BAB IV ANALISIS DATA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-1-00231-MN Bab4001.pdf ·...
Transcript of BAB IV ANALISIS DATA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-1-00231-MN Bab4001.pdf ·...
BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 Profil Perusahaan
PT Pertamina Gas (Pertagas) didirikan pada tanggal 23 Februari 2007 sebagai
tindak lanjut untuk memenuhi tuntutan Undang-Undang No. 22 tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi yang mengharuskan adanya pemisahan antara
kegiatan hulu dan hilir dalam industri migas dan antisipasi kebutuhan energi gas
yang makin meningkat sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan sebagai
pengganti Bahan Bakar Minyak. PT Pertamina Gas merupakan perusahaan yang
bergerak dalam sektor hilir industri gas Indonesia, merupakan anak perusahaan
PT. Pertamina (Persero) dalam peran usaha niaga gas dengan Surat Izin Usaha
No. 17269.K/10/DJM/2008 tanggal 6 Oktober 2008; transportasi gas dengan Surat
Izin Usaha No.0023.K/10/MEM/2009 tanggal 14 Januari 2009; pemrosesan gas
dan distribusi gas, serta bisnis lainnya yang terkait dengan gas alam dan produk
turunannya. Dengan pengalaman dan kompetensi Pertamina yang lebih dari 30
tahun dalam bisnis gas, telah menghasilkan insan gas yang professional yang siap
mendukung PT Pertamina Gas satu-satunya anak perusahaan Pertamina yang
fokus pada bisnis gas. PT Pertamina Gas memiliki 6 Area Operasi yaitu Area
Sumatera Bagian Utara, Area Sumatera Bagian Selatan, Area Sumatera Bagian
Tengah (yang mengelola pipa minyak Tempino – Plaju), Area Jawa Bagian Barat,
Area Jawa Bagian Timur dan Area Kalimantan.
52
4.1.1 Departemen Sumber Daya Manusia
Departemen Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci sukses PT
Pertamina Gas dalam situasi pasar saat ini dan di masa mendatang. Hal ini dapat
dilihat dari laporan kesepakatan kinerja tahun 2011 Manajer Pengelolaan SDM
terealisasi dengan cukup baik, dimana tiap indikator kinerja utama dari Individual
Performance Contract nya >70% diatas nilai base target.
PT. Pertamina Gas telah melaksanakan sejumlah peningkatan kinerja
organisasi dan inovasi dengan jenis training yang sesuai seperti PQA/KKEP, ISO
9000, ISO 14000 yang membuktikan bahwa PT. Pertamina Gas semakin siap
untuk menjadi perusahaan gas kelas dunia dengan HRD Excellence. Tabel 4.1 di
bawah ini menunjukkan profil pekerja di PT. Pertamina Gas.
Tabel 4.1 Profil pekerja PT. Pertamina Gas
LOKASI JUMLAH % Kantor Pusat 106 39% AreaSumatera Bag Utara 19 7% Area Sumatera Bag Tengah 52 19% Area Sumatera Bag Selatan 7 3% Area Jawa Bag Barat 61 23% Area Jawa Bag Timur 7 3% Area Kalimantan 16 6% TOTAL 268 100%
KLASIFIKASI USIA JUMLAH % Usia >=56 23 8% Usia antara 51 – 55 47 17% Usia antara 46 – 50 40 15% Usia antara 41 – 45 10 4% Usia antara 36 – 40 13 5% Usia antara 30 – 35 28 10% Usia < 30 107 40% TOTAL 268 100%
KLASIFIKASI PENDIDIKAN JUMLAH % S3- Doktor 1 0,4%
53
Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa pekerja di PT Pertamina Gas
didominasi oleh pekerja usia produktif (<30 tahun) dengan klasifikasi pendidikan
terbesar pada S1 perguruan tinggi. Hal ini dapat mendukung pengembangan
perusahaan kedepannya dalam mencapai visi dan misinya, karena usia produktif
adalah masa pengembangan yang baik bagi kinerja pegawai dan latar belakang
pendidikan yang baik pula akan berdampak terhadap proses bisnis internal
perusahaan.
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Berikut ini adalah gambar bagan struktur organisasi perusahaan secara
keseluruhan.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan
S2-Pasca Sarjana 32 12% S1-Perguruan Tinggi 132 49% Diploma III 56 21% Diploma I & II 10 4% SLTA 35 13% SLTP dan Kejur.II 2 0,7% TOTAL 268 100%
54
Gambar 4.2 Struktur Jabatan & Formasi General Support
4.1.3 Lingkup Usaha Utama Perusahaan
PT. Pertamina Gas merupakan perusahaan yang bergerak di sektor hilir
industri gas di Indonesia. Keseluruhan produk dan jasa PT. Pertamina Gas
disampaikan kepada pelanggan melalui ruas pipa transportasi (pipeline) dengan
dua mekanisme:
1) Mekanisme Business to End User
Produk diserahkan langsung kepada pelanggan (industri) melalui pipeline.
Mekanisme ini didasarkan pada kontrak jangka panjang yang didapat melalui
tender. Masing-masing transaksi jasa transportasi didukung dengan Gas
55
Transportation Agreement (GTA) yang mengatur kewajiban PT Pertamina Gas
untuk mengalirkan gas dari Receipt point ke Delivery Point melalui EJGP yang
diatur dalam Access Arrangement (AA).
2) Mekanisme Business to Trader
Produk hasil niaga dijual langsung ke trader. Secara fisik mekanisme
penyampaian produk di lapangan, baik yang berasal dari pemberi kerja maupun
hasil niaga, semua dialirkan di dalam satu ruas pipa yang sama, sehingga perlu
adanya kesesuaian komposisi gas. Untuk itu di dalam AA digunakan Pipeline
Management System (PMS) yaitu kualitas gas termasuk kuantitas transfernya
dicatat dan dihitung secara otomatis.
4.2 Metode Analisis
4.2.1 Analisis Perusahaan
Menurut Porter (1980), terdapat lima kekuatan yang secara individu dan
bersama-sama mempengaruhi dinamika persaingan dan memiliki potensi untuk
menciptakan kesempatan dan juga hambatan dalam persaingan efektif, yang
dikenal dengan nama Porter’s Five Forces Model. Kekuatan-kekuatan tersebut
adalah:
1. Ancaman pendatang baru (Threat of New Entrants)
2. Kekuatan tawar menawar pemasok (Bargaining Power of Suppliers)
3. Ancaman produk pengganti (Threat of Substitute products)
4. Kekuatan tawar menawar pelanggan (Bargaining Power of Customers)
5. Persaingan antar usaha (Competitive Rivalry within an industry)
56
1. Kekuatan tawar menawar pelanggan (Bargaining Power of Customers)
PT Pertamina Gas merupakan perusahaan yang bergerak dalam sektor hilir
industri gas Indonesia yang khususnya pada jasa transportasi transportasi gas dan
niaga gas. Dari tabel 4.2 di bawah ini menunjukkan persentase market share PT
Pertamina Gas.
Tabel 4.2 Pangsa Pasar PT. Pertamina Gas
JENIS USAHA MARKET SHARE Transportasi Gas 90%
Niaga Gas 14%
Jenis usaha transportasi gas memiliki pangsa pasar yang hampir sempurna
yaitu 90%, sebagai salah satu anak perusahaan Pertamina, perusahaan sampai saat
ini masih menempati posisi sebagai market leader dalam transportasi gas melalui
pipeline. Hal ini juga didukung dengan adanya penerapan Customer Focus System
yang ada di Pertagas. Meski dalam bisnis niaga gas masih terhitung sebagai
pemula dibanding perusahaan lain, hanya sekitar 14% (14 MMSCF vs 100
MMSCF kebutuhan nasional). Kelompok segmen pasar utama PT Pertamina Gas
ditentukan berdasarkan penggunaan gas, yaitu :
a) Kelompok industri yang menggunakan gas terutama untuk bahan baku dan
bahan bakar (industri pupuk, industri kimia).
b) Kelompok industri yang menggunakan gas hanya sebagai bahan baku/fuel
gas (pembangkit tenaga listrik dan rumah tangga).
