bab-iii2

30
68 3.4 Dampak dari Pengisian Sekretaris Desa dari Pegawai Negeri Sipil maupun Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri Sipil Dinamika sistem pemerintahan yang terjadi seiring dengan semakin berkembangnya masyarakat merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh Pemerintah, baik di tingkat pusat sampai daerah. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana dalam salah satu Pasalnya, terdapat perubahan sistem pemerintahan desa dengan adanya pengangkatan Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri Sipil. Salah satu latar belakang Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan tersebut untuk memperbaiki sistem pemerintahan desa yang mengacu pada prinsip profesionalisme. Profesionalisme aparatur pemerintahan yang berada di tingkat desa merupakan ujung tombak pemerintah untuk mewujudkan tujuan negara. Sumber daya manusia menempati kedudukan yang lebih tinggi dan merupakan faktor yang sangat menentukan untuk tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi. Selain itu sumberdaya manusia sebagai harta paling penting yang dimiliki suatu organisasi. Manusia sebagai faktor utama setiap organisasi dimana dan apapun bentuknya. Setiap individu yang masuk dalam organisasi membawa karakteristiknya seperti kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan, kebutuhan dan pengalaman, komponen karakteristik ini kemudian membentuk perilaku pegawai.

Transcript of bab-iii2

68

3.4 Dampak dari Pengisian Sekretaris Desa dari Pegawai Negeri Sipil

maupun Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri Sipil

Dinamika sistem pemerintahan yang terjadi seiring dengan semakin

berkembangnya masyarakat merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh

Pemerintah, baik di tingkat pusat sampai daerah. Pemerintah telah mengeluarkan

kebijakan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, dimana dalam salah satu Pasalnya, terdapat perubahan sistem

pemerintahan desa dengan adanya pengangkatan Sekretaris Desa menjadi Pegawai

Negeri Sipil.

Salah satu latar belakang Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan

tersebut untuk memperbaiki sistem pemerintahan desa yang mengacu pada prinsip

profesionalisme. Profesionalisme aparatur pemerintahan yang berada di tingkat desa

merupakan ujung tombak pemerintah untuk mewujudkan tujuan negara.

Sumber daya manusia menempati kedudukan yang lebih tinggi dan

merupakan faktor yang sangat menentukan untuk tingkat keberhasilan dan kegagalan

suatu organisasi. Selain itu sumberdaya manusia sebagai harta paling penting yang

dimiliki suatu organisasi.

Manusia sebagai faktor utama setiap organisasi dimana dan apapun

bentuknya. Setiap individu yang masuk dalam organisasi membawa karakteristiknya

seperti kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan, kebutuhan dan pengalaman,

komponen karakteristik ini kemudian membentuk perilaku pegawai.

69

Dalam organisasi pemerintahan, sumberdaya manusia sering disebut

sebagai aparatur yaitu pegawai yang melaksanakan tugas-tugas kelembagaan.

Kenyataan yang dihadapi, faktor yang sangat menentukan sebagai pemegang kunci

keberhasilan adalah manusianya sebagai perencana, pelaksana, pengendali,

pengawasan maupun evaluasi dan yang memanfaatkan hasilnya.

Pemerintahan yang profesional harapan bagi kita semua, tetapi di sisi lain

kondisi nyata aparat desa saat ini masih jauh dari yang diharapkan. Lahirnya

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah

menimbulkan pro dan kontra di kalangan para praktisi, akademisi maupun pemerhati

di bidang Pemerintahan Daerah.

Adanya perubahan undang-undang otonomi daerah tersebut berarti akan

menimbulkan dinamika sosial maupun politik. Dengan adanya dinamika tersebut

akan membawa dampak yang cukup besar terhadap sistem pemerintahan desa yang

ada khususnya di Kabupaten Grobogan.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah ini mengakibatkan adanya perubahan terhadap mekanisme kepegawaian yang

telah berlangsung selama ini. Tidak menutup kemungkinan ada pihak-pihak yang

dirugikan secara individu maupun kelompok yang menimbulkan kemungkinan

munculnya kepentingan-kepentingan pribadi yang pada intinya sangat bertentangan

dengan berlakunya undang-undang ini.

Pelaksanaan Pasal 202 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 akan

memberikan dampak yang sangat komplek, baik secara positif maupun negatif.

70

3.4.1 Dampak Positif

a. Peningkatan Tertib Administrasi Pemerintahan Desa

Kebijakan status Pegawai Negeri Sipil bagi Sekretaris Desa, baik

Sekretaris Desa yang sedang menjabat diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil

maupun jabatan Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang telah ada baik

di kecamatan maupun kabupaten, diharapkan akan memberikan nilai tambah bagi

pemerintahan desa dari kondisi-kondisi sebelumnya. Jika Sekretaris Desa diisi dari

PNS yang telah tersedia, maka PNS tersebut tentunya telah memiliki kecakapan dan

keahlian dalam bidang administrasi pemerintahan, perkantoran, keuangan dan

perencanaan.

Hal tersebut senada dengan pendapat para perangkat desa lainnya, pada

dasarnya mereka sependapat bahwa dengan status PNS bagi Sekretaris Desa akan

dapat menciptakan tertib administrasi pemerintahan desa. Bahwa kondisi

administrasi di desa-desa sangat amburadul sehingga pemerintah perlu memikirkan

adanya perangkat desa yang bisa mengatur sistem administrasi, yaitu dengan

diangkatnya Sekretaris Desa dengan status PNS. Dengan pengisian Sekretaris Desa

berstatus PNS ini diharapkan akan terciptanya tertib administrasi di kantor desa serta

memiliki jam kerja yang tetap.

