insurance), SIGAP, Surenty Bond serta

pertanggungan tidak langsung. Seluruh pendapatan tersebut dalam laporan

keuangan diakui dan disajikan sebagai pendapatan underwriting.

b. Premi Reasuransi.

Pendapatan yang diperoleh dari Premi Penanggung Ulang (reasuradur) yang

dicatat sebagai pengurang premi bruto pada Pendapatan Underwriting.

c. Kenaikan Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan. (Unearned Premium

Reserve).

            Premi asuransi pada umumnya diterima untuk masa pertanggungan selama

satu tahun kedepan, sehingga pada tanggal penyusunan laporan keuangan

(Neraca) masih terdapat premi yang belum merupakan pendapatan pada

periode laporan tahun tersebut, tetapi merupakan pendapatan untuk tahun

berikutnya, disamping itu dalam masa pertanggungan masih terdapat

kemungkinan terjadi penyesuaian atau pembatalan pertanggungan

(endorsement/cancellation) sehingga perlu dibentuk cadangan Premi yang

belum merupakan pendapatan.

Pembentukan Premi yang belum merupakan pendapatan berpedoman

kepada Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal

30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan

Page 4: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  52

Perusahaan Reasuransi serta berdasarkan Surat Keputusan Direksi No.

Skep/107/XII/2001 tanggal 31 Desember 2001 tentang pembentukan

Cadangan Teknis yang ditetepkan bahwa besarnya premi yang belum

merupakan pendapatan PT. Jasa Raharja (Persero) adalah sebesar 40% dari

Premi Retensi Sendiri (O/R). Premi ini dicatat sebagai pengurang Premi

Bruto dalam pendapatan Underwriting.

IV.2 Beban - beban

PT. Jasa Raharja (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang

jasa, maka dalam pembukuan terdapat pendapatan, dan beban operasi.

Pengeluaran- pengeluaran tersebut merupakan pengurang bagi penghasilan bruto

sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

Penerapan pajak PT. Jasa Raharja (Persero) atas semua transaksi bebannya

adalah dengan menggunakan metode accrual dan penandingan pendapatan

terhadap beban. Namun, karena perlakuan yang berbeda antar akuntansi komersial

dengan akuntansi fiskal menyebabkan perlu adanya rekonsiliasi atas semua

bebannya agar sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku.

Penerapan atas transaksi biaya didasarkan atas metode dan pengakuan

beban, Peraturan Perpajakan yang berlaku, serta bukti fisik yang mendukung

transksi pengeluaran beban tersebut.

Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi

dalam dua golongan, yaitu beban yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu

tahun dan beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun

pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi. Beban

Page 5: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  53

yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun adalah biaya yang

terjadi selama satu tahun yang bersangkutan seperti biaya gaji, dan biaya lainnya.

Selama tahun 2005 sampai 2007, PT. Jasa Raharja (Persero) melakukan

beberapa koreksi fiskal terhadap akun beban yang terdapat dalam laporan

keuangan komersialnya. Untuk lebih jelasnya, maka berikut ini diuraikan

mengenai evaluasi atas masing-masing akun beban yang terjadi selama tahun 2005

sampai 2007.

Beban usaha merupakan kelompok untuk mencatat pengeluaran-

pengeluaran PT. Jasa Raharja (Persero) yang terjadi selama satu periode

pembukuan dan terkait langsung dengan kegiatan operasi perusahaan. Metode

yang digunakan dalam pengakuan beban adalah metode akrual. Kelompok beban

usaha yang terdapat dalam PT. Jasa Raharja (Persero), diklasifikasikan ke dalam

beberapa akun, yaitu :

1. Biaya Pegawai

1.1 Biaya Gaji dan Tunjangan

Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

selama tahun 2005, 2006 dan 2007 untuk kepentingan karyawan. Biaya

ini terdiri dari Gaji Direksi dan Honorium Dewan Komisaris, Gaji

Karyawan, Tunjangan Hari Raya, Biaya Rawat Inap, Tunjangan Cuti dan

Tunjangan Pakaian Kerja.

Sesuai dengan Pasal 21 Undang-undang No.17 Tahun 2000

tentang Pajak Penghasilan, maka atas penghasilan yang diterima oleh

karyawan selama tahun 2005, 2006 dan 2007 dipotong PPh Pasal 21.