Dari seluruh segmen pasar diatas, pelanggan dikelompokkan sebagai berikut:
- Pelanggan Pemberi Kerja (Pelanggan Langsung)
57
Yaitu pelanggan yang langsung menerima jasa yang diberikan oleh PT
Pertamina Gas atau yang disebut sebagai Shipper. Pelanggan tipe ini
adalah perusahaan produsen/pemasok gas atau LPG yang memanfaatkan
pipeline PT Pertamina Gas untuk menyampaikan produk mereka kepada
end user dengan imbalan tol fee.
- Pelanggan Penerima Produk dari shipper (Pelanggan tidak langsung)
Pelanggan tipe ini merupakan pemberi kerja, yang merasakan secara
langsung kualitas jasa yang diberikan oleh PT Pertamina Gas.
- Pelanggan pembeli gas (Pelanggan Langsung)
PT. Pertamina Gas memiliki sumber gas hasil niaga di Sumatera Selatan
yang dijual kepada PT Pupuk Sriwijaya.
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa PT Pertamina Gas masih memiiki
kekuatan yang cukup tinggi dimata pelanggan untuk jenis usaha transportasi gas.
Hal ini diperkuat dengan data pangsa pasar transportasi gas mencapai 90%.
Pencapaian tersebut juga merupakan keandalan operasi perusahaan yang
menerapkan Pipeline System sebagai nilai tambah bagi pelanggan.
2. Kekuatan tawar menawar pemasok (Bargaining Power of Suppliers)
Pemasok dan mitra menempati posisi yang strategis dalam alur proses bisnis PT
Pertamina Gas, yaitu menjamin ketersediaan suplai gas yang memenuhi kriteria,
seperti pengiriman tepat waktu, kualitas produk sesuai spesifikasi yang
ditetapkan, kuantitas produk sesuai pesanan. Pola hubungan kerja antara
perusahaan dengan pemasok dan mitra dituangkan dalam MoU (Memorandum Of
Understanding), kontrak kerja sama, ataupun Surat Perintah Kerja (SPK).
58
Tabel 4.3 Lingkup usaha, pemasok, pelanggan dan persyaratan pelanggan
Lingkup Usaha Utama
Shipper/ Pemasok
Pelanggan akhir
Persyaratan Pelanggan
Jasa Transportasi Gas (90% Revenue)
Segment Pengguna gas untuk bahan baku: MEDCO, Pertamina EP KEI PGN
• Industri Pupuk,
• Industri kimia
• Kualitas Gas: Purity, Pressure, Water Content, Impurities
• Volume • Waktu • Price
Segmen Pengguna gas untuk fuel RU PLN
• Pembangkit Listrik,
• Bahan bakar Industri
• Calorific Value
• Volume • Pressure • Waktu • Price
Niaga Gas (6% Revenue)
Talisman Golden Spike
Pupuk Pusri
Untuk memantau kinerja pemasok dan partner, dilakukan evaluasi terhadap
hasil kerja pemasok secara berkala dengan mengukur faktor-faktor yang dapat
memberi gambaran atas kinerja, antara lain: waktu pengiriman/penyelesaian
order, kualitas barang dan jasa, kuantitas barang dan jasa yang diberikan dan juga
layanan purna jualnya. Hasil evaluasi ini digunakan sebagai dasar dalam
melakukan perbaikan terhadap kinerja pemasok dalam mendukung operasional PT
Pertamina Gas. Peran Pemasok dalam proses inovasi melalui presentasi produk
dan vendor gathering. Persyaratan supply chain utama dalam proses bisnis PT
Pertamina Gas adalah kesesuaian kualitas gas dengan standar, ketepatan waktu
dalam transportasi gas dan ketersediaan suku cadang piping accessories. Semua
persyaratan tersebut dapat dicapai dengan membakukan berbagai prosedur
operasional dalam TKO (Tata Kerja Organisasi) PT Pertamina Gas.
59
Namun, peran pemasok yang paling penting adalah distibutor gas. Karena
distributor gas sangat mendukung distribusi gas sampai ke end user, karena PT
Pertamina Gas tidak memiliki ijin distribusi gas langsung ke pelanggan akhir.
Maka dari itu, PT Pertagas saat ini sedang mengembangkan sistem baru
pendistribusian bahan bakar gas (BBG). Sistem yang dinamai 'Mother-Daughter'
itu menggunakan mobil-mobil tangki gas sebagai pengganti sistem lama yang
mengandalkan pipa-pipa gas milik PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN).
3. Persaingan antar usaha (Competitive Rivalry within an Industry)
Untuk saat ini Perusahaan Gas Negara (PGN) merupakan pesaing utama Pertagas.
Selain dukungan pemerintah penuh, PGN bergerak di sektor industri hulu, tengah
dan hilir gas nasional. Tantangan dan keunggulan strategis utama yang berkaitan
dengan sustainability perusahaan yaitu adanya perubahan regulasi di sektor migas
yang menimbulkan monopoli PGN (Perusahaan Gas Negara) dalam bisnis
distribusi gas. Di tahun 2011, PGN mencatatkan laba operasi sebesar Rp7.7
triliun, EBITDA sebesar Rp9.5 triliun yang menghasilkan laba yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp5.9 triliun. Jumlah
pelanggan PGN tahun 2011 sebanyak 89,053 pelanggan. Dari jumlah tersebut,
sekitar 97% merupakan pelanggan rumah tangga sedangkan sisanya sekitar 3%
merupakan pelanggan komersial dan industri. Namun dari sisi volume, pelanggan
industri menyerap sekitar 97% dari total volume dan sisanya hampir 3% diserap
oleh pelanggan rumah tangga dan komersial.
4. Ancaman Pendatang Baru (Threat of New Entrants)
60
Ancaman pendatang baru yang menjadi pertimbangan bisnis yaitu perusahaan
energi lainnya yang mulai merambah ke kelas nasional. Di sisi upstream, PGN
melalui anak perusahaan PT Saka Energi Indonesia (SiNERGI) yang didirikan
pada 27 Juni 2011 telah merekrut para professional dibidang ini serta mulai
melakukan penjajakan kerjasama dengan sektor hulu dalam kegiatan eksplorasi,
eksploitasi dan pemrosesan/pemurnian gas. Di sisi downstream, PGN melalui
anak perusahaan PT Gagas Energi Indonesia (GoENERGI) yang didirikan pada
tanggal 27 Juni 2011 dan mulai beroperasi pada tanggal 21 Oktober 2011 akan
memperkuat posisi PGN dengan menjangkau pelanggan lebih luas. Dari kinerja
induk perusahaannya, yaitu PGN dukungan yang didapatkan untuk kedua
perusahaan pendatang baru akan semakin kuat dan meningkatkan daya saing bagi
PT Pertamina Gas.
5. Ancaman produk pengganti (Threat of Substitute Products)
Produk pengganti gas lainnya yaitu listrik, baterai, BBM, batu bara, dan energi
alternatif lainnya karena masyarakat luas masih memilki anggapan bahwa gas
belum bisa menjadi pengganti bahan bakar yang optimal. Berdasarkan data dari
Dinas Perhubungan DKI Jakarta, pada saat 2011 jumlah kendaraan angkutan
umum di kota ini yang menggunakan BBG baru sekitar 5,175 unit (8.5%) dari
total 61,212 unit. Sementara sisanya sekitar 56,037 unit masih menggunakan
BBM dan sangat berpeluang untuk dikonversi ke BBG. Secara umum, kurang
berhasilnya program BBG untuk kendaraan bermotor adalah adanya berbagai
permasalahan yang dihadapi diantaranya mahalnya harga conversion kit,
terbatasnya pasokan gas dan SPBG, harga yang kurang ekonomis terutama untuk
61
SPBG yang jauh dari sumber gas karena ada tambahan biaya transportasi gas.
