BAB I.rtf

download BAB I.rtf

If you can't read please download the document

Transcript of BAB I.rtf

BAB I

8

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang MasalahMasa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 2000). Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang, akibatnya remaja berperilaku di luar norma sosial yang berlaku seperti mencuri, tawuran, merokok, dan lain sebagainya. Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan remaja.

Sofyan S. Willis (2008:90) mengemukakan bahwa kenakalan remaja adalah tindak perbuatan sebahagian para remaja yang bertentangan dengan hukum, agama, dan norma-norma masyarakat sehingga akibatnya dapat merugikan orang lain, mengganggu ketentraman umum dan juga merusak dirinya. Kenakalan remaja dalam hal ini adalah siswa merupakan suatu kenyataan dan masalah yang sangat memprihatinkan. Berbagai surat kabar dan majalah memuat berita tindakan-tindakan kenakalan remaja, bahkan juga ditayangkan di televisi yang kebanyakan di antaranya sudah menjurus ke arah kejahatan dan tergolong tindak kriminal, seperti perkelahian, baik secara perorangan maupun kelompok, tawaran, pencurian bahkan terlibat narkoba dan seks bebas (Etyk Nurhayati, 2006:10). Data di Jakarta tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus (Tambunan, dalam e-psikologi, 2001). Lebih jauh dijelaskan bahwa dari 15.000 kasus narkoba selama dua tahun terakhir, 46 % di antaranya dilakukan oleh remaja, selain itu di Indonesia diperkirakan bahwa jumlah prostitusi anak juga cukup besar. Departemen Sosial memberikan estimasi bahwa jumlah prostitusi anak yang berusia 15-20 tahun sebanyak 60% dari 71.281 orang. Unicef Indonesia menyebut angka 30% dari 40-150.000, dan Irwanto menyebut angka 87.000 pelacur anak atau 50% dari total penjaja seks (Sri Wahyuningsih dalam Dep.Sos, 2004).Bentuk penyimpangan perilaku remaja dewasa ini dirasakan semakin meningkat, baik secara kuantitas maupun kualitas. Bentuk kenakalan remaja dewasa ini dirasakan semakin meningkat, baik secara kuantitas maupun kualitas. Adapun bentuk-bentuk kenakalan remaja yang semakin mewarnai semaraknya kehidupan remaja antara lain: perilaku remaja yang suka merokok, menyontek, bolos sekolah, kebut-kebutan, tawuran massal antara pelajar/sekolah, perkosaan, perampasan, minuman-minuman terlarang dan penggunaan obat-obat terlarang (Sofyan S. Willis, 2008:88).Kenakalan remaja tidak hanya terjadi di kota-kota besar akan tetapi di kota-kota kecil seperti Kebumen pun terjadi kenakalan remaja. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru BK SMK Taman Karya Kebumen diketahui bentuk-bentuk kenakalan siswa di antaranya terdapat siswa yang merokok, menyontek, bolos sekolah, perkelahian pada sesama siswa pada jam pelajaran, tawuran dengan pelajar sekolah lain, bahkan ada siswa yang minum-minuman keras. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk-bentuk kenakalan remaja terjadi di sekolah ini.Timbulnya kenakalan remaja ini memerlukan adanya perhatian dari berbagai pihak. Remaja melakukan tindakan yang menyimpang dari nilai-nilai sosial menunjukkan perkembangan moral yang tidak atau belum matang. Sekolah sebagai tempat pendidikan formal dan sekaligus sebagai lembaga pendidikan kedua setelah keluarga memiliki tanggung jawab dalam upaya menangani kenakalan siswa. Penerapan norma sosial pada remaja berlangsung secara terus-menerus, sampai anak menjadi dewasa atau memiliki tingkat kemandirian tertentu. Setiap remaja dilatih membiasakan diri mentaati peraturan-peraturan sekolah, sehingga remaja menginternalisasikan norma sosial itu dalam dirinya. Dengan menyatunya norma sosial di dalam diri remaja yang bersangkutan akan membawanya dalam kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, sekolah memiliki tanggung jawab dalam membantu siswa untuk memiliki tingkah laku yang mencerminkan kematangan perkembangan moralnya. Di dalam sistem sekolah, yang memiliki peran penting adalah bimbingan dan konselingAdanya anggapan bahwa kehadiran konselor adalah sebagai polisi sekolah yang harus menjaga tata tertib, disiplin sekolah dan keamanan sekolah menyebabkan rendahnya kesadaran siswa untuk mengikutsertakan dirinya dalam kegiatan bimbingan pribadi sosial. Padahal di sekolah, konselor haruslah menjadi teman dan kepercayaan siswa, konselor hendaknya menjadi tempat pencurahan kepentingan siswa, apa yang dirasakan dan terpikirkan oleh siswa. Selain itu, belum diketahuinya hubungan antara tingkat layanan bimbingan pribadi sosial dengan kenakalan siswaDi samping itu diketahui bahwa layanan bimbingan dan konseling belum berjalan dengan optimal, khususnya upaya bimbingan dan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah lebih mementingkan tuntutan formal, sementara tuntutan kebutuhan siswa secara nyata terabaikan dan bimbingan konseling belum memberikan porsi yang memadai terhadap kondisi siswa. Kondisi ini menggambarkan bahwa bimbingan dan konseling belum banyak yang menyentuh kebutuhan nyata siswa di sekolah.Bimbingan dan konseling di sekolah berfungsi untuk memberikan pencegahan (preventif) yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya mencegahnya supaya tidak dialami oleh siswa. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Oleh karenanya, melalui fungsi ini siswa dapat dibantu dalam menghadapi masalah pribadinya dan siswa pun dapat dibina untuk menjadi manusia sosial religius yang tangguh, jujur dan bertanggungjawab sehingga tidak terlibat dan berperilaku yang melanggar norma-norma atau ketentuan yang berlaku. Salah satu jenis layanan bimbingan dan konseling adalah bimbingan pribadi sosial. Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2008:11) menjelaskan bahwa bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi sosial. Masalah-masalah pribadi sosial tersebut meliputi masalah hubungan dengan sesama teman, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penysuaian diri dengan lingkungan sekolah dan masyarakat tempat tinggal dan penyelesaian konflik Bimbingan ini diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan indvidu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu. Dengan demikian, layanan bimbingan pribadi sosial berupaya membantu siswa dalam mengenal lingkungan sekolah, lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat di luar sekolah. Selain itu, bimbingan pribadi sosial juga bertujuan membantu siswa menahan diri dalam kaitannya dengan lingkungan dan etika pergaulan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung jawab sosial. Oleh karena itu, hendaknya siswa diberikan layanan bimbingan pribadi sosial secara intensif sehingga diharapkan siswa dapat mengatasi masalah yang terjadi pada dirinya.Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan antara Tingkat Layanan Bimbingan Pribadi Sosial dengan Kenakalan Siswa di SMK Taman Karya Kebumen Tahun Ajaran 2009/2010.

