BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV...

36
51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono, lahir tahun 1929 di Surabaya. Dosen tetap di IKIP Bandung. Sejak 1970 merangkap mengajar psikologi umum dan psikologi sosial di FISIP Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Kesarjanaannya di bidang pedagogik/ilmu pendidikan, alumnus IKIP Sanata Dharma Yogyakarta 1964. Tahun 1972 melengkapi studi post graduate, 18 bulan di Vrije Universiteit Amsterdam, untuk: Politjeke ontwikkeling, veranderings-processen, modemisatie en sociologie van Indonesia. Di samping itu menamatkan studi untuk sociaal werk/sociale arbeid selama 2 tahun pada Protestantse Voortgezette Opleiding voor Sociale Arbeid di Amsterdam, Nederland (dipl. M.Sw.). Meraih gelar Doktor, April 1986. Karier kerjanya dimulai sebagai: kopral TNI-AD (Brigade XVII TRIP Jawa Timur 1945-1950), wartawan surat kabar harian Suara Rakyat Surabaya; guru SD, SMP, SMA, SMEA, SGKP/SKKA. Juga menulis macam-macam artikel di surat kabar dan majalah. Buku-buku lain, antara lain: (http://media.isnet.bng/Kartini//Kartono,psikolog//.html , diakses tanggal 30 Juli 2006) 1. Psikologi Abnormal. 2. Teori Kepribadian dan Mental Higyene.

Transcript of BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV...

Page 1: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

51

BAB IV

DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data

4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono

Kartini Kartono, lahir tahun 1929 di Surabaya. Dosen tetap di

IKIP Bandung. Sejak 1970 merangkap mengajar psikologi umum dan

psikologi sosial di FISIP Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

Kesarjanaannya di bidang pedagogik/ilmu pendidikan, alumnus IKIP

Sanata Dharma Yogyakarta 1964. Tahun 1972 melengkapi studi post

graduate, 18 bulan di Vrije Universiteit Amsterdam, untuk: Politjeke

ontwikkeling, veranderings-processen, modemisatie en sociologie van

Indonesia. Di samping itu menamatkan studi untuk sociaal werk/sociale

arbeid selama 2 tahun pada Protestantse Voortgezette Opleiding voor

Sociale Arbeid di Amsterdam, Nederland (dipl. M.Sw.). Meraih gelar

Doktor, April 1986. Karier kerjanya dimulai sebagai: kopral TNI-AD

(Brigade XVII TRIP Jawa Timur 1945-1950), wartawan surat kabar

harian Suara Rakyat Surabaya; guru SD, SMP, SMA, SMEA,

SGKP/SKKA. Juga menulis macam-macam artikel di surat kabar dan

majalah. Buku-buku lain, antara lain:

(http://media.isnet.bng/Kartini//Kartono,psikolog//.html, diakses tanggal

30 Juli 2006)

1. Psikologi Abnormal.

2. Teori Kepribadian dan Mental Higyene.

Page 2: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

52

3. Pengantar Metodologi Riset Sosial.

4. Psikologi Umum.

5. Psikologi Wanita I : Gadis dan Wanita Dewasa.

6. Psikologi Wanita II: Ibu dan Nenek.

7. Teori Kepribadian.

8. Psikologi Sosial untuk Manajemen Perusahaan dan Industri.

9. Pemimpin dan Kepemimpinan.

10. Patologi sosial 1.

11. Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja.

12. Patologi Sosial 3, Gangiguan-gangguan Kejiwaan,

13. Psikologi Abnormal.

14. Hygiene Mental.

15. Pendidikan Politik.

16. Mencari Jati Diri Lewat pendidikan.

17. Wawasan Politik Mengenai Pendidikan.

4.1.2 Pemikiran Kartini Kartono dalam Menanggulangi Anak Mental

Disorder

Menurut Kartono (1981: 257), mental disorder adalah bentuk

gangguan dan kekacauan fungsi mental (kesehatan mental), disebabkan

oleh ketegangan-ketegangan, dan ketidak mampuan menyesuaikan diri

sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur pada satu

bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan. Gangguan mental itu bisa

Page 3: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

53

bersifat sederhana atau ringan dan dapat juga bersifat berat dalam

mengatasinya. Gangguan ini merupakan totalitas kesatuan daripada

ekspresi mental yang patologis terhadap stimuli sosial, dikombinasikan

dengan faktor-faktor penyebab sekunder lainnya. Seperti halnya rasa-

rasa pusing, sesak nafas, demam panas dan nyeri-nyeri pada lambung

sebagai pertanda permulaan daripada penyakit jasmaniah, maka mental

disorder itu mempunyai pertanda awal, antara lain ialah: cemas-cemas,

ketakutan, pahit hati, dengki, apatis, cemburu, dengki, iri, marah-marah

secara eksplosif, a-sosial, ketegangan khronis, dan lain-lain.

Ringkasnya, kekacauan/kekalutan mental merupakan bentuk gangguan

pada ketenangan batin dan harmoni dari struktur kepribadian.

Dalam hubungannya dengan anak mental disorder, Menurut

Kartono (1989: 67 – 68), anak mempunyai bakat-bakat dan kemampuan

yang khas atau unik, sehingga dia merupakan subyek yang aktif

dinamis. Kemampuan kodrati antara lain berupa: kemampuan berjalan,

kesanggupan berbicara, tinggi inteligensi, kehidupan perasaan, dan lain-

lain. Untuk mengembangkan semua kemampuan kodrati anak itu perlu

diciptakan faktor eksternal atau lingkungan sosial yang menguntungkan.

Agar semua bakat dan potensi tadi bisa berkembang secara wajar.

Perkembangan yang sehat akan berlangsung, bila fasilitas

lingkungan_sosial dan potensialitas anak kedua-duanya bisa jalan sejajar

dan keduanya bisa mendorong berfungsinya secara harmonis segenap

kemampuan anak. Sebaliknya perkembangan pribadi anak akan menjadi

Page 4: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

54

anak mental disorder, apabila kondisi sosial dan pengaruh lingkungan

justru merusak dan melumpuhkan potensi psikofisis anak. Pengaruh

paling besar selama perkembangan anak pada lima tahun pertama ialah:

pengaruh orang tuanya. Terutama sekali akan tampak menonjol

pengaruh tersebut, jika terjadi salah-bentuk pada diri anak, disebabkan

oleh salah-tindak dari orang tuanya.

Menurut Kartono (1989: 68), bahwa semua sumber pangkal dari

tindak a-susila, gangguan mental, serta konflik-konflik batin pada diri

anak ialah: perbuatan orang tua yang buruk dan keliru Terutama sekali

pribadi ibu yang melakukan tindak salah-asuh, salah-didik, salah-rawat,

salah-tuntun, salah-ucap, salah-tindak dan lain-lain. Sehingga ibu-ibu

tersebut memprodusir anak-anak yang abnormal, a-sosial, a-susila,

patologis, dan terganggu mentalnya. Abnormalitas tingkah laku, konflik-

konflik batin dan gangguan mental tersebut antara lain berupa: gejala

kolik (kekejangan pada usus), tics atau gerak-gerak facial yang

stereotipis, ngompol, mengisap ibu jari, sukar makan, selalu rewel saja,

sukar tidur, dan lain-lain. Pada umumnya, awal kesulitan tadi

disebabkan oleh kesalahan ibu-ibu dalam mengasuh anaknya. Maka para

teoretisi yang menganut paham environmentalism berpendapat, sebagai

berikut: "Tidak ada anak yang sukar; yang ada ialah orang tua yang

sukar dan jahat. Problem children are the product of problem parents."

