BAB IV

29
BAB IV MAZAB KEYNESIAN DAN NEO-KEYNESIAN Tinjauan tentang perkembangan pemikiran mazab Neo- Klasik menunjukkan kemajuan yang sangat berarti terhadap Ilmu Ekonomi dengan semakin banyaknya perbendaharaan teori, di mana satu dengan yang lain sangat membantu pengertian tentang berbagai masalah ekonomi yang penting. .Sementara itu selama dasa warsa 30 abad 20 berlangsung depresi ekonomi yang ganas dan berkepanjangan. Justeru dalam keadaan demikian ternyata segenap pemikiran Neo – Klasik tidak berdaya untuk memberi jawaban atas masalah-masalah penting yang sedang dialami oleh ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Hal ini berkaitan erat dengan alur pikiran Neo-Klasik yang bersifat mikro terhadap berbagai masalah ekonomi Dalam keadaan demikian John Maynard Keynes secara radikal meninggalkan kancah pemikiran Klasik dan Neo Klasik. Pemikiran Keynes tertuang dalam karya ilmiahnya yang berjudul The General Theory ( yang lengkapnya adalah: The General Theory of Employment, Interest and Money. – 1936) Bersumber dari pemikiran Keynes dan berdasarkan sistematik yang dilakukan oleh Hansen., kemudian sistematik pemikiran Keynes tersebut di kembangkan oleh Samuelson dalam bukunya Economic (1948) yang sampai 46

description

keyness

Transcript of BAB IV

BAB IV

PAGE 62

BAB IV

MAZAB KEYNESIAN DAN NEO-KEYNESIAN

Tinjauan tentang perkembangan pemikiran mazab Neo-Klasik menunjukkan kemajuan yang sangat berarti terhadap Ilmu Ekonomi dengan semakin banyaknya perbendaharaan teori, di mana satu dengan yang lain sangat membantu pengertian tentang berbagai masalah ekonomi yang penting.

.Sementara itu selama dasa warsa 30 abad 20 berlangsung depresi ekonomi yang ganas dan berkepanjangan. Justeru dalam keadaan demikian ternyata segenap pemikiran Neo Klasik tidak berdaya untuk memberi jawaban atas masalah-masalah penting yang sedang dialami oleh ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Hal ini berkaitan erat dengan alur pikiran Neo-Klasik yang bersifat mikro terhadap berbagai masalah ekonomi

Dalam keadaan demikian John Maynard Keynes secara radikal meninggalkan kancah pemikiran Klasik dan Neo Klasik. Pemikiran Keynes tertuang dalam karya ilmiahnya yang berjudul The General Theory ( yang lengkapnya adalah: The General Theory of Employment, Interest and Money. 1936) Bersumber dari pemikiran Keynes dan berdasarkan sistematik yang dilakukan oleh Hansen., kemudian sistematik pemikiran Keynes tersebut di kembangkan oleh Samuelson dalam bukunya Economic (1948) yang sampai sekarang menjadi acuhan pokok para mahasiswa dalam mempelajari ilmu ekonomi. Selama dasawarsa 50 dan dasawarsa 60 abad XX kita melihat kebangkitan intensif dalam pengembangan pemikiran ekonomi ke berbagai jurusan yang berkaitan demngan berbagai masalah. Dalam perkembangannya dalam dua dasawarsa tersebut karya Keynes yang sudah disempurnakan oleh Hasen dan Paul Samuelson, melalui sederetan pemikiran Neo-Keynesian dan Pasca Keynesian yang seakan-akan bemuara ke banyak jurusan.

1. John Menard Keynes.

Sumbangan Keynes terhadap perkembangan pemikiran ekonomi tertuang dalam 3 bukunya dengan judul :

1). The Economic Consequences of the Peace, 1919.

2). A Tretise on Money, 1920

3) The General Theory of Employment, Interest and Money 1936.

Dari tiga karya Keynes tersebut buku yang ke tiga merupakan karya yang menumental setingkat dengan karya-karya pakar sebelumnya : Adam Smith, David Ricardo, Robert Malthus, Karl Menger , Bohm Bawerk, Alfred Marshall, Irving Visher, Leon Walras.

a. The General Theory of Employment, Inrerest, Money and Employment

Perkembangan pemikiran Keynes tidak terlepas dari keadan ekonomi masyrakat sekelilingnya di masa depresi ekonomi yang berkepanjangan. Ada kalanya permasalahan dengan peristiwanya dialami lebih dahulu, baru kenudian tumbuh konsep dalam suatu kerangka analisis yang tersusun dengan teratur. Pada dewasa ini ekonom yang mulai belajar ekonomi pada dasa warsa 50 abad XX sangat akrap dengan pengertian- pengertian: pendapatan nasional dengan perhitungannya,komposisi produk nasional, hubungan timbal balik antara pendapatan-konsumsi-investasi, interaksi antara multiplier dan accellerator, capita-output ratio, persamaan-persamaan matematik dalam model ekonometri, yang kesemuanya merupakan buah pikiran Keynes, yang memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap perkembangan pemikiran eknomi

Tema pokok kerangka pemikiran Klasik dan neo-Klasik bahwa setiap penawaran / pasok akan menciptakan permintaannya sendiri ( supply creates it own demand). Kapasitas produksi terpasang dan tenaga kerja yang ada dimanfaatkan secara penuh (full employment), sehingga tidak mungkin adanya kelebihan produksi atau kekurangan mampuan konsumsi. Keadaan yang demikian ini dianggap keadaan yang normal. Jika terjadi penyimpangan dari keadaan normal, maka penyimpangan dan pergeseran merupakan pergeseran yang sifatnya temporer. Dalam kerangka perimbangan-perimbanagn keadaan ekonomi sendiri terkandung kekuatan-kekuatan yang bergerak secara otomatis akan menuju ke keseimbangan umum.

