BAB IIsdavadvasdvadvadsvasdvacvvagvrq4ghtgef

16
5 BAB II DASAR TEORI 2.1 Analisa Waktu Alasan dilakukan analisa waktu dalam penerapan netwok planning pada penyelenggaraan proyek antara lain : 1. Analisa waktu merupakan langkah pertama sebelum melakukan analisa lebih lanjut yaitu analisa sumber daya dan analisa biaya. 2. Untuk melakukan analisa waktu pada tahap perencanaan (disain model), data yang diperlukan relatif tidak terlalu sukar penyediaannya. 3. Untuk melakukan analisa waktu pada tahap pemakaian (operasional), pengumpulan dan pengolahan datanya relatif lebih mudah. Yang dimaksud dengan analisa waktu dalam penyelenggaraan proyek adalah mempelajari tingkah laku pelaksanaan kegiatan selama penyelenggaraan proyek. Dengan analisa waktu ini, diharapkan bisa ditetapkan skala prioritas pada tiap tahap, dan bila terjadi perubahan waktu pelaksanaan kegiatan, segera bisa diperkirakan akibat-akibatnya sehingga keputusan yang diperlukan dapat segera diambil. Ada beberapa tujuan analisa waktu antara lain : 1. Dengan analisa waktu memungkinkan disesuaikannya umur perkiraan proyek dengan umur proyek yang direncanakan dengan cara yang rasional, sepanjang masih memungkinkan. 2. Umur rencana proyek dapat ditentukan lamanya sesuai dengan tingkat probabilitas yang dikehendaki.

description

fawefeaggergasdfafsdfaddva

Transcript of BAB IIsdavadvasdvadvadsvasdvacvvagvrq4ghtgef

5

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Analisa Waktu

Alasan dilakukan analisa waktu dalam penerapan netwok planning pada

penyelenggaraan proyek antara lain :

1. Analisa waktu merupakan langkah pertama sebelum melakukan analisa lebih

lanjut yaitu analisa sumber daya dan analisa biaya.

2. Untuk melakukan analisa waktu pada tahap perencanaan (disain model), data

yang diperlukan relatif tidak terlalu sukar penyediaannya.

3. Untuk melakukan analisa waktu pada tahap pemakaian (operasional),

pengumpulan dan pengolahan datanya relatif lebih mudah.

Yang dimaksud dengan analisa waktu dalam penyelenggaraan proyek adalah

mempelajari tingkah laku pelaksanaan kegiatan selama penyelenggaraan proyek.

Dengan analisa waktu ini, diharapkan bisa ditetapkan skala prioritas pada tiap tahap,

dan bila terjadi perubahan waktu pelaksanaan kegiatan, segera bisa diperkirakan

akibat-akibatnya sehingga keputusan yang diperlukan dapat segera diambil.

Ada beberapa tujuan analisa waktu antara lain :

1. Dengan analisa waktu memungkinkan disesuaikannya umur perkiraan proyek

dengan umur proyek yang direncanakan dengan cara yang rasional, sepanjang

masih memungkinkan.

2. Umur rencana proyek dapat ditentukan lamanya sesuai dengan tingkat

probabilitas yang dikehendaki.

6

3. Untuk menekan tingkat ketidakpastian dalam waktu pelaksanaan selama

penyelenggaraan proyek, dengan demikian diharapkan timing yang tepat bisa

ditentukan. Dan dengan menentukan timing yang tepat analisa sumber daya dan

analisa biaya, segera bisa dilakukan.

4. Cara kerja yang efisien bisa diselenggarakan sehingga waktu penyelenggaraan

menjadi efisien pula.

2.1.1 Faktor penentuan lama kegiatan

Lama kegiatan adalah Jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

kegiatan yang bersangkutan, yaitu mulai dari saat awal kegiatan mulai dikerjakan

sampai dengan saat akhir kegiatan selesai dikerjakan. Adapun satuan untuk

mengukur lama kegiatan tergantung dari macam kegiatannya, bisa dalam detik,

menit, j am, hari dan sebagainya.