Selama ini sistem administrasi desa dirasakan masih sangat kurang, dimana

unsur tertib administrasi desa masih jauh dari yang diharapkan. Unsur administrasi

merupakan faktor kunci untuk menjalankan sistem pemerintahan desa. Sekretaris

Desa sebagai unsur pembantu Kepala Desa, diharapkan dalam menjalankan sistem

71

pemerintahan desa dapat sesuai dengan arah dan kebijakan dari pemerintah pusat,

dimana desa merupakan unsur pokok keberadaan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh aparat kecamatan

maupun kabupaten terhadap penyelenggaraan adminitrasi desa di sebagian besar

desa-desa di Kabupaten Grobogan belum dapat melaksanakan/mengisi buku-buku

Administrasi Pemerintahan Desa meskipun telah dilaksanakan

pembinaan/penyuluhan dan bimbingan teknis. Selain dihadapkan pada banyaknya

buku-buku administrasi tersebut, Pemerintah Desa juga dihadapkan pada berbagai

macam permintaan data/laporan dari/ke berbagai dinas/instansi yang ada di

Kabupaten maupun kecamatan yang terkadang sulit untuk dipahami oleh aparat

Desa.

b. Peningkatan Kualitas Pelayanan kepada Masyarakat

Perwujudan prinsip "good governance" yang memberikan pelayanan

kepada masyarakat merupakan misi utama dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004. Sebagai wakil dari pemerintah yang berada pada lini paling depan, pemerintah

desa dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat,

mampu menyerap aspirasi masyarakat dan menyelesaikan permasalahan yang ada di

masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kurangnya penghasilan yang diperoleh Sekretaris Desa terutama pada desa-

desa yang kurang mampu merupakan salah satu penyebab dari kurang optimalnya

pelayanan kepada masyarakat karena para Sekretaris Desa harus mencari penghasilan

72

tambahan yang terkadang mengganggu tugas sebagai seorang Sekretaris Desa guna

memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi PNS maupun pengisian Sekretaris

Desa dari PNS akan memberikan manfaat yang positif, dimana dengan status PNS

berarti seorang Sekretaris Desa dituntut untuk menunjukkan komitmen pelayanan

kepada masyarakat sebagai bentuk dari pelayanan prima yang harus diberikan

kepada masyarakat desa. Selain itu juga Sekretaris Desa telah mempunyai

penghasilan yang tetap sehingga tidak perlu lagi mencari penghasilan tambahan yang

dapat mengganggu dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Uraian tugas dari seorang PNS sangat jelas dan tegas, dimana uraian tugas

tersebut merupakan kontrak sosial yang harus dilaksanakan yang merupakan

tanggung jawab moral dari seorang PNS terhadap masyarakat sebagai wujud

pengabdiannya kepada negara, dalam hal ini masyarakat desa itu sendiri.

Profesionalisme seorang PNS menjadi pilar utama dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat. Adanya perubahan status tersebut diharapkan

program-program yang terkait dengan kebijakan pemerintah akan mampu

diterjemahkan dan dilaksanakan oleh pemerintah desa.

Bagi desa-desa yang penduduknya sudah heterogen dengan berbagai

macam kegiatan usaha, akan merasakan bahwa dengan diangkatnya Sekretaris Desa

menjadi PNS maka mereka akan merasa nyaman dalam membutuhkan pelayanan

level desa sebab tinggal datang ke Kantor Desa pada jam kerja pasti mendapat

pelayanan, karena Sekretaris Desa ada sehingga tidak perlu susah-susah mencari ke

rumah Kepala Desa atau Sekretaris Desa.

73

Peningkatan pelayanan masyarakat merupakan tujuan dari kebijakan ini.

Diharapkan dengan pengangkatan Sekretaris Desa yang memenuhi syarat menjadi

PNS dapat meningkatkan profesionalisme Sekretaris Desa dalam menjalankan

tugasnya. Demikian pula dengan penempatan PNS pada jabatan Sekretaris Desa.

Sebab seorang PNS pada umumnya telah memenuhi sejumlah persyaratan tertentu

yang dipersyaratkan ketika yang bersangkutan dinyatakan lulus dan diangkat menjadi

PNS. Bekal ilmu pengetahuan, keterampilan dan keahlian serta pengalaman juga

dimiliki seorang PNS yang diperolehnya selama bekerja di instansi di mana ia

bekerja.

c. Peningkatan Kesejahteraan Sekretaris Desa

Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi PNS disambut gembira oleh para

Sekretaris Desa terutama bagi Desa-desa yang termasuk dalam kategori kurang

mampu dan tidak mampu. Selama ini penghasilan yang mereka peroleh dari tanah

bengkok yang diterima kurang begitu memberikan hasil untuk menopang kehidupan

keluarganya.

Meskipun Pemerintah Kabupaten Grobogan telah memberikan Tunjangan

Penghasilan Aparat Pemerintahan Desa (TPAPD) dan Tunjangan Kurang Hasil bagi

para Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Perangkat Desa yang lain terutama bagi

Desa-desa dalam kategori kurang mampu dan tidak mampu. Namun oleh para

Sekretaris Desa dirasakan belumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari.

74

Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi PNS sangatlah berarti bagi

Sekretaris Desa karena mereka akan mempunyai penghasilan berupa gaji dan

tunjangan lain yang tetap, sehingga bagi Sekretaris Desa pada Desa-desa yang tidak

mampu diharapkan tidak perlu lagi untuk mencari penghasilan tambahan.

Keinginan dari para Sekretaris Desa yang akan diangkat menjadi PNS

diantaranya adalah masih diberikannya hak untuk mengelola tanah bengkok yang

selama ini diterima karena kalau hanya mengandalkan pada gaji dari PNS dirasakan

tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari terutama untuk kegiatan sosial

kemasyarakatan. Dari penjelasan Pemerintah Kabupaten Grobogan tanah bengkok

yang selama ini diterima/dikelola oleh para Sekretaris Desa adalah tanah kas desa,

pengaturan dan pengelolaannya diatur oleh Desa. Mengenai keinginan para

Sekretaris Desa agar masih diberikan hak atas sebagian tanah bengkok yang selama

ini diterima tersebut akan menjadi masukan dalam penyusunan rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten tentang Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa.

d. Peningkatan Pendapatan Asli Desa

Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi PNS akan bermuara pada

terwujudnya efisiensi atau pengurangan beban anggaran desa yang pada akhirnya

akan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Desa. Dimana tanah bengkok yang

semula digunakan untuk penghasilan bagi Sekretaris Desa menjadi tidak perlu

dianggarkan kembali (tidak ada) dan menjadi Tanah Kas Desa, karena Sekretaris

Desa tersebut telah mendapatkan gaji dan tunjangan lain sebagai PNS. Hasil

penjualan/lelang tanah bengkok yang semula digunakan untuk penghasilan

75

Sekretaris Desa tersebut dapat dialihkan ke dalam pos yang lain yang lebih

diprioritaskan dalam pembangunan desa.

