BAB IV

33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum RSIA Sakina Idaman RSIA Sakina Idaman adalah sebuah Rumah Sakit Ibu dan Anak yang didirikan pada tahun 1993 yang terletak di JL. Nyi Tjondroloekito no. 60 Blunyah Gede Sinduadi Mlati Sleman Yogyakarta, yang kemudian seiring jalannya waktu pada tahun 2008 Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman melakukan pembenahan dan pengembangan dengan mengedepankan pelayanan yang professional dengan kapasitas 25 tempat tidur dengan menempati area seluas 5.341 m². Pada tanggal 30 Juni 2009 RSIA Sakina Idaman selesai pembangunannya dengan fasilitas 50 tempat tidur terdiri dari 12 VIP, 38 (kelas 1,2,3 dan 2 paket social) yang menempati area seluas 5.341 m²

description

bab 4 skripsi

Transcript of BAB IV

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian1. Gambaran Umum RSIA Sakina Idaman RSIA Sakina Idaman adalah sebuah Rumah Sakit Ibu dan Anak yang didirikan pada tahun 1993 yang terletak di JL. Nyi Tjondroloekito no. 60 Blunyah Gede Sinduadi Mlati Sleman Yogyakarta, yang kemudian seiring jalannya waktu pada tahun 2008 Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman melakukan pembenahan dan pengembangan dengan mengedepankan pelayanan yang professional dengan kapasitas 25 tempat tidur dengan menempati area seluas 5.341 m. Pada tanggal 30 Juni 2009 RSIA Sakina Idaman selesai pembangunannya dengan fasilitas 50 tempat tidur terdiri dari 12 VIP, 38 (kelas 1,2,3 dan 2 paket social) yang menempati area seluas 5.341 m dan didukung dengan taman bermain anak yang menyenangkan.Visi dan Misi RSIA Sakina Idaman yaitu, Visinya adalah menjadi salah satu Rumah Sakit andalan yang aman di Daerah Istimewa Yogyakarta. Misinya adalah menyediakan tenaga kesehatan yang professional; memberikan pelayanan yang ramah, bersahabat tanpa membedakan suku bangsa, agama dan golongan; menyediakan tempat pelayanan dengan suasana hunian yang nyaman, menyediakan sarana kesehatan yang memadai, dan meningkatkan kesejahteraan karyawan.2. Analisi Univariata. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan terhadap 34 responden. Karakteristik paritas, usia kehamilan, umur, pendidikan, dan pekerjaan sebagai berikut:Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas, Usia Kehamilan, Umur, Pendidikan Dan Pekerjaan Responden di RSIA Sakina Idaman.Comment by CHACHA: Karakteristik di urutkan sesui bab 1. Umur, pendidikan,pekerjaan, paritas, usia kehamilan,NoKarakteristikFrekuensi (n)Percentase (%)

1.ParitasKelahiran ke 1Kelahiran ke 2Kelahiran ke 3Kelahiran ke 4Total1714213450,0Comment by CHACHA: Paritasnya di kategorikan menjadi 2. Primipara dan multipara. 41,25,92,9100

2.Usia KehamilanComment by CHACHA: Usia kehamilan juga di bagi 2 kategori. Preterm dan aterem.36 minggu37 minggu38 minggu39 minggu40 mingguTotal2114143345,92,941,241,28,8100

3.Umur35 TahunTotal3292348,885,35,9100

4.PendidikanComment by CHACHA: Pendidikan di bagi menjadi 3 kategori. Dasar, menengah, dan tinggi.SDSMPSMASMKDIIIS1Total1413853342,911,838,223,514,78,8100

5.PekerjaanSwasta WiraswastaPNSIRTTotal472213411,820,65,951,8100

Sumber : Data Primer 2015.