Ada dua faktor penentu lama kegiatan yaitu :

1. Faktor teknis

Contoh : volume pekerjaan, sumber daya, ruangan, jam kerja per hari dan

sebagainya.

2. Faktor non teknis

Contoh : Banyaknya hari kerja dalam seminggu, banyaknya hari libur, cuaca dan

sebagainya.

7

2.1.2 Cara praktis menentukan lama kegiatan

Untuk pekerjaan-pekerjaan standar, biasanya telah tersedia suatu standar yang

menentukan hubungan antara volume pekerjaan, sumber daya yang tersedia, dan

waktu, sehingga menentukan hari kerja untuk pekerjaan yang bersangkutan bukan

merupakan persoalan lagi.

Jika belum tersedia, standar yang dimaksudkan ada 3 cara menentukan lama

kegiatan :

1. Cara rata-rata

Cara rata-rata relatif mudah namun kurang tepat atau kurang memadai

dikarenakan menyamaratakan tiap kasus meskipun pada kenyataannya masing-

masing kasus terdiri dari tiap kasus yang berbeda-beda.

peristiwajumlah

kejadianlamajumlahLPERperkiraankegiaLama )(tan [1]

2. Cara pembobotan

Cara pembobotan relatif lebih tepat dibandingkan cara rata-rata, karena

memperhatikan jumlah dan peran kejadian tiap kasus. Namun cara ini sukar

karena perlu data yang relatif banyak.Cara pembobotan.

peristiwajumlah

bobotjumlahLPERperkiraankegiaLama )(tan [2]

3. Cara lintasan kritis (critical path method)

Cara lintasan kritis merupakan cara yang memiliki keuntungan dari kedua

cara tersebut diatas, karena membutuhkan data relatif lebih sedikit tetapi tetap

memperhatikan peran kejadian tiap kasus.

8

6

)1()4(1)(tan

LPLMLOLPERperkiraankegiaLama

[3]

Dimana:

LO = Lama kegiatan optimis

LM = Lama kegiatan yang sering terjadi

LP = Lama kegiatan pesimis

Pertimbangan terakhir dalam penentuan cara yang akan dipakai,

bergantung pada tersedianya data dan tingkat kebenaran data yang tersedia

tersebut. Lama kegiatan hasil dari ketiga cara tersebut masing-masing disebut

lama kegiatan perkiraan (LPER) dan masing-masing dianggap mempunyai

kemungkinan berhasil 50% dan mempunyai kemungkinan gagal 50 %.LP =

Lama kegiatan pesimis.

2.2 Pengecoran Matt foundation

Pekerjaan pengecoran adalah penuangan beton segar ke dalam cetakan suatu

elemen struktur yang telah diberi tulangan. Pengecoran matt foundation biasanya

dilakukan dengan volume yang cukup besar. Maka dari itu perlu dilakukan

pengawasan dan pengontrolan agar mutu sesuai dengan yang di inginkan. Dalam

pengecoran dalam jumlah yang besar tidak mungin dilakukan dengan cara manual

seperti pada proses pengadukan beton, pengangkutan dan penuangan. Untuk proses

pengadukan itu sendiri biasanya diakukan di batching plan.

2.2.1 pengecoran dan pemadatan

Menurut Sugeng Suryanto (2011), pengecoran tidak boleh dilakukan pada

kondisi cuaca seperti berikut :

9

a. Hujan, air hujan langsung mengenai area pengecoran, apabila pengecoran

dalam jumlah besar maka untuk mengantisipasi terjadinya hujan bisa

dilakukan dengan memasang tenda pada lokasi pengecoran sesuai ijin

pengawas ahli.

b. Temperature melebihi 30° C

c. Lengas nisbi dari udara kurang dari 40%

d. Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam

e. Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam

Pada point (b,c,d) pengecoran masih dapat dilakukan dengan penambahan

admixture yang sesuai dengan kondisi tempat pekerjaan.

