BAB III SB MART.doc

43
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ritel merupakan strategi usaha untuk menyiasati agar dapat masuk ke daerah-daerah yang lebih kecil. Sebab, perusahaan ritel besar dilarang untuk beroperasi di daerah seperti kecamatan atau pedesaan. Oleh karenanya, mini ritel ini sebagai alternatif untuk menyiasati aturan dengan membuka gerai yang besarnya seperti toko kelontong namun dalam praktek manajemen menggunakan sistem dan standar perusahaan induknya. Sistem ini pun banyak ditawarkan dengan konsep waralaba. Hal ini kerap dikaitkan dengan kebutuhan konsumen di wilayah yang diinginkan. Termasuk membuka usaha yang berdekatan dengan pasar 1

description

BAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.doc

Transcript of BAB III SB MART.doc

Page 1: BAB III SB MART.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ritel merupakan strategi usaha untuk menyiasati agar

dapat masuk ke daerah-daerah yang lebih kecil. Sebab,

perusahaan ritel besar dilarang untuk beroperasi di daerah

seperti kecamatan atau pedesaan. Oleh karenanya, mini ritel

ini sebagai alternatif untuk menyiasati aturan dengan

membuka gerai yang besarnya seperti toko kelontong namun

dalam praktek manajemen menggunakan sistem dan standar

perusahaan induknya.

Sistem ini pun banyak ditawarkan dengan konsep

waralaba. Hal ini kerap dikaitkan dengan kebutuhan

konsumen di wilayah yang diinginkan. Termasuk membuka

usaha yang berdekatan dengan pasar tradisional atau di

wilayah pemukiman penduduk, antara lain perumahan.

Kekuatan bisnis ritel ini lazimnya diukur berdasarkan skala

penilaian ‘disukai atau tidak disukai’ yang dibuat konsumen.

1

Page 2: BAB III SB MART.doc

Format bisnis yang relatif baru di Indonesia ini menjadi usaha

yang paling banyak diminati.

Sebagai sebuah strategi sistem pemasaran, jaringan

usaha ritel waralaba menjadi alternatif yang menjanjikan.

Setidaknya untuk menjual produk dalam satu paket usaha

minimarket. Hal ini sejalan dengan survey Nielsen Research

bahwa minimarket merupakan alternatif belanja yang paling

menarik perhatian dan dapat memenuhi kebutuhan

konsumen akibat pergeseran pola belanja.

Kebutuhan belanja yang dekat dengan lokasi tempat

tinggal, harga jual produk yang bersaing dengan pasar

tradisional merupakan alasan dibalik semakin populernya

perusahaan waralaba ini. Industri ritel terus semakin berubah

seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia

usaha, dan tentunya kebutuhan konsumen. Aktivitas bisnis

yang terkait dengan penjualan dan pemberian layanan

kepada konsumen ini sifatnya individu sebagai pribadi

maupun keluarga. Agar berhasil dalam pasar ritel yang

kompetitif, peritel harus dapat menawarkan produk yang

tepat, dengan harga yang tepat, pada tempat yang tepat, dan

waktu yang tepat.

2

Page 3: BAB III SB MART.doc

Oleh karena itu, pemahaman peritel tehadap

karakteristik target pasar atau konsumen yang akan dilayani

merupakan hal yang sangat penting. Itu sebabnya dalam

operasional usaha, para peritel menjalankan beberapa fungsi

antara lain membantu konsumen dalam menyediakan

berbagai produk dan jasa, menjalankan fungsi memecah (bulk

breaking), maupun menambah nilai produk. Secara

keseluruhan, pengelolaan binis ritel membutuhkan

implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi

baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia,

maupun operasional.

Strategi pemasaran ritel adalah pemasaran yang

mengacu kepada beberapa variabel. Pedagang eceran ini

dapat mengkombinasikan beberapa alternatif sebagai suatu

strategi pemasaran untuk dapat menarik konsumen. Variabel

tersebut umumnya meliputi faktor seperti : variasi barang

dagangan dan jasa yang ditawarkan, harga, iklan, promosi,

dan tata ruang, desain store, lokasi store dan merchanding

(Retail Marketing Management, 2003).

Di Indonesia waralaba berbentuk retail mini outlet

sedang berkembang. Beberapa ritel yang sudah terkenal

3

Page 4: BAB III SB MART.doc

antara lain Indomart, Yomart dan Alfamart. Perusahaan ritel

SB Mart yang dikelola Koperasi Sejahtera Bersama muncul

belakangan yakni pada 3 Agustus 2010 atau 22 Sya’ban

1431 H. Salah satu gerai dibangun di Komplek Perumahan

Bumi Panyawangan, Bandung.

