BAB IV

14
BAB IV KEGIATAN YANG DIIKUTI Kegiatan proyek yang penulis ikuti selama melaksanakan kerja praktek 2 bulan pada Proyek Pembangunan Aula Universitas Muhammadiyah Aceh adalah : 1. Pekerjaan Pondasi tapak 2. Pekerjaan Sloof 3. Pekerjaan kolom Lantai 1 4.1 Pekerjaan Pondasi Tapak Pada bagian atas pondasi sumuran disambung dengan pekerjaan pondasi tapak dari beton bertulang. pondasi tapak yang digunakan berukuran 1,4 m × 1,4 m dengan ketebalan 30 cm. Tahap-tahap pada pekerjaan pondasi tapak ini adalah: 1. pekerjaan pembesian; 2. pemasangan mal/bekisting; 3. pengecoran; dan 4. perawatan beton; 4.1.1 Pekerjaan pembesian

description

bab 4 file apa ya saya juga gak tahu, silahkan dibaca dan unduh semoga bermanfaat, sory saya upload untuk kepentngan mendownload file lainnya,thanks.

Transcript of BAB IV

Page 1: BAB IV

BAB IV

KEGIATAN YANG DIIKUTI

Kegiatan proyek yang penulis ikuti selama melaksanakan kerja praktek 2

bulan pada Proyek Pembangunan Aula Universitas Muhammadiyah Aceh adalah :

1. Pekerjaan Pondasi tapak

2. Pekerjaan Sloof

3. Pekerjaan kolom Lantai 1

4.1 Pekerjaan Pondasi Tapak

Pada bagian atas pondasi sumuran disambung dengan pekerjaan pondasi

tapak dari beton bertulang. pondasi tapak yang digunakan berukuran 1,4 m × 1,4 m

dengan ketebalan 30 cm. Tahap-tahap pada pekerjaan pondasi tapak ini adalah:

1. pekerjaan pembesian;

2. pemasangan mal/bekisting;

3. pengecoran; dan

4. perawatan beton;

4.1.1 Pekerjaan pembesian

Pekerjaan pembesian diawali dengan pemotongan dan pembengkokan besi

yang dilakukan di lokasi proyek pada tempat yang telah dibuat secara khusus.

Tulangan yang akan dipakai terlebih dahulu diukur lalu dipotong dengan alat

pemotong besi sesuai dengan ukuran pada gambar rencana. Tulangan yang

digunakan untuk pondasi tapak adalah tulangan dengan D16 mm dan diikat dengan

kawat ikat Ø 1 mm.

Setelah pekerjaan perangkaian selesai kemudian rangkaian tulangan besi ini

dibawa ketempat pemasangan. Sangkar besi ini diletakkan diatas pondasi bore pile

kemudian dikait pada besi angker yang telah dibengkokkan, kemudian diikat dengan

Page 2: BAB IV

kawat. Besi angker ini berfungsi sebagai pemaku dengan bangunan di bawahnya

(pondasi bore pile) agar rangkaian tulangan tidak terjadi pergeseran pada saat

pengecoran. Pekerjaan pembesian tapak dapat dilihat pada Lampiran

4.1.2 Pemasangan mal/bekisting

Setelah pekerjaan pembesian selesai dikerjakan, dilanjutkan dengan

pemasangan mal/bekisting untuk pondasi tapak. Pada pembangunan Aula Universitas

Muhammadiyah Aceh ini, tidak menggunakan bekisting pada pengecoran pondasi

tapak. Dapat dilihat pada Lampiran

4.1.3 Pengecoran pondasi tapak

Pengecoran dilakukan setelah pembesian dan pemasangan bekisting siap

dikerjakan. Dengan campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 kr. Pelaksanaan pengecoran pondasi

tapak pada proyek ini menggunakan molen dengan kereta dorong mengankut mortar

ke tempat pengecoran. Adapun alat-alat yang digunakan pada pelaksanaan

pengecoran ini adalah :

1. molen;

2. sendok semen; dan

3. kereta sorong;

Mortar beton yang telah siap diaduk dalam molen dituang ke dalam kereta

sorong dan langsung di bawa dan dituangkan ke bekisiting.