Pengececoran dilakukan segera setelah selesai pengadukan dan sebelum beton mulai

mengeras. Dilaksanakan secara terus menerus tanpa berhenti hingga selesainya

pengecoran suatu panel atau penampang yang dibentuk oleh batas-batas elemennya

atau batas penghentian pengecoran. Jarak jatuh bebas ke dalam cetakan harus

pada ketinggian kurang dari 150 cm, apabila melebihi dapat menyebabkan

segregasi spesi beton. Serta tidak diperkenankan menimbun beton dalam jumlah

banyak di satu tempat dengan maksud untuk kemudian meratakannya sepanjang

acuan. Untuk menjamin agar nilai air semen tetap sesuai mix design yang sudah

ditentukan maka harus dilakukan slump test (test kekentalan adukan beton) selama

pelaksanaan pengecoran.

Dalam SNI 03-3976-1995 tentang tata cara pengadukan pengecoran beton,

ketentuan-ketentuan lain dalam pengecoran yang belum disebutkan diatas adalah:

1. Tingkat kecepatan pengecoran beton harus diatur agar beton selalu dalam

keadaan plastis dan dapat mengisi dengan mudah ke dalam sela-sela diantara

tulangan.

2. Beton yang telah mengeras sebagian atau yang seluruhnya tidak boleh

dipergunakan untuk pengecoran.

10

3. Beton yang telah terkotori oleh bahan lain tidak boleh dituangkan ke dalam

struktur.

4. Beton yang sudah di cor harus dipadatkan secara sempurna dengan alat yang

tepat agar dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar tulangan, alat konstruksi

dan alat instalasi yang akan tertanam dalam beton dan daerah sudut acuan.

2.2.1 Beton siap pakai (Ready-mix concrete)

Beton pada dasarnya adalah campuran dari dua komponen, yaitu mortar dan

agregat. Mortar terbuat dari campuran Portland cement dan air. Sedangkan agregat

dibedakan menjadi agregat kasar dan agregat halus. Agar dapat mencapai kekuatan

yang diinginkan maka harus dicari komposisi yang sesuai dari masing-masing

komponen tersebut (mix design).

Beton siap pakai adalah beton yang pencampuranya tidak dilakukan di area

proyek, melainkan beton dicampur di tempat lain dan dikirim ke area proyek dalam

keadaan segar.

1. Worabilititas/kelecakan

Worabilitas adalah kemudahan mengerjakan beton,dimana menuang

(placing) dan memadatkan (compacting) tidak menyebabkan munculnya efek

negatife berupa (1) bleeding, yaitu air terpisah dari agregat dan naik ke

permukaan, (2) segregasi, yaitu terpisahnya agregat kasar dari mortar. Kadar air

dalam campuran beton sangat mempengaruhi kelecakan atau workabilitas.

Pengaturan kadar air diperlukan untuk menentukan jumlah air yang tersedia agar

mempengaruhi workabilitas dari campuran beton cair tersebut.

Syarat workabilitas berbeda untuk pekerjaan yang berbeda. Yang

disyaratkan untuk suatu pengecoran ertentu tergantung pada pemadat yang

dipakai (pakai vibrator atau tidak), jenis struktur (tulangan rapat atau tidak), dan

fasilitas yang ada. Msalnya, pelaksanaan pengecoran plat lantai dan balok,

terutama dengan menggunakan concrete pump, workabilitas memiliki pengaruh

yang sangat besar.

11

2. Segregasi

Segregasi adalah pemisahan berbagai bahan campuran beton yang ada

disebabkan ukuran partikel dan berat jenis yang relative berbeda. Terdapat suatu

tendensi pada pada partikel yang lebih kasar dan berat untuk mengendap pada

bahan-bahan yang lebih ringan, terutama air untuk naik ke permukaan.

3. Waktu ikat beton (setting time)

Waktu pegikatan beton atau setting time adalah waktu yang diperlukan dalam

perubahan bentuk beton daric air menjadi padat, tetapi masih belum mempunyai

kekuatan. Pengikatan ini terjad akibat reaksi hidrasi yang trjadu pada permukaan

butir semen, terutama butir trikalsium aluminat. Penundaan pengiriman beton

segar dari batching plan ke area konstruksi secara signifikan akan mengakibatkan

beton menjadi keras dan menyebaban terjadinya penurunan workabilitas dari

beton cair tersebut. Setting time dapat diperlamba dengan menggunaan retarder.

