BAB III PROGRAM RANCANGAN A. Aspek Site & Lingkungan...

71
35 BAB III PROGRAM RANCANGAN A. Aspek Site & Lingkungan 1. Analisa Penentuan Lokasi Site Kota Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi yang berada pada posisi 00° 28’ 17” – 00° 35’ 56” LU dan 122° 59’ 44” – 123° 05’ 59” BT. Dilihat dari letak geografisnya, Gorontalo mempunyai posisi yang sangat strategis karena berada di Teluk Tomini yang menjadikan kota ini sebagai pusat perdagangan, pusat pendidikan dan pelayan jasa lainnya. Arah kebijaksanaan pembangunan di Provinsi Gorontalo menetapkan fungsi dan peranan Kota Gorontalo sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, jasa, dan pendidikan. Pemekaran wilayah Kota Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, yaitu: 1. Kecamatan Kota Selatan. 2. Kecamatan Kota Utara. 3. Kecamatan Kota Barat. 4. Kecamatan Kota Timur. 5. Kecamatan Kota Tengah. 6. Kecamatan Dungingi. 7. Kecamatan Dumbo Raya. 8. Kecamatan Hulonthalangi. 9. Kecamatan Sipatana.

Transcript of BAB III PROGRAM RANCANGAN A. Aspek Site & Lingkungan...

35

BAB III

PROGRAM RANCANGAN

A. Aspek Site & Lingkungan

1. Analisa Penentuan Lokasi Site

Kota Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi yang berada pada posisi 00° 28’

17” – 00° 35’ 56” LU dan 122° 59’ 44” – 123° 05’ 59” BT. Dilihat dari letak

geografisnya, Gorontalo mempunyai posisi yang sangat strategis karena berada di

Teluk Tomini yang menjadikan kota ini sebagai pusat perdagangan, pusat

pendidikan dan pelayan jasa lainnya. Arah kebijaksanaan pembangunan di

Provinsi Gorontalo menetapkan fungsi dan peranan Kota Gorontalo sebagai pusat

kegiatan pemerintahan, perdagangan, jasa, dan pendidikan. Pemekaran wilayah

Kota Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Kota Selatan.

2. Kecamatan Kota Utara.

3. Kecamatan Kota Barat.

4. Kecamatan Kota Timur.

5. Kecamatan Kota Tengah.

6. Kecamatan Dungingi.

7. Kecamatan Dumbo Raya.

8. Kecamatan Hulonthalangi.

9. Kecamatan Sipatana.

36

Gambar 3.1 Peta Kota gorontalo

Fungsi dan peranan kota ini dituangkan dalam struktur ruang kota yang

disebut dengan wilayah kota ( BWK ). Di Kota Gorontalo sendiri sudah terbagi

dalam 5 BWK yang masing-masing memiliki rencana pengembangan dan fungsi

sendiri, yaitu :

Gambar 3.2 Pembagian Batas-batas Wilayah Kota Gorontalo

37

BWK Utara

Meliputi dua kecamatan yaitu kecamatan Kota Utara dan kecamatan Sipatana.

dikecamatan Kota Utara antara lain Kelurahan Dulomo, Dulomo Selatan,

Wongkaditi, Wongkaditi Barat, Dembe II, dan Dembe Jaya. Sedangkan

dikecamatan Sipatana antara lain Kelurahan Bulotadaa, Bulotadaa Timur,

Molosipat U, Tapa, dan Tanggikiki. BWK ini menjadi kegiatan pendidikan, pusat

transportasi regional dan pemukiman.

BWK Selatan

Meliputi dua kecamatan yaitu kecamatan Kota Selatan dan kecamatan

Hulandalangi. dikecamatan Kota Selatan antara lain Kelurahan Limba U I, Limba

U II, Limba B, Biawa’o, dan Biawu. Sedangkan dikecamatan Hulandalangi

antara lain Kelurahan Tenilo, Donggala, Siendeng, Tenda, dan Pohe. BWK ini

menjadi pusat rekreasi, transportasi laut/pelabuhan, perdagangan dan kawasan

konservasi.

BWK Barat

Meliputi dua kecamatan yaitu Kecamatan Dungingi dan Kecamatan Kota

Barat. Dikecamatan Dungingi diantaranya Kelurahan Molosipat W, Libuo,

Buladu, Tuladenggi, Huangobotu, Tomulabutao, Tomulabutao Timur dan

Wumialo. Sedangkan dikecamatan Kota Barat antara lain Kelurahan Lekobalo,

Dembe I, Pilolodaa, Buliide, dan Tenilo berfungsi sebagai pusat pemerintahan,

kegiatan pendidikan, pusat transportasi regional dan pemukiman.

38

BWK Timur

Meliputi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kota Timur dan Kecamatan Dumbo

Raya. Dikecamatan Kota Timur antara lain Kelurahan Heledulaa, Heledulaa

Selatan, Moodu, Tamalate, Padebuolo, Ipilo, Budis, dan Tamalate. Sedangkan

Kecamatan Dumbo Raya antara lain Kelurahan Botu, Talumolo, Leato Utara, dan

Leato Selatan. sebagian wilayah kelurahan Padebuolo. BWK ini dijadikan sebagai

pusat industri, kerajinan dan pemukiman.

BWK Tengah

Meliputi beberapa wilayah kelurahan di kecamatan Kota Tengah antara lain

Kelurahan Dulalowo, Dulalowo Selatan, Liluwo, Pulubala, dan Paguyaman.

Dikelurahan ini menjadi pusat perdagangan regional / grosir, perbelanjaan,

pemerintahan, kawasan olahraga dan rekreasi, fasilitas peribadatan, kesehatan dan

pendidikan.

Pembagian BWK ini sangat berperan penting dalam penentuan lokasi objek

rancangan. Berdasarkan BWK di atas, maka lokasi Islamic Center berada pada

BWK Utara, tepatnya di Kelurahan Tanggikiki Kecamatan Sipatana Kota

Gorontalo.

a. Definisi Site

Site adalah kapling yang akan dibangun suatu bangunan lengkap dengan

flownya, sedangkan site adalah lokasi tempat berdirinya bangunan, dengan

menganalisis site akan membantu perancang dalam pemilihan letak Main

Entrance (ME), posisi layout dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan

perancangan.

39

b. Kriteria Site

Salah satu hal yang cukup penting dalam pemilihan site adalah dengan

memperhatikan kriteria-kriteria site yang memenuhi syarat dari segi fisik, tata

lingkungan dan kebutuhannya :

Berada di lokasi yang strategis.

Lingkungan yang nyaman, tertib dan teratur.

Akses dan kemudahan transportasi.

Ketersedian jaringan utilitas.

1. Alternatif Penentuan site

Dalam penentuan lokasi ini di ambil 2 (dua) alternatif site yang terpilih

sebagai bahan pertimbangan untuk memperoleh lokasi site yang memenuhi

kriteria di atas. alternatif site yang diambil tersebut yaitu :

a. Site A berada dijalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili, terletak di kelurahan

Tanggikiki.

b. Site B berada dijalan Brigjen piola isa, terletak di kelurahan Wangkaditi.

2. Analisa Penentuan Site

Dalam penentuan lokasi ini di ambil 2 ( dua ) alternatif site sebagai bahan

pertimbangan untuk memperoleh lokasi site yang memenuhi kriteria di atas.

Adapun dua alternatif site yang diambil tersebut yaitu:

40

1) Site A, berada di Jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili, berdekatan dengan

sarana pemukiman, perdagangan, dan pendidikan.

Gambar 3.3 Site A

(Sumber : Hasil survey, 2013)

41

2) Site B, berada di Jalan Brigjen piola isa, berdekatan dengan sarana

pendidikan, pemukiman, dan perdagangan.

Gambar 3.4 Site B

(Sumber : Hasil survey, 2013)

42

Tabel 3.1 Pembobotan Pemilihan Site

NO KRITERIA BOBOT ALTERNATIF SITE A ALTERNATIF SITE B

KONDISI N B.N KONDISI N B.N

1. Aksesibilitas 25%

Pencapaian

mudah karena

berada di area

pemukiman,

perkontoran dan

dapat dicapai

melalui jalan

Prof. Dr. H.

Jhon aryo katili

dan jalan

Pangeran

Hidayat.

0,5% 12,5

%

Pencapaian

mudah karena

berada di area

pemukiman,

dan dapat

dicapai

melalui jalan

Brigjen piola

isa

0,5% 12,5%

2. Sirkulasi 25%

Pencapaian dari

segala arah

mudah.

0,5% 12,5

%

Pencapaian

hanya melalui

jalan Brigjen

piola isa

0,5% 12,5%

3. Daya tarik 30%

Dekat dengan

fasilitas

penunjang

ruang publik

0,5% 15% Jauh dari

fasilitas public 0,3% 9%

4.

Topografi

dan kondisi

tapak

10%

Topografi tanah

berkontur.

0,3% 3%

Tanah datar

dan tidak

berkontur.

0,3% 3%

5.

Kepadatan

jalur lalu

lintas

10%

Aktivitas di

jalan Prof. Dr.

H. Jhon aryo

katili dan lalu

lintas cukup

tinggi

0,3% 3%

Aktivitas lalu

lintas cukup

tinggi

0,3% 3%

JUMLAH

100%

46%

40%

Keterangan nilai : 0,5 = Baik 0,3 = Cukup 0,1 = Kurang

Catatan: N = Nilai

B.N = Bobot x Nilai

Dari hasil pembobotan yang sesuai dengan kriteria pemilihan site pada

tabel 4.1, maka site yang terpilih adalah Site A.

