BAB III TINJAUAN KASUS A....
Transcript of BAB III TINJAUAN KASUS A....
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. I
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa Indonesia
Alamat : Ngesti Mulyo Mlati Baru, Semarang Utara
No. Register : 5033019
Tgl Masuk : 17 Februari 2005
Tgl Pengkajian : 21 Februari 2005
Diagnosa : Post ORIF
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Ngesti Mulyo Mlati Baru, Semarang Utara
20
Hubungan dengan pasien : Ayah
2. Riwayat
a. Keluhan Utama
Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan nyeri pada paha akibat
patah tulang, nyeri bertambah saat kaki yang fraktur digerakkan.
b. Riwayat keperawatan sekarang
Melalui hasil wawancara klien ± 1 tahun yang lalu klien terjatuh dari
sepeda motor saat menghindari kecelakaan, Klien tidak pingsan dan
sadar, dan kaki kanannya terasa nyeri, kemudian oleh keluarganya
klien dibawa ke sangkal putung. Klien merasa penyakitnya tidak
sembuh-sembuh lalu klien dibawa ke Rumah Sakit Kariadi Semarang.
Pada hari senin, 21 Febraari 2005 klien menjalani operasi. Adapun
laporan operasi sebagai berikut: Penderita tidur posisi miring kanan
dalam GA, incisi pada linier garis trochenter epiconaxius lateralis
sepanjang ± 20 cm, pembedahan sampai tempat fragmen fraktur
dilakukan pembedahan pada ujung fragmen tulang dan potong ujung
fragmen distal ± 2 cm, dilakukan reposisi fragmen tulang seanatomis
mungkin, dilakukan pemasangan plate 10 hole screw sebanyak 8 buah,
pasang drain, rawat perdarahan, tutup luka lapis demi lapis, operasi
selesai.
21
c. Riwayat keperawatan dahulu
Dari hasil wawancara, klien mengatakan bahwa dirinya belum pernah
menderita atau meagalami fraktur dan belum pemah dirawat di rumah
sakit.
d. Riwayat keperawatan keluarga
Dari hasil wawancara keluarga Tn. I tidak ada anggota keluarga yang
pernah menderita atau mengalami fraktur dan tidak ada yang
mempunyai penyakit menular dan membahayakan seperti DM,
hipertensi.
3. Pengkajian pola kebutuhan menurut Gordon
a. Pola persepsi dengan pemeliharaan Kesehatan
Sebelum dirawat
Dari hasil wawancara klien mengatakan bahwa kesehatan itu sangat
penting dan jika sakit diberikan obat warang dulu, kalau tidak ada
perubahan baru diperiksakan ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Pasien mandi 2-3 kali sehari dan gosok gigi, serta menjaga kebersihan
lungkungan.
Selama di rumah sakit
Persepsi klien terhadap sakitnya adalah suatu cobaan dari tuhan supaya
lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Klien mengatakan selama sakit
kien tidak dapat melakukan aktivitas, karena itu klien merasa perlu
dibantu dalam merawat atau mengatasi masalah kesehatannya.
22
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit
Pasien makan 3-4 kali sehari dengan nasi, sayur, lauk dan kadang
dengan buah. Klien makan habis satu porsi dan tidak ada pantangan
dalam makan, minum kurang lebih 7-8 gelas sehari.
Selama sakit
Pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur, lauk, buah sesuai yang
disediakan di rumah sakit. Porsi makan yang disediakan sisa sedikit
minum 5-6 gelas perhari.
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit
Pasien BAB 1-2 kali sehari tanpa ada gangguan. Klien BAK kurang
lebih 3-5 kali sehari tanpa ada gangguan.
Selama di rumah sakit
Dari hasil wawancara klien mengatakan BAB dua hari satu kali dan
BAK 2 kali l hari.
d. Aktivitas dan Istirahat
Sebelum di rumah sakit
Di rumah klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari seoptimal
mungkin/sesuai dengan kemampuannya, misal makan minum sendiri,
mandi sendiri tanpa bantuan orang lain. Klien menggunakan alat bantu
untuk berjalan selama ±.1 tahun. Sehari-harinya klien juga bekerja
sebagai karyawan swasta.
23
Selama di rumah sakit
Klien tidak dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari tanpa bantuan
orang lain, aktivitas klien (ADL) dibantu oteh perawat dan
keluarganya. Klien hanya terbaring ditempat tidur dan berdoa
e. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit
Dari basil wawancara klien dapat tidur dan istirahat di rumah + 7 jam
sehari. Klien biasa tidur malam mulai jam 24.00 keatas dan biasa tidur
siang ± 2 jam.