Dalam penggunaan retarder disesuaikan dengan standar yag telah ditentukan

oleh produsen retarder itu sendiri (Nugraha, 2007).

2.2.2 Truk mixer

Kendaraan ready mix terdiri atas drum pencampur atau pengaduk yang

dipasang pada rangka normal. Roda kendaraan ini ada yang 4,6 dan 8 tergantung pada

besarnya mixer, makin besar mixer maka akan semakin banyak ban yang diperlukan.

Kapasitas truck mixer bervariasi mulai dari 4.6mᵌ-11.5mᵌ. Drum berputar dengan

tenaga penggerak yang bersumber dari kendaraan yang bersangkutan. Putaran dapat

mencapai dua puluh kali setiap menit. Beton yang digunakan untuk pengecoran matt

foundation adalah beton yang siap pakai yang diambil dari batching plan. Silinder

akan terus berputas selama perjalanan menuju site plan.

12

Penggunaan truck mixer ini sangat tergantung pada lokasi dan kondisi lokasi

proyek. Seperti yang sudah dijelaskan pada ketentuan diatas bahwa pengecoran

dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan sampai pada batas

pengecoran, maka pengecoran harus dilakukan dengan cepat agar adonan tidak

sempat kering sebelum tercampur dengan adonan lain dari truck mixer yang lain.

Karena banyaknya kebutuhan beton untuk pengecoran matt foundation, maka

dibutuhkan truck mixer yang banyak. Penyediaan truck mixer ini akan

menimbulkan masalah dalam kelancaran lalu lintas. Mengingat bahwa truk ini

merupakan kendaraan yang cukup memakan badan jalan yang dapat menghambat

arus lalu lintas. Untuk itu perlu adanya koordinasi antara kesiapan beton, kondisi

lalu lintas dan tempat pengecoran. Ketiga unsur tersebut harus saling

mendukung, agar lalu lintas tidak macet, adonan beton terjaga dalam keadaan

baik dan pengecoran dapat berjalan baik dan sempurna.

Berikut ada siklus kerja truk mixer dapat dilihat pada gambar 2.2

Gambar 2.1 truck mixer

Gambar 2.2 siklus kerja truk mixer

13

Waktu siklus dari truk mixer hanya di hitung sampai penuangan beton saja,

karena berhubungan dengan waktu setting time beton. Berikut adalah

perhitungan waktu siklus dari truk mixer:

54321 tttttCM [4]

Dimana:

CM = Waktu siklus (menit)

t1 = waktu perjalanan (menit)

t2 = waktu antri (menit)

t3 = waktu perjalanan menuju CP (menit)

t4 = waktu tuang (menit)

t5 = spot and delay (table 2.1) (menit)

seperti yang sudah dikatakan di atas bahwasanya pengangkutan beton

berhubungan dengan waktu setting time beton maka :

a. Menghitung waktu spot and delay

Waktu spot and delay adalah waktu dimana terjadi penguluran waktu yang

diakibatkan oleh beberapa hal seperti truk melakukan maneuver, setting

untuk mendekati concrete pump dan waktu-waktu lainyang mengakibatkan

penambahan waktu. Dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 spot and delay

Kondisi operasi t5 (min.)

baik 0.10 – 0.20

Rata-rata 0.25 – 0.35

Tidak baik 0.4 – 0.5

Sumber: buku alat berat afrizal nursi

b. Menghitung waktu perjalanan

CM ˂ setting time

14

Waktu perjalanan adalah waktu yang diperlukan truk untuk menuju lokasi

pengecoran. untuk menghitung waktu perjalanan dapat dihitung dengan

rumus:

v

Dt

[5]

Dimana:

t = Waktu (menit)

D = jarak (m)

V = kecepatan (m/menit)

c. Menghitung waktu tuang

Waktu tuang adalah waktu yang diperlukan oleh truk mixer untuk menuang

beton melalui concrete pump. Menghitung waktu tuang dengan rumus:

menitpumpconcretekapasitas

trukkapasitastuangwaktu

/ [6]

d. Menghitung waktu antrian

Waktu antrian adalah waktu tunggu truk untuk menunggu giliran menuang

beton. Waktu tunggu truk dapat dihitung dengan menghitung waktu tuang

truk ditambah waktu tunggu pada truk sebelumnya.