Untuk mengungguli pesaing-pesaingnya, perusahaan

waralaba ini menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada

konsumen untuk dapat menciptakan nilai (value) yang akan

sangat berguna bagi konsumen dengan target utama yakni

keluarga muslim dari kalangan menengah.

Salah satu variabel penting dari pesan yang ditimbulkan

dari respons konsumen adalah motivasi berbelanja. Menurut

Gray (dalam Winardi, 2002) bahwa motivasi berbelanja

merupakan sejumlah proses yang bersifat internal dan/atau

eksternal bagi seorang individu yang menyebabkan timbulnya

sikap antusiasme dalam melaksanakan kegiatan- kegiatan

berbelanja.

Untuk menjaga kelangsungan hidup serta kemajuan

dan keunggulan dalam bisnis eceran yang semakin

kompetitif, maka pengelola bisnis tersebut harus berupaya

menerapkan strategi berupa program bauran penjualan

4

Page 5: BAB III SB MART.doc

eceran yang dapat memunculkan minat konsumen.

Komponen tersebut meliputi produk, harga, tempat, dan

promosi atau lebih dikenal dengan 4P yakni product, price,

place, dan promotion.

Untuk lebih mendalami persoalan yang dipaparkan di

atas penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul

“Motivasi Berbelanja Konsumen Keluarga Muslim pada

Ritel SB Mart di Perumahan Bumi Panyawangan

Bandung.”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang penelitian di atas, permasalahan

yang muncul sebagai berikut : Bagaimana Motivasi

Berbelanja Konsumen Keluarga Muslim pada Ritel SB Mart di

Perumahan Bumi Panyawangan Bandung?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian di atas ini adalah untuk

mengetahui tentang bagaimana motivasi berbelanja

konsumen Keluarga Muslim pada Ritel SB Mart di Perumahan

Bumi Panyawangan Bandung.

5

Page 6: BAB III SB MART.doc

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan

memberikan sumbangan pemikiran ilmiah bagi penelitian lain,

khususnya tentang motivasi berbelanja kaum muslim pada

ritel, khususnya kaum muslim di Komplek Bumi Panyawangan

Bandung pada ritel SB Mart.

2. Kegunaan Praktis

Hasil pemikiran ini diharapkan dapat berguna dan

memberikan sumbangan pemikiran praktis bagi perusahaan

ritel SB Mart dalam mengembankan usahanya yang berkaitan

motivasi berbelanja kaum muslimin., khususnya tentang

motivasi berbelanja kaum muslim di Komplek Bumi

Panyawangan Bandung pada ritel SB Mart.

E. Kerangka Pemikiran

Menurut Kotler (2003:436) aktivitas perniagaan

menjadi alat pemasaran yang potensial yang telah bagian tak

terpisahkan dari bauran pemasaran. SB Mart adalah sebuah

merek. Merek bagi sebuah produk sebagai salah satu dari

bauran pemasaran (marketing mix) yang berfungsi

6

Page 7: BAB III SB MART.doc

menyokong keberhasilan perusahaan. Oleh sebab itu

perusahaan harus mempunyai program pengemasan merek

usaha yang dapat mendorong munculnya motivasi

berbelanja.

Menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi

berbelanja merupakan sejumlah proses yang bersifat internal

dan/atau eksternal bagi seorang individu konsumen. Sifat

tersebut yang akan menyebabkan timbulnya sikap

antusiasme melaksanakan transaksi keuangan. Intensitas

transaksi pembelian yang dilakukan oleh para konsumen itu

pada gilirannya yang menentukan besaran laba perusahaan.

Pakar ekonomi William J. Stanton. Michael J. Etzel dan

Bruce J. Walker sepakat dengan pendapat di atas. Ia hanya

mengingatkan bahwa motivasi berbelanja bergantung pada

produk. Produk didefinisikan sebagai sekelompok atribut

nyata dan tidak nyata yang di dalamnya terdapat merek,

kemasan, warna, harga, dan mutu layanan serta reputasi

penjual.

Sedangkan pendapat lain sebagaimana dikutip dari

Philip Kotler (1993 : 194) bahwa pengertian produk sebagai

sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan,

7

Page 8: BAB III SB MART.doc

dimiliki, dipakai atau dikonsumsikan sehingga dapat

memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Dalam hal

ini atribut nyata sebuah produk dapat memenuhi atau

memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen. Posisi

penting ini berfungsi untuk menunjukan bahwa motivasi

berbelanja sama pentingnya dalam menyokong suatu

produk.

Diasumsikan, apabila sebuah perusahaan

dapatmeningkatkan motivasi belanja konsumen maka respon

konsumen semakin positif dapat lebih diperluas atau dibatasi

misalnya konsumen muslim. Pembatasan ini harus disokong

beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya motivasi

belanja diakibatkan kemampuan dan meningkatnya daya beli

konsumen. Dalam konteks sebagai sebuah senjata

pembentuk gaya (styling weapon).