Untuk mengatasi masalah kurangnya SPBG yang disebabkan terbatasnya pasokan
gas dari jaringan pipa, maka salah satu alternatifnya adalah dengan
mengembangkan penggunaan SPBG Daughter. Dengan sistem ini pasokan gas
bisa langsung mencapai lokasi pangkalan kendaraan umum karena pasokan gas
tidak tergantung pada tersedianya jaringan pipa gas bumi.
Gambar 4.3 Analisis Porter untuk Pertagas
Dari analisis diatas, PT Pertamina Gas memiliki keunggulan kekuatan tawar
menawar pelanggan dan pemasok. Hal itu dikarenakan PT Pertamina Gas
memiliki brand-image serta supporting dari perusahaan induknya PT Pertamina
(Persero). Sedangkan untuk ancaman pendatang baru, Pertagas harus mampu
mengantisipasi persaingan bisnis, karena SiNERGI & GoENERGI merupakan
62
anak perusahaan dari pesaing utama Pertagas yaitu PGN (Perusahaan Gas Negara)
yang mulai menjajaki sektor bisnis yang sama dengan Pertagas. Namun, untuk
ancaman produk pengganti, usage rate terbesar masih dimiliki BBM (Bahan
Bakar Minyak) yang meningkat sebesar 6.6%. Selama pasokan gas belum mampu
didapatkan secara mudah, serta perangkat pendukung lainnya masih tahap
penyelesaian maka konversi gas untuk kebutuhan industri maupun bahan bakar
belum dapat berjalan optimal.
4.2.2 Analisa SWOT
Analisa SWOT digunakan untuk menggambarkan kekuatan, kelemahan,
peluang serta ancaman yang dimiliki oleh perusahaan. Berikut ini adalah
kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman yang ada di departemen Sumber
Daya Manusia PT Pertamina Gas.
A. Kekuatan
1) SDM yang berpengalaman dalam bisnis gas
2) Implementasi merrit system yang konsisten
3) Sistem prosedur yang sesuai dengan Standar Manajemen Mutu (ISO
9001:2008)
4) Pengelolaan dan pengorganisasian tenaga kerja sesuai core
competencies
5) SMK (Sistem Manajemen Kinerja) melalui monitoring pencapaian
kinerja dengan menggunakan People Review System
B. Kelemahan
63
1) Tata Kelola kerja organisasi masih berkiblat ke perusahaan induk PT
Pertamina (Persero)
2) Spesialisasi pekerjaan belum terbagi dengan baik
3) Belum ada job description yang spesifik untuk lini manajer ke bawah
4) Komponen perusahaan (SDM, IT, Sistem Manajemen) belum optimal
5) Jumlah pekerja belum mencakupi formasi organisasi
C. Peluang
1) Upaya pemerintah yang semakin concern terhadap konversi BBM
subsidi ke penggunaan gas
2) Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2013
tentang pengendalian penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM)
3) Gaya hidup masyarakat yang semakin peduli terhadap lingkungan
4) Industri otomotif yang mulai memproduksi mobil berbahan bakar gas
5) Kendaraan Umum Trans Jakarta yang menambah armada berbahan
bakar gas
D. Ancaman
1) Perubahan regulasi (UU Migas, UU otonomi daerah/PTK 029 BP
Migas)
2) Peraturan umum tentang larangan monopoli bisnis
3) Meningkatnya tuntutan legal dari konsumen akibat keterbatasan
kemampuan supply gas KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama)
4) Ancaman pendatang baru, PT Saka Energi Indonesia dan PT Gagas
Energi Indonesia
64
5) Gas merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui,
sehingga pasokannya terbatas
Analisis SWOT yang telah disebutkan di atas, dilanjutkan dengan pembuatan
analisis SWOT seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Matriks SWOT
Formulasi strategi menggunakan Matrix SWOT
Internal Eksternal
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
1. SDM yang berpengalaman dalam bisnis gas
1. Tata Kelola kerja organisasi masih berkiblat ke perusahaan induk (Pertamina)
2. Implementasi merrit system yang konsisten
2. Spesialisasi pekerjaan belum terbagi dengan baik
3. Sistem prosedur yang sesuai dengan Standar Manajemen Mutu (ISO 9001:2008)
3. Belum ada job description yang spesifik untuk lini manajer ke bawah
4. Pengelolaan dan pengorganisasian tenaga kerja sesuai core competencies
4. Komponen perusahaan (SDM, IT, Sistem Manajemen) belum optimal
5. SMK (Sistem Manajemen Kinerja) melalui monitoring pencapaian kinerja dengan menggunakan People Review System
5. Jumlah pekerja belum mencakupi formasi organisasi
Peluang (Opportunity) SO Strategy WO Strategy
1. Upaya pemerintah yang semakin concern terhadap konversi BBM subsidi ke penggunaan gas
1. Meningkatkan Employee Proffesional Certification (S1, S3, O2)
1. Meningkatkan pemanfaatan Teknologi (W4, O1)
2. Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2013 tentang pengendalian penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM)
2. Mengoptimalkan Internal Best Practice (S1, S4, 01)
2. Pemberdayaan SDM dengan standar kualitas mutu SMM ISO 9001:2008 (W2, O3)
3. Gaya hidup masyarakat yang semakin peduli terhadap lingkungan
3. Merealisasikan Sistem Mother-Daughter semaksimal mungkin (S3, O2, O3, O4)
4. Industri otomotif yang mulai memproduksi mobil berbahan bakar gas
65
5. Kendaraan Umum Trans Jakarta yang menambah armada berbahan bakar gas
Ancaman (Threats) ST Strategy WT Strategy
1. Perubahan regulasi (UU Migas, UU otonomi daerah, PTK 029 BP Migas)
1. Meningkatkan Customer Focus (S3, T3)
1. Mengoptimalkan komponen perusahaan sehingga dapat mempercepat sistem kerja (W4, T3, T4)
2. Peraturan umum tentang larangan Monopoli bisnis
2. Meningkatkan kerjasama yang baik dalam dalam program utilisasi sistem ERP (S1, S3, T3)
2. Mencari peluang bisnis baru (W1, T4, T5)
3. Meningkatnya tuntutan legal dari konsumen akibat keterbatasan kemampuan supply gas KKKS
4. Ancaman pendatang baru, PT Saka Energi Indonesia dan PT Gagas Energi Indonesia
5. Gas merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga pasokannya terbatas
Dari tabel 4.4 diatas dapat diolah menjadi suatu tabel analisis yang
menggambarkan kondisi intenal maupun eksternal departemen serta dapat
menentukan strategi yang telah dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 4.5 Analisa SWOT departemen SDM
Analisa SWOT departemen SDM
Analisis Pola Analisis Bobot Rating Skor
Internal
Strength
1. SDM berpengalaman dalam bisnis gas 10% 1 0.1
2. Implementasi merrit system yang konsisten 12% 1 0.15
3. Sistem prosedur yang sesuai dengan SMM ISO 9001:2008
19% 3 0.6
66
4. Pengelolaan dan pengorganisasian tenaga kerja sesuai core competencies
10% 2 0.2
5. SMK (Sistem Manajemen Kinerja) melalui monitoring pencapaian kinerja dengan menggunakan People Review System
17% 2 0.36
Total 68% 9 1.41
Weakness
1. Tata Kelola kerja organisasi masih berkiblat ke perusahaan induk (Pertamina)
8% 1 0.08
2. Spesialisasi pekerjaan belum terbagi dengan baik 4% 1 0.04
3. Belum ada job description yang spesifik untuk lini manajer ke bawah
5% 1 0.05
4. Komponen perusahaan (SDM, IT, Sistem Manajemen) belum optimal
10% 2 0.2
5. Jumlah pekerja belum mencakupi formasi organisasi 5% 1 0.05
Total 32% 6 0.42
Total IFAS 100% 15 0.99
Eksternal
Opportunity
1. Upaya pemerintah yang semakin concern terhadap konversi BBM subsidi ke penggunaan gas
16% 3 0.48
2. Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2013 tentang pengendalian penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM)
12% 2 0.24
3. Gaya hidup masyarakat yang semakin peduli terhadap lingkungan
7% 2 0.14
4. Industri otomotif yang mulai memproduksi mobil berbahan bakar gas
6% 2 0.12
5. Kendaraan Umum Trans Jakarta yang menambah armada berbahan bakar gas
9% 2 0.18
Total 50% 11 1.16
Threats
1. Perubahan regulasi (UU Migas, UU otonomi daerah, PTK 029 BP Migas)
7% 1 0.07
2. Peraturan umum tentang larangan Monopoli bisnis 8% 1 0.08
3. Meningkatnya tuntutan legal dari konsumen akibat keterbatasan kemampuan supply gas KKKS
8% 1 0.08
4. Ancaman pendatang baru, PT Saka Energi Indonesia dan PT Gagas Energi Indonesia
12% 3 0.36
5. Gas merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga pasokannya terbatas
15% 3 0.45
Total 50% 9 1.04 Total EFAS 100% 20 0.12
67
Gambar 4.4 Pemetaan posisi departemen SDM
Dari gambar 4.4 mengenai matriks SWOT di atas dapat disimpulkan bahwa
posisi departemen Sumber Daya Manusia (SDM) berada diantara kekuatan
internal dan keuntungan eksternal yang besar yaitu kuadran I dimana departemen
SDM perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung pertumbuhan
yang agresif (Growth Oriented Strategy).