Penuangan mortar dilakukan terus menerus dimana tiap lapisan diratakan

dengan sendok perata kemudian dipadatkan secara merata ke dalam tempat-tempat di

sekitar tulangan dan kesudut-sudut acuan. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan

rongga-rongga udara yang tersekap dalam campuran mortar guna untuk mencapai

kepadatan yang maksimum. Pengecoran pondasi tapak digunakan tenaga kerja

sebanyak 7 orang. Pondasi tapak yang telah dicor dapat dilihat pada Lampiran.

Page 3: BAB IV

4.1.4 Perawatan beton

Pekerjaan perawatan beton dilakukan setelah beton mengeras, yaitu kira-kira

umur beton mencapai 24 jam setelah proses pengecoran berlangsung. Perawatan

beton ini dilakukan dengan cara melakukan penyiraman air ke permukaan kulit

beton. Hal ini dilakukan untuk mencegah keretakan pada beton. Pekerjaan perawatan

beton ini dilakukan oleh satu orang.

4.2 Pekerjaan sloof

Agar seluruh konstruksi pondasi dan kolom-kolom dari bangunan tersebut

menjadi satu kesatuan yang kokoh dalam memikul seluruh muatan bangunan, maka

diantara pondasi dan kolom-kolom bangunan tersebut dipasang balok sloof.

Pekerjaan sloof dilakukan setelah pekerjaan pondasi batu gunung selesai

dilakukan. Sloof diletakkan tepat diatas pondasi batu gunung. Dalam pengerjaannya

disesuaikan dengan ukuran penampang seperti yang tercantum pada gambar rencana.

Tahap-tahap dari pekerjaan sloof ini adalah:

1. pekerjaan pembesian;

2. pemasangan mal/bekisting;

3. pekerjaan pengecoran;

4. pembukaan mal/bekisting;

5. perawatan beton

Page 4: BAB IV

4.2.1 Pekerjaan pembesian

Pekerjaan pembesian sloof yang pada proyek ini berukuran 25 x 50 cm,

meliputi pemotongan, pembengkokan dan perangkaian baja tulangan. Baja tulangan

utama yang dipakai, menggunakan baja tulangan ulir D16 mm. Tualngan tromol

menggunakan baja tulangan polos Ø12 mm, sedangkan sengkang menggunakan baja

tulangan polos Ø8 mm dengan jarak ±15 mm.

Baja tulangan yang akan dirangkai terlebih dahulu dipotong dengan

menggunakan mesin bar cutter (gunting besi) yang dilakukan oleh 2 orang pekerja

yang kemudian dibengkokkan dengan cara manual yang dilakukan oleh 2 orang

pekerja. Selanjutnya baja tulangan disambung atau dirangkai dengan sengkang/begel

yang diikatkan dengan menggunakan kawat Ø 1 mm. Dalam pekerjaan perangkaian

pembesian sloof diperlukan 2 sampai 3 orang pekerja untuk setiap bentang sloof.

Pekerjaan pembesian ini dapat dilihat pada Lampiran

4.2.2 Pemasangan mal/bekisting sloof

Cetakan (bekisting) terbuat dari tripleks gardafoam yang diperkuat dengan

kayu pengikat yang setiap jaraknya 50 cm. Bekisting dibuat sesuai dengan bentuk

dan ukuran sloof yang ditentukan di dalam gambar bestek. Sebelum pemasangan

bekising sloof, terlebih dahulu bekisting di olesi oleh oli yang sudah disediakan agar

pada saat pembukaan bekisting, bekisting tidak lengket dengan beton dan agar dapat

bisa digunakan kembali

Pemasangan bekisting dilakukan cukup kokoh dan kuat agar setelah

dibongkar membentuk bidang rata serta harus dipasang tegak lurus. Sambungan

antara papan bekisting juga harus dibuat cukup rapat sehingga dapat mencegah

terjadinya kebocoran adukan mortar. Dalam pekerjaan pemasangan mal/bekisting

diperlukan 2 sampai 3 orang pekerja untuk setiap bentangnya. Bekisting dapat dilihat

pada Lampiran.

Page 5: BAB IV

4.2.3 Pengecoran sloof

Setelah pekerjaan pembesian dan pemasangan bekisting selesai dikerjakan,

pekerjaan selanjutnya adalah pengecoran. Mortar yang digunakan dalam pengecoran

ini diproses dengan pengadukan biasa, yaitu dengan molen. Setelah adukan merata

dan memenuhi, kemudian mortar diangkut dengan kereta sorong ke tempat yang

akan dilakukan pengecoran. Mortal yang telah siap dituangkan kedalam bekisting

sloof dengan merata agar pendistribusian mortal berlangsung dengan baik. Pada

pelaksanaan pekerjaan pengecoran sloof ini digunakan 4 orang pekerja. Pekerjaan

pengecoran sloof dapat dilihat pada Lampiran

4.2.4 Pembukaan cetakan/bekisting

Pembukaan papan bekisting dilakukan setelah ± 3 hari pengecoran.

