bab-iii2
-
Upload
jacksryant -
Category
Documents
-
view
321 -
download
2
Transcript of bab-iii2
68
3.4 Dampak dari Pengisian Sekretaris Desa dari Pegawai Negeri Sipil
maupun Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri Sipil
Dinamika sistem pemerintahan yang terjadi seiring dengan semakin
berkembangnya masyarakat merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh
Pemerintah, baik di tingkat pusat sampai daerah. Pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, dimana dalam salah satu Pasalnya, terdapat perubahan sistem
pemerintahan desa dengan adanya pengangkatan Sekretaris Desa menjadi Pegawai
Negeri Sipil.
Salah satu latar belakang Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan
tersebut untuk memperbaiki sistem pemerintahan desa yang mengacu pada prinsip
profesionalisme. Profesionalisme aparatur pemerintahan yang berada di tingkat desa
merupakan ujung tombak pemerintah untuk mewujudkan tujuan negara.
Sumber daya manusia menempati kedudukan yang lebih tinggi dan
merupakan faktor yang sangat menentukan untuk tingkat keberhasilan dan kegagalan
suatu organisasi. Selain itu sumberdaya manusia sebagai harta paling penting yang
dimiliki suatu organisasi.
Manusia sebagai faktor utama setiap organisasi dimana dan apapun
bentuknya. Setiap individu yang masuk dalam organisasi membawa karakteristiknya
seperti kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan, kebutuhan dan pengalaman,
komponen karakteristik ini kemudian membentuk perilaku pegawai.
69
Dalam organisasi pemerintahan, sumberdaya manusia sering disebut
sebagai aparatur yaitu pegawai yang melaksanakan tugas-tugas kelembagaan.
Kenyataan yang dihadapi, faktor yang sangat menentukan sebagai pemegang kunci
keberhasilan adalah manusianya sebagai perencana, pelaksana, pengendali,
pengawasan maupun evaluasi dan yang memanfaatkan hasilnya.
Pemerintahan yang profesional harapan bagi kita semua, tetapi di sisi lain
kondisi nyata aparat desa saat ini masih jauh dari yang diharapkan. Lahirnya
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah
menimbulkan pro dan kontra di kalangan para praktisi, akademisi maupun pemerhati
di bidang Pemerintahan Daerah.
Adanya perubahan undang-undang otonomi daerah tersebut berarti akan
menimbulkan dinamika sosial maupun politik. Dengan adanya dinamika tersebut
akan membawa dampak yang cukup besar terhadap sistem pemerintahan desa yang
ada khususnya di Kabupaten Grobogan.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah ini mengakibatkan adanya perubahan terhadap mekanisme kepegawaian yang
telah berlangsung selama ini. Tidak menutup kemungkinan ada pihak-pihak yang
dirugikan secara individu maupun kelompok yang menimbulkan kemungkinan
munculnya kepentingan-kepentingan pribadi yang pada intinya sangat bertentangan
dengan berlakunya undang-undang ini.
Pelaksanaan Pasal 202 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 akan
memberikan dampak yang sangat komplek, baik secara positif maupun negatif.
70
3.4.1 Dampak Positif
a. Peningkatan Tertib Administrasi Pemerintahan Desa
Kebijakan status Pegawai Negeri Sipil bagi Sekretaris Desa, baik
Sekretaris Desa yang sedang menjabat diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil
maupun jabatan Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang telah ada baik
di kecamatan maupun kabupaten, diharapkan akan memberikan nilai tambah bagi
pemerintahan desa dari kondisi-kondisi sebelumnya. Jika Sekretaris Desa diisi dari
PNS yang telah tersedia, maka PNS tersebut tentunya telah memiliki kecakapan dan
keahlian dalam bidang administrasi pemerintahan, perkantoran, keuangan dan
perencanaan.
Hal tersebut senada dengan pendapat para perangkat desa lainnya, pada
dasarnya mereka sependapat bahwa dengan status PNS bagi Sekretaris Desa akan
dapat menciptakan tertib administrasi pemerintahan desa. Bahwa kondisi
administrasi di desa-desa sangat amburadul sehingga pemerintah perlu memikirkan
adanya perangkat desa yang bisa mengatur sistem administrasi, yaitu dengan
diangkatnya Sekretaris Desa dengan status PNS. Dengan pengisian Sekretaris Desa
berstatus PNS ini diharapkan akan terciptanya tertib administrasi di kantor desa serta
memiliki jam kerja yang tetap.
Selama ini sistem administrasi desa dirasakan masih sangat kurang, dimana
unsur tertib administrasi desa masih jauh dari yang diharapkan. Unsur administrasi
merupakan faktor kunci untuk menjalankan sistem pemerintahan desa. Sekretaris
Desa sebagai unsur pembantu Kepala Desa, diharapkan dalam menjalankan sistem
71
pemerintahan desa dapat sesuai dengan arah dan kebijakan dari pemerintah pusat,
dimana desa merupakan unsur pokok keberadaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh aparat kecamatan
maupun kabupaten terhadap penyelenggaraan adminitrasi desa di sebagian besar
desa-desa di Kabupaten Grobogan belum dapat melaksanakan/mengisi buku-buku
Administrasi Pemerintahan Desa meskipun telah dilaksanakan
pembinaan/penyuluhan dan bimbingan teknis. Selain dihadapkan pada banyaknya
buku-buku administrasi tersebut, Pemerintah Desa juga dihadapkan pada berbagai
macam permintaan data/laporan dari/ke berbagai dinas/instansi yang ada di
Kabupaten maupun kecamatan yang terkadang sulit untuk dipahami oleh aparat
Desa.
b. Peningkatan Kualitas Pelayanan kepada Masyarakat
Perwujudan prinsip "good governance" yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat merupakan misi utama dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004. Sebagai wakil dari pemerintah yang berada pada lini paling depan, pemerintah
desa dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat,
mampu menyerap aspirasi masyarakat dan menyelesaikan permasalahan yang ada di
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kurangnya penghasilan yang diperoleh Sekretaris Desa terutama pada desa-
desa yang kurang mampu merupakan salah satu penyebab dari kurang optimalnya
pelayanan kepada masyarakat karena para Sekretaris Desa harus mencari penghasilan
72
tambahan yang terkadang mengganggu tugas sebagai seorang Sekretaris Desa guna
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi PNS maupun pengisian Sekretaris
Desa dari PNS akan memberikan manfaat yang positif, dimana dengan status PNS
berarti seorang Sekretaris Desa dituntut untuk menunjukkan komitmen pelayanan
kepada masyarakat sebagai bentuk dari pelayanan prima yang harus diberikan
kepada masyarakat desa. Selain itu juga Sekretaris Desa telah mempunyai
penghasilan yang tetap sehingga tidak perlu lagi mencari penghasilan tambahan yang
dapat mengganggu dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Uraian tugas dari seorang PNS sangat jelas dan tegas, dimana uraian tugas
tersebut merupakan kontrak sosial yang harus dilaksanakan yang merupakan
tanggung jawab moral dari seorang PNS terhadap masyarakat sebagai wujud
pengabdiannya kepada negara, dalam hal ini masyarakat desa itu sendiri.
