BAB IItraksi

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tulang, misalnya femur mempunyai kekuatan otot yang kuat sehingga reposisi tidak dapat dilakukan sekaligus. Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagan tubuh. Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, menyejajarkan, mengimobilisasi fraktur, mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan di antara kedua permukaan patahan tulang. Untuk itu, traksi diperlukan untuk reposisi dan imobilisasi pada tulang panjang. Traksi digunakan untuk menahan kerangka pada posisi sebenarnya, penyembuhan, mengurangi nyeri, mengurangi kelainan bentuk atau perubahan bentuk. Penangan nyeri dan pencegahan komplikasi adalah dua kunci tugas perawat dalam perawatan traksi. Komplikasi yang terjadi berhubungan dengan penggunaan traksi dan pembatasan gerak, jika klien obesitas, cachetic, tua, anak muda, diabetes, dan perokok (Altman , 1999). 1 | Askep Pemasangan Traksi

Transcript of BAB IItraksi

Page 1: BAB IItraksi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa tulang, misalnya femur mempunyai kekuatan otot yang kuat

sehingga reposisi tidak dapat dilakukan sekaligus. Traksi adalah pemasangan

gaya tarikan ke bagan tubuh. Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme

otot, untuk mereduksi, menyejajarkan, mengimobilisasi fraktur, mengurangi

deformitas, dan untuk menambah ruangan di antara kedua permukaan patahan

tulang. Untuk itu, traksi diperlukan untuk reposisi dan imobilisasi pada tulang

panjang.

Traksi digunakan untuk menahan kerangka pada posisi sebenarnya,

penyembuhan, mengurangi nyeri, mengurangi kelainan bentuk atau perubahan

bentuk. Penangan nyeri dan pencegahan komplikasi adalah dua kunci tugas

perawat dalam perawatan traksi. Komplikasi yang terjadi berhubungan dengan

penggunaan traksi dan pembatasan gerak, jika klien obesitas, cachetic, tua,

anak muda, diabetes, dan perokok (Altman , 1999).

1 | A s k e p P e m a s a n g a n T r a k s i

Page 2: BAB IItraksi

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian traksi ?

2. Apakah tujuan pemasangan traksi ?

3. Apa saja kah tipe-tipe traksi ?

4. Apa saja kah jenis-jenis traksi ?

5. Bagaimana prinsip traksi efektif ?

6. Apa saja kah perlengkapan traksi ?

7. Bagaimana penggunaan traksi ?

8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan traksi ?

C. Tujuan

1. Memahami pengertian traksi.

2. Mengetahui tujuan pemasangan traksi.

3. Mampu menyebutkan kembali tipe traksi.

4. Mampu menyebutkan kembali jenis-jenis traksi.

5. Mengetahui prinsip traksi efektif.

6. Mengetahui perlengkapan alat traksi

7. Mampu memahami penggunaan traksi.

8. Mampu membuat asuhan keperawatan.

2 | A s k e p P e m a s a n g a n T r a k s i

Page 3: BAB IItraksi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian traksi

Traksi adalah alat imobilisasi yang menggunakan kekuatan tarikan

yang diterapkan pada suatu bagian tubuh sementara kekuatan yang kedua,

disebut kontertraksi, menarik ke arah yang berlawanan. Kekuatan tarikan

didapat melalui suatu sistem katrol, tali dan pemberat yang dikaitkan ke klien.

Konter traksi sering didapat dengan mengelevasi kaki atau kepala tempat

tidur dan kekuatannya berasal dari tubuh klien. Klien yang terpasang traksi

berada ditempat tidur berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Oleh

karena itu, implementasi keperawatan meliputi aktivitas harian, pemeliharaan

traksi, dan pencegahan masalah karena imobilisasi seperti dekubitus. (Kozier

& Erb, 2009, hal 316)

Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi

digunakan untuk meminimalkan spasme otot; untuk mereduksi,

mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur; untuk mengurangi deformitas;

dan untuk menambah ruangan di antara kedua permukaan patahan tulang.