43

Gambar 3.5 Pemilihan Lokasi Makro

(Sumber : Hasil survey, 2013)

3. Analisa Data Site

Batas-batas

Sebelah Utara : Kawasan pemukiman

Sebelah timur : Kawasan pemukiman

Sebelah Selatan : Lahan kosong untuk pertanian

View dari arah site ke

arah timur adalah

kawasan pemukiman

View dari arah

site ke arah utara

adalah kawasan

pemukiman

View dari arah

site ke arah

selatan adalah

lahan kosong

untuk

Pertanian

View dari

arah site ke

arah barat

adalah

kawasan

pemukiman

44

Sebelah Barat : Kawasan pemukiman

Kondisi administratif

Kota : Gorontalo

Kecamatan : Sipatana

Kelurahan : Tanggikiki

Kondisi fisik site

Luasan site : ± 13,778,00 m²

Kemiringan site : 0%

4. Analisa Site

Terdapat beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam perancangan

ini. Salah satunya adalah kondisi site. Untuk mendukung perancangan site

haruslah memenuhi syarat-syarat akan menjadi pertimbangan dalam perancangan

untuk kemudian dicari alternatif-alternatif perancangan yang sesuai dengan

kondisi eksisting site melalui analisis site. Di antara analisis site meliputi analisis

terhadap pencapaian, sirkulasi, pergerakan matahari, arah angin, kebisingan dan

view.

a. Pencapaian

Pencapaian ke site adalah pencapaian melalui jalan yang terdapat di sisi-sisi

site, jarak tempuh dari bandara ke lokasi sekitar 2 jam perjalan sedangkan jarak

tempuh dari pelabuhan ke lokasi sekitar 3 jam perjalan. Adapun alat transportasi

yang digunakan untuk mencapai lokasi antara lain dengan angkutan kota (angkot),

kendaraan pribadi, kendaraan roda dua, atau pada saat tertentu juga dilalui oleh

bus yang tujuannya adalah wisata. Untuk mencapai lokasi memang masih belum

45

ada akses berupa jalan masuk ke lokasi, karena lahan yang masih terbuka dan

alami, sehingga untuk masuk ke lokasi cukup dengan masuk ke lokasi secara

langsung. Selain itu, akses dari penduduk sekitar yang melakukan rutinitas bertani

di site, menambah banyaknya akses ke site yang timbul secara alami juga.

Site terletak pada kawasan yang sedang berkembang, dan dikhawatirkan

nantinya akan dapat menimbulkan masalah kemacetan, oleh karena itu diperlukan

perhatian terhadap sistem pengaturan sirkulasi kendaraan dalam disain sehingga

tidak menambah kepadatan yang akan menimbulkan kemacetan. Dalam disain,

sirkulasi kendaraan pada entrance utama ke dalam site akan dipisahkan dengan

sirkulasi kendaraan yang keluar. Hal ini berdasarkan pada pertimbangan atas site

yang masih terbuka dan juga untuk memberikan ruang yang cukup terhadap

sirkulasi kendaraan keluar-masuk site.

Gambar 3.6 Analisis Aksesibilitas

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

46

Berdasarkan gambar 3.6 dapat diketahui bahwa akses masuk ke site hanya

melalui jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili yang berada di sebelah timur dari site.

Jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili sendiri merupakan jenis jalan kolektor sekunder

yang mempunyai 8 m, terdiri dari 2 jalur dan 2 lajur. Maka dari itu, untuk

memudahkan akses ke site dapat ditentukan oleh pola sirkulasi dalam site dan

sirkulasi di sekitar site. Berdasarkan fungsinya, pencapaian ke site dibagi menjadi

dua jenis (Setiono, 2004), yaitu main enterance, yang merupakan pencapaian

utama dan pintu keluar utama. Sedangkan yang kedua adalah side enterance, yaitu

pencapaian kedua dan bersifat servis, serta dapat digunakan sebagai pintu keluar.

Tanggapan perletakan model pencapaian dalam perancangan adalah antara

main enterance dan side enterance diletakkan sejajar dengan pintu masuk dan

keluar utama. Meskipun demikian, jarak antaranya tidak terlampau jauh dan

cukup memberikan kesan bahwa jalur pencapaian tersebut adalah jalur pencapaian

khusus. Berbeda dengan jalur pencapaian utama baik masuk ataupun keluar yang

secara simbolik adalah pencapaian ke bangunan yang bersifat umum.

Adapun sebagai tanggapan terhadap kondisi site yang demikian seperti yang

dijelaskan di atas, terdapat beberapa alternatif penyelesaian pencapaian. Di antara

model aternatif pencapaian tersebut adalah akses linier dan yang kedua adalah

akses yang membentuk lingkaran. Model akses linier, yaitu akses masuk dan

keluar site berupa garis lurus. Model akses ini kelebihannya adalah untuk masuk

ke site lebih mudah dari arah timur, namun menjadi masalah ketika keluar site.

Permasalahan itu adalah pandangan yang terbatas terhadap arus kendaraan yang

melintas arah timur.

47

Sedangkan akses lingkaran dilakukan untuk mengantisipasi secara langsung

dengan kendaraan yang berlalu-lalang di jalan raya, sekaligus menghindari

kemacetan karena kendaraan yang melintasi jalan adalah lebih banyak yang

berasal dari arah barat, sehingga alternatif ini memungkinkan bagi pengunjung

ketika keluar site dapat secara langsung melihat terhadap kendaraan yang

datangnya dari barat. Namun kelemahan dari sistem sirkulasi yang demikian

adalah efektivitas waktu tempuh yang relatif lebih banyak untuk memasuki site.

b. Pola Pencapaian Linier

Gambar 3.7 Pola Pencapaian Linier

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

48

b. Pola Pencapaian Melingkar (Circle)

Gambar 3.8 Pola Pencapaian Melingkar (Circle)

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

5. Analisa Sirkulasi

Kepadatan kendaraan yang berada di sekitar site turut memberikan pengaruh

terhadap pola sirkulasi yang ada. Hal ini terjadi karena bangunan Islamic Center

merupakan sarana publik yang diakses oleh seluruh masyarakat di Gorontalo

maupun di luar Gorontalo, sehingga sirkulasi menjadi sangat penting dalam

perancangan. Di site, saat ini sirkulasi kendaraan hanya berkisar di Jalan Prof. Dr.

H. Jhon aryo katili dari arah barat ke timur atau timur ke barat, sedangkan

sirkulasi untuk pejalan kaki masih menggunakan jalan yang terbentuk secara

alami karena sering dilalui untuk kegiatan bertani.

49

Gambar 3.9 Analasis Sirkulasi

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

Dalam perancangan, sirkulasi pejalan kaki mempunyai porsi yang lebih besar

dibanding kedua sirkulasi yang lainnya, dimana sirkulasi yang diperbolehkan

berada di dalam site hanya sirkulasi pejalan kaki.

Gambar 3.10 Konsep Sirkulasi

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

50

a. Sirkulasi pejalan kaki

Sirkulasi pejalan kaki pada perancangan ini adalah sama seperti sirkulasi

pejalan kaki pada umumnya, karena mengingat perancangan ini merupakan

fasilitas umum yang dimana pejalan kaki memang harus mendapatkan perhatian

yang lebih, oleh karena itu sirkulasi pejalan kaki mendapatkan porsi yang lebih

besar daripada sirkulasi kendaraan. Sirkulasi kendaraan pada perancangan Islamic

Center ini hanya diperbolehkan melalui dropping area sedangkan untuk sirkulasi

pejalan kaki dinaikkan agar tidak terjadi cross.

Gambar 3.11 Alternatif Sirkulasi

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

Model gambar di atas adalah berlaku pada bangunan publik umumnya,

sehingga pada bangunan Islamic Center ini bisa diterapkan. Selain itu, sirkulasi

ini bisa diterapkan ke berbagai tema dalam perancangan, seperti arsitektur hijau,

hi-tech ataupun pada tema yang lainnya. Untuk sirkulasi di dalam bangunan

secara umum sirkulasi yang diterapkan tetap cenderung satu arah terhadap massa

bangunan yang ada, tetapi pada titik tertentu terdapat percabangan, hal ini lebih

dikarenakan terdapatnya beberapa fasilitas dan bangunan yang ada dalam satu

51

massa sehingga dapat memudahkan bagi pejalan kaki untuk mencapai tujuannya

tanpa harus melewati fasilitas-fasilitas bangunan yang tidak dikehendaki.

b. Sirkulasi kendaraan bermotor

Sirkulasi kendaraan memiliki porsi yang lebih kecil, dalam perancangan

sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki benar-benar terpisah agar tidak terjadi cross.

Sirkulasi kendaraan tidak diperbolehkan berada dalam lingkungan site, hanya

diperbolehkan melalui area entrance utama untuk dropping area lalu sirkulasi

diarahkan pada pintu keluar atau masuk ke area parkir. Entrance kendaraan benar-

benar terpisah dari entrance pejalan kaki sehingga untuk mencapai entrance

utama para penumpang harus turun pada dropping area setelah itu berjalan kaki

menuju entrance utama bangunan. Entrance kendaraan terbagi menjadi 2, yaitu

mobil dan sepeda motor yang terpisah, hal ini dimaksudkan agar keduanya tidak

saling mengganggu dan memakan sirkulasi kendaraan yang lain sehingga lebih

teratur yang diantaranya diberi jalur hijau. Pintu masuk dan pintu keluar

kendaraan tidak diletakkan dalam satu area, hal ini bertujuan untuk menghindari

kepadatan kendaraan yang akan masuk dan keluar dari site sehingga tidak

menimbulkan kemacetan dan menghindari terjadinya crossing. Lebar jalan yang

sediakan untuk sirkulasi kendaraan disesuaikan dengan kebutuhan untuk satu

mobil dan satu arah selebar 6 m, kecuali pada dropping area dirancang lebih lebar

hal ini untuk mengantisipasi penumpukan mobil pada area ini saat menurunkan

penumpang.

52

c. Sirkulasi parkir

Perancangan area parkir merupakan kegiatan untuk menopang perencanaan

ruang luar dari perancangan Islamic Center sehingga kegiatan-kegiatan yang akan

ditampung di dalam bangunan tidak terganggu. Adapun model sirkulasi parkir

pada perancangan Islamic Center ini terdapat dua alternatif, yaitu sistem parkir

90° dan sistem parkir 45°. Kemudian dari dua model ini dibedakan lagi menjadi

dua jenis peruntukan lahan parkir, yang pertama parkir untuk pengelola dan yang

kedua adalah parkir untuk pengunjung.