Tetapi pandangan dan pemikiran sistem Klasik itu berlawanan dengan kenyataan yang dialami ekonomi masyarakat yang dilanda depresi berat seperti yang dijelaskan sebelumnya.. Dengan latar belakang yang demikian ini, Keynes dalam usahanya untuk mencari jawaban masalah yang timbul, dengan mengkaji seluruh pikiran dalam sistem Klasik beserta asumsi-asumsinya. Kemudian oleh Keynes dicanangkan pemikiran baru yang merupakan pendobrakan terhadap maszab Klasik dan Neo-Klasik Pendobrakan tersebut dilihat dari segi pendekatan serta asumsi yang digunakan sebagai landasan berlakunya suatu teori.

Kalau pendekatan yang diterapkan dalam sistem pemikiran ekonomi Klasik dan neo-Klasik adalah dititik beratkan pada mikro ekonomi seperti disebutkan di atas, dengan asumsi bahwa ekonomi dalam keadaan kesempatan kerja penuh sebagai akibat kepercayaan pada hukum pasar Say. Sebaliknya pandangan dan anggapan dasar yang dikemukakan oleh Keyenes dititik beratkan pada makro ekonomi dan perekonomian dalam keadaan underemploymen (ada pengangguran). Hal ini berlawan dengan pandangan Klasik dan Neoklasik. Pandangan Klasik dan Neo -Klasik dijungkir balikkan oleh pemikiran Keynes. Pendekatan yang digunakan oleh Keynes yang menggunakan pendekatan makro dan perekonomian tidak berada pada kesempatan kerja penuh, melainkan dalam kedaan underemployen ( pengguran). Maka ekonomi Keyens sering disebut sebagai ekonomi underemployment.

Keynes bepangkal tolak dari kenyataan bahwa dalam dunia moderen belum tentu tata susunan ekonominya bekisar pada keadaan keseimbangan yang menydiakan kesempatan kerja secara penuh. Tidak dapat dibuktikan secara empiiris bahwa kekuatan-kekuatan ekonomi yang dengan sendirinya dan secara otomatis akan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan , dan pergeseran sehingga gerak kegiatan ekonomi menuju pada keseimbangan penuh. Tetapi pada suatu saat semua kapasiatas produksi terpasang tidak dimanfaatkan secara penuh. Dengan kata lain keseimbngan seperti itu disebut keseimbangn underemployment (keseimbangan yang dicapai dalam keadaan terdapat adanya pengangguran unemployent). Keadaan yang dimikian yang lazim terjadi bukannya keseimbangan dalam keadaan full empolyment.. Di sini terlihat perbedaan asumsi yang mendasari pekiran Klasik dan Keynes.

b. Pokok Permasalahan Dalam Pemikiran Keynes

Pokok permasalahan dalam pemikiran Keynes yang tertuang dalam bukunya General Theory adalah:

1). Faktor-faktor apa dan yang mana yang menentukan kegiatan produksi pada tingkat

dan volume tertentu.

2)..Secara bagaimanakah faktor-faktor yang menentukan produksi juga menentukan

kesempatan kerja

Pertanyaan ini timbul karena tidak dapat dianggap secara apriori ( karena tidak dibenarkan oleh pengalaman empiiris bahwa seakan-akan kegiatan produksi pada tingkat tetentu dengan sendirinya (secara otomatis) akan menyerap tenagakerja seluruhnya.

Inti pokok dalam sitem pemikiran Keynes berdasarkan 3 hal yang penting:

1). Hasrat bekonsumsi ( propensity to consume)

2). Tingkat bunga (interest) yang berkaitan dengan hasrat likuiditas (liquidity prefe-

rence).

3). Efisiensi marginal dari investasi modal ( marginal efficiency of capital)

Hal ini semua pada saat sekarang ini sudah merupakan pengertian dasar dan perbendaharaan baku yang secara minimal harus dikuasai oleh para mahasiswa ekonomi. Judul buku Keynes seperti disebutkan di atas sebagai teori umum mengenai kesempatan kerja, bunga dan uang. Pada hakekatnya teori yang dikembangkan oleh Keynes dapat dipandang sebagai teori tentang pendapatan dan kesempatan kerja.

