BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN -...
Transcript of BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN -...
1
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subyek Penelitian
Subyek penelitian terdiri dari 25 orang yang
diambil dari pengurus komite sekolah dari 3 SMP
Negeri yang ada di Kecamatan Musuk, Kabupaten
Boyolali, yang terdiri dari SMP Negeri 1 Musuk
sebanyak 8 orang, dari SMP Negeri 2 Musuk
sebanyak 10 orang dan dari SMP Negeri 3 Musuk
berjumlah 7 orang. Tingkat pendidikan mereka
adalah SD berjumlah 5 orang, SMP sebanyak 2
orang, SLTA sebanyak 13 orang , D2 berjumlah 2
orang dan sarjana (S1) sebanyak 3 orang. Pekerjaan
pengurus Komite Sekolah bervariasi, petani 7 orang,
wiraswasta 5 orang, perangkat desa 2 orang,
karyawan swasta 1 orang, pensiunan PNS/TNI 4
orang, dan guru/PNS sebanyak 6 orang. Rata-rata
masa kerja mereka sebagai pengurus komite sekolah
sudah lebih dari 10 tahun dan tidak pernah
diadakan reformasi kepengurusan.
4.2 Analisis Data
Dari hasil penelitian diadakan analisis
terhadap empat peran komite sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan yaitu peran sebagai
badan pertimbangan (Advisory Agency), peran
sebagai badan pendukung (Supporting Agency), peran
2
sebagai badan pengontrol (Controlling Agency) dan
peran sebagai badan penghubung (Mediator Agency).
Hasil penelitian peran komite sekolah dapat dilihat
pada Tabel 4.1 berikut ini !
Tabel 4. 1
Peran Komite Sekolah
No Peran
Komite
Sekolah
SMP N 1 Musuk
SMP N 2 Musuk
SMP N 3 Musuk
Rata -
rata Min
Maks
Mean SD Min Mak
s Mean SD Min
Maks
Mean SD
1
Peran Komite sebagai badan pertimbangan
1 4 2,39 0,485 1 3 1,96 0,585 1 4 1,80 0,789 2,05
2 Peran Komite sebagai badan pendukung
1 4 2,56 0,692 1 4 2,06 0,632 1 4 1,68 0,934
2,10
3 Peran Komite sebagai badan
pengontrol
1 3 2,45 0,480 1 3 1,84 0,668 1 4 2,06 0,851
2,19
4 Peran Komite sebagai badan
penghubung
1 4 3,03 0,556 1 4 2,63 0,425 1 4 2,14 1,111 2,60
4.2.1 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan
Pertimbangan (Advisory Agency)
Komite sekolah dalam peranannya sebagai
badan pertimbangan diharapkan mampu
memberikan pertimbangan dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan sekolah. Sesuai
dengan peranannya tersebut komite sekolah
3
diharapkan mampu memberikan pertimbangan dan
masukan dalam hal merumuskan dan menetapkan
visi, misi dan tujuan sekolah, memberikan
pertimbangan dan masukan dalam penyusunan
kurikulum sekolah(KTSP),memberikan pertimbangan
dalam merumuskan dan menetapkan rencana
strategis pengembangan sekolah dan rencana kerja
tahunan sekolah, memberikan masukan,
pertimbangan, dan rekomendasi dalam penyusunan,
pembahasan dan penetapan anggaran sekolah
(APBS), memberikan masukan dalam merumuskan
dan menetapkan pedoman tentang struktur
organisasi sekolah, memberikan masukan dalam
menetapkan tata tertib sekolah yang meliputi tata
tertib pendidik, tenaga kependidikan dan peserta
didik, serta memberikan masukan dalam dalam
penggunaan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana. Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa peran
komite sekolah sebagai badan pertimbangan
(Advisory Agency) baik SMP N 1 Musuk, SMP N 2
Musuk maupun SMP N 3 Musuk termasuk dalam
kategori rendah(1,75≤x<2,50). Ini berarti bahwa
sebagian besar responden menyatakan bahwa komite
sekolah belum dengan baik menjalankan perannya
sebagi badan pertimbangan. Dari 7 indikator peran
komite sebagai badan pertimbangan terdapat 1 peran
yang tergolong paling rendah sekali (1,00≤x<1,75)
yaitu dalam hal menyampaikan pertimbangan dan
masukan kepada sekolah dalam merumuskan dan
menetapkan pedoman tentang struktur organisasi
4
sekolah, hal ini dikarenakan struktur organisasi
sekolah sudah diatur dari Dinas Pendidikan sekolah
hanya menentukan personalnya yang akan
menduduki struktur organisasi tersebut, dan ketika
dimintai pertimbangan komite sekolah menyerahkan
sepenuhnya kepada sekolah. Peran yang paling
menonjol sebagai badan pertimbangan adalah dalam
memberikan masukan, pertimbangan, dan
rekomendasi dalam penyusunan, pembahasan dan
penetapan anggaran sekolah (APBS).