Pekerjaan ini dikerjakan oleh 2 orang pekerja dan alat yang digunakan berupa palu

dan linggis. Pembongkaran dilakukan dengan baik, selain untuk menjaga lapisan

sloof, juga agar papan bekisting tetap bagus karena bisa dipakai untuk keperluan lain.

4.3.5 Perawatan Beton

Pekerjaan perawatan beton dilakukan setelah beton mengeras, yaitu kira-

kira umur beton mencapai 3 hari setelah proses pengecoran berlangsung. Perawatan

beton ini dilakukan dengan cara menyiram permukaan beton dengan air. Hal ini

dilakukan untuk mencegah keretakan pada beton. Menurut pengamatan, perawatan

beton dengan menyiram air ke permukaannya tidak dilakukan secara berkala.

Page 6: BAB IV

4.3 Pekerjaan Kolom Lantai I

Kolom utama lantai I berbentuk tampang segi empat dengan ukuran 30/40

cm, 30/30 cm, dan 15/15 cm. Pekerjaan kolom terdiri dari 2 bagian yaitu pekerjaan

kolom lantai satu, kolom lantai dua. Pekerjaan kolom lantai satu dilaksanakan setelah

pekerjaan pondasi dan pekerjaan balok sloof selesai, sedangkan pekerjaan kolom

lantai dua merupakan lanjutan dari kolom lantai satu yang dilaksanakan setelah

pengecoran balok dan plat lantai dua.

Tahapan pekerjaan kolom lantai I adalah:

1. Pembesian kolom

2. Pemasangan bekisting kolom

3. Pengecoran kolom

4. Pembukaan bekisting kolom

5. Perawatan beton kolom

4.3.1 Pembesian kolom lantai I

Tulangan pokok yang dipakai untuk kolom adalah besi ulir. Dari hasil

pengamatan, pembesian pada semua kolom lantai I digunakan 18D16, 14D16 dan

4D16 dengan ukuran sengkang Ø8-100 mm.

Bagian Struktur Diameter Tulangan

Kolom 30/40

Kolom 30/30

Kolom 15/15

18D16

14D16

4D16

Pekerjaan dan pembengkokan tulangan kolom dilakukan di lapangan, di

lokasi proyek. Tulangan dan begel yang dipakai terlebih dahulu dipotong dan

dibentuk sesuai dengan bentuk dan panjang yang diinginkan. Pembesian pada kolom

dilakukan bersamaan dengan pembesian dinding depan yang arah vertikal.

Page 7: BAB IV

disamping tulangan diberi beton tahu (Beton Decking) dengan ketebalan 4 cm.

Beton tahu berfungsi untuk memberi batasan antara permukaan bekisting bagian

dalam dengan tulangan sehingga akan didapatkan ketebalan selimut beton yang

sesuai dengan rencana. Penulangan ini dapat dilihat pada lampiran.

Pekerjaan pembesian atau pemasangan tulangan dikerjakan oleh 10 orang

pekerja dalam 1 hari untuk 3 sampai 4 kolom. Pekerjaan pembesian kolom dapat

dilihat pada Lampiran

4.3.2 Pemasangan Bekisting Kolom Lantai I

Cetakan (bekisting) terbuat dari tripleks gardafoam yang diperkuat dengan

kayu pengikat yang setiap jaraknya 50 cm. Untuk memperkuat kedudukan bekisting

kolom dan untuk mencegah terjadinya pergeseran bekisting pada saat pekerjaan

pengecoran, maka sisi bekisting disokong dengan sabuk pengaku yang terbuat dari

balok kayu, papan. Sabuk pengaku dipasang dengan jarak tertentu dari dasar elevasi

kolom. Di lapangan, jarak sabuk pengokoh bekisting kolom dipasang pada 2/3 tinggi

kolom dan dipasang sesuai dengan kebutuhan agar kedudukan bekisting tetap lurus,

sejajar, dan tidak melengkung pada saat mendapatkan tekanan ke samping pada saat

pengecoran.