4.2.3 Identifikasi Visi, Misi, Tata Nilai Perusahaan
Sejalan dengan upaya perusahaan untuk memupuk pertumbuhan dalam
kerangka sinergi di setiap fungsi organisasi, PT Pertamina Gas senantiasa
bertumpu kepada visi dan misi perusahaan. Visi PT Pertamina Gas, menjadi
perusahaan gas nasional berkelas dunia di tahun 2015 serta mampu tampil sebagai
perusahaan bisnis gas internasional pada tahun 2020. “World Class National Gas
68
Business Enterprise (2015); Emerging International Gas Business Enterprise
(2020)”.
Misi perusahaan yaitu, PT Pertamina Gas adalah perusahaan yang bergerak
dibidang tranportasi hidrokarbon, niaga, pemrosesan dan distribusi gas, yang
dikelola secara profesional dengan tujuan memberikan nilai tambah kepada para
stakeholder, berwawasan lingkungan, mempunyai keunggulan dan
mengutamakan keselamatan. Dalam melaksanakan dan menyelenggarakan usaha,
sebagai anak perusahaan PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Gas menganut
tatanan nilai-nilai yang telah ditetapkan oleh PT Pertamina (Persero) yakni :
Tabel 4.6 Tata Nilai Unggulan Pertagas
Tata Nilai Unggulan Pertagas CHOPPER
Customer Satisfaction HSE Concern
Operation Excellent Profit
Personel Improvement Etos Kerja:
To Be Professsional Doing The Best
Team Work Integrity
6C + EGG Clean (bersih):
Competitive (Kompetitif) Confident (Percaya diri)
Customer Focus (Fokus pada pelanggan
Commercial (Komersial) Capable (Berkemampuan)
Emphathy (memahami pihak lain)
Governance (Tata kelola korporasi)
Growth (Tidak statis)
4.2.4 Strategi Sumber Daya Manusia (SDM)
Strategi perusahaan untuk bidang Sumber Daya Manusia dibedakan untuk
rencana SDM jangka pendek dan rencana SDM jangka panjang, meliputi:
Rencana SDM Jangka pendek :
69
1. Rekrutmen SDM untuk kaderisasi
2. Mutasi internal
3. Peningkatan kompetensi melalui pelatihan
Rencana SDM Jangka panjang :
1. Penguasaan teknologi bisnis gas yang dilakukan bersama para shipper
dengan mengadakan program pelatihan pekerja untuk meningkatan
pengetahuan pekerja agar dapat bersaing di pasar
2. Untuk bidang IT, MySAP yang semakin tepat guna sehingga semua proses
yang ada dapat lebih cepat, tepat dan efisien
3. Peningkatan kemampuan pekerja melalui program – program kursus yang
terjadwal dan terbuka untuk semua pekerja.
4.3 Merumuskan Sasaran Strategis Departemen SDM
Berdasarkan visi dan misi perusahaan, pertimbangan yang berdasarkan
dari kondisi eksternal dan internal perusahaan, analisis lingkungan bisnis, ruang
lingkup batasan penelitian, pemilihan KPI, serta konsep BSC yang sebelumnya
telah dibahas, maka didapatlah beberapa sasaran strategis yang dikelompokkan
berdasarkan perspektif di dalam pengukuran BSC dan sesuai dengan apa yang
telah dicantumkan di dalam rencana jangka panjang departemen sumber daya
manusia PT Pertamina Gas.
70
4.3.1 Sasaran Strategis Perspektif Keuangan
Untuk penilaian perspektif keuangan di departemen SDM, sasaran strategis
yang menjadi tolak ukur adalah:
1. Mengoptimalkan penggunaan anggaran biaya operasi departemen
Hal ini dilakukan dengan cara membatasi jumlah pelatihan di luar negeri
maksimal 2 kali dalam satu tahun dan pelatihan sertifikasi maksimal 15 orang
dalam satu tahun dan negosiasi biaya pelatihan.
4.3.2 Sasaran Strategis Perspektif Proses Bisnis Internal
Sasaran strategis yang ingin dicapai pada perspektif proses bisnis internal di
departemen SDM adalah sebagai berikut:
1. Terlaksananya pengembangan kompetensi karyawan yang optimal
2. Mampu mengisi posisi yang vacant dengan kompetensi yang tepat
3. Mampu mengembangkan hubungan industrial yang baik
4.3.3 Sasaran Strategis Perspektif Pelanggan
Sasaran yang ingin dicapai di dalam perspektif pelanggan di departemen
Sumber Daya Manusia adalah:
1. Meningkatnya produktivitas karyawan dengan indikator insentif
2. Tercapainya lingkungan kerja yang lebih kondusif
71
4.3.4 Sasaran Strategis Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Sasaran yang ingin dicapai di dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
di departemen Sumber Daya Manusia adalah:
1. Meningkatnya kompetensi personel SDM
2. Meningkatnya sistem HRIS dengan penerapan MySAP
4.4 Indikator-indikator pengukuran kinerja
Key Performance Indicator (KPI) merupakan ukuran kinerja dari sasaran-
sasaran strategis yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sasaran tersebut
dikelompokkan ke dalam empat perspektif Balanced Scorecard, yaitu:
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal,
dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
4.4.1 Perspektif Keuangan
Key Performance Indicator dan target yang ditetapkan perusahaan dari sasaran
strategis pada perspektif keuangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.7Key Performance Indicator Perspektif Keuangan
Sasaran Strategis Key Performance Indicator Ukuran Target Mengoptimalkan Penggunaan
Anggaran Biaya Operasi Departemen Persentase 95%
72
4.4.2 Perspektif Proses Bisnis Internal
Pada perspektif proses bisnis internal, departemen SDM mengidentifikasi
proses-proses yang dapat memuaskan “pelanggan”. Pada perspektif ini,
pelanggan yang dimaksud adalah karyawan internal perusahaan. Tabel di
bawah ini adalah Key Performance Indicator dan target dari sasaran strategis
pada perspektif proses bisnis internal.
