BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB...

27
42 BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI AYAT-AYAT PLURALITAS DAN RELASI ANTAR AGAMA A. Klasifikasi ayat-ayat Pluralisme Selama kurun waktu yang lama, sejak Alquran memaklumatkan ketauhidan tuhan, umat muslim telah menjauh dari roh itu. Para pemuka umat adalah yang pertama mengakui berulang kali bahwa amal telah digantikan oleh sekedar profesi dan bahwa semangat telah memudar. 1 Sebagaimana Alquran sebagai kitab suci maupun sebagai pedoman hidup sangat menghargai adanya pluralitas. Pluralitas oleh Alquran dipandang sebagai sebuah keharusan. Artinya bagaimanapun juga sesuai dengan “sunatullah”, pluralitas pasti ada dan dengan itulah manusia akan diuji oleh Tuhan untuk melihat sejauh mana kepatuhan mereka dan dapat berlomba-lomba dalam mewujudkan kebajikan. Oleh karena itu, maka dibagi menjadi beberapa bagian pluralisme seperti: a. Pluralisme Manusia. Memahami Alquran sebagai pluralitas atas nama agama bahwa rahasia kemajemukan hanya diketahui oleh Allah, dan tugas manusia adalah menerima, memahami dan menjalani, seperti terdapat dalam surat al-Hujurat ayat 13: 1 Huston Smith, Agama-agama Manusia…, p.302

Transcript of BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB...

Page 1: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

42

BAB IV

ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI

AYAT-AYAT PLURALITAS DAN RELASI ANTAR AGAMA

A. Klasifikasi ayat-ayat Pluralisme

Selama kurun waktu yang lama, sejak Alquran memaklumatkan

ketauhidan tuhan, umat muslim telah menjauh dari roh itu. Para

pemuka umat adalah yang pertama mengakui berulang kali bahwa amal

telah digantikan oleh sekedar profesi dan bahwa semangat telah

memudar.1

Sebagaimana Alquran sebagai kitab suci maupun sebagai

pedoman hidup sangat menghargai adanya pluralitas. Pluralitas oleh

Alquran dipandang sebagai sebuah keharusan. Artinya bagaimanapun

juga sesuai dengan “sunatullah”, pluralitas pasti ada dan dengan itulah

manusia akan diuji oleh Tuhan untuk melihat sejauh mana kepatuhan

mereka dan dapat berlomba-lomba dalam mewujudkan kebajikan.

Oleh karena itu, maka dibagi menjadi beberapa bagian

pluralisme seperti:

a. Pluralisme Manusia.

Memahami Alquran sebagai pluralitas atas nama agama bahwa

rahasia kemajemukan hanya diketahui oleh Allah, dan tugas manusia

adalah menerima, memahami dan menjalani, seperti terdapat dalam

surat al-Hujurat ayat 13:

1 Huston Smith, Agama-agama Manusia…, p.302

Page 2: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

43

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-

mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi

Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya

Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Surat ali-Imran ayat 84:

“Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa

yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim,

Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan

kepada Musa, Isa dan Para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak

membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-

Nyalah Kami menyerahkan diri."

Surat Huud ayat 118-119:

Page 3: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

44

“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan

manusia umat yang satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih pendapat,

(118). Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan

untuk Itulah Allah menciptakan mereka. kalimat Tuhanmu (keputusan-

Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya aku akan memenuhi neraka

Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.”

b. Pluralisme Syari’at

Dalam surat an-Nahl ayat 93 juga membahas terkait pluralisme:

“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu

umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan

memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan

Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu

kerjakan.”

c. Pluralisme Agama.

Alquran juga membahas tidak ada paksaan dalam beragama

pernyataan dapat dilihat dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 256:

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.

karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman

kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul

Page 4: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

45

tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar

lagi Maha mengetahui.”

Surat Saba’ ayat 24-25:

“Katakanlah: "Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari

langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan Sesungguhnya Kami

atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau

dalam kesesatan yang nyata (24). Katakanlah: "Kamu tidak akan

ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang Kami perbuat dan

Kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat" (25).”

Paparan ayat tersebut diatas mengajarakan bahwa dalam hal

memilih agama, manusia diberikan kebebasan untuk memahami dan

mempertimbangkannya sendiri. Dalam kon teks ini, Thabathaba’i

berpendapat bahwa karena agama merupakan rangkaian imiyah yang

diikuti amaliyah (perwujudan perilaku) menjadi satu kesatuan

i’tiqadiyah (keyakinan) yang merupaka persoalan hati, maka

bagaimanapun agama tidak bisa dipaksakan oleh siapapun.2

2 Muhammad Hasan Thabathaba’I, al-Mizan fii Tafsir Alquran, (Qum Al-

muqaddas Iran: Jamma’at Al-mudarrisin fi Hauzati al-Ilmiyah, 1300H), p. 342

Page 5: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

46

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan

membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu

Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap

Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut

apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu

mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.

untuk tiap-tiap umat diantara kamu. Kami berikan aturan dan jalan

yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-

Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap

pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat

kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu

diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.”