Pendapatan total sama dengan konumsi total (agregat) plus investasi total (agregat ) :

Y = C + I,

Y =pendapatan total (agregat), C = konsumsi total (agregrat), I = Investasi total (agregat). Tingkat konsumsi total tergantung pada hasrat sesorang untuk berkonsumsi ( marginal propensity to consume). Sementara itu hasrat konsumsi ini merupakan fungsi pendapatan ( Y) atau C = f(Y)

Tingkat invesatasi agregat tentukan oleh efisiensi marginal dari investasi modal, di mana investasi modal dipengaruhi oleh ekspektasi oleh pihak investator tentang imbalan jasa (laba) yang akan diperoleh dari invesatsi modal.. Adalah sangat logis bahwa ekspektasi investor berdasarkan bahwa imbalan jasa yang akan diperoleh harus lebih besar dari bunga yang harus diperhitungkan dalam penggunaaan modal.

c. Tingkat Bunga

Pandangan Keynes mengenai tingkat bunga bukanlah titik pencerminan dari penawaran tabungan di satu pihak dan permintaan untuk nvestasi di pihak lain. Menurut Keynes tingkat bunga itu merupakan faktor yag lepas dari penawaran tanbungan dan permintaan investasi. Tingkat bunga merupakan suatu fenommena moneter semata-mata dan tergantung pada hasrat orang untuk menahan tabungan dalam bentuk dana likuid. Secara singkat dapat dikatakan: tingkat bunga tergantung dari hasrat liquiditas ( liquidity preference). Di sini diungkaplkam kaitan antara tingkat bunga dengan liquidity preference

Tingkat bunga adalah imbalan jasa (harga ) yang harus dibayar kepada si penabung agar ia bersedia melepaskan bagian tabungan yang ditahan dalam bentuk dana likuiditas, yang selanjutnya dicairkan dalam bentuk investai. Dengan perkataan lain tingkat bunga adalah imbalana atau harga yang harus dibayar agar dana likuiditas tidak disimpan melainkan dilepas dalam bentuk invetasi.

Masalah yang timbul adalah jika tambahan tabungan yang terkumpul secara agregatif tidak semua digunakan untuk investasi Akibatnya adalah produksi dan pendapatan masyarakat menurun, pada gilirannya pengeluaran agregatif untuk membeli hasil produksi menjadi menurun atau dengan perkataan lain tenaga beli riil atau permintaan efektif masyarakat menjadi rendah, sehingga terjadi pengangguran yang meluas. Oleh karena itu diperlukan tindakan korektif dengan menambah (menaikan )pengeluaran agregat dengan tujuan agar tercpai keseimbangan dengan kesempatan kerja penuh.

Maka dalam kondisi ekonomi seperti itu diperlukan peranan pemerintah untuk membuat kebijaksanaan ekonomi untuk mencapai keseimbangan yang dimaksud.. Dalam keadaan depresi ekonomi yang disertai dengan meningkatnya tingkat pengangguaran yang membawa kesengsaraan masyarakat, maka tidak dibenarkan pemerintah/negara bersikap pasif menunggu datangnya kekuatan ekonomi yang secara otomatis akan menggeser perekonomian menuju pada tingkat keseimbangan penuh

Kebijaksanaan seperti di atas disebutkan demand management, atau secara lengkapnya management of aggrgate demand. Dalam keadaan depresi, deflasi, pengangguran hendal;lah pengeluaran pemerintah ditingkatkan. Tambahan pengeluaran pemerintah dapat dibeayai yang bersumber dari pinjamn, dengan menciptakan defisit anggaran belanja negara. Kebijaksanaan yang berlawanan dilakukan apabila perkonomian sedang mendrita inflasi.

Dalam proses perkembangan ekonomi keadan depresi, pengangguran, inflasi i menujukkan gelombang naik turun maka kebijaksanaan pengelolaan pengeluaran dan pengendalian permintaan efektif memupunyai corak yang kontra siklus atau anti cyclical policies . Di sini nampak perbedaan yang mendasar yang menyangkut peranan pemerintah antara mazab Klasik dan Neo-Klasik dan mazab Keynesian dan Neo-Keynssian. Menurut mazab Klasik dan Neo Klasik, kalau terjadi pergeseran ekonomi dari kesempatan kerja penuh menjadi ekonomi yang menderita adanya pengangguran, maka akan ada kekuatan ekonomi yang secara otomatis akan mengembalikan pada kesempatan kerja penuh, yaitu keseimbangn ekonomi pada kesemmpatan kerja penuh. Sebaliknya pandangan Keynes apabila perekonomian mengalami depresi dan adanya pengangguran tidak usah ditunggu adanya kekuatan-kekuatan ekonomi yang akan mengembalikan pada posisi ekonomi dalam keadaan keseimbngan penuh. Tetapi pemerintah harus mengambil prakarsa untuk melakukakn kebijaksnaan mengelola permintaan agregat yang disebut kebijaksanaan management of aggrgate demand. Kebijaksanaan ini lebih populer disebut kebijaksanaan fiskal (fical policy). Perekonomian selalu diganggu dengan adanya depresi (resesi, inflasi, pengangguran yang terjadi secara siklis, maka kebijaksanaan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah adalah kebijaksnaan fiskal anti siklus ( anti cyclical fiscal folicy)

Dalam hal ini ada tiga aspek pokok yang perlu diperhatikan yaitu:

1). Hasil kajian dan pemikiran Keynes membuat tidak berlaku lagi suatu dalil kuat dalam mazab Klasik dan Neo-Klasik, yaitu seakan-akan kekuatan-kekuatan ekonomi cenderung berkisar atau dengan sendirinya secara otomatis menuju pada keseimbangan ekonomi penuh.