Selama di rumah sakit
Dari hasil wawancara saat ini klien mengatakan bahwa istirahat tidur
klien cukup, klien tidur ±. 8 – 9 jam sehari.
f. Pola peran dengan orang lain
Sebelum di rumah sakit
Klien mengatakan sering berinteraksi dengan kelurarga, dengan
masyarakat sekitar, teman-temannya selalu bermain ke rumahnya.
Klien selalu menjaga kekerabatan dengan baik.
Selama dirumah sakit
Dari hasil wawancara klien tidak mengalami gangguan dalam
berinteraksi dengan lingkungan rumah sakit. Hal ini dibuktikan dengan
klien sering berinteraksi dengan perawat, dan sesekali berbicara
dengan pasien disebelahnya.
24
g. Pola reproduksi seksual
Dari hasil wawancara klien merupakan anak kedua dan 2 bersaudara.
Kakak klien perempuan belum menikah, klien juga belum menikah
h. Pola persepsi kognitif
Dari hasil wawancara klien merasa tidak cemas dengan keadaan
sekarang ini, klien memilih jalan operasi karena ingin segera sembuh.
Klien hanya bisa berdoa dan pasrah dengan keadaannya ini.
i. Pola mekanisme koping
Sebelum di rumah sakit
Dan hasil wawancara klien mengatakan kalau ada masalah dengannya
mekanisme koping yang dilakukan pertama adalah berbicara dengan
keluarga dan saudaranya.
Selama dirumah sakit
Bila ada masalah dengannya klien akan menyampaikan kepada
perawat/ dokter dan mengeluh ke orang tuanya, untuk menyampaikan
pada perawat yang bertugas.
j. Nilai kepercayaan dan keyakinan
Sebelum dirawat
Klien beragama islam dan tekun melaksanakan sholat lima waktu.
Klien menganggap bahwa penyakitnya itu adalah suatu cobaan supaya
klien lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Selama dirumah sakit
25
Klien mengatakan kesulitan untuk menunaikan sholat lima waktu.
Klien sholat ditempat tidur dan hanya bisa berdoa agar cepat sembuh.
k. Pola persepsi-sensori dan konsep diri
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak merasa malu dengan keadaan
sekarang ini. Klien berharap agar sembuh. Setelah dijelaskan dengan
skala nyeri 1-10, klien mengatakan skala nyeri klien 10 saat kakinya
digerakkan, nyerinya pada daerah paha/ bagian yang dioperasi tidak
menjalar ke tubuh.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 39o C
RR : 24x/menit
Kepala : Normal, tidak ada kelainan, tidak ada benjolan, kulit
kepala bersih, rambut hitam.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak
ada kelainan.
Telinga : Simetris, tidak ada cairan keluar, bersih, pendegaran
baik.
26
Hidung : Nafas lewat hidung, tidak ada nafas tambahan, bersih.
Mulut : Mukosa mulut basah, gigi bersih, bibir tidak pecah-
pecah.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Dada : Gerakan simetris, tidak ada kelainan dalam bernapas.
Abdomen : Datar, tidak ada asites.
Genetalia : Tidak ada kelainan.
Ekstremitas atas : Tangan kiri terpasang infus RL 20 tts/mnt, tidak ada
kelainan bentuk.
Ektremitas bawah : Kaki kanan terdapat luka operasi ± 20 cm, tertutup
kasa hipafix, terpasang drain, luka tampak basah tapi
tidak ada pus.
Kulit dan kuku : Turgor baik, warna kulit sawo matang, kuku pendek
dan bersih.
5. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 18 Februari 2005
WBC 6.1 BA# 0.0
NE. 62.4 HGB 14.9
LY 26.9 HCT 42.7
MO 7.1 MCV 85.4
EO 3.1 MCH 29.8
BA 0.5 MCHC 34.9
NR # 3.9 RDW 12.9
27
LY # 1.6 PLT 289
MON # 0.4 MPV 7.1
EO # 0.2 PDW 15.3
Natrium 142 mmol/l
Kalium 40 mmol/l
Chlorida 111 mmol/1
Pemeriksaan koagulasi
Plasma prothrombin time (PPT) : ll,6 detik.