Dalam ayat diatas membahas setelah Allah menceritakan kitab

Taurat yang diturunkan kepada Musa As, dan Allah telah memuji dan

menyanjung kitab tersebut, serta memerintahkan untuk mengikuti isi

kitab Taurat itu, karena ia kitab yang pantas diikuti, dan juga

menceritakan kitab Injil, memuji, dan memerintahkan pemeluknya

menegakkan dan mengikuti semua yang dikandungnya, sebagaimana

yang telah dijelaskan, maka Allah mulai menceritakan Alquran yang

diturunkan kepada hamba-Nya dan Rasul-Nya, maka turunnya Alquran

itu adalah sesuai dengan apa yang diberitakan didalam kitab-kitab

tersebut, yang mana hal itu akan menambah kebenarannya bagi

pembacanya, dari kalangan orang-orang yang berpikir, yang tunduk

Page 6: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

47

kepada Allah, dan mengikuti syari’at-syari’at-Nya, serta membenarkan

para Rasul-Nya.3

d. Pluralisme Perbedaan.

Dalam surat al-Hajj ayat 22 membahas ajakan berbuat damai

tanpa ada pertikaian tentang keagamaan:

“Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran

kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya.

(kepada mereka dikatakan), "Rasailah azab yang membakar ini".

Dalam surat ali-Imran ayat 64 membahas suatu perbedaan

merupakan “sunatullah”dan memang seharusnya perbedaan hanya

dilakukan untuk menyampaikan kebenaran:

“Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada

suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan

kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita

3 M. Abdul Goffar, Tafsir Ibnu Katsir (Jilid 3), (Bogor: Pustaka Imam

Syafi’I, 2003), Cet. ke 2, p. 114

Page 7: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

48

persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita

menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika

mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah,

bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

dalam surat al-Hajj ayat 22 membahas ajakan berbuat damai

tanpa ada pertikaian tentang keagamaan:

“Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran

kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya.

(kepada mereka dikatakan), "Rasailah azab yang membakar ini".

Surat al-Baqarah ayat 113:

“Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu

tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata:

"Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," Padahal

mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. demikian pula orang-orang

yang tidak mengetahui, mengatakan seperti Ucapan mereka itu. Maka

Allah akan mengadili diantara mereka pada hari kiamat, tentang apa-

apa yang mereka berselisih padanya.”

Dan ayat Alquran lain yang membahas pluralitas dalam

memberi hak untuk hidup berdampingan sambil menghormati pemeluk

agama lain dalam surat al-An’am ayat 108:

Page 8: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

49

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang

mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah

dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami

jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian

kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan

kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.”

Dalam ayat diatas membahas bahwasanya Allah berfirman,

melarang terhadap Rasul-Nya Muhammad Saw. dan orang-orang yang

beriman dari mencaci ilah-ilah kaum musyrikin, meskipun cacian itu

mengandung kemaslahatan, namun hal itu menimbulkan kerusakan

yang lebih besar daripada kemaslahatan itu sendiri, yaitu balasan

orang-orang musyrik dengan cacian terhadap ilah orang-orang

mukmin, padahal Allah adalah “Rabb, yang tiada ilah (yang berhak

diibadahi) selain Dia”.4

Oleh karena itu, dalam pembagian-pembagian klasifikasi ayat-

ayat pluralisme, agama Islam memang membahas bahwasanya tidak

usah mengusik agama non-muslim karena dasar agam Islam sendiri itu

adalah keselamatan, dan jalan umum keselamatan bagi seorang muslim

adalah mengikuti perintah-perintah Allah dan teladan Rasul, serta

mentaati hukum. Muslim hendaknya melaksanakan imannya dengan

4 M. Abdul Goffar, Tafsir Ibnu Katsir…, p. 272

Page 9: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

50

menjalankan pujaan (doa, ritual, ramadhan, ziarah) dengan

memperhatikan kaum fakir miskin. Karena gagasan doa dalam Alquran

adalah perlawanan terhadap perintah-perintah dan keputusan ilahi.5

B. Penafsiran Ayat-ayat Pluralitas dan Relasi Antar Agama

Menurut Jamal al-Banna

Sebagaimana diketahui Jamal al-Banna memang seorang

muffasir yang memiliki banyak karya walaupun tidak mempunyai

Tafsir khusus, hanya menafsirkan ayat-ayat yang dia teliti. Seperti

membahas ayat-ayat pluralitas, karena pembahasan pluralitas agama itu

selalu menjadi pembahasan menarik di era global ini, maka salah dan

benar tidak mungkin diterapkan dalam agama-agama, sebab setiap

agama mewakili salah salah satu kebutuhan dari manusia. Perbedaan

yang ada adalah karena disebabkan oleh perbedaan kebutuhan,

pengalaman, waktu dan lingkungannya.

