BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI...

21
57 BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI PONDOK PESANTREN AL-HUDA DALAM UPAYA PENGENDALIAN EMOSI SANTRI 4.1. Analisis Pelaksanaan Mujahadah di Pondok Pesantren Al-Huda Petak Sidoarjo Susukan kabupaten Semarang 4.1.1. Awal mula pelaksanaan mujahadah di pondok pesantren Al-Huda. Mujahadah di pondok pesantren Al-Huda Sidoarjo, Susukan Semarang, pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan tersebut, yakni hanya sekitar 20 orang dari golongan santri dan masyarakat sekitarnya. Pada waktu dulu mereka datang ke pondok untuk menuntut ilmu dan berjama’ah dalam shalat. Masyarakat sekitar berjama’ah shalat Shubuh setelah itu kemudian dari jama’ah menanyakan permasalahan yang di hadapi oleh masing-masing jama’ah dan santri tentang masalah keagamaan, karena pada waktu itu jarang sekali kegiatan-kegiatan yang bernuansa keagamaan, adanya hanya kegiatan rutinitas se- hari-hari yaitu menjalankan shalat wajib. Setelah pimpinan pondok pesantren di pegang oleh KH.Maesur Jufri muncullah inisiatif mengkoordinir kegiatan mujahadah di Pondok Pesantren Al- Huda yang kala itu bertambah banyak. Setelah berjalan beberapa tahun untuk menjalankan mujahadah dipilihlah malam Jum’at Wage karena pada malam itu banyak jama’ah ataupun warga sekitar berdo’a untuk mendoakan keluarganya yang sudah meninggal dunia. Sedangkan untuk cara yang digunakan untuk

Transcript of BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI...

Page 1: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

57

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH

DI PONDOK PESANTREN AL-HUDA

DALAM UPAYA PENGENDALIAN EMOSI SANTRI

4.1. Analisis Pelaksanaan Mujahadah di Pondok Pesantren Al-Huda Petak

Sidoarjo Susukan kabupaten Semarang

4.1.1. Awal mula pelaksanaan mujahadah di pondok pesantren Al-Huda.

Mujahadah di pondok pesantren Al-Huda Sidoarjo, Susukan Semarang,

pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan tersebut, yakni

hanya sekitar 20 orang dari golongan santri dan masyarakat sekitarnya. Pada

waktu dulu mereka datang ke pondok untuk menuntut ilmu dan berjama’ah dalam

shalat. Masyarakat sekitar berjama’ah shalat Shubuh setelah itu kemudian dari

jama’ah menanyakan permasalahan yang di hadapi oleh masing-masing jama’ah

dan santri tentang masalah keagamaan, karena pada waktu itu jarang sekali

kegiatan-kegiatan yang bernuansa keagamaan, adanya hanya kegiatan rutinitas se-

hari-hari yaitu menjalankan shalat wajib.

Setelah pimpinan pondok pesantren di pegang oleh KH.Maesur Jufri

muncullah inisiatif mengkoordinir kegiatan mujahadah di Pondok Pesantren Al-

Huda yang kala itu bertambah banyak. Setelah berjalan beberapa tahun untuk

menjalankan mujahadah dipilihlah malam Jum’at Wage karena pada malam itu

banyak jama’ah ataupun warga sekitar berdo’a untuk mendoakan keluarganya

yang sudah meninggal dunia. Sedangkan untuk cara yang digunakan untuk

Page 2: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

58

mujahadahnya adalah kadang dengan metode ceramah. Hal ini dilakukan dengan

berbagai pertimbangan :

Pertama, karena jama’ah mujahadah, santri dan masyarakat banyak yang

kurang atau belum bisa mengendalikan hawa nafsunya atau emosinya.

Kedua, karena banyak dari mereka yang kurang begitu mengenal Allah

sebagai Tuhan secara mendalam dan yang menciptakannya.

Setelah beberapa kali pelaksanaan mujahadah kebanyakan dari mereka

berniat untuk mengulanginya sehingga banyak tamu dan masyarakat luar daerah

datang untuk mengikuti pelaksanaan mujahadah, dan mereka memiliki kemauan

besar untuk mengikuti kegiatan mujahadah dengan maksud untuk menentramkan

qalbu (hati) sehingga saat ini jama’ah yang ikut dalam mujahadah di Pondok

Pesantren Al-Huda yang hadir sekitar 500 jama’ah yang terdiri dari santri pondok

pesantren Al-Huda dan pengikut mujahadah dari lingkungan sekitar dan berbagai

daerah.

4.1.2. Analisis terhadap Ritualiatas Pelaksanaan Mujahadah

Seperti telah penulis sebutkan pada Bab III bahwa pelaksanaan mujahadah

di Pondok Pesantren Al-Huda dilaksanakan pada waktu malam hari sehabis shalat

Maghrib, dimana materi dari mujahadah tersebut adalah berupa do’a dan wiridan.

