BAB Ijklaksjdasdjkl

8
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan otonomi daerah akan terus digalakkan hingga terwujudnya otonomi daerah yang diharapkan yakni otonomi daerah yang mandiri, sehingga ketergantungan pada pusat dapat berkurang serta otonomi daerah tersebut bisa menjadi wadah bagi masyarakat dengan memberikan tanggapan dan respon secara aktif terhadap kebutuhan, kapasitas dan kehendak dari aspirasi masyarakat yang ada di daerah. Pelaksanaan otonomi daerah akan mendorong pemikiran baru bagaimana menata kewenangan yang efektif dan efisien. Artinya pemerintahan dapat diselenggarakan secara demokratis. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta peningkatan peran serta prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan hal tersebut, maka dilaksanakan pula prinsip otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip yang nyata adalah prinsip yang menegaskan bahwa urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan tanggung jawab. (Waluyo, 2007 : 206). Penyelenggaraan pemerintahan saat ini bukan lagi semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan seluruh aktor dalam sebuah negara. Meskipun demikian, peran pemerintah tentunya masih sangat dibutuhkan terkait dengan penyediaan pelayanan publik. Pada dasarnya,

description

dxdfdfdfssdfdsfsdvvxcv

Transcript of BAB Ijklaksjdasdjkl

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang Masalah

    Perkembangan dan kemajuan otonomi daerah akan terus digalakkan

    hingga terwujudnya otonomi daerah yang diharapkan yakni otonomi daerah

    yang mandiri, sehingga ketergantungan pada pusat dapat berkurang serta

    otonomi daerah tersebut bisa menjadi wadah bagi masyarakat dengan

    memberikan tanggapan dan respon secara aktif terhadap kebutuhan,

    kapasitas dan kehendak dari aspirasi masyarakat yang ada di daerah.

    Pelaksanaan otonomi daerah akan mendorong pemikiran baru bagaimana

    menata kewenangan yang efektif dan efisien. Artinya pemerintahan dapat

    diselenggarakan secara demokratis.

    Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk

    memberi pelayanan, peningkatan peran serta peningkatan peran serta

    prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan

    kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan hal tersebut, maka dilaksanakan pula

    prinsip otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip yang

    nyata adalah prinsip yang menegaskan bahwa urusan pemerintahan

    dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan tanggung jawab. (Waluyo,

    2007 : 206).

    Penyelenggaraan pemerintahan saat ini bukan lagi semata-mata

    menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan seluruh aktor dalam sebuah

    negara. Meskipun demikian, peran pemerintah tentunya masih sangat

    dibutuhkan terkait dengan penyediaan pelayanan publik. Pada dasarnya,

  • 2

    pelayanan publik mencakup tiga aspek, yaitu pelayanan barang, jasa, dan

    administratif. Wujud pelayanan administratif adalah layanan berbagai

    perizinan, baik yang bersifat non perizinan maupun perizinan. Perizinan

    merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan publik, demikian juga

    perizinan yang terkait dengan kegiatan usaha. Penerapan otonomi daerah

    memberikan ruang yang cukup besar bagi daerah untuk mengatur dan

    mengurus pelayanan publiknya, termasuk dalam hal perizinan.

    (http://www.transparansi.or.id/Otonomi_Daerah.pdf.).

    Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah

    adalah kemampuan pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan kepada

    publik dengan baik. Dalam arti bahwa masyarakat memperoleh pelayanan

    secara mudah, murah, cepat, dan ramah yang pada akhirnya mencapai

    ukuran kepuasan publik yang dikehendaki.

    Pelayanan merupakan wujud dari fungsi pemerintah sebagai bukti

    pengabdian kepada masyarakat. Rendahnya kualitas pelayanan di Indonesia

    saat ini mendorong pemerintah untuk segera memperbaiki kualitas

    pelayanannya, apalagi yang berhubungan dengan pelayanan perizinan yang

    dicitrakan sebagai pelayanan yang berbelit-belit, sulit diakses, memiliki

    prosedur yang sangat rumit serta tidak adanya kepastian waktu dan

    keterbukaan biaya pelayanan yang dibutuhkan.