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar paritas kelahiran ke 1 sebanyak 17 (50,0%) ibu post sectio caesarea. Diketahui karakteristik usia kehamilan sebagian besar pada usia kelahiran 38 dan 39 minggu sebanyak 14 (41,2%). Distribusi karakteristik umur pada ibu post sectio caesarea sebagian besar mempunyai rentan umur 21-35 tahun sebanyak 29 (85,3%). Sedangkan dari pendidikan sebanyak 13 (38,2) responden berpendidikan SMA. Karakteristik yang yang kelima yaitu pekerjaan sebanyak 21 (51,8%) ibu post sectio caesarea berkerja sebagai IRT.

b. Kecemasan Pada Ibu Post Sectio Caesarea di RSIA Sakina IdamanData distribusi frekuensi kategori ringan, sedang, dan berat pada tingkat kecemasan pada ibu post sectio caesarea di RSIA Sakina Idaman dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :Tabel 4.2 Distribusi Frekuesi Kecemasan Pada Ibu Post Sectio Caesarea di RSIA Sakina Idaman.NoKategoriFrekuensi (n)Persentase (%)

1.Sedang720,6

2.Berat2779,4

Total34Comment by CHACHA: Ini kecemasannya beda sama yg di analisis bivariat hasilnya nda.. coba di cek100

Sumber : Data Primer 2015.Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi tingkat kecemasan ibu post sectio caesarea di RSIA Sakina Idaman sebanyak 27 (79,4%) dalam kategori berat.

c. Waktu Pengeluaran Kolostrum Pada Ibu Post Setio Caesarea di RSIA Sakina IdamanData distribusi frekuensi kategori normal dan tidak normal pada waktu pengeluaran kolostrum pada ibu post setio caesarea di RSIA Sakina Idaman dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :Tabel 4.3 Distribusi Frekuesi Waktu Pengeluaran Kolostrum Pada Ibu Post Sectio Caesarea di RSIA Sakina Idaman.NoKategoriFrekuensi (n)Persentase (%)

1.2.NormalTidak Normal151944,155,9

Total34100

Sumber : Data Primer 2015.

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui distribusi frekuensi waktu pengeluaran kolostrum pada ibu post setio caesarea di RSIA Sakina Idaman sebanyak 19 (55,9%) dalam kategori tidak normal.

3. Analisis BivariatTabel 4.4 Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Pengeluaran Kolostrum Pada Ibu Post Sectio Caesarea di RSIA Sakina IdamanTingkat KecemasanPengeluaran KolostrumTotalP-value

NormalTidak Normal

Berat Count Comment by CHACHA: Ini yang hsilnya 7 itu yg berat apa yg sedang nda? Expected count13,163,977,0

0,104

Sedang Count Expected count1411,91315,12727

Total Count Expected count1515,01919,03434,0

Sumber: Data Primer 2015.