Partial thromboplastin time (PTIK) : 26,8 detik (kontrol; 10-9 detik)
Kimia klinik
Protein total 7.6 gr/dl 6.4 - 8.5
Albumin 4.2 gr/dl 3.4 - 50
Globulin 3.40 gr/dl 2.30-3.50
Tangga! 21 Februari 2005
Hematologi
Hemoglobin 11.10gr% 13.50-17.50
Hematokrit 31.1% 41.0-53.0
Eritrosit 3.64juta/mmk 4.50-5.90
MCH 30.60 pg 31.00 - 37.00
MCV 85.40 fl 80.00-99.00
MCHC 35.80 g/dl 29.00-36.00
Lekosit 14.50 ribu/mmk 4.10-10.90
Trombosit 200.0 ribu/mnmk 140.0-440.0
28
RDW ll.80 % 11.60-14.80
6. Therapy
22 Februari 2005
tramadol 3.1
cefotaxim 2.1
infus ringes laktat (RL) 20 tts/mnt
23 Februari 2005
PO: Ciprofloxasin 2.500 gr
Asam mefenamat 3x1
B. Analisa Data
Tanggal 21 Februari 2005
DS : Klien mengatakan nyeri pada paha akibat patah tulang, nyeri bertambah
saat kaki yang fraktur digerakkan dengan skala neyeri 10 (berat )
DO : Klien tampak meringis, terdapat luka post orif, paha kanan terpasang
plate
E : insisi bedah.
P : Gangguan rasa nyaman yeri
Tanggal 21 Februari 2005
DS : Klien mengatakan badannya panas
DO : Klien terpasang infus RL 20 tts/mnt, klien terpasang drain, terdapat luka
post op, suhu 39° C, lekosit l4.30 ribu/mmk
E : Adanya luka pada ekstremitas bawah dextra
P : Resiko tinggi infeksi
29
Tanggal 21 Februari 2005
DS : Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitasnya sendiri tanpa
bantuan orang lain
DO : Kebutuhan klien dibantu oleh keluarganya dan perawat, klien hanya
tiduran di tempat tidur
E : Kerusakan neuromuskuler fraktur
P : Gangguan moblitas fisik
Tanggal 21 Februari 2005
DS : Klien merasa takut untuk bergerak bebas karena merasa nyeri klien
mengatakan lemas
DO : Klien mandi 2 x sehari dengan bantuan perawat atau keluarga disibin di
tempat tidur, pasien tampak lemah, pasien terbaring di tempat tidur,
pada lengan kiri terpasang infus RL 20 tts/mnt
E : Kelemahan fisik
P : Kurang perawatan diri
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi bedah ditandai
dengan klien mengatakan nyeri pada paha akibat patah tulang, nyeri
bertambah saat kaki yang fraktur digerakkan dengan skala nyeri 10 (berat),
klien tampak meringis, terdapat luka post op orif, paha kanan terpasang
plate
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka pada ekstremitas
bawah ditandai dengan klien mengatakan badannya panas, klien terpasang
30
infus RL 20 tts/mnt, klien terpasang drain, terdapat luka post op, suhu
390 C, leukosit 14.30 ribu/mmk
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler
fraktur ditandai dengan klien mengatakan tidak dapat melakukan
aktivitasnya sendiri tanpa bantuan orang lain, kebutuhan klien dibantu
keluarganya klien hanya tiduran di tempat tidur
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai
dengan pasien merasa takut untuk bergerak bebas karena merasa nyeri,
klien mengatakan lemas, pasien mandi 2 kali sehari dengan bantuan
perawat atau keluarga disibin di tempat tidur, pasien tampak lemah, pasien
terbaring di tempat tidur, pada lengan kiri terpasang infus RL 20 tts/mnt
D. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi bedah ditandai
dengan klien mengatakan nyeri pada paha akibat patah tulang, nyeri
bertambah saat kaki yang fraktur digerakkan, klien tampak meringis, skala
nyeri berat (10), terdapat luka post orif, paha kanan terpasang plate.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri
berkurang atau hilang.