Untuk itu akan penulis jelaskan satu persatu dari bacaan ataupun ritual yang

dibaca pada waktu kegiatan mujahadah. Dalam setiap kali pelaksanaan mujahadah

di Pondok Pesantren Al-Huda diberikan berbagai macam materi mujahadah

sebagai bentuk realisasi ajaran agama kepada para santi dan pengikut mujahadah.

Page 3: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

59

Adapun berbagai materi yang menjadi rutinitas pelaksanaan mujahadah di Pondok

Pesantren Al-Huda adalah sebagai berikut :

1. Praktek shalat berjama’ah, di sertai dengan pemupukan rasa persaudaraan

Islam (ukhuwah islamiyah).

2. Kecintaan melaksanakan beberapa shalat sunah utama.

3. Kecintaan untuk saling nasehat menasehati antar sesama saudara muslim,

sesuai dengan wasiat dengan kebenaran dan dalam kesabaran

4. Kecintaan dan pembiasanan dzikir dan wirid sebagi proses pengerahan dan

pengayaan rohani

Berbagai kandungan materi yang dilaksanakan pada mujahadah tersebut

nampak bahwa dalam mujahadah yang diterapkan di Pondok Pesantren Al-Huda

bertujuan untuk selalu menyeimbangkan aplikasi dan trilogi agama yaitu Islam,

iman dan ihsan. Lebih lagi aplikasi empat kerangka tasawuf, yakni syari’at,

tarekat, ma’rifat, dan hakekat.

Dari segi tata cara mujahadah, nampak pula apa yang telah dilaksanakan di

Pondok Pesantren Al-Huda telah memenuhi syarat adab mujahadah yang sudah

popular, seperti : majlis mujahadah “al-Asma’ al-Husna” Semarang bersama

KH. Amjad, Majelis “al-Dzikra” Jakarta bersama Ustadz Muhammad Arifin

Ilham, “Tazkia” Jakarta bersama Jalaludin Rakhmat, dan sebagainya. Adab yang

dimaksud antara lain:

1. Khusyu’ yaitu memohon kepada Allah dengan sungguh-sungguh, penuh adab

dan sambil berusaha mengingat makna yang dibaca.

2. Menjaga suara dzikir agar tidak mengganggu orang lain.

Page 4: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

60

3. Membaca dengan serempak dan seragam.

4. Menjaga kebersihan dan kesucian diri serta tempat dan pakaian.

5. Di sertai dengan beberapa shalat Sunnah yang utama.

6. Posisi menghadapi qiblat (ketika tempat memungkinkan)

7. Percaya dan mantap kepada Allah dan bersangka baik kepada Allah.

Di samping beberapa tujuan, hikmah dan manfaat yang sudah tersebut di

atas pelaksanaan dzikir dan wirid dalam mujahadah Pondok Pesantren Al-Huda

memiliki tujuan-tujuan khusus sesuai dengan bacaan bacaan yang dibaca pada

mujahadah tersebut. tujuan dari mujahadah di Pondok Pesantren Al-Huda

meliputi:

1. Awwal al-Hadlirah

Awwal al-Hadlirah adalah pendahuluan atau bacaan awal sebelum

prosesi mujahadah dilaksanakan. Bentuknya adalah bacaan surat al-Fatihah

Fadhilah atau pahala bacaannya dikhususkan untuk personal tertentu. Tujuan

dari pembagan awwal al-hadlirah adalah berkirim do’a kepada arwah atau

nama-nama yang disebut juga kadang sebagai washilah, dan khusus untuk

Nabi guna minta syafa’at Rasulullah SAW.

Intinya adalah di samping berkirim pahala juga demi kebaikan

bersama dunia dan akhirat. Pada majlis mujahadah pondok pesantren Al-

Huda, awwal al-hadlirah yang dibakukan adalah ditujukan kepada: (Ahmad,

t.th.: 1)

a. Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

b. Sayyidina Abi al-Abbas al-Khidlir Balya ibn Malkan.

Page 5: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

61

c. Para Masyayikh tarekat al-Qadiriyah dan al-Naqsyabandiyah, khususnya

adalah Syekh ‘Abd al-Qadier al-Jilany dan Syekh Abi al-Qasim Junaid al-

Baghdadi, serta Syekh Baha’al-din Muhammad al-Naqsyabandani.

d. Syekh ‘Abd al-Rahman bin Ahmad Badawi dan seluruh ahli dan seluruh

ahli silsilahnya (nama-nama yang menjadi mata rantai penghubung

ajaran).

e. Seluruh orang tua dan guru-guru dari jama’ah yang hadir seluruhnya.

f. Seluruh arwah kaum muslimin.