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui hubungan tingkat kecemasan dengan pengeluaran kolostrum pada ibu post sectio caesarea di RSIA Sakina Idaman yaitu dengan uji statistik Chi-Square dengan nilai P-value sebesar 0,074 dengan syarat terpenuhi pada tabel 2x2 dan jumlah responden 20-40. Syarat pada nilai (E) expektasi tidak terpenuhi karena pada tabel 2x2 masih ada nilai (E) expected count < 5 dan lebih dari 20% dari jumlah sel. Syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi maka menggunakan uji alternatifnya yaitu uji Fishers exact test digunakan apabila pada tabel 2x2 uji Chi-Square tidak memenuhi syarat dan tidak dapat dilakukan penyederhanaan kategorik (Dummy variabel) (Dahlan, 2013). Melihat nilai P-value uji Fisher exact test sebesar 0,104 < Level of significant 0,05. Hal ini berarti Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan significant antara tingkat kecemasan dengan pengeluaran kolostrum pada ibu post sectio caesarea di RSIA Sakina Idaman.B. Pembahasan Penelitian1. Karakteristik RespondenBerdasarkan tabel 4.1 hasil analisis karakteristik responden dalam penelitian ini sebagian besar paritas kelahiran ke 1 sebanyak 17 (50,0%) ibu post sectio caesarea. Hal ini menunjukan bahwa ibu post sectio caesarea sebagian besar kelahiran ke 1 (pertama). Persalinan sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahin dalam keadaan utuh serta berat di atas 500 gram (Mitayani, 2009). Kecemasan pada kelahiran pertama merupakan hal yang wajar bagi seorang ibu, belum berpengalaman dan takut ketika menjelang persalinan membuat perubahan pada proses kelahiran yang seharusnya dapat berjalan dengan normal atau spontan pervaginam karena berbagai alasan pasien mengharapkan untuk melakukan sectio caesarea. Nullipara merupakan sebutan bagi ibu yang baru pertama kali melakukan persalinan, berbeda dengan primipara, multipara dan grandepara yang mempunyai pengalaman dalam melakukan persalinan dan informasi tentang persalinan. Tingginya usia produktif meningkatkan jumlah proses melahirkan dalam piramida penduduk. Karakteristik ibu post sectio caesarea yang kedua adalah diketahui karakteristik usia kehamilan sebagian besar pada usia kelahiran 38 dan 39 minggu sebanyak 14 (41,2%). Normal usia kelahiran adalah pada rentan 36 minggu sampai 40 minggu alasanya adalah pada usia 36 minggu janin sudah mempunyai ukuran dan kematangan organ yang siap dilahirkan, berlanjut usia 37 minggu jika janin dilahirkan usia ini kelebihanya adalah janin berlatih menggerakan paru-paruya, usia 38 minggu reflek janin sudah terkoordinasi, bayi sudah dapat mengedipkan mata, menggerakan kepala, menegang, merespon suara, sentuhan dan cahaya, minggu 39 dan 40 janin sudah siap lahir dengan siap dan sempurna dengan lemak yang terbentuk di bawah kulitnya, mampu mengatur suhu tubuhnya sendiri. Jika janin dilahirkan dibawah usia 36 minggu kekurangannya bayi masih dikatakan premature karena bayi sedikit cadangan lemak dibawah kulit, jika diatas usia 40 minggu bayi beresiko air ketuban pecah dini, berat janin meningkat, dan beresiko afiksia neonatum. Alasan yang lain adalah terdapat tanda-tanda persalinan, persalinan normal tidak terjadi kontraksi, distosia, bayi dalam kondisi darurat harus segera dilahirkan.Distribusi karakteristik yang ketiga adalah karakteristik umur pada ibu post sectio caesarea sebagian besar mempunyai rentan umur 21-35 tahun sebanyak 29 (85,3%). Hal ini karena umur produktif mempengaruhi seseorang dalam menentukan pilihan dalam proses persalinan karena terlihat lebih praktis dan tidak merasa sakit, informasi yang didapat, kecemasan akan meningkat ketika informasi tidak diberikan dan manajemen laktasi bayi ketika pre persalinan, pada usia kerja wanita karir meningkatkan tingginya proses sectio caesarea di kalangan ibu-ibu.Distribusi karakteristik yang keempat adalah pendidikan sebanyak 13 (38,2) responden berpendidikan SMA. Hal ini karena kurang terpaparnya informasi mengenai proses melahirkan, Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh adalah memberikan respon terhadap suatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Orang yang akan mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidikan. Kecemasan adalah respon yang akan dipelajari (Trismiati, 2006).Karakteristik yang kelima yaitu pekerjaan sebanyak 21 (51,8%) ibu post sectio caesarea berkerja sebagai IRT. Ibu rumah tangga memiliki peranan penting dalam proses berjalanya kelurga karena memiliki waktu lebih banyak untuk mengurus keluarga. Tanggung jawab dan tugas yang harus ditanggung memberikan motivasi tersendiri untuk menghadapi persalinan, pengalaman serta waktu luang yang banyak dapat memberikan peluang ibu untuk mendapat informasi dari petugas kesehatan dan menenangkan pikiran untuk menjalani proses persalinan.

