BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi...

24
IV-1 BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI SEKUEN IV.1. Metode Analisis Pada penelitian kali ini data yang digunakan berupa data batuan inti Sumur RST-1887, Sumur RST-3686, dan Sumur RST-3697. Sumur RST-1887 memiliki kedalaman 359-624 kaki, Sumur RST-3686 memiliki kedalaman 140-756 kaki, dan Sumur RST-3697 memiliki kedalaman 114-710 kaki. Selain data batuan inti digunakan juga data Log berupa log Gamma Ray, NPHI, dan RHOB serta data biostratigrafi yaitu berupa diagram mikrofosil dari ketiga sumur (Lampiran A1, A2, dan A3). Secara umum metode analisis yang dilakukan dibagi menjadi dua, yaitu: Metode analisis biostratigrafi, berupa tahap pengerjaan di laboratorium yang meliputi pengambilan contoh batuan inti, preparasi contoh batuan inti, observasi mikrofosil (foraminifera), tahap determinasi mikrofosil, dan analisis mikrofosil yang disajikan dalam bentuk diagram mikrofosil dan digabungkan dengan diagram mikrofosil yang sudah ada (Lampiran A1, A2, dan A3). Hasil yang diharapkan adalah berupa interpretasi umur dan lingkungan pengendapan dari ketiga sumur. Metode analisis stratigrafi sekuen berdasarkan pola log dan data biostratigrafi, meliputi interpretasi batas sikuen, korelasi stratigrafi sekuen, dan korelasi umur dari ketiga sumur (Lampiran B). IV.1.1. Metode Analisis Biostratigrafi Fosil baik mikrofosil atau makrofosil pada umumnya terkandung dalam batuan. Sesuai dengan namanya, mikrofosil memimiliki ukuran yang sangat kecil dan mudah sekali hancur. Maka dari itu dalam pengambilan contoh batuan harus diberikan perlakuan khusus. Pengambilan sampel atau contoh batuan sebaiknya dilakukan pada batuan yang segar dan mungkin mengandung mikrofosil. Mikrofosil dapat terkandung pada sebagian besar batuan sedimen, namun jumlahnya, jenis dan variasinya, serta kondisi

Transcript of BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi...

Page 1: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-1

BAB IV

ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI SEKUEN

IV.1. Metode Analisis

Pada penelitian kali ini data yang digunakan berupa data batuan inti Sumur

RST-1887, Sumur RST-3686, dan Sumur RST-3697. Sumur RST-1887 memiliki

kedalaman 359-624 kaki, Sumur RST-3686 memiliki kedalaman 140-756 kaki,

dan Sumur RST-3697 memiliki kedalaman 114-710 kaki. Selain data batuan inti

digunakan juga data Log berupa log Gamma Ray, NPHI, dan RHOB serta data

biostratigrafi yaitu berupa diagram mikrofosil dari ketiga sumur (Lampiran A1,

A2, dan A3). Secara umum metode analisis yang dilakukan dibagi menjadi dua,

yaitu:

Metode analisis biostratigrafi, berupa tahap pengerjaan di laboratorium yang

meliputi pengambilan contoh batuan inti, preparasi contoh batuan inti,

observasi mikrofosil (foraminifera), tahap determinasi mikrofosil, dan analisis

mikrofosil yang disajikan dalam bentuk diagram mikrofosil dan digabungkan

dengan diagram mikrofosil yang sudah ada (Lampiran A1, A2, dan A3). Hasil

yang diharapkan adalah berupa interpretasi umur dan lingkungan

pengendapan dari ketiga sumur.

Metode analisis stratigrafi sekuen berdasarkan pola log dan data

biostratigrafi, meliputi interpretasi batas sikuen, korelasi stratigrafi sekuen,

dan korelasi umur dari ketiga sumur (Lampiran B).

IV.1.1. Metode Analisis Biostratigrafi

Fosil baik mikrofosil atau makrofosil pada umumnya terkandung dalam

batuan. Sesuai dengan namanya, mikrofosil memimiliki ukuran yang sangat

kecil dan mudah sekali hancur. Maka dari itu dalam pengambilan contoh

batuan harus diberikan perlakuan khusus. Pengambilan sampel atau contoh

batuan sebaiknya dilakukan pada batuan yang segar dan mungkin

mengandung mikrofosil. Mikrofosil dapat terkandung pada sebagian besar

batuan sedimen, namun jumlahnya, jenis dan variasinya, serta kondisi

Page 2: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-2

pengawetannya tergantung pada proses pengendapan, umur, dan asal batuan.