2). Tabungan perseorangan mencerminkan kebajikan dalam pola hidup masing-masing, namun adakalanya dalam keadaan tertentu, kebajikan pribadi ini yang secara bersama-sama terwujud sebagai tabungan masyarakat secara agregat, justeru bisa merugikan kepentingan masyarakat umum. Yaitu jika terjadi ketimpangan antara tabungan dan investasi dalam arti tabungan menjai terlalu banyak dalam perimbangan dengan permintaan investasi.

3). Kaitan antara analisis ekonomi dan kebijaksnaan negara ayngberpola intervensi aktif untuk menanggulangi perubahan-perubahan pada pengeluaran agrgatif dan permintaan efektif.

d. Karya Keynes dan Karya Sebelumnya Keynes memandang bahwa hasil karyanya sebagai pembebasan kancah pemikiran ekonomi yang masih lazim di zamannya, bahkan seolah-olah sebagai suatu pemutusan hubungan total dari pemikiran mazab Klasik dan Neo-Klasik Sebenarnya pemikirn ekonomi satu mazab dan mazab yang lain ada keterkaitan. Bahwa apa yang telah dipikirkan oleh suatu mazab, sama sekali tidak berarti bahwa semua pemikiran tidak berlaku pada mazab berikutnya. Sebagai contoh tentang proses distribusi yang pernah dikemukakan jauh sebelum jaman Keynes, yaitu pada zaman Francois Questnay (Mazab Physiokrat). Kemudian oleh Keyenes disempurnakan dan diadakan koreksi

Seperti yang penah dikatakan oleh Alfred Marshall, bekas gurunya yang mendasari gagasan Keynes, dengan kata mutiara Alfred Marshall pernah berkata natura nonfacit. Secara umum orang berpendapat bahwa pendekatan makro dalam pembahasan masalah-masalah ekonomi merupakan ciri khas yang berasal dari kerangka analisis sitem Keynes. Tetapi sebenarnya tidak demikian. Pandangan para pemikir Praklasik (Francois Questnay( dan Kalsik (Adam Smith smpai dengan John Stuart Mill), Padanagan Karl Marx di mana perhatiannya diutamakan pada segi-segi agregatif dalam sistem ekonomi.

Pikiran tentang konsep dan masalah yang berkaitan dengan produksi secara total, pendapatan masyarakat, konsumsi, tabungan, investasi, penduduk, pola pembangian hasil produksi di antara faktor modal, tanah dan tenaga kerja sudah dibicarakan oleh Praklasik, Mazab Klasik, Neo-Klasik dan Karl Marx. Oleh karena itu apa yag dikemukakan okeh Keynes secara makro agregatif, sebenarnya berpaling kembli pada apa yang pernah dikemukakan sebelumnya.

Setelah zaman Alfred Marshall ( Neo-Klasik) dan lebih-lebih setelah diterbitkan karya Keynes: General Theory, dapat dikatakan bahwa pusat-pusat pemikiran ekonomi dan penyebaran hasil pemikiran ekonomi semakin beralih dari Camridge di Inggris bergeser ke Cambridge di Amerika Serikat. Perkembangan sistem analisis Keyenes dilanjutkan oleh Alvin Hasen ( Havard University, Paul Samuelson (dari Masachusetts University). Sejak awal tahun 50 sampai sekarang seolah-olah perkembangan ilmu ekonomi di segala bidang dan dari segala aliran berjalan di bawah dominasi pusat-pusat pemikiran yang berada di Amerika Serikat.

2. Alvin Hansen

Alvin Hansen telah berhasil menyusun secara sistematik serangkaian pikirran dasar Keynes dalam suatu kerangka analisis yang rapi dan utuh. Hasil karya hansen dibukukan dalam buku dengan judul A Guide to Kynes (1953). Jasa Alvin Hasen tidak hanya membuat karya Keynes secara sistimatis dan utuh,tetapi dengan jelas ditunjukkan segi-segi pokok pada sistem kerangka pemikiran Keynes dalam rangka dampak-dampak yang ditimbulkan dari kebijaksnaan negara baik langsung maupun tidak langsung.

Sejak itu kaitan timbal baik antara analisis ekonomi dan kebijaksnaan negara menjadi salah dasar yang penting sekalai dalam pemantauan dan penilaian relevansinya pemikiran ekonomi.. Hal itu menyangkut masalah pengelolaam permintaan agegatif. Pemikiran Hasen dituangkan dalam karya ilmiah berjudul Fiscal Policy and Business Cycle (1941).

Selain permasalahan mengenai pendapatan nasional, investasi dan kesempatan kerja oleh Hasen ditempatkan dalam suatu pola perkembangan ekonomi yang senantiasa ditandai dengana adanya gelombang naik turun. Dalam hubungan ini dalam kaitannya dengan kebijaksanaan fiskal yang kontra siklus selain karya ilmiah yang dituangkan dalam buku yang berjudul Policy and Business Cycle (1941), karya yang lain adalah Business Cycles and National Income ( 1951)

3. Paul Samuelson

Paul Samuelson seorang pakar ekonomi yang menerima hadiah Nobel tahun 1970 dapat dianggap sebagai pembina kodifikasi sistem pemikiran Keynes. Karya ilmiah Paul Samuelson dalam buku yang berjudul Foundation of Economics Analiysis (1947).