2. Tingkat Kecemasan Ibu Post Sectio Caesarea Di RSIA Sakina IdamanHasil distribusi frekuensi tingkat kecemasan ibu post sectio caesarea di RSIA Sakina Idaman pada tabel 4.2 sebanyak 27 (79,4%) dalam kategori berat. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor umur yaitu besar mempunyai rentan umur 21-35 tahun sebanyak 29 (85,3%), keadaan fisik, sosial budaya, tingkat pendidikan sebanyak 13 (38,2) responden berpendidikan SMA, tingkat pengetahuan, status ekonomi, kinerja tenaga kesehatan, kehadiran pendamping. Dari teori tingkat kecemasan ibu post sectio caesarea adalah kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya (Kaplan, Sadock, dan Grebb dalam Fitri Fauzizah & Julianti Widuri, 2007).Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan yang pertama adalah umur yaitu besar mempunyai rentan umur 21-35 tahun sebanyak 29 (85,3%). Umur dewasa muda dalam masa yang produktif akan memberikan respon yang lebih dibanding usia yang sudah berpengalaman dalam pemberian ASI kolostrum pada bayi. Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih tua (Purwanto, 2010). Faktor yang kedua adalah keadaan fisik Menurut Carpaneto (2006) penyakit adalah salah satu faktor yang menyebabkan kecemasan. Seseorang yang sedang menderita penyakit akan lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan orang yang tidak sedang menderita penyakit. Pada ibu dengan sectio caesarea dapat di indikasikan karena berbagai alasan untuk melakukan proses pembedahan pada persalinan. Gejala cemas muncul seperti ketegangan otot, mudah lelah, sesak nafas, takikardi, dan akral dingin sehingga tidak memungkikan untuk memberikan ASI pada bayi baru lahir.Faktor yang lain adalah sosial budaya yang pada masyarakat tertentu dipercaya sebagai hal yang tidak boleh dilanggar. Misal bahwa ASI yang pertama kali keluar akan menimbulkan diare pada bayi padahal dalam ilmu kesehatan ASI yang pertama kali keluar merupakan antibodi yang paling baik bagi bayi baru lahir.Faktor pendidikan sebanyak 13 (38,2) responden berpendidikan SMA, pada tingkat pendidikan seseorang berpengaruh adalah memberikan respon terhadap suatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Orang yang akan mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidikan. Kecemasan adalah respon yang akan dipelajari (Trismiati, 2006). Pendidikan yang kurang akan berpengaruh terhadap informasi-informasi yang penting hal ini yang berpengaruh terhadap kecemasan saat pemberian kolostrum sehingga dalam pengeluaran kolostrum ibu membutuhkan waktu yang panjang. Namun jika ibu mempunyai pendidikan tinggi dengan sikap yang baik akan dipastika kepercayaan diri ibu akan meningkat dan kecemasan dalam pemberian kolostrum akan sesuai jadwal dan tepat untuk bayi.Faktor yang tak kalah penting adalah tingkat pengetahuan, status ekonomi, kinerja tenaga kesehatan, kehadiran pendamping adalah faktor-faktor yang ada dan selalu berdampingan dalam kecemasan ibu. Pengetahuan yang luas akan berdampak pada pemikiran ibu, ekonomi yang cukup akan membuat ibu tenang tidak memikirkan biaya tenaga medis, kinerka tenaga kesehatan yang kompeten terhadap edukasi ibu tetang persalinan dan pemberian kolostrum akan efektif, kehadiran pendamping merupakan sumber koping dan dukungan psikis bagi ibu untuk proses melahirkan.Kesimpulan dari tingkat kesemasan ibu post sectio caesarea adalah penkes ibu tentang jalannya persalinan, prosedure, dan dukungan informasi yang dapat memberikan kepercayaa ibu dalam proses persalinan akan membantu ibu dalam penurunan kecemasan.