Gambar 3.12 Model Sistem Parkir

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

53

6. Analisa Pergerakan Matahari

Kondisi site yang berada di pinggir jalan dan ketinggian bangunan disekitar

yang rata-rata 1 sampai dua lantai, menyebabkan site terkena sinar matahari

langsung dari barat dan timur.

Gambar 3.13 Analisis Pergerakan Matahari

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

Untuk perlindungan bangunan terhadap sinar matahari langsung adalah

(Georg Lippsmeier, 1997):

Facade terbuka menghadap ke selatan atau utara, agar meniadakan radiasi

langsung dari cahaya matahari rendah dan konsentrasi tertentu yang

menimbulkan pertambahan panas.

Diperlukan pelindung untuk semua lubang bangunan terhadap cahaya

langsung dan tidak langsung, bahkan bila perlu seluruh bangunan karena

bila langit tertutup awan maka semua bidang langit merupakan sumber

cahaya.

Selain itu, alternatif lain untuk mengurangi cahaya yang mengenai bangunan

dan ruang-ruang di dalamnya adalah dengan memberikan penghalang baik berupa

54

vegetasi maupun shading device pada muka bangunan yang berhadapan langsung

dengan matahari. Juga dengan penerapan bentukan atap bukan datar yang

memungkinkan untuk memberikan kenyamanan dalam ruang.

Gambar 3.14 Tanggapan Terhadap Sinar Matahari

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

7. Analisa Arah Angin

Berdasarkan hasil obervasi langsung pada lokasi perancangan, pada saat

dilakukan observasi diperoleh data bahwa angin paling banyak adalah berasal dari

arah barat.

55

Gambar 3.15 Analisis Arah Angin

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

Maka dari itu, perlu sebuah upaya penanggulan angin supaya angin tidak

masuk secara drastis ke bangunan, salah satu upayanya adalah dengan memecah

angin keluar dan sebagian kedalam lokasi. Hal ini dilakukan karena angin

merupakan bagian penting penyelesaian arsitektur secara alami untuk masalah

pendinginan ruang.

Gambar 3.16 Tanggapan Terhadap Arah Angin

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

56

Untuk perencanaan angin sendiri adalah memainkan vegetasi, vegetasi yang

dimaksud adalah pohon yang mempunyai daun lebat. Selain sebagai tanggapan

terhadap penyinaran langsung matahari juga berguna untuk penyelesaian terhadap

permasalahan angin. Adapun untuk perencanaan vegetasinya adalah dengan

memainkan ketinggian dari pohon tersebut. Di antara vegetasi yang digunakan

adalah vegetasi yang mempunyai nilai selain keindahan secara arsitektural, namun

juga dapat diambil manfaat dari keberadaan vegetasi tersebut serta merupakan

bagian dari unsur kesetempatan. Misalnya pohon mangga, sebagai salah satu

pohon yang banyak terdapat di Kota Gorontalo. Keuntungan yang dapat diraih

adalah nilai ekonomis dan juda lebatnya daun yang mampu menahan angin dan

debu.

Gambar 3.17 Pohon Mangga dan Alternatif Pemecahan Angin

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

Selain penyelesaian secara alami seperti yang tersebut pada paparan di atas,

sebagai penyelesaian secara arsitektural yaitu dengan permainan permukaan

bangunan. Dalam penerapan pada perancangan, bangunan lebih diarahkan pada

57

upaya untuk mengarahkan angin sekaligus membatasi jumlah angin yang masuk

bukan untuk menahan angin.

8. Analisa Kebisingan

Di Jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili Kota Gorontalo, untuk saat ini hampir

tidak ada penghalang yang mampu meredam tingkat kebisingan pada site. Faktor

yang menyebabkan kebisingan bisa sampai ke site adalah permukaan site yang

datar sehingga tidak penghalang suara bising masuk ke site.

Gambar 3.18 Analisis Kebisingan

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

Dari gambar 3.18 terlihat bahwa sumber kebisingan paling kuat adalah dari

Jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili yang merupakan jalan raya dengan dua arah dan

terdiri dari dua lajur. Banyaknya kendaraan bermotor yang melalui jalur tersebut

mengakibatkan suara bising yang sangat mengganggu kenyaman dalam bangunan.

Hal yang dilakukan dalam mengantisipasi kebisingan yang terjadi adalah dengan

menghalangi kebisingan masuk secara langsung ke bangunan dengan vegetasi.

58

Selain penyelesaian dengan vegetasi seperti yang disebutkan di atas, terdapat

penyelesaian lain yaitu dengan pola penataan massa bangunan. Pola penataan

massa tersebut adalah memberikan ruang yang cukup terbuka dengan maksud

memberikan jarak antara sumber kebisingan ke bangunan. Semakin jauh sumber

kebisingan ke bangunan maka semakin berkurang intensitas kebisingan yang

sampai ke bangunan.

Gambar 3.19 Tanggapan Terhadap Kebisingan

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

Sumber kebisingan lain adalah berasal dari aktivitas warga di sekitar site,

yaitu bertani. Namun intensitasnya bisa dikatakan tidak terlalu mengganggu

sehingga penangannya adalah dengan memanfaatkan vegetasi yang selain

berfungsi sebagai penahan angin pada site. Perlakuan yang lain selain penanaman

vegetasi adalah dengan meletakkan ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan

lebih, seperti misalnya Masjid, ruang kelas atau perpustakaan menjauh dari

sumber bising.

59

9. Analisa Pandangan (View)

View dalam perancangan sangat penting mengingat dalam sebuah

perancangan adalah upaya menghadirkan objek visual yang disebut dengan nilai

arsitektural. Meskipun demikian, bukan berarti aspek di sekitar perancangan tidak

menjadi daya tarik visual. Maka dari itu, dalam perancangan Islamic Center ini

objek view dibagai menjadi dua yaitu view ke dalam site dan view ke luar site.

Sebagai objek visual, tentunya hasil perancangan adalah dibuat semenarik

mungkin apalagi bangunan tersebut adalah bangunan publik. Seperti pada

perancangan Islamic Center ini. Namun secara objek perancangan adalah

bangunan publik, Islamic Center juga bangunan Islam yang landasannya jelas (al-

Qur’an dan Al-Hadits) mengajarkan untuk tidak terlalu angkuh terhadap

lingkungan sekitar. Seolah-olah bangunan berdiri sendiri dan tidak menyatu

dengan bangunan dan alam sekitar site.

Gambar 3.20 View ke dalam Site

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

10. Analisa View Keluar Site

60

Titik penting yang direspon viewnya adalah sepanjang Jalan Prof. Dr. H. Jhon

aryo katili, hal ini dikarenakan dari area tersebut merupakan akses utama menuju

site. Disamping itu, rata-rata bangunan di sekitar adalah pemukiman penduduk

yang secara arsitektur tidak terlalu mencolok, sehingga prioritas dari view ke

dalam dan ke luar adalah ke ruas Jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili.

Gambar 3.21 Analisis View

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

B. Analisa Program

1. Fungsi

Dua fungsi pokok dari Islamic Center, yaitu pembinaan dan pengembangan

agama Islam merupakan kooperasi dari kebutuhan-kebutuhan yang nantinya

terakumulasi dalam sub-sub kebutuhan. Sehingga dari hal tersebut, dapat

diidentifikasi kebutuhan-kebutuhan terkait dengan pembinaan dan kebutuhan-

kebutuhan terkait dengan pengembangan. Dalam perancangan, fungsi-fungsi yang

harus diwadahi berdasarkan hal tersebut di atas adalah:

61

Ibadah

Pembinaan, pengembangan dan penelitian (PPP)

Pengelolaan

Komersil

Informasi dan Rekreasi

Servis

Dari 6 fungsi yang diwadahi oleh Islamic Center, dapat dikelompokkan

menjadi tiga fungsi berdasarkan tingakat kepentingannya, yaitu:

Fungsi Primer, yaitu fungsi utama dari bangunan, antara lain sebagai sarana

peribadatan dan sarana pembinaan, pengembangan dan penelitian.

Fungsi Sekunder, yaitu merupakan fungsi yang muncul akibat adanya

kegiatan yang digunakan untuk mendukung kegiatan utama.

Fungsi Penunjang, merupakan kegiatan yang mendukung terlaksananya

semua kegiatan yang ada di Islamic Center.

62

Gambar 3.22 Diagram Fungsi Islamic Center

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

2. Pengguna dan Aktivitas

a. Pengguna

Para pengguna atau pelaku yang berada di Islamic Center ini terdiri dari:

1) Pengelola

Pengelola adalah orang-orang yang beraktivitas di bidang

perkantoran/administrasi, mengontrol pemeliharaan gedung/ruang yang ada, juga

mengawasi jalannya kelancaran pelaksanaan kegiatan pada bangunan melalui

penyediaan dan pengaturan fasilitas yang ada.

Aktivitas pengelola adalah aktivitas struktural kelembagaan yang terkait secara

langsung dengan fungsi bangunan, hal ini untuk menjaga stabilitas pengelolaan.

Beberapa aktivitas yang yang dilakukan oleh pengelola adalah seperti yang

tercantum dalam tabel.

2) Pengunjung

Perubahan sosial budaya dan cara pandang keagamaan dalam masyarakat

berpengaruh besar terhadap pengunjung yang datang pada Islamic Center.

Pengunjung Islamic Center tidak hanya berasal dari wilayah Provinsi Gorontalo

saja, namun dikarenakan lokasinya berada pada Kota Gorontalo yang sebagai Ibu

63

kota Provinsi Gorontalo, maka kemungkinan pengunjung yang datang adalah

dari wilayah Provinsi Gorontalo dan bahkan masyarakat luar daerah.

Pengunjung dalam Islamic Center dibagi dalam beberapa macam yaitu :

Pengunjung umum yang datang untuk menggunakan fasilitas umum yang ada

atau untuk sekedar berjalan-jalan.

Pengunjung umum yang datang untuk mengadakan transasksi sewa gedung,

membeli souvenir.