Menurut Kartono (1989: 67 – 68) beberapa kejadian yang bisa

menyebabkan anak mental disorder demikian banyak, namun di

Page 5: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

55

antaranya yang paling dominan yaitu:

Pertama, cacat jasmaniah. Anak-anak yang mempunyai cacat

badaniah, biasanya merasa sangat malu dan menderita batinnya. Hari

depannya serasa gelap tanpa harapan, dan dirinya selalu dibayangi oleh

ketakutan dan kebimbangan, sehingga kondisi sistem syarafnya selalu

dalam keadaan tegang dan kacau. Timbullah rasa rendah diri, tidak

mempunyai kepercayaan diri, dan merasa diri selalu gagal dalam setiap

usaha. Tidak pernah timbul kebenaran untuk berbuat sesuatu atau

berprestasi. Semangatnya jadi patah, ambisinya musnah, dan selalu saja

dibayangi kecemasan yang irrasional. Perasaan-perasaan negatif/minder

ini, seringkali mengganggu mentalnya, dan kacau kehidupan

emosionalnya. Dia menjadi mudah tersinggung, cepat bersedih hati dan

berputus asa, mudah merasa terhina. Sering merasa berdosa, karena

mengira kecacatannya adalah produk dosa orang tuanya, atau sebagai

akibat karma diri sendiri. Ada kalanya mereka mengadakan kompensasi

dengan tingkah laku menyimpang, misalnya, menjadi sangat agresif,

sadistis, kriminil dan psikopatis (Kartono, 1983: 284).

Kedua, Lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan.

Seringkali kondisi sekolah itu kurang menguntungkan bagi

perkembangan jasmani dan rokhani anak. Berjam-jam lamanya anak-

anak harus melakukan "aktivitas tertekan/regimented activities"; tidak

boleh omong, dilarang bergerak, harus bersikap manis, duduk baik-baik,

sehingga sangat menjemukan dan menjengkelkan hati anak. Kurikulum

Page 6: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

56

selalu saja berganti-ganti, sehingga mengacaukan pikiran anak-anak dan

para guru. Materi pelajaran banyak yang dangkal, atau terlalu sulit, dan

tidak menarik minat anak, karena tidak sesuai dengan aspirasi anak,

tidak ada kaitannya dengan kebutuhan dan perkembangan anak.

Bangunan sekolahan tidak memenuhi persyaratan (gelap, kurang

ventilasi, kurang penerangan, tidak memiliki kamar mandi dan WC,

bangku-bangku tidak sesuai dengan kondisi jasmani anak, dan lain-lain);

juga tidak memiliki halaman yang cukup luas untuk bermain. Sedang

waktu istirahat sangat pendek, sehingga anak-anak kurang cukup

beristirahat. Ditambah lagi dengan sikap guru-guru yang kurang/tidak

simpatik dan tidak memiliki dedikasi pada profesi, karena ada

komersialisasi jabatan guru/dosen. Ditaksir kurang lebih 15 - 40 % dari

guru-guru dan dosen-dosen kita adalah neurotis, dengan temperamen

antara lain : apatis, tidak simpatik, eksplosif kurang kontrol-diri, ironis,

sarkatis; sering dipenuhi rasa-rasa tegang dan nerveus. Banyak pula

yang kurang sabar, bersikap tidak bersahabat, suka menghukum,

menyulitkan murid-murid dan mahasiswanya dalam ulangan/ujian dan

tentamen-tentamen (sebab sewaktu dia masih bersekolah dan berkuliah,

sulit lulusnya). Kurang memiliki sense of humor. Suaranya

menjemukan, atau tinggi melengking menyengat telinga; ada yang

selalu bergumam di mulut, kurang jelas ucapan-ucapannya. Emosinya

kurang stabil; suka merendahkan martabat murid dan mahasiswanya

(Kartono, 1983: 285).

Page 7: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

57

Kondisi-kondisi yang kurang menguntungkan ini mengakibatkan

anak-anak tidak suka bersekolah. Mereka tidak menyenangi iklim

sekolahan dan guru-gurunya. Mereka merasa "dipaksa" tinggal dalam

kelas, dan jadi tidak betah di sekolah. Namun demikian mereka tidak

berani melarikan diri atau "kabur", karena takut akan kemarahan orang

tua dan guru-guru. Banyak dari mereka merasa sedih hati, sabar, jadi

acuh tak acuh, tidak bersemangat belajarnya; bahkan menderita batin

berada di sekolahan. Lalu timbullah banyak gangguan emosional dan

konflik batin; juga konflik dengan guru-guru dan kawan sekolah. Semua

ini condong menjerumuskan anak-anak pada kekalutan mental (mental

disorder) (Kartono, 1983: 286).

Ketiga, Pengaruh buruk dari orang tua. Menurut (Kartono, 1983:

286), keluarga memberikan pengaruh yang menentukan kepada

pembentukan watak dan kepribadian anak. Keluarga sebagai unit sosial

terkecil memberikan stempel dan fundasi dasar bagi perkembangan

anak. Maka tingkah laku neurotis, psikotis atau kriminil dari orang tua

atau salah seorang anggota keluarga, bisa memberikan impact/pengaruh

yang menular dan infeksius pada lingkungannya; khususnya kepada

anak-anak. Anak Seorang pencuri biasanya juga akan menjadi pencuri;

anak ibu yang neurotis pada galibnya juga menjadi neurotis. Hal ini

disebabkan karena kebiasaan mencuri dan pola tingkah laku hari-harian

yang neurotis itu mengkondisionir tingkah laku dan sikap hidup para

anggota keluarga lainnya. Jadi, ada proses pengkondisian.

Page 8: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

58

Pola neurotis atau patologis penuh konflik batin dari ayah atau

ibu, secara langsung atau tidak langsung mencetak pola yang sama pada

para anggota keluarga lainnya. Dengan begitu tingkah laku orang tua itu

mudah sekali menular kepada anak-anak. Juga temperamen ayah yang

meledak-ledak, sombong disertai tindakan sewenang-wenang, suka

mabuk-mabukan, tidak hanya mentransmisikan/mengoperkan watak

buruk tersebut kepada anak-anaknya saja, akan tetapi juga menimbulkan

iklim demoralisasi psikis kepada lingkungannya, dan banyak

memunculkan konflik-konflik batin pada diri anak-anak.

Kelompok anak-anak brandalan atau gang-gang, biasanya terdiri

atas anak-anak puber dan adolesens yang tengah kebingungan, dan

banyak mengalami konflik batin serius yang tidak bisa dipecahkan,

ataupun terdiri atas anak-anak muda yang ditolak oleh orang tuanya.

Mereka merasa tersudut, dilupakan dan dikucilkan oleh masyarakat.

Kemudian anak-anak muda yang sengsara batinnya itu menggerombol

menjadi satu, mencari support moril dari teman-teman senasib. Dengan

mengelompok itu mereka merasa lebih kuat, lebih aman dan bisa

terhibur. Lalu, mulailah mereka merancang kegiatan-kegiatan yang

"hebat-hebat"; misalnya dengan jalan menteror lingkungannya dengan

macam-macam tindak kriminil dan immoril, atau tindak kegila-gilaan

yang bersumber pada jiwa yang kalut kacau-balau.