Oleh karena itu, beberapa ayat Alquran bisa memperkuat alasan

adanya kebebasan berkeyakinan, dengan menerima kehadiran agama

lain dan menyerahkan urusan perbedaan yang ada kepada Allah.6

Jamal al-Banna juga membahas ayat Alquran yang

membicarakan perihal orang-orang Yahudi dan Nashrani dengan

netralitas dan kejujuran yang melampaui penelitian paling obyektif

sekalipun. Maka relasi antar agama bisa terbangun dari saling

menyikapi oleh setiuap umat, dan manakala orang-orang Yahudi begitu

bengis dan fanatis menentang Rasulullah, dalam surat al-Imran ayat 84:

5 Mariasusai Dhavamoni, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius,

1995), p. 313 6 Jamal al-Banna, Pluralitas dalam Masyarkat Islam…, p.36

Page 10: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

51

“Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa

yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim,

Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan

kepada Musa, Isa dan Para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak

membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-

Nyalah Kami menyerahkan diri.”

Alquran juga membahas penolakan saat orang Yahudi meminta

nabi Muhammad Saw. untuk menjadi hakim diantara mereka,

disebutkan dalam surat al-Maidah ayat 43:

“Dan Bagaimanakah mereka mengangkatmu menjadi hakim

mereka, Padahal mereka mempunyai Taurat yang didalamnya (ada)

hukum Allah, kemudian mereka berpaling sesudah itu (dari

putusanmu)? dan mereka sungguh-sungguh bukan orang yang

beriman.”

Alquran juga berbicara mengenai Injil dalam surat al-Maidah

ayat 47:

Page 11: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

52

“Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan

perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya. Barangsiapa

tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka

mereka itu adalah orang-orang yang fasik.”

Alquran memberikan petunjuk dalam menilai agama lain.

Pertama sekali adalah dengan menyerahkan penilaian tersebut kepada

Allah.7 Dan memang ketika berbicara relasi antar agama, Islam yang

paling terdepan berbicara tentang hak dan toleransi terhadap agama lain

pun, meskipun umat muslim dizaman modern ini banyak sekali yang

fanatik sekali terhadap agamanya sendiri walaupun sebenarnya dalam

Alquran berkata dengan kata-kata tegas dalam surat al-Maidah ayat

105:

“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; Tiadalah

orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu

telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali

semuanya, Maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah

kamu kerjakan.”

Konsep pluralitas juga dibahas dalam surat al-Qalam ayat 7:

7 Jamal al-Banna, Pluralitas dalam Masyarakat Islam.., p.39

Page 12: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

53

“Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang paling mengetahui

siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah yang paling mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Menurut penafsiran Jamal terkait ayat-ayat pluralisme dalam

Islam memiliki karakter tersendiri, yang bisa membedakannya dari

masyarakat selain islam. Karenanya, pluralisme tidak mesti harus

menghilangkan ciri khas "kepribadian" yang dimiliki oleh masyarakat

Islam. Masyarakat Mesir misalnya, dengan watak khasnya tidak lantas

mesti bertentangan dengan ciri khas yang dibawa oleh Islam.8 Dan

kedua ciri khas itu tidak bertentangan dengan pluralisme. Bahkan, ciri

khas yang ada pada masing-masing masyarakat terbilang sebagai hal

yang bisa saling melengkapi dan menjadi jati diri mereka. Dapatlah

diumpamakan seperti ibu bapak, atau contoh yang lebih khusus, yaitu

seorang ibu akan menurunkan sifat luhur pada anak-anaknya mulai

jenjang kanak-kanak. Lalu, seorang anak mendapatkan pengetahuannya

dari bangku sekolah atau dari berbagai media informasi.

Ketidakpahaman terhadap Islam bisa menodai makna pluralisme atau

mempersempit makna kandungannya. Atau bisa jadi, mengambil model

lain selain prinsip pluralisme ini.

Ciri khas dari bentuk pluralisme yang bisa ditemukan dan mesti

ada dalam masyarakat Islam maupun non Islam, adalah kebebasan yang

tidak mengenal batas ikatan. Seperti halnya, apa yang terjadi antara

masyarakat islam dan Mesir. Keduanya bisa berinteraksi dan tidak

8 Jamal al-Banna, Pluralitas dalam Masyarakat Islam… p. 76

Page 13: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

54

saling menjalankan perannya masing-masing. Bisa dikatakan bahwa

kebebasan berfikir dihasilkan dari ciri khas Islam yang otentik.

Jikalau, iman bersemayam dalam diri individu dan dijalankan

dengan mengikuti "aturan main”, yaitu dengan cara Hikmah dan

nasehat yang baik (Maidhah Hasanah), maka akan digapai kebaikan

dengan menipis perlawanan. Pada akhirnya, dengan mencurahkan

segenap usaha dan kemampuan secara maksimal bisa memperoleh

keberhasilan dan bisa menemukan solusi.9

Dalam waktu yang sama, kebebasan yang dijalankan oleh

pesaing, dalam mengungkapkan pandangan pemikiran mereka juga

perlu menjaga dan mengikuti aturan mainnya, dengan tidak berusaha

menjerumuskan pendapat orang-orang yang menginginkan perbaikan

(ishlah) dan membebaskan diri dari pengaruh masa lalu. Jika,

kebebasan dilakukan sampai pada tahap melampaui batas yang tidak

bisa dikontrol lagi, maka akan bisa menyebabkan terjadinya

kegoncangan dari pemikiran ke kegoncangan tindakan. lni memiliki

imbas negatif terhadap perekonomian dan permasalanan negara,

kenyataan yang jelas tidak diinginkan.