4.2.2 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan
Pendukung (Supporting Agency)
Komite sekolah dalam peranannya sebagai
badan pendukung diharapkan mampu memberikan
dukungan baik yang berwujud financial, pemikiran
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah diharapkan mampu melakukan
penggalangan dana dari orang tua/wali murid ,
masyarakat, dunia usaha dan industri untuk
pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di sekolah
dan pemberian bantuan bagi siswa tidak mampu,
ikut berperan aktif dalam mengelola kontribusi
masyarakat baik yang berupa uang, tenaga, pikiran,
barang dan peluang yang diberikan kepada sekolah,
memberikan persetujuan dalam kegiatan sekolah
di bidang non-akademik, memberikan persetujuan
dalam pelaksanaan pengelolaan sekolah yang tidak
sesuai dengan rencana kerja, membuat pedoman
5
tentang pengelolaan biaya investasi dan operasional
sekolah, memberikan motivasi atau penghargaan
(baik berupa materi maupun non materi) kepada
guru, staf dan siswa, memberikan otonomi
professional kepada guru dalam melaksanakan tugas
-tugas kependidikannya sesuai kaidah dan
kompetensi guru, memberikan dukungan kepada
sekolah untuk secara preventif dan kuratif dalam
penyebarluasan narkoba di sekolah, serta
mengidentifikasi berbagai permasalahan dan
memecahkannya bersama-sama pihak sekolah.
Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa peran komite
sekolah sebagai badan pendukung (Supporting
Agency) di SMP N 1 Musuk termasuk dalam kategori
cukup (2,50≤x<3,25), di SMP N 2 Musuk termasuk
dalam kategori rendah(1,75≤x<2,50) dan di SMP N 3
Musuk termasuk rendah sekali (1,00≤x<1,75). Ini
berarti peran komite sekolah dalam mendukung
penyelenggaraan pendidikan di SMP N 1 Musuk
sudah cukup baik, sedangkan di SMP N 2 Musuk
dan di SMP N 3 Musuk dukungan komite sekolah
dalam penyelenggaraan pendidikan masih rendah.
Dari 9 indikator peran komite sebagai badan
pendukung terdapat 1 peran yang tergolong paling
rendah sekali (1,00≤x<1,75) yaitu dalam membuat
pedoman tentang pengelolaan biaya investasi dan
operasional sekolah, hal ini dikarenakan pedoman
tentang pengelolaan biaya investasi dan operasional
sekolah diatur oleh pemerintah kabupaten dengan
6
Peraturan Bupati Boyolali yang ditetapkan setiap
tahun. Peran yang paling menonjol sebagai badan
pendukung adalah dalam memberikan otonomi
professional kepada guru dalam melaksanakan tugas
-tugas kependidikannya sesuai kaidah dan
kompetensi guru dan dalam hal memberikan
dukungan kepada sekolah untuk secara preventif
dan kuratif dalam penyebarluasan narkoba di
sekolah.
4.2.3 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan
Pengontrol (Controlling Agency)
Komite sekolah dalam peranannya sebagai
badan pengontrol dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran
pendidikan di sekolah diharapkan mampu
melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
pengelolaan sekolah untuk menilai efisiensi,
efektivitas dan akuntabilitas sekolah, kualitas proses
pelayanan dan hasil pendidikan disekolah;
melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap
kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran
(out put) pendidikan; menerima laporan dari kepala
sekolah yang beris hasil evaluasi pengelolaan sekolah
setiap akhir semester; menerima pertanggung-
jawaban pelaksanaan pengelolaan pendidikan dari
kepala sekolah dalam rapat dengan dewan pendidik;
serta mengevaluasi program sekolah secara
proporsional meliputi : penggunaan perlengkapan
7
dan alat penunjang kegiatan sekolah serta
penggunaan keuangan sekolah secara bertahap dan
berkesinambungan.
Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa peran komite
sekolah sebagai badan Pengontrol (Controlling
Agency) baik di SMP N 1 Musuk, SMP N 2 Musuk
maupun SMP N 3 Musuk semuanya termasuk dalam
kategori rendah (1,75≤x<2,50). Ini berarti sebagian
besar responden menyatakan bahwa komite sekolah
belum dengan baik menjalankan perannya sebagi
badan pengontrol.Dari 5 indikator peran komite
sebagai badan pengontrol terdapat 1 peran yang
tergolong paling rendah yaitu dalam mengevaluasi
program sekolah secara proporsional yang meliputi :
penggunaan perlengkapan dan alat penunjang
kegiatan sekolah serta penggunaan keuangan
sekolah secara bertahap dan berkesinambungan.
4.2.4 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan
Penghubung (Mediator Agency)
Komite sekolah dalam peranannya sebagai
mediator antara pemerintah (eksekutif) dan dewan
perwakilan rakyat daerah/DPRD (legislatif) dengan
masyarakat diharapkan mampu melakukan kerja
sama dengan masyarakat baik perorangan maupun
kelompok/organisasi/dunia usaha dan dunia
industri (DUDI) dan pemerintah berkenaan dengan
penyelengaraan pendidikan bermutu; membina
8
hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan
seluruh stakeholders pendidikan disekitar sekolah;
menampung dan dan menganalisis aspirasi, ide,
tuntutan, dan berbagai kebutuhan yang diajukan
oleh masyarakat,serta menyampaikan usul atau
rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai
dengan kebutuhan sekolah. Dari Tabel 4.1 diketahui
bahwa peran komite sekolah sebagai badan
Penghubung (Mediator Agency) di SMP N 1 Musuk
dan SMP N 2 Musuk termasuk dalam kategori cukup
(2,50≤x<3,25) sedangkan di SMP N 3 Musuk
termasuk kategori rendah (1,75≤x<2,50). Ini berarti
sebagian besar responden menyatakan bahwa komite
sekolah sudah berperan dengan cukup baik sebagai
penghubung antara pemerintah dengan masyarakat.
Dari 4 indikator peran komite sebagai badan
penghubung terdapat 1 peran yang tergolong paling
rendah yaitu dalam menyampaikan usul atau
rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai
dengan kebutuhan sekolah. Peran yang paling
menonjol sebagai badan penghubung adalah dalam
hal menampung dan menganalisis gagasan,
pandangan, ide, usulan dan berbagai kebutuhan
pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
4.3 Pembahasan
9
Dari hasil analisis data, dari ke empat peran
komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan di
tiga SMP Negeri Kecamatan Musuk Kabupaten
Boyolali hanya peran komite sekolah sebagai badan
penghubung yang termasuk dalam kategori cukup,
sedangkan tiga peran lainnya tergolong masih
rendah. Selanjutnya dibahas setiap aspek peran
komite sekolah sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan di di tiga SMP Negeri Kecamatan Musuk
Kabupaten Boyolali.