Profesionalisme seorang PNS menjadi pilar utama dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Adanya perubahan status tersebut diharapkan
program-program yang terkait dengan kebijakan pemerintah akan mampu
diterjemahkan dan dilaksanakan oleh pemerintah desa.
Bagi desa-desa yang penduduknya sudah heterogen dengan berbagai
macam kegiatan usaha, akan merasakan bahwa dengan diangkatnya Sekretaris Desa
menjadi PNS maka mereka akan merasa nyaman dalam membutuhkan pelayanan
level desa sebab tinggal datang ke Kantor Desa pada jam kerja pasti mendapat
pelayanan, karena Sekretaris Desa ada sehingga tidak perlu susah-susah mencari ke
rumah Kepala Desa atau Sekretaris Desa.
73
Peningkatan pelayanan masyarakat merupakan tujuan dari kebijakan ini.
Diharapkan dengan pengangkatan Sekretaris Desa yang memenuhi syarat menjadi
PNS dapat meningkatkan profesionalisme Sekretaris Desa dalam menjalankan
tugasnya. Demikian pula dengan penempatan PNS pada jabatan Sekretaris Desa.
Sebab seorang PNS pada umumnya telah memenuhi sejumlah persyaratan tertentu
yang dipersyaratkan ketika yang bersangkutan dinyatakan lulus dan diangkat menjadi
PNS. Bekal ilmu pengetahuan, keterampilan dan keahlian serta pengalaman juga
dimiliki seorang PNS yang diperolehnya selama bekerja di instansi di mana ia
bekerja.
c. Peningkatan Kesejahteraan Sekretaris Desa
Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi PNS disambut gembira oleh para
Sekretaris Desa terutama bagi Desa-desa yang termasuk dalam kategori kurang
mampu dan tidak mampu. Selama ini penghasilan yang mereka peroleh dari tanah
bengkok yang diterima kurang begitu memberikan hasil untuk menopang kehidupan
keluarganya.
Meskipun Pemerintah Kabupaten Grobogan telah memberikan Tunjangan
Penghasilan Aparat Pemerintahan Desa (TPAPD) dan Tunjangan Kurang Hasil bagi
para Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Perangkat Desa yang lain terutama bagi
Desa-desa dalam kategori kurang mampu dan tidak mampu. Namun oleh para
Sekretaris Desa dirasakan belumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari.
74
Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi PNS sangatlah berarti bagi
Sekretaris Desa karena mereka akan mempunyai penghasilan berupa gaji dan
tunjangan lain yang tetap, sehingga bagi Sekretaris Desa pada Desa-desa yang tidak
mampu diharapkan tidak perlu lagi untuk mencari penghasilan tambahan.
Keinginan dari para Sekretaris Desa yang akan diangkat menjadi PNS
diantaranya adalah masih diberikannya hak untuk mengelola tanah bengkok yang
selama ini diterima karena kalau hanya mengandalkan pada gaji dari PNS dirasakan
tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari terutama untuk kegiatan sosial
kemasyarakatan. Dari penjelasan Pemerintah Kabupaten Grobogan tanah bengkok
yang selama ini diterima/dikelola oleh para Sekretaris Desa adalah tanah kas desa,
pengaturan dan pengelolaannya diatur oleh Desa. Mengenai keinginan para
Sekretaris Desa agar masih diberikan hak atas sebagian tanah bengkok yang selama
ini diterima tersebut akan menjadi masukan dalam penyusunan rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten tentang Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa.
d. Peningkatan Pendapatan Asli Desa
Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi PNS akan bermuara pada
terwujudnya efisiensi atau pengurangan beban anggaran desa yang pada akhirnya
akan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Desa. Dimana tanah bengkok yang
semula digunakan untuk penghasilan bagi Sekretaris Desa menjadi tidak perlu
dianggarkan kembali (tidak ada) dan menjadi Tanah Kas Desa, karena Sekretaris
Desa tersebut telah mendapatkan gaji dan tunjangan lain sebagai PNS. Hasil
penjualan/lelang tanah bengkok yang semula digunakan untuk penghasilan
75
Sekretaris Desa tersebut dapat dialihkan ke dalam pos yang lain yang lebih
diprioritaskan dalam pembangunan desa.
Adanya perubahan status tersebut maka pendapatan desa akan dapat
meningkat karena semula sebagai penghasilan Sekretaris Desa, beban desa tersebut
telah dialihkan menjadi beban Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah
Pusat akan mengalokasikan anggaran untuk memberikan gaji maupun fasilitas bagi
Sekretaris Desa yang berstatus sebagai PNS.
e. Peningkatan Profesionalitas Sekretaris Desa
Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden, mereka sependapat
dengan status PNS bagi Sekretaris Desa, maka tingkat profesionalisme Sekretaris
Desa akan lebih baik daripada kondisi selama ini, baik jika jabatan Sekretaris Desa
diisi dari PNS yang ada ataupun Sekretaris Desa yang sedang menjabat diangkat
menjadi PNS. Jika Sekretaris Desa diisi dari PNS yang sudah ada, maka tentunya
Sekretaris Desa tersebut diisi oleh orang yang telah memiliki keahlian, kemampuan
dan pengalaman sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 25 Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.