Apalagi perubahan-perubahan keadaan sosial,

ekonomi, dan politik telah mendorong perusahaan ritel

menerpa kalangan kaum urban tertentu di kota. Menimbang

kembali persoalan sebagai bagian dari komunikasi

pemasaran, mengkhususnya pada konsumen kalangangan

kaum muslim merupakan kemasan sebagai salah satu alat

8

Page 9: BAB III SB MART.doc

promosi. Pendapat para ahli mengenai Integrated

Communication yang disebut dengan The Marketing

Communication Mix atau The Promotion Mix menurut Smith

(1993:19) yakni konsumen bersedia membayar lebih demi

kenyamanan, keunggulan, penampilan, dan gengsi. Selain

citra perusahaan dan merek (company and brand image)

sebagai kekuatan yang memberikan pengakuan seketika

(instant recognition) terhadap perusahaan itu.

F. Langkah-langkah Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan survey

dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang

sesuatu obyek penelitian. Sedangkan untuk melukiskan

setiap variabel yang diteliti digunakan metode deskriptif

analitis yaitu penelitian yang bertujuan untuk melukiskan

secara sistematis atau karakteristik populasi tertentu

secara faktual dan cermat.

2. Teknik Pengumpulan Data

9

Page 10: BAB III SB MART.doc

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Angket sebagai data primer. Angket ini berupa

lembaran pertanyaan tertulis yang disebarkan kepada

responden berisikan 4 pertanyaan tentang data diri

responden (jenis kelamin, usia, pendidikan dan

pekarjaan), 19 pertanyaan penelitian yang bersifat

tertutup dengan menggunakan skala Likert meliputi 5

alternatif jawaban ( sangat puas, puas, cukup, tidak

puas, sangat tidak puas) dengan masing-masing skor

pada setiap item 1-5 serta 1 pertanyaan terbuka

tentang saran dan kritik responden.

b. Observasi sebagai data sekunder. Pengumpulan data

dengan cara melakukan pengamatan secara langsung

terhadap obyek penelitian. Dalam hal ini pengamatan

terrhadap fasilitas yang tersedia pada obyek penelitian

secara kasat mata.

c. Wawancara sebagai data sekunder. Langkah

mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya-

jawab secara langsung dengan sumber data yang

relevan dengan konteks penelitian.

10

Page 11: BAB III SB MART.doc

d. Dokumentasi sebagai data sekunder. Data yang

dikumpulkan ini melengkapi data-data penelitian

lainnya yang sifat tercetak (printed) antara lain profil

perusahaan, logo perusahaan dan beberapa foto

dokumentasi yang melengkapi keseluruhan penelitian.

G. Populasi dan Teknik Sampel

a. Populasi dalam penelitian ini adalah para pelanggan

yang mengunjungi Warung Nasi Ampera Cabang Jalan

Soekarno-Hatta Bandung . Dalam hal ini penelitian

dilaksanakan selama 8 hari kerja (setiap Sabtu dan

Minggu) selama bulan Nopember 2012.

b. Teknik sampel yang digunakan adalah Purposive

Sampling yaitu memilih orang-orang tertentu pelanggan

Warung Nasi Ampera Cabang Soekarno-Hatta Bandung

yang dianggap mewakili seluruh populasi penelitian.

Dalam hal ini peneliti telah menentukan 40 responden.

H. Analisis Data

11

Page 12: BAB III SB MART.doc

Untuk menganalisis data dilakukan dengan cara

pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Adapun langkah-

langkah untuk menganalisis data ini, sebagai berikut :

a. Melakukan proses editing terhadap angket yang

kembali dengan tujuan untuk meneliti aspek

kelengkapan dan kejelasan atas jawaban yang diberikan

responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan dalam angket.

b. Setelah dianggap memenuhi persyaratan, dilakukan

tahap analisis data dengan menggunakan teknik

statistik deskriptif yang bertujuan untuk melihat data

seperti apa adanya. Ada dua cara yang akan dilakukan

dalam penelitian ini yaitu untuk analisis data responden

dilakukan dengan analisis potret data (frekuensi dab

persentase) dengan menggunakan rumus :

100%

- f adalah frekuensi dan n sebagai jumlah sampel.

Sedangkan untuk data penelitian dilakukan dengan

analisis kecenderungan nilai tengah, dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

12

Page 13: BAB III SB MART.doc

- Menghitung jumlah skor yang diperoleh dari tiap-tiap

jawaban item dan mengelompokannya sesuai

dengan yang diperoleh responden.

- Menjumlah seluruh skor jawaban item dari tiap-tiap

indikator, lalu membaginya dengan banyaknya

responden.