4.3.1 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan
Pertimbangan (Advisory Agency)
Peran komite sekolah sebagai badan
pertimbangan termasuk dalam kategori rendah, ini
berarti komite sekolah di tiga SMP Negeri di
Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali belum
banyak memberikan pertimbangan dalam
penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan
di sekolah. Dalam merumuskan dan menetapkan
visi, misi dan tujuan sekolah maupun dalam
penyusunan kurikulum sekolah (KTSP) komite
sekolah belum banyak berperan memberikan
pertimbangan dan masukan. Dari hasil wawancara
sebagian besar pengurus komite tidak mengetahui
visi dan misi sekolahnya, demikian pula komite
sekolah belum cukup berperan dalam memberikan
pertimbangan dalam merumuskan dan menetapkan
rencana strategis pengembangan sekolah dan
rencana kerja tahunan sekolah. Dalam penetapan
10
anggaran sekolah (APBS) komite sekolah sudah
memberikan masukan, pertimbangan, dan
rekomendasi dalam penyusunan dan
pembahasannya. Hal ini didukung dari hasil
wawancara dengan komite sekolah,1
Setiap tahun rata-rata komite diundang oleh pihak sekolah hanya 2 kali, satu kali rapat
dengan dewan guru dan satu kali rapat pleno
komite. Masalah yang sering dibicarakan dalam
rapat dengan dewan guru adalah rencana kerja
tahunan sekolah, peningkatan mutu/les untuk
kelas 3, masalah pengembangan ruang/ pembangunan dan APBS/keuangan. Dalam
rapat dengan dewan guru kami juga pernah
menerima informasi dari sekolah tentang visi,
misi dan tujuan sekolah, serta kurikulum
sekolah (KTSP). Mohon maaf, saya sendiri sudah lupa apa visi maupun misi sekolah.
Dalam rapat pleno komite menentukan
besarnya iuran/dana orang tua/wali murid
serta masalah ketertiban siswa.
Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa
komite sekolah belum cukup terlibat dalam
merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan
sekolah maupun dalam penyusunan kurikulum
sekolah (KTSP) namun dalam hal merumuskan dan
menetapkan rencana strategis pengembangan
sekolah dan rencana kerja tahunan sekolah
termasuk penyusunan APBS komite sekolah sudah
cukup memberikan pertimbangan dan masukan
walaupun komite sekolah selalu diundang ketika
sekolah mengadakan pembahasan tentang rencana
1 Wawancara tanggal 12 Mei 2012
11
kerja tahunan sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil
FGD, salah satu peserta FGD mengatakan :2
Setiap tahun sekali kami mengadakan
pembahasan rencana kerja tahunan sekolah
termasuk mengadakan revisi visi,misi dan tujuan sekolah serta kurikulum sekolah (KTSP),
dan kami selalu mengundang komite sekolah
dalam kegiatan tersebut.Namun komite sekolah
jarang memberikan masukan tentang visi, misi,
tujuan dan kurikulum sekolah, komite sekolah lebih banyak memberikan masukan masalah
pendanaan dan kegiatan siswa.
Dalam hal memberikan masukan dalam
menetapkan tata tertib sekolah yang meliputi tata
tertib pendidik, tenaga kependidikan dan peserta
didik, komite sekolah sudah cukup berperan. Hal ini
terlihat dalam menetapkan jam masuk sekolah yaitu
pukul 07.15, dalam hal penentuan seragam sekolah
dan dalam menetapkan angka kredit pelanggaran
siswa.
Komite sekolah dalam hal memberikan
masukan dalam penggunaan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana sudah cukup berperan, ini
terlihat dalam APBS dialokasikan dana untuk
pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.
Peran komite sekolah sebagai badan
pertimbangan dalam penyelenggaraan pendidikan
disekolah secara keseluruhan termasuk dalam
kategori rendah, ini berarti komite sekolah di tiga
SMP Negeri di Kecamatan Musuk Kabupaten
2 FGD tanggal 17 Desember 2013
12
Boyolali belum banyak memberikan pertimbangan
dan masukan kepada sekolah dalam rangka
merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan
sekolah, penyusunan kurikulum sekolah (KTSP),
rencana strategis pengembangan sekolah dan
rencana kerja tahunan sekolah, tata tertib sekolah
maupun penggunaan sarana dan prasarana sekolah.
Hal ini bertentangan dengan pendapat Fattah (2004)
yang menyatakan bahwa MBS mempunyai tujuan
agar otonomi sekolah dan partisipasi masyarakat
atau local stakeholders mempunyai keterlibatan yang
tinggi.