Sehingga boleh diakui sebagai biaya dan mengurangi Penghasilan Bruto

Page 6: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  54

pada akhir tahun pajak, perusahaan harus mengisi SPT 1721 mengenai

pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan karyawan selama tahun 2005,

2006 dan 2007 sehingga diperoleh dengan rincian:

Tabel IV.1

Biaya Pegawai Tahun 2005 2006 2007 Gaji Direksi & Honorarium Dekom 1.890.156.224 2.358.075.318 2.837.841.121Gaji Pegawai 57.683.292.599 58.461.376.873 60.217.091.036Biaya Rawat Inap 5.320.078.884 7.805.651.480 17.368.409.510Tunjangan Cuti 10.904.116.478 13.003.837.562 14.697.987.835Tunjangan Pakaian Kerja 2.057.844.468 2.417.479.337 2.451.879.142Tunjangan Hari Raya 33.565.777.090 37.329.915.190 44.967.751.280

Keterangan:

Biaya Rawat Inap: biaya ini diberikan kepada karyawan dalam bentuk

remburse yaitu dengan menyajikan bukti-bukti pembayaran dari pihak

rumah sakit.

Tunjangan Cuti: karyawan selain mendapatkan jatah cuti sebanyak 12

hari setiap tahunnya juga mendapatkan tunjangan dalam bentuk uang

yang nominalnya sama setiap tahunnya.

Tunjangan Pakaian Kerja: tunjangan ini diberikan kepada karyawan

dalam bentuk Pakaian Kerja jenis khusus.

1.2 Biaya Perayaan (Olahraga /kesenian)

Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

untuk memperingati hari-hari besar seperti perayaan hari ulang tahun

(HUT) PT. Jasa Raharja (Persero), perayaan 17 Agustus, dan perayaan-

Page 7: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  55

perayaan lainnya. Berdasarkan Pasal 9 ayat 1 UU Pajak penghasilan dan

PP No. 138 tahun 2000 dinyatakan bahwa biaya-biaya yang tidak ada

kaitannya dengan upaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara

penghasilan tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto untuk itu

biaya ini harus dikoreksi seluruhnya pada tahun 2005 sebesar Rp

1.482.492.503, tahun 2006 sebesar Rp 2.520.592.379 dan tahun 2007

sebesar Rp 621.312.644 dan perusahaan juga jelas-jelas tidak melampirkan

daftar nominatifnya.

1.3 Biaya Sumbangan dan Iuran

Biaya sumbangan dan iuran adalah akun untuk mencatat

pengeluaran perusahaan dalam rangka ikut berpartisipasi kepada Negara

yaitu sumbangan sosial dalam rangka penanggulangan bencana nasional

dan sesuai dengan ketentuan pasal 6 ayat (1) huruf I maka biaya ini boleh

diakui sebagai pengurang penghasilan bruto. Pada tahun 2005 sebesar Rp

6.234.188.203, tahun 2006 sebesar Rp 6.651.961.575 dan tahun 2007

sebesar Rp 15.538.912.170.

1.4 Biaya Makan dan Minum

        Biaya Makan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk dalam

pengertian imbalan/penghasilan berupa kenikmatan/natura yang diberikan

oleh perusahaan karena uang makan tersebut tidak menambah

penghasilan bagi pegawai yang menerimanya.

Page 8: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  56

Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 9 ayat 1 huruf e,

Penggantian imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan tidak boleh dikurangkan

dalam menentukan Penghasilan Kena Pajak, kecuali penyediaan makanan

dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam

bentuk natura kenikmatan didaerah tertentu dan yang berkaitan dengan

pelaksanaan pekerjaan. Pada tahun 2005 sebesar Rp 2.546.788.586, tahun

2006 sebesar Rp 6.048.183.241dan tahun 2007 sebesar Rp 8.453.815.870.

2. Biaya Umum

2.1 Biaya Listrik,Air dan Gas

Akun biaya listrik merupakan akun mencatat pembayaran rutin

listrik perusahaan selama tiga periode. tahun 2005 sebesar Rp

4.531.120.457, tahun sebesar 2006 Rp 4.534.526.282 dan tahun 2007

sebesar Rp 4.752.974.708.

PT. Jasa Raharja (Persero) telah membebankan seluruh biaya

listrik sebagai pengurang Penghasilan Bruto sehingga tidak perlu

dilakukan koreksi fiskal. Menurut penulis, perusahaan dapat

membiayakan seluruh pengeluaran ini apabila disertai dengan bukti

pendukungnya.