Kondisi batuan inti pada sumur penelitian kurang begitu baik, sangat lapuk,

dan terdapat jejak minyak sehingga cukup sulit untuk dideskripsi Gambar

4.1.). Sehingga penulis menggunakan data log sumur untuk menginterpretasi

litologi pada ketiga sumur (Gambar 4.2.).

Gambar 4.1. Kondisi batuan inti sumur penelitian.

Page 3: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-3

Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log

sumur.

Contoh batuan yang telah diambil kemudian dipreparasi (Tabel 2).

Metode yang dilakukan pada penelitian kali ini adalah dengan menggunakan

metode residu. Metode ini biasanya dipergunakan untuk batuan sedimen

klastik yang berukuran halus-sedang, seperti batulempung, serpih, batulanau,

dan batupasir gampingan. Tahapan preparasi atau prosedur teknik preparasi

foraminifera, antara lain:

Contoh batuan yang telah diambil (± 100 gram berat sedimen kering)

ditumbuk pelan-pelan menggunakan alu porselen atau besi.

Page 4: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-4

Setelah agak halus, sedimen dimasukkan ke dalam gelas beaker dan

diberikan larutan H2O2 (10%-15%) secukupnya untuk memisahkan

mikrofosil dengan material-material yang menyelimutinya.

Diamkan hingga 2-5 jam atau sampai tidak ada lagi reaksi yang terjadi.

Setelah itu residu dicuci dengan air mengalir diatas saringan 150 mesh.

Residu yang tertinggal pada kedua saringan tersebut diambil dan

dikeringkan pada oven dengan suhu 65oC.

Setelah kering residu dikemas dalam kertas residu dan diberi label sesuai

dengan nomor sampel yang dipreparasi.

Sampel siap dideterminasi dengan mikroskop binokuler.

Sumur Kedalaman sampel

(kaki)

Jenis sampel Litologi

RST-1887 383 core Batulanau

402 core Batulempung

530 core Batulempung

570 core Batulempung

615 core Batulempung

RST-3686 162 core Batupasir

586 core Batupasir

599 core Batulempung

647 core Batulempung

RST-3697 115 core Batulempung

148 core Batulempung

149 core Batulempung

306 core Batupasir

529 core Batulanau

581 core Batulempung

606 core Batulempung

Tabel 2. Daftar sampel batuan inti ketiga sumur

Jika tahapan preparasi selesai, maka dilanjutkan dengan tahapan

observasi dan determinasi kandungan mikrofosi dalam sampel. Hasil

observasi disajikan dalam bentuk diagram mikrofosil dan digabungkan

dengan diagram mikrofosil yang sudah ada (Lampiran A1, A2, dan A3).

Page 5: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-5

IV.1.2. Metode Analisis Stratigrafi Sekuen

Setiap lingkungan pengendapan mempunyai energi yang berbeda-beda

untuk mengendapkan suatu butiran sedimen sehingga tiap lingkungan

pengendapan bisanya memiliki pola urutan vertikal yang cukup khas dan

dibatasi oleh suatu bidang batas ketidakselarasan dan keselarasan

korelatifnya, yang dikenal sebagai sekuen. Bidang batas tersebut akan

memiliki ciri-ciri tertentu atau sifat yang khas dan dapat kita interpretasikan

dengan menggunakan data biosratigrafi dan data log.

Terdapat beberapa parameter yang dapat digunakan dalam penentuan

marker-marker stratigrafi sekuen dengan menggunakan data biostratigrafi,

antara lain:

Kelimpahan spesimen dari satu takson atau lebih dalam suatu tempat

tertentu. Kelimpahan spesimen yang dimaksud adalah kelimpahan total

dari mikrofauna planktonik dan bentonik.

Keragaman dari sejumlah takson dalam suatu kumpulan.

Kumpulan organisme tertentu pada suatu lingkungan tertentu, dimana

kumpulan organisme tersebut akan berbeda bila kondisi lingkungan

berbeda.

Pemunculan kejadian biostratigrafi yang penting, didasarkan atas

kejadian, keragaman suatu spesies, kelompok spesies, atau keseluruhan

kumpulan spesies.