Tabel 4.8 Key Performance Indicator Proses Bisnis Internal
Sasaran Strategis Key Performance Indicator Ukuran Target
Mengembangkan Kompetensi Karyawan
Jumlah rata-rata hari pelatihan per karyawan
Persentase 60%
Konvensi CIP (Continuous Improvement Program)
Periodik 1
Knowledge Management melalui intranet
Persentase 60%
Mengembangkan Efektivitas Organisasi
Peraturan Perusahaan Waktu Desember Implementasi organisasi baru PT. Pertamina Gas
Waktu Februari
Reorganisasi PT. Pertamina Gas ke dalam sistem MySAP
Waktu Maret
Tindak Lanjut temuan Audit Internal dan Eksternal
Persentase 100%
Mengisi posisi yang Vacant dengan
Kompetensi yang tepat % Rekrutmen dibanding rencana Persentase 17.53%
Mengembangkan hubungan Industrial yang
baik Customer Focus Persentase 85%
4.4.3 Perspektif Pelanggan
Untuk lingkup departemen, yang menjadi “pelanggan” yaitu karyawan
perusahaan itu sendiri sehingga perusahaan berusaha untuk memuaskan
73
karyawannya agar tercipta loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Tabel di
bawah ini merupakan Key Performance Indicator dan target yang ingin dicapai
untuk sasaran strategis perspektif pelanggan.
Tabel 4.9Key Performance Indicator Perspektif Pelanggan Sasaran Strategis Key Performance
Indicator Ukuran Target
Meningkatkan Produktivitas
Karyawan
Revenue per karyawan Persentase 7.70% Laba operasi per
karyawan Persentase 2.80%
Mengembangkan Lingkungan Kerja
yang Kondusif
% Absensi karyawan Persentase 85% Turnover rate Persentase 0%
CSMS (Contractor Safety Management
Systems) skor Numerik 90
Program kepemilikan rumah
Waktu Desember
Memproses UKG beserta upah
Waktu Mei/Nov
Memproses General dan Merit Increase
Waktu Mei
4.4.4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, key performance indicator
yang ditetapkan untuk sasaran strategis perusahaan dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.10 Key Performance Indicator Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Sasaran Strategis Key Performance Indicator Ukuran Target Meningkatkan
Kompetensi Personel SDM
Jumlah hari Pelatihan per Karyawan Divisi SDM
Persentase 20%
Meningkatkan penggunaan HRIS yang
tepat guna
% Penerapan sistem HRIS MySAP dibanding rencana
Persentase 95%
74
4.5 Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja yang dilakukan adalah pengukuran kinerja departemen
Sumber Daya Manusia pada tahun 2011. Penelitian dilakukan dengan cara
membandingkan hasil yang dicapai perusahaan terhadap target yang telah
ditetapkan. Pengukuran dilakukan terhadap indikator-indikator yang telah
ditentukan untuk mengetahui pencapaian sasaran strategis terhadap target yang
telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya.
4.5.1 Perspektif Keuangan
Untuk perspektif keuangan, departemen SDM menetapkan 1 (satu)
pencapaian strategis, yaitu mengoptimalkan penggunaan anggaran operasional
departemen.
1. Realisasi Anggaran Biaya Operasi
Terealisasinya anggaran biaya operasi pada tahun yang bersangkutan secara
efektif dan efisien.
Tabel 4.11 Anggaran Biaya Operasi Departemen Tahun 2011
Tahun Budget Anggaran Biaya Operasi
Annual Target (IDR Billion) Persentase (%)
Target Realisasi
2011 89,944,391,832 85.45 80.95 90%
75
4.5.2 Perspektif Proses Bisnis Internal
1. Mengembangkan Kompetensi Karyawan
a) Jumlah rata-rata hari pelatihan per karyawan
Learning days (LD) adalah jumlah rata-rata hari pekerja yang mengikuti program
pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk pelatihan/training/kursus
(termasuk eLearning dan pelatihan yang merupakan bagian dari pembelian suatu
alat dan atau kontrak jasa), Benchmarking, dan Workshop dalam rangka
meningkatkan kompetensi. Adapun pembelajaran yang diperhitungkan merupakan
program pembelajaran dengan durasi min 4 jam atau 5 sesi @45 menit dalam satu
hari. Rumus LD (Learning Days):
Tabel 4.12 Learning days tahun 2011
Sumber : Laporan Perusahaan
b) Konvensi CIP (Continuous Improvement Program)
Konvensi CIP merupakan pembuktian antusias pekerja Pertagas yang terbukti
dengan jumlah peserta yang hadir dan berpartisipasi dalam acara tersebut, dari 6
wilayah operasi, total sebanyak 13 Gugus Kendali Mutu (GKM) dan 3 Sistem
Saran (SS) yang berpartisipasi di konvensi tersebut.
Tahun Target LD Realisasi LD Jumlah Pekerja
LD
2011 161 214 268 80%
76
Pelaksanaan konvensi ini adalah puncak dari rangkaian acara CIP Pertagas di
tahun 2011 dimana sebelumnya telah diadakan pelatihan penulisan makalah dan
pelatihan juri internal Pertagas. Hari pertama konvensi diisi dengan presentasi dan
wawancara dari 16 peserta dan hari kedua adalah penutupan konvensi dimana
peraih penghargaan CIP diumumkan di hari tersebut.
c) Knowledge Management melalui intranet
Yaitu mengkomunikasikan perkembangan lingkungan eksternal dan internal
melalui portal perusahaan. Dimana dapat dilihat dari jumlah visitor yang
mengaksesnya.
2. Mengembangkan Efektivitas Organisasi
Untuk pengembangan efektivitas organisasi, PT Pertamina Gas memiliki program
untuk mengembangkan efektivitas organisasi setiap tahunnya yang dimana dapat
dilihat dari data di bawah ini.
a) Peraturan Perusahaan (PP)
Peraturan perusahaan adalah peraturan yang mengatur hak dan kewajiban
perusahaan dan pekerja. Peraturan Perusahaan yang telah disetujui BOD dan
disahkan oleh Depnakertrans. Realisasi dari disahkannya PP dapat mendorong
kinerja para pekerja internal perusahaan yang dapat berdampak terhadap
persentase (%) pengembangan SDM. Sumber data berasal dari UU
Ketenagakerjaan, HR PT Pertamina (Persero) dan Kebutuhan Perusahaan.
b) Implementasi organisasi baru PT. Pertamina Gas
77
Implementasi organisasi baru PT Pertamina Gas adalah kegiatan penempatan
orang-orang dalam organisasi baru, dengan formalitas SK Direksi. Hal ini juga
dapat berdampak terhadap efektivitas organisasi perusahaan.
c) Reorganisasi PT. Pertamina Gas ke dalam system MySAP
Implementasi organisasi baru PT. Pertamina Gas proses Create, upload dan
hiring organisasi baru kedalam sistem MySAP.
d) Tindak Lanjut temuan Audit Internal & Eksternal
Mengukur kinerja tindak lanjut atas rekomendasi hasil audit internal dan
eksternal pada periode tertentu, yang dihitung dengan membandingkan total item
rekomendasi hasil audit yang telah selesai ditindaklanjuti oleh auditee pada
periode tahun berjalan, dibandingkan dengan akumulasi seluruh rekomendasi
hasil audit yang harus ditindaklanjuti ditambah (jumlah item rekomendasi hasil
audit tahun-tahun sebelumnya yang belum selesai ditindaklanjuti ditambah jumlah
item rekomendasi hasil audit tahun berjalan).
3. Mengisi posisi yang vacant dengan kompetensi yang tepat
a) % Rekrutmen dibanding rencana
Persentase rekrutmen ini didapat dari realisasi jumlah pekerja yang direkrut
dibagi dengan jumlah pekerja tahun ini yaitu sebanyak 268 orang.
Tabel 4.13 Jumlah Realisasi Rekrutmen tahun 2011
Tahun Target
(Orang) Realisasi (Orang)
Target perekrutan (%)
Jumlah yang direkrut (%)
2011 47 30 17.53% 11.20%
78
4. Mengembangkan hubungan industrial yang baik
a) Jumlah Keluhan (Costumer Focus)
Costumer focus adalah pemenuhan kebutuhan pelanggan untuk menjaga
hubungan kooperatif dan penyelesaian keluhan pelanggan.