Adanya perubahan status tersebut maka pendapatan desa akan dapat

meningkat karena semula sebagai penghasilan Sekretaris Desa, beban desa tersebut

telah dialihkan menjadi beban Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah

Pusat akan mengalokasikan anggaran untuk memberikan gaji maupun fasilitas bagi

Sekretaris Desa yang berstatus sebagai PNS.

e. Peningkatan Profesionalitas Sekretaris Desa

Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden, mereka sependapat

dengan status PNS bagi Sekretaris Desa, maka tingkat profesionalisme Sekretaris

Desa akan lebih baik daripada kondisi selama ini, baik jika jabatan Sekretaris Desa

diisi dari PNS yang ada ataupun Sekretaris Desa yang sedang menjabat diangkat

menjadi PNS. Jika Sekretaris Desa diisi dari PNS yang sudah ada, maka tentunya

Sekretaris Desa tersebut diisi oleh orang yang telah memiliki keahlian, kemampuan

dan pengalaman sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 25 Peraturan Pemerintah

Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.

Demikian juga jika Sekretaris Desa yang ada sekarang diangkat menjadi

PNS, maka Sekretaris Desa tersebut khususnya pada desa-desa yang tidak mampu

akan dapat lebih meningkatkan profesionalitas dalam bekerja karena mereka tidak

merasa khawatir untuk mencari penghasilan tambahan yang dapat mengganggu

dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban sebagai seorang Sekretaris Desa. Selain itu

nantinya tentu juga akan mendapatkan berbagai pembinaan dari Pemerintah

76

Kabupaten seperti setiap PNS akan diberikan berbagai pendidikan dan pelatihan

(diklat) yang merupakan proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka

meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil. Diklat itu sendiri bertujuan untuk

menciptakan sumber daya manusia aparatur yang memiliki kompetensi jabatan

dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

f. Peningkatan Koordinasi Vertikal

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang

kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 membawa

perubahan yang mendasar terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah tidak

terkecuali terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa. Desa memiliki kewenangan

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-

usul dan adat istiadat setempat. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai

pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi

dan pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut memunculkan kesalahan penafsiran dari

aparat desa mengenai makna otonomi asli dan penafsiran bahwa camat bukan lagi

sebagai kepala wilayah namun hanya sebagai perangkat daerah, maka tidak perlu lagi

adanya koordinasi, kepatuhan bahkan mengesampingkan adanya peran kecamatan.

Pemerintahan Desa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan satu kesatuan sistem strata

pemerintahan yang berkait erat dalam kaitan kewilayahan, kewenangan atau urusan

dan administrasi. Sehingga dengan adanya kebijakan pengangkatan Sekretaris Desa

menjadi Pegawai Negeri Sipil maupun pengisian Sekretaris Desa dari Pegawai

77

Negeri Sipil maka diharapkan koordinasi dengan pemerintahan di atasnya akan

berjalan lebih mudah dan baik.

3.4.2 Dampak Negatif

a. Kecemburuan dari Perangkat Desa lainnya

Satu hal yang sulit dihindarkan yaitu munculnya kecemburuan dari

perangkat desa lainnya bahkan dari Kepala Desa terhadap Sekretaris Desa terutama

di desa-desa yang tidak mampu/miskin. Kecemburuan ini muncul karena pengisian

Sekretaris Desa dari PNS ini akan menimbulkan kesenjangan sosial antara Sekretaris

Desa dengan perangkat desa lainnya.

Masyarakat pada umumnya memandang dan menempatkan seorang PNS

pada strata sosial yang lebih tinggi dari profesi lainnya. Dengan adanya

pengangkatan Sekretaris Desa menjadi PNS, tentunya tidak lepas dari adanya

pemberian fasilitas/tunjangan kepada Sekretaris Desa yang diangkat dari PNS.

Fasilitas inilah yang menjadi objek kecemburuan dari perangkat desa yang lain.

Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa dan Perangkat Desa, dan

perangkat desa terdiri dari Sekretaris Desa dan perangkat desa lainnya. Dalam hal ini

dapat diartikan bahwa kedudukan dari Sekretaris Desa tersebut adalah sama-sama

sebagai Perangkat Desa yang mempunyai hak yang sama. Adanya perbedaan status

Sekretaris Desa sebagai PNS dan perangkat desa lainnya yang non PNS, secara tidak

langsung akan menimbulkan kecemburuan perangkat desa yang berstatus non PNS.

Fasilitas yang diterima seorang Sekretaris Desa sebagai seorang PNS

diantaranya mendapatkan gaji, fasilitas kesehatan, tunjangan, pensiun serta fasilitas

78

lainnya. Perangkat Desa non PNS hanya mendapat penghasilan berupa tanah

bengkok saja, besar kecilnya penghasilan Perangkat Desa tersebut berbeda-beda

tergantung dari kondisi tanah bengkok yang diterima. Jika kondisi tanah bengkok

tersebut bagus, maka penghasilan Perangkat Desa juga tinggi, tetapi apabila kondisi

tanah bengkok tersebut kurang bagus maka penghasilan Perangkat desa tersebut juga

sangat minim.

Perbedaan fasilitas yang diterima antara Sekretaris Desa dengan aparat desa

lainnya akan membawa pemikiran kearah tuntutan persamaan hak sebagai seorang

Perangkat Desa. Seorang Perangkat Desa memiliki tugas yang sama untuk mengabdi

dan melayani rakyat desa, tetapi mendapat perlakuan yang berbeda dari negara.

Perbedaan tingkat kesejahteraan menjadi salah satu sumber kecemburuan.

Tuntutan fasilitas yang sama sebagai Perangkat Desa akan bermuara pada anggaran

Pemerintah Desa maupun Pemerintah Daerah. Hal tersebut bisa memunculkan

keinginan dari Aparat Desa yang lain untuk menganggarkan fasilitas seperti yang

diterima Sekretaris Desa dalam Anggaran Desa (APBDesa) dan munculnya tuntutan

kepada daerah untuk memberikan alokasi anggaran untuk aparat desa non PNS

dalam rangka persamaan hak dan peningkatan kesejahteraan bagi mereka.