Page 9: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  57

2.2 Biaya Pos dan Telekomunikasi

Biaya ini merupakan pengeluaran perusahaan atas fasilitas

komunikasi yang diperlukan dalam menunjang aktivitas operasional

perusahaan seperti surat, telegram, dan fax. Biaya yang dikeluarkan oleh

PT. Jasa Raharja (Persero) pada tahun 2005 Rp 3.589.262.676, tahun

2006 Rp 3.329.643.068 dan tahun 2007 Rp 3.685.280.058. Oleh karena

itu, biaya ini tidak perlu dikoreksi. Karena biaya ini berhubungan

langsung dengan kegiatan operasional perusahaan.

2.3 Biaya Cetak Dokumen, Pengiriman Dokumen dan Alat Tata Usaha

Pengeluaran-pengeluaran atas pembelian alat tulis sebesar

Rp 1.366.589.230 pada tahun 2005, Rp 1.458.384.124 pada tahun 2006 dan

Rp 1.517.845.235 pada tahun 2007, pencetakan dokumen sebesar

Rp 844.211.270 pada tahun 2005, Rp 1.062.459.205 pada tahun 2006 dan

Rp 1.124.037.075 pada tahun 2007 dan pengiriman dokumen sebesar

Rp  401.580.238 pada tahun 2005, Rp 384.743.409 pada tahun 2006 dan

Rp 471.319.836 pada tahun 2007. Biaya ini dipergunakan perusahaan

untuk mendukung kegiatan administrasi perusahaan tercatat dalam akun

ini. Perusahaan menggunakan asas akrual dalam pencatatan biaya alat

tulis dan cetak. Seluruh pengeluaran ini telah dibebankan sebagai

pengurang penghasilan bruto tahun 2005, 2006 dan 2007 dan tidak perlu

dilakukan koreksi fiskal.

Page 10: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  58

Sesuai dengan Ketentuan Perpajakan semua biaya yang digunakan

untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan harus

didukung dengan bukti yang kuat.

Menurut penulis, pembebanan atas biaya alat tata usaha, cetak dan

pengiriman dokumen pada tahun 2005, 2006 dan 2007 sudah didukung

oleh bukti- bukti yang lengkap dan wajar, sehingga koreksi fiskal tidak

perlu dilakukan.

2.4 Biaya Maintenance Kantor

Biaya atas jasa perawatan dan pemeliharaan kantor dapat

dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto karena mempunyai

hubungan langsung dengan kegiatan perusahaan untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan.

Sesuai dengan KEP-305/PJ/2001 sebagai penjelasan dari UU PPh

No 17 Tahun 2000 Pasal 23 ayat 1 atas biaya yang dibayarkan oleh

perusahaan merupakan penghasilan bagi penerimanya, atas penghasilan

tersebut dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan

penyelenggara kegiatan atau bentuk usaha tetap sehubungan dengan jasa

yang diberikan perusahaan harus melakukan pemotongan sebesar 15%

dari perkiraan penghasilan neto.

Page 11: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  59

2.5 Biaya Maintenance Kendaraan

      Biaya maintenance kendaraan merupakan akun untuk mencatat

pemeliharaan rutin kendaraan kantor yang ternyata didalam biaya

pemeliharaannya terdapat kendaraan dinas berjenis sedan yang digunakan

untuk para direksi.

Berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ/2002

tanggal 18 April 2002 pasal 3 ayat (1) kendaraan sedan atau sejenisnya

dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena

jabatan atau pekerjaannya, dilakukan koreksi sebesar 50%, karena hanya

50% dari biaya tersebut yang diakui sebagai beban fiskal. Maka dari itu,

PT. Jasa Raharja (Persero) harus melakukan koreksi atas biaya

pemeliharaan kendaraan sedan. Dikarenakan keterbatasan data terperinci

atas jumlah biaya maintenance kendaraan, maka penulis mencoba

menghitung persentase besarnya jumlah kendaraan sedan berbanding

jumlah seluruh kendaraan yang dipergunakan perusahaan, dengan asumsi

sebagai berikut:

Jenis Kendaraan Jumlah Jumlah kantor Total persentase

Sedan jenis honda city 26

28

728 54%Minibus jenis: 46% jenis kijang inova 10 280 jenis APV 12 336 Jumlah 48 28 1344 100%

Lalu besarnya koreksi fiskal 50 % dari jumlah biaya maintenance

kendaraan sedan dengan menghitungan persentase kendaraan sedan

Page 12: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  60

dikalikan jumlah biaya maintenance kendaraan terlebih dahulu adalah

sebagai berikut :

Tahun 2005 2006 2007 jumlah Biaya Maintanance Kendaraan 9.887.315.278 9.614.011.793 7.625.571.666jumlah Biaya Maintanance kendaraan Sedan 5.339.150.250 5.191.566.368 4.117.808.700(54% x total Biaya Maintanance Kendaraan) Koreksi Fiskal (50% x Biaya Maintanance kendaraan Sedan) 2.669.575.125 2.595.783.184 2.058.904.350

2.6 Biaya lain- lain

Biaya lain-lain merupakan biaya-biaya yang mendukung dengan

kegiatan usaha perusahaan namun tidak secara langsung, dan merupakan

biaya-biaya yang timbul diluar pos-pos yang sudah ada dan jarang terjadi,

misalnya seperti denda pajak.

