BAB III TINJAUAN KASUS A....

25
32 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan tanggal 17 Maret 2011 jam 15.00 di Ruang Umar RS Roemani Semarang. Pasien bernama Tn.S dengan umur 78 tahun, jenis kelamin laki-laki, beragama Islam, suku Jawa dan berbangsa Indonesia, pasien berpendidikan tamat SMA, sudah menikah dan mempunyai 4 anak dan sudah menikah semua, pasien bekerja di rumah saja mempunyai percetakan, adapun alamat tinggal sekarang di desa Trangkil RT 05 RW 02, Pati, pasien masuk tanggal 16 Maret 2011 dengan no register 0300165 dan diagnosanya post operasi hernioraphy hari pertama. Adapun sebagai penanggungjawab Tn.S dirawat di RS Roemani Semarang adalah bernama Ny.K berumur 41 tahun,dengan jenis kelamin perempuan, bertempat tinggal di desa Trangkil RT 05 RW 02, Pati sedangkan hubungan Ny.K dengan Tn.S adalah anak kandung. 1. Keluhan Utama Ada luka post insisi terasa pedih seperti teriris-iris, skala nyeri 6. 2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat penyakit sekarang

Transcript of BAB III TINJAUAN KASUS A....

32

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan tanggal 17 Maret 2011 jam 15.00 di Ruang

Umar RS Roemani Semarang. Pasien bernama Tn.S dengan umur 78

tahun, jenis kelamin laki-laki, beragama Islam, suku Jawa dan berbangsa

Indonesia, pasien berpendidikan tamat SMA, sudah menikah dan

mempunyai 4 anak dan sudah menikah semua, pasien bekerja di rumah

saja mempunyai percetakan, adapun alamat tinggal sekarang di desa

Trangkil RT 05 RW 02, Pati, pasien masuk tanggal 16 Maret 2011 dengan

no register 0300165 dan diagnosanya post operasi hernioraphy hari

pertama.

Adapun sebagai penanggungjawab Tn.S dirawat di RS Roemani

Semarang adalah bernama Ny.K berumur 41 tahun,dengan jenis kelamin

perempuan, bertempat tinggal di desa Trangkil RT 05 RW 02, Pati

sedangkan hubungan Ny.K dengan Tn.S adalah anak kandung.

1. Keluhan Utama

Ada luka post insisi terasa pedih seperti teriris-iris, skala nyeri 6.

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang

33

Satu hari yang lalu pasien merasakan benjolannya mendadak

membesar, nyeri perut hebat, muntah-muntah, dan keluarga

langsung membawanya ke RS Roemani Semarang. 2 jam yang

lalu pasien telah dilakukan operasi hernioraphy dengan spinal

anesthesia.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Sejak 2 tahun yang lalu pasien mempunyai benjolan di inguinalis

dextra sebesar telur puyuh, bersifat kenyal, mudah bergerak, bisa

dimasukkan atau bila pasien tidur dapat masuk sendiri. Tn.S tidak

mempunyai penyakit alergi ataupun menular lainnya.

c. Riwayat penyakit keluarga

Keluarga / anak dan istri tidak ada yang menderita penyakit

seperti ini maupun penyakit menular.

d. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Klien mengatakan bahwa kesehatan itu sangat penting, apabila

klien sakit ataupun keluarga klien ada yang mengalami

masalah kesehatan diperiksakan di Puskesmas atau dokter

terdekat untuk memperoleh pengobatan. Sebelum sakit, klien

tidak pernah mengkonsumsi jamu. Pasien Tn. S tahu tentang

34

penyakit yang diderita itu hernia, karena sebelumnya, pasien

periksa di RS Malang.

2) Pola nutrisi

Sebelum sakit pasien makan 3x dalam sehari dengan satu porsi

habis. Klien makan nasi, lauk dan sayur, serta tidak ada

makanan yang dipantang. Klien biasanya minum air putih 2

liter sehari. Selama di rawat di RS, klien mendapatkan 1 porsi

makan bubur halus tapi hanya menghabiskan setengah porsi

makan.

Pola minum klien sehari 1 liter air putih dan teh, selama di

rawat di RS klien mendapatkan masukan cairan infus RL 20

tetes/menit dalam 24 jam ±1500 cc dan BB sekarang 64 kg.