Pengunjung khusus yang datang untuk menghadiri undangan atau pengajian

Pengunjung khusus yang melakukan aktivitas belajar, kursus dan mengajar.

b. Skema Aktivitas Pengguna

1) Pengelola

Merupakan kelompok yang memberikan layanan pada pengunjung dan juga

sebagai kelompok yang mempunyai kekuasaan untuk membuat dan melaksanakan

kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk mengatur. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh kelompok ini diantaranya:

Pengelola secara umum

Datang:

- berjalan

- parkir kendaraan

64

Gambar 3.23 Skema Aktivitas Pengelola dalam Islamic Center

Pengajar/Instruktur

Gambar 3.24 Skema Aktivitas Pengajar/Instruktur dalam Islamic Center

2) Pengunjung

Enterance

Kegiatan dalam

bangunan:

- Melakukan

aktivitas sesuai

bidang masing-

masing

Pulang:

- berjalan kaki

- naik kendaraan

Datang:

- berjalan

- parkir kendaraan

Enterance

Kegiatan dalam

bangunan:

- Mengajar

- Membimbing

- Memberi pelatihan

Pulang:

- berjalan kaki

- naik kendaraan

65

Pengunjung umum

Gambar 3.25 Skema Aktivitas Pengunjung dalam Islamic Center

Pengunjung khusus

Gambar 3.26 Skema Aktivitas Pengunjung Khusus dalam Islamic Center

3. Kebutuhan Ruang

Datang:

- berjalan

- parkir kendaraan

Enterance

Informasi

Kegiatan dalam

bangunan:

- Berjalan-jalan

- Melihat-lihat

- Menggunakan fasilitas

- I’tikaf

- Mendengarkan

ceramah agama

Pulang:

- berjalan kaki

- naik kendaraan

Datang:

- berjalan

- parkir kendaraan

Enterance

Enterance

Kegiatan dalam

bangunan:

- Mengikuti pelatihan

dan pendidikan

- Ekplorasi kemampuan

diri

- Menggunakan fasilitas

- diskusi

Pulang:

- berjalan kaki

- naik kendaraan

66

Dari hasil analisis fungsi dan studi literatur, maka ruang-ruang yang

dibutuhkan dalam Islamic Center adalah:

Kelompok primer, merupakan kelompok yang terdiri dari fungsi ibadah,

pembinaan, pengembangan dan penelitian (PPP) dan pengelolaan, yaitu:

Masjid

Kantor pengelola

Pusat Pembinaan, Pengembangan dan Penelitian

Perpustaan

Pusat Konsultasi Ke-Islaman

Kelompok sekunder, merupakan kelompok yang terdiri dari fungsi komersil

dan informasi dan hiburan, yaitu:

Ruang Pertemuan

Pujasera

Mess

Taman

Kelompok penunjang, merupakan kelompok yang terdiri dari servis, yaitu:

Pos keamanan

Gudang

Parkir

Tabel 3.2 Kebutuhan Ruang Masjid

67

No

Fasilitas

No

Nama Ruang

Sifat Ruang

Publik Privat Service

1 2 3 4 5 7 8

1. Masjid 1. R. Imam/Mihrab dan

mimbar

2. R. shalat/liwan utama

3. R. Serambi luar

4. R. Wudhu pria

5. R. Wudhu wanita

6. Toilet pria (urinoir)

7. Toilet pria (WC)

8. Toilet wanita (WC)

9. R. Electrikal/audio

10. Gudang

Tabel 3.3 Kebutuhan Ruang Pengelola

No

Fasilitas

No

Nama Ruang

Sifat Ruang

Publik Privat Service

1 2 3 4 5 7 8

2. Kegiatan

Pengelola

1. R. Ketua

2. R. Sekretaris ketua

3. R. Kabag administrasi

umum

4. R. Kabag publikasi

5. R. Kabag keuangan

6. R. Kabag personalia

7. R. Kabag. Perijinan,

Properti dan Maintenance

8. R. Kabag pemasaran

9. R. Staf administrasi umum

10. R. Staf publikasi

11. R. Staf keuangan

12. R. Staf personalia

13. R. Staf Perijinan, Properti

dan Maintenance

14. R. Staf pemasaran

15. R. Editor dan percetakan

16. R. Rapat

17. R. Tamu

18. R. Arsip

19. R. Istirahat dan pantry

20. Locker

21. Toilet

22. Gudang

Tabel 3.4 Kebutuhan Ruang Pusat pembinaan, pengembangan dan penelitian

68

No

Fasilitas

No

Nama Ruang

Sifat Ruang

Publik Privat Service

1 2 3 4 5 7 8

3. Kegiatan

Pusat

pembinaan,

pengemban

gan dan

penelitian

1. Hall room

2. R. Kelas

3. R. Pengajar

4. R. Laboratorium bahasa

5. R. Laboratorium

komputer

6. R. Laboratorium Kajian

Al Qur’an

7. Auditorium

8. Toilet

9. Gudang

Tabel 3.5 Kebutuhan Ruang Perpustakaan

No

Fasilitas

No

Nama Ruang

Sifat Ruang

Publik Privat Service

1 2 3 4 5 7 8

4. Kegiatan

Perpustaka

an

1. Lobby

2. R. Penitipan

3. R. Baca

4. R. Koleksi

5. R. Katalog

6. R. Audio visual

7. R. Diskusi

8. R. Administrasi

9. R. Fotokopi

10. Toilet

11. Gudang

Tabel 3.6 Kebutuhan Ruang Pusat konsultasi ke-islaman

No

Fasilitas

No

Nama Ruang

Sifat Ruang

Publik Privat Service

1 2 3 4 5 7 8

5. Kegiatan

Pusat

konsultasi

ke-islaman

1. R. Ketua

2. R. Sekretaris

3. R. Praktek Konsultasi

69

4. R. Receptionis

5. R. Tunggu

6. Toilet

Tabel 3.7 Kebutuhan Ruang Pertemuan

No

Fasilitas

No

Nama Ruang

Sifat Ruang

Publik Privat Service

1 2 3 4 5 7 8

6. Kegiatan

Pertemuan

1. Hall

2. Lobby

3. Loket

4. R. Antri loket

5. Stage/panggung

6. Tribun

7. R. Ganti

8. R. Kontrol

9. Gudang instrumen

10. Gudang peralatan

panggung

11. R. Staf panggung

12. Toilet umum

13. Toilet pemain

Tabel 3.8 Kebutuhan Ruang Pujasera

No

Fasilitas

No

Nama Ruang

Sifat Ruang

Publik Privat Service

1 2 3 4 5 7 8

7. Kegiatan

Pujasera

1. Hall

2. R. Makan

3. Dapur

4. Pantry

5. Counter

6. Gudang

7. Toilet

Tabel 3.9 Kebutuhan Ruang Mess

No

Fasilitas

No

Nama Ruang

Sifat Ruang

Publik Privat Service

1 2 3 4 5 7 8

8. Kegiatan

Mess

1. Lobby

2. Hall

3. R. Receptionist

4. R. Kamar

5. Kamar mandi + toilet

70

6. Dapur

7. Pantry

8. Gudang

Tabel 3.10 Kebutuhan Ruang Pos keamanan

No

Fasilitas

No

Nama Ruang

Sifat Ruang

Publik Privat Service

1 2 3 4 5 7 8

9. Kegiatan

Pos

keamanan

1. Pos pusat

2. Pos penjagaan

Tabel 3.11 Kebutuhan Ruang Servis dan lapangan parkir

No

Fasilitas

No

Nama Ruang

Sifat Ruang

Publik Privat Service

1 2 3 4 5 7 8

10. Kegiatan

Ruang

servis dan

lapangan

parkir

1. Loading dock

2. R. Genzet

3. R. Pompa

4. R. Mesin AC

5. R. Trafo listrik

6. Tandon air

7. Gudang

8. Parkir

9. Sirkulasi parkir

4. Hubungan Ruang

71

72

Gambar 3.27 Hubungan Ruang

5. Pola Organisasi Ruang

73

1. Pola Organisasi Ruang Mikro

a. Masjid

Gambar 3.28 Pola Organisasi Ruang Masjid

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

b. Kantor pengelola

Gambar 3.29 Pola Organisasi Ruang Kantor Pengelola

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

c. Pusat pembinaan, pengembangan dan penelitian

74

Gambar 3.30 Pola Organisasi Ruang Pusat Pembinaan, Pengembangan dan Penelitian

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

d. Perpustakaan

Gambar 3.31 Pola Organisasi Ruang Perpustakaan

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

e. Pusat konsultasi ke-Islaman

75

Gambar 3.32 Pola Organisasi Ruang Pusat Konsultasi ke-Islaman

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

f. Ruang Pertemuan

Gambar 3.33 Pola Organisasi Ruang Ruang Pertemuan

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

76

g. Pujasera

Gambar 3.34 Pola Organisasi Ruang Pujasera

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

h. Mess

Gambar 3.35 Pola Organisasi Ruang Mess

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

77

i. Pos keamanan

Gambar 3.36 Pola Organisasi Ruang Pos Keamanan

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

j. Servis dan lapangan parkir

Gambar 3.37 Pola Organisasi Ruang Servis dan Lapangan Parkir

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

78

2. Pola organisasi ruang makro

Gambar 3.38 Diagram Pola Organisasi Ruang Makro

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

6. Sirkulasi Ruang

Dalam perancangan Islamic Center terdapat banyak aktifitas, fungsi, dan

fasilitas sehingga konsep yang digunakan adalah massa banyak yang terbagi

menurut jenis kegiatan dan sifat dari tiap-tiap bangunan. Dengan melihat letak dan

karakter site yang memanjang sangat menunjang realisasi secara berurutan dalam

perancangannya. Maka dari itu, perlu direncakan pola sirkulasi baik yang terdapat

pada bangunan-bangunan maupun pada site, sehingga memberikan kemudahan

dalam mengakses fasilitas-fasilitas dalam Islamic Center itu sendiri. Berikut

analisa pola sirkulasi yang cocok untuk diterapkan dalam perancangan ini.