Pada Biaya lain-lain ini didalamnya terdapat biaya denda pajak

dimana seharusnya biaya ini tidak boleh menjadi pengurang penghasilan

bruto, sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) k UU No.17/2000.

Disamping itu biaya-biaya ini tidak dilampiri atau didukung oleh

bukti dokumen, catatan atau daftar nominatif atas pengeluaran, sehingga

dikoreksi seluruhnya Pada tahun 2005 sebesar Rp 2.404.907.995, tahun

2006 sebesar Rp 6.093.788.352 dan tahun 2007 sebesar Rp 3.477.679.319.

Page 13: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  61

2.7 Biaya Perjamuan

    Dalam akun ini tercatat biaya-biaya yang berhubungan dengan

pemberian kenikmatan pada pihak ketiga berupa entertainment atau

jamuan. Menurut pejabat perusahaan yang berwenang, pengeluaran

berupa entertainment ini sangat mendukung dalam meningkatkan

pendapatan perusahaan.

Sesuai surat edaran Direktur Jendral Pajak No. SE-27/PJ.22/1986,

setiap pengeluaran dalam bentuk entertainment atau jamuan tamu dapat

dibiayakan sepanjang masih terkait dengan kegiatan operasi perusahaan

dan dibuatkan daftar nominatifnya. Daftar nominatif tersebut harus

dilaporkan pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh Badan, bila tidak

maka PT. Jasa Raharja (Persero) harus melakukan koreksi fiskal.

Selama tahun 2005, 2006 dan 2007, PT. Jasa Raharja (Persero)

tidak membuat daftar nominatif atas pengeluaran jamuan tersebut sesuai

dengan Ketentuan Perpajakan dengan tidak dibuatnya daftar nominatif

maka seluruh pengeluaran biaya perjamuan harus dilakukan koreksi yaitu

pada tahun 2005 sebesar Rp 2.771.112.064, tahun 2006 sebesar Rp

3.372.638.849 dan tahun 2007 sebesar Rp 3.464.619.448.

2.8 Biaya Telepon

Biaya telepon pada perusahaan boleh diakui sebagai biaya tetapi

terdapat beban telepon seluler berupa pembelian pulsa yang diberikan

sebagai alat komunikasi operasional bagi para direktur dan manajer yang

sesuai dengan Keputusan Dirjen Pajak KEP-220/PJ/2002 atas biaya

Page 14: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  62

berlangganan atau pengisian pulsa telepon seluler yang dimiliki dan

dipergunakan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya,

dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan hanya sebesar 50% dari

jumlah biaya pulsa tersebut. Oleh karena itu atas beban pembelian pulsa

tersebut perusahaan harus melakukan koreksi. Atas dasar ketentuan

kantor bahwa 10% dari seluruh biaya telepon kantor merupakan biaya

handphone maka terlebih dahulu saya menghitung besarnya biaya

handphone lalu baru dikalikan dengan persentase besarnya koreksi sesuai

dengan Keputusan Dirjen Pajak dan perhitungan sebagai berikut:

   Tahun  

   2005  2006  2007 jumlah Biaya Telepon keseluruhan 1.397.202.462 1.616.197.896 1.317.005.032jumlah Biaya Handphone 139.720.246 161.619.789 131.700.503(10% dari Beban Handphone)         Koreksi Fiskal 69.860.123 80.809.894 65.850.251(50% dari Biaya Handphone)         

2.9 Biaya Penyisihan Piutang Ragu-ragu

Berdasarkan UU Pajak penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf h, yaitu (1)

telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial, (2)

beban yang boleh mengurangi penghasilan bruto adalah piutang yang

nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat piutang yang telah

diserahkan perkara penagihannya kepada pengadilan negeri atau Badan

Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian

tertulis mengenai penghapusan piutang / pembebasan utang antara

kreditur dan debitur yang bersangkutan, dengan dilandasi aturan ini maka

Page 15: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  63

dari itu semua biaya penyisihan piutang yang ada maka dapat diakui

sebagai biaya.