3) Pola Eliminasi

Sebelum sakit pasien BAB 1x sehari di waktu pagi hari warna

kuning kecoklatan, lembek, dan BAK 5-6 x sehari warna

kuning, jernih, tidak ada kesulitan dalam buang air kecil dan

buang air besar, selama dirawat di rumah sakit ini, pasien

belum merasakan rangsangan untuk melakukan BAB, dan

BAK lancar 8-10x sehari ±1200 cc.

4) Pola aktivitas dan latihan

35

Sebelum sakit pasien mampu memenuhi kebutuhannya sendiri

tanpa bantuan orang lain, untuk aktivitas yang lain Tn. S

bekerja wiraswasta, mempunyai percetakan. Setiap pagi hari

Tn.S selalu jalan-jalan mengitari kampungnya selama ±30

menit dan selama sakit ini Tn.S harus istirahat dan hanya

dibolehkan mobilisasi dengan dibantu miring ke kanan dan ke

kiri.

5) Pola kognitif dan sensori

Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, tetapi pendengaran,

penglihatan sudah berkurang dan klien memakai kacamata.

Pasien merasakan nyeri:

P: Nyeri bertambah bila badan digerakkan saat miring kanan,

miring kiri.

Q: Nyeri terus-menerus seperti diiris-iris

R: Lokasi nyeri terasa di daerah lipat paha tempat sayatan

operasi, pada regio iliaka dextra.

S: Skala nyeri 6.

T: Nyeri terasa setelah operasi.

36

6) Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit Tn.S tidur mulai pukul 21.00 hingga 04.30,

tidak ada kesulitan tidur, dan kalau siang pasien jarang tidur.

Selama dirawat di rumah sakit Roemani ini Tn. S tidak

mengalami perubahan pola tidur, tidur cukup 7-8 jam.

7) Pola persepsi dan konsep diri

Hal yang diharapkan oleh klien yaitu setelah dirawat dan

melalui proses penyembuhan dan pengobatan klien dapat

sembuh dan dapat beraktifitas seperti biasa. Klien dirumah

sebagai tulang punggung keluarga yang memenuhi kebutuhan

keluarganya.

8) Pola peran dan pola hubungan

Pasien Tn.S bekerja sebagai wiraswasta, mempunyai

percetakan dirumah. Hubungan klien dengan orang lain seperti

keluarga dan petugas kesehatan (perawat, dokter, dll) baik,

keadaan klien tidak mempengaaruhi hubungan tersebut.

Kemampuan klien dalam berkomunikasi baik, dalam berbicara

jelas dan dapat dimengerti. Orang yang terdekat dan paling

berpengaruh pada klien adalah istrinya, dan apabila klien

punya masalah klien meminta bantuan pada istrinya.Selama

37

ini tidak ada kesulitan dalam hubungan sosial seperti dengan

saudara maupun tetangga klien.

9) Pola reproduksi dan seksual

Pasien Tn. S sudah menikah dan mempunyai 4 orang anak,

dalam aktivitas seksual tidak mengalami gangguan.

10) Pola mekanisme koping

Klien jika ada masalah, biasanya dimusyawarahkan dengan

keluarganya untuk mendapatkan keputusan yang tepat.

11) Pola nilai dan keyakinan

Pasien Tn. S beragama Islam, sebelum sakit melaksanakan

sholat 5 waktu dengan rutin, selama di rumah sakit ini pasien

tidak melaksanakan sholat karena merasa kesulitan dan masih

mobilisasi fisik.

e. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum: lemah

2) Kesadaran: composmentis

3) Tanda vital:

38

TD: 140/90 mmHg, nadi: 90x/menit, RR: 20x/menit, s:

37,5°C.

4) TB: 174 cm

BB: 64 kg

5) Kepala: mesochepal, tidak ada luka

a) Rambut: lurus, beruban, tipis, rapi, tidak ada ketombe.

b) Mata: sklera mata tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,

reaksi cahaya baik, penglihatan sudah terganggu dan

menggunakan kacamata.

c) Hidung: bersih, tidak ada sekret, fungsi penciuman baik.

d) Mulut: mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi

sudah tanggal.

e) Telinga: bersih, tidak ada serumen.