Maximum Flooding Surface (MFS) dicirikan dengan adanya

mikrofauna yang melimpah, dominasi fosil fauna air panas dan mineral

autigenik. Sedangkan batas sekuen digambarkan dengan perubahan

lingkungan pengendapan yang terjadi secara tiba-tiba atau adanya zona-zona

yang hilang. Pada peristiwa transgresi berasosiasi dengan perubahan litologi

yang berarti juga perubahan lingkungan pengendapan. Pada peristiwa

transgresi terjadi kenaikan muka air laut, sehingga pada lingkungan laut

tersebut akan direfleksikan dengan adanya pemunculan fauna laut dalam.

Page 6: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-6

Peristiwa regresi juga berasosiasi dengan perubahan litologi, dimana muka air

laut mengalami penurunan, sehingga akan direfleksikan dengan adanya

pemunculan fauna laut dangkal dan semakin berkurangnya fauna laut dalam.

Penentuan marker-marker stratigrafi sekuen dengan menggunakan data

log dilihat dari pola log atau log stratal pattern. Jika terdapat perubahan log

dari prograding menjadi aggrading/retrograding, serta retrograding menjadi

aggrading atau pada batas bawah dari retrograding dapat kita tarik batas

sekuen. Sedangkan Transgresive Surface berada pada puncak dari agrading

menjadi retrograding. Pada perubahan pola dari retrograding menjadi

prograding atau pada batas bawah prograding dapat kita tarik batas

Maximum Flooding Surface.

IV.2. Analisis Biostratigrafi

IV.2.1. Sumur RST-1887

Umur

Foraminifera planktonik : 362-570 kaki: Zona N5

570-615 kaki: Zona N4 dan/atau lebih tua

Nannoplankton : 362-368 kaki: Zona NN2 dan lebih muda

368-523 kaki: Zona NN1

523-615 kaki: Zona NN1 dan/atau lebih tua

Foraminifera planktonik

Kedalaman 362-570 kaki tidak ditemukan marker, namun terdapat

kehadiran Globigerina primordius yang menunjukan umur relatif Zona N5.

Pada kedalaman 615 kaki terdapat kemunculan akhir Globorotalia kugleri

yang menunjukan pada kedalaman 570-615 kaki memiliki umur relatif Zona

N4 dan/atau lebih tua (Lampiran A1).

Nannoplankton

Kedalaman 368-362 kaki diendapkan pada umur Zona NN2 dan lebih

muda, dicirikan dengan kemunculan awal Helicosphaera ampliaperta di

kedalaman 368 kaki dan merupakan batas atas umur Zona NN1 pada

Page 7: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-7

kedalaman 368-523 kaki. Kedalaman 523-615 kaki memiliki umur relatif

NN1 dan/atau lebih tua, dengan adanya kemunculan akhir Cyclicargolithus

abisectus di kedalaman 523 kaki (Lampiran A1).

Lingkungan pengendapan

362-368 kaki: Neritik Tengah

368-376 kaki: Neritik Dalam

376-460 kaki: Litoral

460-530 kaki: Neritik Dalam

530-570 kaki: Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Atas

570-615 kaki: Neritik Tengah

Kedalaman 362-368 kaki diendapkan di Neritik Tengah, dicirikan

dengan foraminifera planktonik dan Bolivina spp. yang melimpah.

Kedalaman 368-376 kaki kelimpahan foraminifera planktonik berkurang

namun foraminifera bentonik cukup melimpah maka diinterpretasikan

diendapkan di Neritik Dalam. Kedalaman 376-460 kaki diendapkan di

Litoral, pada kedalaman ini kandungan foraminifera sangat sedikit baik

foraminifera planktonik maupun foraminifera bentonik. Kedalaman 460-530

kaki diendapkan di Neritik Dalam dan kedalaman 530-570 kaki diendapkan

di Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Atas, dicirikan dengan kelimpahan

foraminifera planktonik yang semakin bertambah dan kehadiran dari

Ammonia equatoriana dan Elphidium sp.. Kedalaman 570-615 kaki

diendapkan pada Neritik tengah, dicirikan dengan kehadiran foraminifera

planktonik yang melimpah (Lampiran A1).