- Untuk menginterpretasikan tinggi rendahnya nilai

atau skor yang diperoleh, maka akan diamati

berdasarkan kriteria sebagai berikut :

0,50 - 1,49 berarti sangat rendah

1,50 – 2,49 berarti rendah

2,50 - 3,49 berarti cukup

3,50 - 4,49 berarti tinggi

13

Page 14: BAB III SB MART.doc

BAB III

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Motivasi .

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah,

dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.

Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah,

dan ketekunan.

Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow,

teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi

kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari

sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu.

Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan

orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk

14

Page 15: BAB III SB MART.doc

mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan

pekerjaannya yang sekarang.

Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang

berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan

dengan semangat seperti contoh dalam percakapan "saya

ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini

bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya

memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami

bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di

masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah

alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama

dengan semangat.

Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas,

intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha,

tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang

memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah

yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang

terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa

lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.

15

Page 16: BAB III SB MART.doc

Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan.

Dorongan atau tenaga berupa gerak jiwa dan jasmani untuk

berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force

yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku dan di

dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu.

Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu

di mulai dengan motivasi (niat). Menurut Wexley & Yukl

(dalam As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atau

penimbulan motif. Motivasi juga dapat diartikan sesuatu hal

atau keadaan menjadi motif. Sedangkan menurut Mitchell

(dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili proses- proses

psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan

terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter)

yang diarahkan ke tujuan tertentu.

Sedangkan menurut Gray (dalam Winardi, 2002)

motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal,

atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan

timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal

melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.

Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan

bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus

16

Page 17: BAB III SB MART.doc

merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut

adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating

states), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut

(motivated behavior), dan tujuan dari pada tingkah laku

tersebut (goals or ends of such behavior).

McDonald (dalam Soemanto, 1987) mendefinisikan

motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang

yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi

mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks

dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap

anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini

berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik

secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas

dasar proses belajar yang berbeda pula (Suprihanto dkk,

2003).

Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan

motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh

dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena

kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat

menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi

17

Page 18: BAB III SB MART.doc

kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di

dalam diri seseorang.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu

perubahan pada diri sesorang yang nampak pada gejala

kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong

individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan

adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus

terpuaskan.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor,

yaitu :

1. Faktor Internal yakni faktor yang berasal dari dalam diri

individu, terdiri atas:

- Persepsi individu mengenai diri sendiri; seseorang

termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu

banyak tergantung pada proses kognitif berupa

persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri

akan mendorong dan mengarahkan perilaku

seseorang untuk bertindak;

18

Page 19: BAB III SB MART.doc

- Harga diri dan prestasi; faktor ini mendorong atau

mengarahkan inidvidu (memotivasi) untuk berusaha

agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan

memperoleh kebebasan serta mendapatkan status

tertentu dalam lingkungan masyarakat; serta dapat

mendorong individu untuk berprestasi;

- Harapan; adanya harapan-harapan akan masa

depan. Harapan ini merupakan informasi objektif dari

lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan

subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan dari

perilaku.

- Kebutuhan; manusia dimotivasi oleh kebutuhan

untuk menjadikan dirinya sendiri yang berfungsi

secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya

secara total. Kebutuhan akan mendorong dan

mengarahkan seseorang untuk mencari atau

menghindari, mengarahkan dan memberi respon

terhadap tekanan yang dialaminya.

- Kepuasan kerja; lebih merupakan suatu dorongan

afektif yang muncul dalam diri individu untuk

19

Page 20: BAB III SB MART.doc

mencapai goal atau tujuan yang diinginkan dari

suatu perilaku.

3. Faktor Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri

individu, terdiri atas:

- Jenis dan sifat pekerjaan; dorongan untuk bekerja

pada jenis dan sifat pekerjaan tertentu sesuai

dengan objek pekerjaan yang tersedia akan

mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau

pilihan pekerjaan yang akan ditekuni. Kondisi ini juga

dapat dipengartuhi oleh sejauh mana nilai imbalan

yang dimiliki oleh objek pekerjaan dimaksud;

- Kelompok kerja dimana individu bergabung;

kelompok kerja atau organisasi tempat dimana

individu bergabung dapat mendorong atau

mengarahkan perilaku individu dalam mencapai

suatu tujuan perilaku tertentu; peranan kelompok

atau organisasi ini dapat membantu individu

mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran,

kejujuran, kebajikan serta dapat memberikan arti

bagi individu sehubungan dengan kiprahnya dalam

kehidupan sosial.