4.3.2 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan
Pendukung (Supporting Agency )
Peran komite sekolah sebagai badan
pendukung (Supporting Agency) termasuk dalam
kategori rendah, ini berarti komite sekolah di tiga
SMP Negeri di Kecamatan Musuk Kabupaten
Boyolali belum banyak memberikan dukungan baik
yang berwujud financial, pemikiran maupun tenaga
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Selama ini komite sekolah belum pernah melakukan
penggalangan dana dari dunia usaha dan dunia
industry untuk pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan maupun pemberian bantuan bagi siswa
tidak mampu, penyebabnya adalah di Kecamatan
Musuk tidak terdapat perusahaan ataupun pabrik
yang dapat dimintai dana untuk penyelenggaraan
13
pendidikan di sekolah. Penggalangan dana yang
dilakukan komite sekolah masih terbatas dari orang
tua/wali murid, saat ini komite tidak lagi
menggalang dana dari orang tua/wali murid untuk
penyelenggaraan pendidikan di sekolah,
penyebabnya adalah semua siswa SMP di kecamatan
Musuk dibebaskan dari iuran untuk biaya
operasional sekolah, sekolah dilarang menarik dana
dari orang tua/wali murid karena pemerintah telah
memberikan dana BOS kepada semua sekolah
berdasarkan jumlah murid disetiap sekolah. Kondisi
ini didukung oleh hasil wawancara dengan Komite
Sekolah,3
Biasanya komite sekolah menggalang dana dari orang tua/wali murid secara rutin untuk
membantu penyelenggaraan pendidikan
disekolah dan untuk pengembangan sekolah
yang besarnya ditentukan pada rapat pleno
komite, dengan adanya dana BOS dari pemerintah, saat ini sekolah dilarang menarik
iuran dari orang tua/wali murid baik untuk
biaya penyelenggaraan pendidikan maupun
untuk pengembangan sekolah, jadi saat ini
komite sekolah tidak melakukan penggalangan dana dari orang tua/wali murid.
Hal ini didukung pula oleh wawancara dengan
komite sekolah,4
Komite belum pernah melakukan pendekatan
kepada dunia usaha agar memberi bantuan dana kepada sekolah maupun siswa yang tidak
mampu,karena di Musuk tidak ada
3 Wawancara tanggal 14 Mei 2012
4Wawancara tanggal 16 Mei 2012
14
perusahaan atau pabrik, selama ini
penggalangan dana yang kami lakukan sebatas
dari orang tua/wali murid. Dana yang terkumpul kami serahkan sepenuhnya untuk
dikelola sekolah, kami tidak ikut mengelola, dan
kami juga tidak membuat pedoman tentang
pengelolaan biaya investasi dan operasional
sekolah, karena menurut informasinya
pedoman pengelolaan dana sudah diatur oleh pemerintah kabupaten.
Dari wawancara tersebut menunjukkan
bahwa komite sudah berperan dalam
penggalangan dana dari orang tua/wali murid,
namun belum berperan dalam pengelolaan dananya.
Demikian juga komite belum berperan dalam
membuat pedoman tentang pengelolaan biaya
investasi dan operasional sekolah karena sudah ada
pedoman pengelolaan dana dari pemerintah daerah.
Dalam hal memberikan persetujuan dalam
kegiatan sekolah dibidang non akademik maupun
dalam pelaksanaan pengelolaan sekolah yang tidak
sesuai dengan rencana kerja masih dikategorikan
rendah, hal ini terjadi karena bila ada perubahan
kegiatan dari rencana awal pelaksanaannya
diserahkan sepenuhnya kepada sekolah dengan
pemberitahuan kepada ketua komite sekolah, tanpa
harus mengundang seluruh anggota komite.
Kondisi ini sesuai dengan hasil wawancara
dengan komite sekolah,5
Komite sekolah datang kesekolah hanya bila
diundang, rata-rata 2 kali dalam satu tahun,
5 Wawancara tanggal 14 Mei 2012
15
pada saat rapat perencanaan sudah kami
sampaikan, kalau ada perubahan dari rencana
awal kepala sekolah untuk berkoordinasi dengan ketua komite, tanpa harus mengundang
semua pengurus.
Wujud dari komite sekolah memberikan
otonomi professional kepada guru dalam
melaksanakan tugas - tugas kependidikannya sesuai
kaidah dan kompetensi guru adalah bahwa komite
sekolah tidak pernah mencampuri pelaksanaan
proses pembelajaran disekolah, bahkan komite
sekolah tidak pernah membicarakan pelaksanaan
pembelajaran didalam kelas, semua diserahkan
tanggung jawab kepada kepala sekolah. Demikian
juga dalam hal komite sekolah memberikan
dukungan kepada sekolah untuk secara preventif
dan kuratif dalam penyebarluasa narkoba di sekolah
komite mendukung, namun pelaksanaan
sepenuhnya diserahkan kepada sekolah.