Kecemburuan perangkat desa tersebut apabila dibiarkan berlarut-larut akan

mengganggu kinerja pemerintah desa dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat.

b. Tuntutan Pengangkatan menjadi PNS dari Perangkat Desa lainnya

Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi PNS dengan berbagai fasilitas yang

diterima tidak menutup kemungkinan akan menyebabkan munculnya keinginan dari

79

Aparat Pemerintah Desa yang lain khususnya pada desa-desa yang tidak mampu

meminta untuk diangkat juga menjadi Pegawai Negeri Sipil, dengan harapan

kesejahteraan mereka dapat meningkat karena memperoleh gaji yang tetap dan

tentunya lebh besar daripada yang mereka terima selama ini dari mengelola tanah

bengkok.

c. Rasa Tidak Puas Bagi Sekretaris Desa

Menurut pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2007 bagi Sekretaris

Desa yang tidak memenuhi persyaratan untuk di angkat menjadi PNS diberhentikan dari

jabatan Sekretaris Desa oleh Bupati dan diberikan kompensasi yang dihitung berdasarkan

masa kerja .

Sebagian besar Sekretaris Desa yang nantinya tidak akan diangkat menjadi PNS

merasa kecewa adanya pasal tersebut. Mereka menghendaki agar diberikan kesempatan

untuk menyelesaikan pengabdiannya sampai habis masa jabatannya, yaitu usia 60 atau 65

tahun. Hal ini menurut mereka karena mengacu pada Pasal 236 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa, yang menyatakan Kepala Desa dan

Perangkat Desa yang ada pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini tetap menjalankan

tugas sampai habis masa jabatannya.

Sekretaris Desa pada desa-desa yang subur dan baik dalam sistem pengairannya

merasa tidak puas/setuju terhadap kebijakan pemberhentian dengan hanya kompensasi

tersebut bila dibandingkan dengan penghargaan yang mereka terima setelah pensiun apabila

mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 18 Tahun 2000 tentang

Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 15 Tahun 2005.

80

Harapan para Sekretaris Desa apabila mereka diberhentikan dari jabatannya untuk

dapat diberikan kompensasi sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Peraturan Pemerintah

Nomor 45 Tahun 2007 dan juga mendapatkan penghargaan upah bengkok sebagaimana

diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 18 Tahun 2000 tentang

Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 15 Tahun 2005. Menurut Peraturan Daerah

Kabupaten Grobogan bahwa Perangkat Desa yang diberhentikan dengan hormat diberikan

tanda penghargaan sebanyak-banyaknya 25 % (dua puluh lima persen) dari luas bengkok

yang diterimanya selama menjabat Perangkat Desa, dan bagi Perangkat Desa mempunyai

masa kerja 15 (lima belas) tahun keatas, mendapat penghargaan seumur hidup. Dan apabila

Perangkat Desa meninggal dunia, janda/dudanya yang sah dan pertama dapat menerima

tanda penghargaan sebesar 50 % (lima puluh persen) dari tanda penghargaan sepanjang

janda/duda tersebut belum/tidak kawin da tidak pindah tempat/pindah penduduk ke lain

desa.

Guna menampung dan menyalurkan aspirasi mereka, akhirnya pada tanggal

1 Januari 2006 para Sekretaris Desa se-Kabupaten Grobogan mendirikan organisasi bernama

Ikatan Sekretaris Desa Kabupaten Grobogan (ISEKG) dengan Ketua Sugiyono, Sekretaris

Desa Warukaranganyar Kecamatan Purwodadi.

d. Ketimpangan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Aparat Desa memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap

kelangsungan sistem pemerintahan desa. Perangkat Desa sebagai penggerak sistem

pemerintahan desa dituntut untuk mampu menyelesaikan semua permasalahan dan

81

memberikan pelayanan kepada masyarakat desa tersebut sehingga dibutuhkan

kekompakan dan kerjasama antar Perangkat Desa.

Perbedaan status PNS dengan non PNS akan membawa implikasi pada

perubahan kinerja pemerintah desa. Bagi Sekretaris Desa dengan status PNS akan

dianggap lebih mampu menangani segala permasalahan yang ada di desa, sedangkan

aparat non PNS akan merasa tidak sebanding dengan Sekretaris Desa. Dengan

adanya kondisi tersebut aparat desa non PNS akan menyerahkan segala beban

permasalahan yang ada di desa kepada Sekretaris Desa, karena Sekretaris Desa

tersebut dianggap lebih mampu· dari pada aparat desa lainnya. Atau dengan kata lain

Perangkat Desa non PNS akan bersikap apatis terhadap kondisi masyarakat desa,

karena semua permasalahan dianggap mampu diselesaikan oleh Sekretaris Desa.

Kondisi ini akan dapat mempengaruhi kinerja pemeritah desa, yang

seharusnya aparat desa bekerjasama untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat desa menjadi apatis terhadap kondisi desa. Kerjasama antar aparat desa

merupakan modal utama untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat

desa, apabila kerjasama tersebut tidak dapat terbentuk akan membawa pengaruh

terhadap pelayanan kepada masyarakat desa, dan pada akhirnya akan merugikan

masyarakat desa.

e. Perubahan Kultur Birokrasi Desa

Kultur (budaya) mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap

penampilan suatu organisasi termasuk birokrasi publik. Dalam suatu sistem

pemerintahan terdapat suatu budaya atau kultur yang sangat mewarnai sistem

82

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Masyarakat desa cenderung lebih

mengutamakan figur pribadi dari pada kemampuan profesionalisme seorang

Perangkat Desa. Masyarakat desa dalam kehidupannya sehari-hari sangat

dipengaruhi pada seseorang yang mampu dianggap sebagai teladan atau contoh

panutan masyarakat desa, terutama perangkat desa. konsekuensi dari status Sekretaris

Desa sebagai PNS. Sistem pengisian Sekretaris Desa bukan lagi kewenangan desa,

tetapi menjadi kewenangan Pemerintah Daerah, dalam hal ini adalah kewenangan

Bupati. Sekretaris Desa bukan lagi dipilih tetapi ditempatkan oleh Pemerintah

Daerah sebagai wakil dari pemerintah yang berada di desa, dengan kata lain desa

tidak berhak menentukan siapa yang akan menjadi Sekretaris Desa di wilayahnya.

Sekretaris Desa yang akan ditempatkan di desa merupakan kewenangan Bupati untuk

menempatkan wakil Pemerintah Kabupaten yang berada di desa.

Sekretaris Desa yang dipilih oleh desa akan memberikan konsekuensi

beban moral bagi seorang Sekretaris Desa, dimana ia berasal dari warga desa

tersebut, sehingga mereka mengabdi dengan setulus hati/dituntut untuk memberikan

yang terbaik bagi desanya.