Menurut Kartono (1989: 251-252) untuk menanggulangi anak

mental disorder dapat dilakukan saran-saran bimbingan sebagai berikut:

Page 9: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

59

1. Berusaha Memahami Pribadi Individu

Setiap pribadi itu merupakan satu unitas multipleks (totalitas

kepribadian yang rumit dan kompleks) dengan ciri-cirinya yang khas.

Masing-masing mempunyai cara dan respons yang khusus dalam

menanggapi kesulitan hidupnya. Karena itu selidikilah pribadi itu,

apakah ia tergolong pada tipe genius yang unik, seorang biasa/normal,

atau seorang yang lemah ingatan (feeble minded), atau seseorang yang

aneh/eksentrik. Berusaha menemukan motif-motif perjuangannya,

prinsip-prinsip hidupnya, cita-citanya atau idealnya serta tujuan

hidupnya. Berusaha mendapatkan kepercayaan daripadanya, agar dia

mau menceritakan segala kesulitan dan tekanan batinnya. Diusahakan

memahami dan ikut merasakan segala ekspresinya (ada proses "tepa

salira").

2. Mencari Sebab-Sebab Timbulnya Frustrasi

Dalam hal ini harus berusaha menyingkirkan sebab-sebab

frustrasinya. Jika seorang dewasa atau seorang anak mempunyai cacat

jasmaniah, hendaknya diusahakan menolong apa yang menjadi

hambatannya dengan jalan menumbuhkan rasa harga-diri dan rasa

kepercayaan-diri yang besar, bahwa cacatnya itu adalah merupakan

ujian hidup serta bentuk "rakhmat" Ilahi yang tetap harus

dimanfaatkannya.

Menurut Kartono (1989: 251-252) dalam menanggapi

kesulitan hidupnya, sejak masa kanak-kanak orang harus diajar dan

Page 10: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

60

dibiasakan pada saat-saat tertentu bisa menjadi pengalah yang baik. Ia

harus mau atau harus bersedia mengalah, sabar dan tekun berusaha,

tanpa disertai konflik-konflik batin serius pada dirinya. Janganlah

terlalu berat menanggapi satu kegagalan atau satu kekalahan.

Hindarilah konflik-konflik dan krisis-krisis yang tidak perlu dalam

kekalahan tadi, dan belajar menghadapi setiap situasi dengan kepala

dingin, serta penuh kepercayaan-diri. Kekalahan dan kegagalan dalam

salah satu bidang dapat dikompensasikan dengan satu sukses di bidang

lain. Tetapi supaya dihilangkan tendensi kompensasi yang sifatnya

negatif.

Janganlah menganggap sesuatu hambatan sebagai satu

kegagalan, jika memang telah berusaha sekuat mungkin. Sebab dia

hanya bisa bertanggung jawab atas segala sikap dan perbuatan dari

usahanya. Kesulitan dan kegagalan harus lebih menantangnya untuk

mengatasinya, dengan jalan menghimpun segenap tenaga cadangan

dan kekuatan.

Sejak masa mudanya anak harus diajar untuk bisa menerima

kegagalan dan macam-macam kritik dengan dada yang lebar, dan

harus memiliki humor. Sebab: kritik ini ikut membangun dirinya dan

mengembangkan kepribadiannya. Kritik itu sangat berguna untuk

mengadakan analisa-diri, introspeksi serta penilaian diri sendiri.

Dengan memiliki rasa humor, manusia mengerti akan adanya kontras-

kontras di dalam hidup manusia dan memahami keterbatasan sifat-

Page 11: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

61

sifat manusia serta dunia. Sebab manusia dan dunia itu penuh dengan

kekurangan-.kekurangan; karena itu selalu disertai ciri-ciri

kelemahannya.

3. Memberikan cinta-kasih dan simpati secukupnya

Menurut Kartono (1989: 255-256), penyelidikan dan

eksperimen-eksperimen menunjukkan, bahwa anak-anak yang sejak

masa bayinya memperoleh pemeliharaan berdasarkan cinta-kasih dan

kemesraan, akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih stabil daripada

anak-anak yang tidak pernah merasakan cinta-kasih. Pada umumnya

anak-anak yang tidak pernah merasakan cinta-kasih itu menjadi steril

kehidupan afeksinya (kehidupan emosionalnya), dan menjadi a-sosial.

Hanya dengan dasar cinta kasih, dengan dasar pengertian dan

saling mempercayai, pengobatan terhadap mental disorder dapat

dilaksanakan. Sebab, simpati dan kasih sayang itu memberikan

kedamaian dan jaminan rasa aman; serta menumbuhkan harapan-

harapan baru dan rasa sukses dalam setiap situasi hidup yang sulit.

Sebab itu, cinta kasih menjadi syarat mutlak dalam kehidupan

manusia, dan menjadi nilai terapeutis yang mujarab bagi

penyembuhan macam-macam gangguan mental.

4. Menanamkan Nilai-Nilai Spiritual Dan Nilai-Nilai Keagamaan

Menurut Kartono (1989: 257-258), nilai-nilai spiritual dan

renungan-renungan tentang hakekat agama itu bisa memberikan

kekuatan dan stabilitas bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai metafisik

Page 12: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

62

ini memberikan kemampuan/daya tahan dan tambahan energi untuk

berjuang. Sebab, semua nilai religius, spiritual dan transendental yang

tersembunyi di balik atau jauh di belakang nilai-nilai materiil dan

bersifat indrawi itu, pada hakekatnya selalu mengandung unsur

kebenaran serta keabadian sepanjang masa, dan selalu akan

memberikan kebahagiaan sejati kepada segenap ummat manusia.

Barang siapa bisa menangkap arti serta nilai-nilai abadi

tersebut, pasti akan menemukan kebahagiaan dan ketenangan sejati.

Imannya akan teguh dan kokoh sentausa menghadapi segala cobaan

hidup serta macam-macam kesulitan, karena ia bersikap pasrah

menerima segala ujian hidup, dan penuh keyakinan pada kekuasaan

Ilahi. la akan selalu tawakal kepada kehendak Yang Maha Kuasa;

memberikan amal dan beribadah setiap hari, sehingga sehatlah lahir

dan batinnya.

4.1.3 Biografi Zakiah Daradjat

Zakiah Daradjat, lahir di kota Marapak, IV Angkat, Bukit

Tinggi, 6 November 1929. Zakiah adalah guru besar psikoterapi

(perawatan jiwa), ahli pendidikan Islam, dan intelektual muslim yang

banyak memperhatikan problematik remaja muslim Indonesia

(Ensiklopedi Islam, 1994: 285). Pendidikan dasarnya dimulai di Bukit

Tinggi (tahun 1942) sambil belajar di Madrasah Ibtidaiyah. Selanjutnya

ia meneruskan studinya langsung ke kuliah Al Muballighat (setingkat

Page 13: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

63

SLTA) di Padang Panjang pada tahun 1947. SLTPnya ia peroleh secara

extranei pada tahun 1947. Selanjutnya Zakiah Daradjat meneruskan

studinya di sekolah asisten apoteker (SAA), namun baru duduk ditingkat

II, studinya terhenti karena terjadi clash kedua antara Indonesia dan

Belanda, yang menyebabkan Zakiah Daradjat bersama keluarganya

mengungsi ke pedalaman.