6) Leher: tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada deviasi

trachea, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

7) Dada:

a) Paru:

(1) Inspeksi:Simetris, kiri dan kanan sama, tidak tampak

penggunaan otot bantu pernafasan.

39

(2) Auskultasi: tidak ada suara nafas tambahan (ronchi,

mengi atau whezing) suara nafas vesikuler.

(3) Perkusi: terdengar sonor

(4) Palpasi: tidak ada benjolan payudara, tidak ada

pembengkakan kelenjar limfe ketiak, vokal fremitus

kanan dan kiri sama.

b) Jantung:

(1) Inspeksi: tidak tampak ictus kordis

(2) Auskultasi: S1 dan S2 terdengar murni

(3) Perkusi: pekak

(4) Palpasi: ictus cordis teraba di SIC V

8) Abdomen

Abdomen datar, turgor kulit kembali cepat, bising usus tidak

terdengar pada semua kuadran (peristaltic lemah).

9) Genital: bersih, tidak ada penyakit kelamin, anus tidak ada

hemoroid.

10) Ekstremitas

Atas: tangan kiri terpasang infus RL 20 tts/menit, tidak

tampak adanya bengkak, serta pengeluaran darah, tidak terasa

40

nyeri waktu ditekan, kekuatan otot dan menggenggam baik,

tidak ada kelumpuhan.

Bawah: tidak ada edema pada kedua tungkai, kekuatan otot

baik, tidak ada varises, tidak ada kelumpuhan, ada luka

operasi di lipat paha kanan tertutup kasa steril, panjang ± 10

cm, tidak ada rembesan darah, nanah atau cairan lain, terasa

nyeri ( skala nyeri 6 ).

f. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium tanggal 16 Maret 2011:

Hb : 13,3 gr/ dl (13 - 18 gr/dl).

Lekosit : 11.100 /mm3 (4.000 – 11.000 /mm3).

Eritrosit : 4,35 juta/uL (4,5 – 6,5 juta/ul).

Trombosit : 266.000 /mm3 (150.000 – 450.000 /mm3).

Ureum : 42,7 mg/dl (0 – 40 mg/dl).

Creatinin : 1,66 mg/dl (0,5 – 1,2 mg/dl).

GDS : 91 mg/dl (80 – 150 mg/dl).

b. Therapi

Infus RL 20 tts/menit

Cefotaxime 2 x 1 gr.(IV)

41

Toramin 3 x 30 mg.(IV)

c. Diit

Bubur halus

B. Analisa Data Post Operasi

Tgl/Jam Data (DS dan DO) Etiologi Problem

17-3-

2011

15.15

DS : Klien mengatakan pedih

dan nyeri pada sayatan operasi.

P : Nyeri bertambah bila badan

digerakkan (saat miring kanan,

miring kiri).

Q : Nyeri terus-menerus seperti

diiris-iris.

R : Lokasi nyeri terasa dilipat

paha tempat sayatan operasi.

S : Skala nyeri 6.

T : Nyeri terasa setelah operasi

Terputusnya

jaringan saraf perifer

sekunder terhadap

tindakan invasive

(insisi bedah).

Gangguan

rasa nyaman

nyeri

42

15.15

15.15

DO : -Klien tampak merintih

dan menahan sakit.

-Tampak melindungi

bagian yang sakit.

DS : Klien mengatakan perut

sebah dan sejak 1 hari yang lalu

belum BAB.

DO : Perut kembung, peristaltic

lemah, frekuensi 15 x/menit.

DS : Klien mengeluh luka

operasi panas dan perih.

DO : Terdapat luka operasi

sepanjang 10 cm dengan

balutan verban yang bersih

tanpa darah pada lipat paha

kanan.

s: 37,5°C, lekosit 11.100 /mm3

Penurunan motilitas

usus sekunder

terhadap pengaruh

anesthesia umum.

Pintu masuk kuman

sekunder terhadap

tindakan invasive

(insisi bedah).

Resiko

konstipasi

Resiko

infeksi

C. Diagnosa Keperawatan Post Operasi

43

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan

saraf sekunder terhadap tindakan invasive ( insisi bedah ).

2. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic usus sekunder

terhadap efek anesthesia.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan pintu masuk kuman sekunder terhadap

luka insisi.