20

Page 21: BAB III SB MART.doc

- Situasi lingkungan pada umumnya; setiap individu

terdorong untuk berhubungan dengan rasa

mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif

dengan lingkungannya;

- Sistem imbalan yang diterima; imbalan merupakan

karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang

dibutuhkan oleh seseorang yang dapat

mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah

tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang

mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Sistem

pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk

berperilaku dalam mencapai tujuan; perilaku

dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan

tercapai maka akan timbul imbalan.

C. Motivasi Kerja

21

Page 22: BAB III SB MART.doc

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Koperasi Sejahtera Bersama

Koperasi Sejahtera Bersama atau sering disebut SB berkembang pesat dari koperasi simpan pinjam menjadi raksasa koperasi yang menggarap beberapa bisnis baru. Badan usaha yang dimotori Dasep dan Iwan Setiawan ini pada 14 Juli 2009 sudah mengakuisisi 68,75% saham PT Faryan Nusantara, perusahaan yang bergerak dalam bidang migas. Kemudian pada 10 Februari 2010, koperasi tersebut membeli 65% saham PT Cipta Ekatama Nusantara yang bergerak dalam bidang properti.

22

Page 23: BAB III SB MART.doc

Pada 2009, total aset SB melonjak dari Rp 1 milyar pada saat pertama berdiri menjadi lebih Rp 100 milyar. Jumlah anggota SB juga membengkak dari hanya 900 anggota hinggga mencapal 17 ribuan anggota. Kiprah bisnis SB pun kini mulai mengembangkan beberapa unit perdagangan, bergerak dalam bidang finance dengan nama SB Finance. Selain itu, SB juga kini tengah giat mengembangkan unit usaha ritel minimarket dan furniture dengan nama SB Mart dan SB Furniture.

SB Mart dan SB Furniture cukup memberikan kontribusi besar bagi profit SB dan menjadi penopang bisnis SB sejak beberapa tahun berdiri. SB Mart adalah payung bisnis yang mengelola franchise minimarket. Saat ini SB Mart memiliki 32 cabang dari sekitar 3 atau 4 unit bisnis pada tahun 2006 .Margin bisnis ini maksimal 5% dari investasi

Sedangkan SB Furniture adalah payung unit bisnis furniture yang memiliki franchise MER dan Furnimart. MER pertama dibuka di Sukabumi pada 2007, di Solo tahun 2008 dan di Cipto pada 2008. Furniture mempunyai margin minimal 20% setiap bulan dari omset. Franchise MER dalam tiga tahun sudah BEP(break event point) meskipun investasinya masih sebatas satu milyar rupiah.

MER dan Furnimartdiawali kerjasama dengan grup Olympic milik AU Bintoro, icon furniture di Indonesia. MER sendiri adalah merk waralaba asing yang hak master franchise-nya dipegang Olympic Group. Orang Indonesia pasti akan lebih aware dengan merek asing. Sedangkan Furnimart dirancang untuk menyasar segmen menengah bawah.

B. Ritel SB Mart

SB Mart adalah salah satu unit usaha dari Sejahtera Bersama Finance yang bergerak dalam bidang perdagangan kebutuhan pokok yang diharapkan dapat menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari bagi anggota / calon anggota koperasi dan masyarakat pada umumnya dengan kualitas

23

Page 24: BAB III SB MART.doc

baik dan harga yang terjangkau serta menjadi pembina bagi toko-toko kecil yang dimiliki masyarakat disetiap daerah.

Beberapa tahun ini SB sedang serius menggeluti SB Mart sebagai payung bisnis yang mengelola franchise minimarket. Saat ini SB Mart memiliki 32 cabang sejak berdiri pada tanggal 3 Agustus 2010 atau 22 Sya’ban 1431 H.

Pendirian SB Mart dilatarbelakangi oleh rasa rindu akan hadirnya sarana belanja bagi masyarakat umum yang betul-betul memihak masyarakat umum baik konsumen, pedagang serta pelaku ekonomi di lingkungan sekitar SB Mart berdiri. Itu sebabnya SB Mart memiliki nuansa yang berbeda dengan minimarket-minimarket yang sudah ada. Juga memiliki filosofi dan orientasi yang berbeda.

Seiring dengan maraknya bisnis ritel minimarket di Indonesia, SB Mart hadir dalam melayani masyarakat dengan nuansa gerai yang berbeda. Baik dalam hal suasana belanja, tampilan, ataupun produk-produk yang dijual didalamnya. SB Mart tidak menjual minuman keras serta barang-barang haram lainnya sehingga SB Mart sangat bersahabat dengan keluarga Indonesia.