Jadi nampak dari prosesi awwal al-hadliroh tesebut, bahwa di samping

mengharapkan syafa’at Rasulullah, berkirim pahala bacaan kepada para guru

tarekat dan sekaligus juga kepada sesama saudara muslim dan berkeimanan.

Sehingga manfaat yang diharapkan oleh jama’ah juga bukan sekedar syafa’at

Nabi, namun juga karamah para auliya’ dan manfaat serta hikmah semangat

ukhuwah islamiyah.

2. Al-asma’ al-Husna

Al-asma’al-Husna yang dibaca pada Mujahadah Pondok Pesantren Al-

Huda terdiri atas dua bentuk: Pertama, pembacaan al-Asma‘ al-Husna secara

keseluruhan meliputi 99 asma’ yang dibaca pada awal mujahadah setelah al-

Awwal al-Hadlirah. Kedua, al-Asma’ al-Husna yang dibaca berdasarkan

pilihan pada kelompok wirid dan dzikir sesudahnya. Tentu pilihan pilihan ini

didasarkan pada kemanfaatan, makna dan juga kegunaan dari rahasia bacaan

yang dibaca itu. Sehingga dalam pembacaanya dipilih dan disendirikan.

Pembacaan al-Asma’ al-Husna secara keseluruhan dibaca satu kali secara

Page 6: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

62

berurutan, sedang yang berdasarkan pilihan dibaca dengan jumlah tertentu

yang berbeda-beda sesuai dengan kandungan hikmah yang diyakini adanya.

Menurut H. Amdjad Al-Hafidz (2003: 1), fungsi utama al-Asma’ al-Husna

adalah sebagai alat untuk berdo’a dengan terjun untuk mendekatkan diri

kepada Allah.

Adapun hasil yang didapatkan tentunya dengan izin Allah-menurut H.

Amjad adalah sebagai berikut: (Al-Hafidz: 2003: 1-2)

a. Hati menjadi tenang dan mantap

b. Iman bertambah kuat, diikuti amal shaleh

c. Hidup akan makin bergairah, makin semangat untuk membangun dunia

dan mencari bekal di akhirat.

d. Selalu mendapatkan pertolongan dari Allah.

e. Hilang rasa gelish, susah dan stress.

f. Akhlak yang baik menuju pahala yang mulia.

g. Dicintai Allah SWT, ahli langit dan bumi,

h. Semangat belajar meningkat, sifat malas hilang

i. Dan sebagainya.

Di samping pembacaan yang umum dan manfaat yang umum yang

terdapat dalam Pondok Pesantren Al-Huda juga dibaca beberapa al-Asma’ al-

Husna pilihan sebab sebagaimana dikemukakan oleh Komaruddin Hidayat

(1998: 13), bahwa masing-masing dari nama Tuhan itu bagaikan sebuah

password untuk membuka pintunya, dan seorang hamba yang shaleh bisa

mengambil anugerah yang tersediakan di gudangnya yang tak terbatas.

Page 7: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

63

3. Shalawat Nabi

Sudah menjadi kesepakatan para ulama, bahwa membaca shalawat

secara umum wajib atas orang yang beriman, sesuai dengan firman Allah (Qs.

Al-Ahzab: 56). Bahkan bukan hanya bershalawat, tetapi juga mengucapkan

salam penghormatan bagi Nabi. Sehingga kemudian pembacaan shalawat

dirangkai dengan ucapan salam bagi Nabi SAW.

Di samping kewajiban tersebut, pembacaan shalawat juga akan

memunculkan harapan untuk mendapatkan syafa’at al-udzma dari Rasulullah

kelak di hari kiamat. Jika diringkas di antara keutamaan-keutamaan membaca

shalawat adalah sebagai berikut: (Syarifuddin: 76-80).

a. Membaca shalawat dan salam satu kali, maka Allah bershalawat untuknya

sepuluh kali, dan sepuluh kesalahannya dileburkan, dan diangkat sepuluh

derajat.

b. Bacaan shalawat Nabi akan selalu sampai kepadanya, dimanapun

diucapkan, tidak harus berziarah di kubur Nabi, walaupun itu lebih utama.

c. Ucapan shalawat yang dibaca pada hari Jum’at akan langsung di

tampakkan kepada Rasulullah.

d. Kemuliaan mulut diukur dari bagaimana tanggapan atau jawabannya

ketika asma Nabi diucapkan.

e. Setiap berdo’a diutamakan untuk mendahuluinya dengan shalawat, di

samping memuji asma Tuhan.

Jadi wajar jika kemudian bacaan shalawat menjadi favorit di

kalangan masyarakat Islam, bahkan kemudian para ulama menambahkan

Page 8: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

64

dengan aneka ragam shalawat yang dibuat kemudian untuk menjunjung tinggi

derajat Nabi, dan shalawat Ibrahimiyah.

