BAB IV

download BAB IV

of 3

description

lele

Transcript of BAB IV

BAB IVANALISIS KASUS

Ny. DS usia 32 tahun datang dengan keluhan utama hamil kurang bulan dan perut mulas. Usia kehamilan pasien adalah 33 minggu berdasarkan perhitungan HPHTnya, dan ini merupakan kehamilan ketiga dengan riwayat melahirkan dua kali secara spontan, cukup bulan, berat normal, dan tidak ada penyulit, serta tidak ada riwayat abortus. Pada riwayat perjalanan penyakitnya didapatkan sejak 12 jam SMRS pasien mengeluh perut mulas yang menjalar ke pinggang, hilang timbul dan frekuensi masih jarang, keluhan keluar darah lendir (+), hal ini menunjukkan bahwa pada pasien telah terlihat adanya tanda-tanda inpartu. Keluhan keluar air-air (-), hal ini menunjukkan ketuban kemungkinan belum pecah, untuk menyingkirkan kemungkinan adanya ketuban pecah dini (KPD). Kemudian pasien pergi ke bidan, namun karena kehamilannya belum cukup bulan, dicurigai oleh bidan letak sungsang, dan di tempat bidan alat-alat tidak tersedia dengan lengkap, maka pasien disarankan untuk langsung berobat ke RSMH karena dianggap bidan tersebut alat dan tenaga kesehatannya lebih lengkap. Hal ini sudah tepat karena dalam Standar Kompetensi Bidan Kemenkes 2007, persalinan dengan malpresentasi termasuk dalam pengetahuan tambahan, yang berarti bukan kompetensi bidan untuk melakukan asuhan persalinan. Selama ini pasien melakukan pemeriksaan kehamilan satu bulan sekali ke bidan dan dikatakan perkembangan janinnya baik. Riwayat post coital (-), keputihan (-), trauma (-), perut diurut-urut (-), sakit gigi (-), dan demam (-), menyingkirkan kemungkinan adanya penyulit lain. Pasien juga mengaku hamil kurang bulan dan gerakan anak masih dirasakan terutama di bagian bawah perut, hal ini menunjukkan kemungkinan janin letak sungsang.Pada pemeriksaan luar didapatkan Leopold I yaitu tinggi fundus uteri 4 jari dibawah procesus xiphoideus (29 cm), dengan bagian yang berada pada bagian fundus uteri adalah kepala. Kemudian pada Leopold II didapatkan situs memanjang dengan punggung kanan. Sedangkan pada Leopold III didapatkan bagian terbawah pada janin adalah bokong. Pada pemeriksaan Leopold tersebut dapat disimpulkan janin merupakan presentasi bokong. Pada pemeriksaan His didapatkan his 1 kali dalam 10 menit, lamanya 10 detik, hal ini menunjukkan bahwa his belum adekuat dan pasien masih berada pada fase laten. Taksiran berat janin yaitu 1705 gram sesuai pada usia kehamilan 33 minggu, dan ini merupakan janin preterm. Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio dengan konsistensi lunak, posisi posterior, effacement 80%, pembukaan 2 cm, dengan bagian terbawah bokong, penurunan Hodge I, ketuban dan penunjuk belum dapat dinilai. Hal ini menunjukkan bahwa pasien baru memasuki fase laten pada kala I dengan presentasi bokong. Pada pemeriksaan penunjang, dilakukan pemeriksaan USG dengan kesan kehamilan usia 33 minggu JTH presentasi bokong.Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu didapatkan pasien sudah pernah hamil 3 kali, melahirkan 2 kali, dan belum pernah abortus, kemudian usia kehamilan 33 minggu, sudah terdapat tanda-tanda inpartu, masih berada pada Kala I pada fase laten dengan pembukaan 2 cm. Pasien juga hamil kurang bulan dengan berat janin masih 1705 gram dan pada anamnesis serta pemeriksaan fisik juga didapatkan bahwa letak janin adalah presentasi bokong. Kemudian pada pemeriksaan USG juga didapatkan kehemilan 33 minggu dengan presentasi bokong. Maka dari itu diagnosis pada pasien ini adalah G3P2A0 hamil 33 minggu in partu kala I fase laten dengan PPI, JTH presbo.Pada pasien usia kehamilan masih 33 minggu, pada saat ini jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan trimester terakhir janin baru tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Oleh karena itu frekuensi letak sungsang pada ibu hamil kurang bulan lebih besar. Kemudian, faktor resiko lain yang memungkinkan terjadinya presentasi bokong adalah multiparitas, dimana pasien mempunyai riwayat melahirkan lebih dari satu kali. Sedangkan faktor resiko lainnya seperti abnormalitas struktural uterus, polihidramnion, oligohidramnion, plasenta previa, mioma uteri, kehamilan multipel, anomali janin (anensefali, hidrodefalus), dan riwayat presentasi bokong sebelumnya tidak ada.Pada pasien dilakukan persalinan pervaginam hal ini dikarenakan skor Zatuchni-Andros pada pasien ini adalah 4 (paritas multi (1), umur kehamilan 3176 gram (2)) yang berarti janin dengan presentasi bokong dapat dilahirkan pervaginam. Pada penilaian skor Zatuchni-Andros, skor < 4 dilakukan persalinan secara perabdominam. Namun skor ini bukan merupakan suatu jaminan bahwa persalinan pervaginam pasti berhasil. Prognosis ibu dan anak adalah dubia mengingat angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan dengan letak kepala begitu juga dengan prematuritas. Sebab kematian perinatal yang terpenting ialah prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Sedangkan hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul, serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir. Komplikasi lain yang dapat terjadi yaitu luka dan perdarahan pada kepala akibat kompresi dan dekompresi yang terjadi dengan cepat.Seperti disebutkan diatas, pasien ini memenuhi syarat untuk dilahirkan pervaginam, dan jenis persalinan pervaginam yang direncanakan adalah spontan Bracht. Pada teori dijelaskan bahwa saat bokong telah lahir, maka bahu dan kepala bayi harus lahir dalam waktu < 8 menit. Teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara: Klasik (yang seringkali disebut Deventer), Mueller, Lovset, Bickenbach. Dan kepala dilahirkan dengan manuver MauriceauPukul 19.50 WIB lahir secara spontan bracht, neonatus hidup, perempuan, BB 1900 gram, PB 41 cm, apgar score 6/9 FT AGA. Kemudian dilakukan manajemen aktif kala III. Pukul 20.00 WIB plasenta lahir lengkap, BP: 310 gr, PTP : 45 cm, diameter 16x17 cm. Dilakukan eksplorasi, porsio lunak, tidak didapatkan perpanjangan luka episiotomi, lalu luka episiotomi dijahit secara jelujur subkutikuler dengan chromic catgut 2-0. Keadaan umum ibu post partum baik, perdarahan aktif (-).