Jika, sektarianisme dan kedangkalan pandangan mengusai

pemikiran masyarakat seperti terjadi di banyak negara-negara Arab dan

Islam, maka prinsip pluralisme mengalami hambatan dan bakalan

berangsur merembet dari pemikiran menjadi paradigma "gerakan

kekuatan” atau sikap menekan dengan tindakan perang. Tiada solusi

"penyembuh” yang siap tersedia. Penyelesaian terdekat yang bisa kita

9 Jamal al-Banna, Pluralitas dalam Masyarakat Islam… p. 77

Page 14: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

55

dapati adalah sebagaimana apa yang ditawarkan oleh Alquran dalam

surat ali Imran ayat 64:

“Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada

suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan

kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita

persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita

menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika

mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah,

bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Jamal mengatakan salah satu bentuk pluralisme adalah

pengetahuan mengenai tatakarama bersepakat dan berselisih pendapat

dalam Islam, sebagaimana sudah kami uraikan dalam pembahasan yang

lampau.10

Hak pengaturan yang mutlak hanya milik Allah semata itu

mengharuskan manusia tidak memiliki hak kewenangan untuk

menetapkan maksud dan tujuan hidupnya sendiri di dunia, sekaligus

tidak ada hak baginya untuk menentukan cara-cara dalam mencapai

tujuan dan cita-cita hidupnya itu.11

10

Jamal al-Banna, Pluralitas dalam Masyarakat Islam… p. 78 11

Jamal al-Banna, Relasi Agama dan Negara…, p. 117

Page 15: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

56

C. Aktualisasi Penafsiran Jamal al-Banna atas Perbedaan dan

Kesepakatan Pluralitas dan Relasi antar Agama dalam Masyrakat

Islam.

Ayat-ayat tentang pluralisme yang telah dibahas tadi

sebelumnya memberikan pengertian adanya sumber utama pluralisme

dan merupakan sebuah gambaran khusus yang diberikan oleh Islam

tentang keberadaan masyarakat manusia. Seperti yang sudah

dipaparkan tadi, masyarakat Islam adalah bagian masyarakat manusia.

Meskipun dengan berbagai keistimewaan yang dimiliki, apa yang

menimpa pada masyarakat manusia akan pula menimpa pada

masyarakat Islam sesuai dengan kadar keberadaannya.

Ketika sebuah masyarakat terdiri dari jutaan manusia dan

beribu-ribu institusi, maka ini pluralisme merupakan suatu keniscayaan

dan kenyataan obyektif. Selain itu, tidak ada institusi pun yang mampu

menguasai kebenaran. Kebenaran sangatlah luas dan mendalam, lebih

luas dan mendalam dibandingkan dengan kemampuan orang atau

institusi. Keterbatasan manusiawi menjadi penghalang dalam meraih

kebenaran secara mutlak. Egoisme yang menguasai diri dan pandangan

seorang yang membuatnya tidak mampu memahami, kecuali sejengkal

saja dari kebenaran.12

Oleh karena itu, memahami toleransi pluralisme sangat

kontradiksi dengan konteks intoleransi dalam pluralisme. Seperti yang

dikutip mengenai pluralisme religius Hick, merupakan bentuk

dukungan terhadap sintesis doktrinal yang dipaksakan. Ia tidak

12

Jamal al-Banna, Pluralitas dalam masyarakat Islam…, p. 56

Page 16: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

57

mengijinkan adanya perbedaan yang paling prinsip dalam keyakinan

beragama. Tak peduli betapa pun gigihnya penganut Budha atau Hindu

menyangkal adanya sifat manusiawi dari realitas absolut dan tak peduli

bagaimana pun bersemangatnya penganut Kristen justru menegaskan

hal itu, Hick akan tetap menyatakan bahwa tidak ada konflik yang

nyata. Masing-masing hanya semata-mata mengekspresikan bentuk

jalan mereka untuk mencapai yang mutlak. Cara ini gagal dalam

memberikan penyelesaian yang adil bagi perbedaan dan konflik yang

selalu ada di antara para pemeluk agama-agama di dunia. Pada saat

pluralisme religius ditawarkan sebagai suatu teologi toleransi, ternyata

terbukti tidak toleran pada perbedaan-perbedaan religius yang benar-

benar nyata.13

Pluralisme secara alami menampung adanya perbedaan-

perbedaan, sembari menerimanya. Kenyataan ini harus diyakini sebagai

bagian tak terpisahkan dari masyarakat, dan mustahil menghindarinya.