Di SB Martpun dijual barang dagangan yang khas seperti Habbatusauda, air Zam-Zam, jus kurma, peralatan shalat, serta buku-buku islam membuat SB Mart terlihat sangat kental dengan nuansa Islamnya. Dengan variasi produk lebih dari 4.000 item barang dagangan, serta diperkuat dengan manajemen Syariah dan Sistem Teknologi Informasi (IT) yang mumpuni, diharapkan masyarakat dapat mengandalkan keberadaan SB Mart di lingkungannya masing-masing sebagai penyedia kebutuhan pokok sehari-hari, terlebih lagi SB Mart menyediakan variasi buah lebih banyak khususnya buah-buah lokal.

SB Mart memiliki program-program yang sangat berpihak kepada pedagang kecil serta pelaku usaha dilingkungan sekitar SBmart, yaitu dengan program Rak Kemitraan, Muhasaba (Mitra Usaha Sejahtera Bersama), serta Harga Anggota. Rak kemitraan digunakan sebagai sarana untuk menampung produk-produk baik itu berupa makanan,

24

Page 25: BAB III SB MART.doc

kerajinan dan lain sebagainya yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar gerai SB Mart berada.

Oleh karena itu rencana ekspansi SBmart diarahkan untuk dapat menjangkau sampai ke pelosok daerah. Dengan program-program tersebut diharapkan SB Mart menjadi pembina bagi toko-toko kecil yang dimiliki masyarakat disetiap daerah serta dapat betul-betul menjadi minimarket yang mampu bersaing dan mensejahterakan setiap anggota / calon anggota Sejahtera Bersama Finance dan masyarakat luas pada umumnya.

Dalam menjalankan usahanya, SB Mart memegang teguh prinsip-prinsip Koperasi yang diorientasikan untuk dapat membantu, memperkokoh dan mengembangkan perekonomian masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial dari masyarakat itu sendiri. SB Mart memiliki Anggota yang sangat banyak dan tersebar diseluruh Indonesia.

Layaknya filosofi perekonomian “dari anggota untuk anggota”, SB Mart memberikan harga khusus kepada anggotanya. Harga yang sangat murah ini diharapkan mampu memberikan loyalitas lebih kepada anggota untuk berbelanja dan memenuhi kebutuhan sehari-hari di SB Mart. Semakin sering anggota berbelanja di SB Mart maka semakin besar SHU yang dinikmati.

Akan tetapi target market SB Mart tidaklah melulu anggota, target utama adalah keluarga muslim dari kalangan menengah. Oleh karena itu SB Mart didirikan dengan motto Nyaman dan Ideal. Pendirian gerai-gerai SB Mart selalu mempertimbangkan kondisi tersebut. Mulai dari parkiran yang luas, tampilan gerai yang bersih, lorong belanja yang lebar, pelayanan yang ramah, penyediaan trolley belanja dan lain sebagainya. Tersedianya harga yang sesuai dengan seluruh target market SB Mart diharapkan mampu memuaskan seluruh konsumen sehingga SB Mart Ideal bagi semua kalangan.

Dengan cepatnya pertumbuhan gerai dan tepatnya posisi dari gerai itu sendiri, maka besar harapan kami SB Mart dapat berkembang dengan cepat dan baik, serta menjadi tempat belanja yang nyaman dan ideal sesuai dengan visi dan misinya dalam melayani masyarakat.

25

Page 26: BAB III SB MART.doc

C. Visi, Misi dan Motto SB Mart

Visi SB Mart dirumuskan secara spesifik dengan kalimat “Menjadi jaringan distribusi ritel berdaya saing tinggi yang mensejahterakan”. Sedangkan Misinya adalah “Menjalankan unit usaha dengan struktur yang baik dan efisien dengan azas pelayanan.”

Motto SB Mart yaitu “Belanja Nyaman dan Ideal”. Nyaman dengan sapaan, senyum dan pelayanan kepada setiap konsumen, bersih, sejuk, rapi, ideal, dan sesuai harapan target market SB Mart, anggota dan konsumen umum. Ideal harganya, tempatnya dan produknya.

Adapun posisioning yang diciptakan ditetapkan sebagai berikut :

Sarana belanja yang nyaman, bersih dan ramah. Selling space 120 m2.

Variasi produk yang dijual kurang lebih 3500 item.

Harga terjangkau bagi seluruh masyarakat dan murah bagi anggota/calon anggota.

Dekat, murah dan berwawasan kedepan serta mampu memenuhi harapan konsumen SB Mart.

D. Legalitas Usaha SB Mart

1. Serifikasi Usaha Koperasi Nomor : 518/025–KUKM & PERINDAG/TAHUN 2010 dari Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian, Perdagangan Pemerintahan Kota Bandung.

2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Nomor: 510/2-7661-BPMPPT dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Pemerintah Kota Bandung.

3. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Nomor: 101125100422 dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Prizinan Terpadu Pemerintah Kota Bandung.

4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Nomor: 02.300.901.2-429.002 dari Direktorat Jenderal Pajak Departemen

26

Page 27: BAB III SB MART.doc

Keuangan Republik Indonesia Kantor Wilayah Kanwil DJP Jawa Barat I.