Traksi harus di berikan dengan arah dan besaran yang di inginkan untuk

mendapatkan efek terapeutik. Faktor-faktor yang mengganggu keefektifan

tarikan traksi harus di hilangkan.(Smeltzer, Suzane. C, 2001, hal )

Traksi juga terkadang harus di pasang dengan arah yang lebih dari

satu untuk mendapatkan garis tarikan yang didinginkan. Dengan cara ini,

bagian garis tarikan yang pertama berkontraksi terhadap garis tarikan lainnya.

Garis-garis tarikan tersebut dikenal sebagai vector gaya. Resultan gaya

tarikan yang sebenarnya terletak di tempat di natara kedua garis tarikan

tersebut. Efek traksi yang dipasang harus di evaluasi dengan sinar-X, dan

mungkin diperlukan penyesuaian.

3 | A s k e p P e m a s a n g a n T r a k s i

Page 4: BAB IItraksi

Bila otot dan jaringan lunak sudah relaks, berat yang digunakan harus diganti

untuk memperoleh gaya tarikan yang diinginkan.

B. Tujuan traksi

Tujuan penggunaan traksi :

1. Untuk mengurangi dan/atau imobilisasi fraktur tulang agar terjadi

pemulihan.

2. Untuk mempertahankan kesejajaran tulang yang tepat.

3. Untuk mencegah cedera pada jaringan lunak.

4. Untuk memperbaiki, mengurangi, atau mencegah deformitas.

5. Untuk mengurangi spasme otot dan nyeri.

6. Untuk merawat kondisi inflamasi dengan imobilisasi sendi (misal :

artitris atau tuberkulosis sendi.)

C. Tipe traksi

Ada dua tipe utama traksi : traksi kulit dan traksi skeletal.

1. Traksi kulit

Traksi kulit adalah alat yang memiliki kekuatan tarikan yang

diterapkan pada kulit dan jaringan lunak melalui penggunaan pita atau

sabuk traksi dan sebuah sistem tali, katrol, dan pemberat. Pita atau sabuk

traksi sering dibuat dari karet busa atau kain yang memiliki lubang angin,

dan bagian belakangnya dapat berperekat atau tidak berperekat. Traksi

kulit yang berperekat digunakan untuk traksi kontinu. Sementara yang

tidak berperekat digunakan secara intermiten ; traksi tersebut dapat dengan

mudah dilepaskan dan dipasang kembali.

2. Traksi skeletal

Traksi skeletal diterapkan dengan cara memasukkan pin logam,

kabel, atau penjepit secara langsung ke dalam atau melalui tulang.

4 | A s k e p P e m a s a n g a n T r a k s i

Page 5: BAB IItraksi

Alat logam tersebut kemudian dikaitkan kesebuah sistem tali, katrol, dan

pemberat dengan menggunakan rangka logam yang terhubung pada tempat

tidur.

D. Jenis-jenis traksi

1. Traksi lurus atau langsung

Memberikan gaya tarikan dalam satu garis lurus dengan bagian tubuh

berbaring di tempat tidur. Traksi ekstensi buck dan traksi pelvis

merupakan contoh traksi lurus.

2. Traksi suspense seimbang

Memberi dukungan pada ekstremitas yang sakit di atas tempat tidur

sehingga memungkinkan mobilisasi pasien sampai batas tertentu tanpa

terputusnya garis tarikan.

3. Traksi kulit dan traksi skelet

Traksi dapat di lakukan pada kulit dinamakan traksi kulit atau langsung ke

skelet tubuh yaitu, traksi skelet. Cara pemasangan ditentukan oleh tujuan

traksi.

4. Traksi manual

Traksi yang dapat dipasang dengan tangan. Ini merupakan traksi yang

sangat sementara yang bisa digunakan pada ssat pemasangan gips,

memberikan perawatan kulit di bawah boot busa ekstensi buck, ataau saat

menyesuaikan dan mengatur alat traksi.