Masalah ini memang nampak sebagai sesuatu yang baru sama sekali

bagi orang-orang uang berperadaban secara primitive atau penganut

Islam yang jumud dan tunggal.14

Disinilah relasi antar agama harus dibentuk, dimana konflik

agama tidak henti-hentinya menjadi buah bibir pembicaraan

masyarakat ataupun para pemuka umat. Oleh karena itu, dalam

menciptakan hidup bersama secara harmonis, dikalangan penganut

agama selalu terjadi dua bentuk sikap. Pertama, saling mengharagai

dan menghormati itu berjalan secara formalistik. Artinya seorang

13

Muhammad Legenhausen, Satu Agama atau Banyak Agama, (Jakarta:

Lentera Basritama, 2002), p.95 14

Jamal al-Banna, Pluralitas dalam Masyarakat Islam…, p.56

Page 17: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

58

menghormati orang yang beragama lain hanya karena kepentingan

politik. Misalnya karena sama-sama mendiami dunia yang satu,

manusia tidak pantas saling membunuh, saling menindas, dan saling

mengusir. Atau karena sama-sama satu bangsa dan Negara,

sepantasnyalah umat beragama saling rukun demi cita-cita bersama.

Kedua, penghormatan terhadap orang yang menganut agama

lain muncul bukan karena kepentingan politik semata, tetapi lebih dari

itu adanya kesadaran bahwa agama-agama yang dianut manusia dibumi

ini memiliki ajaran yang didasarkan pada teks-teks suci akar harmonis

dalam bentuk titik temu yang sangat mendasar.15

Dan awal mula agama itu berasal dari nabi Ibrahim As. yang

merupakan bapak para agama, disini nabi Ibrahim melahirkan dua

orang putra yaitu Ismail yang sekarang menjadi rujukan atsar (jejak)

bagi kaum muslim, sedangkan Ishak yang sekarang masih menjadi

panutan kaum Yahudi. Konflik-konflik keagamaan semuanya mulai

disini perdebatan, perselisihan, dan perbedaan-perbedaan pendapat.

Perbedaan paling penting adalah bahwa orang Yahudi

menyatakan dalam bukunya bahwa Ishak sebenenarnya merupakan

orang yang ditakdirkan untuk dikorbankan. Sedangkan kaum muslim

berkata bahwa korban yang telah ditentukan adalah Ismail. Ini sesuai

dengan ucapan nabi, “Aku adalah putra dari dua orang yang

dikorbankan”. Yakni Ismail dan ayah nabi sendiri, Abdullah, Abdul

Muthallib, kakek nabi, bernazar bahwa jika Allah memberinya seorang

putra, dia akan mengorbankan salah satunya. Ketika harapannya

15

Syahrin Harahap, Islam dan Modernitas, (Jakarta: Prenadamedia Group,

2015), p. 350

Page 18: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

59

terpenuhi, dia membagikan jerami undian kepada anak-anaknya. Jerami

penentu itu jatuh ke Abdullah. Abdul Muthallib kemudian

membebaskanAbdullah dengan megorbankan seratus ekor unta.

Kepercayaan kaum muslim bahwa Ismail merupakan calon

korban yang telah ditentukan, diperkuat oleh perayaan salah satu

peristiwa besar dalam agama mereka. Hari raya korban dengan

mengorbakan kambing dan binatang lainnya. Hari raya ini jatuh pada

hari yang sama ketika Ibrahim bermaksud mengorbankan putranya.16

Oleh karena itu, kita harus menolak jauh-jauh kesimpulan

tentang Ishak sebagai korban yang ditakdirkan.Sebagaiamana kita

ketahui untuk mendefinisikan komponen apa saja yang dibutuhkan

demi tercapainya pluralisme dan relasi antar agama di dalam

masyarakat Islam, maka pertama kali yang kami utarakan adalah

"kebebasan” sebagai pijakan awal bagi semua langkah yang dilakukan

oleh kelompok maupun individu masayarakat. Kami telah jelaskan

bahwa Islam, hal ini berbeda dengan apa yang disangka oleh

kebanyakan para pendakwah, tidaklah berseberangan dengan ide

kebebasan dasar dan pluralisme sebagai pengejawantahannya.

Sesungguhnya mengesakan Allah tidak mengandung kemungkinan

adanya pemaknaan lain, selain mengesakan Allah dan menetapkan

pluralisme. Sebagaimana yang kami jelaskan, kebebasan memiliki apa

yang dalam bahasa disebut dengan keberagamaan, yaitu prinsip

"kebebasan asal” (Al-bara'ahal-'ashliah). Sesungguhnya asal segala

16

Ahmad Mahmud Sulaiman, Tuhan dan Sains, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu

Semesta, 2001), p. 108

Page 19: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

60

sesuatu hukumnya adalah halal, selagi tidak ada dalil yang

mengharamkan secara jelas dari Alquran.17

Perlu disebutkan disini bahwa agama secara umum dapat

diartikan sebagai perangkat aturan yang mengatur hubungan manusia

dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan

mausia dengan lingkungannya. Aturan-aturan agama berbeda dengan

aturan-aturan lainnya, karena aturan agama penuh dengan muatan nilai,

bersifat sakral, dan tetap tak berubah, kendatipun penafsiran terhadap

peraturan agama tersebut sering berubah. Agama selanjutnya

merupakan sumber ethos dan pandangan hidup manusia.18

Pada dasarnya kesepakatan dan perbedaan adalah dua hal yang

tidak bisa lepas dari masyarakat pada umumnya, dan masyarakat Islam

pada khususnya. Dalam sebuah masyarakat terdapat seorang yang

berprofesi sebagai pemintal, dan ia punya selera kuat untuk

menghasilkan karyanya sebaik mungkin sesuai dengan perasaannya.