D. Intervensi Post Operasi

Tgl/

Jam

No

Dx

Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi Rasional

17-3-

11

15.30

1 Klien dapat

mengontrol nyeri /

nyeri hilang setelah

dilakukan tindakan

keperawatan 1 x 24

jam dengan kriteria

hasil: klien

mengatakan nyeri

berkurang / hilang,

skala 0-3, klien

Kaji tingkat dan

karakteristik nyeri

(PQRST).

P : Nyeri

bertambah bila

badan digerakkan

saat miring kanan,

miring kiri.

Q : Nyeri terus-

menerus seperti

Pengkajian nyeri

mendasari bagi

perencanaan intervensi

keperawatan.

44

tampak tenang,

wajah rileks, klien

tampak merubah

posisi tidur miring

kanan, miring kiri

tanpa khawatir

timbul nyeri, nadi

80 x/menit.

diiris-iris.

R : Lokasi nyeri

terasa di lipat paha

tempat sayatan

operasi.

S : Skala nyeri 6.

T : Nyeri terasa

setelah operasi.

1) Rubah posisi

tidur senyaman

mungkin.

2) Pantau tanda

vital tiap 4 jam.

3) Berikan

tindakan

kenyamanan

seperti sentuhan

lembut pada

daerah yang

sakit.

4) Latih klien

tehnik relaksasi

dan tehnik

1)Posisi yang tepat

dapat mengurangi stress

pada area insisi.

2)Untuk mengetahui

perubahan KU pasien.

3)Rangsang kulit

mengaktifkan serabut

besar yang bereaksi

terhadap nyeri yang

mengatur pesan nyeri

yang dibawa oleh

serabut kecil.

4)Latihan pernapasan

dan tehnik relaksasi

menurunkan konsumsi

45

17-3-

11

15.30

2 Klien tidak

mengalami

konstipasi setelah

dilakukan tindakan

keperawatan 1 x 24

jam dengan kriteria

hasil : mampu

BAB tanpa

kesulitan, perut

tidak kembung,

tidak muntah, dapat

flatus, peristaltic

normal.

pernapasan.

5) Kolaborasi

pemberian obat,

Toramin injeksi

3 x 30 mg

secara IV.

1) Kaji bising usus

untuk

menentukan

kapan

memberikan

cairan.

2) Sarankan klien

untuk

melakukan

ambulasi /

aktivitas sejak

dini.

O2 , frekuensi jantung,

ketegangan otot yang

menghentikan siklus

nyeri.

5)Obat-obat

antiinflamasi nonsteroid

dianjurkan untuk nyeri

pasca operasi ringan

sampai sedang.

1) Adanya bisis usus

menunjukkan

kembalinya

peristaltic normal.

2) Gerak fisik miring

kanan / kiri merangsang

eliminasi usus dengan

memperbaiki tonus otot

abdomen dan

merangsang nafsu

makan dan peristaltic

46

3) Sarankan klien

untuk minum

yang cukup 2-3

liter/hari setelah

peristaltic

normal.

4) Sarankan klien

untuk segera

BAB bila sudah

terasa ada

dorongan ingin

buang air besar.

5) Sarankan untuk

perbanyak

masukan dari

buah dan

sayuran untuk

BAB normal

setiap hari.

6) Kolaborasi

pemberian

pencahar /

usus.

3) Minum yang cukup

perlu untuk

mempertahankan pola

BAB dan meningkatkan

konsistensi feses.

4)Membantu

menetapkan rutinitas

defekasi secara regular.

5)Diet seimbang tinggi

serat merangsang

peristaltic.

6)Pemberian pencahar

masih belum perlu.

47

17-3-

11

16.00

3 Klien terbebas dari

infeksi setelah

dilakukan tindakan

keperawatan

selama 2 x 24 jam

dengan kriteria

hasil klien tidak

mengalami nyeri

pada daerah luka

operasi, luka

menutup dan

mengering, tidak

ada darah, suhu

badan 36-37°C.

dulkolaks bila

perlu.

1) Kaji tanda dan

gejala adanya

infeksi luka

operasi, adanya

pembengkakan

dan kemerahan

area luka,

peningkatan

suhu tubuh.

Pemisahan luka

op.

2) Pantau tanda

vital tiap 4 jam.

3) Sarankan klien

untuk tidak

menyentuh luka

operasi.