5 | A s k e p P e m a s a n g a n T r a k s i

Page 6: BAB IItraksi

Gambar Traksi Skeletal

Gambar Traksi Kulit

E. Prinsip Traksi Efektif

6 | A s k e p P e m a s a n g a n T r a k s i

Page 7: BAB IItraksi

Pada saat pemasangan traksi, harus di pikirkan adanya kontraksi.

Kontraksi adalah gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan. (Hukum

Newton yang ketiga mengenai gerak, menyebutkan bahwa bila ada aksi maka

akan terjadi reaksi dengan besar yang sama namun arahnya berlawanan)

Umumnya berat badan pasien dan pengaturan posisi tempat tidur mampu

memberikan kontraksi.

1. Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif.

Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi

fraktur efektif. Traksi kulit pelvis dan serviks sering di gunakan untuk

mengurangi spasme otot dan biasanya diberikan sebagai traksi intermiten.

2. Traksi sekelet tidak boleh terputus.

3. Pemberat tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten

Setiap faktor yang dapat mengurangi tarikan atau mengubah garis

resultanta tarikan harus dihilangkan.

4. Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur

ketika traksi dipasang.

5. Tali tidak boleh macet.

6. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat

tidur atau lantai.

7. Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki

tempat tidur.

F. Perlengkapan traksi

Perlengkapan berikut ini digunakan untuk sebagaian besar traksi kulit dan

traksi tulang :

7 | A s k e p P e m a s a n g a n T r a k s i

Page 8: BAB IItraksi

1. Rangka di atas kepala (overhead frame)

Rangka ini terhubung dengan tempat tidur rumah sakit dan terdapat alat

untuk mengaitkan peralatan traksi. Setiap rangka mempunyai minimal dua

palang tegak (satu pada tiap ujung tempat tidur) dan satu palang di atas

kepala.

2. Trapeze

Dipasang pada rangka diatas kepala, trapeze dapat digunakan oleh klien

untuk bergerak ditempat tidur, kecuali dikontraindikasikan untuk

kesehatan klien.

3. Kasur yang keras

Berfungsi untuk mempertahan kesejajaran tubuh dan efisiensi traksi, kasur

yang keras merupakan hal yang esensial. Beberapa tempat tidur berisi

benda padat bukan pegas, untuk memberikan sanggaan yang keras. Jika

tempat tidur yang keras tidak tersedia, sebuah papan tempat tidur dapat

digunakan untuk memberikan sanggaan yang diperlukan.

4. Tali, katrol, gantungan pemberat, dan pemberat.

G. Penggunaan traksi

Beberapa tulang, misalnya femur, mempunyai otot yang kuat sehingga

reposisi tidak dapat dilakukan sekaligus. Untuk itu diperlukan reposisi

sekaligus imibilisasi dengan traksi. Traksi dapat berupa traksi kulit atau traksi

tulang. Setiap traksi harus di sertai kontraksi. Kontraksi biasanya dengan

berat badan pasien itu sendiri, yaitu dengan cara meninggikan bagian

ekstremitas yang di traksi.

Traksi kulit biasanya menggunakan plester yang direkatkan sepanjang

ekstremitas yang kemudian dibalut, ujung plester dihubungkan dengan tali

untuk ditarik. Penarikan biasanya dilaksanakan dengan katrol dan beban.

Beban tarikan pada traksi kulit tidak boleh melebihi lima kilogram karena bila

lebih, kulit dapat mengalami nekrosisakibat tarikan karena iskemia kulit. Pada

8 | A s k e p P e m a s a n g a n T r a k s i

Page 9: BAB IItraksi

kulit yang tipis, beban bahkan lebih kecil lagi dan pada orang tua tidak boleh

dilakukan traksi kullit. Traksi kulit banyak dilakukan pada anak karena traksi

skelet pada anak dipasang dan dapat merusak cakram epifisis. Yang paling

sering adalah traksi pada patah tulang femur, yang bisa berupa traksi Bryant.