Demikian juga jika Sekretaris Desa yang ada sekarang diangkat menjadi
PNS, maka Sekretaris Desa tersebut khususnya pada desa-desa yang tidak mampu
akan dapat lebih meningkatkan profesionalitas dalam bekerja karena mereka tidak
merasa khawatir untuk mencari penghasilan tambahan yang dapat mengganggu
dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban sebagai seorang Sekretaris Desa. Selain itu
nantinya tentu juga akan mendapatkan berbagai pembinaan dari Pemerintah
76
Kabupaten seperti setiap PNS akan diberikan berbagai pendidikan dan pelatihan
(diklat) yang merupakan proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka
meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil. Diklat itu sendiri bertujuan untuk
menciptakan sumber daya manusia aparatur yang memiliki kompetensi jabatan
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
f. Peningkatan Koordinasi Vertikal
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang
kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 membawa
perubahan yang mendasar terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah tidak
terkecuali terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa. Desa memiliki kewenangan
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-
usul dan adat istiadat setempat. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai
pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi
dan pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut memunculkan kesalahan penafsiran dari
aparat desa mengenai makna otonomi asli dan penafsiran bahwa camat bukan lagi
sebagai kepala wilayah namun hanya sebagai perangkat daerah, maka tidak perlu lagi
adanya koordinasi, kepatuhan bahkan mengesampingkan adanya peran kecamatan.
Pemerintahan Desa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan satu kesatuan sistem strata
pemerintahan yang berkait erat dalam kaitan kewilayahan, kewenangan atau urusan
dan administrasi. Sehingga dengan adanya kebijakan pengangkatan Sekretaris Desa
menjadi Pegawai Negeri Sipil maupun pengisian Sekretaris Desa dari Pegawai
77
Negeri Sipil maka diharapkan koordinasi dengan pemerintahan di atasnya akan
berjalan lebih mudah dan baik.
3.4.2 Dampak Negatif
a. Kecemburuan dari Perangkat Desa lainnya
Satu hal yang sulit dihindarkan yaitu munculnya kecemburuan dari
perangkat desa lainnya bahkan dari Kepala Desa terhadap Sekretaris Desa terutama
di desa-desa yang tidak mampu/miskin. Kecemburuan ini muncul karena pengisian
Sekretaris Desa dari PNS ini akan menimbulkan kesenjangan sosial antara Sekretaris
Desa dengan perangkat desa lainnya.
Masyarakat pada umumnya memandang dan menempatkan seorang PNS
pada strata sosial yang lebih tinggi dari profesi lainnya. Dengan adanya
pengangkatan Sekretaris Desa menjadi PNS, tentunya tidak lepas dari adanya
pemberian fasilitas/tunjangan kepada Sekretaris Desa yang diangkat dari PNS.
Fasilitas inilah yang menjadi objek kecemburuan dari perangkat desa yang lain.
Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa dan Perangkat Desa, dan
perangkat desa terdiri dari Sekretaris Desa dan perangkat desa lainnya. Dalam hal ini
dapat diartikan bahwa kedudukan dari Sekretaris Desa tersebut adalah sama-sama
sebagai Perangkat Desa yang mempunyai hak yang sama. Adanya perbedaan status
Sekretaris Desa sebagai PNS dan perangkat desa lainnya yang non PNS, secara tidak
langsung akan menimbulkan kecemburuan perangkat desa yang berstatus non PNS.
Fasilitas yang diterima seorang Sekretaris Desa sebagai seorang PNS
diantaranya mendapatkan gaji, fasilitas kesehatan, tunjangan, pensiun serta fasilitas
78
lainnya. Perangkat Desa non PNS hanya mendapat penghasilan berupa tanah
bengkok saja, besar kecilnya penghasilan Perangkat Desa tersebut berbeda-beda
tergantung dari kondisi tanah bengkok yang diterima. Jika kondisi tanah bengkok
tersebut bagus, maka penghasilan Perangkat Desa juga tinggi, tetapi apabila kondisi
tanah bengkok tersebut kurang bagus maka penghasilan Perangkat desa tersebut juga
sangat minim.
Perbedaan fasilitas yang diterima antara Sekretaris Desa dengan aparat desa
lainnya akan membawa pemikiran kearah tuntutan persamaan hak sebagai seorang
Perangkat Desa. Seorang Perangkat Desa memiliki tugas yang sama untuk mengabdi
dan melayani rakyat desa, tetapi mendapat perlakuan yang berbeda dari negara.
Perbedaan tingkat kesejahteraan menjadi salah satu sumber kecemburuan.
Tuntutan fasilitas yang sama sebagai Perangkat Desa akan bermuara pada anggaran
Pemerintah Desa maupun Pemerintah Daerah. Hal tersebut bisa memunculkan
keinginan dari Aparat Desa yang lain untuk menganggarkan fasilitas seperti yang
diterima Sekretaris Desa dalam Anggaran Desa (APBDesa) dan munculnya tuntutan
kepada daerah untuk memberikan alokasi anggaran untuk aparat desa non PNS
dalam rangka persamaan hak dan peningkatan kesejahteraan bagi mereka.
Kecemburuan perangkat desa tersebut apabila dibiarkan berlarut-larut akan
mengganggu kinerja pemerintah desa dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
b. Tuntutan Pengangkatan menjadi PNS dari Perangkat Desa lainnya
Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi PNS dengan berbagai fasilitas yang
diterima tidak menutup kemungkinan akan menyebabkan munculnya keinginan dari
79
Aparat Pemerintah Desa yang lain khususnya pada desa-desa yang tidak mampu
meminta untuk diangkat juga menjadi Pegawai Negeri Sipil, dengan harapan
kesejahteraan mereka dapat meningkat karena memperoleh gaji yang tetap dan
tentunya lebh besar daripada yang mereka terima selama ini dari mengelola tanah
bengkok.
c. Rasa Tidak Puas Bagi Sekretaris Desa
Menurut pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2007 bagi Sekretaris
Desa yang tidak memenuhi persyaratan untuk di angkat menjadi PNS diberhentikan dari
jabatan Sekretaris Desa oleh Bupati dan diberikan kompensasi yang dihitung berdasarkan
masa kerja .