Di saat keadaan mulai aman, Zakiah Daradjat ingin kembali

meneruskan studinya di SAA, namun tidak terlaksana mengingat

sekolah ini telah bubar sehingga ia masuk SMA/B. Pada masa

selanjunya ia melanjutkan studinya di Fakultas Tarbiyah Perguruan

Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) sekaligus di Fakultas Hukum

Universitas Islam Indonesia (1955).

Ketika memasuki tingkat III Zakiah Daradjat dihadapkan pada

dua pilihan, meneruskan di PTAIN atau di Fakultas UII. Ternyata ia

memilih untuk melanjutkan studi di PTAIN. Ketika sedang mengikuti

perkuliahan ditingkat IV ia mendapat beasiswa dari Departemen Agama

untuk melanjutkan studi di Cairo. Ia memperoleh gelar Magister pada

bulan oktober 1959 dengan tesis The Problems of Adolescence in

Indonesia (Ensiklopedi Islam, 1994: 285). Tesis ini banyak mendapat

sambutan dari kalangan terpelajar dan masyarakat umum di Cairo waktu

itu, sehingga menjadi bahan berita para wartawan.

Zakiah Daradjat sendiri tidak tahu dengan pasti, apa yang

menyebabkan masyarakat terpelajar Mesir tertarik akan isi tesisnya itu

Page 14: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

64

entah karena masalah yang dibahas itu cukup menarik bagi mereka,

karena menyangkut Indonesia, yang belum banyak mereka kenal,

sedangkan hubungan antara Republik Persatuan Arab dan Republik

Indonesia waktu itu sedang erat-eratnya. Akan tetapi, besar

kemungkinan yang menyebabkan mereka tertarik, adalah objek masalah

yang diteliti dan diuraikan oleh tesis itu, yaitu problema remaja, yang

bagi orang Mesir waktu itu, memang sedang menjadi perhatian karena

mereka sedang giat membangun, bahkan dalam kabinet Mesir waktu itu

ada Kementrian Pemuda (Daradjat, 974: 5)

Masa-masa berikutnya adalah masa berkiprah baginya baik

dalam bidang pendidikan maupun dalam bidang birokrasi yang masih

berkaitan dengan pendidikan sambil belajar di Program doktoral, ia

sempat menjadi kapala Jurusan Bahasa Indonesia pada Higher School

for Language di Cairo (1960-1963).

Setelah kembali ke Tanah Air ia diangkat menjadi pegawai

tinggi Departemen Agama pusat pada Biro Perguruan Tinggi Agama

(1964-1967). Selanjutnya ia menjadi Kepala Dinas Penelitian dan

Kurikulum pada Direktorat Perguruan Tinggi Agama Departemen

Agama RI (1972-1977).

Pada masa berikutnya ia menjadi Direktur Pembinaan Perguruan

Tinggi Agam Islam Departemen Agama RI (1977-1984) dan anggota

Dewan Pertimbangan Agung (DPA), 1983-1988. Tahun 1984-1992 ia

dipercayakan menjadi dekan Fakultas Pascasarjana IAIN Sunan

Page 15: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

65

Kalijaga Yogyakarta. Di samping itu, ia menjadi pengajar tidak tetap di

berbagai Perguruan Tinggi di Jakarta dan Yogyakarta. Ia aktif mengikuti

seminar-seminar di dalam dan luar negeri serta akif pula menjadi

penceramah dalam berbagai lembaga pendidikan, di RRI, dan di TVRI.

Ia juga menjadi ketua umum Perhimpunan Wanita Alumni Timur

Tengah (1993-1998).

Sebagai pendidik dan ahli psikologi Islam, ia mempunyai

sejumlah pemikiran dan ide menyangkut masalah remaja di Indonesia.

Bahkan, ia tercatat sebagai guru besar yang paling banyak

memperhatikan problematik remaja, sehingga sebagian besar karyanya

mengetengahkan obsesinya untuk pembinaan remaja di Indonesia.

4.1.4 Pemikiran Zakiah Daradjat dalam Menanggulangi Anak Mental

Disorder

Menurut Daradjat, dari hasil berbagai penyelidikan dapat

dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan

yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun

dengan mental. Keabnormalan tersebut tidak disebabkan oleh sakit atau

rusaknya bagian-bagian anggota badan, meskipun kadang-kadang

gejalanya terlihat pada fisik. Keabnormalan itu dapat dibagi atas dua

golongan yaitu: gangguan jiwa (neurose) dan sakit jiwa (psychose).

Keabnormalan itu terlihat dalam bermacam-macam gejala, yang

terpenting di antaranya adalah : ketegangan batin (tension), rasa putus

Page 16: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

66

asa dan murung, gelisah/cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa

(compulsive), hysteria, rasa lemah dan tidak mampu mencapai tujuan,

takut, pikiran-pikiran buruk dan sebagainya. Semuanya itu mengganggu

ketenangan hidup, misalnya tidak bisa tidur nyenyak, tidak ada nafsu

makan dan sebagainya (Daradjat, 1988: 33).

Menurut Daradjat (1979: 17), di antara gangguan perasaan yang

disebabkan oleh karena terganggunya kesehatan mental ialah rasa cemas

(gelisah), iri hati, sedih, merasa rendah diri, pemarah, ragu (bimbang)

dan sebagainya. Macam-macam perasaan itu mungkin satu saja yang

menonjol, mungkin pula dua atau lebih, bahkan mungkin semuanya

terdapat pada satu orang. Menurut Daradjat (1979: 64), Dari penelitian

yang dilakukan terhadap pasien-pasien yang menderita mental disorder

terbukti bahwa sebab-sebab yang terbesar terletak pada pendidikan

yang diterimanya, terutama pendidikan waktu kecil yang dapat

diuraikan sebagai berikut:

Pertama, kurangnya didikan agama. Orang yang tidak pernah

mendapatkan didikan agama, tidak akan mengetahui nilai moral yang

dipatuhinya dengan sukarela dan mungkin tidak akan merasakan apa

pentingnya mematuhi nilai moral yang pasti dan dipatuhi dengan ikhlas.

Apabila agama masuk dalam pembinaan pribadi seseorang, maka

dengan sendirinya segala sikap, tindakan, perbuatan dan perkataannya

akan dikendalikan oleh pribadi, yang terbina di dalamnya nilai agama,

yang akan jadi pengendali bagi moralnya. Inilah di antara sebab yang

Page 17: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

67

menurut Daradjat (1979: 113) sangat penting namun kurang disadari

orang. Bahkan banyak di antara orang yang tergolong pendidik atau

bertugas sebagai pendidik, sampai sekarang masih belum menyadari

kesalahan yang telah terjadi di bidang pendidikan itu.

Menurut Daradjat (1979: 113) yang dimaksud dengan didikan

agama bukanlah pelajaran agama yang diberikan secara sengaja dan

teratur oleh guru sekolah saja akan tetapi yang terpenting adalah

penanaman jiwa agama yang dimulai dari rumah tangga, sejak si anak

masih kecil dengan jalan membiasakan si anak kepada sifat-sifat dan

kebiasaan yang baik, misalnya dibiasakan menghargai hak milik orang

lain, dibiasakan berkata terus terang, benar dan jujur, diajari mengatasi

kesukaran-kesukaran yang ringan dengan tenang, diperlakukan adil dan

baik, diajari suka menolong, mau memaafkan kesalahan orang,

ditanamkan rasa kasih sayang sesama saudara dan sebagainya.