Rumus :
(Realisasi yang ditindaklanjuti ÷Total aktivitas yang harus ditindaklanjuti) × 100%
Tabel 4.14 Data Customer focus tahun 2011
Tahun % Target Costumer focus Realisasi
2011 85% 95%
4.5.3 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
1. Meningkatkan kompetensi personel SDM
a) Jumlah hari pelatihan per karyawan departemen SDM
Tabel 4.15 Jumlah hari pelatihan pekerja tahun 2011 departemen SDM
No. ID Pekerja Jumlah Hari Pelatihan 1 719226 6 2 19047003 17 3 19047095 5 4 19047099 10 5 19047145 15
b) % Utilisasi SAP dibandingkan dengan rencana
Dilihat dari sisi usaha menekan outstanding transaction. Bila outstanding
transaction item menurun berarti utilisasi meningkat.
79
Formula KPI %
KPI = Average (KPI per ukuran kinerja)
Backlog: Tergantung kriteria per Ukuran Kinerja masing-masing SPC stream
KPI per kinerja = 100% -
4.5.4 Perspektif Pelanggan
1. Meningkatkan produktivitas karyawan
a) Revenue per karyawan
Revenue per karyawan dalam perspektif ini dapat diukur dari pendapatan
penjualan perusahaan dibagi dengan jumlah karyawan eksisting.
Rumus :
(Pendapatan penjualan dalam 1 tahun ÷ Jumlah karyawan) x 100%
Tabel 4.16 Data revenue tahun 2010-2011
Tahun Revenue (Triliun) Jumlah
Karyawan
Persentase
(%) Target Realisasi
2010 1.914 1.929 268 7.19%
2011 2.062 2.193 268 8.18%
Sumber : Laporan perusahaan
b) Laba operasi per karyawan
Rumus :
(Laba bersih ÷ jumlah karyawan) x 100%
80
Tabel 4.17 Laba Operasi tahun 2010-2011
Tahun Laba Operasi (Miliar) Jumlah Karyawan
Persentase (%) Target Realisasi
2010 553 738 268 2.75%
2011 611 808 268 3.01% Sumber : Laporan perusahaan
2. Mengembangkan Lingkungan kerja yang kondusif
a) % Absensi karyawan
Indikator yang digunakan untuk mengukur kepuasan kerja karyawan guna
mencapai lingkungan kerja yang kondusif salah satunya yaitu persentase rata-rata
tingkat absensi karyawan. Karena persentase absensi juga dapat mempengaruhi
tingkat produktivitas pekerja.
Tabel 4.18 Tingkat absensi karyawan tahun 2011
Tahun 2011 Persentase Absensi (%)
TW I 83%
TW II 87%
TW III 94.5%
TW IV 89%
Rata-rata 88.375%
b) Turnover rate
Tingkat turnover adalah persentase karyawan dimana adanya pergantian posisi di
perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Angka ini menjadi perhatian bagi
perusahaan karena perputaran karyawan dapat menjadi cost. Selain itu, adanya
81
pergantian karyawan akan berpengaruh terhadap produktivitas selama kurun
waktu karyawan baru telah melewati masa pelatihan.
c) CSMS (Contractor Safety Management Systems) skor
Pertagas sadar bahwa bisnis yang digelutinya bergerak di bidang usaha
transportasi gas yang sangat rentan terhadap kecelakaan. Maka dari itu, diperlukan
prosedur yang jelas tentang K3 atau HSE (Health, Safety Environment) yang
khususnya pada sektor operasional. Di bawah ini adalah tabel yang menunjukkan
penilaian terhadap CSMS pada Pertagas tahun 2011.
Tabel 4.19 CSMS Skor
d) Program Kepemilikan Rumah
Yaitu program pemilikan rumah pekerja yang sumber dananya dipinjamkan oleh
perusahaan.
e) Memproses UKG beserta kenaikan upah
82
Proses kenaikan golongan pekerja beserta kenaikan upahnya dalam 1 tahun
berjalan sebanyak 2 kali yaitu di bulan April dan bulan Oktober. UKG diproses
dengan pertimbangan KPI pekerja, proyeksi jabatan, proyeksi usia dan historycal
kenaikan Golongan pekerja. UKG harus disetujui Hulu dan BOD (Board of
Directors) PT Pertamina Gas.
f) Memproses General Increase dan Merit Increase
Yaitu proses kenaikan upah dalam 1 tahun berjalan sebanyak 2 kali yaitu di bulan
Januari (General Increase) dan bulan April (Merit Increase). Proses kenaikan
upah pekerja berdasarkan nilai inflasi, SK (Surat Keputusan) Persero dan nilai
kinerja masing-masing pekerja.
4.6 Peta Strategi
Setelah dilakukan pengukuran terhadap sasaran strategis, maka langkah
selanjutnya menentukan hubungan sebab akibat antar sasaran strategis tersebut,
sehingga membentuk sebuah peta strategi perusahaan. Peta strategi departemen
Sumber Daya Manusia PT Pertamina Gas dapaat dilihat pada gambar 4.5 di
bawah ini. Peta strategi tersebut merupakan hubungan sebab akibat antar sasaran
strategis untuk setiap perspektif dalam skema Balanced Scorecard. Sasaran
strategis pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menjadi dasar bagi
tercapainya sasaran-sasaran strategis pada perspektif lainnya, seperti perspektif
proses bisnis internal, perspektif pelanggan, dan perspektif keuangan.
83
Meningkatkan
Kompetensi Personel
SDM
Meningkatkan
Utilisasi SAP HRIS
Mengembangkan
Kompetensi Karyawan
Mengembangkan
Efektivitas Organisasi
Mengisi Posisi yang
vacant dengan
kompetensi yang tepat
Mengembangkan
Hubungan Industrial
yang baik
Meningkatkan
Utilisasi SAP HRIS
Meningkatkan
produktivitas
Karyawan
Mengembangkan
Lingkungan kerja yang
Kondusif
Mengoptimalkan
Penggunaan
Anggaran
Pelanggan Keuangan
Proses Bisnis
Internal
Pembelajaran &
Pertumbuhan
Gambar 4.5 Peta Strategi Departemen SDM Pertagas
84
Pada perspektif keuangan, sasaran strategis yang ingin dicapai perusahaan
umumnya adalah profitabilitas. Sementara itu pada departemen pendukung
(Sumber Daya Manusia), memiliki peran yang lebih terarah pada pengelolaan
anggaran departemen secara efisien dalam peningkatan kinerja, karena itu tidak
heran bila Perspektif Pelanggan (pekerja internal) di departemen pendukung
memiliki kepentingan yang sama pentingnya dengan perspektif keuangan. Oleh
karena itu, kedua perspektif (pelanggan dan keuangan) diletakkan di bagian atas
peta strategi support department. Sasaran strategis pada departemen SDM di PT
Pertamina Gas adalah Mengoptimalkan penggunaan anggaran biaya operasi
sedangkan untuk perspektif pelanggan, sasaran strategisnya adalah meningkatkan
produktivitas karyawan, hal itu juga tidak lepas dari dukungan lingkungan kerja
yang kondusif.
Sasaran pada perspektif pelanggan akan tercapai, jika didukung dengan
pencapaian sasaran strategis pada perspektif bisnis internal. Sasaran-sasaran pada
perspektif proses bisnis internal antara lain adalah peningkatan kompetensi
karyawan. Untuk mendukung tercapainya perspektif proses bisnis internal, maka
sasaran strategis pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan meliputi
peningkatan kompetensi personel SDM dan adanya penerapan sistem manajemen
kinerja yang optimal.