4. Beberapa dzikir dan wirid yang utama

Do’a dan wirid yang utama yang dibiasakan oleh Pondok Pesantren

Al-Huda sebagaimana yang nampak dalam risalah mujahadah adalah di

samping yang sudah disebutkan lafadz hauqalah, permohonan ampun dan

taubat dengan mengharap limpahan kekuatan dan keperkasaan Allah,

basmalah, doa taubat (rabbana zalamna anfusana…), doa selamat dari

zalimiyah (laa ilaaha illa anta…), dan do’a sapu jagad.

Pemilihan wirid-wirid tersebut memiliki maksud-maksud yang

diinginkan sebagai output (kandungan: sirr) pembacaan dari mujahadah

tersebut. Lafaz hauqalah jelas dengan tujuan guna mengharapkan limpahan

kekuatan Allah, baik demi kejayaan hidup di dunia, maupun untuk kemuliaan

akhirat. Apalagi ini di sertai dengan permohonan ampun serta taubat dengan

harapan taubat yang terjadi betul-betul karena kekuatan Allah menuntun

pribadinya.

Do’a “ rabbana dzalamna….” Di yakini merupakan do’a warisan

Nabi Adam AS sebagai rasa taubatnya kepada Allah, ketika Adam sudah

berada di bumi. Jadi fungsinya antara lain agar kehidupan di dunia ini

dihindarkan dari kezaliman pribadi, maupun kezaliman yang datangnya dari

luar.

Do’a “laa ilaaha illa anta…” (Qs. Al-Anbiya: 87) diyakini do’a yang

berasal dari Nabi Yunus AS sewaktu keluar dari perut ikan hiu yang

Page 9: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

65

menelannya selama 40 tahun. Sehingga maksudnya agar hidupnya terhindar

dari segala macam kekhilafan dan bala’. Intinya do’a-do’a tersebut memohon

campur tangan dan kekuasaan Allah dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

5. Istighfar dan tahlil

Istighfar dan tahlil juga merupakan wirid populer bagi masyarakat

Islam Indonesia, terutama dihubungkan dengan siklus kehidupan manusia,

sejak lahir sampai mati. Umumnya do’a-do’a ini dibaca di samping dengan

harapan supaya mendapatkan tuntunan kehidupan dari Allah, juga agar

mendapatkan keselamatan bagi dirinya dunia dan akhirat.

6. Shalat Sunnah

Shalat Sunnah rutin yang dilaksanakan setiap kali mujahadah adalah

shalat sunnat Hajat, dan shalat Ghaib. Shalat Hajat dimaksudkan sebagai

shalat agar apa yang menjadi kepentingannya dapat dikabulkan dan mendapat

ridha Allah SWT. Sedangkan shalat Ghaib merupakan shalat yang

dilaksanakan untuk para arwah yang sudah meninggal, dan mendo’akan

ampunan serta kebaikan nasibnya di alam barzah dan di alam akhirat kelak.

Maka jika dikorelasikan, shalat yang dilaksanakan berisi do’a yang

menyeluruh, memohon keselamatan, keberkahan dan kecukupan dunia

akhirat, selamat dunia dan agamanya. Dan ini memang menjadi tujuan umum

dari setiap mujahadah yang ada secara simultan menunjukkan bahwa peran

mujahadah memberikan kontrbusi bagi psikologi dan jiwa seseorang

khususnya santri terhadap pengendalian emosi, hanya saja orientasi masing-

Page 10: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

66

masing secara mendalam hanya dapat diketahui berdasarkan wirid dan zikir

yang dilakukan di dalam majelis.

7. Mau’idzah al-Hasanah

Mau’idzah al-Hasanah merupakan sarana pelengkap yang bertujuan

untuk memberikan bekal wawasan dan ilmu kepada para jama’ah, terkait

dengan kepentingan hidupnya. Uraiannya meliputi wacana keagamaan secara

umum dan dikhususkan kepada materi yang memiliki hubungan langsung

dengan kehidupan sehari-hari dari jama’ah mujahadah.

Demikian beberapa analisis yang menyangkut pelaksanaan

mujahadah di Pondok Pesantren Al-Huda Petak Sidoarjo Susukan Kabupaten

Semarang.

4.2. Analisis terhadap Aktualisasi Mujahadah Dalam Upaya Pengendalian

Emosi Santri

Di era globalisasi ini kebutuhan agama sangatlah besar dikarenakan dalam

masyarakat muncul perilaku-perilaku yang menyimpang, sebagai contoh adalah

emosi. Emosi yang dimaksud penulis di sini adalah emosi yang mempunyai

dampak negatif yang berakibat pada penyimpangan-penyimpangan yang terjadi

dalam kehidupan kita sehari-hari.