IV.2.2. Sumur RST-3686

Umur

Foraminifera planktonik : 143-548 kaki: Zona N5

548-750 kaki: Zona N5 dan/atau lebih tua

Nannoplankton : 143-149 kaki: Zona NN2 dan lebih muda

149-548 kaki: Zona NN2

548-750 kaki: Zona NN1 dan/atau lebih tua

Page 8: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-8

Foraminifera planktonik

Kedalaman 143-548 kaki memiliki umur relatif Zona N5, dicirikan

dengan kehadiran Globigerinoides primordius dan batas bawah Zona N5

ditemukan kemunculan awal Globerigerina foliata di kedalaman 548 kaki

dan kedalaman 548-750 kaki memiliki umur relatif Zona N5 dan/atau lebih

tua (Lampiran A2).

Nannoplankton

Kedalaman 143-149 kaki tidak ditemukan marker namun terdapat

kehadiran Triquetrorhabdulus carinatus yang dapat diinterpretasikan memiliki

umur NN2 dan lebih muda. Kedalaman 149-548 kaki terdapat kemunculan awal

Helicosphaera ampliaperta di kedalaman 548 kaki yang menjadi batas awal

umur NN2. Kedalaman 548-750 kaki diendapkan pada umur Zona NN1

dan/atau lebih tua, pada kedalaman tersebut terdapat kemunculan akhir dari

Cyclicargolithus abisectus yang menjadi batas akhir umur Zona NN1

(Lampiran A2).

Lingkungan pengendapan

143-149 kaki: Neritik Tengah

149-162 kaki: Litoral

162-285 kaki: Neritik Tengah

285-496 kaki: Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Atas

496-506 kaki: Neritik Tengah

506-520 kaki: Neritik Dalam

520-532 kaki: Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Atas

532-548 kaki: Neritik Tengah

548-586 kaki: Neritik Dalam

586-599 kaki: Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Atas

599-647 kaki: Neritik Dalam

647-750 kaki: Supralitoral-Litoral

Kedalaman 143-149 kaki diendapkan di Neritik Tengah, hal ini dilihat

melimpahnya foraminifera planktonik. Kedalaman 149-162 kaki tidak

terdapat foraminifera planktonik dan terdapat Ammonia sp., diinterpretasikan

Page 9: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-9

diendapkan di Litoral. Kedalaman 162-285 kaki foraminifera planktonik

melimpah dan diendapkan di Neritik Tengah. Kedalaman 285-496 kaki

diendapkan di Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Atas dicirikan dengan

kelimpahan foraminifera planktonik berkurang dibandingkan kedalaman

sebelumnya dan kemudian foraminifera planktonik kembali bertambah dan

terdapat Bolivina spp., maka kedalaman 496-506 kaki diinterpretasikan

diendapkan di Neritik Tengah. Kedalaman 506-647 kaki terlihat terjadi

perubahan lingkungan pengendapan yang bersifat fluktuatif dari Neritik

Dalam, Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Atas, hingga Neritik Tengah

hal ini dapat dilihat dari kandungan foraminifera planktonik dan bentonik

pada kedalaman tersebut. Kedalaman 647-750 kaki diinterpretasikan

diendapkan di Supralitoral-Litoral dikarenakan tidak terdapat kandungan

foraminifera ataupun mikrofosil lainnya (Lampiran A2).

IV.2.3. Sumur RST-3697

Umur

Foraminifera planktonik : 115-254 kaki: Zona N6 dan lebih muda

254-676 kaki: Zona N5

676-709 kaki: Zona N5 dan lebih tua

Nannoplankton : 115-124 kaki: Zona NN2 dan lebih muda

124-555 kaki: Zona NN2

555-709 kaki: Zona NN1 dan/atau lebih tua

Foraminifera planktonik

Kedalaman 115-254 kaki memiliki umur relatif Zona N6 dan lebih

muda, pada kedalaman ini tidak terdapat marker namun secara stratigrafi

kedalaman 115-254 kaki terletak di atas Zona N5. Kedalaman 254-676 kaki

memiliki umur relatif Zona N5, pada kedalaman ini terdapat kemunculan

akhir dari Globigerinoides primordius dan Globigerina ciproensis yang

menjadi batas akhir dari umur Zona N5 dan terdapat kemunculan awal dari

Globigerina primordius pada kedalama 539 kaki. Kedalaman 676-709 kaki

Page 10: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-10

memiliki umur relatif Zona N5 dan lebih tua, pada kedalaman ini hanya

terdapat kehadiran dari Globigerina foliata (Lampiran A3).