Pada patah tulang humerus supra kondiler dapat dipasang traksi Dunlop

dengan fleksi di siku atau traksi Saleh dengan ekstensi pada siku. Traksi kulit

pada orang dewasa biasanya bukan dimaksudkan untuk reposisi, melainkan

untuk imobilisasi sementara sebelum oprasi

Traksi skelet dilaksanakan dengan pin Steinmann atau kawat

Kirschaner yang lebih halus yang biasanya disebut kawat K yang ditusukkan

pada tulang, kemudian pin tersebut ditarik dengan tali, katrol, dan beban. Pin

Steinmann dapat ditusukkan pada femur suprakondiler atau pada bagian

proksimal tibia pada patah tulang femur. Pada bagian distal tibia atau pada

kalkaneus, pin Steinmann di pasang untuk patah tulang tibia fibula dan pada

olekranom untuk patah tulang humerus suprakondiler. Traksi Steinmann pada

metakarpus dipakai untuk patah tulang pradiusdistal. Berat beban bergantung

pada ekstremitas yang di traksi dan patologi ekstremitas yang bersangkutan.

Traksi untuk reposisi patah tulang femur dewasa biasanya antara 5-7 kg, pada

dislokasia lama panggul bisa sampai antara 15-20 kg.

Lama traksi, baik traksi kulit maupun traksi skelet bergantung pada

tujuan traksi, traksi sementara untuk imobilisasi biasanya hanya beberapa

hari, sedangkan traksi untuk reposisi beserta imobilisasi lamanya sesuai

dengan lama terjadinya kalusfibrosa. Setelah terjadi kalusfibrosa, ekstremitas

di imobilisasikan dengan gips.

H. Komplikasi dan Pencegahan

Pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi yang timbul pada klien yang

terpasang traksi adalah sebagai berikut:

a) Dekubitus

Pencegahannya :

9 | A s k e p P e m a s a n g a n T r a k s i

Page 10: BAB IItraksi

1. Periksa kulit dari adanya tanda tekanan dan lecet, kemudianberikan

intervensi awal untuk mengurangi tekanan.

2. Perubahan posisi dengan sering dan memakai alat pelindungkulit (misal

pelindung siku) sangat membantu perubahan posisi. 

3. Konsultasikan penggunaan tempat tidur khusus untuk mencegah

kerusakan kulit.

4. Bila sudah ada ulkus akibat tekanan, perawat harus konsultasi dengan

dokter atau ahli terapi enterostomal, mengenai penanganannya.

 

b) Kongesti paru dan pneumonia

Pencegahannya :

1. Auskultasi paru untuk mengetahui status pernapasan klien.

2. Ajarkan klien untuk napas dalam dan batuk efektif.

3. Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus,

misalnya spirometri insentif, bila riwayat klien dan data dasar

menunjukkan klien berisiko tinggi mengalami komplikasi pernapasan.

4. Bila telah terjadi masalah pernapasan, perlu diberikan terapi sesuai

indikasi.

c) Konstipasi dan anoreksia

Pencegahannya:

1. Diet tinggi serat dan tinggi cairan dapat membantu merangsang

motilitas gaster.

2. Bila telah terjadi konstipasi, konsutasikan dengan dokter mengenai

penggunaan pelunak tinja, laksatif, supposituria, dan enema.

3. Kaji dan catat makanan yang disukai klien dan masukan dalam program diet

sesuai kebutuhan.

d) Stasis dan infeksi saluran kemih

Pencegahannya:

1. Pantau masukan dan keluaran berkemih.

2. Anjurkan dan ajarkan klien untuk minum dalam jumlah yang cukup,

dan berkemih setiap 2-3 jam sekali.

10 | A s k e p P e m a s a n g a n T r a k s i

Page 11: BAB IItraksi

3. Bila tampak tanda dan gejala terjadi infeksi saluran kemih,

konsultasikan dengan dokter untuk menanganinya.

e) Trombosis vena profunda

Pencegahannya:

1. Ajarkan klien untuk latihan tumit dan kaki dalam batas traksi.

2. Dorong untuk minum yang banyak untuk mencegah dehidrasidan

hemokonsentrasi yang menyertainya, yang akanmenyebabkan stasis.