4.7 Hasil Perkiraan kinerja
Setelah dilakukan perancangan peta strategi yang berbasis empat perspektif
pada metode balanced scorecard, berdasarkan analisis data dan interview yang
85
dilakukan dengan perusahaan, maka didapatkan hasil perkiraan kinerja
departemen Sumber Daya Manusia PT Pertamina Gas sebagai berikut:
Tabel 4.20 Hasil Pengukuran Kinerja Departemen SDM PT. Pertamina Gas
Perspektif Sasaran Strategis KPI Ukuran Target Realisasi Pencapaian
Keuangan Mengoptimalkan penggunaan biaya operasi departemen
Realisasi Anggaran Biaya Operasi Departemen
Persentase 95% 90% Tercapai
Proses Bisnis internal
Mengembangkan kompetensi karyawan
Jumlah rata-rata hari pelatihan per karyawan
Persentase 60% 80% Tercapai
Konvensi CIP Periodik 1 1 Tercapai Knowledge Management melalui intranet
Persentase 60% 60% Tercapai
Mengembangkan efektivitas organisasi
% Penyelesaian peraturan perusahaan
Persentase 7.50% 1.88% Tidak Tercapai
Implementasi Organisasi Baru Pertagas
Waktu Februari Februari Tercapai
Reorganisasi Pertagas ke dalam sistem MySAP
Waktu Maret Maret Tercapai
Tindak Lanjut Temuan Audit Internal & Eksternal
Persentase 100% 100% Tercapai
Mengisi posisi yang vacant dengan kompetensi yang tepat
% Rekrutmen dibanding rencana
Persentase 17.53% 11.20% Tidak Tercapai
Mengembangkan hubungan industrial yang baik
Customer focus
Persentase 85% 95% Tercapai
Pembelajaran dan Pertumbuhan
Meningkatkan kompetensi personel SDM
Jumlah hari pelatihan per karyawan divisi SDM
Persentase 20% 21% Tercapai
Meningkatkan sistem HRIS dengan penerapan MySAP
% Utilisasi SAP dibanding dengan rencana
Persentase 95% 95% Tercapai
Pelanggan
Meningkatkan produktivitas karyawan
Revenue per karyawan
Persentase 7.70% 8.18% Tercapai
Laba operasi per karyawan
Persentase 2.80% 3.01% Tercapai
Mengembangkan lingkungan kerja yang kondusif
% Absensi karyawan Persentase 85% 88.38% Tercapai Turnover rate Persentase 0% 0% Tercapai CSMS Skor Persentase 90% 91% Tercapai
86
% Program Kepemilikan Rumah
Persentase 5% 1.25% Tidak Tercapai
Proses UKG beserta upah
Waktu Mei/Nov April/Okt Tercapai
Proses General & Merit Increase
Waktu Mei Mei Tercapai
4.8 Analisa Sasaran strategis dan KPI
4.8.1 Analisa Sasaran Strategis
Secara keseluruhan, sasaran strategis (SS) perusahaan berjumlah 9 buah, yang
terbagi dalam 4 perspektif sebagai berikut:
Perspektif Keuangan = 1 buah
Perspektif Pelanggan = 2 buah
Perspektif Proses bisnis internal = 4 buah
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan = 2 buah
Gambar 4.6 Persentase Sasaran Strategis perspektif BSC
87
Dari gambar di atas, terlihat bahwa sasaran strategis pada perspektif proses
bisnis internal menunjukkan persentase terbesar yaitu 45% dibandingkan dengan
sasaran strategis perspektif lainnya seperti perspektif pelanggan 22%, perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan sebesar 22% dan perspektif keuangan 11%. Hal
ini menggambarkan bahwa proses bisnis internal memiliki peranan yang kuat
untuk mendorong kompetensi pekerja di perusahaan. Disini pekerja diharuskan
aktif terhadap perubahan agar dapat mengikuti sistem kerja yang berjalan.
4.8.2 Analisa KPI
Key Performance Indicator (KPI) merupakan ukuran kinerja yang dapat diukur
dan mampu merepresentasikan sasaran strategis yang hendak dicapai perusahaan.
KPI diperoleh melalui studi literatur serta hasil diskusi dengan pihak perusahaan.
Diskusi dengan pihak perusahaan berguna untuk memastikan bahwa KPI yang
dipilih benar-benar mampu merepresentasikan sasaran strategis yang ada. Hal ini
mengingat karakteristik Balanced Scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja
internal perusahaan. KPI satu perusahaan belum tentu sama dengan perusahaan
lainnya, disebabkan karena visi, misi dan strategi suatu perusahaan berbeda
dengan perusahaan lain, sehingga sasaran strategisnya juga berbeda. Secara
keseluruhan KPI departemen berjumlah 20 buah, dibagi dalam keempat perspektif
Balanced Scorecard.
4.9 Analisa Pembobotan Sasaran Strategis dan KPI
4.9.1 Analisa Pembobotan Sasaran Strategis
88
4.9.1.1 Analisa Kriteria Sasaran Strategis
Level kriteria yang harus dipenuhi untuk memenuhi tujuan yaitu keempat
perspektif dalam Balanced Scorecard, yakni:
- Perspektif Keuangan
- Perspektif Pelanggan
- Perspektif Proses Bisnis Internal
- Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Gambar 4.7 Bobot Kepentingan Kriteria Perspektif BSC
Dari gambar 4.7 diatas terlihat bahwa kriteria pembelajaran dan pertumbuhan
di departemen SDM merupakan perspektif yang memiliki bobot kepentingan yang
paling tinggi yaitu sebesar 27 dari skala 100. Hal ini menunjukkan bahwa
departemen memandang untuk mencapai sasaran strategis pada perspektif lain,
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran merupakan kriteria yang diprioritaskan.
Kriteria proses bisnis internal merupakan prioritas kedua tertinggi dengan
bobot kepentingan sebesar 26 dari skala 100. Ini menunjukkan bahwa dengan
89
proses bisnis internal departemen yang baik akan mempengaruhi terhadap kinerja
SDM yang baik juga. Kriteria pelanggan dalam perspektif ini yaitu pelanggan
internal perusahaan (pekerja di Pertagas) dimana pelanggan menjadi penggerak
dari jalannya kinerja perusahaan. Perspektif ini memiliki bobot kepentingan 24
dari skala 100. Ini menunjukkan bahwa hak, kewajiban serta rewards pekerja
menjadi pertimbangan penting perusahaan agar para pekerja memiliki loyalitas
bagi kemajuan perusahaan. Untuk kriteria keuangan yang memiliki bobot
kepentingan sebesar 23 dari skala 100, hal ini dikarenakan kriteria ini akan
berjalan dengan baik jika ketiga kriteria lainnya dikelola dengan baik pula.
4.9.2 Analisa Pembobotan KPI
Pembobotan KPI (Key Performance Indicator) dalam penelitian ini berskala
dari 0 (poor) – 1 (good) dari tingkat kepentingan yang dianggap paling tinggi. Ini
merupakan hasil brainstorming dan diskusi dengan pihak internal perusahaan.
4.10 Penilaian Kinerja Perusahaan
4.10.1 Mengukur Bobot Indikator dan Kinerja Masing-Masing Indikator
Penentuan bobot untuk masing-masing indikator dilakukan dengan cara
melakukan brainstorming dengan menggunakan tingkat kepentingan yang
menjadi target prioritas.