Kriteria hasil
- Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang
- Skala nyeri 0-2
- Klien tenang
31
Intervensi
a. Kaji keluhan nyeri / ketidaknyamanan perhatikan lokasi nyeri (skala
nyeri 0-10)
R : Mengidentifikasi berat ringannya rasa nyeri
b. Pertahankan mobilitas yang sakit dengan tirah baring
R : Immobilisasi mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi
tulang
c. Tinggikan ekstemitas yang cidera
R : Mengurangi nyeri dan menurunkan edema
d. Anjurkan klien untuk mengganti posisi dengan perlahan
R : Gerakan lambat dapat mengurangi spasme otot
e. Dorong klien untuk relaksasi dengan nafas dalam
R : Relaksasi nafas dalam dapat menurunkan ketegangan dan rasa
nyeri
f. Berikan analgetik tramadol 3 x 1
R : Pemberian Analgetik dapat mengontrol nyeri
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka pada ekstremitas
bawah data ditandai dengan klien mengatakan badannya panas, klien
terpasang drain, terdapat luka post op, suhu 39°C, lekosit 14.50 ribu/mmk
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infeksi tidak terjadi
32
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi, color, dolor, rubor, tumor, TTV normal,
suhu normal (36-37°C)
Intervensi :
a. Observasi luka adanya pus bau drainase
R : mengidentifikasi adanya infeksi
b. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk luka
R : meminimalkan terjadinya infeksi atau kontaminasi
c. Anjurkan klien untuk cuci tangan
R : dapat mencegah kontaminasi yang akan mengakibatkan infeksi
d. Mengukur TTV dan mengganti alat tenun
R : komplikasi terjadinya hipotensi
e. Berikan antibiotik cefotaxim 2 x 1
R : untuk menambah kekebalan tubuh dan membunuh
mikroorganisme
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,
fraktur ditandai dengan klien mengatakan tidak dapat melakukan
aktivitasnya sendiri tanpa bantuan orang lain, kebutuhan klien dibantu
keluarganya dan perawat, klien hanya tiduran di tempat tidur
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan 3 x 24 jam mobilitas fisik
tidak terbatas
Kriteria hasil : Kaki yang fraktur dapat digerakkan
33
Intervensi
a. Anjurkan klien untuk menggerakkan tungkai yang cedera secara
berlahan-lahan
R : membantu mempertahankan kekuatan otot dan mengurangi
kekakuan sendi
b. Mengukur tekanan darah dan keluhan pusing
R : Tirah baring lama bisa menyebabkan hipotensi
c. Ubah posisi secara teratur
R : Mencegah terjadinya dekubitus
d. Anjurkan banyak minum 2000 ml/hari
R : untuk mencegah dehidrasi
e. Anjurkan untuk diet tinggi protein
R : Membantu menyembuhkan dan mempertahankan berat badan
f. Bantu perawatan diri pasien
R : Meningkatkan kesehatan diri pasien
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai
dengan pasien merasa takut untuk bergerak bebas dan merasa nyeri, pasien
mandi 2 kali sehari dengan bantuan perawat atau keluarga disibin di
tempat tidur, pasien tampak lemah, pasien terbaring ditempat tidur, pada
lengan kiri terpasang infus RL 20 tts/mnt
Tujuan : Dapat melakukan perawatan diri
Kriteria hasil : mendemonstrasikan kebersihan optimal setelah bantuan
dalam perawatan diberikan
34
Fokus intervensi :
a. Gunakan perlengkapan khusus sesuai kebutuhan
R : untuk meningkatkan kemampuan dan menunjukkan aktivitas
yang aman
b. Bantu dalam ADL
R : memberi semangat dalam higyene klien
c. Dorong perawatan diri
R : meningkatkan perawatan diri klien
d. Anjurkan klien dalam membantu ADL
R : keluarga diberi kepercayaan dan mampu menjaga klien
35
E. Implementasi
Hari/tgl/
Jam
No.
Dx Tindakan Respon TTD
Selasa 22-2-05 15.00
3 Mengganti cairan infus RL 20tts/mnt
S : Klien mengatakan terima kasih
O : Cairan masuk 20 tts/nmt
15.30 4 Membantu memandikan S : - O : klien tampak bersih, rapi,
segar
15.40 1 Mengkaji keluhan nyeri klien
S : Klien mengatakan nyeri saat kaki digerakkan dengan skala nyeri 10, setelah dijelaskan dengan skala neyeri.
O : Skala nyeri berat, klien tampak meringis
1 Menganjurkan klien untuk nafas dalam
S : Klien mengatakan mau melakukan nafas dalam
O : klien tampak nafas panjang
15.50 2 Mengukur TTV S : Klien mengatakan badan klien Panas
O : Badan teraba panas, TD 110/70 mmHg, N 100x /mnt, S 39°C, RR 24 x/mnt
16.00 2 Mengompres dengan air kran dan menganjurkan keluarga klien untuk mengompres di bagian lipatan –lipatan paha dan ketiak
S : Keluarga mengatakan mau melakukan yang dianjurkan
O : keluarga kooperatif, lipatan paha dan ketiak klien terpasang kompres
36
Hari/tgl/
Jam
No.