79

Tabel 3.12 Pola Sirkulasi

No Pola sirkulasi Kelebihan Kekurangan

1. Linier

Pola ini sangat

sesuai dengan

ruang-ruang formal

dan

Monoton

2. Radial

Sirkulasi bebas ke

sehala arah dan

mempersingkat

pencapaian.

Pemborosan

penggunaan ruang

(membutuhkan

ruang yang sangat

luas).

3. Spiral

Sirkulasi dinamis

dan mengarahkan.

Jarak tempuh lama

(memakan waktu

yang banyak)

4. Grid

Sesuai dengan

sirkulasi pada

ruang-ruang formal

karena

keteraturannya

Monoton dan

cenderung

membingungkan

5. Jaringan

Sirkulasi bebas dan

tidak monoton

Membingungkan

80

6. Komposit

Fleksibel, dan

menjadikan alur

sirkulasi menjadi

dinamis

Membingungkan

Berdasarkan hasil perbandingan beberapa pola sirkulasi, maka diambil

beberapa pola atau model yang bersesuaian dengan perancangan. Maka dari itu,

pola sirkulasi tersebut diterapkan ke dalam dua model sirkulasi, yaitu sirkulasi

dalam bangunan dan sirkulasi site.

Untuk sirkulasi dalam bangunan, pola sirkulasi yang diambil adalah pola

sirkulasi linier, sedangkan untuk sirkulasi site pola sirkulasi yang diambil adalah

sirkulasi linier dan sirkulasi radial. Pengambilan model tersebut didasarkan pada

sifat dan kebutuhan sirkulasi yang ada pada bangunan maupun site.

7. Orientasi Ruang

Arah orientasi bangunan pada Islamic Center adalah mengambil dari orientasi

umat Islam saat menjalankan ibadah shalat yaitu mengahadap kearah kiblat.

Untuk daerah Gorontalo dan sekitarnya arah orientasi ini mengarah pada 23°

kearah barat laut. Namun tidak semua bangunan berorientasi pada arah tersebut,

melainkan arah orientasi Masjid sebagai sentral dari Islamic Center. Sedangkan

bangunan yang lain adalah menyesuaikan dengan arah site yang kebetulan secara

orientasi kemiringannya adalah mendekati arah 23° ke barat laut. site yang

diambil sangat tepat mengarah pada 23° kearah barat laut yang menghadap pada

jalan utama, sehingga sangat memudahkan untuk menentukan pola pembagian

81

area yang nantinya sangat mempermudah untuk menentukan pola peletakan massa

dalam perancangan.

Gambar 3.39 Gambar Orientasi Ruang

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

8. Analisis Ruang Luar

Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui potensi sebuah lingkungan

yang pada akhirnya nanti bisa dikembangkan untuk kebutuhan penciptaan suasana

luar ruangan yang kondusif. Selain itu, elemen-elemen yang ada pada bangunan

baik yang berada di dalam ataupun diluar bangunan dapat saling mendukung satu

sama lain.

Dalam perencanaan ruang luar hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

Pengolahan ruang luar harus jelas antara penggunaan sebagai sirkulasi

kendaraan ataupun sebagai sarana publik.

Keberadaan ruang luar harus kegiatan yang ada di dalam bangunan.

Penghijaun adalah otoritas yang harus di utamakan untuk memberikan

kesejukan dalam bangunan maupun lingkungan sekitar.

Ruang luar berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi 2, yaitu pertama ruang

luar aktif merupakan ruang luar yang digunakan untuk mendukung kegiatan yang

82

ada dalam bangunan, misalnya penyediaan lahan parkir. Sedangkan yang kedua

adalah ruang luar pasif merupakan ruang luar yang tidak terdapat kegiatan.

Namun, biasanya pada ruang luar pasif ini dapat digunakan untuk lahan

penghijauan, resapan air, ditanam tumbuhan untuk barrier kebisingan, dan tempat

perletakan lampu taman untuk penerangan.

9. Besaran Ruang

Besaran ruang yang dibutuhkan pada perancangan Islamic Center didasarkan

pada standard luasan yang umum dipakai, yaitu:

NAD : Neufert Architect’s Data

Selain itu, juga dilakukan studi banding terhadap dimensi objek sejenis dan

literatur yang berhubungan dengan objek.

a. Masjid

Masjid adalah fasilitas utama yang harus ada dalam perancangan, karena hal

ini terkait langsung dengan fungsi bangunan secara umum. Dalam perancangan

masjid ini elemen pokok yang terdapat dalam masjid serta nilai-nilai Islam dan

mengikuti ketentuan yang ada antara lain:

Kiblat

Kiblat adalah arah orientasi bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah shalat

yang menghadap ke Ka’bah di Mekkah. Untuk daerah Gorontalo dan sekitarnya

arah orientasi tersebut berada pada 23º kearah Barat Laut.

Mihrab dan Mimbar

Mihrab adalah tempat dimana imam memimpin shalat berjamaah yaitu tempat

paling depan saat melakukan shalat, sedangkan mimbar adalah tempat pemuka

83

agama untuk berkhotbah dan memberikan ceramah keagamaan didepan jamaah.

Pada umumnya Mihrab dan Mimbar berada dalam satu tempat, hal ini disebabkan

karena selain keduanya terletak paling depan, penceramah juga bertindak sebagai

imam shalat.

Liwan

Liwan adalah ruang bagi para jamaah, baik saat shalat maupun saat

mendengarkan ceramah agama.

Ruang Wudhu

Ruang ini berfungsi untuk para jamaah untuk mensucikan diri sebelum

melaksanakan ibadah Shalat.

Tabel 3.13 Besaran Ruang Masjid

No. Ruang Standard Sumber Perhitungan Luasan

1. R.

Imam/Mihrab

dan mimbar

0,6 x 1,2 = 0,72

m²/orang

NAD 0,72 x 4 orang = 2,88

2,88 m²

2. R. shalat/liwan

utama

0,6 x 1,2 = 0,72

m²/orang

NAD Asumsi jemaah yang

akan ditampung

adalah 1000 orang,

maka :

0,72 m² x 1000 orang

= 720 m²

720 m²

3. R. Serambi luar 0,6 x 1,2 = 0,72

m²/orang

NAD Asumsi jemaah yang

akan ditampung

adalah 500 orang,

maka :

0,72 m² x 500 orang

=360m²

360 m²

4. R. Wudhu pria Tempat wudhu

= 0,01 x

kapasitas.

Satu tempat

wudhu = 0,9 x 1

= 0,9 m²/orang

NAD Asumsi jemaah pria

adalah

70% x 1500 orang =

1050 orang

Tempat wudhu =

0,01 x 1050 = 10,5

orang (dibulatkan

menjadi 11 orang),

maka :

11 x 0,9 = 9,9 m²

9,9 m²

84

5. R. Wudhu

wanita

Tempat wudhu

= 0,01 x

kapasitas.

Satu tempat

wudhu = 0,9 x 1

= 0,9 m²/orang

NAD Asumsi jemaah

wanita adalah

30% x 1500 orang =

450 orang

Tempat wudhu =

0,01 x 450 = 4,5

orang (dibulatkan

menjadi 5 orang),

maka :

5 x 0,9 = 4,5 m²

4,5 m²

6. Toilet pria

(urinoir)

Jumlah urinoir

= 0.003 x kpsts.

Satu urinoir =

0,6 x 0, 8 = 0,48

m²/orang

NAD Asumsi jemaah pria

adalah

70% x 1500 orang =

1050 orang

Jumlah urinoir =

0,003 x 1050 = 3,15

orang (dibulatkan

menjadi 4 orang),

maka :

4 x 0,48 = 1,92 m²

1,92 m²

7. Toilet pria (WC) 500 orang.

1 WC = 1,25 x

2 = 2,5

m²/orang

NAD Asumsi jemaah pria

adalah

70% x 1500 orang =

1050 orang

Jumlah WC = 1050 :

500 = 5orang,maka

:2 x 2,5 = 5 m²

5 m²

8. Toilet wanita

(WC)

1 WC untuk

250 orang.

1 WC = 1,25 x

2 = 2,5

m²/orang

NAD Asumsi jemaah

wanita adalah

30% x 1500 orang =

450 orang

Jumlah WC = 450 :

250 = 2 orang, maka

:

2 x 2,5 = 5 m²

5 m²

9. R.

Electrikal/audio

0,8 m² s/d 2 m²

per orang

NAD Asumsi untuk 5

orang adalah

2 x 5 = 10 m²

10 m²

10.

Gudang Asumsi Asumsi untuk 5

orang

20 m²

11.

Sirkulasi 30% x luas total 30% x 1139,2 =

341,76 m²

341,76 m²

Total Luasan total +

sirkulasi = 1139,2 +

341,76 = 1477,96 m²

1477,96 m²

85

b. Kantor pengelola

Tabel 3.14 Besaran Ruang Kantor Pengelola

No. Ruang Standard Sumber Perhitungan Luasan

1. R. Ketua 49 m² NAD 1 ruang 49 m²

2. R. Sekretaris ketua 10 m² NAD 2 ruang

2 x 10 = 20 m²

20 m²

3. R. Kabag administrasi

umum

12 m² NAD 1 orang 12 m²

4. R. Kabag publikasi 12 m² NAD 1 orang 12 m²

5. R. Kabag keuangan 12 m² NAD 1 orang 12 m²

6. R. Kabag personalia 12 m² NAD 1 orang 12 m²

7. R. Kabag. Perijinan,

properti dan

maintenance

12 m² NAD 1 orang 12 m²

8. R. Kabag pemasaran 12 m² NAD 1 orang 12 m²

9. R. Staf administrasi

umum

0,8 m² s/d 2

m² per orang

NAD 2 orang

2 x 2 = 4 m²

4 m²

10.

R. Staf publikasi 0,8 m² s/d 2

m² per orang

NAD 4 orang

4 x 2 = 8 m²

8 m²

11.