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :Adanya beberapa bentuk kenakalan remaja yang masih sering terjadi di sekolahLayanan bimbingan dan konseling belum berjalan dengan optimalUpaya layanan bimbingan pribadi sosial dalam mengatasi kenakalan siswa belum optimalRendahnya kesadaran siswa untuk mengikutsertakan dirinya dalam kegiatan bimbingan pribadi sosial Adanya anggapan bahwa kehadiran konselor adalah sebagai polisi sekolah yang harus menjaga tata tertib dan disiplin sekolahBelum diketahuinya hubungan antara tingkat layanan bimbingan pribadi sosial dengan kenakalan siswa.

Pembatasan MasalahBerdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, terdapat berbagai hal yang perlu mendapat perhatian dan menarik untuk diteliti. Untuk itu dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah agar permasalahan tidak terlalu luas sehingga tingkat pengkajian dan analisis masalah lebih terfokus. Penelitian ini dibatasi pada hubungan antara tingkat layanan bimbingan pribadi sosial dengan kenakalan siswa di SMK Taman Karya Kebumen tahun ajaran 2009/2010.

Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana tingkat layanan bimbingan pribadi sosial di SMK Taman Karya Kebumen tahun ajaran 2009/2010?Bagaimana bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMK Taman Karya Kebumen tahun ajaran 2009/2010Bagaimana intensitas kenakalan siswa di SMK Taman Karya Kebumen tahun ajaran 2009/2010Adakah hubungan antara tingkat layanan bimbingan pribadi sosial dengan kenakalan siswa di SMK Taman Karya Kebumen tahun ajaran 2009/2010.

Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk: Mengetahui tingkat layanan bimbingan pribadi sosial di SMK Taman Karya Kebumen tahun ajaran 2009/2010Mengetahui bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMK Taman Karya Kebumen tahun ajaran 2009/2010Mengetahui intensitas kenakalan siswa di SMK Taman Karya Kebumen tahun ajaran 2009/2010Hubungan antara tingkat layanan bimbingan pribadi sosial dengan kenakalan siswa di SMK Taman Karya Kebumen tahun ajaran 2009/2010.

Manfaat PenelitianManfaat teoritik Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, wawasan pada pendidikan khususnya bimbingan pribadi sosial dalam mengatasi kenakalan siswaPenelitian ini diharapkan dapat menjadikan gambaran data dan masukan sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang kenakalan siswaDapat dipergunakan untuk memperbaiki perilaku siswa di sekolah.Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan perbendaharaan referensi yang telah ada, terutama dalam mengatasi kenakalan siswa di sekolah bagi guru pembimbingSebagai dasar penelitian berikutnyaSebagai masukan bagi para pembimbing dalam mengatasi kenakalan siswa di sekolah.