Seorang PNS yang ditempatkan oleh Pemerintah untuk menjabat sebagai

Sekretaris Desa, belum tentu berasal dari desa tersebut, tetapi bisa dari orang lain

yang bukan komunitas desa tersebut. Apabila PNS tersebut dapat diterima oleh

masyarakat desa tidak jadi masalah, tetapi yang dikhawatirkan adalah apabila

komunitas desa tersebut tidak dapat menerima keberadaan Sekretaris Desa yang

ditempatkan oleh Pemerintah Kabupaten.

83

Apabila penempatan PNS tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan

oleh PNS yang bersangkutan itu sendiri, hal ini akan mempengaruhi kinerja dari

Sekretaris Desa tersebut karena tempat bekerjanya tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Kinerja PNS tersebut akan asal-asalan karena dia merasa tidak cocok

mungkin dengan lokasi kerjanya yang jauh dari tempat tinggalnya, atau alasan lain

yang membuat kondisi kerjanya kurang kondusif.

Mekanisme pengisian Sekretaris Desa dari PNS yang ada di

Kecamatan/Kabupaten seperti ini ini dapat menimbulkan budaya kerja sebagai

"penjilat". Budaya ini terbentuk dengan sifat yang selalu tunduk dengan atasan dan

selalu memberikan laporan "Asal Bapak Senang" tanpa memperhatikan realita yang

ada. Kenyataan seperti ini akan mempengaruhi sistem pemerintahan desa yang tidak

lagi mengutamakan pengabdian kepada masyarakat desa, tetapi pengabdian terhadap

atasannya.

f. Pembebanan terhadap Keuangan Negara dan Daerah

Pembebanan anggaran keuangan Pusat dan Daerah merupakan salah satu

konsekuensi dari kebijakan ini. Penambahan jumlah PNS berarti penambahan pula

alokasi anggaran keuangan untuk pembayaran gaji dan pengaluaran lainnya. Sebagai

gambaran, dengan hanya memperhitungkan gaji terendah yang akan dibayarkan

Pemerintah sebesar Rp. 1.060.000,- perorang/bulan, maka besarnya anggaran belanja

pegawai khusus Sekretaris Desa se-Indonesia adalah sebesar Rp. 1.060.000,- di

kalikan 52.297 orang Sekretaris Desa, yaitu sebesar Rp. 55.434.820.000,- setiap

bulannya. Sedangkan untuk Kabupaten Grobogan saja, dimana terdapat 165 desa

84

yang berarti juga terdapat 165 orang Sekretaris Desa yang akan diangkat menjadi

PNS, maka besarnya gaji yang harus dianggarkan setiap bulannya untuk 165

Sekretaris Desa adalah sebesar Rp. 1.060.000,- kali 165 orang, maka didapat nominal

sejumlah Rp. 174.900.000,- per bulan dan sebesar Rp. 2.098.800.000,- (dua milyard

sembilan puluh delapan juta delapan ratus ribu rupiah) per tahun. Jumlah ini akan

semakin membesar jika ditambah dengan tunjangan istri, anak, kesehatan dan biaya

pembinaan aparatur bagi Sekretaris Desa sebagai konsekuensi dari pembinaan

kepegawaiannya. Selain itu pula perlunya menyediakan fasilitas rumah dinas atau

uang sewa rumah bagi Sekretaris Desa yang bukan berasal dari desa tersebut karena

adanya ketentuan bersedia tinggal di desa yang bersangkutan. Pemerintah Daerah

juga mempunyai kewajiban untuk menanggung biaya ujian penyetaraan bagi

Sekretaris Desa yang memiliki ijazah lebih rendah dari STTB SLTA.

Sekretaris Desa yang tidak memenuhi persyaratan untuk di angkat menjadi PNS

diberhentikan dari jabatan Sekretaris Desa oleh Bupati dan diberikan kompensasi yang

dihitung berdasarkan masa kerja yaitu masa kerja 1 s/d 5 tahun diberikan kompensasi

Rp. 5.000.000,- dan masa kerja lebih dari 5 tahun diberikan kompensasi Rp. 1.000.000,- tiap

tahun dan maksimal Rp.20.000.000,-.

Adapun Sekretaris Desa di kabupaten Grobogan yang tidak memenuhi

persyaratan untuk diangkat menjadi PNS sebanyak 82 (delapan puluh dua) Sekretaris Desa.

Sedangkan kompensasi sebagaimana diatur dalam pasal 11 Peraturan Pemerintah

No 45 Tahun 2007 dibebankan kepada APBD Kabupaten Grobogan, dan apabila

direncanakan pemberhentian dilaksanakan pada tahun 2008 maka Kabupaten Grobogan

85

harus menganggarkan dana kompensasi bagi Sekretaris Desa sebesar

Rp. 1.610.000.000,- (satu milyard enam ratus sepuluh juta rupiah).

Seharusnya apabila Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten Grobogan

dalam memberhentikan seorang Perangkat Desa dalam hal ini adalah Sekretaris Desa

senantiasa mengacu dan mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu

mendasarkan pada batas usia setinggi-tingginya 65 (enam puluh lima) tahun. Dengan

kata lain bahwa dalam hal pemberhentian Sekretaris Desa tepat pada waktunya

sebelum ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2007 tanggal 30 Juli

2007, maka beban untuk memberikan tunjangan kompensasi kepada Sekretaris Desa

yang tidak diangkat menjadi PNS akan sedikit berkurang, yakni terhadap Sekretaris

Desa Ledokdawan (12 Juli 2007) dan Monggot Kecamatan Geyer (1 Juli 2004),

Sekretaris Desa Tanjungrejo Kecamatan Wirosari (7 Mei 2007), Sekretaris Desa

Prigi Kecamatan Kedungjati (31 Desember 2000) dan Sekretaris Desa Telawah

Kecamatan Karangrayung karena menjabat sebagai Kepala Desa Telawah. Lihat

dalam lampiran data Sekretaris Desa se-Kabupaten Grobogan.

g. Pergeseran Makna Otonomi Desa

Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri Sipil akan

mengubah konsep keaslian desa otonom sebagai kesatuan masyarakat sosial dan hu-

kum yang memiliki hak dan kewenangan menyelenggarakan urusan rumah tangga

sendiri yang muncul karena pengakuan masyarakat. Pengakuan akan hak dan kewe-

nangan tersebut muncul secara sendiri dari masyarakat seiring dengan terbentuknya

desa tersebut.