4) Rawat luka

operasi dengan

tehnik steril

sehari sekali;

1)Sebagai respon

jaringan terhadap

infiltrasi pathogen

dengan peningkatan

darah dan aliran limfe,

penurunan epitelisasi,

peningkatan suhu tubuh

oleh rangsangan

hipotalamus.

2)Untuk mengetahui

perubahan KU pasien.

3)Tanpa cuci tangan

dan sarung tangan

menambah resiko

infeksi pada luka.

4)Dapat mencegah

masuknya

mikroorganisme ke

dalam luka, dan juga

48

Mencuci tangan

sebelum,

sesudah

mengganti

balutan.

Gunakan sarung

tangan sampai

luka tertutup.

Bersihkan

secara

menyeluruh

area sekitar

luka.

5) Anjurkan klien

untuk makan

TKTP.

6) Kolaborasi

pemberian

mengurangi resiko

transmisi infeksi pada

orang lain.

5)Untuk memperbaiki

jaringan, tubuh harus

meningkatkan masukan

protein dan karbohidrat

serta hidrasi adekuat

untuk transport vaskuler

dari oksigen dan zat

sampah.

6)Sebagai penghambat

pertumbuhan dan

49

antibiotika

injeksi

Cefotaxime 2x1

gr secara

intravena.

pembunuh

mikroorganisme pada

luka sehingga luka

bersih dan terbebas dari

infeksi.

E. Implementasi Post Operasi

Tgl/jam No

Dx

Implementasi Respon klien Paraf

50

17-3-11

15.30

17.00

18.00

19.00

1

1

1

1

Mengkaji karakteristik

nyeri, intensitas, skala

nyeri.

1)Merubah posisi tidur

klien senyaman

mungkin.

2)Mengukur vital sign

tiap 4 jam.

3)Memberikan tindakan

kenyamanan dengan

Subjektif:

P : Nyeri bertambah bila

badan digerakkan ( miring

kanan, miring kiri)

Q : Nyeri terus-menerus

seperti diiris-iris.

R : Lokasi nyeri terasa di

lipat paha tempat sayatan

operasi.

S : Skala nyeri 6.

T : Nyeri terasa setelah

operasi.

Objektif : Wajah tampak

tegang, menyeringai, gelisah.

S : Klien minta berubah

posisi miring kanan.

O: Tampak lebih rileks,

tenang tidak gelisah.

TD : 140/90 mmHg, nadi

90x/ menit, suhu: 37,5°C,

RR: 20x/menit.

S : Klien mengatakan lebih

enak.

51

19.10

19.30

1

1

2

2

2

sentuhan halus pada

daerah perut yang sakit.

4)Mengajarkan klien

nafas dalam dan

mengajak klien santai,

rileks.

5)Memberikan injeksi

toramin 30 mg secara

intravena.

1)Mengkaji bising usus

untuk memastikan

kembalinya peristaltic

yang normal.

2)Menganjurkan dan

membantu klien untuk

melakukan ambulasi/

aktifitas sejak dini.

3)Menganjurkan untuk

minum yang cukup 2-3

liter/hari.

O : Otot perut tidak tampak

tegang.

S : Klien mengatakan senang

tahu cara menurunkan

ketegangan / stres.

O : Klien tampak mau

melakukan nafas dalam dan

wajah tampak rileks.

S : Obat masuk dengan

lancar.

O : Klien tampak kooperatif.

S : Klien mengatakan belum

BAB.

O : Terdengar bising usus

positif lemah, kembung.

S : Klien mengatakan sudah

sering miring kanan / kiri.

S : Klien bersedia dan

mengatakan ya.

O : Masih kembung, belum

52

20.00

20.15

20.30

18-3-11

08.00

3

3

3

3

1)Mengkaji tanda dan

gejala adanya infeksi

luka operasi, adanya

pembengkakan dan

kemerahan area luka,

peningkatan suhu tubuh.

2)Mengukur tanda vital

tiap 4 jam.

3)Menganjurkan klien

untuk tidak menyentuh

luka operasi.

1)Mengkaji tanda dan

gejala infeksi luka

operasi.

flatus.

S : Klien mengatakan masih

nyeri pada area luka operasi.

O : Tidak tampak adanya

tanda-tanda infeksi.