Alangkah banyaknya orang tua yang tidak mengerti bagaimana

cara mendidik anak. Mereka menyangka bahwa apabila telah

memberikan makanan, pakaian dan perawatan kesehatan yang cukup

kepada si anak, telah selesai tugas mereka. Ada pula yang menyangka

bahwa mendidik anak dengan keras, akan menjadikannya orang baik

dan sebagainya. Maka banyak di antara anak-anak yang menjadi nakal

itu akibat dari perasaan tertekan karena tidak adanya perhatian orang tua

maka kenakalannya dalam hal ini, sebagai hukuman atau pembalasan

bagi orang tua.

Page 18: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

68

Kedua, kurang teraturnya pengisian waktu. Sesungguhnya cara

pengisian waktu terluang itu sangat mempengaruhi kelakuan anak-anak.

Dalam masyarakat kita, jarang diperhatikan cara yang baik untuk

mengisi waktu terluang bagi anak-anak. Bahkan ada orang tua yang

menyangka, bahwa seluruh waktu si anak harus diisi dengan sesuatu

yang bermanfaat misalnya belajar, atau kerja menolong orang tua dan

sebagainya.

Ketiga, tidak stabilnya keadaan sosial, politik dan ekonomi.

Apabila keadaan sosial politik dan ekonomi tidak stabil, maka

masyarakat akan goncang dan gelisah, karena setiap perubahan yang

terjadi menimbulkan kegoncangan. Karena itu orang harus berusaha

menyesuaikan diri terhadap perubahan itu supaya perasaannya bisa

stabil dan tenang kembali.

Keempat, kemerosotan moral dan mental orang dewasa. Orang

mengatakan, semakin maju pengetahuan, semakin kurang pegangan

orang pada agama, dan semakin mudahlah orang melakukan hal-hal

yang dulu berat sekali bagi mereka untuk mencobanya. Dalam

masyarakat sekuler yang begitu mengagungkan pengetahuan, kaidah-

kaidah moral dan tata susila yang dipegang teguh oleh orang-orang

dahulu menjadi tinggal di belakang. Dalam masyarakat yang telah jauh

dari agama, kemerosotan moral orang dewasa sudah lumrah terjadi.

Kemerosotan moral, tingkah laku dan perbuatan-perbuatan orang

dewasa yang tidak baik, adalah menjadi contoh bagi anak-anak remaja.

Page 19: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

69

mereka dengan mudah mendapatkan contoh yang akan ditirunya dari

orang tuannya sendiri, anggota keluarganya yang lain dan dari anggota

masyarakat di mana ia hidup (Daradjat (1979: 117 - 118).

Kelima, banyaknya film dan buku-buku bacaan yang tidak baik.

Suatu hal yang belakangan ini kurang menjadi perhatian kita ialah,

tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, kesenian-

kesenian dan permainan-permainan yang seolah-olah mendorong anak-

anak muda untuk mengikuti arus mudanya. Segi-segi moral dan mental

kurang mendapat perhatian, hasil-hasil seni itu sekedar ungkapan dari

keinginan dan kebutuhan yang sesungguhnya tidak dapat dipenuhi

begitu saja (1977: 48)

Keenam, pendidikan dalam sekolah yang kurang baik. Sekolah

bukanlah tempat menuangkan pengetahuan saja bagi murid-murid.

Tetapi sekolah seharusnya adalah juga alam dan lingkungan di mana si

anak benar-benar dapat menumbuhkan kepribadiannya, melegakan batin

yang gelisah dan belajar menyesuaikan diri di segala situasi dan

problema yang dihadapinya.

Ketujuh, kurangnya perhatian masyarakat terhadap pendidikan

anak-anak. Di samping pendidikan yang didapat oleh anak-anak dalam

keluarga dan sekolah, amat penting juga peranan yang dimainkan oleh

masyarakat yang merupakan lapangan tempat anak mencoba melahirkan

dirinya, menunjukkan harga diri dan kebutuhan untuk dapat merasakan

bahwa dirinya berguna dan berharga dalam masyarakat. Di samping itu

Page 20: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

70

masyarakat jangan memandang remeh atau enteng saja perasaan dan

pendapat-pendapat yang diajukan oleh anak-anak remaja, supaya semua

yang terasa dalam hati mereka mendapat saluran yang wajar dan

sekaligus mendapat perhatian (Daradjat 1979: 120).

Adapun untuk menanggulanginya menurut Daradjat (1979: 121 -

122) sebagai berikut:

Pertama, peningkatan pendidikan agama. Pendidikan agama

harus dimulai dari rumah tangga, sejak si anak masih kecil. Kadang-

kadang orang menyangka bahwa pendidikan agama itu terbatas pada

ibadah, sembahyang, puasa, mengaji dan sebagainya. Padahal

pendidikan agama harus mencakup keseluruhan hidup dan menjadi

pengendali dalam segala tindakan. Dengan agama, manusia dilatih dan

diberi jalan bagaimana menguasai musuh-musuh dirinya yang jahat.

Karena itulah agama menjadi sumber moral dan sumber akhlak. Islam

sendiri diturunkan dan Nabi Muhammad SAW diutus, tidak lain untuk

menjadi suri tauladan bagi umat manusia sebagaimana firman Allah

SWT Surat al-Ahzab ayat 21:

لَقَد كَانَ لَكُم فِي رسولِ اللَّهِ أُسوةٌ حسنةٌ لِّمن كَانَ يرجو

} 21{اللَّه والْيوم الْآخِر وذَكَر اللَّه كَثِيراً

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah uswatun hasanah bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. al-Ahzab (33): 21)

Page 21: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

71

Kedua, orang tua harus mengerti dasar-dasar pendidikan.

Menurut Daradjat (1979: 122 – 123) apabila pendidikan dan perlakuan

yang diterima oleh si anak sejak kecil merupakan sebab-sebab pokok

dari kekalutan mental anak , maka setiap orang tua haruslah mengetahui

betul-betul dasar-dasar pengetahuan yang minimal tentang jiwa si anak

dan pokok-pokok pendidikan yang harus dilakukan dalam menghadapi

bermacam-macam sifat si anak. Untuk membekali orang tua dalam

menghadapi persoalan anak-anaknya, orang tua perlu pengertian

sederhana tentang ciri dan perkembangan anak.

Ketiga, pengisian waktu luang dengan teratur. Dalam

memikirkan cara pengisian waktu terluang, kita jangan membiarkan si

anak mencari jalan sendiri. Anak-anak terutama yang sedang tumbuh,

sedang sibuk dengan dirinya sendiri, karena mereka sedang menghadapi

perubahan yang bermacam-macam dan menemui banyak sekali

problema-problema pribadi. Apabila mereka tidak pandai mengisi waktu

terluang mungkin mereka akan tenggelam dalam memikirkan diri

sendiri, akan menjadi pengelamun, jauh dari kenyataan.

Keempat, membentuk markas-markas bimbingan dan

penyuluhan. Untuk mengurangi kegelisahan dan kebingungan dalam

menghadapi kesusahan dan problema hidup perlu adanya biro konsultasi

atau badan yang dapat memberikan bimbingan dan penyuluhan.