2.2.3 Pompa Beton (concrete pump)

Pompa beton berfungsi menyalurkan bahan cor beton pada lokasi

pengecoran. Adukan beton disalurkan melalui saluran tertutup karena bentuk

15

adukan yang cair. Pemompaan dilakukan melalui pipa atau slang yang

dipasang secara horizontal dan vertical atau miring. Penggunaan pompa beton

ini sangat efektif karena beton dapat dipindahkan ke tempat-tempat yang

bervariasi sesuai kondisi proyek. Kapasitas pemompaan dapat mencapai 24 mᵌ

per jam. Jarak pompa yang disarankan ialah 70-600 m horizontal dan 20 meter

untuk vertical. Pipa pemuat beton berukuran 100-200 mm tergantung dari tipe

concrete pump

Dalam pelakasanaanya concrete pump mempunyai beberapa tahap

sebelum dimulai pemompaan. Sebelum digunakan, pipa concrete pump harus

dilumuri dengan mortar agar beton yang akan menggalir tidak melekat pada

permukaan dalam pipa. Mortar diangkut oleh truk mixer lalu dituangkan ke

concrete pump, selanjutnya persiapan proses pemompaan mortar. Setelah

dituangi oleh mortar tadi, concrete pump dapat digunakan untuk memompa

beton segar yang sudah dituangkan. Truk mixer pengangkut beton mendekati

concrete pump lalu memposisikan corong penyalur beton pada concrete pump.

Setelah itu truk mixer menuangkan campuran beton segar ke concrete pump

sampai campuran beton dalam truk mixer habis. Proses penuangan beton terus

berlangsung dengan pasokan dari truk mixer yang lain sampai pengecoran

selesai.

A. Deskripsi alat

Concrete pump dibagi menjadi 3 bagian penting:

1. Trailer

Trailer adalah salah satu bagian dari concrete pump yang utama dan

berfungsi untuk membawa boom pump dan line pump.

16

2. Boomp Pump

Boom pump terdiri dari truk dan kerangka penyangga. Boom pump

digunakan untuk menuangkan beton dari slab pada saat cetakan beton siap

untuk di cor pada bangunan tingkat tinggi, dengan volume yang besar dan

untuk proyek industri

3. Line pump

Line pump adalah alat serba guna ( pipa penyaluran beton saat memompa

beton) yang mudah dibawa khusus digunakan untuk memompa beton tetapi

tidak hanya digunakan memompa beton struktur tetapi juga untuk spesi

semen atau adukan beton encer, beton basah, adukan kapur atau mortar.

Gambar 2.3 Trailer

Gambar 2.4 Boomp pump

17

Cara kerja line pump untuk bola katup pompa yang model terkecilnya

sering disebut pompa adukan banyak digunakan untuk struktur beton

dimana keluaranya sesuai untuk volume beton rendah. Alat ini juga

digunakan untuk memperbaiki beton dibawah air, memompa atau

mengecor beton dengan kekuatan tinggi.

Pengenalan dari concrete pump hidrolik pasti mempunya kaitan yang

sangat besar hubungannya dengan penerimaan terhadap beton dengan

metode pemompaan. Pompa yang terdapat pada truck-mounted atau diseret

sebagai unit terpisah dimana terdapat minyak yang merupakan cairan aktif,

digunakan untuk mengoperasikan silencer pemompa tunggal dan rangkap.