Pondok Pesantren Al-Huda Petak Sidoarjo menerapkan mujahadah

sebagai pengendalian emosi santri ini terlihat dengan kegiatan yang berkelanjutan.

Mujahadah yang dilaksanakan Pondok Pesantren Al-Huda tidak hanya sebagai

tatanan ritualitas. Lebih dari itu, mujahadah adalah bagaian dari sebuah

Page 11: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

67

kontemplasi yang mengatur komunikasi antara Allah dengan hamba-Nya. Dalam

hal ini konsep mujahadah tidak hanya bersifat sebagai nilai ibadah, namun sebagai

penyejukan jiwa bagi seorang santri.

Beragam problem yang dihadapi santri sebagai bagian dari komunitas

masyarakat pesantren. Mau tidak mau ia mesti berhadapan dengan realitas

lingkungannya, hal ini terkadang memberikan dampak buruk terhadap

kesinambungan manusia dalam menghadapi realita kehidupan yang penuh

delimatis dan problematis. Apalagi dengan persoalan yang dihadapi pada

lingkungan pendidikan pesantren. Sebagian persoalan santri yang muncul adalah

kurangnya atau minimnya biaya hidup di pesantren, kerindun terhadap kampung

halaman dan jauh dari orang tua, ketidakharmonisan sesaat dalam interaksi

lingkungan dan banyak hal lainnya, kadang menjadi tantangan tersendiri bagi

seorang santri. Tak heran ini menjadikan seorang santri melakukan tindakan

menyimpang, kriminalitas dan pelarian pada hal-hal negatif menjadikan persoalan

tersendiri bagi santri.

Dalam hal ini keberadaan sebuah mujahadah adalah bagian dari sebuah

nilai positif, adanya kecenderungan evaluasi diri dalam merenung dan membaca

teks-teks normatif baik dalam bentuk al-Asmaul al-Husna, wirid, maupun bacaan

istighfar menjadikan rasa damai dan ketentraman di batin dan jiwa santri.

Mujahadah dan kecenderungan masyarakat sekarang adalah bagian dari

sebuah tuntutan dan pencarian dari sebuah terobosan baru mendekatkan diri pada

Illahi, disebutkan seperti itu ketika tatanan nilai tidak hanya membawa manusia

meninggalkan pada dunia entertaimen namun lebih membawa ia pada pelarian

Page 12: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

68

pada dunia spiritual. Dalam hal ini keberadaan mujahadah adalah bagian dari

ketergantungan spiritual dan tatanan moral. Dikatakan begitu karena moralitas

terbentuk oleh dorongan spiritualitas manusia. Dari sinilah tatanan nilai religi

tidak hanya ritual dalam shalat maupun menjalankan ibadah lima waktu.

Pengalaman Rasulullah SAW dalam mengahadapi persoalan sosial oleh

tatanan nilai masyarakat jahiliah waktu itu. Saat awal-awal beliau menghadapi

kultur sebagai utusan di bumi ini. Beliau cenderung melakukan ritualitas menyepi

di goa hiro’. Menurut penulis dalam hal ini adalah agar do’a proses dalam

melakukan mujahadah, meski pada saat itu belum ada sebuah aturan yang turun

dari Allah SWT. Namun sekali lagi penulis melihat bahwa apa yang dilakukan

oleh Muhammad SAW sebelum menjadi Rasul adalah bagian dari proses

mujahadah.

Dari pemahaman ini dapat ditarik simpulan, Rasul dalam mengahadapi

persoalan cenderung melakuan penyedirian dalam rangka mencari ketenangan dan

mencari sebuah solusi apa yang mesti dihadapi. Dari sinilah mengacu pengalaman

spiritual Rasul di goa Hiro’ bagian dari proses mujahadah manusia dalam

menghadapi persoalan.

Kaitannya dengan konteks sekarang di mana mujahadah bagian dari

tatanan proses ritualitas adalah adanya terobosan nilai di samping dalam

mengarahkan umat manusia menghadapi sesuatu yang berkaitan dengan nilai nilai

religi yang membentuk moralitas.

Page 13: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

69

4.3. Analisis terhadap Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan

Mujahadah dalam Upaya Pengendalian Emosi Santri

Dalam setiap aktifitas mujahadah yang dilaksanakan sebagaimana yang

telah diterapkan oleh Pondok Pesantren Al-Huda, dalam pelaksanaannya terdapat

faktor penghambat maupun pendukung kegiatan tersebut. adapun faktor

pendukung dan penghambat kegiatan mujahadah yaitu:

4.3.1. Faktor-Faktor Pendukung

Yang menjadikan faktor pendukung yang sudah nampak dalam

pelaksanaan mujahadah di Pondok Pesantren Al-Huda antara lain:

1. Lokasi pelaksanaan mujahadah yang sangat strategis

Lokasi pelaksanaan mujahadah merupakan lokasi yang sangat

strategis. Lokasi Pondok Pesantren Al-Huda berbatasan langsung dengan

pasar, jalan raya sebagai lalu lintas utama antara Kabupaten Semarang dan

Kabupaten Boyolali. Lokasi yang strategis merupakan salah satu faktor utama

kesuksesan dan keberlanjutan suatu kegiatan keagamaan.