3. Pantau klien dari adanya tanda-tanda trombosis vena dalam dan

melaporkannya ke dokter untuk menentukan evaluasi dan terapi.

I. Tekhnik perawatan klien dengan traksi kulit

A. Pengkajian

Kaji :

- Status neurovaskuler pada ekstremitas yang terpasang traksi, yaitu

status nadi perifer, warna, jumlah gerakan, suhu, pengisian kapiler,

edema, mati rasa,dan sensasi.

- Adanya rasa nyeri pada daerah yang terpasang traksi: lokasi pasti,

derajat, durasi, dan deskripsi nyeri (mis: tajam, seperti tertusuk

jarum), dan identifikasi setiap gerakan atau aktivitas yang

mengawali rasa nyeri.

- Tanda klinis trombus dan embolus: periksalah denyut nadi klien,

tekanan darah, pernafasan, status mental, dan suara napas secara

teratur sebagai petunjuk adanya embolus. Periksa adanya

kemerahan, pembengkakan, dan rasa nyeri pada ektremitas klien

yang terpasang traksi.

- Daerah yang mengalami penekanan untuk memeriksa adanya tanda

iritasi atau kerusakan kulit. Beri perhatian khusus pada (1)

penonjolan tulang mis., tumit, pergelangan kaki, sakrum, siku,

dagu, dan bahu) dan (2) daerah yangrentan terhadap penekanan

karena traksi (mis., tulang tibia untuk Buck’s extention).

- Inflamasi dan drainase pada lokasi pin untuk traksi skeletal.

11 | A s k e p P e m a s a n g a n T r a k s i

Page 12: BAB IItraksi

- Adanya alergi kulit.

- Kulit untuk melihat adanya tanda infeksi atau cedera.

B. Perencanaan

Ahli fisioterapi atau tehnisi orthopedik umumnya yang melakukan

penyusunan awal traksi. Perawat bertanggung jawab memberikan

perawatan kepada klien yang terpasang traksi dan memastikan traksi

berfungsi dengan baik. Jika perlu, tinjau perinsip yang berlaku untuk

tipe traksi tertentu. Secara khusus, tentukan apakah traksi digunakan

secara kontinue atau intermiten dan posisi yang diperbolehkan untuk

klien.

Pendelegasian

Perwatan klien dengan traksi dapat di delegasikan kepada UAP. Akan

tetapi, perawat atau ahli fisioterapi haruslah yang menyusun dan

memasang traksi pada awalnya,mengkaji apakah traksi berfungsi

dengan baik, dan melakukan modifikasi yang di perlukan.

C. Pelaksanaan perawatan

1. Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal

tersebut perlu dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerjasama.

Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk

merencanakan perawatan atau terapi selanjutnya.

2. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi yang

sesuai.

3. Berikan privasi klien

4. Tentukan hal-hal berikut ini : adanya memar dan lecet pada tempat

yang akan terpasang traksi ; adanya riwayat masalah sirkulasi darah

dan alergi kulit ;status mental dan emosi serta kemampuan untuk

memahami pembatasan aktivitas.

12 | A s k e p P e m a s a n g a n T r a k s i

Page 13: BAB IItraksi

5. Perhatikan tipe traksi, dan periksa peralatan traksi secara teratur,

yaitu kapanpun anda sedang berada disamping tempat tidur atau

pada interval waktu yang telah ditetapkan,contohnya setiap 2 jam.

6. Pertahankan agar klien tetap dalam posisi traksi yang benar

7. Kaji status neorovaskuler pada ekstremitas yang terpasang traksi.

8. Sediakan alat pelindung dan tindakan untuk melindungi kulit.

9. Lepaskan hanya traksi kulit tanpa perekat intermiten sesuai dengan

protokol institusi atau program dokter.

10. Ajarkan kepada klien cara mencegah masalah yang terkait dengan

imobilisasi.