O : TD : 140/100 mmHg,

nadi 96x/ mnt, suhu: 37,5°C,

RR : 22x/mnt.

S : Klien mengatakan takut

untuk menyentuh.

O : Tampak verban masih

tetap, tidak berubah.

S : Klien mengatakan masih

nyeri pada area luka operasi.

O : Tidak tampak adanya

tanda-tanda infeksi, luka

operasi tertutup, tidak ada

rembesan darah.

53

09.00

10.00

10.30

11.00

11.15

3

3

3

1

2

2)Merawat luka dengan

tehnik steril.

3)Menyarankan

keluarga untuk cuci

tangan sebelum dan

sesudah menolong

pasien.

4)Memberikan injeksi

toramin 30 mg dan

cefotaxime 1 gr secara

intravena.

1)Mengkaji

karakteristik nyeri,

intensitas, skala nyeri.

1)Mengkaji bising usus

untuk memastikan

S : Klien merasa senang luka

operasi cepat sembuh.

O : Luka tidak ada tanda

infeksi, luka operasi tertutup,

tidak ada rembesan darah.

S : Keluarga mengatakan,

tidak pernah lupa untuk cuci

tangan.

O : Tampak keluarga tidak

bingung setelah diberi saran

oleh petugas.

O: Obat masuk dengan

lancar.

S : Klien mengatakan nyeri

pada lipat paha kanan

berkurang, skala nyeri 2.

O : Tampak tenang dan

rileks.

S : Klien mengatakan sudah

bisa flatus tapi belum BAB.

54

11.30

12.00

13.00

14.00

2

2

2

2

kembalinya peristaltic

yang normal.

2)Mengukur vital sign.

3)Menganjurkan klien

untuk makan TKTP,

makan buah pepaya.

4)Menganjurkan untuk

minum yang cukup 2-3

liter/ hari.

5)Menyarankan untuk

segera BAB bila sudah

terasa ada dorongan

ingin buang air besar.

O : Terdengar bising usus

positif normal.

TD : 140/90 mmHg, nadi 84

x/menit, suhu 37°C, RR: 20x/

mnt.

S : Klien mengatakan nafsu

untuk makan.

O : Klien makan bubur halus

1 porsi habis, dengan buah

pepaya 1 potong habis.

S : Klien mengatakan sudah

minum habis 2 gelas, air

putih dan teh.

O : Tampak 2 gelas kosong.

S : Klien mengatakan belum

merasakan tanda-tanda BAB.

O : -

F. Catatan Perkembangan

Tgl/ jam No Dx Perkembangan Paraf

18-3 11

08.00

3 S : Klien mengatakan area luka masih terasa

nyeri.

55

19-3-11

14.00

1

2

3

O : Tidak ada tanda infeksi, luka operasi

bersih, terbebas dari darah, luka menutup,

luka operasi mengering.

A : Masalah keperawatan teratasi sebagian.

P : Lanjutkan intervensi nomor 1, 2, 3, 4.

S : Klien mengatakan nyeri berkurang, skala

nyeri 2.

O : Wajah tampak rileks dan tenang, tampak

merubah posisi miring ke kiri dan ke kanan.

A : Masalah keperawatan teratasi sebagian.

P : Lanjutkan intervensi nomor 1.

S : Klien mengatakan sudah bisa flatus, tetapi

belum bisa BAB.

O : Perut tidak distensi, bising usus dan

peristaltik positif normal.

A : Masalah keperawatan teratasi sebagian.

P : Lanjutkan intervensi nomor 1, 2, 3, 4.

S : Klien mengatakan luka operasi sudah

tidak nyeri.

O : Tidak ada tanda infeksi, luka operasi

56

1

2

bersih, terbebas dari darah, luka menutup,

luka operasi mengering.

A : Masalah keperawatan teratasi.

P: Pertahankan intervensi.

S : Klien mengatakan nyeri sudah hilang.

O : Wajah tampak rileks, tenang dan ceria.

A : Masalah keperawatan teratasi.

P : Pertahankan intervensi.

S : Klien mengatakan sudah sering flatus,

sudah BAB.

O : Perut tidak distensi, bising usus dan

peristaltic positif normal.

A : Masalah keperawatan teratasi.

P : Pertahankan intervensi (motivasi pulang).