Komite sekolah sudah mengidentifikasi
berbagai permasalahan dan memecahkannya
bersama-sama pihak sekolah, namun masalah-
masalah yang diidentifikasi masih terbatas masalah
non akademik seperti masalah pendanaan, masalah
ketertiban siswa dan masalah pengembang sarana
prasarana sekolah, sedangkan masalah akademik
baru sebatas upaya bagaimana siswa kelas 3 bisa
lulus 100 %, masalah akademik yang menyangkut
proses dan mutu pembelajaran di kelas tidak pernah
dibicarakan. Masalah pendanaan (sebelum
16
pemerintah memberikan dana BOS yang mencukupi)
diselesaikan dengan mencari dukungan dana dari
orang tua wali murid, baik untuk les kelas 3 maupun
untuk pengembangan gedung.
Secara umum peran komite sekolah sebagai
badan pendukung (Supporting Agency) di tiga SMP N
Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali belum
banyak memberikan dukungan, baik yang berwujud
financial, pemikiran maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, walaupun
demikian sudah ada komite sekolah yang membantu
tenaga dan peralatan dengan melatih tari dan
ekstrakurikuler karawitan di rumah salah satu
pengurus komitenya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Fattah (2004) yang menyatakan bahwa
MBS mempunyai tujuan agar otonomi sekolah dan
partisipasi masyarakat atau local stakeholders
mempunyai keterlibatan yang tinggi.
4.3.3 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan
Pengontrol (Controlling Agency)
Peran komite sekolah sebagai badan
pengontrol (Controlling Agency) termasuk dalam
kategori rendah. Komite sekolah belum melakukan
pemantauan secara maksimal terhadap pelaksanaan
pengelolaan sekolah untuk menilai efisiensi,
efektivitas dan akuntabilitas sekolah, maupun
kualitas proses pelayanan dan hasil pendidikan di
17
sekolah. Demikian pula dalam hal melakukan
pengawasan dan evaluasi terhadap kebijakan,
program, penyelenggaraan, dan keluaran (out put)
pendidikan maupun dalam pengawassan program
sekolah yang meliputi: pengawasan penggunaan
sarana dan prasarana sekolah, pengawasan
keuangan secara berkala dan berkesinambungan
belum dilakukan secara proporsional. Hal ini terjadi
karena pengurus komite sekolah yang ada lebih
bersifat pasif, mereka datang ke sekolah hanya bila
diundang oleh pihak sekolah dan rata-rata hanya 2
kali dalam satu tahun. Pertemuan/rapat antara
pengurus komite sekolah sendiri juga belum
dilakukan secara rutin. Pengawasan keuangan
secara berkala telah dilakukan oleh ketua komite
sekolah, dengan membubuhkan tandatangan pada
laporan penggunaan keuangan.
Dalam hal komite sekolah menerima laporan
dari kepala sekolah yang berisi hasil evaluasi
pengelolaan sekolah setiap akhir semester dilakukan
secara tertulis, sedangkan pertanggungjawaban
pelaksanaan pengelolaan pendidikan dari kepala
sekolah yang disampaikan kepada komite dalam
rapat dengan dewan guru dilaksanakan hanya satu
kali bersamaan dengan perencanaan program
sekolah. Hal ini menunjukkan peran komite sebagai
badan pengontrol masih rendah.
