BAB III.docxzxc.cmzx.mcx.cm,.x

3
BAB III ANALISIS KASUS Pasien Tn Suryawan, 54 tahun dirawat di bagian Penyakit Dalam RSMH dengan Gangren Pedis Dekstra + DM tipe !"erweight + Melena Perbaikan, dik#nsulkan $agian p#li gigi RSMH dengan tu%uan untuk pemeriksaan &#kal in&eksi dari gigi dan m Penderita mengeluh gigigerahankanan atasdan kiri atasberlubang' Penderita mengeluh gigi kanan dan kiri atas berlubang se%ak tahun yang lalu, nyeri ()*' Pen membersihkan mulut dan giginya' amun pasien belum pernah memeriksakan giginya ke d gigi' Saat dik#nsulkan ke P#li Gigi dan Mulut keadaan umum penderita tampak k#mp#s mentis, adi 5 -.m, perna&asan / -.m, suhu 01 / 2 dan TD 30/. / mmHg' Pada pemeriksaan ekstra #ral tidak ditemukan adanya kelainan' Pada pemeriksaan intra#ral tidak terda pada semua regi#n a,b, ,d,e, dan &, dan hubungan antar rahang #rt#gnanti' ditemukan adanya gangren radi- 3', gangren radi- 3'1, gangren radi- '1, abrasi 0 dan abrasi 4'5' Diabetes Mellitus (DM* gangguan metab#lisme yang se ara genetik dan klini heter#gen dengan mani&estasi berupa hilangnya t#leransi karb#hidrat' DM dap men%adi Diabetes melitus tipe 3 dan Diabetes melitus tipe ' DM tipe 3 dapat diseba &akt#r genetik, &akt#r imun#l#gi dan &akt#r lingkungan' Sedangkan DM tipe disebab &akt#r genetik dan &akt#r) &akt#r risik#nya' Ge%ala klasik diabetes melitus ya p#lidipsia dan p#li&agia' akt#r lingkungan dapat men%adi pemi u pada penderita lupus seperti radiasi u tembakau, #bat)#batan dan in&eksi' Pada pasien ini salah satu &akt#r lingk berpengaruh yaitu &akt#r #bat)#batan (ster#id* yang mengakibatkan supresi pasien, sehingga dapat meningkatkan in&eksi yang berasal dari &l#ra n#rmal r#ngga itu sendiri dan dapat menurunkan pr#duksi sali"a yang akan menyebabkan self cleansi mulut men%adi menurun sehingga dapat men etuskan penumpukan sisa makanan atau kalk semua regi#' akt#r 6n&eksi bakteri tersebut dapat men%adi salah satu pen mengeksaserbasi ter%adinya suatu k#mpleks aut#imun' #kal in&eksi yang ter%adi pada dapat berasal dari pr#ses in&eksi sisa akar gigi '1 yang sudah men%adi gangren rad gigi dapat disebabkan karena trauma, karies gigi, dan pr#ses pen abutan