a. Multiplier dan Asas Accelerator Dalam bukunya Foundation of Economics Analysis, kerangka dasar pemikiran dalam sistem Keynes oleh Samuelson dikembangkan sampai pada tingkat yang lebih maju, yaitu dengan diperlihatkannya hubungan timbal balik antara faktor multiplier dan asas accelerator. Pengaruh hubungan timbal balik antara multiplirr dan asselerator, bahwa keduanya memperkuat perannya dalam perekonomian secara menyeluruh. Permintaan efektif dalam masyarakat dipengaruhi oleh tindakan investasi yang secara langsung dilaksanakan (outonomouse investment). Dan selanjutnya melalui faktor multiplirr akan membwa tambahan pendapatan berlipat. Permintaan efektif dapat diberi stimulan yang berawal dari pengeluaran yang dilakukan oleh konsumen, melalui permintaan konsumen.( berganda) asas accelerator secara tidak langsung menimbulkan tambahan investasi ( induced investment). Dalam proses perkembangan selanjut akan selalu dialami pengaruh dan kombinasi antara multiplier dan sccelerator yang berperan saling memperkuat satu terhadap yang lain.

b. Perdagangan International

Samuelson juga berjasa dalam mengembangkan teori perdagangan interna-sional dan pembayaran internasional. Dalam bukunya Economic (1948) telah diperjelas hubungan yang kait mengkait antara kebijaksanaan fiskal- pengelolaan permintaan efektif untuk menjaga kestbilan pendapatan dan kesempatan kerja. Dalam hubungan ini ditonjolkan peranan multiplier perdagangan luar negeri ( foreign trade multiplier), dan berbagai kemungkinan penyimpangan dari keseimbanagn internasional. Dapat dilihat adanya integrasi mengenai segi keseimbangan internasional kedalam kerangka umum teori ekonomi makro.

Kedua pendapat Samuelson yang berkaitan dengan pengaruh kombinasi antara multiplier dengan accelerator dan keseimbangan pembayaran iternasional mempunyai arti yang besar bagi kebijaksanaan negara dalam dunia moderen, baik di negara-negara industri yang sudah maju maupun negara yang sedang berkembang. Dengan semakin berlakunya interdependensi dalam perekonomian dunia, maka perekonomian dibanyak negara sudah bercorak ekonomi terbuka dalam arti lalulintas ekonomi antar bangsa mempunyai peranan dan mempunyai pengaruh yang besar bagi perekonomian suatu negara. Dewasa ini kita dapat melihat adanya ketidak stabilan ekonomi dunia, yang erat kaitnya dengan adanya ketimpangan-ketimpangan dalam neraca pembayaran luar negeri sebagai akibat adanya ketidak serasian dalam pengelolaan permintaan efektif.

Setelah tahap Keynes,Hansen-Samuelson ada dua jalur pemikiran ekonomi yang masing-masing dipelopori oleh Simon Kuznet dan Wassily Leontief. Pola dan pendekatan terhadap masalah ekonomi kedua pakar tersebut sebenarnya terpisah satu dengan yang lain. Namun demikian keduanya secara bersama telah memperkuat kerangka dasar pemikiran Keynes

4. Simon Kuznet

Simon Kuznet bersama Alvin Hansen pendukung pemikiran Keynes. Karya Kuznet yang terkenal bersangkutan dengan perhitungan pendapatan nasional (national accounts). Sebenarnya pekerjaan Kuznet mula-mula di bidang statistik. Di bidang tersebut dia melanjutkan dan mengembangkan statistik dengan seorang ahli benama Wesley Mitchell yang mengarahkan pada masalah siklus ekonomi yang luas dan dikajinya berdasarkan dukumen statistik empiris. Hasil karya Kuznet yang ditulis dalam sebuah buku yang berjudul National Income and Its Composition 1919-1938 (1941). Buku ini kemudian menjadi landasan untuk pemikiran dan penelitian selanjutnya.

Kemudian atas panduan Simon Kuznet kegiatan yang bersangkaut paut dengan data statistik dikembangkan dan ditingkatkan menjadi ilmu pengethuan sendiri yang ditopang oleh satu kerangka analisis berdasarkan teknik dan metoda matematik. Pemikiran Simon Kuznet tentang pendapatan nasional mula-mula dilakukan terlepas dari Keynes, bahkan masalah pendapatan nasional sudah dibeberkan dalam sebuah karangan , National Income dalam sebuah Encyclopaedia of the Social Science (1933). Dewasa ini nama Kuznet disebut dalam hubungannya dengan analisis pendapatan nasional beserta komposisinya. Berkat karya Kuznet kini dapat diberikan wujut nyata secara kuantitatif-empiris terhadap pengertian-pengerian pokok dalam kerangka teory Keynes, misalnya hunbungan antara pendapatan dan konsumsi tabungan investasi dalam ekonomi masyarakat secara menyeluruh.

Segala sesuatu dapat diamati dan dikaji secara berturut-turut dalam perkembangan waktu. Hal ini dikenal sebagai time series analysis. Dengan begitu pandangan kita tidak terbatas pada penilaian tentang keadaan yang dilihat pada suatu saat tertentu saja. Berdasarkan kerangka pemikiran Keynes,Hansen, Samuelson, dan penilitian empiris kuantitatif oleh Kuznet, terjadilah suatu perpaduan dan integrasi antara ilmu ekonomi dan ilmu statistik, keduanya mengandalkan metoda ilmu matematika.