Lokasi yang demikian itu, maka akan memungkinkan para peserta

mujahadah terutama yang berasal dari tempat yang lumayan jauh untuk

melakukan perjalanan mujahadah, sekaligus berniat melakukan aktifitas

ibadah yang lain. Sebagai misal berziarah ke makam pendiri Pondok

Pesantren Al-Huda dan para auliya’ dan ulama. Sementara keperluan

transportasi untuk itu relatif mudah kerena berdekatan dengan pasar.

Page 14: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

70

Apabila dilihat dari sudut pandang geografis, ini sebenarnya masih

sangat terbuka bagi pengembangan aktivitas atau even Mujahadah Al-Huda

menjadi lebih besar.

2. Manajemen organisasi dan job diskripsi yang sudah jelas

Pelaksanaan mujahadah Al-Huda dalam pelaksanaannya ditangani oleh

sebuah kepengurusan pondok yang dibentuk untuk kegiatan tersebut.

Organisasinya menyatu dengan Pondok Pesantren yang tugasnya mengurusi

soal mujahadah dan ditangani langsung oleh kyai. Posisi kyai adalah hanya

sebatas sebagai pembimbing, serta tuan rumah (shahib al-bayt) sementara

penanganan penyelenggaraannya diserahkan kapada kepengurusan santri. Ini

menunjukan bahwa sang kyai menerapkan asas demokrasi di lingkungan

pondok dan sekitarnya, serta tidak ingin kegiatan keagamaan yang diasuhnya

dimonopoli oleh keluarga pondok, apalagi oleh keluarga kyai.

Santri berfungsi sebagai anggota organisasi, yang kemudian dalam

pelaksanaan tugasnya pada setiap acara mujahadah saling memberi tugas satu

sama lain.

Memang secara hirarkis dan organisatoris bentuk organisasinya belum

sempurna betul, namun sudah cukup memadai dan baik, karena memang

terdiri dari anggota santri yang sudah tua. Organisasi meliputi pengurus

harian, yaitu ketua, sekretaris, bendahara, dan penceramah, serta pengurus

teknis yaitu seksi pengajian dan seksi sarana dan prasarana, sehingga nampak

bahwa masing-masing yang terlibat dalam kepengurusan telah memiliki

pembagian tugas yang jelas, dan tentunya pelaksanaan mujahadah tidaklah

Page 15: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

71

saling tumpang tindih dalam pelaksanaan tugasnya. Inilah yang menjadi salah

satu kunci kelancaran pelaksanaan mujahadah itu.

Struktur bendahara dan sekretaris semakin menunjukan bahwa

organisasi ini bersifat independen dari kyai dan pesantren sebagai induk

kegiatannya. Hal ini penting, karena tidak mengganggu keuangan pondok,

sekaligus tingkat kepercayaan jama’ah terhadap pengelolaan keuangan yang

ada. Kredit positif dari hal ini jelas, bahwa tingkat kepercayaan terhadap

Pondok Pesantren Al-Huda juga meningkat, baik bagi keberadaan pondok

maupun dalam pelaksanaan mujahadah di masyarakat sekitar.

3. Jama’ah yang cukup dalam mengikuti Mujahadah

Rata-rata jama’ah adalah peserta aktif dalam kegiatan mujahadah Al-

Huda. Jarang ada anggota jama’ah yang sudah pernah mengikuti kemudian

menghentikan kegiatan pada mujahadah itu.

Umumnya terjadi kecanduan di kalangan jama’ah, sehingga mereka

semakin aktif, dan sekaligus mengajak rekan, saudara atau tetangganya untuk

ikut serta dalam mujahadah itu. Konsistensi jama’ah ini semakin nampak dari

perkembangan peserta yang makin lama makin banyak, dari hanya sekitar 20

orang peserta waktu didirikan, sekarang sudah mencapai sekitar 500-an orang

yang selalu hadir dalam mujahadah.