86

Kecenderungan yang muncul pemerintah berusaha untuk mengubah konsep

otonomi desa yang asli dan bersifat bawaan kepada otonomi desa yang merupakan

pemberian dari Pemerintah. Artinya desa tetap saja memiliki otonomi meskipun

berbeda dengan otonomi sebagaimana yang dimaknai selama ini. Akibatnya tidak

akan ada lagi desa otonom, yang ada hanya desa-desa baru yang merupakan

bentukan Pemerintah.

Kebijakan ini mengesankan desa akan "diformalkan" dengan mengubah

beberapa status yang menyebabkan desa menjadi kian tersubordinasi dan sebagai

bagian hegemoni tingkatan pemerintah di atasnya. Kondisi demikian di satu sisi

menguatkan otoritas kabupaten/kota terhadap desa, di sisi lain memperlemah

otonomi desa. Pemerintahan desa tidak lagi dipandang sebagai unit pemerintahan

yang otonom, bahwa berlangsung proses de-otonomisasi di desa.

h. Alat Mempertahankan Kekuasaan Penguasa

Patut juga menjadi bahan catatan bahwa dengan diseragamkannya status

Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri Sipil bukan tidak mungkin akan dijadikan

oleh pemegang kekuasaan untuk melanggengkan kekuasaan dengan cara menanam

para bawahannya untuk langsung mengolah pemerintahan pada level paling bawah

dengan harapan dapat memobilisasi masa demi keuntungan yang berkuasa. Hali ini

sudah kita rasakan disaat masa orde baru.

Bagaimana sepak terjang seorang Pegawai Negeri Sipil pada era orde baru

yang harus mensukseskan pemenangan terhadap satu parpol tertentu sehingga

kekuasaan pemerintahan dapat terus langgeng. Namun semoga aturan tentang

netralitas Pegawai Negeri Sipil dalam Pemilihan Umum termasuk Pemilihan Kepala

87

Daerah secara langsung tetap dipertahankan, sehingga kekhawatiran diatas tidak

perlu terjadi.

i. Tidak Efektifnya Pelayanan di Desa-Desa Tertentu

Desa-desa yang kegiatan usaha masyarakatnya sudah heterogen seperti

kehidupan perkotaan, dengan diangkatnya Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri

Sipil pelayanan pada masyarakat akan terasa lebih baik.

Sedangkan bagi desa yang masih homogen layaknya yang masih

mengandalkan kehidupan sehari hari dengan kegiatan bertani mungkin dirasakan

bahwa pengangkatan Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri Sipil tidak akan

berpengaruh bagi pelayanan masyarakat.

Masyarakat yang demikian akan merasa senang apabila dapat meminta

pelayanan umum dan mendapatkannya dengan baik, cepat dan tanpa terbatas di

Kantor Desa pada jam dinas. Jadi mereka akan lebih senang bila dalam meminta

pelayanan pemerintahan desa dapat dilayani pada sore/malam hari karena dari pagi

sampai sore digunakan untuk kegiatan bercocok tanam dan kegiatan-kegiatan yang

lain untuk.menunjang kehidupannya.

3.5 Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan dan Cara Mengatasi

3.5.1 Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan

Menurut hasil wawancara dapat diketahui hambatan-hambatan atau

kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kebijakan pengisian Sekretaris

88

Desa dari Pegawai Negeri Sipil maupun pengangkatan Sekretaris Desa menjadi

Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Grobogan yaitu :

a. Adanya rasa tidak puas dan penolakan dari para Sekretaris Desa, baik yang

memenuhi syarat untuk diangkat menjadi PNS maupun bagi yang tidak

memenuhi syarat.

b. Untuk pengisian Sekretaris Desa dari Pegawai Negeri Sipil bagi Desa yang

telah kosong Sekretaris Desanya belum bisa dilaksanakan karena :

- Sulitnya memilih PNS yang memenuhi syarat, bersedia dan mampu untuk

mengisi jabatan Sekretaris Desa;

- Adanya ketentuan bagi Sekretaris Desa bersedia tinggal di desa yang

bersangkutan, mengandung konsekuensi perlunya menyediakan fasilitas

rumah bagi PNS yang bukan berasal dari Desa tersebut guna meningkatkan

motivasi dan kinerjanya;

- Merupakan kebijakan Pemerintah Kabupaten Grobogan sendiri untuk

pengisian Sekretaris Desa dilaksanakan menunggu/setelah diketahuinya

secara pasti Sekretaris Desa yang dapat diangkat menjadi Pegawai Negeri

Sipil dan direncanakan akan dilaksanakan pengisian secara serentak.

c. Perbedaan data Sekretaris Desa pada database dengan bukti-bukti fisik (berkas-

berkas) yang dimiliki sehingga sempat membuat bingung/rasa khawatir para

Sekretaris Desa akan dapat menyebabkan berkas tidak memenuhi syarat

sehingga tidak akan diangkat menjadi PNS.

89

3.5.2 Cara Mengatasi Hambatan

Guna mengatasi berbagai kendala dan hambatan yang muncul tersebut telah

diambil berbagai langkah, diantaranya adalah :

a. Terhadap rasa tidak puas dan penolakan dari para Sekretaris Desa dapat teratasi

dengan memberikan pengertian-pengertian melalui pembinaan, sosialisasi dan

penyuluhan-penyuluhan kepada para Sekretaris Desa.

b. Menunjuk pelaksana tugas/penjabat sementara Sekretaris Desa dari Perangkat

Desa yang ada bagi desa-desa yang telah kosong jabatan Sekretaris Desanya.

c. Terhadap permasalahan perbedaan data diambil langkah dengan menentukan

terlebih dahulu berkas/data yang dianggap paling kuat kemudian berkas yang

lain disesuaikan.

d. Mengalokasikan anggaran untuk melaksanakan kebijakan pengisian Sekretaris

Desa dari Pegawai Negeri Sipil dalam Tahun Anggaran 2008.

e. Melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan Departemen dalam Negeri dan

Pemerintah Propinsi Jawa Tengah.

3.5.3 Rekomendasi Langkah-langkah Pelaksanaan

Guna melaksanakan kebijakan pengangkatan Sekretaris Desa menjadi PNS

maupun pengisian Sekretaris Desa dari PNS agar dapat berjalan dengan baik dan

mengurangi permasalahan yang ada/muncul, dapat ditempuh beberapa langkah

sebagai berikut :

90

a. Sosialisasi Kebijakan kepada Aparat Desa

Pengisian Sekretaris Desa dari PNS maupun pengangkatan Sekretaris Desa

menjadi PNS yang mendasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pada

awal kebijakan, para perangkat desa khususnya Sekretaris Desa banyak yang merasa

resah. Hal ini dikarenakan mereka kurang mengerti akan maksud dan tujuan dari

kebijakan ini dan mereka merasa akan segera diberhentikan dari jabatannya atau

akan diganti oleh PNS, terlebih lagi setelah turunnya Peraturan Pemerintah Nomor

45 Tahun 2007.

Kondisi demikian tidak kondusif bagi implementasi kebijakan ke depan.