Sebagian besar Sekretaris Desa yang nantinya tidak akan diangkat menjadi PNS
merasa kecewa adanya pasal tersebut. Mereka menghendaki agar diberikan kesempatan
untuk menyelesaikan pengabdiannya sampai habis masa jabatannya, yaitu usia 60 atau 65
tahun. Hal ini menurut mereka karena mengacu pada Pasal 236 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa, yang menyatakan Kepala Desa dan
Perangkat Desa yang ada pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini tetap menjalankan
tugas sampai habis masa jabatannya.
Sekretaris Desa pada desa-desa yang subur dan baik dalam sistem pengairannya
merasa tidak puas/setuju terhadap kebijakan pemberhentian dengan hanya kompensasi
tersebut bila dibandingkan dengan penghargaan yang mereka terima setelah pensiun apabila
mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 18 Tahun 2000 tentang
Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 15 Tahun 2005.
80
Harapan para Sekretaris Desa apabila mereka diberhentikan dari jabatannya untuk
dapat diberikan kompensasi sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 2007 dan juga mendapatkan penghargaan upah bengkok sebagaimana
diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 18 Tahun 2000 tentang
Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 15 Tahun 2005. Menurut Peraturan Daerah
Kabupaten Grobogan bahwa Perangkat Desa yang diberhentikan dengan hormat diberikan
tanda penghargaan sebanyak-banyaknya 25 % (dua puluh lima persen) dari luas bengkok
yang diterimanya selama menjabat Perangkat Desa, dan bagi Perangkat Desa mempunyai
masa kerja 15 (lima belas) tahun keatas, mendapat penghargaan seumur hidup. Dan apabila
Perangkat Desa meninggal dunia, janda/dudanya yang sah dan pertama dapat menerima
tanda penghargaan sebesar 50 % (lima puluh persen) dari tanda penghargaan sepanjang
janda/duda tersebut belum/tidak kawin da tidak pindah tempat/pindah penduduk ke lain
desa.
Guna menampung dan menyalurkan aspirasi mereka, akhirnya pada tanggal
1 Januari 2006 para Sekretaris Desa se-Kabupaten Grobogan mendirikan organisasi bernama
Ikatan Sekretaris Desa Kabupaten Grobogan (ISEKG) dengan Ketua Sugiyono, Sekretaris
Desa Warukaranganyar Kecamatan Purwodadi.
d. Ketimpangan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Aparat Desa memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap
kelangsungan sistem pemerintahan desa. Perangkat Desa sebagai penggerak sistem
pemerintahan desa dituntut untuk mampu menyelesaikan semua permasalahan dan
81
memberikan pelayanan kepada masyarakat desa tersebut sehingga dibutuhkan
kekompakan dan kerjasama antar Perangkat Desa.
Perbedaan status PNS dengan non PNS akan membawa implikasi pada
perubahan kinerja pemerintah desa. Bagi Sekretaris Desa dengan status PNS akan
dianggap lebih mampu menangani segala permasalahan yang ada di desa, sedangkan
aparat non PNS akan merasa tidak sebanding dengan Sekretaris Desa. Dengan
adanya kondisi tersebut aparat desa non PNS akan menyerahkan segala beban
permasalahan yang ada di desa kepada Sekretaris Desa, karena Sekretaris Desa
tersebut dianggap lebih mampu· dari pada aparat desa lainnya. Atau dengan kata lain
Perangkat Desa non PNS akan bersikap apatis terhadap kondisi masyarakat desa,
karena semua permasalahan dianggap mampu diselesaikan oleh Sekretaris Desa.
Kondisi ini akan dapat mempengaruhi kinerja pemeritah desa, yang
seharusnya aparat desa bekerjasama untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat desa menjadi apatis terhadap kondisi desa. Kerjasama antar aparat desa
merupakan modal utama untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat
desa, apabila kerjasama tersebut tidak dapat terbentuk akan membawa pengaruh
terhadap pelayanan kepada masyarakat desa, dan pada akhirnya akan merugikan
masyarakat desa.
e. Perubahan Kultur Birokrasi Desa
Kultur (budaya) mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap
penampilan suatu organisasi termasuk birokrasi publik. Dalam suatu sistem
pemerintahan terdapat suatu budaya atau kultur yang sangat mewarnai sistem
82
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Masyarakat desa cenderung lebih
mengutamakan figur pribadi dari pada kemampuan profesionalisme seorang
Perangkat Desa. Masyarakat desa dalam kehidupannya sehari-hari sangat
dipengaruhi pada seseorang yang mampu dianggap sebagai teladan atau contoh
panutan masyarakat desa, terutama perangkat desa. konsekuensi dari status Sekretaris
Desa sebagai PNS. Sistem pengisian Sekretaris Desa bukan lagi kewenangan desa,
tetapi menjadi kewenangan Pemerintah Daerah, dalam hal ini adalah kewenangan
Bupati. Sekretaris Desa bukan lagi dipilih tetapi ditempatkan oleh Pemerintah
Daerah sebagai wakil dari pemerintah yang berada di desa, dengan kata lain desa
tidak berhak menentukan siapa yang akan menjadi Sekretaris Desa di wilayahnya.
Sekretaris Desa yang akan ditempatkan di desa merupakan kewenangan Bupati untuk
menempatkan wakil Pemerintah Kabupaten yang berada di desa.
Sekretaris Desa yang dipilih oleh desa akan memberikan konsekuensi
beban moral bagi seorang Sekretaris Desa, dimana ia berasal dari warga desa
tersebut, sehingga mereka mengabdi dengan setulus hati/dituntut untuk memberikan
yang terbaik bagi desanya.
Seorang PNS yang ditempatkan oleh Pemerintah untuk menjabat sebagai
Sekretaris Desa, belum tentu berasal dari desa tersebut, tetapi bisa dari orang lain
yang bukan komunitas desa tersebut. Apabila PNS tersebut dapat diterima oleh
masyarakat desa tidak jadi masalah, tetapi yang dikhawatirkan adalah apabila
komunitas desa tersebut tidak dapat menerima keberadaan Sekretaris Desa yang
ditempatkan oleh Pemerintah Kabupaten.
83
Apabila penempatan PNS tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan
oleh PNS yang bersangkutan itu sendiri, hal ini akan mempengaruhi kinerja dari
Sekretaris Desa tersebut karena tempat bekerjanya tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Kinerja PNS tersebut akan asal-asalan karena dia merasa tidak cocok
mungkin dengan lokasi kerjanya yang jauh dari tempat tinggalnya, atau alasan lain
yang membuat kondisi kerjanya kurang kondusif.