R. Staf keuangan 0,8 m² s/d 2

m2 per orang

NAD 2 orang

2 x 2 = 4 m²

4 m²

12. R. Staf personalia 0,8 m² s/d 2

m² per orang

NAD 2 orang

2 x 2 = 4 m²

4 m²

13. R. Staf Perijinan,

Properti dan

Maintenance

0,8 m² s/d 2

m² per orang

NAD 2 orang

2 x 2 = 4 m²

4 m²

14. R. Staf pemasaran 0,8 m² s/d 2

m² per orang

NAD 4 orang

2 x 4 = 8 m²

8 m²

15. R. Editor dan

percetakan

65 m² s/d 70

NAD 4 orang 65 m²

16. R. Rapat 0,8 m2 s/d 2

m² per orang

NAD Asumsi untuk

20 orang

20 x 2 = 40 m²

40 m²

17 R. Tamu 0,8 m² s/d 2

m² per orang

NAD Asumsi untuk 5

orang

5 x 2 = 10 m²

10 m²

18. R. Arsip 0,27 m² NAD Asumsi untuk

40 orang

40 x 0,27 = 10

10 m²

86

19. R. Istirahat dan pantry 5% dari luas

kantor

NAD 5% x 288 = 14,4

14,4 m²

20. Locker 2% dari luas

kantor

NAD 2% x 288 = 5,76

5,76 m²

21. Toilet WC pria =

1,8 m²/unit

Urinoir = 0,4

m²/unit

Wastafel =

0,54 m²/unit

WC wanita =

1,8 m²/unit

Wastafel =

0,54 m²/unit

NAD 2 WC pria (2 x

1,8 = 3, 6 m²)

4 urinoir (4 x

0,4 = 1,6 m²)

2 wastafel (2 x

0,54 = 1,08 m²)

2 WC wanita (2

x 1,8 = 3, 6 m²)

2 wastafel (2 x

0,54=1,08 m²)

10,96 m²

22. Gudang 4% dari luas

kantor

NAD 4% x 288 =

11,52 m²

11,52 m²

23. Sirkulasi 30% x luas

total 30% x 330,63

m² = 99,189 m²

99,189 m²

Total Luasan total +

sirkulasi =

330,63 + 99,189

= 429,819 m²

429,819 m²

c. Pusat pembinaan, pengembangan dan penelitian

Fasilitas ini berfungsi sebagai wadah pembinaan, pendidikan serta penelitian

umat Islam. Yang dimaksud pembinaan disini adalah pembinaan akhlak bagi umat

muslim dan juga dilengkapi sarana pendidikan nonformal antara lain: Ilmu

Syari’at, Ilmu Fiqih, Seni Tilawah, Tafsir Al-Qur’an, Lab. Bahasa dan Komputer,

Kelas Baca dan Tulis, dan lain-lain. Fasilitas ini juga berfungsi sebagai sarana

informasi penelitian ke-Islaman yang sekarang sedang mengalami peningkatan.

Disamping kedua fungsi tadi, juga dapat berperan sebagai media membantu

melatih keterampilan bagi masyarakat.

87

Tabel 3.15 Besaran Ruang Pusat Pembinaan, Pengembangan dan Penelitian

No. Ruang Standard Sumber Perhitungan Luasan

1. Hall room Asumsi Asumsi untuk

100 orang

150 m²

2. R. Kelas 1,8 m² s/d 2

m² per orang

NAD 1 kelas = 20

orang, maka :

1 kelas = 20 x 2

= 40 m²

Kebutuhan

sebanyak 5 kelas,

maka :

5 x 40 = 200 m²

200 m²

3. R. Pengajar

1,8 m² s/d 2

m² per orang

NAD Kebutuhan untuk

20 orang, maka :

1 ruang = 20 x 2

= 40 m²

40 m²

4. R. Laboratorium

bahasa

1,8 m² s/d 2

m² per orang

NAD Kebutuhan untuk

20 orang, maka :

1 ruang = 20 x 2

= 40 m²

40 m²

5. R. Laboratorium

komputer

1,8 m² s/d 2

m² per orang

NAD Kebutuhan untuk

20 orang, maka :

1 ruang = 20 x 2

= 40 m²

40 m²

6. R. Laboratorium

Kajian Al Qur’an

1,8 m² s/d 2

m² per orang

NAD Kebutuhan untuk

20 orang, maka :

1 ruang = 20 x 2

= 40 m²

40 m²

7. Auditorium 0,8 m² per

orang

NAD Kebutuhan untuk

500 orang, maka

:

500 x 0,8 = 40

400 m²

8. Toilet WC pria =

1,8 m2/unit

Urinoir = 0,4

m²/unit

Wastafel =

0,54 m²/unit

WC wanita =

1,8 m²/unit

Wastafel =

0,54 m²/unit

NAD 2 WC pria (2 x

1,8 = 3, 6 m²)

2 urinoir (2 x 0,4

= 0,8 m²)

2 wastafel (2 x

0,54 = 1,08 m²)

3 WC wanita (3 x

1,8 = 5,4 m²)

2 wastafel (2 x

0,54 = 1,08 m²)

11,96 m²

9. Gudang Asumsi Asumsi untuk 5

orang

20 m²

10. Sirkulasi 30% x luas

total

30% x 941,96 =

282,588 m²

282,588 m²

88

Total Luasan total +

sirkulasi=

941,96+282,588=

1224,548 m²

1224,548 m²

d. Perpustakaan

Fasilitas ini sangat dekat hubungannya dengan dunia pendidikan dan ilmu

pengetahuan, karena dalam ajaran agama Islam, pendidikan mempunyai nilai yang

paling tinggi. Hal ini diperkuat dengan oleh ayat yang pertama kali diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW pada surat Al-Alaq adalah seruan untuk membaca

(belajar dan berilmu pengetahuan).

Tabel 3.16 Besaran Ruang Perpustakaan

No. Ruang Standard Sumber Perhitungan Luasan

1. Lobby 0,9 m² NAD 10% x jumlah

pengunjung

(ruang baca),

maka :

10% x 200 = 20

Sehingga :

20 x 0,9 = 18 m²

18 m²

2. R. Penitipan Asumsi Asumsi untuk

loker 60/1 m²

dan petugas 3

orang

30 m²

3. R. Baca 1,92 m² Asumsi 200 orang x 1,92

= 384 m²

384 m²

4. R. Koleksi NAD 10000 per 50 m²

Buku yang

dibutuhkan

dalam

perpustakaan

adalah 15000

buku, maka :

N = (15000 x 50)

/ 10000

N = 75 m²

75 m²

5. R. Katalog 1 unit

komputer = 1

x 1 = 1 m²

Asumsi Komputer yang

dibutuhkan

adalah 3, maka :

3 x 1 = 3 m²

3 m²

89

6. R. Audio visual 70 – 80 m² NAD 70 – 80 m² untuk

menampung 20

orang

80 m²

7. R. Diskusi Asumsi Untuk

menampung 10-

15 orang

30 m²

8. R. Administrasi 20 – 25 m² NAD 20 – 25 m²

adalah untuk

menampung 8

orang

25 m²

9. R. Fotokopi Asumsi 10 m²

10. Toilet WC pria = 1,8

m²/unit

Urinoir = 0,4

m²/unit

Wastafel =

0,54 m²/unit

WC wanita =

1,8 m²/unit

Wastafel =

0,54 m²/unit

NAD 2 WC pria (2 x

1,8 = 3, 6 m²)

4 urinoir (4 x 0,4

= 1,6 m²)

2 wastafel (2 x

0,54 = 1,08 m²)

3 WC wanita (3

x 1,8 = 5,4 m²)

2 wastafel (2 x

0,54 = 1,08 m²)

12,76 m²

11. Gudang 15 s/d 20 m² NAD Untuk

menampung 2

orang

20 m²

12. Sirkulasi 30% x luas

total

30%x 651,76 =

195,528 m²

195,528 m²

Total Luas total +

sirkulasi

= 651,76 +

195,528 =

847,228 m²

847,228 m²

e. Pusat Konsultasi Ke-Islaman

Fasilitas ini bertujuan menyediakan wadah bagi umat Islam yang bersifat

sebagai tempat konsultasi ke-Islaman.

90

Tabel 3.17 Besaran Ruang Pusat Konsultasi ke-Islaman

No. Ruang Standard Sumber Perhitungan Luasan

1. R. Ketua 20 m² s/d 25

m² per orang

NAD Untuk 4 orang 25 m²

2. R. Sekretaris 10 m² NAD Untuk 2 orang 10 m²

3. R. Praktek Konsultasi Asumsi Untuk 3 orang 9 m²

4. R. Recepsionis 0,8 s/d 2 m² NAD Untuk 4 orang,

maka 4 x 2 =

8m²

8 m²

5. R. Tunggu 0,8 s/d 2 m² NAD Untuk 5 orang,

maka :

5 x 2 = 10 m²

10 m²

6. Sirkulasi 30% x luas

total

30% x 62 m² =

18,6 m²

18,6 m²

Total Luas total +

sirkulasi

= 62 + 18,6 =

80,6 m²

80,6 m²

f. Ruang Pertemuan

Tabel 3.18 Besaran Ruang Pertemuan

No. Ruang Standard Sumber Perhitungan Luasan

1. Hall Asumsi Untuk 500

orang

300 m²

2. Lobby 10% jumlah

orang

NAD 10% x 1000 =

100 m²

100 m²

3. Loket 5 m² per orang NAD Untuk 4 unit,

maka : 4 x 5 =

20 m²

20 m²

4. R. Antri loket 5 m² per orang NAD Untuk 4 unit,

maka : 4 x 5 =

20 m²

20 m²

5. Stage/panggung 167,22 m² NAD 80 s/d 100

orang

167,22 m²

6. Tribun 0,8 x 1 Asumsi Untuk

menampung

500 orang,

maka :

500 x (0,8 x 1)

= 400 m²

400 m²

91

7. R. Ganti 1 m² per orang Asumsi 50 orang, maka

:

50 x 1 = 50 m²

50 m²

8. R. Kontrol 8 m² Asumsi 1 unit 8 m²

9. Gudang instrumen 0,5 m² per unit NAD 30 instrumen,

maka : 30 x 0,5

= 15 m²

15 m²

10. Gudang peralatan

panggung

30 m² Asumsi 30 m2

R. Staf 5,5 m² per

orang

NAD 5 orang, maka :