Persoalan hidup, baik yang oleh orang secara pribadi maupun

berkelompok, jika tidak segera diselesaikan, dapat bertambah berat dan

Page 22: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

72

menimbulkan komplikasi jiwa karena kadang-kadang orang tidak

mampu memahami persoalan yang dihadapinya tidak mengerti apa yang

harus dikerjakannya Daradjat (1979: 123 - 124).

Kelima, menanamkan pengertian dan pengamalan ajaran agama.

Apabila seseorang beragama mengerti ajaran-ajaran yang terkandung

dalam agama tersebut, maka timbul keinginan menghayati dan

mengamalkan ajaran agama tersebut. Untuk itu anak harus diberi

pengertian agama dengan titik berat pemahaman dan bukan sekedar

hafalan.

Keenam, penyaringan buku-buku cerita, komik, film dan

sebagainya.Hendaknya setiap cerita akhirnya yang dibaca, dilihat atau

didengar oleh anak-anak mempunyai mutu dan nilai-nilai paedagogis,

agar jangan sampai mereka menemukan teladan-teladan yang tidak baik

dalam cerita-cerita tersebut Daradjat (1979: 125).

4.2 Analisisnya

4.2.1 Persamaan dan Perbedaan Pemikiran Zakiah Daradjat dan Kartini

Kartono dalam Menanggulangi Anak Mental Disorder

Menurut Daradjat, alangkah banyaknya orang tua yang tidak

mengerti bagaimana cara mendidik anak. Mereka menyangka bahwa

apabila telah memberikan makanan, pakaian dan perawatan kesehatan

yang cukup kepada si anak, telah selesai tugas mereka. Ada pula yang

menyangka bahwa mendidik anak dengan keras, akan menjadikannya

orang baik dan sebagainya. Maka banyak di antara anak-anak yang

Page 23: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

73

menjadi nakal itu, akibat dari perasaan tertekan karena tidak adanya

perhatian orang tua maka kenakalannya dalam hal ini, sebagai hukuman

atau pembalasan bagi orang tua.

Dalam konteksnya dengan didikan agama, tampaknya Daradjat,

menaruh perhatian yang besar terhadap peran didikan agama, mengingat

agama adalah suatu sistemacredo (ketata keyakinan) atas adanya yang

mutlak di luar manusia atau sistemaritus (tata peribadatan) manusia

kepada yang dianggapnya Yang Mutlak itu, serta satu sistemanorma

(tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia

dan dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan kata keimanan dan

tata peribadatan termaksud.

Pemikiran Daradjat memiliki persamaan dengan Kartono,

persamaannya yaitu pertama, kedua tokoh tersebut sangat menyadari

bahwa orang tua dan agama merupakan bagian yang penting dalam

menanggulangi anak mental disorder. Kedua, Persamaan lainnya bahwa

kedua tokoh itu melakukan pendekatan psikologi. Ketiga, kedua tokoh

ini melihat masalah dalam konteks yang luas tanpa mengabaikan aspek

sosiologis. Kesamaan ini terlihat yaitu menurut Kartono, untuk

menanggulangi anak mental disorder dapat dilakukan saran-saran

bimbingan sebagai berikut: pertama, berusaha memahami pribadi

individu; kedua, mencari sebab-sebab timbulnya frustrasi; ketiga,

memberikan cinta-kasih dan simpati secukupnya; keempat,

menanamkan nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai keagamaan.

Page 24: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

74

Adapun menurut Daradjat, untuk menanggulangi anak mental

disorder sebagai berikut: pertama, peningkatan pendidikan agama;

kedua, orang tua harus mengerti dasar-dasar pendidikan; ketiga,

pengisian waktu luang dengan teratur; keempat, membentuk markas-

markas bimbingan dan penyuluhan; kelima, menanamkan pengertian

dan pengamalan ajaran agama; keenam, penyaringan buku-buku cerita,

komik, film dan sebagainya.

Akan tetapi kedua tokoh ini dalam pemikirannya tentang

penanggulangan anak mental disorder memiliki perbedaan sebagai

berikut: pertama, Kartono lebih mengedepankan atau menitik beratkan

perspektif psikologi, sedangkan Daradjat mengkombinasikan secara

seimbang antara pendekatan psikologi dan agama. Kedua, Kartono,

tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan menanamkan agama,

sedangkan Daradjat lebih rinci dan jelas mengenai ajaran agama yang

harus ditanamkan pada anak yaitu bukan hanya aspek ritualitas yang

bersifat normatif melainkan juga hikmah-hikmah yang terkandung dari

ajaran agama itu, sehingga konsep Daradjat tentang agama tidak terlihat

sebagai sebuah pemaksaan.

Jika dibandingkan teori Daradjat dengan Kartono, maka teori

Daradjat masih lebih unggul karena pendekatan agama dan psikologi

menjadi prioritas, sementara pendapat Kartono hanya lebih melihat pada

aspek psikologi secara umum dan hanya berpijak pada aspek refresif

dengan pendekatan normative. Sedangkan yang menjadi sebab utama

Page 25: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

75

anak mental disorder adalah karena kurangnnya perhatian orang tua,

kurangnya pendidikan agama dan kondisi lingkungan sosial yang kurang

mendukung.

Jika dikaji pendapat kedua tokoh di atas, maka penulis

menganalisis, bahwa sebagian besar anak dibesarkan oleh keluarga, di

samping itu kenyataan menunjukkan bahwa di dalam keluargalah anak

mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang pertama kali. Pada

dasarnya keluarga merupakan lingkungan kelompok sosial yang paling

kecil, akan tetapi juga merupakan lingkungan paling dekat dan terkuat di

dalam mendidik anak terutama bagi anak-anak yang belum memasuki

bangku sekolah. Dengan demikian berarti seluk beluk kehidupan

keluarga memiliki pengaruh yang paling mendasar dalam perkembangan

anak dan dalam menghindari terjadinya mental disorder.

Sigmund Freud dari mazhab psikoanalitik dengan konsepsi

psikologiko-psikokiatrik dan W.A. Bonger yang bermazhab ekonomi

berpendapat sebagai berikut:

"Sigmund Freud: sebab utama dari perkembangan tidak sehat, ketidakmampuan menyesuaikan diri dan kriminalitas anak dan remaja adalah konflik-konflik mental, rasa tidak dipenuhi kebutuhan pokoknya seperti rasa aman, dihargai, bebas memperlihatkan kepribadian dan lain-lain". W.A. Bonger: penyebab diviasi/penyimpangan pada perkembangan anak dan remaja adalah kemiskinan di rumah, ketidaksamaan sosial dan keadaan-keadaan ekonomi lain yang merugikan dan bertentangan" (Ny. Lamya-Moeljatno, 986: 103)

Pada hakikatnya, kondisi keluarga yang menyebabkan timbulnya

anak mental disorder. Kondisi tersebut dapat terjadi karena kelahiran

Page 26: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

76

anak di luar perkawinan yang sah menurut hukum atau agama. Di

samping itu, keadaan keluarga yang tidak normal; yang mencakup

"broken home", dan "quasi broken home" atau broken home semu.

"Dalam broken home semu sebenarnya struktur keluarga masih

lengkap artinya kedua orang tuanya masih utuh, tetapi karena masing-

masing anggota keluarga (ayah dan ibu) mempunyai kesibukan sehingga

orang tua tidak sempat untuk memberikan perhatiannya terhadap

pendidikan anak-anaknya, maka tidak jarang orang tua tidak dapat

bertemu dengan anak-anaknya. Coba bayangkan orang tua kembali dari

kerja anak-anak sudah pergi bermain di luar, anak pulang orang tua

sudah pergi lagi, orang tua datang anak sudah tidur dan seterusnya.