Mekanisme pengisian Sekretaris Desa dari PNS yang ada di
Kecamatan/Kabupaten seperti ini ini dapat menimbulkan budaya kerja sebagai
"penjilat". Budaya ini terbentuk dengan sifat yang selalu tunduk dengan atasan dan
selalu memberikan laporan "Asal Bapak Senang" tanpa memperhatikan realita yang
ada. Kenyataan seperti ini akan mempengaruhi sistem pemerintahan desa yang tidak
lagi mengutamakan pengabdian kepada masyarakat desa, tetapi pengabdian terhadap
atasannya.
f. Pembebanan terhadap Keuangan Negara dan Daerah
Pembebanan anggaran keuangan Pusat dan Daerah merupakan salah satu
konsekuensi dari kebijakan ini. Penambahan jumlah PNS berarti penambahan pula
alokasi anggaran keuangan untuk pembayaran gaji dan pengaluaran lainnya. Sebagai
gambaran, dengan hanya memperhitungkan gaji terendah yang akan dibayarkan
Pemerintah sebesar Rp. 1.060.000,- perorang/bulan, maka besarnya anggaran belanja
pegawai khusus Sekretaris Desa se-Indonesia adalah sebesar Rp. 1.060.000,- di
kalikan 52.297 orang Sekretaris Desa, yaitu sebesar Rp. 55.434.820.000,- setiap
bulannya. Sedangkan untuk Kabupaten Grobogan saja, dimana terdapat 165 desa
84
yang berarti juga terdapat 165 orang Sekretaris Desa yang akan diangkat menjadi
PNS, maka besarnya gaji yang harus dianggarkan setiap bulannya untuk 165
Sekretaris Desa adalah sebesar Rp. 1.060.000,- kali 165 orang, maka didapat nominal
sejumlah Rp. 174.900.000,- per bulan dan sebesar Rp. 2.098.800.000,- (dua milyard
sembilan puluh delapan juta delapan ratus ribu rupiah) per tahun. Jumlah ini akan
semakin membesar jika ditambah dengan tunjangan istri, anak, kesehatan dan biaya
pembinaan aparatur bagi Sekretaris Desa sebagai konsekuensi dari pembinaan
kepegawaiannya. Selain itu pula perlunya menyediakan fasilitas rumah dinas atau
uang sewa rumah bagi Sekretaris Desa yang bukan berasal dari desa tersebut karena
adanya ketentuan bersedia tinggal di desa yang bersangkutan. Pemerintah Daerah
juga mempunyai kewajiban untuk menanggung biaya ujian penyetaraan bagi
Sekretaris Desa yang memiliki ijazah lebih rendah dari STTB SLTA.
Sekretaris Desa yang tidak memenuhi persyaratan untuk di angkat menjadi PNS
diberhentikan dari jabatan Sekretaris Desa oleh Bupati dan diberikan kompensasi yang
dihitung berdasarkan masa kerja yaitu masa kerja 1 s/d 5 tahun diberikan kompensasi
Rp. 5.000.000,- dan masa kerja lebih dari 5 tahun diberikan kompensasi Rp. 1.000.000,- tiap
tahun dan maksimal Rp.20.000.000,-.
Adapun Sekretaris Desa di kabupaten Grobogan yang tidak memenuhi
persyaratan untuk diangkat menjadi PNS sebanyak 82 (delapan puluh dua) Sekretaris Desa.
Sedangkan kompensasi sebagaimana diatur dalam pasal 11 Peraturan Pemerintah
No 45 Tahun 2007 dibebankan kepada APBD Kabupaten Grobogan, dan apabila
direncanakan pemberhentian dilaksanakan pada tahun 2008 maka Kabupaten Grobogan
85
harus menganggarkan dana kompensasi bagi Sekretaris Desa sebesar
Rp. 1.610.000.000,- (satu milyard enam ratus sepuluh juta rupiah).
Seharusnya apabila Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten Grobogan
dalam memberhentikan seorang Perangkat Desa dalam hal ini adalah Sekretaris Desa
senantiasa mengacu dan mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu
mendasarkan pada batas usia setinggi-tingginya 65 (enam puluh lima) tahun. Dengan
kata lain bahwa dalam hal pemberhentian Sekretaris Desa tepat pada waktunya
sebelum ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2007 tanggal 30 Juli
2007, maka beban untuk memberikan tunjangan kompensasi kepada Sekretaris Desa
yang tidak diangkat menjadi PNS akan sedikit berkurang, yakni terhadap Sekretaris
Desa Ledokdawan (12 Juli 2007) dan Monggot Kecamatan Geyer (1 Juli 2004),
Sekretaris Desa Tanjungrejo Kecamatan Wirosari (7 Mei 2007), Sekretaris Desa
Prigi Kecamatan Kedungjati (31 Desember 2000) dan Sekretaris Desa Telawah
Kecamatan Karangrayung karena menjabat sebagai Kepala Desa Telawah. Lihat
dalam lampiran data Sekretaris Desa se-Kabupaten Grobogan.
g. Pergeseran Makna Otonomi Desa
Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri Sipil akan
mengubah konsep keaslian desa otonom sebagai kesatuan masyarakat sosial dan hu-
kum yang memiliki hak dan kewenangan menyelenggarakan urusan rumah tangga
sendiri yang muncul karena pengakuan masyarakat. Pengakuan akan hak dan kewe-
nangan tersebut muncul secara sendiri dari masyarakat seiring dengan terbentuknya
desa tersebut.
86
Kecenderungan yang muncul pemerintah berusaha untuk mengubah konsep
otonomi desa yang asli dan bersifat bawaan kepada otonomi desa yang merupakan
pemberian dari Pemerintah. Artinya desa tetap saja memiliki otonomi meskipun
berbeda dengan otonomi sebagaimana yang dimaknai selama ini. Akibatnya tidak
akan ada lagi desa otonom, yang ada hanya desa-desa baru yang merupakan
bentukan Pemerintah.