5 x 5,5 = 27,5

27,5 m²

11. Toilet WC pria =1,8

m²/unit

Urinoir = 0,4

m²/unit

Wastafel =

0,54 m²/unit

WC wanita =

1,8 m²/unit

Wastafel =

0,54 m²/unit

NAD 4 WC pria (4

x1,8 = 7,2 m²)

6 urinoir (6 x

0,4 = 2,4 m²)

4 wastafel (4 x

0,54 = 2,16 m²)

8 WC wanita

(8 x 1,8 = 14,4

m²)

4 wastafel (4 x

0,54 = 2,16 m²)

28,31 m²

12. Sirkulasi 30% x luas

total 30% x 1166,03

= 349,809 m²

349,809 m²

Total Luas total +

sirkulasi

= 1166,03 +

349,809 =

1515,839 m²

1515,839 m²

g. Pujasera

Tabel 3.19 Besaran Ruang Pujasera

No. Ruang Standard Sumber Perhitungan Luasan

1. Hall 0,9 m² per

orang

NAD 40 orang, maka

:

40 x 0,9 = 36

36 m²

2. R. Makan 1,2 m² per

orang

NAD 200 orang,

maka :

200 x 1,2 =

240 m²

240 m²

92

3. Dapur 30% R.

Makan

NAD 30% x 240 =

72 m²

72 m²

4. Pantry 25% R.

Makan

NAD 25% x 240 =

60 m²

60 m²

5. Counter 12% R.

Makan

NAD 12% x 240 =

28,8 m²

28,8 m²

6. Gudang 50% Pantry NAD 50% x 60 = 30

30 m²

7. Toilet WC pria = 1,8

m²/unit

Urinoir = 0,4

m²/unit

Wastafel =

0,54 m²/unit

WC wanita =

1,8 m²/unit

Wastafel =

0,54m²/unit

NAD 2 WC pria (2 x

1,8 = 3, 6 m²)

4 urinoir (4 x

0,4 = 1,6 m2)

2 wastafel (2 x

0,54 = 1,08 m²)

3 WC wanita

(3 x 1,8 = 5,4

m²)

2 wastafel (2 x

0,54 = 1,08 m²)

12,76 m²

8. Sirkulasi 30% x luas

total 30% x 479,56

= 143,868 m²

143,868 m²

Total Luas total +

sirkulasi

= 479,56 +

143,868 =

623,428 m²

623,428 m²

h. Mess

Tabel 3.20 Besaran Ruang Mess

No. Ruang Standard Sumber Perhitungan Luasan

1. Lobby 10% jumlah

orang

NAD 10% x 150= 15

15 m²

2. Hall 0,9 m² per

orang

NAD 40 orang, maka :

40 x 0,9 = 36 m²

36 m²

3. R. Receptionist 0,8 s/d 2 m² NAD Untuk 5 orang,

maka :

5 x 2 = 10 m²

10 m²

4. R. Kamar

(untuk 3 orang)

7,5 m² per

orang

3 x 7,5 = 22,5

NAD Asumsi

pengguna kamar

150 orang. 1

kamar untuk 3

orang, maka

150 / 3 = 50

kamar.

Luasan kamar

yang dibutuhkan

50 x 22,5 = 1125

1125 m²

93

5. Kamar Mandi + Toilet 2,5 m² per

orang

NAD Jumlah yang

dibutuhkan 20,

maka : 2,5 x 20

= 50 m²

50 m²

6. Dapur Asumsi 16 m² 16 m²

7. Pantry Asumsi 10 m² 10 m²

8. Gudang Asumsi Asumsi untuk 5

orang

20 m²

9. Sirkulasi 30% x luas

total 30% x 1282 =

384,6 m²

384,6 m²

Total Luasan total +

sirkulasi = 1282

+ 384,6 m² =

1666,6 m²

1666,6 m²

i. Pos keamanan

Tabel 3.21 Besaran Ruang Pos Keamanan

No. Ruang Standard Sumber Perhitungan Luasan

Pos pusat 5 m² per

orang

NAD 5 orang, maka :

5 x 5 = 25 m²

25 m²

Pos penjagaan 5 m² per unit NAD 5 unit, maka :

5 x 5 = 25 m²

25 m²

Sirkulasi 30% x luas

total

30%x 50 = 15

15 m²

Total Luasan total +

sirkulasi = 50 +

15 m² = 65 m²

65 m²

j. Servis dan lapangan parkir

Tabel 3.22 Besaran Ruang Servis dan Lapangan Parkir

No. Ruang Standard Sumber Perhitungan Luasan

1. Loading dock 61 m² Asumsi 61 m²

2. R. Genzet Asumsi 40 m²

3. R. Pompa Asumsi 30 m²

4. R. Mesin AC Asumsi 70 m²

5. R. Trafo listrik Asumsi 20 m²

94

6. Tandon air Asumsi 30 m²

7. Gudang 15 s/d 20 m² NAD Untuk 2 orang 15 m²

8. Parkir Parkir NAD 100 mobil,

maka 100 x

12,5 = 1250 m²

200 motor,

maka :

200 x 2,1 =

420 m²

1670 m²

9. Sirkulasi parkir Sirkulasi

parkir 30% x 1670 =

501 m²

501 m²

Total Luasan total +

sirkulasi =

1670 + 501 m²

= 2171 m²

2171 m²

k. Jumlah keseluruhan luasan kebutuhan ruang

Tabel 3.23 Besaran Ruang Total

No. Nama jenis fasilitas Luasan

1. Masjid 1477,96 m²

2. Kantor pengelola 429,819 m²

3. Pusat pembinaan, pengembangan dan

penelitian

1224,548 m²

4. Perpustakaan 847,228 m²

5. Pusat Konsultasi ke-Islaman 80,6 m²

6. Ruang Pertemuan 1515,839 m²

7. Pujasera 623,428 m²

8. Mess 1666,6 m²

9. Pos keamanan 65 m²

10. Servis dan lapangan parkir 2171 m²

Total 10102,022 m²

Luas site perancangan secara keseluruhan ± 13.778,00 m², sedangkan kebutuhan

untuk perancangan adalah 10102,022 m² (dibulatkan menjadi 10.102,022 m²)

10. Konsep Perancangan Massa Bangunan

95

Pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan bentuk massa adalah bentuk

lahan yang dimiliki, konfigurasi massa agar mendapat view maksimal dan

bangunan fungsional antara fungsi bangunan. Fasilitas pada Islamic Center

terdapat fasilitas utama berupa masjid yang merupakan pusat dari segala kegiatan

yang ada pada Islamic Center ini. Selain itu terdapat fasilitas yang juga

merupakan pendukung dari beberapa kegiatan yang ada, yaitu pusat pembinaan,

pengembangan dan penelitian, kantor pengelola, pusat konsultasi ke-Islaman,

convention hall, wisma tamu dan restoran, serta masih terdapat penunjang lainnya

seperti servis dan pos penjagaan.

Gambar 3.30 Konsep Penataan Massa

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

C. Zoning

Dalam perancangan ini memiliki banyak aktifitas, fungsi, dan fasilitas

sehingga konsep yang digunakan adalah massa banyak yang terbagi menurut jenis

kegiatan dan sifat dari tiap-tiap bangunan. Dengan melihat letak dan karakter site

yang memanjang sangat menunjang realisasi secara berurutan dalam

96

perancangannya. Dasar peletakan massa mengacu pada pembagian fase yang telah

ada dengan menghadirkan ciri tersendiri dalam bentuknya, dengan

mengelompokkan beberapa fungsi bangunan yang disesuaikan dengan konsep

pendalaman.

Tabel 3.24 Zoning ruang

No Kelompok aktivitas Jenis aktivitas

1. Zona pelayanan

keagamaan

Aktivitas sholat

Aktivitas pengajian

Aktivitas kajian keagamaan

Aktivitas kesenian Islam

2. Zona administrasi Aktivitas pendaftaran anggota

Aktivitas perijinan

Aktivitas pengurusan

penyewaan

Aktivitas administrasi

keuangan

Aktivitas rapat

3. Zona perdagangan dan

jasa

Aktivitas memasak

Aktivitas makan

Aktivitas pertemuan

Aktivitas menginap

4. Zona pembinaan,

pengembangan dan

penelitian

Aktivitas belajar

Aktivitas mengajar

Aktivitas pelatihan

Aktivitas penelitian

Aktivitas penyuluhan

5. Zona penunjang Aktivitar pengamanan

Aktivitas parkir

Aktivitas kontriling

Konsep zoning didapat dengan memperhatikan sirkulasi yang terjadi di luar

site dan yang akan terjadi di dalam site, selain itu juga adalah atas pertimbangan

hubungan jauh dekatnya bangunan fungsional yang ada.

Konsep yang diperoleh adalah Main-enterance pengunjung diletakkan

menghadap Jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili karena pertimbangan aksesibilitas.

Bagian publik diletakkan dibagian terdepan paling dekat dengan jalan akses

sedangkan untuk bagian yang bersifat privat diletakkan paling jauh dari jalan. Hal

97

itu dilakukan untuk memberikan ketenangan pada masjid sebagai banggunan

utama.

Gambar 3.31 Konsep Zoning Ruang

(Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)

D. Analisisi Sistem Struktur

Secara garis besar, konsep struktur pada perancangan Islamic Center ini

adalah dapat dibagi menjadi dua sitem struktur, yaitu:

a. Sub struktur

Adalah struktur pada bagian bawah pada bangunan yang berfungsi sebagai

penyalur beban dari struktur ke dalam tanah. Berdasarkan kondisi tanah pada

lokasi site perancangan dan beban yang dipikul, maka struktur yang dipilih adalah

tiang pancang. Pemilihan tersebut didasarkan pada keuntungan-keuntungan yang

diperoleh, yaitu proses pemasangan lebih cepat, dapat menahan beban yang besar

dan tidak perlu membuat ditempat.

b. Upper struktur

98

Merupakan struktur pada bagian atas bangunan, mulai dari badan bangunan

sampai atap bangunan yang berfungsi menyalurkan beban struktur ke sub struktur.