Untuk menjaga agar posisi bekisting tetap siku, dapat dilakukan dengan

menggunakan alat bantu benang yang ujungnya diberi beban yang diikatkan pada

balok kayu yang telah disiapkan sesuai tinggi bekisting atau biasa disebut unting-

unting. Pemasangan bekisting kolom dikerjakan oleh 8 orang pekerja dalam 1 hari

untuk 3 sampai 4 kolom. Pekerjaan bekisting kolom dapat dilihat pada Lampiran

Page 8: BAB IV

4.3.3 Pengecoran Kolom Lantai I

Pengecoran kolom dilakukan setelah bekisting kolom selesai dipasang.

Sebelum pengecoran dimulai, kotoran-kotoran yang melekat pada besi tulangan

dibersihkan dan dilakukan pemeriksaan letak tulangan maupun posisi bekisting.

Pengecoran dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direksi atau Pengawas.

Alat-alat yang digunakan pada pengecoran kolom lantai I adalah:

1. Concrete mixer 1 unit;

2. Concrete vibrator;

3. hammer 1 buah;

4. Cutter Steel 1 buah;

5. Sendok semen 2 buah;

6. Ember 4 buah;

7. Kereta sorong.

8. Baja tulangan.

Pengadukan campuran dilakukan dengan menggunakan Concrete mixer.

Mutu beton yang digunakan untuk pengecoran kolom lantai I adalah mutu beton K-

250. Pengecoran dengan menggunakan concrete mixer.

Sebelum pengecoran dimulai, beton yang di pakai haruslah melewati test

slump, nilai slump yang dijinkan yaitu 10 2 cm. Setelah nilai slump memenuhi

persyaratan, maka beton dari concrete mixer dituangkan ke dalam kereta sorong,

kemudian kereta sorong tersebut dibawa menuju kelokasi pengecoran, beton

dituangkan ke dalam bekisting dengan menggunakan ember. Pengecoran dilakukan

pada mulut kolom sehingga tinggi jatuh pengecoran adalah 4,5 m. Hal ini

mengakibatkan ada bagian-bagian yang terjadinya penumpukan agregat walaupun

sedikit. Hal ini tidak sesuai dengan PBI-1971 yang menyatakan bahwa kolom yang

tingginya lebih dari 2 m maka harus digunakan jendela pengecoran, karena dapat

mengakibatkan penumpukan agregat berdiameter besar pada bagian bawah.

Page 9: BAB IV

Selama pengecoran dilakukan pemadatan dengan menggunakan concrete

vibrator dan hammer agar mortar dapat mengisi ruang-ruang yang kosong. Setelah

mortar padat, bagian atasnya diratakan. Pekerjaan pengecoran ini dilakukan oleh 10

orang pekerja dan dapat terselesaikan dalam 1 hari untuk 12 kolom. Pekerjaan ini

dapat dilihat pada Lampiran

4.3.4 Pembukaan Bekisting Kolom Lantai I

Pembukaan bekisting dilakukan 3 hari setelah pengecoran. Hal ini tidak

sesuai dengan ketentuan PBI 1971, pasal 5.5 ayat 1 di mana cetakan samping dari

kolom baru boleh dibongkar setelah berumur 21 hari. Hal ini juga mengakibatkan ada

mortar yang masih lengket pada bekisting walaupun sedikit, sehingga permukaan

kolom ada yang berlubang kecil. Namun kejadian ini diatasi oleh kontraktor dengan

mengoleskan pasta semen pada daerah yang berlubang tersebut. Pekerjaan ini

dilakukan oleh 6 orang pekerja. Alat yang digunakan adalah linggis. Pembongkaran

dilakukan dengan hati-hati, selain untuk menjaga kolom tidak rusak, juga agar papan

bekisting tidak rusak untuk dapat dipergunakan pada pengecoran berikutnya.

Pekerjaan kolom yang sudah selesai dikerjakan dapat dilihat pada Lampiran

4.3.5 Perawatan Beton

Pekerjaan perawatan beton dilakukan setelah beton mengeras, yaitu kira-

kira umur beton mencapai 3 hari setelah proses pengecoran berlangsung. Perawatan

beton ini dilakukan dengan cara menyiram permukaan beton dengan air. Hal ini

dilakukan untuk mencegah keretakan pada beton. Menurut pengamatan, perawatan

beton dengan menyiram air ke permukaannya tidak dilakukan secara berkala.