Kebijakan ini mengesankan desa akan "diformalkan" dengan mengubah
beberapa status yang menyebabkan desa menjadi kian tersubordinasi dan sebagai
bagian hegemoni tingkatan pemerintah di atasnya. Kondisi demikian di satu sisi
menguatkan otoritas kabupaten/kota terhadap desa, di sisi lain memperlemah
otonomi desa. Pemerintahan desa tidak lagi dipandang sebagai unit pemerintahan
yang otonom, bahwa berlangsung proses de-otonomisasi di desa.
h. Alat Mempertahankan Kekuasaan Penguasa
Patut juga menjadi bahan catatan bahwa dengan diseragamkannya status
Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri Sipil bukan tidak mungkin akan dijadikan
oleh pemegang kekuasaan untuk melanggengkan kekuasaan dengan cara menanam
para bawahannya untuk langsung mengolah pemerintahan pada level paling bawah
dengan harapan dapat memobilisasi masa demi keuntungan yang berkuasa. Hali ini
sudah kita rasakan disaat masa orde baru.
Bagaimana sepak terjang seorang Pegawai Negeri Sipil pada era orde baru
yang harus mensukseskan pemenangan terhadap satu parpol tertentu sehingga
kekuasaan pemerintahan dapat terus langgeng. Namun semoga aturan tentang
netralitas Pegawai Negeri Sipil dalam Pemilihan Umum termasuk Pemilihan Kepala
87
Daerah secara langsung tetap dipertahankan, sehingga kekhawatiran diatas tidak
perlu terjadi.
i. Tidak Efektifnya Pelayanan di Desa-Desa Tertentu
Desa-desa yang kegiatan usaha masyarakatnya sudah heterogen seperti
kehidupan perkotaan, dengan diangkatnya Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri
Sipil pelayanan pada masyarakat akan terasa lebih baik.
Sedangkan bagi desa yang masih homogen layaknya yang masih
mengandalkan kehidupan sehari hari dengan kegiatan bertani mungkin dirasakan
bahwa pengangkatan Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri Sipil tidak akan
berpengaruh bagi pelayanan masyarakat.
Masyarakat yang demikian akan merasa senang apabila dapat meminta
pelayanan umum dan mendapatkannya dengan baik, cepat dan tanpa terbatas di
Kantor Desa pada jam dinas. Jadi mereka akan lebih senang bila dalam meminta
pelayanan pemerintahan desa dapat dilayani pada sore/malam hari karena dari pagi
sampai sore digunakan untuk kegiatan bercocok tanam dan kegiatan-kegiatan yang
lain untuk.menunjang kehidupannya.
3.5 Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan dan Cara Mengatasi
3.5.1 Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan
Menurut hasil wawancara dapat diketahui hambatan-hambatan atau
kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kebijakan pengisian Sekretaris
88
Desa dari Pegawai Negeri Sipil maupun pengangkatan Sekretaris Desa menjadi
Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Grobogan yaitu :
a. Adanya rasa tidak puas dan penolakan dari para Sekretaris Desa, baik yang
memenuhi syarat untuk diangkat menjadi PNS maupun bagi yang tidak
memenuhi syarat.
b. Untuk pengisian Sekretaris Desa dari Pegawai Negeri Sipil bagi Desa yang
telah kosong Sekretaris Desanya belum bisa dilaksanakan karena :
- Sulitnya memilih PNS yang memenuhi syarat, bersedia dan mampu untuk
mengisi jabatan Sekretaris Desa;
- Adanya ketentuan bagi Sekretaris Desa bersedia tinggal di desa yang
bersangkutan, mengandung konsekuensi perlunya menyediakan fasilitas
rumah bagi PNS yang bukan berasal dari Desa tersebut guna meningkatkan
motivasi dan kinerjanya;
- Merupakan kebijakan Pemerintah Kabupaten Grobogan sendiri untuk
pengisian Sekretaris Desa dilaksanakan menunggu/setelah diketahuinya
secara pasti Sekretaris Desa yang dapat diangkat menjadi Pegawai Negeri
Sipil dan direncanakan akan dilaksanakan pengisian secara serentak.
c. Perbedaan data Sekretaris Desa pada database dengan bukti-bukti fisik (berkas-
berkas) yang dimiliki sehingga sempat membuat bingung/rasa khawatir para
Sekretaris Desa akan dapat menyebabkan berkas tidak memenuhi syarat
sehingga tidak akan diangkat menjadi PNS.
89
3.5.2 Cara Mengatasi Hambatan
Guna mengatasi berbagai kendala dan hambatan yang muncul tersebut telah
diambil berbagai langkah, diantaranya adalah :
a. Terhadap rasa tidak puas dan penolakan dari para Sekretaris Desa dapat teratasi
dengan memberikan pengertian-pengertian melalui pembinaan, sosialisasi dan
penyuluhan-penyuluhan kepada para Sekretaris Desa.
b. Menunjuk pelaksana tugas/penjabat sementara Sekretaris Desa dari Perangkat
Desa yang ada bagi desa-desa yang telah kosong jabatan Sekretaris Desanya.
c. Terhadap permasalahan perbedaan data diambil langkah dengan menentukan
terlebih dahulu berkas/data yang dianggap paling kuat kemudian berkas yang
lain disesuaikan.
d. Mengalokasikan anggaran untuk melaksanakan kebijakan pengisian Sekretaris
Desa dari Pegawai Negeri Sipil dalam Tahun Anggaran 2008.
e. Melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan Departemen dalam Negeri dan
Pemerintah Propinsi Jawa Tengah.
3.5.3 Rekomendasi Langkah-langkah Pelaksanaan
Guna melaksanakan kebijakan pengangkatan Sekretaris Desa menjadi PNS
maupun pengisian Sekretaris Desa dari PNS agar dapat berjalan dengan baik dan
mengurangi permasalahan yang ada/muncul, dapat ditempuh beberapa langkah
sebagai berikut :
90
a. Sosialisasi Kebijakan kepada Aparat Desa
Pengisian Sekretaris Desa dari PNS maupun pengangkatan Sekretaris Desa
menjadi PNS yang mendasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pada
awal kebijakan, para perangkat desa khususnya Sekretaris Desa banyak yang merasa
resah. Hal ini dikarenakan mereka kurang mengerti akan maksud dan tujuan dari
kebijakan ini dan mereka merasa akan segera diberhentikan dari jabatannya atau
akan diganti oleh PNS, terlebih lagi setelah turunnya Peraturan Pemerintah Nomor
45 Tahun 2007.
Kondisi demikian tidak kondusif bagi implementasi kebijakan ke depan.