E. Pembahasan

Data responden dalam penelitian ini adalah pelanggan yang

datang ke gerai Alfamart di Perumahan Permata Biru Bandung.

Penelitian dilaksanakan selama 4 hari kerja setiap hari Minggu pada

bulan Nopember 2012. Penetapan satu hari kerja pada akhir pekan

karena hari libur dimana sebagian konsumen lebih aktif melakukan

belanja keluarga di gerai ini.

Data responden yang dihimpun mencakup jenis kelamin, usia,

pendidikan terakhir, pekerjaan/profesi. Hal ini yang dimaksudkan

untuk melukiskan secara sistematis atau karakteristik populasi

tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat yang

merupakan dasar dari seluruh pertanyaan penelitian yang diajukan

dalam angket. Data responden tersebut diperlukan untuk melengkapi

penganalisaan karena setiap responden dalam menyampaikan

penilaiannnya berdasarkan frame of refference dan field of experience.

1. Data Responden Konsumen Alfamart Perumahan Permata Biru

1.1. Jenis Kelamin

Tabel 3.1.Jenis Kelamin Responden

27

Page 28: BAB III SB MART.doc

No.

Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

1 Pria 25 62,5%2 Wanita 15 37,5%

Jumlah 40 100 %

Dari pertama pada Tabel 3.1. Jenis kelamin responden

dari 40 responden, terdapat 25 responden atau 62,5%%

adalah pria, sedangkan 15 responden atau 37,5%

perempuan. Berdasarkan data resonden tersebut ditafsirkan

bahwa perbandingan antara pelanggan berjenis kelamin pria

dan wanita yang berkunjung ke Alfamart Perumahan

Permata Biru Bandung selisih 10 responden. Pelanggan pria

lebih sering berkunjung dibandingkan wanita.

1.2. Usia

Tabel 3.2.Usia Responden

Alternatif Jawaban Jumlah Persentase20- 25 Tahun 8 20%26-30 Tahun 8 20%31-35 Tahun 8 20%36-40 Tahun 6 15%Diatas 41 tahun 10 25%Jumlah 40 100%

28

Page 29: BAB III SB MART.doc

Tabel di atas menunjukan bahwa mayoritas usia

responden di atas 40 tahun atau 25 % dari keseluruhan

responden. Sedangkan sebagian lainnya merata sekitar 20%

di seluruh usia antara 21-25 tahun sebanyak 8 responden

atau 20%, usia 26-30 tahun 8 responden atau 20% dan usia

antara 31-40 tahun sebanyak 8 responden atau 20%, usia

antara 41-50 tahun sebanyak 9 responden atau 20, 94 % dan

terakhir usia di atas 40 tahun sebanyak 10 responden atau

25 %.

Data tersebut dapat ditafsirkan bahwa pelanggan

Alfamart Perumahan Permata Biru Bandung sudah berusia

dewasa, di atas 20 tahun dan bervariasi hingga 40 tahun,

Jumlah pelanggan pada usia tersebut berada pada kisaran

75% dari seluruh responden. Selebihnya diatas usia 41

tahun, atau sekitar 25 persen dari seluruh pelanggan. Data

tersebut menunjukan bahwa pelanggan sebagian besar

hampir sebaya, mereka masih relatif muda. Pengecualiaan

diatas usia 40 tahun menunjukan penurunan signifikan

bahwa pelanggan yang sudah berusia lanjut sudah jarang

kembali bertandang.

29

Page 30: BAB III SB MART.doc

1.3. Pendidikan Terakhir

Tabel 1.3.Pendidikan Terakhir Responden

Alternatif Jawaban

Jumlah Persentasi

SLTA 9 22,5 %Sarjana (S1) 29 72,5 %Pascasarjana

(S2)2 5 %

Jumlah 40 100%

Tabel di atas menunjukan pendidikan terakhir

responden mayoritas pendidikan sarjana sebanyak 29

responden atau 72,5 %, ditambah sedikit pendidikan

pascasarjana 2 responden atau 5%. Sisanya responden yang

berpendidikan SLTA sebanyak 9 responden atau 22,5 % saja.

Data di atas menggambarkan realitas pelanggan yang

bertandang Alfamart Perumahan Permata Biru Bandung

berpenddikan tinggi. Sebagian besar mereka pendidikan

sarjana bahkan sebagian kecil telah menempuh

pascasarjana. Pelanggan yang berpendidikan minimal SLTA

lebih sedikit dibanding sarjana. Penafsiran berdasarkan latar

belakang pekerjaan/profesi ini ada hubungannya dengan

pekerjaan. Mereka yang telah menempuh pendidikan tinggi

ini telah memiliki pekerjaan atau berpenghasilan.