Nannoplankton

Kedalaman 115-124 kaki diendapkan pada umur Zona NN2 dan lebih

muda dicirikan dengan kehadiran Triquetrorhabdulus carinatus. Kedalaman

124-555 kaki memiliki umur relatif Zona NN2, pada kedalaman ini terdapat

kemunculan awal Helicosphaera ampliaperta di kedalaman 555 kaki yang

merupakan batas awal dari umur Zona NN2. Kedalaman 555-709 kaki

memiliki umur relatif Zona NN1 dan/atau lebih tua (Lampiran A3).

Lingkungan pengendapan

115-148 kaki: Neritik Dalam

148-149 kaki: Neritik Dalam Atas-Neritik Tengah Atas

149-150 kaki: Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Bawah

150-254 kaki: Neritik Dalam

254-294 kaki: Neritik Tengah

294-302 kaki: Neritik Dalam Atas-Neritik Tengah Atas

302-504 kaki: Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Atas

504-539 kaki: Neritik Tengah

539-555 kaki: Neritik Dalam

555-564 kaki: Litoral Bawah-Neritik Dalam Atas

564-606 kaki: Litoral

606-650 kaki: Supralitoral-Litoral

650-676 kaki: Neritik Tengah

676-709 kaki: Supralitoral-Litoral

Kedalaman 115-149 kaki diendapkan di Neritik Dalam, dicirikan

dengan kehadiran Ammonia becarii, Ammonia spp. dan kelimpahan

foraminifera planktonik yang sangat sedikit. Kedalaman 148-149 kaki

diendapkan di Neritik Dalam Atas-Neritik Tengah Atas, pada kedalaman

tersebut foraminifera planktonik cukup melimpah dan pada kedalaman 149-

150 kaki lingkungan pengendapan berubah menjadi Neritik Dalam Bawah-

Neritik Tengah Bawah karena foraminifera planktonik yang melimpah.

Page 11: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-11

Kedalaman 150-254 diinterpretasikan diendapkan di Neritik Dalam karena

pada kedalaman ini tidak hadirnya foraminifera planktonik dan terdapat

Ammonia becarii. Kedalaman 254-294 kaki diendapkan di Neritik Tengah

dicirikan dengan kehadiran Bolivina spp. yang cukup melimpah. Kedalaman

294-302 kaki diendapkan di Neritik Dalam Atas-Neritik Tengah Atas dan

kemudian muka air laut relatif naik dilihat dari foraminifera planktonik yang

semakin banyak sehingga kedalaman 302-504 kaki diinterpretasikan

diendapkan di Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Atas dan kedalaman

504-539 kaki diendapkan di Neritik Tengah karena adanya Bolivina spp..

Kedalaman 539-555 kaki diendapkan di Neritik Dalam, kedalaman 555-564

kaki di Litoral Bawah-Neritik Dalam Atas, dan kedalaman 564-606 kaki di

Litoral, hal ini dicirikan tidak hadirnya foraminifera planktonik dan mulai

munculnya foraminifera bentonik penciri laut dangkal. Kedalaman 606-650

kaki tidak ditemukan kandungan foraminifera, baik planktonik maupun

bentonik sehingga diinterpretasikan diendapkan di Supralitoral-Litoral.

Kedalaman 650-676 kaki diinterpretasikan diendapkan di Neritik Tengah

karena kandungan foraminifera planktonik yang sangat melimpah dan pada

kedalaman 676-709 kaki tidak terdapat foraminifera sehingga

diinterpretasikan diendapkan di Supralitoral-Litoral (Lampiran A3).

IV.3. Analisis Fasies Sedimentasi

Penulis melakukan analisis fasies sedimentasi berdasarkan pola log Gamma

ray dan analisis biostratigrafi. Analisis biostratigrafi dijadikan acuan dalam

penentuan lingkungan pengendapan dalam interval penelitian. Berdasarkan

analisis biostratigrafi, penulis menginterpretasikan bahwa lingkungan

pengendapan daerah penelitian adalah Litoral hingga Neritik Tengah dan

termasuk dalam sistem deltaik. Berdasarkan analisis biostratigrafi dan analisis

pola log Gamma ray, penulis menginterpretasikan adanya perubahan peristiwa

sedimentasi dari prograding system menjadi transgressive system, seperti pada

model yang dibuat oleh Boyd, 1992 (Gambar 4.3.).