5. Wessily Leontief

, Kerangka pemikiran analisis Wessily Leontief sejalan dengan karya Kuznet sekalipun dengan jalur pendekatan yang berbeda. Buah pemikiran Leontief yang terkenal dengan analisis input output. Analisis ini menggambarkan kegiatan antar sektoral (inter-industry analysis). Sama dengan Kuznet pekerjaan Leontief sudah dilakukan sejak awal tahun 30 an. Kemudian dalam perkembangnnya arah dan pola pemikiran Leontief, serta peneitian statistik-empiris yang dilakukan menuju pada kelengkapan dan perpaduan dengan kerangka dasar analisis Keynes, Hansen dan Samuelson. Karya Leontief tertuang dalam bukunya yang berjudul:

(1). Studies in the Structure of the American Economy: Theoritical and Empirical

(1953)

(2) . The Future of the World Economy (1976)

Sistem pemikiran Leontief mencakup tabel-tabel mengenai input (faktor produksi) dan output ( hasil produksi), tampaknya menunjukkan corak yag sangat rumit. Sebab satu sama lain mencakup secara luas-komprehensif serangkaian kegiatan antar sektor dalam perekonomian masyarakat secara menyeluruh. Susunan tabel-tabel yang dibuat oleh Leontief menunjukkan kegiatan suatu sektor /industri yang dikaitkan dengan tiap sektor yang lain. Atau dapat dikatakan tabel-tabel yang disusun tersebut merupakan suatu matrik yang menggambarkan arus barang yang dihaslikan setiap sektor dan diteruskan (dijual) pada sektor-sektor lain, dan hasil penjulan ini meupakan peneriman sektor yang semula. Oleh karena itu analis yang dilakukan oleh Leontief terkenal dengan analisis input-output Dari sisi lain dan sebagai umpan balik dapat dipantau serangkaian pengeluaran yang dilakukan oleh masing-masing sektor. Dengan begitu diperoleh gambaran yang jelas mengenai arus pendapatan dan arus pengeluaran yang menyangkut masing-masing sektor, dan sekalipus juga menunjukkan saling berkaitan antara sektior yang satu dengan sektor yang lain

Analisis yang dilakukan dengan model analisis input-outpu, sangat berguna untuk mendapatkan gambaran penggunaan berbagai sumber daya produksi di berbagai sektor. Dengan demikin dapat dikembangkan suatu model pola alokasi yang optimal berkaitan dengan berbagai sumber daya produksi..

Hasil karya Leontief beserta pemikiran Kusnet, sekalipun masing-masing bertolak dari awal yag berbeda dan pendekatan yang bebeda pula, namun antara satu dengan yang lain dapat saling melengkapi dalam menjelaskan proses kegiatan ekonomi masyarakat. Sumbangan ini menempatkan analisis dan kerangka pemikiran Keynes menjadi lebih sempurna. Bilamana sebelumnya kerangka analisis Keynes masih dianggap sebagai pandangan yang baru sebagai pola, maka dengan dilengkapi dua alat analisis oleh Kuznet dan Leontief, yang dapat menjelmakan gambar peta yang lebih hidup karena sudah dapat memberikan gambaran wujud nyata proses kegiatan ekonomi dan masalah yang dihadapi. Semua itu secara logika juga menyediakan suatu landasan rasional yang serba lengkap untuk penerapannya dalam persiapan perencanaan dan pengelolaan kebijaksanaan ekonomi.

Akan tetapi, dikala landasan pemikirran sistem Keynes dengan penyempur-naannya dan kelengkapannya mencapai kemajuan yang begitu besar, justeru pada tahap itu sangat menurun bobot pengaruhnya di bidang kebijaksanaan. Dalam dunia pemikiran ekonomi, maupun dalam masyarakat politik oleh sementara kalangan pemikirn Keynes disangsikan, yang dinilai tidak berguna bagi pengelolaan kebijaksnaan ekonomi keuangan.

Dalam dasa warsa 70 mulai terasa pengaruh kontra revolusi yang bersifat anti Keynes (termasuk neo-Keynesian dan Pasca-Keynesin) yang dipelopori oleh golongan Moneteris dengan dibantu sayap sekutunya yang menampakkan sebagai penganut Supplyside Economics. Dan dilanjutkan dalam dasawarsa 80 oleh golongan penganut teori Ekspektasi Rasional Pertama-tama yag harus diperhatikan bahwa perimbangan-perimbangan ekonomi di dasawarsa 70 sudah sangat berlainan dengan keadaan depresi pada tahun 30. Revolusi Keynes muncul dan tumbuh dari pertimbangan-pertimbangan keadaan depresi dan dalam suasana kehidupan masyarakat pada waktu itu. Pada awal dasawarsa 70 bukan lagi dipresi, deflasi dan pengangguran masal yang menjdi pokok permasalahan, melainkanm justeru kegiatan ekonomi pada tingkat tinggi, kapasitas produksi terpasang digunakan hampir sampai pada batasnya, perdagangan internasional sudah sangat meluas dan inflasi yang semakin meningkat.

Dalam keadan yang demikian, kelihatan keterbatsan, kekurangan dan kelemahan yang melekat pada sistem pemikiran Keynes sekalipun dan perkem-bangannya sudah dilengkapi dan disempurnakan.