Keadaan yang semacam ini jelas tidak menguntungkan perkembangan

anak. Dalam situasi keluarga yang demikian anak mudah mengalami

frustasi, mengalami konflik-konflik psikologis, sehingga keadaan ini

juga dapat mudah mendorong anak menjadi mental disorder.

Dewasa ini timbul anggapan bahwa kebutuhan pokok anak-anak

adalah yang bersifat fisik atau biologis saja. Padahal secara rohaniyah

anak-anak membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tua. Kasih

sayang tidak akan dirasakan oleh anak, jika di dalam hidupnya

mengalami hal-hal, seperti: toleransi orang tua yang berlebih-lebihan,

orang tua terlalu keras, sikap orang tua yang terlalu ambisius di dalam

mendidik, kedua orang tua memiliki sikap yang berlawanan di dalam

mengarahkan anak, kehilangan pemeliharaan ibu dan kurang disayangi

Page 27: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

77

atau tidak diperhatikan. Kehidupan anak di rumah memerlukan

perlakuan dasar yang menuntut peranan sesungguhnya dari kedua orang

tua.

"Di dalam lingkungan keluarga, keluarga perlu mengetahui

tentang kebutuhan anak-anaknya. Di samping anak-anak membutuhkan

kebutuhan-kebutuhan yang bersifat biologis, misalnya makan, minum,

pakaian dan sebagainya anak juga membutuhkan kecintaan dari orang

lain, terutama dari orang tuanya, mereka membutuhkan rasa aman dalam

keluarga, mereka membutuhkan perasaan keadilan dan sebagainya.

Karenanya salah bila ada orang tua berpendapat bahwa hanya kebutuhan

biologis saja yang dibutuhkan oleh anak-anaknya. Asal sudah makan

baik, pakaian baik dan sebagainya adalah telah cukup."

Bagi umat Islam, sebagai umat yang "Theosentris", pembinaan

anak di dalam keluarga dapat dilakukan dengan cara memberikan

contoh dan membiasakan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang

sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Cara ini akan lebih memudahkan

baik bagi anak di dalam menerima maupun bagi orang tua di dalam

memberikan.

4.2.2 Pemikiran Zakiah Daradjat dan Kartini Kartono dalam

Menanggulangi Anak Mental Disorder dan Relevansinya dengan

Bimbingan Konseling Islam

Teori Kartono dan Daradjat tentang anak mental disorder masih

relevan dengan faktor-faktor terjadinya anak mental disorder. Bahkan

Page 28: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

78

upaya penanggulangan yang ditawarkan Kartono dan Daradjat masih

dapat menjangkau konteks mental disorder yang makin kompleks.

Artinya bahwa pelaku yang mengalami mental disorder secara kualitas

pada dasarnya makin meningkat dan upaya yang disarankan Kartono

dan Daradjat masih tepat digunakan.

Dengan mengkaji penanggulangan mental disorder menurut

Kartono dan Daradjat, penulis menyimpulkan, tidak sedikit para ahli

menaruh perhatian besar terhadap faktor-faktor pendukung terjadinya

mental disorder. Meskipun tampak perbedaan pendapat, namun

esensinya sama bahwa keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan

pendidikan (sekolah), pergaulan dan agama, merupakan faktor-faktor

yang sangat mewarnai eksistensi mental anak. Dari keseluruhan faktor

tersebut, peran agama dan orang tua menjadi bagian paling fundamental

dalam mewarnai perilaku anak baik dalam aspek preventif maupun

kuratif. Kenyataan inilah yang kerap kali luput dari pengamatan orang

tua, para pendidik bahkan pemerintah.

Orang tua yang seharusnya dapat memberikan contoh yang baik

pada anak, saat ini tengah menjadi barang langka atau sulit dicari.

Padahal keluarga atau orang tua sangat besar pengaruhnya dalam

membentuk karakter anak. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya yaitu

peranan agama, khususnya pembinaan akhlakulkarimah tidak jarang

luput dari pengamatan orang tua. Padahal menurut ajaran Islam

berdasarkan praktek Rasulullah SAW, pendidikan akhlakulkarimah

Page 29: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

79

adalah faktor penting dalam membina anak. Sebagai kita ketahui,

Rasulullah SAW diutus ke muka bumi yang utama adalah

menyempurnakan akhlak manusia.

Oleh karena itu program utama dan perjuangan pokok orang tua

dalam membina anak ialah membina akhlak mulia. Ia harus ditanamkan

kepada anak mulai dari kecil hingga dewasa. Akan tetapi manakala

keluarga atau orang tua, para pendidik, pemerintah dan masyarakat,

memberikan contoh-contoh yang buruk, maka akan berlakulah pepatah:

“kalau guru kencing berdiri murid akan kencing berlari. Andaikata

terjadi justru guru kencing berlari, niscaya murid-murid pasti kencing

menari-nari”.

Berbicara soal peran orang tua berarti berbicara hubungan atau

jalinan kerja sama antara seorang suami dengan isterinya atau antara

ayah dengan ibu. Kerjasama yang dimaksud dalam tulisan ini yaitu

hubungan kerja sama antara suami isteri dalam membina anaknya guna

menanggulangi atau mencegah terjadinya mental disorder. Masalah

mental disorder keadaannya saat ini sangat mengkhawatirkan karena

bukan saja masalah orang tua tapi sudah menyangkut masalah nasional.

Dalam realitasnya tidak banyak ditemukan suatu keluarga yang

dibangun di atas landasan kerjasama suami dan isteri dalam membina

anak. Yang terjadi dalam membina anak antara metode ayah dan ibu

merupakan suatu dikhotomi, sehingga anak menjadi tidak mengerti

harus mengikuti pandangan siapa atau harus berpegang kepada siapa,

Page 30: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

80

apakah kepada ayah ataukah ibu. Ini dilatar belakangi oleh sikap egoistis

dari seorang suami atau boleh jadi seorang isteri. Padahal adanya

perspektif yang sama dan persepsi yang tidak berbeda antara suami dan

isteri maka akan sangat mudah membangun pribadi seorang anak.

sebaliknya seorang anak yang dibangun dari persepsi yang berbeda

antara kedua orang tua itu, maka pembinaan yang demikian tidak akan

berjalan efektif, melainkan akan berakibat fatal yaitu anak akan

mengambil jalan sendiri.

Jalan yang ditempuh oleh anak tersebut, kalau pilihannya benar

barang kali itu bukan masalah. Namun jika pilihannya salah apalagi

hanya mengadopsi dari pergaulan atau dari kawan-kawannya yang

berkelakuan buruk, akan sangat cepat anak itu melakukan proses

peniruan. Oleh sebab itu kerja sama antara suami dan isteri sangat

diperlukan dalam mencegah dan menanggulangi mental disorder.

Di tengah-tengah persaingan hidup yang makin tajam

memunculkan individu-individu yang gelisah dan penuh kecemasan.