3. Waktu Pengeluaran Kolostrum Pada Ibu Post Setio Caesarea Di RSIA Sakina IdamanHasil distribusi frekuensi waktu pengeluaran kolostrum pada ibu post setio caesarea di RSIA Sakina Idaman sebanyak 19 (55,9%) dalam kategori tidak normal. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor efek bius dari proses sectio caesarea, faktor fisik dan psikologis.Faktor Efek pembiusan bisa mempengaruhi produksi ASI jika dilakukan pembiusan total (narkose). Akibatnya, kolostrum (air susu yang pertama kali) tidak bisa dinikmati bayi dan bayi tidak dapat segera menyusui begitu dilahirkan. Apabila dilakukan dengan pembiusan regional (spinal) tidak banyak mempengaruh produksi ASI.Faktor fisik ibu yang mempengaruhi produksi ASI adalah adanya kelainan endokrin ibu, dan jaringan payudara hipoplastik serta usia. Produksi ASI dipengaruhi oleh nutrisi ibu dan asupan cairan ibu. (Lowdermilk, 2005).Faktor psikologis yang mempengaruhi kurangnya produksi ASI antara lain adalah ibu yang berada dalam keadaan stress, kacau, marah dan sedih, kurangnya dukungan dan perhatian keluarga serta pasangan kepada ibu (Lawrence, 2004). Selain itu ibu juga khawatir bahwa ASInya tidak mencukupi untuk kebutuhan bayinya serta adanya perubahan maternal attainment, terutama pada ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai bayi (Mercer, 2004). Ibu-ibu dengan depresi postpartum juga dapat mempengaruhi ASI (ILCA, 2008).Kesimpulan dari waktu pengeluaran kolostrum pada ibu post setio caesarea dapat berasal dari diri dan luar ibu, dalam dalam diri adalah faktor fisik dan psikologis, sedangakan dari eksternal adalah faktor proses persalinan menggunakan bius dapat memperpanjang proses keluarnya kolostrum ibu, juga dalam memberikan kolostrum harus diperhatikan waktu habis untuk bius, jangan sampai memberikan ASI saat bius masih ada dalam tubuh ibu karena bayi juga dapat terkena efek melalui ASI.

4. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Pengeluaran Kolostrum Pada Ibu Post Sectio Caesarea Di RSIA Sakina IdamanBerdasarkan hasil analisis menggunakan uji statistik Chi-Square pada tabel 2x2 yang tidak memenuhi syarat maka menggunakan uji alternatif yatu Fisher exact test dengan hasil P-value 0,104 < Level of significant 0,05. Hal ini berarti Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan significant antara tingkat kecemasan dengan pengeluaran kolostrum pada ibu post sectio caesarea di RSIA Sakina Idaman. Analisis peneliti penyebab tidak ada hubungan yaitu waktu pengeluaran kolostrum pada ibu post sectio caesarea tidak hanya disebkan oleh tingkat kecemasan tetapi dapat disebkan oleh faktor-faktor lain yaitu umur yaitu besar mempunyai rentan umur 21-35 tahun sebanyak 29 (85,3%), keadaan fisik, sosial budaya, tingkat pendidikan sebanyak 13 (38,2) responden berpendidikan SMA, tingkat pengetahuan, status ekonomi, kinerja tenaga kesehatan, kehadiran pendamping, efek bius dari proses sectio caesarea, faktor fisik dan psikologis. Menurut Roesli (2004); Cahyadi (2007), banyak wanita usia reproduktif ketika ia melahirkan seorang anak tidak mengerti dan memahami bagaimana pembentukan kolostrum yang sebenarnya sehingga dari ketidaktahuan ibu tentang pembentukan kolostrum ia akhirnya terpengaruh untuk tidak segera memberikan kolostrum pada bayinya. hal itu juga kemungkinan berpengaruh terhadap pengeluaran kolostrum pada ibu post sectio caesarea. Menurut Roesli (2004; Soetjiningsih (2005), pada seorang ibu yang menyusui dikenal dua refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu, yaitu: reflek prolaktin yaitu hisapan bayi yang merangsang ujung-ujung saraf sensorik yang fungsinya sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini berlanjut ke hypothalamus yang akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya, merangsang adenohypofise (Hipofise Anterio) sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi membuat air susu. dan reflek let down yaitu bersamaan dengan pembentukan prolaktin adenohypofise, rangsangan yang berasal dari hisapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohypofise (Hypofise posterior) yang kemudian mengeluarkan oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel miopitel. Hisapan bayi memicu pelepasan dari alveolus mamma melalui duktus ke sinus akan tertekan keluar kemulut bayi. Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya.Kedua reflek ini akan berkaitan langsung dengan pengeluaran kolostrum pada ibu. Pada ibu sectio caesarea akan mengalami gangguan kedua reflek tersebut karena aktifitas prolaktin dihambat oleh ekstrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Ibu-ibu setelah melahirkan belum mengetahui tentang reflek yang terjadi yang berhubungan dengan pemberian kolostrum nantinya, sehingga ibu tidak memberikan kolostrum tersebut secara nyata pada bayi baru lahir. Faktor yang dapat mempengaruhi keluarnya ASI selain dari kecemasan adalah faktor fisik ibu yang mempengaruhi produksi ASI adalah adanya kelainan endokrin ibu, dan jaringan payudara hipoplastik serta usia. Produksi ASI dipengaruhi oleh nutrisi ibu dan asupan cairan ibu. (Lowdermilk, 2005). Kecemasan memang akan berpengaruh terhadap perubahan fisik melalui tanda dan gejala tetapi faktor fisik disini mempunyai bagian tersendiri dan memegang peranan penting dalam proses keluarny kolostrum ibu setelah post melahirkan, kondisi fisik ibu yang lelah, kurang merospon bayi, akan menghambat proses memyusui dan produksi kolostrum ibu.Faktor yang kedua adalah faktor psikologis ibu yang mempengaruhi kurangnya produksi ASI antara lain adalah ibu yang berada dalam keadaan stress, kacau, marah dan sedih, kurangnya dukungan dan perhatian keluarga serta pasangan kepada ibu (Lawrence, 2004). Selain itu ibu juga khawatir bahwa ASInya tidak mencukupi untuk kebutuhan bayinya serta adanya perubahan maternal attainment, terutama pada ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai bayi ( Mercer, 2004). Ibu-ibu dengan depresi postpartum juga dapat mempengaruhi ASI (ILCA, 2008). Hal ini juga akan mempengaruhi produksi kolostrum dalam proes menyusui pertama pada bayi, ditambah dengan efek dari sectio caesarea.Faktor dari post sectio caesarea, terlebih dahulu kita ulas definisi dari sectio caesarea adalah satu prosedur yang paling tua untuk melahirkan janin melalui suatu insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus dengan pembiusan terlebih dahulu (Pilliteri, 2003; Saifudin,2006). Penyebab sectio caesarea adalah persalinan merupakan upaya melahirkan janin yang ada didalam rahim ibunya. Jadi, apabila persalinan harus dilakuan dengan operasi, menurut buku Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan, ada empat alasan yaitu :a. Untuk keselamatan ibu dan janinb. Ketika persalinan harus berlangsung, tidak terjadi kontraksic. Distosia (persalinan macet) sehingga menghalangi persalinan alamid. Bayi dalam keadaan darurat sehingga harus segera dilahirkan, tetapi jalan lahir tidak mungkin dijalani janinRoesli (2004; Soetjiningsih (2005), resiko dari persalinan sectio caesarea salah satunya adalah Efek pembiusan bisa mempengaruhi produksi ASI jika dilakukan pembiusan total (narkose). Akibatnya, kolostrum (air susu yang pertama kali) tidak bisa dinikmati bayi dan bayi tidak dapat segera menyusui begitu dilahirkan. Apabila dilakukan dengan pembiusan regional (spinal) tidak banyak mempengaruh produksi ASI.