18
4.3.4. Peran Komite Sekolah Sebagai Badan
Penghubung (Mediator Agency)
Peran komite sekolah sebagai badan
penghubung(Mediator Agency) termasuk dalam
kategori cukup. Komite sekolah telah melakukan
kerja sama dengan masyarakat/orangtua/walimurid
dan pemerintah berkenaan dengan penyelengaraan
pendidikan, demikian juga komite sekolah telah
membina hubungan dan kerjasama yang harmonis
dengan seluruh stakeholders pendidikan disekitar
sekolah, hal ini terbukti tidak ada keluhan dari
masyarakat disekitar sekolah berkaitan dengan
kegiatan sekolah, masyarakat disekitar sekolah telah
ikut menjaga keamanan sekolah, bahkan ada
diantara warga masyarakat yang merelakan
rumahnya untuk tempat penitipan sepeda anak-
anak. Komite sekolah belum bekerja sama dengan
dunia usaha dan dunia industry berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan, hal ini karena
kurikulum di SMP tidak ada materi siswa magang,
seperti kurikulum SMK.
Dalam hal komite sekolah menampung dan
menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh
masyarakat dilakukan secara lisan dan disampaikan
kepada sekolah oleh komite sekolah juga secara lisan
di sampaikan pada saat rapat dengan pihak sekolah.
Selama ini belum ada surat dari masyarakat maupun
19
dari komite sekolah yang diajukan ke sekolah. Dalam
hal menyampaikan usul atau rekomendasi kepada
pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan
sekolah dilakukan bersama-sama dengan sekolah,
tidak dilakukan sediri oleh komite sekolah, hal ini
terlihat dari setiap proposal yang di buat sekolah
baik proposal untuk mendapatkan Beasiswa Siswa
Miskin (BSM), proposal pengajuan dana pendamping
BOS, proposal rehap gedung ataupun proposal
tambahan ruang harus selalu mendapat persetujuan
(ditandatangani) oleh ketua komite sekolah. Selama
ini komite sekolah belum menyampaikan usulan
langsung kepada pemerintah daerah, hal ini karena
mekanisme pengajuan proposal ke Pemda harus
melalui sekolah dengan persetujuan komite sekolah.
Secara keseluruhan peran komite sekolah sebagai
badan penghubung termasuk dalam kategori cukup.
Secara umum hasil penelitian ini menunjuk-
kan bahwa partisipasi komite sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan di tiga SMP Negeri
Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali rendah. Hal
ini terjadi dari pihak sekolah sendiri, belum semua
sekolah memberdayakan komite secara optimal, hal
ini nampak adanya pendapat dari salah satu kepala
sekolah yang mengatakan bahwa selama 2 tahun
terakhir ini komite sekolah tidak diberdayakan
karena sekolah tidak menarik uang/iuran dari orang
tua/wali murid, pendapat ini menganggap bahwa
20
peran komite sekolah hanya sebatas dalam
menggalang dana dari orang tua/wali murid. Dalam
FGD pendapat ini di tolak oleh sebagian besar
peserta FGD, salah satu peserta FGD yang juga
kepala sekolah mengatakan :6
Tidak benar kalau komite sekolah selama 2
tahun terakhir ini tidak diberdayakan, karena di
sekolah kami komite sekolah terlibat dalam hampir semua kegiatan sekolah, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program
sekolah. Sebagai contoh dalam kegiatan
ekstrakurikuler karawitan komite sekolah
terlibat aktif melatih dan memfasilitasi dengan
peralatan yang digunakan, karena sekolah tidak mempunyai perangkat karawitan maka
karawitan dilaksanakan di rumah salah seorang
anggota komite. Demikian juga dalam hal
bantuan tenaga, karena tidak ada guru seni tari
maka salah satu anggota masyarakat yang merupakan lulusan sekolah seni tari membantu
mengajar tari di sekolah. Walaupun komite
tidak menggalang dana dari orang tua/wali
murid tetapi peran komite sangat penting dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah kami.
Saat ini bersama komite kami sedang mengadakan pendekatan kepada pemerintah,
dalam hal ini kepala desa untuk menambah area
tanah sekolah dari kas desa, karena tanah
sekolah kurang luas.
Salah satu faktor penyebab komite sekolah
belum melaksanakan perannya secara optimal baik
sebagai badan pertimbangan, badan pendukung,
badan pengontrol maupun sebagai mediator adalah
komite sekolah tidak mengetahui peran dan
fungsinya, hal ini terlihat dari hasil wawancara
6 FGD tanggal 17 Desember 2013
21
dengan pengurus komite, ketika ditanya tentang
peran dan fungsi komite, rata-rata mereka tidak
mengetahuinya. Berikut ini salah satu hasil
wawancara dengan komite sekolah,7
Sebagai pengurus komite sekolah kami tidak
mengetahui apakah peran dan fungsi komite
sekolah, kami belum pernah mengikuti
sosialisasi tentang komite sekolah. Saya menjadi pengurus komite karena dulu menjadi
anggota BP 3, sejak tahun 1995, pada saat itu
semua anggota BP 3 menjadi pengurus komite,
sampai sekarang saya masih menjadi pengurus
komite.