Sosialisasi yang sangat kurang dikhawatirkan sebagai sebab dari berbagai penolakan

yang mungkin terjadi. Penolakan yang terjadi karena ketidakmengertian mereka akan

maksud dan tujuan kebijakan. Dengan kata lain jika para perangkat desa mengerti

dan paham, maka berbagai kemungkinan penolakan akan sedini mungkin dapat di-

cegah. Jika para perangkat desa tahu manfaat Sekretaris Desa PNS, maka perangkat

akan mengerti dan tidak akan menolak Sekretaris Desa PNS.

Khususnya bagi Sekretaris Desa yang tidak diangkat menjadi PNS, masih

menunggu informasi bagaimana nasib mereka nantinya. Kapan akan diberhentikan,

kompensasi/perhatian apa saja yang akan mereka terima apabila diberlakukan

kebijakan tersebut. Oleh karena itu pemerintah dan pemerintah daerah perlu segera

mengadakan sosialisasi secepatnya setiap ada perubahan kebijakan yang berlaku

kepada para Aparat Desa khususnya Sekretaris Desa.

91

b. Menaikkan Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa yang Lain

Langkah selanjutnya adalah menaikkan tunjangan kades dan para Perangkat

Desa yang lain. Meskipun para kades dan Perangkat Desa telah memahami dan

menyadari tentang manfaat Sekretaris Desa PNS, namun jika tetap ada kesenjangan

penghasilan antara Sekretaris Desa dengan perangkat desa lainnya terutama pada

desa-desa yang tidak mampu, maka tidak menutup kemungkinan faktor kecemburuan

akan tetap ada sehingga memunculkan permasalahan-permasalahan baru di

kemudian hari. Misalnya saja, mereka juga menuntut kepada Pemerintah untuk di

angkat juga menjadi PNS.

Masih banyak Perangkat Desa khususnya Sekretaris Desa yang

penghasilannya di bawah UMK, oleh karena itu sudah menjadi kewajiban

Pemerintah Kabupaten Grobogan untuk memberikan tambahan penghasilan bagi

para Perangkat Desa sehingga penghasilannya bisa di atas UMK.

Kenaikan tunjangan perangkat desa diharapkan akan mengurangi

kesenjangan yang tinggi antara Sekretaris Desa dengan perangkat desa lainnya,

sehingga para perangkat akan berbesar hati meskipun mereka tidak diangkat menjadi

PNS. Kecemburuan dan penolakan para perangkat dapat dihilangkan/dikurangi dan

dari sisi psikologis, kades tidak akan merasa rendah diri terhadap Sekretaris Desa.

Karena selayaknya posisi sosial ekonomi kades tetap harus lebih tinggi dari

perangkat desa lainnya. Kondisi ini akan sangat kondusif bagi penyelenggaraan

pemerintahan desa. Sekretaris Desa akan melakukan berbagai pembenahan

administrasi desa tanpa di bayang-bayangi rasa kecemburuan dari Kepala Desa dan

Perangkat Desa lainnya.

92

c. Memberikan Penghargaan kepada Sekretaris Desa yang Diberhentikan

Pemerintah dan Daerah harus memikirkan bagaimana nasib para Sekretaris

Desa setelah diberhentikan dari jabatannya. Sebab tidak menutup kemungkinan

berbagai penolakan yang muncul berawal dari masalah ini, terutama masalah

pekerjaan sebagai sumber pendapatan. Kalau pemerintah memberikan pekerjaan lain

yang sepadan mungkin tidak ada masalah. Tinggal apakah pekerjaan itu bisa

dijadikan sandaran ekonomi bagi para Sekretaris Desa atau tidak. Sebab selama ini

jabatan Sekretaris Desa dijadikan sandaran utama ekonomi bagi mereka. Mereka

pada prinsipnya menerima undang-undang yang menyatakan jabatan Sekretaris Desa

akan diisi oleh PNS. Namun, yang harus diperhatikan oleh pemerintah adalah

lapangan pekerjaan baru harus disiapkan untuk para Sekretaris Desa yang lengser.

Selama ini para Kepala Desa dan Perangkat Desa di Kabupaten Grobogan

yang berakhir masa jabatannya diberikan penghargaan bengkok tanah/sawah

sehingga mereka setelah pensiun masih mempunyai kegiatan mengolah tanah

bengkok tersebut dan apabila meninggal dunia maka istri/suaminya yang pertama

dan sah dapat menerima tanda penghargaan 50 % dari tanda penghargaan sepanjang

janda/duda tersebut belum/tidak kawin dan tidak pindah tempat/pindah penduduk ke

lain desa. Terutama pada desa-desa yang mampu/subur dengan pengairan teknis

terasa berat apabila nantinya hanya akan mendapatkan kompensasi yang jumlahnya

maksimal Rp.20.000.000,- sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan pemerintah

Nomor 45 Tahun 2007 dan sebuah piagam tanda penghargaan menurut Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2007.

93

d. Pembinaan dan Pengawasan terhadap Perangkat Desa

Pembinaan perlu senantiasa dilakukan oleh pemerintah daerah, baik dari

pemerintah kabupaten maupun kecamatan, terhadap penyelenggaraan pemerintahan

desa. Pembinaan tersebut di lakukan dalam bentuk pemberian pedoman

penyelenggaraan pemerintahan desa, pemberian bimbingan, dan pelaksanaan

pendidikan dan pelatihan bagi perangkat desa, serta pengembangan karir.

Pembinaan dan pengawasan kepada seluruh perangkat desa. Sebab jika

hanya sebatas jabatan Sekretaris Desa telah terisi oleh PNS, berbagai kecemburuan

dan penolakan dapat dihilangkan dan tunjangan perangkat desa telah dinaikkan tanpa

ada kegiatan pembinaan dan pengawasan secara berkelanjutan, maka tujuan

kebijakan pengisian Sekretaris Desa dari PNS tidak akan tercapai dengan maksimal.