11. Dokumentasikan hasil pemeriksaan pada catatan klien dengan

menggunakan formulir atau daftar tilik disertai catatan narasi jika

diperlukan.

D. Evaluasi

Lakukan pemeriksaan tindak lanjut yang terinci berdasarkan hasil

pemeriksaan yang menyimpang dari yang diharapkan atau normal

bagi klien. Klien harus mampu mendemonstrasikan RPS yang biasa

pada semua sendi tubuh yang tidak terpasang traksi ; menggerakan

seluruh jari tangan atau jari kaki pada ekstremitas yang terpasang

traksi ; merasakan sensasi normal dan memiliki warna kulit serta

suhu yang normal pada seluruh jari tangan dan jari kaki di

ekstremitas yang terpasang traksi, dan bebas dari tanda-tanda

adanya tekanan (pucat, memerah,meningkatnya rasa hangat atau

nyeri tekan) pada area yang tertekan.

Hubungkan hasil pemeriksaan dengan data pemeriksaan

sebelumnya jika tersedia.

Laporkan penyimpangan yang signifikan kepada dokter.

J. Tekhnik perawatan klien dengan traksi skeletal

13 | A s k e p P e m a s a n g a n T r a k s i

Page 14: BAB IItraksi

A. Pengkajian

Pengkajian dan pendelegasian pada klien dengan traksi skeletal sama

seperti pada klien dengan traksi kulit.

B. PERENCANAAN

Verifikasi program dokter. Tentukan derajat gerakan yang

diperbolehkan dan setiap tindakan kewaspadaan khusus (mis, posisi

tempat tidur yang diperbolehkan).

C. PELAKSANAAN

1. Jelaskan pada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut

perlu dilakukan, dan bagaiman cara klien bekerja sama. Diskusikan

bagaimana hasilna akan digunakan untukm mererncanakna pengobatan

atau terapi selanjutnya.

2. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi yang sesuai.

3. Berikan privasi klien.

4. Inspeksi peralatan traksi. Traksi skeletal bisa diterapkan pada tulang

tengkorak, ujung proksimal ulna, ujung distal femur, ujung distal dan

proksimal tibia, dan kalkaneus (tulang tumit). Karena tulang dapat

menahan beban lebuh berat dari pada kulit, pemberat yang lebih berat

dapat digunakan (mis, hingga 15kg). Pin logam, kawat, atau jepitan

dimasukan kedalam tulang tempat traksi dipasang. Contoh umum adalah

pin steinmann dan kabel kirschner.

Ujung distal Thomas leg splint dan pearson attachment dikaitkan ke

tali yang diberi pemberat sebagai gantungan. Pearson attachment

menyangga tungkai bawah sehingga terangkat dari tempat tidur dan

memungkinkan lutut fleksi. Pin atau kawat yang ditarik dari tulang

dikaitkan ke palang yang melebar, kemudian dikaitkan ke tali,

katrol,dan pemberat. Kontertraksi di dapatkan sebagian besar dari

14 | A s k e p P e m a s a n g a n T r a k s i

Page 15: BAB IItraksi

berat badan. Akan tetapi, tali dengan pemberat dikaitkan ke ujung

proksimal Thomas leg splint sehingga mengimbangi berat suspensi

untuk menghindarai kulai kaki, pijakan kaki dipasang pada peralatan

Pearson. Untuk mencegah kerusakan kulit, cincin iskial pada Thomas

spiln diberi bantalan. Kain penyangga kulit domba ditempatkan

disepanjang pengait.

Penjepit tengkorak (mis, Crutchfield, Burton, Gardnerwell, atau

Vinke) dipasang pada setiap sisi tulang tengkorak. Palang logam

tengah dikaitkan ke tali, katrol, dan pemberat sehingga menciptakan

tarikan traksi disepanjang sumbu panjang spinal.

5. Pertahankan agar klien berada dalam posisi traksi yang tepat. Pastikan

kepala, lutut, dan kaki tempat tidur dielevasi dengan benar.