Sosialisasi yang sangat kurang dikhawatirkan sebagai sebab dari berbagai penolakan
yang mungkin terjadi. Penolakan yang terjadi karena ketidakmengertian mereka akan
maksud dan tujuan kebijakan. Dengan kata lain jika para perangkat desa mengerti
dan paham, maka berbagai kemungkinan penolakan akan sedini mungkin dapat di-
cegah. Jika para perangkat desa tahu manfaat Sekretaris Desa PNS, maka perangkat
akan mengerti dan tidak akan menolak Sekretaris Desa PNS.
Khususnya bagi Sekretaris Desa yang tidak diangkat menjadi PNS, masih
menunggu informasi bagaimana nasib mereka nantinya. Kapan akan diberhentikan,
kompensasi/perhatian apa saja yang akan mereka terima apabila diberlakukan
kebijakan tersebut. Oleh karena itu pemerintah dan pemerintah daerah perlu segera
mengadakan sosialisasi secepatnya setiap ada perubahan kebijakan yang berlaku
kepada para Aparat Desa khususnya Sekretaris Desa.
91
b. Menaikkan Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa yang Lain
Langkah selanjutnya adalah menaikkan tunjangan kades dan para Perangkat
Desa yang lain. Meskipun para kades dan Perangkat Desa telah memahami dan
menyadari tentang manfaat Sekretaris Desa PNS, namun jika tetap ada kesenjangan
penghasilan antara Sekretaris Desa dengan perangkat desa lainnya terutama pada
desa-desa yang tidak mampu, maka tidak menutup kemungkinan faktor kecemburuan
akan tetap ada sehingga memunculkan permasalahan-permasalahan baru di
kemudian hari. Misalnya saja, mereka juga menuntut kepada Pemerintah untuk di
angkat juga menjadi PNS.
Masih banyak Perangkat Desa khususnya Sekretaris Desa yang
penghasilannya di bawah UMK, oleh karena itu sudah menjadi kewajiban
Pemerintah Kabupaten Grobogan untuk memberikan tambahan penghasilan bagi
para Perangkat Desa sehingga penghasilannya bisa di atas UMK.
Kenaikan tunjangan perangkat desa diharapkan akan mengurangi
kesenjangan yang tinggi antara Sekretaris Desa dengan perangkat desa lainnya,
sehingga para perangkat akan berbesar hati meskipun mereka tidak diangkat menjadi
PNS. Kecemburuan dan penolakan para perangkat dapat dihilangkan/dikurangi dan
dari sisi psikologis, kades tidak akan merasa rendah diri terhadap Sekretaris Desa.
Karena selayaknya posisi sosial ekonomi kades tetap harus lebih tinggi dari
perangkat desa lainnya. Kondisi ini akan sangat kondusif bagi penyelenggaraan
pemerintahan desa. Sekretaris Desa akan melakukan berbagai pembenahan
administrasi desa tanpa di bayang-bayangi rasa kecemburuan dari Kepala Desa dan
Perangkat Desa lainnya.
92
c. Memberikan Penghargaan kepada Sekretaris Desa yang Diberhentikan
Pemerintah dan Daerah harus memikirkan bagaimana nasib para Sekretaris
Desa setelah diberhentikan dari jabatannya. Sebab tidak menutup kemungkinan
berbagai penolakan yang muncul berawal dari masalah ini, terutama masalah
pekerjaan sebagai sumber pendapatan. Kalau pemerintah memberikan pekerjaan lain
yang sepadan mungkin tidak ada masalah. Tinggal apakah pekerjaan itu bisa
dijadikan sandaran ekonomi bagi para Sekretaris Desa atau tidak. Sebab selama ini
jabatan Sekretaris Desa dijadikan sandaran utama ekonomi bagi mereka. Mereka
pada prinsipnya menerima undang-undang yang menyatakan jabatan Sekretaris Desa
akan diisi oleh PNS. Namun, yang harus diperhatikan oleh pemerintah adalah
lapangan pekerjaan baru harus disiapkan untuk para Sekretaris Desa yang lengser.
Selama ini para Kepala Desa dan Perangkat Desa di Kabupaten Grobogan
yang berakhir masa jabatannya diberikan penghargaan bengkok tanah/sawah
sehingga mereka setelah pensiun masih mempunyai kegiatan mengolah tanah
bengkok tersebut dan apabila meninggal dunia maka istri/suaminya yang pertama
dan sah dapat menerima tanda penghargaan 50 % dari tanda penghargaan sepanjang
janda/duda tersebut belum/tidak kawin dan tidak pindah tempat/pindah penduduk ke
lain desa. Terutama pada desa-desa yang mampu/subur dengan pengairan teknis
terasa berat apabila nantinya hanya akan mendapatkan kompensasi yang jumlahnya
maksimal Rp.20.000.000,- sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan pemerintah
Nomor 45 Tahun 2007 dan sebuah piagam tanda penghargaan menurut Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2007.
93
d. Pembinaan dan Pengawasan terhadap Perangkat Desa
Pembinaan perlu senantiasa dilakukan oleh pemerintah daerah, baik dari
pemerintah kabupaten maupun kecamatan, terhadap penyelenggaraan pemerintahan
desa. Pembinaan tersebut di lakukan dalam bentuk pemberian pedoman
penyelenggaraan pemerintahan desa, pemberian bimbingan, dan pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan bagi perangkat desa, serta pengembangan karir.
Pembinaan dan pengawasan kepada seluruh perangkat desa. Sebab jika
hanya sebatas jabatan Sekretaris Desa telah terisi oleh PNS, berbagai kecemburuan
dan penolakan dapat dihilangkan dan tunjangan perangkat desa telah dinaikkan tanpa
ada kegiatan pembinaan dan pengawasan secara berkelanjutan, maka tujuan
kebijakan pengisian Sekretaris Desa dari PNS tidak akan tercapai dengan maksimal.