4. Latar belakang pendidikan,social ekonomi jama’ah yang beraneka ragam.

Latar belakang pendidikan, sosial, dan ekonomi dapat menjadi faktor

yang mendukung pelaksanaan mujahadah, karena dari ragam mitos tersebut

masyarakat tahu bawa pelaksanaan mujahadah diikuti oleh hampir semua

Page 16: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

72

lapisan masyarakat dan para santri. Sehingga tidak ada rasa minder, rendah

diri dan sebagainya, yang berada di situ telah melepaskan baju kelas masing-

masing dan hanya datang dengan tujuan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Hal ini didukung oleh pelaksanaannya yang dilakukan dengan

mengambil sentral masjid Pondok Pesantren Al-Huda yang menjadi simbol

inklusifitas dan bebas kelas, diakui atau tidak faktor ini di akui menjadi daya

tarik tersendiri bagi pelaksanaan mujahadah.

5. Ragam daerah asal jama’ah

Jama’ah mujahadah Al-Huda berasal dari berbagai daerah, baik

pelosok desa maupun luar desa petak, bahkan banyak yang dari luar kota. Hal

ini mendatangkan keuntungan tersendiri bagi jama’ah, yaitu antara lain :

a. Memudahkan sosialisai eksistensi mujahadah dalam wilayah yang luas,

tanpa harus dengan membuat program sosialisasi, yang khusus, umumnya

para jama’ah akan getok tular kepada saudara dan sahabat maupun kerabat

rekanan lainya. Bahkan proses getok tular itu tanpa di sengaja, kadang

dengan ngobrol-ngobrol kemudian mengarahkan kepada pelaksanaan

mujahadah itu.

b. Dengan latar belakang asal daerah yang bermacam-macan itu semakin

mempercepat proses akulturasi budaya yang ada, merekatkan perbedaan

sosial kultural menjadi semacam budaya baru yang kemudian menjadi

pemicu jalinan ukhuwah islamiyah. Dengan forum ini dapat saja di

kemudian hari lahir suatu kebudayaan atau tradisi dan pemahaman

Page 17: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

73

keagamaan dalam bentuk varian baru yang berasal dari komunitas

mujahadah Al-Huda.

c. Akan mengakibatkan terjadinya proses tukar informasi keagamaan dari

wilayah yang berbeda, yang tentunya dalam bentuk tradisi keagamaan

yang berbeda pula. Selain itu akan memperluas cakrawala pengetahuan

jama’ah akan dunia keulamaan, literatur keagamaan, kegiatan-kegiatan

yang bisa ditransfer di tempat lain dan sejenisnya.

6. Mayoritas jama’ah mujahadah adalah usia remaja dan usia muda (usia

produktif)

Satu hal yang sangat menarik dan sangat menyenangkan adalah adanya

fakta bahwa mayoritas jama’ah mujahadah Al-Huda adalah jama’ah yang

sedang menuntut ilmu dalam pondok pesantren Al-Huda yang berada dalam

usia produktif dan pertumbuhan. Sebesar 60 % dari keseluruhan jama’ah

mujahadah adalah berusia 17-40 tahun.

Secara psikologis, usia sekian adalah usia produktif. Secara ide dan

ekonomi serta usia pencarian jati diri, serta pencarian kepuasan rohani.

Sehingga keberadaan usia yang mayoritas ini menyiratkan harapan positif,

bahwa mereka akan memperoleh apa yang mereka cari dari perspektif

spiritualnya di dalam mujahadah ini.

Mujahadah merupakan arena pengasahan rohani, penuntut jiwa yang

labil dan mengarahkan kembali instabilitas mental, pikiran, kejiwaan

seseorang. Sedang manusia yang berada dalam usia-usia tersebut merasa

dalam kondisi psikis yang rawan. Terjunnya mereka di arena ini menjadi hal

Page 18: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

74

yang tepat dari sudut pandang keagamaan, dan tentu suatu hal yang sangat

baik bagi masa depan mereka.

7. Bentuk kegiatan yang tidak monoton, akan tetapi tidak pernah menghilangkan

unsur utama kegiatan.

Kelebihan mujahadah di Pondok Pesantren Al-Huda adalah bahwa

penyelenggaraan mujahadah dikemas secara dinamis dan variatif, tidak

monoton. Hal ini menghilangkan perasaan bosan dan jenuh. Efek positifnya

walaupun acara intinya tetap, tetapi acara lain atau sampingan tidak diketahui

secara pasti sehingga menghindarkan niat hanya datang ketika acara inti di

mulai.

8. Mujahadah dilaksanakan dilingkungan Pondok Pesantren

Pondok pesantren dalam kultur masyarakat Islam Indonesia telah

memiliki kedudukan khusus dalam benaknya. Sehingga apa yang

dilaksanakan Pondok Pesantren relatif mendapat perhatian lebih tinggi dari

masyarakat, di banding penyelenggaraan di tempat lain, hal ini dikarenakan

bahwa Pondok Pesentren merupakan ladang amal shaleh bagi orang-orang

yang menghendaki. Mujahadah adalah sudah dianggap sebagai kegiatan

spiritual, walau nyata-nyata melibatkan keaktifan fisik dan materi. Salah satu

daya tarik mujahadah Pondok Pesantren Al-Huda adalah pelaksanaannya yang

tepat berada di lingkungan Pondok Pesantren Al-Huda.