Page 12: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-12

Gambar 4.3. Klasifikasi daerah pengendapan coastal dalam konteks dominasi

fluvial, gelombang, dan pasang surut, serta pengaruh dari fluktuasi muka air laut

relatif (Boyd, dkk., 1992; dalam Woodroffe, C., D., 2002).

Pada Zona NN1 proses sedimentasi yang terjadi di daerah penelitian

didominasi oleh sistem fluvial (fluvial dominated delta) (Lampiran B). Seiring

berjalannya waktu terjadi kenaikan muka air laut relatif yang menyebabkan proses

sedimentasi tidak lagi didominasi oleh sistem fluvial melainkan didominasi oleh

sistem pasang surut pada akhir Zona NN1. Proses ini dapat ditunjukan dengan

model proses sedimentasi yang dibuat oleh Abiratno (1976) (Gambar 4.4.).

Page 13: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-13

Gambar 4.4. Model proses sedimentasi Lapangan Duri (Abiratno, 1976; dalam

Johannesen dan Lyle, 1990).

Endapan deltaik yang terdapat pada ketiga sumur penelitian antara lain:

endapan Prodelta, Delta front, Mouth bar, Interdistributary, Interdistributary

channel, dan Distributary channel. Pembagian tipe endapan deltaik tersebut

dilihat dari analisis biostratigrafi (penentuan lingkungan pengendapan) dan pola

log Gamma Ray (Gambar 4.5.).

Page 14: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-14

Gambar 4.5. Karakteristik pola wireline log untuk lingkungan pengendapan

(Kendal, 2003).

IV.4. Analisis Stratigrafi Sekuen

IV.4.1. Interpretasi Stratigrafi Sekuen Sumur RST-1887

Berdasarkan analisis biostratigrafi dan hasil interpretasi data log,

Sumur RST-1887 terdiri dari 4 siklus pengendapan dengan batas tiap siklus

berupa batas sekuen (SB) (Gambar 4.6.). Siklus 1 (interval kedalaman 800-

681 kaki pada Formasi Bangko) dibatasi oleh SB1 pada bagian atas

sedangkan bagian bawah sekuen tidak diketahui batasnya. Pada siklus ini

terdiri dari 1 system tract yaitu endapan HST.

Siklus 2 (interval kedalaman 681-458 kaki atau interval SB1-SB2

Formasi Bekasap) terdiri dari 3 system tract yaitu endapan LST, endapan

TST, dan endapan HST. Pada Siklus ini, Log Gamma Ray menunjukkan pola

blocky aggrading yang menandakan endapan LST dan berubah menjadi pola

retrograding yang menunjukkan endapan TST, kemudian berubahh kembali

Page 15: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-15

menjadi pola blocky aggrading yang mendakan endapan HST. Perubahan

pola log ini secara stratigrafi sekuen mengindikasikan terjadinya kenaikan

muka air laut relatif. Kemudian pada interval kedalaman 615 kaki, analisis

mikrofosil menunjukkan bahwa foraminifera (baik foram planktonik dan

bentonik) cukup melimpah. Dan dari analisis lingkungan berdasarkan

mikrofosil, menunjukkan lingkungan pengendapan Neritik Tengah (Lampiran

A1). Hal ini mengindikasikan kandidat MFS1 berada pada kedalaman

tersebut.

Pada Siklus 3 (interval kedalaman 458-243 kaki pada Formasi

Bekasap dan Formasi Duri), diidentifikasi terdapat 3 system tract yaitu

endapan LST, TST, dan HST. Secara umum, pola Log Gamma Ray

menunjukkan pola yang sama pada siklus sebelumnya, namun pada endapan

HST pola Log Gamma Ray menunjukan pola funnel shape dan prograding

yang merupakan ciri dari endapan HST. Kandungan foraminifera bentonik

pada endapan LST dan TST cukup melimpah, sedangkan kandungan

foraminiera planktonik sedikit. Seiring dengan kenaikan muka air laut

kemunculan foraminifera bentonik berkurang dan semakin bertambahnya

kemunculan foraminifera planktonik. Pada kedalaman 362 kaki kehadiran

foraminifera planktonik sangat melimpah dan hasil analisis menunjukkan

lingkungan pengendapan berubah dari Litoral menjadi Neritik Tengah yang

menunjukkan adanya kenaikan air laut relatif dan dapat menjadi kandidat

MFS2.