Pembinaan tersebut juga menyangkut persoalan pengembangan karir
Sekretaris Desa yang bersangkutan. Hak seorang Sekretaris Desa PNS akan sama
dengan hak PNS pada umumnya sebagaimana diatur dalam Kepmendagri Nomor 57
Tahun 1998 tentang Pola Umum Pembinaan Karir Pegawai Negeri Sipil. Disebutkan
bahwa pengembangan karir dilakukan berdasarkan keterkaitan dan kesesuaian antara
jabatan, pangkat, pendidikan dan pelatihan serta masa jabatan seorang PNS sejak
pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai dengan masa pensiun
berdasarkan atas pengangkatan, prestasi, disiplin, kesetiaan, pengabdian, pengalaman
dan syarat-syarat objektif lainnya. Sekretaris Desa yang diangkat menjadi PNS,
dimungkinkan untuk dilakukan mutasi atau bahkan promosi pada jabatan lainnya di
luar organisasi pemerintah desa berdasarkan syarat-syarat objektif tersebut.
94
e. Pengunduran Waktu Implementasi Kebijakan
Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
50 Tahun 2007 bahwa Sekretaris Desa yang tidak memenuhi persyaratan untuk
diangkat menjadi PNS, diberhentikan selambat-lambatnya pada akhir tahun 2008.
Guna mengurangi gejolak di kalangan Sekretaris Desa yang tidak diangkat sehingga
dapat menciptakan situasi yang kondusif, maka sebaiknya pelaksanaan
pemberhentian Sekretaris Desa diambil waktu yang maksimal yaitu pada akhir tahun
2008. Hal ini dimaksudkan selama dalam perjalanan waktu nantinya dimungkinkan
akan terbit peraturan baru lagi yang lebih menguntungkan bagi para Sekretaris Desa
tersebut.
Selain itu pula dalam penyusunan Peraturan Daerah yang berhubungan
dengan penyelenggaraan pemerintahan desa perlu juga untuk memperhatikan
perkembangan dan tuntutan yang berkembang di masyarakat. Dapat pula ditempuh
langkah studi banding ke daerah lain.
f. Memilih PNS yang Tepat untuk Jabatan Sekretaris Desa
Menjadi perhatian bagi pemerintah daerah agar PNS yang ditempatkan
pada jabatan Sekretaris Desa adalah orang-orang yang mampu membenahi
administrasi pemerintah desa. Persyaratan tersebut cukup selektif, mengingat tidak
semua PNS memiliki semua kemampuan tersebut. Walaupun demikian bukan berarti
harga mati, dengan kata lain persyaratan tersebut merupakan kondisi yang ideal
namun tetap terbuka peluang bagi PNS yang hanya memenuhi beberapa persyaratan
saja untuk ditempatkan pada jabatan Sekretaris Desa.
95
g. Mengutamakan PNS Berdomisili di Desa yang Bersangkutan
Mengutamakan PNS yang berdomisili di desa setempat dimaksudkan agar
PNS yang bersangkutan dapat aktif bekerja di kantor desa setiap hari dan
menciptakan tingkat penerimaan yang tinggi dari masyarakat dan perangkat desa
kepada Sekretaris Desa PNS.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perangkat desa, mereka
memang berharap PNS yang akan menjabat PNS tersebut berasal dari desa yang
bersangkutan. Namun mereka bisa memaklumi jika Sekretaris Desa tersebut diisi
dari PNS yang bukan berasal dari desa setempat, karena keterbatasan jumlah warga
desanya yang berprofesi sebagai PNS. Jumlah yang ada tersebutpun belum tentu
memenuhi kriteria untuk diangkat menjadi Sekretaris Desa.
h. Mengadakan Pendidikan dan Pelatihan bagi Sekretaris Desa
Selama masa transisi bagi para Sekretaris Desa yang nantinya diangkat
menjadi PNS ataupun yang akan mengisi kekosongan jabatan Sekretaris Desa dari
unsur PNS, meskipun mereka telah mempunyai pengalaman dalam hal
penyelenggaraan pemerintahan, namun hendaknya juga perlu untuk diberikan
pembekalan berupa pendidikan dan pelatihan yang bertujuan memberikan
pemahaman tentang orientasi jabatan Sekretaris Desa, hak dan kewajiban sebagai
PNS dan pembinaan tentang norma dan aturan kepegawaian. Hal ini sangat
diperlukan karena mereka telah memasuki profesi baru dimana segala ruang gerak
dan tindakan terikat dengan aturan dan norma-norma kepegawaian dalam
menjalankan setiap aktifitas baik di lingkungan kedinasan maupun sosial
96
kemasyarakatan. Sudah barang tentu hal ini membawa konsekuensi perlu adanya
perubahan pola pikir, tata sikap dan perilaku bagi Sekretaris Desa yang diangkat
menjadi PNS. Tentunya dalam pelaksanaannya disertai dengan bahan/materi/modul
yang memadai. Studi banding bisa dijadikan salah satu alternatif dalam rangka
peningkatan kemampuan dan pengalaman.
Masih ada 12 (dua belas) orang Sekretaris Desa yang memenuhi syarat
untuk diangkat menjadi PNS berpendidikan SLTP, oleh karena itu mendasarkan
amanat Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2007 menjadi kewajiban Pemerintah
Daerah untuk segera memfasilitasi dan membantu mereka agar dapat mengikuti dan
lulus ujian penyetaraan SLTA paling lambat Tahun 2009.
i. Pengisian Sekretaris Desa agar Dikoordinasikan dengan Kepala Desa dan
Lembaga Desa
Sekretaris Desa sebagai Perangkat Desa yang bertugas membantu Kepala
Desa dalam bidang tertib administrasi pemerintahan dan pembangunan serta
pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. Salah seorang responden ada yang
mengutarakan bahwa apabila ada sekdes yang diangkat dari PNS, ibaratnya akan ada
matahari kembar. Mengapa, karena sekdes tidak akan loyal kepada kades, tetapi
kepada yang mengangkat.
Guna menciptakan keharmonisan antara Kepala Desa dan Sekretaris Desa
maka dalam pengisian Sekretaris Desa dari PNS alangkah baiknya apabila terlebih
dahulu dikoordinasikan atau sepengetahuan atau disetujui oleh Kepala Desa yang
bersangkutan. Dan apabila memungkinkan dikoordinasikan pula dengan Badan
Permusyawaratan Desa serta lembaga-lembaga desa yang ada.