Sehingga, sebagian ada yang berusaha mengekpresikan kecenderungan

rasa dengan memadukan garis vertikal dan horizontal sedemikian rupa.

Sesungguhnya, kesepakatan dan perbedaan yang terjadi tidak hanya

terbatas pada masyarakat manusia saja. Bahkan keduanya juga terdapat

di alam semesta ini, persis seperti yang didapati dalam diri setiap

individu. Setiap individu mengalami Sebuah "peperangan” yang tidak

kita ketahui dan tidak kita rasa, yaitu pertempuran antara sel darah

putih dengan berbagai bakteri yang berusaha menyerang sistem

kekebalan tubuh manusia, sehingga bisa menimbulkan penyakit. Di

17

Jamal al-Banna, Pluralitas dalam Masyarakat Islam…, p. 88 18

Ahmad Syafi’I Mufid, Dialog Agama dan Kebangsaan…, p. 160

Page 20: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

61

dalam tubuh manusia terdapat aktifitas bagian lain yang sangat rinci,

yaitu terjadinya proses kimiawi dalam tubuh. Aktivitas itu bisa

menghantarkan udara dalam sel-sel darah, dan menyerap sari makanan,

lalu menyuplainya keseluruh tubuh, dengan membuang sisa-sisa

makanan yang tidak dibutuhkannya. Manusia adalah mahluk yang

terdiri dari susunan beribu-ribu sel yang membentuknya. Jika

diibaratkan dengan sebuah pasukan, maka manusia memiliki berjuta-

juta personel militernya.

Kenyataan itu baru dialami dalam diri seorang saja. Maka,

bagaimana jika dialami dalam ikatan sebuah keluarga. Tentu akan

semakin besar jumlah tanggung jawab dan beragam kesepakatan serta

perbedaan yang terjadi antar individu. Belum lagi, bila telah menikah,

masalah semakin bertambah, apalagi setelah kehadiran anak-anak.

Pekerjaan dan tanggung jawab kian bertambah. Ini semua baru dilihat

dalam skala kecil dari sebuah masyarakat, yakni baru dalam lingkup

keluarga saja. Coba kita bayangkan itu terjadi dalam sebuah lingkup

yang lebih besar, yaitu dalam skala negara dengan jumlah penduduknya

yang berjuta-juta dan terdiri dari beribu-ribu anggota keluarga.19

Sesungguhnya pemikiran dan masyarakat bukanlah seperti mata

pelajaran matematika, yang memiliki karakter hukum pasti. Artinya,

yang dikehendaki dengan perbedaan bukanlah berarti pertarungan

antara salah dan benar. Sebaliknya, perbedaan adalah usaha mencari

eksistensi suatu persoalan dengan mencoba menembus hakikat

kebenaran sejauh mungkin yang tidak tercapai oleh pihak lain, atau

mungkin pihak lain lebih terkonsentrasi pada bagian tertentu, yang

19

Jamal al-Banna, Pluralitas dalam Masyarakat Islam…, p. 56-57

Page 21: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

62

tidak mendapat perhatian dari kelompok lainnya. Namun, lagi-lagi

tidak lantas menyebabkan terjadinya pertikaian atau permusuhan,

melainkan justru saling melengkapi kekurangan satu sama lain.20

Adapun pandangan Kristen terhadap pluralisme dan relasi antar

agama menurut Perjanjian Lama, agama adalah respon manusia kepada

Tuhan Allah, tetapi Dialah yang menyelamatkan. Dalam penglihatan

para nabi, bila bangsa-bangsa asing beralih kepada Israel, mereka tidak

akan berkata, “Agamamu yang paling baik” tetapi akan mengakui,

“keadilan dan kekuatan hanya ada dalam Tuhan” (Yes. 45:14, 24).

Dalam kutipan ini dapat dilihat bahwa dalam pluralisme terhadap

agama lain, bangsa Israel juga diajarkan untuk menerima agama-agama

lain, karena bukan agama yang menyelamatkan, melainkan Allah.21

Dalam konsep relasi antar agama pun juga menerapkan relasi

rasial, terutama Islam menekankan kesetaran rasial dan telah berhasil

mewujudkan situasi dimana berbagai ras bisa hidup berdampingan

dalam kadar yang luar biasa. Ujian puncak dibidang ini adalah

kesediaan untuk melakukan pernikahan silang antar ras. Umat muslim

melihat Ibrahim sebagai teladan bagi kesediaan ini tatkala beliau

menikahi Hajar yang berkulit hitam. Kesadaran Malcolm X (selama

perjalanan hajinya pada 1964 ke Mekkah) bahwa rasisme tidak

mendapatkan tempat dalam Islam telah secara dramatis mengubah

sikap Malcolm sendiri tentang masalah itu. Umat muslim biasa

menuturkan bahwa muadzin pertama mereka, Bilal, adalah seorang

Ethiopia yang secara rutin berdoa supaya kaum Quraisy mau memeluk

20

Jamal al-Banna, Pluralitas dalam Masyarakat Islam…, p. 58 21

V. M. Siringo-ringo, Theologi Perjanjian Lama…, p. 197

Page 22: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

63

Islam. Kaum Quraisy adalah “kaum kulit putih” yang sering memburu

kaum mukmin generasi awal, yang banyak diantaranya berkulit

hitam.22

Dalam konsep Pluralitas dan relasi antar agama terdapat dua

faktor lahirnya konsep pluralisme Islam:

Pertama, Petunjuk para nabi, dalam masyarakat yang beriman

kepada agama, agama menjadi faktor terpenting di dalamnya. Petunjuk

para nabi tidaklah lantas merampas keyakinan ke dalam satu bentuk

tunggal, akan tetapi dalam bentuk yang plural, sebagai mana kami

jelaskan sebelumnya berkenaan dengan isyarat-isyarat Alquran,

pengakuan Alquran tentang pluralisme agama. Dalam masyarakat

Islam, pluralitas pendapat dan ijtihad menjadi keharusan yang tidak

dapat dipungkiri. Semua tetap dalam satu dasar yang kuat, yaitu Islam

itu sendiri. Tidak bermaksud menjelaskan secara rinci di sini, Karena

penjelasan pemikiran lahirnya gagasan pluralisme sudah ada dalam

pembahasan sebelumnya. Kami hanya ingin menegaskan bahwa Islam

adalah faktor pendorong gagasan pluralisme.

Kedua, godaan setan. Allah telah menciptakan manusia ini dari

tanah supaya bisa menyatu dengan debu bumi, tempat manusia

menjalani hidupnya dan berkembang. Allah juga meniupkan roh-Nya

dalam diri manusia, agar manusia dapat menuju langit nilai-nilai. Allah

memberikan akal kepada manusia, agar mereka mampu membedakan

antara yang salah dan yang benar. Allah juga menciptakan hati untuk

manusia, agar mereka mampu menempuh jalan kebaikan dan

22

Huston Smith, Agama-agama Manusia…, p. 288

Page 23: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

64

menghindar dari jalan kejahatan. Akan tetapi, Allah Yang Maha Tahu

terhadap pribadi manusia menyadari bahwa manusia tidak akan

terhindar dari penyimpangan dan memperturutkan hawa nafsu. Oleh

karena itu, Allah mengutus para nabi yang mengajarkan manusia

tentang pengetahuan yang benar dan tentang apa yang akan terjadi pada

manusia setelah kematian. Pengetahuan inilah yang tidak dapat

ditembus oleh akal manusia.23

Menurut Nurcholis Madjid, pada dasarnya ajaran seperti ini

(tidak ada paksaan dalam beragama) merupakan pemenuhan alam

manusia yang secara pasti telah diberi kebebasan oleh Allah, sehingga

pertumbuhan perwujudannya selalu bersifat dari dalam. Tidak tumbuh

apalagi dipaksakan dari luar. Sikap keagamaan hasil paksaan dari luar

tidak otentik karena kehilangan dimensinya yang paling mendasar dan

mendalam, yaitu kemurnian atau keikhlasan.24

Untuk mewujudkan relasi antar agamapun harus mempunyai

fungsi integratif disatu sisi, karena ajaran agama mengandung nilai-

nilai persatuan, tetapi pada sisi lain, agama juga mengandung nilai-nilai

yang dapat menjadi sumber pertentangan. Nilai-nilai pemersatu pada

agama jelas ada pada setiap doktrin, sedang nilai-nilai

pertentanganyang ada pada setiap agama besar terletak pada cara-cara

penafsiran pemimpin agama terhadap gejala-gejala sosial, politik, dan

23

Jamal al-Banna, Pluralitas dalam Masyarakat Islam…, p. 56 24

Nurcholis Madjid, Islam dan Doktrin Peradaban: Sebuah Telaah kritis

tentang masalah Keimanan, Kemanusiaan dan KeIndonesiaan,(Jakarta: Paramadina,

1992), p. 428

Page 24: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

65

ekonomi, yang ada disekitarnya dengan menggunakan referensi

agama.25

Dalam bentuk pluralisme lainya, adajuga konsep “Amar ma’ruf

nahi munkar” adalah salah satu muatan yang terkandung dalam

pluralisme. Karena amar ma’ruf nahi munkar memperbolehkan

kebebasan berfikir dan membuktikannyadengan tindakan. Sayangnya,

karena kesalahfahaman terhadap konsep amar ma’ruf nahi munkar,

yang menjadi justru amar ma’ruf nahi munkar menjadi perangkat yang

melawan pluralisme. Ini terjadi ketika konsep Amar Ma'ruf Nahi

Munkar berada di tangan orang-orang yang berpandangan totaliter yang

memiliki jargon "satu kata" dan menjadikannya sebagai senjata

mematikan untuk menekan lawannya. Inilah senjata mereka dalam

memberangus orang lain yang memiliki pandangan yang berbeda. Dan

sangat mungkin terjadi peralihan dari pemikiran dan wacana menuju

tindakan fisik. Ada sebuah hadist yang menjelaskan tentang tingkatan

melakukan Amar Ma'ruf nahi Munkar. Hadist tersebut adalah:

"Barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka

hendaknya ia rubah dengan kekuatan, jika tidak mampu maka

hendaknya dengan lisannya, jika tidak mampu pula maka hendaknya

(mengingkari) dengan hatinya, dan ini adalah iman terlemah.”