Dx Tindakan Respon TTD
3,2 Menganjurkan klien untuk
banyak minum
S : Klien mengatakan mau
minum
O : Klien minum habis 1
gelas (200 cc)
18.00 1 Memberikan injeksi
tramadol
S : Klien mengatakan terima
kasih
O : injeksi masuk lewat
selang infus, tetesan
lancar
19.00 2 Memberikan injeksi
cefotaxim
S : Klien mengatakan terima
kasih
O : injeksi masuk lewat
selang infus, tetesan
lancar, klien tampak
tenang
19.15 2,3 Memonito TTV S : -
O : T:110/70 mmHg
N: 100 x/mnt
S : 38°C
RR: 24 x/mnt
Rabu
23-2-05
16.00
1,2 Membagikan obat sore
ciprofloxasin 2.500 dan
asam mefenamat 3:1
S : Klien mengatakan terima
kasih
O : Klien tampak tenang
17.00 4 Menyiapkan air untuk sibin
klien dan menyiapkan
peralatan untuk gosok gigi
S : klien mengatakan terima
kasih
O : klien mandi dengan
dibantu keluarga, klien
tampak sikat gigi sendiri
37
Hari/tgl/
Jam
No.
Dx Tindakan Respon TTD
19.00 2,3 Memonitor TTV S : -
O : T : 120/80mmHg
S : 38°C
19.05 3 Menganjurkan klien untuk
mengganti posisi dengan
perlahan
S : Klien mengatakan sakit
jika kaki digerakkan
O : Klien kooperatif, klien
tampak menggerakkan
kaki perlahan
Kamis
24-2-05
08.00
3,2 Verbeden/merapikan
tempat tidur klien
S : -
O : Tempat tidur tampak
bersih dan rapi
11.00 3,2 Memonitor TTV S : -
O : 110/70 mmHg, S:37°C
12.00 1 Mengkaji skala nyeri S : Klien mengatakan tidak
nyeri, dan nyeri jika
digerakkan
O : Klien tampak tenang skala
nyeri ringan
13.30 2 Menjelaskan tentang
perawatan ganti balut di
rumah karena klien boleh
pulang
S : Keluarga mengatakan
sudah mengerti atau
paham tetang
penjelasannya dan mau
melaksanakan di rumah
O : Klien kooperatif, klien
tampak memperhatikan
dan tampak mengerti
15.00 3 Menganjurkan klien untuk
diet tinggi protein,
karbohidrat, kalsium
S : Klien mengatakan mau
O : Klien tampak mengerti
38
Hari/tgl/
Jam
No.
Dx Tindakan Respon TTD
Jum'at
25-2-05
08.00
2,3 Merapikan tempat tidur S : Klien mengatakan terima
kasih
O : tempat tidur tampak rapi
09.00 2,3 Memomtor TTV S : -
O : T : l10/80 mmHg,
S : 36 oC
1 Mengkaji skala nyeri S : Klien mengatakan sudah
tidak nyeri dan nyeri jika
digerakkan
O : tampak tenang skala nyeri
ringan
39
F. EVALUASI
Hari/tgl No.
Dx Evaluasi TTD
Jumat
25-2-05
1 S : Klien mengatakan sudah tidak nyeri dan nyeri jika
digerakkan
O : Klien tampak tenang
Skala nyeri ringan
A : masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Jumat
25-2-05
2 S : Klien mengatakan sudah tidak panas
O : Badan klien teraba tidak panas, S : 36oC, T: 110/80
mmHg, N : 100 x/mnt, balutan sudah diganti
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Jumat
25-2-05
3 S : Klien mengatakan masih belum bisa melakukan
kebutuhan sehari-hari, kaki terasa berat dan malas
untuk bergerak
O : Klien hanya tiduran di tempat tidur, kebutuhan
klien dibantu keluarganya
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Jumat
25-2-05
4 S : Klien mengatakan akan latihan mandi sendiri, klien
mengatakan masih lemah
O : Klien disibin di atas tempat tidur dengan bantuan
perawat / keluarga
Klien gosok gigi secara mandiri dengan disediakan
alat-alatnya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
40