Pembinaan tersebut juga menyangkut persoalan pengembangan karir

Sekretaris Desa yang bersangkutan. Hak seorang Sekretaris Desa PNS akan sama

dengan hak PNS pada umumnya sebagaimana diatur dalam Kepmendagri Nomor 57

Tahun 1998 tentang Pola Umum Pembinaan Karir Pegawai Negeri Sipil. Disebutkan

bahwa pengembangan karir dilakukan berdasarkan keterkaitan dan kesesuaian antara

jabatan, pangkat, pendidikan dan pelatihan serta masa jabatan seorang PNS sejak

pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai dengan masa pensiun

berdasarkan atas pengangkatan, prestasi, disiplin, kesetiaan, pengabdian, pengalaman

dan syarat-syarat objektif lainnya. Sekretaris Desa yang diangkat menjadi PNS,

dimungkinkan untuk dilakukan mutasi atau bahkan promosi pada jabatan lainnya di

luar organisasi pemerintah desa berdasarkan syarat-syarat objektif tersebut.

94

e. Pengunduran Waktu Implementasi Kebijakan

Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

50 Tahun 2007 bahwa Sekretaris Desa yang tidak memenuhi persyaratan untuk

diangkat menjadi PNS, diberhentikan selambat-lambatnya pada akhir tahun 2008.

Guna mengurangi gejolak di kalangan Sekretaris Desa yang tidak diangkat sehingga

dapat menciptakan situasi yang kondusif, maka sebaiknya pelaksanaan

pemberhentian Sekretaris Desa diambil waktu yang maksimal yaitu pada akhir tahun

2008. Hal ini dimaksudkan selama dalam perjalanan waktu nantinya dimungkinkan

akan terbit peraturan baru lagi yang lebih menguntungkan bagi para Sekretaris Desa

tersebut.

Selain itu pula dalam penyusunan Peraturan Daerah yang berhubungan

dengan penyelenggaraan pemerintahan desa perlu juga untuk memperhatikan

perkembangan dan tuntutan yang berkembang di masyarakat. Dapat pula ditempuh

langkah studi banding ke daerah lain.

f. Memilih PNS yang Tepat untuk Jabatan Sekretaris Desa

Menjadi perhatian bagi pemerintah daerah agar PNS yang ditempatkan

pada jabatan Sekretaris Desa adalah orang-orang yang mampu membenahi

administrasi pemerintah desa. Persyaratan tersebut cukup selektif, mengingat tidak

semua PNS memiliki semua kemampuan tersebut. Walaupun demikian bukan berarti

harga mati, dengan kata lain persyaratan tersebut merupakan kondisi yang ideal

namun tetap terbuka peluang bagi PNS yang hanya memenuhi beberapa persyaratan

saja untuk ditempatkan pada jabatan Sekretaris Desa.

95

g. Mengutamakan PNS Berdomisili di Desa yang Bersangkutan

Mengutamakan PNS yang berdomisili di desa setempat dimaksudkan agar

PNS yang bersangkutan dapat aktif bekerja di kantor desa setiap hari dan

menciptakan tingkat penerimaan yang tinggi dari masyarakat dan perangkat desa

kepada Sekretaris Desa PNS.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perangkat desa, mereka

memang berharap PNS yang akan menjabat PNS tersebut berasal dari desa yang

bersangkutan. Namun mereka bisa memaklumi jika Sekretaris Desa tersebut diisi

dari PNS yang bukan berasal dari desa setempat, karena keterbatasan jumlah warga

desanya yang berprofesi sebagai PNS. Jumlah yang ada tersebutpun belum tentu

memenuhi kriteria untuk diangkat menjadi Sekretaris Desa.

h. Mengadakan Pendidikan dan Pelatihan bagi Sekretaris Desa

Selama masa transisi bagi para Sekretaris Desa yang nantinya diangkat

menjadi PNS ataupun yang akan mengisi kekosongan jabatan Sekretaris Desa dari

unsur PNS, meskipun mereka telah mempunyai pengalaman dalam hal

penyelenggaraan pemerintahan, namun hendaknya juga perlu untuk diberikan

pembekalan berupa pendidikan dan pelatihan yang bertujuan memberikan

pemahaman tentang orientasi jabatan Sekretaris Desa, hak dan kewajiban sebagai

PNS dan pembinaan tentang norma dan aturan kepegawaian. Hal ini sangat

diperlukan karena mereka telah memasuki profesi baru dimana segala ruang gerak

dan tindakan terikat dengan aturan dan norma-norma kepegawaian dalam

menjalankan setiap aktifitas baik di lingkungan kedinasan maupun sosial

96

kemasyarakatan. Sudah barang tentu hal ini membawa konsekuensi perlu adanya

perubahan pola pikir, tata sikap dan perilaku bagi Sekretaris Desa yang diangkat

menjadi PNS. Tentunya dalam pelaksanaannya disertai dengan bahan/materi/modul

yang memadai. Studi banding bisa dijadikan salah satu alternatif dalam rangka

peningkatan kemampuan dan pengalaman.

Masih ada 12 (dua belas) orang Sekretaris Desa yang memenuhi syarat

untuk diangkat menjadi PNS berpendidikan SLTP, oleh karena itu mendasarkan

amanat Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2007 menjadi kewajiban Pemerintah

Daerah untuk segera memfasilitasi dan membantu mereka agar dapat mengikuti dan

lulus ujian penyetaraan SLTA paling lambat Tahun 2009.

i. Pengisian Sekretaris Desa agar Dikoordinasikan dengan Kepala Desa dan

Lembaga Desa

Sekretaris Desa sebagai Perangkat Desa yang bertugas membantu Kepala

Desa dalam bidang tertib administrasi pemerintahan dan pembangunan serta

pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. Salah seorang responden ada yang

mengutarakan bahwa apabila ada sekdes yang diangkat dari PNS, ibaratnya akan ada

matahari kembar. Mengapa, karena sekdes tidak akan loyal kepada kades, tetapi

kepada yang mengangkat.

Guna menciptakan keharmonisan antara Kepala Desa dan Sekretaris Desa

maka dalam pengisian Sekretaris Desa dari PNS alangkah baiknya apabila terlebih

dahulu dikoordinasikan atau sepengetahuan atau disetujui oleh Kepala Desa yang

bersangkutan. Dan apabila memungkinkan dikoordinasikan pula dengan Badan

Permusyawaratan Desa serta lembaga-lembaga desa yang ada.

97