Pada Siklus 4 (interval kedalaman 243-150 kaki pada Formasi Duri)

tidak dilakukan analisis mikropaleontologi jadi penentuan batas sekuen hanya

dilakukan berdasarkan pola log. Siklus ini hanya terdiri dari endapan TST

dengan memiliki ciri pola Log Gamma Ray berbentuk bell shape atau

retrograding.

Page 16: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-16

Gambar 4.6. Interpretasi stratigrafi sekuen Sumur RST-1887.

Keterangan:

Batupasir

Batulempung

Batulanau

Prodelta

Delta front

Mouth bar

Interdistributary

Interdistributary channel

Distributary channel

HST

LST

TST

HST

LST

TST

HST

TST

Page 17: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-17

IV.4.2. Interpretasi Stratigrafi Sekuen Sumur RST-3686

Sumur RST-3686 dapat dibagi menjadi 4 siklus pengendapan dengan

batas tiap siklus berupa batas sekuen (Gambar 4.7.). Keempat siklus tersebut

adalah Siklus 2 yang dibatasi oleh SB2 pada bagian atas siklus, sedangkan

bagian bawah batas siklus tidak diketahui, kemudian Siklus 3 yang dibatasi

oleh SB2 dan SB3, Siklus 4 yang dibatasi oleh SB3 dan SB4, dan Siklus 5

yang dibatasi oleh SB4 pada bagian bawah siklus dan bagian atas siklus tidak

diketahui batasnya.

Siklus 2 terletak pada kedalaman 800-588 kaki pada Formasi Bekasap

dan Formasi Duri). Pada siklus ini terdapat 3 system tract yaitu endapan LST,

endapan TST, dan endapan HST. Endapan LST dicirikan dengan pola blocky

aggrading pada log Gamma ray kemudian berubah menjadi retrograding

yang menunjukan endapan TST, analisis mikrofosil juga menunjukkan

kenaikan muka air laut relatif (Lampiran A2) Endapan HST dicirikan dengan

pola prograding, yaitu setelah muka air laut relatif naik dan mencapai

puncaknya lalu perlahan-lahan muka air laut kembali turun.

Siklus 3 terletak pada kedalaman 588-382 kaki pada Formasi Duri.

Pada siklus ini memiliki 3 system tract yaitu endapan LST, endapan TST, dan

endapan HST. Ketiga system tract tersebut juga berada pada siklus keempat

yang terletak pada kedalaman 382-194 kaki pada Formasi Duri. Sedangkan

siklus 5 hanya terdiri dari 2 system tract yaitu endapan LST dan endapan HST

dengan batas atas siklus tidak diketahui.

Page 18: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-18

Gambar 4.7. Interpretasi stratigrafi sekuen Sumur RST-3686.

Keterangan:

Batupasir

Batulempung

Batulanau

Prodelta

Delta front

Mouth bar

Interdistributary

Interdistributary channel

Distributary channel

LST

TST

HST

LST HST

TST

TST

LST

HST

LST

HST

?

?

?

Page 19: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-19

IV.4.3. Interpretasi Stratigrafi Sekuen Sumur RST-3697

Sumur RST-3697 sama seperti dengan Sumur RST-3697 yaitu dapat

dibagi menjadi 4 siklus pengendapan (Gambar 4.8.). Siklus 2 (interval

kedalaman 800-681 kaki pada Formasi Bekasap) dibatasi oleh SB2 pada

bagian atas siklus namun bagian bawah siklus tidak diketahui batasnya.

Siklus 2 terdiri atas 2 system tract yaitu endapan LST dan endapan TST.

Siklus 3 (interval kedalaman 681-351 kaki pada Formasi Bekasap dan

Formasi Duri) terdapat 3 system tract yaitu endapan LST yang dicirikan pola

blocky aggrading, kemudian terjadi peristiwa transgresi dimana muka air laut

relatif naik, terlihat dengan perubahan lingkungan pengendapan dari Litoral

menjadi Neritik Tengah dan kandungan foraminifera planktonik melimpah.

Pada peristiwa ini diendapkan endapan TST, kenaikan muka air laut

mencapai puncaknya pada kedalaman 540 kaki yang merupakan kandidat

MFS2 dan terakhir diendapkan endapan HST.

Siklus 4 terletak pada kedalaman 351-282 kaki pada Formasi Duri.