Pondok Pesantren Al-Huda itu sendiri di lingkungan masyarakat Desa

Petak juga sudah dikenal sebagai Pondok Pesantren yang cukup ramai dan

memang telah dianggap sebagi pewaris tarekat Naqsyabandiyah yang salah

Page 19: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

75

satunya adalah ilmu-ilmu terekat dengan mujahadahnya. Sehingga dapat

dimaklumi bahwa ritualitas yang dilaksanakan di pondok ini menjadi ramai,

diakibatkan salah satu faktor pendukung utamanya adalah penyelenggaraan

yang dilaksanakan di lingkungan Pondok Pesantren. Itulah faktor pendukung

eksistensi mujahadah Al-Huda Petak Sidoarjo sejauh penulis temukan.

4.3.2. Faktor Penghambat

Faktor penghambat dalam pelaksanaan Mujahadah di Pondok Pesantren

Al-Huda antara lain:

1. Keragaman kemampuan nalar dan sosial-ekonomi jama’ah.

Keragaman latar belakang pendidikan, kemampuan nalar dan sosial

ekonomi memiliki nilai positif, namun pada satu segi juga memiliki efek yang

menjadi penghambat. Terutama pada proses penerimaan dan pemahaman

terhadap proses dakwah yang berlangsung baik menyangkut pemahaman

terhadap proses dakwah yang berlangsung, baik menyangkut pemahaman

tentang hakekat mujahadah itu sendiri dan utamanya adalah kemampuan

menyerap materi mau’idzah al-hasanah yang disampaikan.

Keragaman itu juga agak menyulitkan penerapan metode penyampaian

materi, serta penerapan bahasa yang pas bagi keseluruhan jama’ah. Hal ini

tentu merupakan masalah yang sangat serius, namun dalam jangka penjangnya

tetap akan terjadi bagi masing-masing individu peserta mujahadah dalam hal

pemahaman keagamaan dan pengalaman spiritual dari hasil mujahadah dan

proses yang berlangsung dalam mujahadah.

Page 20: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

76

2. Persepsi jama’ah terutama yang baru yang belum seragam terhadap tujuan

utama mujahadah.

Faktor penghambat yang lain adalah pemahaman yang belum seragam

di antara jama’ah tentang tujuan dan hakekat mujahadah itu sendiri. Dengan

kenyataan bahwa sebagian besar peserta adalah kaum pelajar menengah ke

bawah atau santri dan petani, maka kultur berpikir dan nalar rasa pun juga di

pengaruhi oleh faktor antropologi dan faktor dari mana ia berasal.

Remaja yang sedang berada dalam masa perkembangan nalar berada

pada alam pikiran yang masih labil, dan tentu sebagian sangat menyukai hal

yang berbau magis. Sedangkan alam pikiran petani umumnya dipengaruhi

oleh faktor geografinya yang memiliki alam pikiran mistis atau katakanlah

klenik.

Tentu latar belakang tersebut sangat mempengaruhi niat dan minat

mereka dalam mengikuti ritualitas mujahadah yang ada. Maka sebagaimana

umum terjadi, bisa saja bahwa tujuan mereka adalah bersifat mistis dan klenik,

serta untuk mandapatkan daya spiritual bagi kepentingan kehidupan duniawi

mereka. Ini tentu saja menjadi faktor penghambat bagi pengembangan

pemahaman dan proses pengadaan spiritual bagi jama’ah yang memiliki

tujuan-tujuan seperti itu.

3. Keterbatasan Peralatan yang di gunakan

Peralatan dakwah yang di terapkan Pondok Pesantren Al-Huda masih

berkutat pada ceramah, dialog, dan tatap muka. Sedangkan media yang di

gunakan baru pada tahapan pengeras suara yang ada di sekitar forum

Page 21: BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN MUJAHADAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · pada awalnya cuma beberapa orang saja yang ikut dalam kegiatan

77

mujahadah. Tentu hal ini agak menghambat percepatan perkembangan

mujahadah. Sebab peran media sangatlah penting dalam hal ini.

Mungkin media yang bisa segera di tambahkan adalah pesawat TV

untuk merealisasi kegiatan yang berada di dalam masjid, sehingga jama’ah

yang berada di luar masjid dan di jalan-jalan, bisa tetap mengikuti prosesi dari

dalam masjid secara langsung.

Juga bisa menggunakan brosur sebagai bentuk sosialisasi sehingga di

mungkinkan akan selalu menambah peserta baru dengan waktu yang relatif

cepat