description

kzxlclkxzl;kc;KG

Transcript of BAB III.docxzxc.cmzx.mcx.cm,.x

BAB IIIANALISIS KASUSPasien Tn Suryawan, 54 tahun dirawat di bagian Penyakit Dalam RSMH Palembang dengan Gangren Pedis Dekstra + DM tipe 2 Overweight + Melena Perbaikan, dikonsulkan ke Bagian poli gigi RSMH dengan tujuan untuk pemeriksaan fokal infeksi dari gigi dan mulut. Penderita mengeluh gigi gerahan kanan atas dan kiri atas berlubang. Penderita mengeluh gigi kanan dan kiri atas berlubang sejak 2 tahun yang lalu, nyeri (-). Penderita jarang membersihkan mulut dan giginya. Namun pasien belum pernah memeriksakan giginya ke dokter gigi.Saat dikonsulkan ke Poli Gigi dan Mulut keadaan umum penderita tampak kompos mentis, Nadi 85 x/m, pernafasan 20 x/m, suhu 360C dan TD 130/80 mmHg. Pada pemeriksaan ekstra oral tidak ditemukan adanya kelainan. Pada pemeriksaan intraoral tidak terdapat kalkulus pada semua region a,b,c,d,e, dan f, dan hubungan antar rahang ortognanti. Pada status lokalis ditemukan adanya gangren radix 1.2, gangren radix 1.6, gangren radix 2.6, abrasi 3.4, abrasi 3.5 dan abrasi 4.5. Diabetes Mellitus (DM) gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. DM dapat dibedakan menjadi Diabetes melitus tipe 1 dan Diabetes melitus tipe 2. DM tipe 1 dapat disebabkan oleh faktor genetik, faktor imunologi dan faktor lingkungan. Sedangkan DM tipe 2 disebabkan oleh faktor genetik dan faktor- faktor risikonya. Gejala klasik diabetes melitus yaitu poliuria, polidipsia dan polifagia.Faktor lingkungan dapat menjadi pemicu pada penderita lupus seperti radiasi ultraviolet, tembakau, obat-obatan dan infeksi. Pada pasien ini salah satu faktor lingkungan yang dapat berpengaruh yaitu faktor obat-obatan (steroid) yang mengakibatkan supresi imun pada tubuh pasien, sehingga dapat meningkatkan infeksi yang berasal dari flora normal rongga mulut pasien itu sendiri dan dapat menurunkan produksi saliva yang akan menyebabkan self cleansing rongga mulut menjadi menurun sehingga dapat mencetuskan penumpukan sisa makanan atau kalkulus di semua regio. Faktor Infeksi bakteri tersebut dapat menjadi salah satu pencetus atau dapat mengeksaserbasi terjadinya suatu kompleks autoimun. Fokal infeksi yang terjadi pada pasien ini dapat berasal dari proses infeksi sisa akar gigi 2.6 yang sudah menjadi gangren radix. Sisa akar gigi dapat disebabkan karena trauma, karies gigi, dan proses pencabutan gigi yang tidak sempurna. Pada pasien ini riwayat trauma dan pencabutan gigi disangkal sehingga kemungkinan faktor dari karies gigi yang sudah lama dan berkembang seiring waktu dari karies email, dentin, hingga mencapai pulpa. Sisa akar gigi yang terdapat pada pasien ini merupakan tempat yang subur bagi bakteri untuk berkembang biak. Sisa gigi atau akar yang terinfeksi merupakan fokus infeksi atau asal infeksi yang dapat terjadi di organ tubuh lain. Proses infeksi yang terjadi ini akan memicu regulasi abrnormal dari sistem imun salah satunya sel T CD 4+ abnormal yang akan memicu munculnya sel T autoreaktif dan Induksi serta ekspansi sel B Produksi autoantibodi yang kemudian akan membentuk kompleks DNA (ANA) dan mengendap di berbagai macam organ hingga terjadi fiksasi komplemen pada organ tersebut dan terjadilah reaksi inflamasi atau peradangan pada berbagai organ salah satunya pada mukosa mulut yang dapat mengakibatkan stomatitis. Lesi pada mukosa mulut merupakan yang tersering menjadi target pada lupus eritematosus, seperti pada diskoid lupus eritematosus dan lupus eritematosus sistemik. Lesi terlihat sebagai daerah eritematous yang berpusat dan dikelilingi oleh tepi putih yang meninggi. Lesi sering ditemukan pada palatum, mukosa bukal dan palatum, dapat tidak spesifik dan terlihat seperti ulser tanpa rasa sakit[2].Lesi non spesifik lainnya berupa oral kandidiasis atau yang dikenal dengan thrush yang menjadi komplikasi paling sering akibat penggunaan obat imunosupresif seperti kortikosteroid sistemik. Thrush terlihat sebagai plak putih-merah yang dapat ditemukan pada berbagai tempat di rongga mulut.Lesi spesifik pada rongga mulut penderita lupus eritematosus dapat berupa aphtae (canker sores). Pada literatur, aphtae sering disebut juga sebagai stomatitis aphtous rekuren. Lesi ini mengenai 15% pada populasi normal. Lesi aphtae seringnya berukuran kecil (kurang dari 1 cm), terasa sakit dapat ditemukan pada mukosa bukal. Lesi pada lupus eritematosus cenderung lebih lama, lebih besar dan terlihat pada palatum. Lesi oral pada penderita lupus diskoid menyerupai plak berwarna merah yang dikelilingi oleh daerah putih. Lesi ini mirip dengan lichen planus.Pada pasien ini berdasarkan pemeriksaan intraoral tidak didapatkan adanya kelainan. Dalam anamnesis didapatkan pasien telah terdiagnosa SLE kurang lebih selama 1 tahun dan pada awalnya pasien mengalami keluhan sariawan di daerah mukosa mulut (kurang lebih 1 tahun yang lalu), namun saat pemeriksaan intraolar saat ini tidak didapatkan adanya lesi spesifik berupa stomatitis apthous dan lesi non spesifik berupa thrush. Fokus infeksi pada pasien ini dapat berasal dari gangren radix. Oleh karena itu untuk mengurangi risiko fokal infeksi pada pasien ini dilakukan rencana terapi edukasi oral hygiene kepada pasien agar menjaga kebersihan mulut dengan cara menggosok gigi dengan cara yang benar minimal dua kali sehari, Pro Ekstraksi (gigi 1.2, 1.6 dan 2.6) dan Pro Konservasi (gigi 3.4, 3.5 dan 4.5).Dengan menangani fokal infeksi yang terjadi pada pasien ini dapat menjadi salah satu penanganan dalam kasus Diabetes Mellitus tipe 2 paling tidak mencegah terjadinya proses infeksi dan inflamasi dari rongga mulut yang dapat mengakibatkan infeksi dan inflamasi ke sistemik (organ-organ lain yang lebih luas).