Dikarenakan adanya krisis moneter pada tahun 2005 yang

berdampak pada banyaknya perusahaan penerbangan yang mulai

menunggak pembayaran piutangnya terhadap PT. Jasa Raharja (Persero),

maka akun Biaya Penyisihan Piutang Ragu-ragu baru mulai dihitung dan

dimasukkan kedalam laporan komersial pada tahun 2006, oleh Karena itu

pada tahun 2005 besarnya Biaya Penyisihan Piutang Ragu-ragu masih

sebesar Rp 0 karena perusahaan belum melakukan penghitungan, dan

baru pada tahun 2006 sebesar Rp 13.593.130.571 dan 2007 sebesar Rp 

5.802.420.175.

2.10 Biaya Kendaraan Dinas

Biaya ini dapat dikurangkan dengan penghasilan bruto karena

dilandasi dengan ketentuan peraturan pajak yang berlaku yaitu UU Pajak

Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf a) yang isinya menyatakan diantaranya

biaya yang dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto adalah biaya

untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Pada tahun

2005 sebesar Rp 4.200.451.528, tahun 2006 3.105.423.012 sebesar Rp dan

tahun 2007 sebesar Rp 4.278.908.192.

Setelah dilakukannya rekosiliasi fiskal terdapat perbedaan pada laba

rugi sebelum pajak antara laba komersial dan laba fiskal, dimana laba

sebelum pajak secara komersialnya tahun 2005 sebesar Rp

385.985.251.585 berubah menjadi Rp 395.473.199.395 secara fiscal,

Page 16: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  64

tahun 2006 sebesar Rp 509.323.152.633 berubah menjadi

Rp 524.004.765.291 secara fiskal dan tahun 2007 sebesar

Rp 649.028.094.781 berubah menjadi Rp 658.716.460.793.

Perubahan kenaikan laba sebelum pajak mempengaruhi besarnya

pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Semula pajak yang harus

dibayarkan ke Negara tahun 2005 adalah Rp 90.949.234.700 berubah

menjadi  Rp 88.654.459.818, tahun 2006 adalah Rp 118.154.122.100

berubah menjadi Rp 127.213.929.587 dan tahun 2007 adalah Rp

154.412.883.600 berubah menjadi Rp 167.627.438.238 jumlah tersebut

didapatkan dari besarnya laba sebelum kena pajak dikalikan dengan tarif

PPh Badan dengan perhitungan sebagai berikut:

Tahun 2005

10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000

15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000

30% x Rp 295.473.199.395 = Rp 88.641.959.818 Rp 88.654.459.818

Tahun 2006

10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000

15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000

30% x Rp 424.004.765.291 = Rp 127.201.429.587 Rp 127.213.929.587

Tahun 2007

10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000

15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000

Page 17: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  65

30% x Rp 558.716.460.793 = Rp 167.614.938.238 Rp 167.627.438.238

Dengan adanya perbedaan jumlah pajak yang terutang maka

perusahaan mempunyai resiko dapat dikenakan denda / sanksi pajak atas

besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar atau terutang, dan ini

mungkin dapat mengakibatkan likuiditas perusahaan dapat terganggu.

Seiring berubahnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh

perusahaan turut merubah pula besarnya laba setelah pajak perusahaan,

dimana laba bersih menurut akuntansi komersial dan laporan keuangan

fiskal. Perubahan laba komersial dan laba fiskal ini bersifat permanen

(permanent difference ) karena beberapa biaya pada Laporan Laba Rugi

komersial tidak dapat dijadikan pengurang sehingga harus dilakukan

koreksi atas biaya tersebut.

Berikut ini penulis akan menyajikan perhitungan pajak atau laporan

laba rugi fiskal yang dibuat oleh pihak PT. Jasa Raharja (Persero), penulis

mencoba untuk membandingkan antara laporan keuangan fiskal yang

dibuat perusahaan dengan hasil laporan laba fiskal yang dibuat oleh

penulis, diharapkan dengan melihat komparasi atau perbandingan laporan

fiskal tersebut dapat mempermudah melakukan evaluasi PPh Badan pasal

25 dan pasal 29.

Page 18: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  66

Page 19: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  67

Page 20: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  68

Page 21: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  69

Page 22: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  70

Page 23: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  71

Page 24: BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00476-AK Bab 4.pdfkomersial yang mendasarkan laba pada konsep ... Premi bruto adalah pendapatan

  72