Gambar 2.5 Line pump

Gambar 2.6 Bagian-bagian dari concrete pump

18

Kebanyakan pompa beton menggunakan dua silinder hidrolis sebagai

penggeraknya, sama seperti trailer pump yang menggunakan diameter 1000

mm mampu memompa beton 85.000 secara vertical dan 200.000 secara

horizontal walaupun peranya berbeda tapi cara kerjanya sama. Pipa

penyaluran terbuat dari baja tanpa klem dengan panjang 3.000 fleksibal di

bagian atasnya dan pada akhir penyaruanya. Radius tekukan sebesar 1000

memberikan 22,5º, 45º dan 90º pada putaran fleksibelnya. Jenis pompa

beton yang berdiameter kecil (75 mm – 100 mm) digunakan pemompaan

secara vertical sedangkan yang berdiameter besar ( 150 mm ) digunakan

untuk pemompaan secara horizontal. Jika adukan beton dengan agregat

besar maka diameter pompa yang digunakan harus tiga atau empat kalinya

dari ukuran agregat yang terbesar.

Beton di dalam corong dituangkan ke dalam cilinder pada gerak

pengisisapan sepanjang pipa pada tekanan. Mesin diesel atau elektrik,

kekuatan pompa. Model silinder rangkap mempunyai kemampuan untuk

mengirimkan adukan sampai 24 mᵌ/jam dengan diameter pompa saluran

150 mm. jikan pipa yang digunakan berdiameter pipa 100 mm Kn

menyebankan kesulitan dalam menuangkan adukan ke berbagai ukuran.

Memberi suatu solusi apabila sampai 35-45 mᵌ/jam, jika suatu beton lebih

dari yang diperlukan atau lebih kecil dari lapisan dia tasnnya. Antara 0.5-8

mᵌ, kapasitas dan sistemnya tergantung pada percobaan yang mengijinkan

adukan beton dengan control manual.

B. Kapasitas produksi

Dalam melakukan pekerjaan pengecoran dengan menggunakan

concrete pump haruslah memepertimbangkan kemampuan produksi dari alat

concrete pump tersebut, baik dari spesifikasi alatnya, batas waktu pelaksanaan

19

pun harus dipertimbangkan, berpengaruh terhadap pemilihan alat. Untuk

perhitungan

dari kapasitas produksi pada alat concrete pump prinsipnya sama,

kapasitas produksi ini dapat dihitungan dari spesifikasi teknis alat atau dari

kapasitas produksi yang telah di tabelkan pada tiap jenis alat.

1. Menghitung pengeluaran pipa

Untuk menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh pipa dapat

dihitung dengan rumus;

000.000.400

6,3%. 3

timestroke

xxdiametercylxleghtstrokecubicmeter [7]

000.000.400

%2 xdxxstrokestrokeliter

[8]

Dimana :

Stroke leght = panjang (700, 1000, 1400, 2100, 3000 ) mm

Cyl.diameter = (200, 230, 280) mm

Stroke time = waktu (sec)

% = filling ratio (70 – 90 %)

1.4 Sistem operasi pengecoran dengan concrete pump

Aktivitas pengecoran dimulai pada saat truk mixer memasuki area

proyek (IN) menuju ke area antrian, jika proses penuangan (pouring) beton

cair menuju hopper concrete pump masih proses penuangan (pouring) maka

truk mixer harus menunggu terlebih dahulu hingga proses penuangan

(pouring) beton cair menuju hopper concrete pump selesai lalu melakukan

maneuver (maneuver) untuk mengambil posisi untuk menuang beton cair ke

dalam hopper concrete pump. Jika setelah melakukan maneuver (maneuver)

20

pekerjaan memadatkan telah selesai maka truk mixer dapat segera menuang

(pouring) beton cair ke dalam hopper cocncrete pump. Truk mixer yang

selesai menuang beton cair ke dalam hopper concrete pump kemudian

meninggalkan area proyek (OUT). Selagi beton cair dituang dalam hopper

concrete pump, aktifitas pemonpaan atau (pumping) dimulai. Ketika

memadatkan beton cair (compacting) hingga proses pemompaan selesai

(gambar 2.7)

= Activity = Queuing

Gambar 2.7 Sistem operasi pengecoran dengan concrete pump

= antrian

Keterangan:

= aktifitas

Gambar 2.7 Sistem operasi pengecoran dengan concrete pump