6. Ulasan Sistem Pemikiran Keynes

a. Situasi dan Permasalahan Ekonomi yang Berbeda Sistem pemikiran Keynes dalam teori yang telah dikembangkan dan disempurnakan, kenyataannya tidak dapat menguraikan atau menjawab fenomena yang merupakan masalah ekonomi pada tahun 1970 dan 1980. Para pakar ekonomi yang tergabung dalam golongan Moneteris, berpendapat bahwa sistem pemikiran Keynes sudah tidak mampu lagi untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarkat. Mereka

menganggap bahwa teori Keynes banyak mengadung kelemahan dan keterbartasan Sehingga para pemikir ekonopmi yang tergabung dalam golongan moneteris mengajukan koreksi-koreksi terhadap teori Keynes.. Namun demikian koreksi yang tertuang pada pendapat atau pikiran mereka kelihatan bersifat parsial. Dengan demikian sulit untuk dikatakan bahwa pemikiran mereka dapat dianggap sebgai mainstream baru dalam ilmu ekonomi.

Kelemahan dan keterbatasan yang dimaksud bukan terletak pada konsitensi logika dalam kerangka teori dan juga tidak pada relevansinya bagi kebijaksanaan yang seyogianya dilakukan berdasar hasil pemikirannya. Kiranya perkataan seyogianya perlu digaris bawahi. Sebab permasalannya berkisar pada jurang pemisah antara apa yang seyogianya harus dilakukan dengan kenyataan kebijaksanaan yang dilakukan dalam keadaan ekonomi pada tahun 1970 dan 1980. Pada era tahun 1970 dan 1980 keadaan ekonomi dan permasalahannya jelas berbeda dengan keadaan ekonomi pada dasawarsa 30.

b. Ekspansi Moneter dan Inflasi

Denagan adanya ekspansi moneter telah dipikirkan oleh Keynse dan pendukungnya, akan berkibat inflasi. Sebenarnya sistem pimikiran Keynes dan Neo-Keynes telah meberikan dasar yang rasional bagi kebijaksanan untuk menanggulangi depresi maupun kegiatan ekonomi yang berjalan dengan pesat pada tingkat yang tinggi dan ditandai adanya inflasi. Dengan kata lain pemikiran Keynes dianggap cukup memadai untuk digunakan dasar kebijaksanaan keadaan ekonomi underemployment maupun keadaan fullemployment

Dalam kenyataannya pemikiran Keynes dan Neo-Keynes seakan-akan berpusat pada masalah-masalah jangka pendek dan dalam kaitan pemikiran perimbangan-perimbangan ekonomi dalam keadaan depresi. Dalam keadan depresi Keynes dan Neo- Keynes memberi rokomendasi agar anggaran belanja pemerintah defisit dalam kerangka kebijaksanaan anti siklus. Besarnya pengeluaran pemerintah perlu dipikirkan batas-batasnya dan dilanjutkan dengan upaya untuk meningkatkan pendapatan pemerintah. Tingkat inflasi yang tinggi diperlukan kebijaksnaan fiskal yang ketat dan masih ditopang dengan kontraksi dalam kebijaksnaan moneter.

c. Peningkatan Pajak

Dalam masa depresi tampaknya lebih mudah untuk mendorong masyrakat agar pengeluaran masyarakat dan pengeluaran pemerintah ditingkatkan, ditambah adanya keringanan pajak. Tetapi sebaliknya jauh lebih sulit untuk melakukan pengurangan pengeluaran yang disertai dengan peningkatan pajak dalam suatu keadaan kegiatan ekonomi berjalan pada tingkat tinggi. Kebijaksanaan peningkatan pajak pada umunya merupakan kebijaksanaan yang tidak populer bagi golongan-golongan yang berpengaruh dalam masyarakat. Golongan-golonmgan tersebut biasanya sudah mempunyai kepentingan yang bercolol dalam keadan yang sedang berlaku.

Mungkin juga kebijaksanaan meningkatkan pajak merupakan kebijaksanaan yang tidak poluler bagi masyarakat umum, karena masyarakat masih merasakan nikmatnya keadaan yang sedang berjalan, yang nampaknya dianggap masih baik. Hal yang demikian ini menimbulkan keraguan bagi para politisi sampai pada pimpinan politik untuk mengambil keputusan-keputusan yang semestinya sudah dituntut oleh keadaan. Dengan demikian kebijaksanaan yang seyogyanya dan seharusnya yang sebenarnya adalah masuk akal dalam demensi penalaran, tetapi berdasarkan pertimbangan politik praktis tidak mungkin untuk dilaksanakan karena tidak acceptable. Logical and desirable but not feasible because not acceptable politically

Di sinilah letak keterbatasan dan kelemahan dan bahkan dapat dikatakan kekurangan yang melekat pada sistem pemikiran Keynes. Kebijaksanaan keuangan negara yang berpola kontra-siklis dalam pengelolaan permintaan agregat tidak dapat dijalankan pada waktu yang tepat, sebab adanya tantangan dan rintangan yang bersifat institusional dan struktural yang berkaitan dengan tatasusunan masyarkat sebagai keseluruhan.. Kesemuanya itu berkaitan dengan segi masyarakat politik yang nampaknya tidak diperhitungkan oleh golongan Keynes dan Neo-Keynes perihal penerapan sistem pemikirannya dalam bidang kebijkasnaan operasional

d. Tingkat Harga yang Kaku.