30

Page 31: BAB III SB MART.doc

1.4. Pekerjaan /Profesi

Tabel 1.4.Pekerjaan/Profesi Responden

Alternatif Jawaban Jumlah PersentasiPelajar/Mahasiswa 5 16,28 %PNS/Militer 4 10 %Pegawai Swasta 11 27,5 %Wiraswasta 6 15 %Ibu Rumah Tangga 14 35 %Jumlah 40 100 %

Pada tabel 3.4 menunjukan bahwa pekerjaan atau

profesi responden adalah ibu rumah tangga yang mencapai

14 responden atau 35%. Sedangkan sebagian pekerjaan dan

profesi responden lainnya berturut-turut pegawai swasta 11

responden (27,5%), PNS/militer 4 responden (10%),

wiraswasta 6 responden (15%) dan pelajar/mahasiswa 5

responden (16,28%).

Dari data di atas pekerjaan/profesi pelanggan yang

datang ke Alfarmart Perumahan Permata Biru teridentifikasi

sebagian besar berasal dari ibu rumah tangga. Responden

dengan kualifikasi ibu rumah tangga tidak terdeteksi latar

belakang pendidikan atau pekerjaannya. Jumlah terbesar

kedua ditempati para pegawai swasta dan wiraswasta.

Sedangkan pelanggan dari kalangan PNS dan militer

31

Page 32: BAB III SB MART.doc

sebanding jumlahnya dengan pelanggan yang masih sekolah

atau kuliah dengan selisih satu orang saja.

2. Kepuasan Pelanggan atas Pelayanan dan Pertunjukan Live Music

Berikut rincian hasil penelitian :

2.1. Indikator pertama diajukan untuk mengetahui respon secara

keseluruhan yang kasat mata dengan pertanyaan pada

responden, puaskan Anda terhadap sarana dan fasilitas yang

tersedia pada Alfamart Perumahan Permata Biru Bandung?

Atas pertanyaan tersebut diperoleh hasil pendataan bahwa

32 responden (80%) yang menilai puas, dan 8 responden

(20%) menilai cukup puas. Dengan demikian, nilai rata-rata

adalah 3,80. Angka tersebut berada pada interval 3,5 – 4,49.

Artinya untuk item nomor 1, respon pelanggan berada pada

katagori tinggi yang sekaligus menunjukan ada hubungan

yang kuat antara kepuasan pelanggan terhadap fasilitas

yang tersedia di Alfamart Perumahan Permata Biru

Bandung .

2.2. Indikator yang kedua dengan pertanyaan yang diarahkan

untuk mengukur kredibilitas pegawai pelayanan dengan

pertanyaan pada responden, puaskah Anda terhadap

layanan pegawai di Alfamart Perumahan Permata Biru

Bandung?

32

Page 33: BAB III SB MART.doc

Diperoleh data dari responden bahwa 2 responden atau 5%

yang menilai pelayanan pegawai pada perusahaan mini

market ini sangat memuaskan. Selebihnya yakni 24 ( 60%)

responden menilai puas, 14 (35%) responden menilai cukup

puas. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 3,70 dan berada

pada interval 3,50 – 4,49 yang berarti katagori tinggi. Hal ini

dimaknai bahwa pelayanan pada mini market ini memenuhi

harapan pelanggan.

2.3. Indikator yang ketiga dengan pertanyaan yang diarahkan

untuk mengetahui tanggapan tentang gagasan/ide

meningkatan komunikasi dengan pelanggan. Puaskah Anda

dengan ide/gagasan kartu member atau kuis pada moment

tertentu oleh manajemen pelayanan Alfamart Perumahan

Permata Biru Bandung?

Diperoleh data bahwa 22 responden (45%) menilai puas dan

18 responden (35%) menilai cukup puas. Nilai rata-rata yang

diperoleh 3,55 berada pada katagori tinggi. Penilaian

pelanggan tersebut dimaknai bahwa ide/gagasan

manajemen menyelenggarakan pertunjukan kuis dinilai baik

dan pelanggan merasakan kepuasan.

2.4. Indikator yang keempat untuk mengukur kompetensi

pelayan Alfamart Perumahan Permata Biru Bandung dengan

33

Page 34: BAB III SB MART.doc

pertanyaan, puaskah Anda atas pelayanan Alfamart

Perumahan Permata Biru Bandung ?

Hasil penilaian responden masing-masing 30 responden

(75%) menilai puas, dan 10 responden (25%) menilai cukup

puas. Data ini menunjukan komulasi nilai yang tinggi dan

berada pada interval 3,50 – 4,49. Hal ini dimaknai bahwa

memenuhi penilaian yang tinggi menunjukan perasaan puas

atas pelayanan pegawai.

34