Untuk klien yang terpasang penjepit tulang tengkorak atau lingkaran

logam diatas kepala, ubah posisi klien sebagai sebuah unit. Jangan

biarkan leher memutar. Sebuah tempat tidur khusus mungkin

dibutuhkan.

Jika penjepit atau pi tulang tengkorak tercabut, sangga kepla, lepaskan

emberat, letakkan kantong pasir atau kantong liter cairan ada salah

satu sisi kepala untuk mempertahankann kesejajaran, dan segera

beritahu dokter.

6. Kaji status neurovaskuler dari ekstremitas yang terpasang traksi.

Lakukan pengkajian neurovaskuler setiap jam selama 24 jam pertama.

Jika status klien “normal”, lakukan pengkajian setiap 4 jam selama

menggunakan traksi. Jika status klien tidak normal, lanjutkan

pengkajian setiap jam.

7. Lakukan perawatn pada tempat pemasangan pin setiap hari jika

diindikasikan oleh program dokter dan kebijakan institusi.

15 | A s k e p P e m a s a n g a n T r a k s i

Page 16: BAB IItraksi

Inspeksi tempat pemasangan pin dengan hati-hati. Inspeksi reguler

pada tempat pemasangan pin merupakan deteksi awal terhadap

inspeksi kecil, dimanifestasikan dengan adanya tanda drainase

serosanguinosa, krusta, pembengkakan dan eritema.

Gunakan teknik yang bersih atau steril sesuai kebijakan institusi.

Teknik steril paling sering digunakan dirumah sakit, tekni bersih

digunakan di tempat rawat jalan.

Sesuai kebijakan institusi, bersihkan krusta dengan menggunakan

cairan salin normal atau sediaan lain pada lidi kapas. Gunakan teknik

menggulung secara hati-hati untuk mengurangi iritasi jaringan.

Membersihkan sekresi krusta meungkinkan tempat pin mengering

tanpa gangguan. Krusta awal disekitar tempat pin tidak menimbulkan

masalah dan dapat menjadi jiwa pwlindung terhadap infeksi, namun

krusta yang terakumulasi disekitar pin penguat eksternal akan dapat

menyebabkan infeksi sekunder.

Gunakan sarung steril jika diprogramkan. Tentukan praktek institusi

mengenai asuhan keperawatan di tempat pemasangan pin. Salep dapat

mengganggu drainase yang benar (McKenzie, 1999).

Kendurkan balutan kasa disekitar tempat pin.

Sesuaikan frekuensi perawatan menurut jumlah drainase. Jika tidak

ada drainase, cukup dengan melakukan perawatan pada tempat

pemasangan pin sekali sehari. Jika ada drainase, lakukan perawatan

pada tempat pemasangan pin setiap 8 jam.

Jika ada drainase purulen (pus), beritahukan dokter dan ambil

spesimen untuk contoh kultur dan sensitivitas.

8. Ajarkan klien tentang cara mencegah masalah akibat imobilisasi.

9. Dokumentasikan hasil pemeriksaan dalam catatan klien dengan

menggunakan formulir atau daftar tilik disertai catatan narasi jika

diperlukan.

16 | A s k e p P e m a s a n g a n T r a k s i

Page 17: BAB IItraksi

Klien yang memakai traksi halo-vest dapat melakukan ambulasi dan

tidak perlu di rawat di rumah sakit. Perkuat kembali penyuluhan

mengenai hygiene, perawatan alat, dan kapan waktu untuk

menghubungi tenaga kesehatan kepada klien dan keluarga.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi

digunakan untuk meminimalkan spasme otot; untuk mereduksi,

mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur; untuk mengurangi deformitas;

dan untuk menambah ruangan di antara kedua permukaan patahan tulang.

Ada dua tipe utama traksi : traksi kulit dan traksi skeletal.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan perawat dapat memahami dan

memperhatikan penatalaksanaan perawatan traksi.

17 | A s k e p P e m a s a n g a n T r a k s i