Resesi yang tajam terjadi pada tahun 1974/75 dan tahun 1982/83 tingkat harga umum tidak menurun. Padahal menurut teori suatu resesi dan depresi mestinya ditandai oleh tersendat-sendatnya jalannya proses kegiatan ekonomi dengan tingkat harga yang menurun. Namun demikian resesi yang terjadi pada dua waktu yang berbeda yaitu tahun 1974/75 dan 1982/83, diikuti tingkat harga tetap tinggi. Mengapa demikian, apakah teorinya yang sudah tidak relevan atau karena ada unsur lain yang menjadikan tingkat harga kaku (tetap tinggi). Tingkat harga yang kaku ini tidak lain karena adanya hambatan-hambatan baik yang bersifat struktural maupun institusional. Secara khusus hambatan itu berkisar pada sikap kaku dalam perilaku ekonomi tiga jenis golongan masyarakat: (1) Konglomerasi kelompok-kelompok perusahaan besar (2) orgnisasi organisasi serikat buruh, (3) birokrasi pemerintah.

(1). Konglomerasi Perusahaan Besar

Konglomerasi dan konsentrasi perusahaan-perusahaan besar dalam dunia usaha di masyarakat negara-negara industri sudah menjadi pemusatan ekonomi yang mempunyai pengaruh besar. Dalam proses konglomerasi dan konsentrasi tersebut secara de fakto kelompok-kelompok perusahaan besar sering mempunyai kedudukan oligopoli/oligopsoni di pasaran. Dari kedudukan tersebut mereka dapat menguasai pembentukan harga dan lazimnya mereka tidak rela untuk menurunkan harga dengan cepat dalam waktu yang singkat, juga berkenaan dengan investasi modal yang sudah tertanam dalam kapasitas produksi terpasang.

(2). Organisasi serekat Buruh

Organisasi-organisasi serekat buruh di negara-negara industri merupakan kekuatan ekonomi yang seakan-akan sudah menjadi golongan kepentingan yang bercokol ( vested interest group) dalam kehidupan masyrakat. Oraganisasi tersebut mempunyai kekuasaan yang cukup berarti dalam penentuan upah. Mereka sering juga menunjukan sikap keras / kaku terhadap penyesuian upah dengan perkembangan keadaan. Artinya kalau upah akan diturunkan dalam keadaan ekonomi yang sedang suram mereka menolaknya. Sebaliknya di kala kegiiatan ekonomi menunjukkan kemajuan lazimnya oraganisi serekat buruh segera menuntut kenaikan upah dengan berpedoman indikasi harga pada biaya hidup..

(3). Birokrasi Pemerintah

Di kebanyakan negara-negara sesudah Perang dunia II, aparatur pemerintah sudah sangat membengkak. Hal ini terwujud dalam sejumlah departemen, dan dalam bentuk berbagi macam. Jika keadaan menuntut suatu kebijaksanaan anggaran yang ketat, terlihat bahwa semua departemen dan bagian yang ada meperlihatkan dukungannya secara umum. Pada tahap penyelenggaran biasanya masing-masing departemen atau badan non departemen menghendaki adanya pengurangan anggaran diberlakukan pada semua departemen.

Dalam tubuh aparatur pemerintah sendiri selalu ada kubu-kubu resistensi yang cenderung menentang, setidak-tidaknya menghambat proses penyesuaian jika berakibat pengurangan anggaran. Tantangan itu dilakukan secara terbuka misalnya melalui berbagai peraturan pelaksanaan sebagai alasan memberikan semacam legalitas pada pungutan-pungutan tambahan, atau secara terselubung antara lain dengan menjalin jaringan hubungan informal dengan kalangan politisi atau dengan kalangan yang berpengaruh dalam dunia usaha.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dampak kombinasi antara sikap kaku konglomerat-konglomerat perusahan besar sikap kaku organisasi organisasi serekat buruh dan sikap kaku birokrasi pemerintah telah memberikan suatu dimensi baru pada fenomena inflasi. Tekanan inflator seakan-akan didorong keatas oleh kekuatan bersama yang bersumber pada kecenderungan mempertahankan atau menaikan harga/upah atau yng lain. Akibat dari keadaan yang demikian timbulnya fenomena inflasi-upah-harga ( wage-price- inflation)

Seyogianya apabila keadaan ekonomi yang sudah mengisyaratkan beberapa tanda bahaya, maka masalahnya berkisar pada kebulatan tekat ketegasan dan kearifan pada pihak kepemimpinan masyarakat politik- yang berkisar pada dukungan pihak legislatif terhadap pihak eksekutif, untuk mengambil langkah-langkah tindakan yang dituntut oleh perkembangn keadaan. Jika pihak eksekutif beserta dewan legislatif terlalu menghirukan tekanan kehendak dari pihak go;ongan golongan kepentingan bercokol ataupun menjadi tawanan sandra dari peraturan senderi, maka keadaan dapat menjadi berlarut-larut. Kejadian-kejadian seperti itu sering dialami di waktu yang lalu, tetapi sampai saat inipun kejadian seperti itu masih ada. Di dasawarsa 70 resesi di negara-negara industri membawa stagnasi ekonomi. Di mana stagnasi ekonomi tersebut tetap dilanda oleh inflasi yang tinggi. Sejak itu muncul pengertian baru stagflasi, merukan singkatan dari stagnasi ekonomi dan inflasi..