C. Keterbatasan Penelitian1. Keterbatasan penelitian terletak pada pengendalian faktor lingkungan, . umur, keadaan fisik, sosial budaya, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, status ekonomi, kinerja tenaga kesehatan, kehadiran pendamping emosional, yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan dengan pengeluaran kolostrum pada ibu post sectio caesarea di RSIA Sakina Idaman yang pada penelitian ini tidak diteliti dan tidak dikendalikan karena keterbatasan peneliti2. Data tingkat kecemasan dengan pengeluaran kolostrum pada ibu post sectio caesarea di RSIA Sakina Idaman hanya diperoleh dari kuesioner dan observasi, dimana peneliti tidak melakukan observasi pada tingkat kecemasan atau pengamatan secara langsung. Hal ini memungkinkan jawaban yang diberikan oleh responden belum dapat menggambarkan sikap dan perilaku dalam tingkat kecemasan pada ibu post sectio caesarea di RSIA Sakina Idaman

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan1. Tidak ada hubungan yang significant antara tingkat kecemasan dengan pengeluaran kolostrum pada ibu post sectio caesarea di RSIA Sakina Idaman P-value uji Fisher exact test sebesar 0,104 < Level of significant 0,05.. 2. Diketahui karakteristik paritas kelahiran ke 1 sebanyak 17 (50,0%) ibu post sectio caesarea. Diketahui karakteristik usia kehamilan sebagian besar pada usia kelahiran 38 dan 39 minggu sebanyak 14 (41,2%). Distribusi karakteristik umur pada ibu post sectio caesarea sebagian besar mempunyai rentan umur 21-35 tahun sebanyak 29 (85,3%). Sedangkan dari pendidikan sebanyak 13 (38,2) responden berpendidikan SMA. Karakteristik yang yang kelima yaitu pekerjaan sebanyak 21 (51,8%) ibu post sectio caesarea berkerja sebagai IRT.3. Tingkat kecemasan ibu post sectio caesarea di RSIA Sakina Idaman dalam kategori berat.4. Waktu pengeluaran kolostrum pada ibu post setio caesarea di RSIA Sakina Idaman dalam kategori tidak normal.

B. Saran1. Manfaat teoritisPengembangan ilmu kesehatan medikal bedah hendaknya harus berfokus juga dalam promosi kesehatan sebagai pembangunan suatu negara yang sehat, mengenai tingkat kecemasan dengan pengeluaran kolostrum pada ibu post sectio caesarea memberikan konseling dan pemeriksaan kesehatan agar masyarakat mampu mengenal dan memutuskan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan.2. Bagi perawat dan bidan Perawat di bagian harus memberikan edukasi pada sebelum melahirkan memeriksakan kandungan, memberikan informasi mengenai proses persalinan, memberikan dukungan dan intervensi kepada keluarga, setelah melahirkan memberikan dukungan dan informasi bagaima merawat bayi dan memberikan ASI eksklusif serta memeriksakan kondisi bayi dan ibu menggunakan kartu KMS.3. Bagi Universitas Respati YogyakartaMemberikan refrensi tambahan bagi perpustakaan Universitas Respati Yogyakarta khususnya tentang tingkat kecemasan dengan pengeluaran kolostrum pada ibu post sectio caesarea.4. Bagi peneliti selanjutnyaHasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi untuk penelitian selanjutnya mengenai tingkat kecemasan dengan pengeluaran kolostrum pada ibu post sectio caesarea sehingga peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan dengan pengeluaran kolostrum pada ibu post sectio caesarea.5. Bagi Ibu Post Patum LainnyaDiharapkan mampu memberikan ASI kolostrum sesuai jadwal dan ASI eksklusif, mampu menstimulus perkembangan bayi dan memberikan nutrisi serta kasih sayang kepada bayi.