Struktur yang dipilih untuk Islamic Center ini adalah sistem pembalokan rusuk

satu arah, dimana plat ditumpu oleh balok rusuk yang jarak antar balok rusuk

saling berdekatan.

Gambar 3.32 Struktur Bawah (Tiang Pancang dan Kolom Dilatasi)

1. Konsep Bahan

Dasar pemilihan bahan dalam perancangan Islamic Center ini daam mengacu

pada prinsip kedaerahan dan aspek kelokalan karena berkaitan langsung dengan

tempat perancangan. Pemilihan sangat penting artinya bagi sebuah perancangan

karena berkaitan dengan iklim yang ada di site. Maka bahan yang dipilih untuk

perancangan Islamic Center ini adalah:

a. Lantai

Penggunaan lantai berbeda antara satu dengan yang lainnya bergantung pada

fungsi dari masing kegiatannya. Untuk bahan-bahan yang dipilih adalah:

Tabel 3.25 Jenis Lantai

99

Jenis

Sifat Kesan Aplikasi

Rabat beton Tahan lama, kuat menahan

beban, tahan gesekan, tidak

licin dan mudah dalam

perawatan

Keras,

kaku

Parkir dan

Plaza

Paving Tahan lama, tahan beban,

pemasangan mudah dan

warna tidak berubah

Keras,

kaku dan

kuat

Areal

parkir,

pedestrian

Keramik Tahan lama, indah, tahan

goresan, tahan asam, mudah

dibersihkan, warna bervariasi

Formal,

bersih

Ruang-

ruang

kelas,

kantor,

convention

hall

Marmer Tahan lama, indah, tahan

goresan, tahan asam, mudah

dibersihkan, terkstur

Bersih,

alami

Masjid

b. Dinding

Dinding memiliki peran yang sangat penting pada perancangan Islamic

Center ini, karena banyak ruang-ruang yang mebutuhkan untuk sebagai akustik

dan ada yang tidak. Adapun cara yang dilakukan untuk memperoleh dinding yang

nyaman adalah:

Pemberian elemen horizontal dan vertikal yang tidak tembus cahaya.

Dinding memakai bahan yang dapat memantulkan sinar matahari sehingga

radiasi matahari tidak dapat masuk kedalam ruangan.

Sedangkan bahan yang dipilh adalah:

Tabel 3.26 Jenis Dinding

Jenis

Sifat Kesan Aplikasi

Batu bata Tidak tembus pandang,

berongga, cukup kuat, masif,

tahan cuaca dan tahan api

Praktis,

formal

Dinding

bangunan

Kaca Tembus pandang, tembus

cahaya, hubungan visual tidak

terputus

Bebas,

dingin,

dinamis

Masjid

Kayu Tidak tembus pandang, bersih,

tidak licin, variasi tekstur

Bersih,

alami

Interior

convention

hall

Cat Agak sulit dibersihkan, lebih

bervariasi

Dekoratif dinding

c. Plafon

100

Bahan yang dipilih untuk plafon adalah gypsum, pemilihan ini didasarkan

pada sifat dari gypsum itu sendiri. Sifatnya antara lain:

Daya absorbsi untuk suara tinggi

Ringan dan mudah dipasang

Harga relatif terjangkau.

Sedangkan untuk kesan yang ditimbulkan adalah mewah dan kaku dan dapat

diaplikasikan pada semua ruang.

d. Atap

Atap yang dipilih dalam desain adalah atap miring, karena untuk iklim tropis

lembab yang paling memungkinkan adalah atap miring (antara 30o - 45o).

2. Konsep Utilitas

a. Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan yang digunakan adalah penghawaan aktif dan

penghawaan pasif, sitem penghawaan pasif terdapat pada tiap massa bangunan

dengan memberikan bukaan pada jendela yang dapat di buka-tutup, untuk

penghawaan aktif menggunakan sistem AC split pada tiap ruangan. Untuk ruang

tertentu AC yang digunakan adalah AC dengan sistem terpusat (AHU), misalnya

seperti ruang pertemuan, kantor pengelola dan auditorium.

b. Sistem Sanitasi dan Plumbing

Sumber air bersih yang didapat dari PDAM ditampung di reservoir bawah,

kemudian dipompa ke reservoir atas masing-masing bangunan. Setelah itu disebar

ke tiap-tiap shaft dengan menggunakan gravitasi. Sedangkan untuk air kotor yang

101

ada, dialirkan menuju instalasi pengolahan limbah yang terletak di area servis.

Setelah mengalami proses tertentu, air olahan bisa dibuang ke saluran riol kota.

Gambar 3.33 Skema Jalur Air Bersih dan Skema Pembuangan Kotoran

Sistem air kotor dibagi menjadi 3, yaitu:

1) Air kotor padat

Air kotor padat dibuang melalui pipa-pipa yang melewati shaft, kemudian

ditampung ditampung dalam tangki-tangki. Setelah mengalami proses

penyaringan dan pengendapan air kotor akan disalurkan ke dalam tangki resapan.

2) Air kotor cair

Air kotor cair adalah berasal dari WC dan sebagainya kemudian dialirkan ke

shaft melalui pipa-pipa, selanjutnya dilairkan lagi ke tangki resapan sebelum

akhirnya dialirkan ke riol kota.

3) Air hujan

Pembuangan air hujan adalah melalui saluran kota dengan dilengkapi adanya

bak kontrol pada setiap jarak tertentu dan pada persimpangan jalur. Bak kontrol

tersebut adalah untuk memudahkan untuk pengecekan bila terjadi kemacetan atu

tersumbat pada saluran pembuangan.

102

c. Sistem Kelistrikan

Pada siang hari, diutamakan penerangan ruangan diperoleh secara alami

sehingga dapat menghemat energi serta biaya. Sumber listrik yang digunakan

dalam perancangan Islamic Center ini adalah berasal dari PLN, yang amsuk

melalui gardu PLN dan ruang panel utama kemudian diletakkan di area servis.

Untuk mengantisipasi terjadinya pemadaman listrik, maka disediakan genset sebagai

cadangan.

Gambar 3.34 Konsep Sistem Kelistrikan

d. Sistem Keamanan

Pada perancangan Islamic Center ini, untuk menjaga keamanan pengguna

saat melakukan aktifitas dalam ruangan perlu diberikan pelayanan keselamatan.

Pelayanan keselamatan ini meliputi terhadap bahaya-bahaya yang mungkin

timbul. Di antara bahaya-bahaya tersebut adalah bahya terhadap kebakaran,

bahaya tindak kriminal dan bahaya terhadap bencana alam. Untuk bahaya

terhadap bencana alam yang paling menjadi prioritas adalah bahaya petir, karena

lokasi masih sangat terbuka sehingga peluang untuk terkenanya petir sangat besar.

103

1. Bahaya kebakaran

Untuk menanngulangi terhadap bahaya kebakaran dibutuhkan alat-alat

pemadam kebakaran yang praktis, mudah digunakan dan mudah dijangkau. Alat-

alat tersebut adalah:

1) Heat detector

Suatu alat untuk mendeteksi panas seperti suhu atau temperatur.

2) Smoke detector

Suatu alat untuk mendeteksi asap apabila terjadi kebakaran atau pun asap

yang timbul dari asap rokok, asap pembakaran kertas, asap pembakaran sampah

dan lain sebagainya.

3) Flame detector

Suatu alat untuk mendeteksi lidah api seperti terjadinya kebakaran.

4) Titik panggil manual (TPM)

TPM adalah suatu alat berupa tombol yang ditekan secara manual jika terjadi

suatu kebakaran.

5) Lampu darurat

Suatu alat berupa lampu yang akan menyala begitu alarm aktif dengan kata

lain sebagai tanda darurat bila terjadi sesuatu. Biasanya pada lampu ini berwarna

merah atau kuning.

6) Sistem komunikasi darurat

Sistem ini akan mematikan sarana yang ada secara otomatis jika terjadi

kebakaran. Contohnya lift tidak akan berfungsi jika sistem mendeteksi terjadi

kebakaran.

104

7) Penunjuk arah jalan keluar

Penunjuk arah ini dipasang di sepanjang jalur sirkulasi, koridor pintu darurat

dan pintu keluar.

8) Sprinkler

Alat untuk memadamkan api dengan cara menyemprotkan air atau bahan

pemadam lainnya seperti gas tertentu. Radius yang adapt dijangkau adalah

25m2/unit.

9) Hidran kebakaran

Radius pelayanan adalah 30m2/unit.

10) Pemadam ringan

Alat pemadam yang digunakan dengan cara disemprotkan. Dalam alat ini

berisi bahan kimia yang dapat memadamkan api bila terjadi kebakaran dan alat ini

dapat dibawa berpindah-pindah tempat.

11) Tangga kebakaran

Tangga ini berfungsi sebagai tempat melarikan diri bila terjadi kebakaran.

2. Bahaya tindak kriminal

Untuk mengantisipasi terhadap bahaya tindakan kriminal maka sistem

keamanan yang digunakan adalah dengan menyediakan alat-alat keamanan seperti

CCTV, alarm dan dengan adanya penjaga yang selalu siaga untuk membantu

mengatasi tindakan kriminal.

3. Bahaya petir

Untuk mengantisipasi terhadap bahaya petir yang menyambar, maka sistem

yang digunakan adalah sistem Franklin/konvensional, yaitu batang yang runcing

105

dari bahan copper spit. Perletakan dari bahan copper spit tersebut di letakkan pada

bagian bagian paling tinggi dari bangunan yang kemudian dihubungkan dengan

tembaga menuju elektroda dalam tanah. Sedangkan untuk memudahkan

pemeriksaan digunakan control box yang terhubung dengan tembaga tersebut.

e. Sistem Pergerakan dalam Bangunan

Berdasarkan sifat dan fungsi bangunan yang ada, maka sirkulasi yang

digunakan dalam tapak adalah menggunakan tangga. Karena selain penghematan,

juga didasarkan pada tinggi bangunan yang mempunyai ketinggian maksimal

adalah 3 lantai.

Gambar 3.35 Preseden Sirkulasi dalam Bangunan (Tangga)