Siklus ini terdiri atas 3 system tract dan siklus terakhir adalah Siklus 5 yang

terdiri atas 3 system tract dengan batas atas siklus tidak diketahui.

Page 20: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-20

Gambar 4.8. Interpretasi stratigrafi sekuen Sumur RST-3697.

Keterangan:

Batupasir

Batulempung

Batulanau

Prodelta

Delta front

Mouth bar

Interdistributary

Interdistributary channel

Distributary channel

LST

LST

TST

HST

LST

TST

HST

TST

LST

TST

?

?

? ?

?

Page 21: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-21

IV.4.4. Korelasi Sratigrafi Sekuen Ketiga Sumur

Setelah dilakukan interpretasi penarikan batas sekuen dari Sumur

RST-1887, Sumur RST-3686, dan Sumur RST-3697, maka dilakukan

korelasi stratigrafi sekuen dari ketiga sumur. Tujuan dari korelasi stratigrafi

sekuen adalah menghubungkan kejadian-kejadian geologi berupa proses

sedimentasi secara sekuensial berdasarkan kesamaan waktu dan mengetahui

penyebaran litologi secara lateral (Gambar 4.9.).

Penelitian kali ini dilakukan untuk mejelaskan peristiwa geologi yang

terjadi pada umur NN1, oleh karena itu penulis mengikat batas atas umur

NN1 di ketiga sumur. Analisis persistiwa geologi pada umur NN2 tidak

dilakukan karena batas atas umur NN2 hanya ditemukan pada Sumur RST-

3686 dan Sumur RST-3697. Berikut ini adalah korelasi Sumur RST-1887,

Sumur RST-3686, dan Sumur RST-3697 (Gambar 4.10., Lampiran B).

Page 22: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-22

Gambar 4.9. Korelasi stratigrafi sekuen Sumur RST-1887, Sumur RST-3686, dan Sumur RST-3697.

U

RST-3697

RST-3686

RST-1887

HST

LST

TST

HST

LST

TST

HST

TST

HST

LST

TST

HST

LST

HST

LST

TST

TST

LST

HST

TST

LST

LST

TST

HST

LST

LST

TST

TST

HST

?

?

? ?

?

?

?

Page 23: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-23

Gambar 4.10. Korelasi stratigrafi sekuen Sumur RST-1887, Sumur RST-3686, dan Sumur

RST-3697 yang diikat pada batas atas Zona NN1.

U

RST-3697

RST-3686

RST-1887

?

HST

LST TST

HST

LST

TST

HST

TST

LST

TST

TST

LST

HST

TST

LST

LST

TST

HST

LST

LST

TST

TST

HST

HST

LST

TST

HST

LST

HST

?

?

? ?

?

?

?

TOP NN1

Page 24: BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI … · IV-3 Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log sumur. Contoh batuan yang telah diambil kemudian

IV-24

Berdasarkan hasil interpretasi, secara umum didapatkan adanya lima

siklus sekuen. Namun hanya ada 2 sekuen yang lengkap dari 5 sekuen yang

ada, hal ini disebabkan batas lingkup kajian di daerah penelitian tidak

mencakup seluruh bagian dari proses perulangan yang terjadi pada daerah

penelitian. Siklus sekuen tersebut ditandai dengan adanya perulangan batas

sikuen atau SB (Sequence Boundary).

Pada penelitian kali ini, penulis melakukan pengikatan umur pada

batas atas NN1 untuk menjelaskan tentang peristiwa geologi pada daerah

penelitian. Berdasarkan pengikatan batas umur tersebut, didapat bahwa di

daerah penelitian pada Zona NN1 dan/atau lebih tua terdapat dua SB dan satu

MFS, namun batas SB1 pada sumur RST-3697 dan RST-3686 tidak

diidentifikasi. Setelah batas SB1 terjadi satu kali kenaikan muka air laut dan

penurunan kembali yang menghasilkan bidang erosi berikutnya (SB2).

Proses yang terjadi pada Zona NN1 dan/atau lebih tua ini merupakan

kejadian pada fasa sagging. Pada fasa ini, terlihat melalui ketiga sumur yang

ada bahwa topografi pada bagian timur laut dari daerah penelitian merupakan

daerah tinggian dan pada bagian selatan merupakan daerah cekungannya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa proses

sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian berlangsung dari arah utara

ke selatan (Gambar 4.10., Lampiran B).