90
Tabel 4.21 Bobot Indikator Masing-masing Indikator
Perspektif KPI Target Realisasi Bobot
Indikator
Kinerja
(%)
Bobot
Indikator
x Kinerja
Pelanggan 1 Revenue per karyawan 7.70% 8.18% 0.16 1.06 0.17
Bobot = 24 2 Laba operasi per karyawan 2.80% 3.01% 0.12 1.07 0.12 3 % Absensi karyawan 85% 88.38% 0.07 1.04 0.07 4 Turnover rate 0% 0% 0.10 1.00 0.10 5 CSMS Skor 90% 91% 0.09 1.01 0.09 6 Program kepemilikan rumah 5% 1.25% 0.16 0.25 0.04 7 Memproses UKG beserta
upah 5% 5.5% 0.12 1.10 0.13
8 Memproses General dan Merit Increase
5% 5% 0.18 1.00 0.18
1 7.53 0.90 Keuangan 1 Biaya Operasi departemen
95% 90% 1 0.95 0.95 Bobot = 23 1 0.95 0.95 Proses Bisnis Internal
1 Jumlah hari pelatihan per karyawan 60% 80% 0.11 1.30 0.14
Bobot = 26
2 Konvensi CIP 1 1 0.18 1 0.18 3 KM melalui intranet 60% 60% 0.12 1 0.12 4 Peraturan Perusahaan 7.50% 1.88% 0.09 0.25 0.02 5 Implementasi organisasi baru
PT. Pertamina Gas 7.50% 7.50% 0.08 1 0.08
6 Reorganisasi PT. Pertamina Gas ke dalam sistem MySAP 7.50% 7.50% 0.15 1 0.15
7 Tindak Lanjut temuan Audit Internal dan Eksternal 100% 100% 0.08 1 0.08
8 % Rekrutmen dibanding rencana
17.53% 11.20% 0.06 0.63 0.04
9 Customer Focus 85% 95% 0.13 1.11 0.14 1 8.29 0.95 Pembelajaran dan Pertumbuhan
1 Jumlah hari pelatihan per karyawan departemen SDM
20% 21% 0.45 1.05 0.47
Bobot = 27 2 % Penerapan sistem HRIS
dibanding rencana 95% 95% 0.55 1 0.55
1 2.05 1.02 Total Skor Maksimum 4 3.82
91
4.10.2 Mengukur Total Skor Kinerja
Tabel 4.22 Total Skor Perspektif
Perspektif Bobot
Perspektif Kinerja
Bobot Perspektif x
Kinerja
Keuangan 23 0.95 21.85 Pelanggan 24 0.90 21.60 Proses Bisnis Internal 26 0.95 24.70 Pembelajaran dan Pertumbuhan 27 1.02 27.54
Total Skor Perspektif 100 3.82 95.69
Data tabel 4.22 merupakan hasil perhitungan dari perkiraan kinerja di tabel
4.21. Bobot masing-masing perspektif dijumlah sehingga mendapat total 100,
kemudian untuk kolom kinerja didapat dari kolom jumlah bobot indikator
dikalikan kinerja. Setelah mendapatkan Total Skor Perspektif, untuk mengetahui
penilaian kinerja perusahaan pada tahun 2011, maka diperhitungkan dengan
rumus sebagai berikut:
Total skor kinerja BSC = (Total skor perspektif ÷ jumlah bobot perspektif) x 100%
Total Skor Kinerja BSC Departemen SDM Pertagas
= (95.69/100) x 100% = 95.69%
Dari hasil total skor perspektif yang tertera pada tabel 4.22, maka dapat
dilakukan penilaian lanjutan berdasarkan rumus total skor kinerja Balanced
Scorecard yang menghasilkan skor kinerja untuk departemen Sumber Daya
92
Manusia PT Pertamina Gas sebanyak 95.69%. Sehingga kriteria untuk General
Support ini dapat dilihat pada tabel 4.23.
Tabel 4.23 Kriteria Total Skor Kinerja
Keterangan Total Skor (TS) Kriteria
Sangat Sehat AAA ≥ 95 AA 80 < TS < 95 A 65 < TS < 80
Kurang Sehat BBB 50 < TS < 65 BB 40 < TS < 50 B 30 < TS < 40
Tidak Sehat CCC 20 < TS < 30 CC 10 < TS < 20 C TS > 10
Sumber : Rangkuti, 2011
Berdasarkan kriteria nilai akhir skor kinerja, penilaian kinerja departemen
SDM pada tahun 2011 digolongkan dalam kondisi “Sangat Sehat”, dengan
kategori AAA dengan skor kinerja 95.69%. Dilihat dari perkiraan pengukuran
kinerja departemen Sumber Daya Manusia PT Pertamina Gas pada tahun 2011,
internal perusahaan sudah cukup siap mempersiapkan strategi SDM nya untuk
mencapai visi dan misi perusahaan (Human Capital Readiness). Hal ini dapat
memudahkan departemen Sumber Daya Manusia sebagai pendorong internal
perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya sehingga berpengaruh secara
signifikan terhadap perusahaan serta menjadikan personelnya memiliki global
mindset dan mampu bersaing menjadi perusahaan gas dunia.
93
4.11 Implikasi Penelitian
Setelah dilakukan pengukuran kinerja departemen Sumber Daya Manusia PT
Pertamina Gas, maka dapat dilihat dari beberapa pencapaian KPI (Key
Performance Indicator) perusahaan terdapat 3 KPI yang tidak tercapai, antara
lain: (1) persentase penyelesaian peraturan perusahaan, (2) persentase rekrutmen,
dan (3) persentase program kepemilikan rumah. Berdasarkan observasi langsung,
dapat dianalisis bahwa penyelesaian peraturan perusahaan tidak tercapai karena
terealisasinya peraturan harus disahkan oleh Depnakertrans dan beberapa
peraturan lainnya masih berkiblat dari perusahaan induk (Pertamina Persero),
sehingga terdapat kendala dalam waktu penyelesaian draft tersebut. Untuk
persentase rekrutmen, perusahaan memiliki beberapa pertimbangan dalam
melakukan rekrutmen pegawai. Beberapa pertimbangannya yaitu:
- Project
- Efisiensi biaya
- Efektivitas Organisasi
- Waktu (timing), yang tepat untuk mempersiapkan pelatihan/pembinaan
pekerja baru.
Setelah didapatkan hasil pengukuran, perusahaan diharapkan untuk melakukan
hal-hal berikut ini:
4.11.1 Perspektif Keuangan
94
Untuk perspektif keuangan, faktor pendorong agar tingkat Anggaran Biaya
Operasi (ABO) terealisasi lebih efisien dan menghasilkan efektivitas yaitu dengan
penerapan inisiatif strategis sebagai berikut:
- Melakukan pemetaan kebutuhan dan TKO (Tata Kerja Organisasi) di
bidang Sumber Daya Manusia
- Mengoptimalkan pekerja senior menjadi trainer internal perusahaan
4.11.2 Perspektif Pelanggan
Untuk perspektif pelanggan, upaya-upaya yang dilakukan antara lain:
- Melakukan salary survey dengan bisnis sejenis, agar pekerja dapat lebih
meningkatkan loyalitas serta kontribusinya terhadap perusahaan.
- Meningkatkan Man Power, dimana pekerja perusahaan diberdayakan agar
mampu berkompetensi serta mengisi gap nya dalam struktur karirnya.
4.11.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Hal yang mendapat perhatian paling tinggi dari perspektif ini adalah
Konvensi CIP (Continuous Improvement Program) dan Reorganisasi Pertagas
ke dalam system MySAP. Ini dapat dilihat dari tabel 4.21 sesuai dengan
perspektifnya yaitu proses bisnis internal, pemberian bobot kepentingan yang
diberikan untuk Key Performance Indicator Konvensi CIP dan Reorganisasi
Pertagas ke dalam MySAP yaitu sebesar 0.18 dan 0.15. Hal ini dikarenakan
kedua KPI tersebut merupakan program dan investasi perusahaan dalam
menjalankan bisnisnya agar jauh lebih efektif dan efisien dalam industri migas
95
yang semakin global. Agar reorganisasi ini terealisasi secara optimal
dibutuhkan faktor pendorong seperti sistem yang terintegrasi dengan baik,
SDM yang berkompeten, serta peraturan perusahaan yang mendukung. Selain
itu, program pelatihan, workshop, sosialisasi kegunaan sistem dan sebagainya
juga dapat menjadi faktor pendorong optimalisasi sistem.
4.11.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, berbagai upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan kompetensi masing-masing pekerja yaitu
dengan adanya pemberdayaan pekerja (Employee Empowerment). Dari
perspektif ini, dapat juga berpengaruh terhadap tingkat loyalitas pekerja
terhadap perusahaan, serta zero level of turnover yang kembali lagi memiliki
pengaruh terhadap labor cost (Optimalisasi biaya rekrutmen, dsb). Inisiatif –
inisiatif yang harus dilakukan diantaranya:
- Mendorong partisipasi karyawan dalam pemberian saran kepada pihak
perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar meningkatnya iklim kerjasama di
dalam perusahaan.
- Melakukan competency mapping (soft and hard competency)
- Melakukan clustering dan leveling untuk career success factor dalam
setiap fungsi di Pertagas
- Menetapkan evaluation of talent competency’s gap