Kegelisahan dan kecemasan itu sering kali tampak mewarnai kehidupan

sebuah keluarga. Suatu keluarga yang dikungkung oleh rasa gelisah dan

kecemasan yang berkepanjangan adalah sebagai akibat kurangnya

pengamalan dan penghayatan agama. Suatu keluarga yang tidak didasari

oleh kendali agama maka didikan yang akan dikembangkan kepada

anaknyapun sudah dapat dibayangkan yaitu akan lahir anak-anak yang

sekuler dan menjauhi kaidah-kaidah agama. Ketika seorang anak telah

Page 31: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

81

berani merusak sebagian atau seluruh kaidah-kaidah agama tentunya

akan mewujudkan perilaku-perilku yang menyimpang dan merugikan

bagi orang lain atau masyarakat bahkan bangsa. Atas dasar itu

kerjasama yang baik ayah dan ibu dalam membina anak harus

dilandaskan kepada pengamalan dan penghayatan agama menuju pada

insan yang beriman dan bertaqwa.

Sebuah keluarga yang dibangun di atas landasan iman dan taqwa

kemudian dipancarkan keimanan dan taqwa itu kepada anak-anaknya,

maka bukan mustahil akan menghasilkan anak-anak yang sesuai dengan

harapan bangsa dan negara. Dari jalan pikirannya Kartono dan Daradjat,

maka konsepnya sesuai dengan asas fitrah bimbingan dan konseling

Islam. Bimbingan dan konseling Islam merupakan bantuan kepada klien

atau konseli untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya,

sehingga segala gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan

fitrahnya tersebut. Manusia, menurut Islam dilahirkan dalam atau

dengan membawa fitrah, yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan

dan kecenderungan sebagai Muslim atau beragama Islam. Bimbingan

dan konseling membantu klien konseli untuk mengenal dan memahami

fitrahnya itu, atau mengenal kembali fitrahnya tersebut manakala pemah

tersesat, serta menghayatinya sehingga dengan demikian akan mampu

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat karena bertingkah

laku sesuai dengan fitrahnya itu.

Page 32: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

82

Pemikiran Kartono dan Daradjat sesuai pula asas-asas bimbingan

dan konseling Islam seperti:

1. Asas-asas kebahagiaan di dunia dan akhirat

Pemikiran Kartono dan Daradjat bertujuan untuk membantu

klien, atau konseli, yakni orang yang dibimbing, mencapai

kebahagiaan hidup yang senantiasa didambakan oleh setiap muslim.

Bimbingan dan konseling Islam merupakan bantuan kepada klien

atau konseli untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya,

sehingga segala gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan

fitrahnya tersebut.

Dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 201 sebagai berikut:

: البقرة (أُولَـئِك لَهم نصِيب مما كَسبواْ واللّه سرِيع الْحِسابِ202(

Artinya: Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.( QS. al-Baqarah: 201)

2. Asas “lillahi ta’ala

Bimbingan dan konseling Islam diselenggarakan semata-

mata karena Allah. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing

melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan, tanpa pamrih,

sementara yang dibimbing pun menerima atau meminta bimbingan

dan atau konseling pun dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak

merasa bahwa semua yang dilakukan adalah karena dan untuk

Page 33: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

83

pengabdian kepada Allah semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya

sebagai mahkluk Allah yang harus senantiasa mengabdi pada-Nya.

Dalam al-Qur'an surat al-An'am ayat 162 :

الَمِينالْع باتِي لِلّهِ رممو اييحمكِي وسنلاَتِي وقُلْ إِنَّ ص )162: الأنعام(

Artinya; Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S. Al-An'am: 162).

3. Asas Bimbingan seumur hidup

Manusia hidup betapapun tidak akan ada yang sempurna dan

selalu bahagia. Dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan

menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itulah

maka bimbingan dan konseling Islam diperlukan selama hayat

dikandung badan.

4. Asas kesatuan jasmaniah-rohaniah

Seperti telah diketahui dalam uraian mengenai citra manusia

menurut Islam, manusia itu dalam hidupnya di dunia merupakan satu

kesatuan jasmaniah-rohaniah. Bimbingan dan konseling Islam

memperlakukan kliennya sebagai makhluk jasmaniah-rohaniah

tersebut, tidak memandangnya sebagai makhluk biologis semata atau

makhluk rohaniah semata.

5. Asas keseimbangan rohaniah

Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan pikir,

merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa nafsu serta

Page 34: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

84

juga akal. Kemampuan ini merupakan sisi lain kemampuan

fundamental potensial untuk:(1) mengetahui (=”mendengar), (2)

memperhatikan atau menganalisis (=”melihat”;dengan bantuan atau

dukungan pikiran), dan (3) menghayati (=”hati” atau af’idah, dengan

dukungan kalbu dan akal).

6. Asas kemaujudan individu (eksistensi)

Bimbingan dan konseling Islami, memandang seorang

individu merupakan maujud (eksistensi) tersendiri. Individu

mempunyai hak, mempunyai perbedaan individu dari yang lainnya,

dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari

haknya dan kemampuan fundamental potensial rohaniahnya.

7. Asas sosialitas manusia

Manusia merupakan makhluk sosial, hal ini diakui dan

diperhatikan dalam bimbingan dan konseling Islami. Pergaulan,

cinta kasih, rasa aman, penghargaan pada diri sendiri dan orang lain,

rasa memiliki dan dimiliki, semuanya merupakan aspek-aspek yang

diperhatikan di dalam bimbingan dan konseling Islam , karena

merupakan ciri hakiki manusia (Faqih, 2002: 200)

8. Asas kekhalifahan manusia

Manusia, menurut Islam diberi kedudukan yang tinggi

sekaligus tanggung jawab yang besar, yaitu sebagai pengelola alam

semesta (“khalifatullah fil ard”). Dengan kata lain, manusia

dipandang sebagai makhluk berbudaya yang mengelola alam sekitar

Page 35: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

85

sebaik baiknya. Sebagai khalifah, manusia harus memelihara

keseimbangan ekosistem sebab problem-problem kehidupan kerap

kali muncul dari ketidakseimbangan ekosistem tersebut yang

diperbuat oleh manusia itu sendiri. bimbingan dan fungsinya tersebut

untuk kebahagiaan dirinya dan umat manusia.

9. Asas keselarasan dan keadilan. Islam menghendaki keharmonisan,

keselarasan, keseimbangan, keserasian dalam segala segi.

10. Asas pembinaan akhlakul karimah, manusia menurut pandangan

Islam memiliki sifat-sifat yang baik (mulia). Sekaligus mempunyai

sifat-sifat lemah.

11. Asas kasih sayang. Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan rasa

kasih sayang dari orang lain.

12. Asas saling menghargai dan menghormati. Dalam bimbingan dan

konseling Islam kedudukan pembimbing atau konselor dengan yang

dibimbing sama atau sederajat.

13. Asas musyawarah. Bimbingan dan konseling Islam dilakukan

dengan asas musyawarah.

14. Asas keahlian, bimbingan dan konseling Islam dilakukan oleh

orang–orang yang memang memiliki kemampuan keahlian dibidang

tersebut.(Musnamar, 1992: 20-33)

Dengan demikian konsep Kartono dan Zakiah seyogyanya

dianggap saling melengkapi yang dapat dijadikan materi bimbingan dan

Page 36: BAB IV budilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain... · 2013. 1. 16. · 51 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1 Data 4.1.1 Sekilas Biografi Kartini Kartono Kartini Kartono,

86

konseling Islam, khususnya bagi konselor yang menangani anak mental

disorder