    Dalam hal penyediaan pelayanan perizinan, petugas birokrasi sering

    kali memberikan prosedur yang sangat rumit dan cenderung berbelit-belit, jika

    mekanisme yang rumit terus tetap berjalan, otomatis membuat masyarakat

    menjadi malas dan enggan dalam mengurus perizinan. Maka, pemerintah

  • 3

    perlu mencari solusi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

    (http:///www.repository.usu.ac.id).

    Atas dasar itulah, Pemerintah Indonesia menginstruksikan kepada

    seluruh kepala daerah agar dapat segera menerapkan pola pelayanan

    perizinan terpadu satu pintu melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor

    24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perizinan Terpadu Satu

    Pintu, yang jenis kelembagaannya diserahkan kepada daerah untuk memilih

    jenis lembaga yang sesuai, apakah berbentuk dinas, kantor atau badan yang

    disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan daerah dalam mengelolanya.

    Dengan dibentuknya Kantor/Dinas Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu

    ini sebagai institusi yang khusus bertugas memberikan pelayanan perizinan

    kepada masyarakat, dalam hal pengurusan perizinan masyarakat hanya

    cukup mendatangi satu kantor/dinas saja.

    Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan

    penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya

    mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan

    dalam satu tempat. Dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu, kepala PTSP diberi

    pelimpahan kewenangan untuk menandatangani izin yang masuk, hal ini

    berarti penyederhanaan pelayanan. Penyederhanaan pelayanan adalah

    upaya penyingkatan terhadap waktu, prosedur, dan biaya pemberian

    perizinan dan non perizinan. Perizinan adalah pemberian legalitas kepada

    seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin

    maupun tanda daftar usaha. Pemberlakuan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

    (PTSP) ini diharapkan mampu memangkas waktu dan biaya yang dibutuhkan

    untuk mengurus perizinan. Hasilnya pelayanan perizinan lebih efektif, mudah

  • 4

    dan murah. (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang

    Pedoman Penyelenggaraan Perizinan Terpadu Satu Pintu).

    Organisasi yang efektif adalah organisasi yang mempunyai orientasi

    dan proyeksi dalam mengimplementasikan seluruh program kerja yang telah

    ditetapkan. Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan

    melalui konsep efektivitas. Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan

    seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana

    makin besar presentase target yang dicapai makin tinggi efektifitasnya.

    Sedangkan efektivitas pelayanan publik berarti penyelesaian pekerjaan tepat

    pada waktu yang telah ditentukan, artinya pelaksanaan sesuatu tugas dinilai

    baik atau tidak sangat tergantung pada penyelesaian tugas tersebut dengan

    waktu yang telah ditetapkan. (Sondang P. Siagian, 1997:151)

    Konsep efektivitas menekankan pada pencapaian tujuan yang telah

    ditetapkan sebelumnya. Tingkat efektivitas dapat diukur dengan

    membandingkan antara rencana atau target yang telah ditentukan dengan

    hasil yang dicapai, maka usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak

    tercapai sesuai dengan rencana maka hal itu dikatakan tidak efektif. Dalam

    hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui

    pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi

    masukan (input) maupun keluaran (output). Suatu kegiatan dikatakan efisien

    apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur, sedangkan

    efektif bila kegiatan bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan

    dapat memberikan hasil yang bermanfaat. (Sondang P. Siagian, 1987: 76)

    Efektivitas dapat diartikan sebagai tepat sasaran yang juga lebih

    diarahkan pada aspek keberhasilan pencapaian tujuan. Maka efektivitas fokus

  • 5

    pada tingkat pencapaian terhadap tujuan dari organisasi publik. Dalam

    kaitannya terhadap pelayanan perizinan, pemerintah berusaha menciptakan

    suatu sistem pelayanan yang optimal. Salah satu dari tindakan pemerintah

    tersebut adalah dengan dikeluarkannya suatu kebijakan Pelayanan Terpadu

    Satu Pintu (PTSP). Dengan adanya PTSP, aparatur pemberi pelayanan harus

    benar-benar ditata, diperbaharui, dan dibenahi untuk mengubah citra aparatur

    yang sebelumnya dipandang lamban dan tidak transparan menjadi efektif

    sesuai dengan tujuan pelayanan publik.

    Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Luwu Timur

    telah diberi kewenangan untuk melaksanakan Pelayanan Administrasi

    Perizinan sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor :

    30 Tahun 2006 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

    Teknis Daerah Kabupaten Luwu Timur, berdasarkan Permendagri No. 24

    Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perizinan Terpadu Satu

    Pintu, yang diperkuat dengan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2008 tentang

    Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencana

    Pembangunan Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah. (Panduan Perizinan

    Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur. 2011 : 5)

    Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) merupakan salah satu

    perangkat pemerintah daerah di Kabupaten Luwu Timur yang menerapkan

    sistem pelayanan satu pintu. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu sebagai

    instansi yang khusus bertugas memberikan pelayanan mengenai perizinan

    yang langsung bersinggungan kepada masyarakat, pada dasarnya dapat

    dikatakan sebagai terobosan baru atau inovasi manajemen pemerintah

  • 6

    daerah. yang diharapkan mampu memberikan pelayanan publik yang

    berkualitas sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat.

    Pembentukan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) sebagai

    wujud nyata komitmen Kabupaten Luwu Timur dalam memberikan pelayanan

    yang lebih baik dan memberikan pelayanan secara terpadu sehingga

    memudahkan masyarakat dan dunia usaha dalam memperoleh perizinan.

    Salah satu bentuk pelayanan umum kepada masyarakat itu adalah pelayanan

    prima di bidang perizinan, yang dimaksud pelayanan perizinan yang prima

    adalah pelayanan terpadu satu pintu yang dapat mencerminkan suatu bentuk

    pelayanan yang memenuhi prinsip pelayanan yang jelas, sederhana, pasti,

    aman, efektif, efisien, transparan, akuntabel, partisipatif, ekonomis, adil, dan

    merata.

    Namun kenyataannya, berdasarkan informasi yang di dapat melalui

    media internet (Malili, Palopo Pos) yang dikutip oleh Yayasan Inovasi

    Pemerintahan Daerah (YIPD), menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan

    Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Luwu Timur dinilai

    belum maksimal. Pasalnya, pelayanan satu pintu yang dijanjikan hingga kini

    belum terwujud. Ada sejumlah pelayanan di Kantor Pelayanan Perizinan

    Terpadu (KPPT) justru diselesaikan di luar KPPT. Dalam pengurusan

    perizinan belum satu pintu karena masih harus keluar ke unit kerja lain yang

    terkait. Itu berarti, pelayanan secara terpadu pada satu atap sebagaimana

    yang dipersyaratkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006

    tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu belum

    sepenuhnya berjalan yang dinilai belum efektif/maksimal dalam memberikan

    pelayanan. (http://www.yipd.or.id/main/readnews/12147).

  • 7

    Atas dasar itulah penulis tertarik mengangkat masalah ini kedalam

    sebuah judul Efektivitas Pelayanan Perizinan di Kantor Pelayanan

    Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur.

    I.2. Rumusan Masalah

    Pelayanan Perizinan merupakan suatu masalah yang sangat

    kompleks, perizinan merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan

    publik. Dalam hal pelayanan perizinan dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    Faktor-faktor tersebut sangat menentukan dalam rangka pencapaian

    pelayanan perizinan yang efektif. Pelayanan perizinan dapat terlaksana

    apabila unsur yang terlibat dalam proses pelayanan dapat berperan dengan

    baik. Kesatupaduan unsur-unsur tersebut akan menentukan efektifnya

    pelayanan. Oleh karena itu, untuk lebih terarah dan sistematisnya

    pembahasan dalam penelitian ini maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

    Bagaimana efektivitas pelayanan perizinan di Kantor Pelayanan

    Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur?

    I.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: untuk

    menganalisis tingkat efektivitas pelayanan perizinan di Kantor Pelayanan

    Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur.

    I.4. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

    1. Manfaat Akademik

    Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan yang

    bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam

  • 8

    pencarian informasi atau sebagai referensi mengenai efektivitas

    pelayanan perizinan.

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran

    dan digunakan sebagai bahan masukan serta informasi bagi Pemerintah

    Daerah di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur

    dalam rangka meningkatkan efektivitas pelayanan.