Dalam hadist ini jelas ditegaskan bahwa mengubah dengan

tangan lebih diutamakan. Sedangkan, lisan dan hati hanya dipilih jika

seseorang tidak mampu mengubah kemungkaran dengan tangan. Hadist

yang menjadi pegangan kebanyakan orang ini dalam Amar Ma'ruf Nahi

25

Ahmad Syafi’I Mufid, Dialog Agama dan Kebangsaan…, p. 163

Page 25: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

66

Munkar, sejatinya bertentangan dengan apa yang diajarkan Alquran.

Alquran hanya mengatakan Amar Ma'ruf Nahi Munkar, sedangkan

hadist di atas mendiktekan tahapan pengubahan; tangan, lisan dan hati.

Perbedaan ini tentu mempunyai alasan. Dalam pandangan Jamal,

makna "merubah dengan kekuatan" yang dikandung dalam hadis

tersebut adalah dikehendaki untuk kondisi tertentu saja.26

Sementara menurut Quraish Shihab mengaskan bahwa manusia

diberi kebebasan oleh Allah untuk memilih dan menetapkan jalan

hidupnya serta agama yang dianutnya, karena Tuhan tidak menurunkan

suatu agama untuk dibahas oleh manusia dalam rangka memilih yang

dianggapnya sesuai dan menolak yang tidak sesuai. Agama pilihan

adalah satu paket, penolakan terhadap satu bagian adalah penolakan

terhadap seluruh paket tersebut.27

Jadi pada dasarnya, Prinsip pluralisme memiliki konsekuensi

yaitu keragaman dalam politik, seperti meraih kekuasaan dan

kebebasan beroposisi, serta mengkritisi kebijakan penguasa. Memang

selalu ada konsekuensi. Dalam bidang kemasyarakatan misalnya,

dengan munculnya berbagai organisasi-organisasi kemasyarakatan serta

badan-badan rehabilitasi, demi sebuah perbaikan melewati jalur badan-

badan tertentu yang menangani bidang tersebut dengan memberikan

pola kebersamaan. Sebagaimana halnya, harus ada media massa yang

benar-benar independen, sebagai pembawa risalah pemikiran, sehingga

tidak boleh seorangpun membatasi geraknya, betapapun itu berasal dari

pemilik yayasan sendiri. Sudah seharusnya pula, ada perserikatan yang

26

Jamal al-Banna, Pluralitas dalam Masyarakat Islam…, p. 79 27

M. Quraish Shihab, Membumikan Alquran, (Bandung:Mizan, 1996), p.

368

Page 26: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

67

mewadahi para karyawan dan bisa mewakili aspirasi mereka, yang

dibentuk lewat kesepakatan bersama antar karyawan. Termasuk yang

dikehendaki disini adalah semua kebebasan pada tingkat kesepakatan

antar bangsa.

Jadi Jamal melihat sesungguhnya langkah yang ideal adalah

menyerahkan permasalahan ini kepada penanggungjawab dan

pelakunya. Merekalah yang bertanggungjawab dan menanggung

dosanya, jika itu berdosa. Dan mereka pun patut mendapatkan

penghargaan, jika apa yang mereka lakukan memang layak untuk

dihargai. Negara tidak boleh ikut campur dalam urusan ini. Adapun,

bagi ahli fikih, kegiatan seperti itu merupakan aktivitas duniawi yang

hukumnya harus diserahkan kepada Allah yang akan menyelesaikannya

pada hari kiamat.

Jadi, dalam pandangan Jamal, selama dasar pluralisme, yaitu

kebebasan bisa diterima, maka pandangan Islam terhadap pluralisme

tidak berbeda dengan pandangan yang ada pada non Islam. kecuali

sebatas "seberapa” banyak, dan bukan pada”jenis” atau "bagaimana”.

Karena, sesungguhnya mengimani kepada nilai -nilai Islam yang

tertanam dengan kuat akan menghalangi lahirnya kondisi yang tak

terkendali dan penyimpangan yang kini menodai penerapan pluralisme

pada sebagian masyarakat Eropa dewasa ini. Masyarakat Islam, walau

ia merupakan bagian dari masyarakat dunia yang tunduk pada aturan

global, akan tetapi ia memiliki karakter khusus yang membedakannya

Page 27: BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN JAMAL AL-BANNA MENGENAI …repository.uinbanten.ac.id/3305/6/BAB IV.pdfIsmail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

68

dengan masyarakat lainnya. Nah, tentunya, jika masyarakat Islam tetap

kokoh dan tidak kehilangan karakternya itu.28

28

Jamal al-Banna, Pluralitas dalam Masyarakat Islam…, p. 90