BAB IV
-
Upload
denuna-enjana -
Category
Documents
-
view
49 -
download
4
Transcript of BAB IV
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien ini didiagnosis dengan suspek sindrom nefrotik. Sindrom nefrotik, adalah salah
satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak, merupakan suatu kumpulan gejala-
gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkolesteronemia serta
edema. Selain gejala-gejala klinis di atas, kadang-kadang dijumpai pula hipertensi, hematuri,
bahkan kadang-kadang azotemia.
Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditentukan berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Manifestasi klinik yang umum terjadi pada
penderita sindrom nefrotik adalah edema. Pada pasien ini, edema terjadi pada seluruh tubuh
dan berlangsung sejak 1 minggu SMRS. Edema pertama kali muncul pada daerah periorbita
dimana pada daerah tersebut resistensi jaringannya rendah kemudian lama-kelamaan, edema
terjadi pada seluruh tubuh. Produksi urin juga dirasakan berkurang dari sebelumnya. Pada
pasien ini, sesak napas dialami sejak 3 hari SMRS dan memberat pada pagi hari saat MRS.
Oleh karena adanya distensi abdomen baik disertai efusi pleura atau tidak, maka pernapasan
sering terganggu, bahkan kadang-kadang menjadi gawat. Tekanan darah didapatkan 140/80
mmHg dan merupakan tanda klinis yang cukup sering ditemukan pada penderita dengan
sindrom nefrotik. Pasien ini belum melakukan pemeriksaan urin lengkap, sehingga dari
pemeriksaan urin diharapkan ditemukannya adanya proteinuria masif serta hematuria. Pada
pemeriksaan darah pasien ini ditemukan albumin 0,27 gr/dl (29/12/2012) dan 3,03 gr/dl
(31/12/2012). Perbedaan temuan hasil pemeriksaan albumin darah yang cukup jauh ini
kemungkinan disebabkan karena kesalahan dalam pengambilan sampel ataupun kesalahan
dalam mengolah sampel karena pasien selam dirawat inap tidak pernah mendapatkan
transfusi albumin. Untuk pemeriksaan lainnya, didapatkan kolesterol 191 mg/dl dan
trigliserida 429 mg/dl (2/1/2013). Trigliserida darah di atas nilai normal.
Penatalaksanaan pasien ini adalah pemberian O2 1 lpm, infus RL 12 tpm makro,
injeksi deksametasone 1A/8 jam, injeksi ampisilin 300 mg/8 jam, injeksi furosemid ½ A/8
jam, metil prednisolon 3 x 2 mg, dan ambroxol sirup 3 x 15 mg.
Rencana awal penatalaksanaan pasien ini menurut International Study of Kidney
Disease in Children (ISKDC) adalah dimulai dengan pemberian prednison oral (induksi)
sebesar 60 mg/m2/hari dengan dosis maksimal 80 mg/hari selama 4 minggu, kemudian
dilanjutkan dengan dosis rumatan sebesar 40 mg/m2/hari secara selang sehari dengan dosis
tunggal pagi hari selama 4 minggu, lalu setelah itu pengobatan dihentikan.
35
Pada serangan pertama, terapi prednison sebaiknya baru diberikan selambat-
lambatnya 14 hari setelah diagnosis sindrom nefrotik ditegakkan untuk memastikan apakah
penderita mengalami remisi spontan atau tidak. Bila dalam waktu 14 hari terjadi remisi
spontan, prednison tidak perlu diberikan, tetapi bila dalam waktu 14 hari atau kurang terjadi
pemburukan keadaan, segera berikan prednison tanpa menunggu waktu 14 hari.
Selain itu, pada serangan pertama diberikan pula diet tinggi kalori, tinggi protein,
rendah garam, rendah lemak; pembatasan pemberian cairan jika terdapat gejala gagal ginjal;
terapi suportif juga diberikan seperti tirah baring, pemberian diuretik, antihipertensi, dan
transfusi plasma atau albumin konsentrat.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Albar H. Tata Laksana Sindrom Nefrotik Kelainan Minimal Pada Anak Dalam Sari
Pediatri, Juni, 2006; 18(1): 60–8.
2. Trihono PP. Sindrom Nefrotik pada Anak dalam Kumpulan Makalah Simposium Sehari
Kedaruratan Medik pada Penyakit Ginjal Anak, Mei, 2006.
3. Anand KS. Approach to The Child with Proteinuria in Pediatrics, St. Louis, Mosby, 2005;
720–5.
4. Urinary Health on Yahoo. Nephrotic Syndrome, (accessed Juni, 2005).
5. Staf Pengajar IKA FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Vol.2. Edited by
Dr.Rusepno Hasan dan Dr.Husein Alatas. Infomedika. Jakarta. 2007.
6. Staf Pengajar IKA FK UH. Standar Pelayanan Medik BIKA FKUH. Edited by Dr.
Syarifudin Rauf,dkk. BIKA FKUH. Makassar.2009
7. Syarifuddin Rauf, Dr.,dr.,Sp.A,. Catatan Kuliah Nefrologi Anak. BIKA FK UH.
Makassar. 2009
8. Behrman. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC. 2000
9. Eric P.Cohen, MD. Nephrotic Syndrome. [Online].[Cited On 25 Agustus 2009].
Available From URL : http://emedicine.medscape.com/article/244631-overview
10. Muhammad Sjaifullah Noer, Ninik Soemyarso. Sindrom Nefrotik. [Online]. [Cited On
2006]. Available from URL: http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&dire ktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-ebtq258.htm
11. Geetha D.Poststreptococcal Glomerulonephritis.[Internet].Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/240337-overview.Accessed on 22 April 2010 .
12. Noer MS. 2002.Glomerulonefritis.Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP,Pardede
SO. Buku Ajar Nefrologi Anak.Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.p 345-352
13. Noer MS.2006.Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus.Dalam: Kumpulan Makalah
Simposium dan Workshop Sehari: Kegawatan pada Penyakit Ginjal Anak.Makasar:UKK
Nefrologi IDAI.p56-67
14. Lum GM.2005.Glomerulonephritis.In:Hematuria&Glomerular
Disease.In:Kidney&Urinary tract.In:Hay WW,Levin MJ,etc.editors.Current Pediatric
Diagnosis and Treatment.New York:McGraw-Hill.p.713
15. Bhimmma R.Acute Poststreptococcal Glomerulonephritis.[Internet]Available from
URL:http://emedicine.medscape.om/article/980685-overview.Accessed on 23 April 2010.
37
16. Noer MS,Soemyarso N.Hipertensi.Bagian Ilmu Kesehatan Anak UNAIR Surabaya.
[Internet].Diunduh dari URL:http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-hrji262.htm.
38