Pendapat ini sesuai dengan hasil FGD yang
menyatakan bahwa rata-rata pengurus komite
sekolah tidak mengetahui tugas pokok dan fungsinya
sebagai komite sekolah, sehingga sekolah perlu
memberikan penerangan/pembekalan kepada
pengurus komite supaya komite sekolah dapat
menjalankan peran dan fungsinya secara optimal.
Selama ini memang pihak sekolah belum pernah
mengadakan sosialisasi kepada pengurus komite
tentang tugas dan fungsi komite.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
salah satu ketua komite yang menunjukkan bahwa
pernah ada sosialisasi dari Kabupaten tentang
komite sekolah kepada ketua–ketua komite di
Kecamatan Musuk, namun dari pihak sekolah
maupun komite tidak mensosialisasikan kepada
7 Wawancara tanggal 12 Mei 2012
22
anggota komite yang lain, berikut hasil
wawancaranya, 8
Pernah ada sosialisasi tentang komite sekolah
(kalau tidak salah tahun 2008) dari Kabupaten,
yang diundang ketua komite beserta kepala sekolah SD/SMP/SMA se Kecamatan Musuk,
tetapi tidak kami tindak lanjuti dengan
sosialisasi ke pengurus yang lain, karena tidak
wajib.
Faktor lain yang menyebabkan komite sekolah
belum melaksanakan perannya adalah rendahnya
tingkat pendidikan pengurus komite sekolah, dari 25
responden hanya 20% (5orang) yang tingkat
pendidikannya diatas SLTA (Diploma dan Sarjana),
20% lagi lulusan sekolah dasar dan rata-rata
berpendidikan SLTA (52%) sehingga mereka pasif,
hanya datang kesekolah bila ada undangan saja, ada
kesan bahwa keberadaan komite sekolah hanya
merupakan badan pelengkap yang harus ada di
sekolah, hal ini terlihat bahwa banyak pengurus
komite yang menjadi pengurus sudah lebih dari 10
tahun, bahkan sejak menjadi anggota BP 3 sampai
sekarang masih menjadi pengurus. Hal ini
terungkap dalam FGD, salah seorang peserta FGD
mengatakan:9
Memang benar rata-rata pengurus komite tidak
pernah diganti, sehingga mereka sungkan kalau
mau datang kesekolah, sehingga kurang
komunikasi antara komite dengan sekolah.
8 Wawancara tanggal 14 Mei 2012
9FGD tanggal 17 Desember 2013
23
Sebaiknya minimal 1 bulan sekali komite datang
ke sekolah, dan 1 semester sekali mengadakan
pleno komite untuk membahas kemajuan sekolah.
Dalam FGD muncul suatu usulan untuk
memberdayakan komite sekolah dilakukan dengan
memberikan insentif/gaji kepada pengurus komite,
karena tidak mendapat imbalan maka pengurus
menjadi pasif, namun usulan ini ditolak oleh
sebagian besar peserta FGD, berikut salah satu
pendapat peserta :10
Saya sangat tidak setuju kalau komite sekolah di
gaji, karena tujuan pembentukan komite sekolah adalah untuk membantu sekolah, salah
satuanya untuk menggalang dana dari
masyarakat, dunia usaha dan dunia industri.
Memang benar selama ini komite belum
berperan secara aktif, hal ini karena pengurus
komite sekolah tidak memahami tugas dan fungsinya, sementara pihak sekolah tidak
memberdayakan komite sekolah secara optimal.
Sebenarnya peran komite sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan untuk mengingkatkan
mutu sekolah sangatlah besar, oleh karena itu
komite sekolah perlu di berdayakan agar dapat
melaksanakan perannya secara baik dan optimal.
10
FGD tanggal 17 Desember 2013